Anda di halaman 1dari 126

SKRIPSI

PENGARUH TERAPI MUROTTAL AL–QUR’AN TERHADAP


PENURUNAN KECEMASAN PADA PASIEN PRE-OP
KATARAK DI RSUD dr. H. ANDI ABDURRAHMAN NOOR
TANAH BUMBU

AKHMAD FAUZI SAPUTRA


NIM. 1114150426

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DARUL AZHAR
BATULICIN
2019
PENGARUH TERAPI MUROTTAL AL–QUR’AN TERHADAP
PENURUNAN KECEMASAN PADA PASIEN PRE-OP
KATARAK DI RSUD dr. H. ANDI ABDURRAHMAN NOOR
TANAH BUMBU

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh


Gelar S1 Keperawatan Program Studi Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Darul Azhar

Disusun Oleh :
AKHMAD FAUZI SAPUTRA

1114150426

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DARUL AZHAR
BATULICIN
2019

i
ii
iii
iv
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Akhmad Fauzi Saputra


Tempat, Tanggal Lahir : Kotabaru, 15 Juni 1997
Jenis Klamin : Laki - Laki
Agama : Islam
Golongan Darah : AB
E-mail/Telpon : akhmad.fauzi.saputra@gmail.com/082350366229
Suku Bangsa : Banjar/Indonesia
Nama Ayah : Nursiwan
Nama Ibu : Asniah
Alamat : Jl. Sempurna
.
Riwayat Pendidikan :
1. STIKes Darul Azhar Batulicin = 2015 - 2019
2. SMKN 2 SIMPANG EMPAT = 2012 - 2015
3. SMP DARUL HIJRAH MARTAPURA = 2009 - 2012
4. SDN 1 BAAMANG HULU = 2004 - 2009

Riwayat Organisasi :
1. BEM = 2016 - 2018
2. Himpunan Mahasiswa Islam = 2017 - 2019
3. INWCCA = 2019

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
atas kesempatan dan kekuatan yang diberikan sehingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Terapi murrotal Al-Qur’an
terhadap penurunan kecemasan pada pasien pre-op katarak di RSUD dr. H. Andi
Abdurrahman Noor Tanah Bumbu” dalam rangka untuk memenuhi persyaratan
memperoleh derajat Strata 1 Keperawatan STIKes Darul Azhar Batulicin
Kabupaten Tanah Bumbu.
Peneliti menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan berhasil
sesuai yang diharapkan tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk
itu dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati peneliti mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. dr. H. M. Zairullah Azhar M.Sc, Ketua Yayasan Darul Azhar Bersujud
Kabupaten Tanah Bumbu.
2. DR. Ir. H. Budi Santoso, MS. selaku Ketua STIKes Darul Azhar Batulicin
Kabupaten Tanah Bumbu.
3. Herdy Juniawan, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Wakil Ketua I Bidang Akademik
dan Kemahasiswaan STIKes Darul Azhar Batulicin Kabupaten Tanah Bumbu.
4. Farhandika Putra,S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Ketua Program Studi Keperawatan
STIKes Daru Azhar Batulicin Kabupaten Tanah Bumbu dan selaku
pembimbing 2 yang telah banyak memberikan pengarahan, pemikiran dan
perhatian dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Bayu Purnama Atmaja, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Pembimbing 1 yang telah
banyak menghabiskan waktu, pemikiran, saran dan perhatian dalam
membimbing serta mengarahkan peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. DR. Ir. H. Budi Santoso MS, selaku penguji 1 saya yang telah banyak
memberikan pengarahan, saran dan pemikiran pada saat seminar proposal
sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

vii
7. dr. Arman Jaya Riki selaku Direktur RSUD dr. H. Abdurrahman Noor yang
telah memberikan ijin untuk pengambilan data awal.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan banyak
terdapat kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
menunjang perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya peneliti berharap
semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Simpang Empat, 28 Oktober 2019

Penulis
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN DARUL AZHAR BATULICIN 2019

AKHMAD FAUZI SAPUTRA

PENGARUH TERAPI MUROTTAL AL-QUR’AN TERHADAP


PENURUNAN KECEMASAN PADA PASIEN PRE OP KATARAK DI
RSUD DR. H. ANDI ABDURRAHMAN NOOR TANAH BUMBU
xii + 89 halaman + 9 tabel + 2 skema + 13 lampiran

RINGKASAN

Pre-operasi disebut sebagai tahap pertama dari perawatan perioperatif yang dimulai sejak
pasien masuk di ruang terima pasien dan berakhir ketika pasien dipindahkan ke meja operasi untuk
dilakukan tindakan pembedahan. Pada fase pre-operasi dimulai ketika keputusan untuk menjalani
operasi dan berakhir ketika pasien dipindahkan kemeja operasi. Kesuksesan dalam tindakan
operasi secara keseluruhan sangat tergantung pada fase ini (Smeltzer & Bare, 2010 dalam
Marliang, 2017). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi murottal AL –
Qur’an terhadap penurunan kecemasan pada pasien pre-op katarak.
Jenis Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, dimana menggunakan
desain penelitian Quasi Eksperimental dengan rancangan penelitian pre and post
test control group design. sampel pada penelitian ini adalah 30 responden, 15 responden
kelompok intervensi dengan terapi murottal al’quran dan 15 responden kelompok control dengan
education. Analisis Bivariat dengan uji mann whitney dan Wilcoxon.
Hasil penelitian ini menggunakan uji mann whitney dan Wilcoxon, dan didapatkan nilai P-
value 0,023 (<0,05) terdapat perbedaan antarak kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh Terapi Murottal Al-Qur’an
terhadap penurunan kecemasan pada pasien pre op katarak di rsud dr. H. Andi Abdurrahman Noor
Tanah Bumbu. Terapi Murottal Al-Qur’an lebih efektif menurunkan kecemasan dibandingkan
dengan terapi lainnya sehingga dapat diterapkan sebagai terapi komplemeter untuk menurunkan
kecemasan pada pasien pre op katarak.

Kata Kunci :Terapi Murottal Al-Qur’an, Kecemasan, Pre Op Katarak


Kepustakaan : 30, 2009-2019

ix
NURSING DEPARTEMENT (S1 DEGREE)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DARUL AZHAR BATULICIN IN 2019

AKHMAD FAUZI SAPUTRA

THE EFFECT OF AL - QURAN THERAPY ON ANXIETY REDUCTION IN


CATARACT PRE-OP PATIENTS IN RSUD DR. H. ANDI ABDURRAHMAN
NOOR TANAH BUMBU
xii + 89 pages + 9 tables + 2 schemes + 13 appendixes

ABSTRACT

Pre-operation is referred to as the first stage of perioperative care that starts when the
patient enters the patient's reception room and ends when the patient is moved to the operating
table for surgery. The pre-operative phase begins when the decision to undergo surgery and ends
when the patient is moved to the operating shirt. Success in overall operations is highly dependent
on this phase (Smeltzer & Bare, 2010 in Marliang, 2017). The aim of this study was to determine
the effect of AL - Quran therapy on anxiety reduction in cataract pre-op patients.
This type of study was quantitative, which uses Quasi Experimental study design with
pre and post test control group design. The sample in this study were 30 respondents, 15
respondents in the intervention group with murottal al-quran therapy and 15 respondents in the
control group with education. Bivariate analysis with the Mann Whitney and Wilcoxon test.
The results of this study was the mann whitney and Wilcoxon test, and obtained P-value
of 0.023 (<0.05) there was differences between the intervention group and the control group.
The conclusion of this study, that there was an influence of Murottal Al-Qur'an Therapy
on the reduction of anxiety in patients with cataract surgery at RSUD Dr. H. Andi Abdurrahman
Noor Tanah Bumbu. Murottal Al-Qur'an Therapy is more effective in reducing anxiety compared
to other therapies so that it could be applied as a complementary therapy to reduce anxiety in
cataract pre-op patients.

Keywords : Murottal Al-Qur’an Therapy, Anxiety, Pre-Op Patients


Literature : 30, 2009-2019

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ ii
PERNYATAAN NASKAH PUBLIKASI ......................................................... iii
PERNYATAAN PESETUJUAN PUBLIKASI ................................................. iv
PERNYATAAN ORISIALITAS ....................................................................... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................... vi
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii
RINGKASAN .................................................................................................... ix
ABSTRACT ......................................................................................................... x
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi
DARTAR TABEL .............................................................................................. xiii
DAFTAR SKEMA .............................................................................................. xiv
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................ 7
1.5 Keaslian Penelitian ....................................................................... 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Murottal Al-Qur’an ....................................................................... 9
2.2 Konsep Penyakit Katarak .............................................................. 22
2.3 Konsep Dasar Kecemasan ............................................................ 34
2.4 Hubungan Murottal Al-Qur’an ..................................................... 57
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Teori ............................................................................. 59
3.2 Kerangka Konsep .......................................................................... 60
3.3 Hipotesis Penelitian ...................................................................... 61
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................... 62
4.2 Desain Penelitian .......................................................................... 62
4.3 Populasi, Sampel dan Sampling .................................................... 63
4.4 Variabel Penelitian ........................................................................ 65
4.5 Definisi Operasional ..................................................................... 65
4.6 Instrumen Penelitian ..................................................................... 67

xi
4.7 Uji Validitas dan Reliablitas ......................................................... 68
4.8 Prosedur Pengumpulan Data ......................................................... 69
4.9 Teknik Pengelolaan Data .............................................................. 71
4.10 Analisa Data .................................................................................. 72
4.11 Etika Penelitian ............................................................................. 74
BAB 5 HASIL PENELITIAN
5.1 Karakteristik Responden Dan Tempat Penelitian ......................... 76
5.2 Analisa Data Dan Hasil Penelitian ................................................ 77
BAB 6 PEMBAHASAN
6.1 Diskusi Hasil ................................................................................. 82
6.2 Keterbatasan Penelitian ................................................................. 87
6.3 Implikasi ....................................................................................... 87
BAB 7 PENUTUP
7.1 Kesimpulan ................................................................................... 88
7.2 Saran ............................................................................................. 88
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian ............................................................................ 7

Tabel 4.1 Definisi Operasional .......................................................................... 66

Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Pasien Pre
op Katarak di RSUD dr. H. Andi Abdurraman Noor Tanah Bumbu
Tahun 2019 ......................................................................................... 76

Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Pada Pasien Pre op


Katarak di RSUD dr. H. Andi Abdurrahman Noor Tanah Bumbu Tahun
2019 .................................................................................................... 77

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Sebelum Dan Sesudah


diberikan Terapi Murottal Al-Qur’an Pada Pre op Katarak di RSUD dr.
H. Andi Abdurrahman Noor Tanah Bumbu Tahun 2019 ................... 77

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Sebelum Dan Sesudah


diberikan Education di RSUD dr. H. Andi Abdurrahman Noor Tanah
Bumbu Tahun 2019 ............................................................................ 78

Tabel 5.5 Analisis Penelitian Uji Tingkat Kecemasan Sebelum dan Sesudah
diberikan Terapi Murottal Al-Qur’an Pada Pre op Katarak ............. 78

Tabel 5.6 Analisis Tingkat Kecemasan Sebelum dan Sesudah diberikan Education
Pada Pre op Katarak .......................................................................... 79

Tabel 5.7 Analisis Perbedaan Terapi Murottal Al-Qur’an dan Education Pada
Pasien Pre op Katarak ......................................................................... 80

xiii
DAFTAR SKEMA

Skema 3.1 Kerangka Teori Pengaruh Murrotal Al-Qur’an terhadap Penurunan


Kecemasan Pada Pasien Pre-Op Katarak H. Andi Abdurrahman Noor
Tanah bumbu...................................................................................... 59

Skema 3.2 Kerangka Konsep Pengaruh Murrotal Al-Qur’an terhadap Penurunan


Kecemasan Pada Pasien Pre-Op Katarak H. Andi Abdurrahman Noor
Tanah bumbu...................................................................................... 60

xiv
DAFTAR SINGKATAN

HAM- A : Hamilton Anxiety


HARS : Hamilton Anxiety Rating Scale
Kemenkes : Kementrian Kesehatan
M.Kep : Magister Keperawatan
OK : Operatif Kamar
Q.S : Qur’an Surah
SPSS : Software Product and Service Solution
TMAS : Taylor Manifest Anxiety Scale
ZSAS : Zung Self Anxiety Scale
STIKes : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
S.Kep : Sarjana Keperawatan
WHO : World Health Organization

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jadwal Kegiatan Penelitian

Lampiran 2 : Permohonan Kesedian Menjadi Responden

Lampiran 3 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden (Informed Consent)

Lampiran 4 : Standar Operasional Prosedur Terapi Murottal Al-Qur’an

Lampiran 5 : Lembar Kuesioner Kecemasan HARS

Lampiran 6 : Surat Ijin Pengambilan Data Awal di RSUD dr. H. Andi


Abdurahman Noor

Lampiran 7 : Surat Balasan Diberikan Ijin Pengambilan Data Awal di RSUD


dr. H. Abdurahman Noor

Lampiran 8 : Hasil SPSS

Lampiran 9 : Surat Ijin Rekomendasi Penelitian di RSUD dr. H. Andi


Abdurahman Noor

Lampiran 10 : Surat Ijin Rekomendasi Penelitian di Kepala Badan Kesatuan dan


Politik Kabupaten Tanah Bumbu

Lampiran 11 : Surat Balasan Diberikan Ijin Penelitian Di RSUD dr. H. Andi


Abdurrahman Noor Kabupaten Tanah Bumbu

Lampiran 12 : Surat Balasan Diberikan Ijin Penelitian di Kepala Badan Kesatuan


dan Politik Kabupaten Tanah Bumbu

Lampiran 13 : Lembar Konsultasi

xvi
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pre-operasi disebut sebagai tahap pertama dari perawatan perioperatif yang

dimulai sejak pasien masuk di ruang terima pasien dan berakhir ketika pasien

dipindahkan ke meja operasi untuk dilakukan tindakan pembedahan. Pada fase

pre-operasi dimulai ketika keputusan untuk menjalani operasi dan berakhir ketika

pasien dipindahkan kemeja operasi. Kesuksesan dalam tindakan operasi secara

keseluruhan sangat tergantung pada fase ini (Smeltzer & Bare, 2010 dalam

Marliang, 2017)

Pre-operasi merupakan ancaman potensial maupun aktual pada integritas

seseorang yang dapat membangkitkan reaksi stress fisiologis maupun psikologis,

menyatakan selama pada periode pre-operasi akan mengalami beberapa hal

seperti reaksi emosional berupa kecemasan, sehingga menimbulkan beberapa

alasan yang dapat menyebabkan kecemasan pasien dalam menghadapi pre-

operasi, diantaranya : kecemasan nyeri pada saat operasi, kecemasan menghadapi

ruang operasi, peralatan operasi dan petugas, kecemasan operasi gagal dan lain

sebagainya. Kecemasan dapat di artikan sebagai kekhawatiran yang tidak jelas

menyebar di alam dan terkait dengan perasaan ketidakpastian dan

ketidakberdayaan, perasaan isolasi keterasingan dan ketidaknyamanan juga hadir

sehingga menimbulkan dampak terhadap kehidupan seseorang (Stuart & Laraia,

2016 dalam Suswanti, 2019)

Katarak merupakan penyakit pada usia lanjut akibat proses penuaan, saat

kelahiran (katarak kongenital) dan dapat juga berhubungan dengan trauma mata

1
2

tajam maupun tumpul, penggunaan kortikosteroid dalam jangka panjang, adanya

penyakit sistemik seperti diabetes atau hipoparatiroidisme. Pembentukan katarak

ditandai adanya sembab lensa, perubahan protein, nekrosis, dan terganggunya

keseimbangan normal serabut-serabut lensa. Kekeruhan lensa ini juga

mengakibatkan lensa transparan sehingga pupil akan berwarna putih atau abu-

abu, yang mana dapat ditemukan pada berbagai lokalisasi di lensa seperti korteks

dan nukleus. Katarak dapat mengakibatkan bermacam-macam komplikasi pada

penyakit mata seperti glaukoma ablasio, uveitis, retinitis pigmentosa, dan

kebutaan (Tamsuri, 2011).

Terapi katarak adalah tindakan bedah dengan mengangkat lensa yang

mengalami kekeruhan, karena terapi medikamentosa tidak ada yang terbukti

dapat menghilangkan katarak pada orang dewasa. Banyak metode yang dapat

dilakukan dengan tindakan bedah pada penderita katarak. Salah satunya dengan

fakoemulsifikasi yang merupakan tindakan bedah katarak dengan metode insisi

yang kecil. Pada teknik ini dibuat likuifikasi lensa dengan menggunakan probe

ultrasonografi yang dimasukkan melalui insisi di kornea atau sklera anterior

(Irwan 2018)

Menurut data World Health Organization (WHO 2017) prevalensi angka

kejadian katarak mencapai 24.05% dari jumlah katarak dari seluruh dunia.

Berdasarkan data angka kejadian di Indonesia sebanyak 70% (kemenkes RI,2017)

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan februari 2019 di ruang OK di

peroleh data penderita katarak yang sudah di lakukan tindakan operasi sebanyak

128 orang.

Kecemasan akan semakin meningkat pada saat jadwal operasi semakin

dekat. Perasaan cemas yang dipengaruhi oleh ketakutan menghadapi rasa sakit
3

dan bagaimana proses operasi tersebut. Sementara itu pasien pre-operasi

umumnya akan mengalami masalah psikososial yaitu perasaan cemas dan takut.

Kecemasan yang mungkin dialami pasien preoperasi dapat mempengaruhi respon

fisiologis tubuh yang ditandai dengan timbulnya perubahan-perubahan fisik

seperti : meningkatnya frekuensi nadi dan pernafasan, telapak tangan yang

lembab, menanyakan pertanyaan yang sama berulang kali, sulit tidur dan gelisah.

Kecemasan yang sangat berlebihan akan membuat pasien terjadi perubahan

emosional dan fisik menjadi tidak siap secara emosional untuk menghadapi pre-

operasi serta akan menghadapi masalah pre operasi seperti tingginya tekanan

vena jugularis, denyut nadi perifer dan mempengaruhi palpasi jantung sehingga

mengakibatkan tertundanya operasi (Muhammad, 2014).

Perawat sebagai tenaga kesehatan yang profesional mempunyai kesempatan

paling besar untuk memberikan pelayanan kesehatan khususnya

pelayanan/asuhan keperawatan yang komprehensif dengan membantu klien

memenuhi kebutuhan dasar yang holistik. Perawat memandang klien sebagai

makhluk bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual yang berespon secara holistik dan

unik terhadap perubahan kesehatan atau pada keadaan krisis. Asuhan

keperawatan yang diberikan oleh perawat tidak bisa terlepas dari aspek spiritual

yang merupakan bagian integral dan interaksi perawat dengan klien (Rina

Pristiawati, 2013).

Potter & Perry (2014 dalam Sulistyoningsih 2018) menyatakan bahwa dalam

menghadapi kecemasan pasien, peran perawat sangat diperlukan guna

memberikan dorongan dan memahami serta memberikan informasi yang bisa

membantu menyingkirkan kecemasan atau kekhawatiran tersebut. Sebagai tenaga

kesehatan di rumah sakit perawat memiliki peran yang sangat penting dalam
4

membantu pasien mengatasi kecemasan, dalam hal ini tugas dan fungsinya

memiliki kewajiban memberikan pelayanan keperawatan serta informasi

kesehatan yang diperlukan pasien sebagai educator dan motivator. Hal ini sesuai

dengan hak yang semestinya diterima oleh setiap pasien mulai dari pemahaman

tentang penyakit, prosedur sebelum dilakukan tindakan operasi sampai pada

persiapan pulang pasien, Salah satu teknik distraksi yang digunakan untuk

mengatasi kecemasan adalah terapi murottal Al-Qur’an (mendengarkan bacaan

ayat-ayat suci Al-Qur’an ) ( Wulandari 2015).

Mendengar bacaan Al-Qur’an merupakan salah satu jenis terapi religius,

diharapkan dengan mendengarkan bacaan Al-Qur’an dapat menimbulkan respon

relaksasi bagi yang membacanya maupun yang mendengarkannya. Seperti yang

dijelaskan dalam Q.S Al-A’raf/7 : 204.

Terjemahnya : “dan apabila dibacakan Al Quran, Maka dengarkanlah baik-

baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat” (Q.S. Al-

A’raf/7 : 204).

Rahmat dalam hal ini bisa diartikan mendapatkan ketenangan dalam jiwa

yang diberikan dari rahmat Allah SWT.

Penlitian yang dilakuakan oleh faridah (2015) mengenai terapi murottal (al-

qur’an) mampu menurunkan tingkat kecemasan pada pasien pre op lapratomi,

didapatkan hasil sebelum diberikan terapi murottal al-qur’an mengalami

kecemasan sedang sebesar 56,2% dan kecemasan berat sebesar 43,8% setelah

diberikan terapi murottal al-qur’an didapatkan sebagian besar (65,6%) mengalami

tingkat kecemasan ringan sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Andarini

(2015) yaitu Terapi murottal al-qurán surat arrahman meningkatkan kadar


5

endorphin dan menurunkan intensitas nyeri pada ibu bersalin kala 1 fase laten,

didapatkan hasil ada penurunan signifikan intensitas nyeri sebelum (6,80%)

dibandingkan sesudah (3,37%) setelah diberikan terapi murottal al-qur’an surah

arrahman selama 20 menit.

Kecemasan jika tidak ditangani dapat mempengaruhi respon fisiologis yaitu

meningkatnya frekuensi nadi, tingginya tekanan vena jugularis dan

mempengaruhi palpasi jantung sehingga tertundanya operasi, sehingga harus

diberikan penanganan dengan terapi komprenhensif yaitu salah satumya terapi

murottal al-qur’an.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang sudah dipaparkan diatas dapat

disimpulkan bahwa peneliian yang tepat untuk menelaah fenomena diatas yaitu

penelitian tentang “Apakah pengaruh terapi murottal al – qur’an terhadap

penurunan kecemasan pada pasien pre-op katarak?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi murottal al –

qur’an terhadap penurunan kecemasan pada pasien pre-op katarak.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Terdentifikasi tingkat kecemasan sebelum dan sesudah diberikan terapi

murottal al-qur’an pada pre op katarak.

2. Teranalisis tingkat kecemasan sebelum dan sesudah diberikan terapi

murottal al-qur’an pada pre op katarak.


6

3. Teranalisis perbedaan terapi murottal al – qur’an dan education terhadap

kecemasan pada pasien pre-op katarak.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi tempat peneliti

Penelitian ini diharapkan setelah diperoleh hasil dari penelitian dapat

dijadikan intervensi tambahan sebagai terapi nonfarmakologis khususnya dalam

prosedur tindakan preoperatif.

1.4.2 Bagi profesi keperawatan

Dapat menjadi sumber informasi untuk penelitian selanjutnya

pengembangan keperawatan di masa mendatang terutama untuk sistem kerja

dalam keperawatan di rumah sakit.

1.4.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai masukan bagi peneliti selanjutnya dapat di ambil bagaimana

dukungan keluarga untuk penurunan kecemasan pada pasien yang mengalami

pre-op.

1.5 Keaslian Penelitian

Penelitian tentang gambaran pengalaman orang tua dalam memandirikan

anak reterdasi mental, penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini antara

lain :
7

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

No Judul,Penulis,Tahun Persamaan Perbedaan


1. Terapi murottal al-qurán 1. Metode : kuantitatif 1. Desain : Pre
surat arrahman experiment one grup
meningkatkan kadar pre test-post test
endorphin dan 2. Sampel : Ibu bersalin
menurunkan intensitas kala 1 fase laten
nyeri pada ibu bersalin 3. Variabel dependen :
kala 1 fase laten. nyeri ibu bersalin
Andarini.S, (2015) 4. Variabel independen :
murotal al-qurán surah
arrahman
5. Instrument : skala
nyeri nousbannis
2. Terapi murottal (al- 1. Metode : kuantitatif 1. Desain : one grup pre
qurán) mampu 2. Variabel independen test-post test
menurunkan tingkat : murotal al-qurán 2. Variabel dependen :
kecemasan pada pasien 3. Instrumen : pre operasi laparatomi
pre operasi laparatomi. observasi dan 3. Sampel : 32 pasien pre
Faridah, V. N (2015). kuesioner operasi

3. Pengaruh terapi 1. Metode : kuantitatif 1. Desain : One


murottal al-qur’an 2. Variabel independen group pre-post test
terhadap tingkat stress : Murotal al-qur’an 2. Sampel :227 abortus
pada pasien abortus di 3. Variabel dependen :
RSUD dr. Soekardjo Pasien Abortus
Kota Tasikmalaya. 4. Instrumen : Kuesioner
Wulandari, Q. (2018). DASS 42 skala
Depression Anxiety
Stress
4. Effect audio therapy 1. Metode : experiment 1. Desain : true
using al-qur’an murottal 2. Variabel independen experimen dengan pre
on behaviour : Murotal al-qur’an test-post test with
develoment in children control grup
with autism.Astuti A, et 2. Variabel dependen :
al. (2017). pengembangan prilaku
pada anak autis
3. Sampel : penderita
ASD

5. Morottal therapy to 1. Metode : kuantitatif 1. Desain : one grup pre


anxiety levels of 2. Variabel independen test- post test
patients pre-operative at : terapi murottal 2. pasien sebelum operasi
sari mulia Hospital 3. Variabel Independen 3. Sampel : 22 responden
Banjarmasin. Rahman, : tingkat kecemasan 4. Instrument : kuesioner
T.A, (2017). Hamilton Rantting
Scale For Axiety
(HRS-A).
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Murottal Al-Qur’an

2.1.1 Pengertian Murottal Al-Qur’an

Terapi murottal Al-Qur’an dapat diartikan sebagai rekaman suara Al-

Qur’an yang dilagukan oleh seorang Qori’ (pembaca Al-Qur’an)

(Wulandari, 2015). Murottal Al-Qur’an merupakan salah satu musik yang

memiliki pengaruh positif bagi pendengarnya (Widayarti dalam Handayani

2014: 2). Hady (2012: 78) menjelaskan terapi murottal Al-Qur’an adalah

terapi bacaan Al-Qur’an yang merupakan terapi religi dimana seseorang

dibacakan ayat-ayat Al-Qur’an selama beberapa menit atau jam sehingga

memberikan dampak positif bagi tubuh seseorang. Menurut beberapa

pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Murottal Al-Qur’an adalah

bacaan ayat suci Al-Qur’an yang dibaca oleh qori’, direkam, dan dapat

digunakan untuk terapi religi.

2.1.2 Efek Murottal Al-Qur’an Terhadap Respon Tubuh

Rangsangan Murottal Al-Qur’an sebagai bagian dari terapi musik

adalah meningkatkan pelepasan endorfin dan dapat menurunkan kebutuhan

akan obat- obatan. Pelepasan tersebut memberikan suatu pengalihan

perhatian dari rasa sakit dan dapat menimbulkan ketenangan, Mekanisme

cara kerja musik sebagai alat terapi yaitu mempengaruhi semua organ sistem

tubuh. Menurut teori Candace Pert bahwa neuropeptida dan reseptor-

8
9

reseptor biokimia yang dikeluarkan oleh hypothalamus berhubungan erat

dengan kejadian emosi. Sifat rileks mampu mengurangi kadar kortisol,

epinefrin-norepinefrin, dopamin dan hormon pertumbuhan di dalam serum

(Faridah, 2015).

Murottal Al-Qur’an adalah salah satu musik dengan intensitas 50

desibel yang membawa pengaruh positif bagi pendengarnya (Wijaya dalam

Handayani, 2014). Menurut Smith dalam Wulandari (2014) intensitas suara

yang rendah merupakan intensitas suara kurang dari 60 desibel sehingga

menimbulkan kenyamanan dan tidak nyeri. Terapi murottal Al-Qur’an dapat

menstimulasi gelombang alpha yang akan menyebabkan pendengarnya

mendapat keadaan yang tenang, tentram, dan damai (Primaratri, 2018).

Menurut Purna dalam Wulandari (2014: 8), murottal Al-Qur’an

adalah lantunan ayat-ayat suci Al-Quran yang di lagukan oleh seorang qori’,

direkam, dan diperdengarkan dengan tempo yang lambat serta harmonis.

Bacaan murottal Al-Qur’an sebagai penyembuh penyakit jasmani dan rohani

melalui suara, intonasi, makna ayat-ayat yang dapat menimbulkan

perubahan baik terhadap organ tubuh manusia. Meskipun murottal Al-

Qur’an adalah bagian terapi musik. (Primaratri, 2018).

Bacaan murottal Al-Qur’an mempunyai irama yang konstan,

teratur dan tidak ada perubahan irama yang mendadak. Tempo murottal Al-

Qur’an juga berada antara 60-70/menit, serta nadanya rendah sehingga

mempunyai efek meningkatkan ketenangan (Wulandari, 2015). Lantunan

Al-Qur’an dapat menurunkan hormon stres, mengaktifkan hormon endorfin


10

alami, meningkatkan perasaan rileks, dan mengalihkan perhatian dari rasa

takut, ketegangan, memperbaiki sistem kimia tubuh sehingga menurunkan

tekanan darah serta memperlambat laju pernafasan, detak jantung, denyut

nadi, dan aktivitas gelombang otak. Laju pernafasan yang lebih dalam atau

lebih lambat tersebut sangat baik menimbulkan ketenangan, kendali emosi,

pemikiran yang lebih dalam dan metabolisme yang lebih baik (Wulandari,

2015).

Wulandari (2015) menjelaskan bahwa membaca atau

mendengarkan Al-Qur’an akan memberikan efek relaksasi, sehingga

memperlambat laju pembuluh darah, nadi dan denyut jantung. Terapi

murottal Al- Qur’an ketika diperdengarkan pada manusia akan membawa

gelombang suara dan mendorong otak untuk memproduksi zat kimia

neuropeptide. Molekul ini akan mempengaruhi reseptor didalam tubuh

sehingga hasilnya tubuh merasa nyaman. Wulandari (2015) membuktikan

dalam penelitiannya bahwa murottal Al- Qur’an mampu memacu sistem

saraf parasimpatis yang mempunyai efek berlawanan dengan sistem saraf

simpatis. Sehingga terjadi keseimbangan pada kedua sistem saraf autonom

tersebut. Hal inilah yang menjadi prinsip dasar dari timbulnya respon

relaksasi, yaitu terjadi keseimbangan antara sistem saraf simpatis dan sistem

saraf parasimpatis.

Semua proses fisiologis terapi murottal Al-Qur’an direkam oleh

Ahmed al Qhadi dalam system detector elektronic yang didukung komputer

untuk mengukur perubahan dalam fisiologis organ tubuh. Penelitian Ahmed


11

al Qhadi mengungkapkan bahwa ketegangan berpotensi mengurangi daya

tahan tubuh yang disebabkan terganggunya keseimbangan psikologis dan

fungsi organ tubuh untuk melawan sakit atau membantu proses

penyembuhan. Sebanyak 97 % responden, baik muslim maupun non-

muslim, baik yang mengerti bahasa arab maupun tidak, mengalami beberapa

perubahan fisiologis yang menunjukkan ketenangan dan menurunkan

ketegangan urat saraf reflektif (Remolda, 2009 dalam Risnawati, 2017)

Terapi murottal Al-Qur’an membuat kualitas kesadaran individu

terhadap Tuhan akan meningkat, baik individu tersebut tahu arti Al-Quran

atau tidak. Kesadaran ini akan menyebabkan kepasrahan sepenuhnya kepada

Allah SWT, dalam keadaan ini otak berada pada gelombang alpha. Keadaan

ini merupakan keadaan energi otak pada frekuensi 7-14 Hz. Keadaan ini

merupakan keadaan optimal sistem tubuh dan dapat menurunkan stres dan

menciptakan ketenangan (MacGregor dalam Handayani, 2014). Dalam

keadaan tenang, otak dapat berpikir dengan jernih dan dapat melakukan

perenungan tentang adanya Tuhan, setelah itu akan terbentuk koping, atau

harapan positif pada pasien (Wulandari, 2015).

Mustamir (2009) menjelaskan bahwa bacaan Al-Qur’an yang

paling baik digunakan untuk menurunkan kecemasan adalah bacaan Surat

Al-Fatihah, karena di dalamnya terkandung intisari dari Al-Qur’an. Selain

Surat Al-Fatihah, Surat An-Naas, Al-Falaq , Al-Baqarah dan Al-Ikhlas

merupakan Surat yang mempunyai munasabah atau keterkaitan antar ayat

atau surat dengan Surah Al-Fatihah sehingga mempunyai hubungan sejajar


12

atau paralel, Menurut Primaratri (2018). Surat Ar-Rahman terbukti dapat

meningkatkan kadar β-Endorphin yang berpengaruh terhadap ketenangan.

2.1.3 Konsep Surah Al-Baqarah

)١٥٥ ( َ‫صبِ ِريْن‬ ِّ َ‫ت َوب‬


ّٰ ‫ش ِِر ال‬ ٍ ‫ف َو ْال ُج ْوعِ َو َن ْق‬
ِ ِۗ ‫ص ِ ِّمنَ ْاْلَ ْم َوا ِل َو ْاْلَ ْنفُ ِس َوالث َّ َم ٰر‬ ِ ‫ش ْيءٍ ِ ِّمنَ ْالخ َْو‬
َ ِ‫َولَنَ ْبلُ َونَّ ُك ْم ب‬

wa lanabluwannakum bisyai`im minal-khaufi wal-jụ'i wa naqṣim minal-amwāli

wal-anfusi waṡ-ṡamarāt, wa basysyiriṣ-ṣābirīn

Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan,

kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira

kepada orang-orang yang sabar,

)١٥٦( َ‫ص ْيبَةٌ ِۗ قَالُ ْٓوا اِنَّا ِ ّّٰلِلِ َواِنَّا ٓ اِلَ ْي ِه ٰر ِجعُ ْو ِۗن‬ َ َ ‫اَلَّ ِذيْنَ اِذَآ ا‬
ِ ‫صابَتْ ُه ْم ُّم‬

allażīna iżā aṣābat-hum muṣībah, qālū innā lillāhi wa innā ilaihi rāji'ụn

(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata “Inna lillahi wa

inna ilaihi raji‘un” (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami

kembali).

ٰٰۤ ُ ٌ ٰٰۤ ُ
)١٥٧( َ‫ولىكَ ُه ُم ْال ُم ْهتَد ُْون‬ ‫صلَ ٰوتٌ ِ ِّم ْن َّر ِبِّ ِه ْم َو َرحْ َمة َِۗوا‬
َ ‫ولىكَ َعلَ ْي ِه ْم‬ ‫ا‬

ulā`ika 'alaihim ṣalawātum mir rabbihim wa raḥmah, wa ulā`ika humul-muhtadụn

Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya, dan

mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.


13

‫ف بِ ِه َما ِۗ َو َم ْن‬
َ ‫ط َّو‬ ّٰ ‫شعَ ٰۤاى ِر‬
َّ َّ‫ّٰللاِ ۚ فَ َم ْن َح َّج ْالبَيْتَ ا َ ِو ا ْعت َ َم َر َف ََل ُجنَا َح َعلَ ْي ِه اَ ْن ي‬ َ ‫صفَا َو ْال َم ْر َوة َ ِم ْن‬
َّ ‫۞ ا َِّن ال‬

ّٰ ‫ع َخي ًْر ۙا فَا َِّن‬


)١٥٨( ‫ّٰللاَ شَا ِك ٌر َع ِل ْي ٌم‬ َ َ‫ت‬
َ ‫ط َّو‬

innaṣ-ṣafā wal-marwata min sya'ā`irillāh, fa man ḥajjal-baita awi'tamara fa lā

junāḥa 'alaihi ay yaṭṭawwafa bihimā, wa man taṭawwa'a khairan fa innallāha

syākirun 'alīm

Sesungguhnya Safa dan Marwah merupakan sebagian syi‘ar (agama) Allah.

Maka barangsiapa beribadah haji ke Baitullah atau berumrah, tidak ada dosa

baginya mengerjakan sa‘i antara keduanya. Dan barangsiapa dengan kerelaan hati

mengerjakan kebajikan, maka Allah Maha Mensyukuri, Maha Mengetahui.

ٰٰۤ ُ ٰ ْ
ّٰ ‫ولىكَ يَ ْل َعنُ ُه ُم‬
ُ‫ّٰللا‬ ِ َّ‫ت َو ْال ُه ٰدى ِم ْۢ ْن بَ ْع ِد َما بَيَّنّٰهُ ِللن‬
ِ ۙ ‫اس فِى ال ِكت‬
‫ب ا‬ ِ ‫ا َِّن الَّ ِذيْنَ يَ ْكت ُ ُم ْونَ َما ٓ ا َ ْنزَ ْلنَا ِمنَ ْالبَ ِيِّ ٰن‬

) ١٥٩( َ‫َويَ ْلعَنُ ُه ُم اللّٰ ِعنُ ْو ۙن‬

innallażīna yaktumụna mā anzalnā minal-bayyināti wal-hudā mim ba'di mā

bayyannāhu lin-nāsi fil-kitābi ulā`ika yal'anuhumullāhu wa yal'anuhumul-lā'inụn

Sungguh, orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan

berupa keterangan-keterangan dan petunjuk, setelah Kami jelaskan kepada

manusia dalam Kitab (Al-Qur'an), mereka itulah yang dilaknat Allah dan dilaknat

(pula) oleh mereka yang melaknat,

ٰٰۤ ُ
َّ ُ‫ولىكَ اَت ُ ْوبُ َعلَ ْي ِه ْم ۚ َواَنَا التَّ َّواب‬
) ١٦٠( ‫الر ِح ْي ُم‬ ْ َ ‫ا َِّْل الَّ ِذيْنَ ت َاب ُْوا َوا‬
‫صلَ ُح ْوا َوبَيَّنُ ْوا فَا‬
14

illallażīna tābụ wa aṣlaḥụ wa bayyanụ fa ulā`ika atụbu 'alaihim, wa anat-

tawwābur-raḥīm

kecuali mereka yang telah bertobat, mengadakan perbaikan dan

menjelaskan(nya), mereka itulah yang Aku terima tobatnya dan Akulah Yang

Maha Penerima tobat, Maha Penyayang.

ٰۤ ٰٰۤ ُ َّ ُ
ِ ‫ّٰللاِ َو ْال َم ٰلى َك ِة َوال َّن‬
) ١٦١( َ‫اس اَجْ َم ِعي ْۙن‬ ّٰ ُ‫ولىكَ َعلَ ْي ِه ْم لَ ْعنَة‬ ٌ ‫ا َِّن الَّ ِذيْنَ َكفَ ُر ْوا َو َمات ُ ْوا َو ُه ْم كف‬
‫ار ا‬

innallażīna kafarụ wa mātụ wa hum kuffārun ulā`ika 'alaihim la'natullāhi wal-

malā`ikati wan-nāsi ajma'īn

Sungguh, orang-orang yang kafir dan mati dalam keadaan kafir, mereka itu

mendapat laknat Allah, para malaikat dan manusia seluruhnya,

َ ‫ف َع ْن ُه ُم ْالعَذَابُ َو َْل ُه ْم يُ ْن‬


) ١٦٢( َ‫ظ ُر ْون‬ ُ َّ‫ٰخ ِل ِديْنَ فِ ْي َها ۚ َْل يُ َخف‬

Khālidīna fīhā, lā yukhaffafu 'an-humul-'ażābu wa lā hum yunẓarụn

mereka kekal di dalamnya (laknat), tidak akan diringankan azabnya, dan

mereka tidak diberi penangguhan.

َّ ُ‫الرحْمٰ ن‬
)١٦٣ ( ‫الر ِح ْي ُم‬ ٓ َ ٌ ‫اح ۚد‬
َّ ‫ْلا ِٰلهَ ا َِّْل ه َُو‬ ِ ‫َوا ِٰل ُه ُك ْم ا ِٰلهٌ َّو‬

a ilāhukum ilāhuw wāḥid, lā ilāha illā huwar-raḥmānur-raḥīm

Dan Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada tuhan selain Dia,

Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.


15

َ َّ‫ي فِى ْالبَحْ ِر ِب َما َي ْنفَ ُع الن‬


‫اس‬ ْ ‫ار َو ْالفُ ْل ِك الَّ ِت ْي تَجْ ِر‬
ِ ‫ف الَّ ْي ِل َوالنَّ َه‬
ِ ‫اختِ ََل‬ ِ ‫ت َو ْاْلَ ْر‬
ْ ‫ض َو‬ ِ ‫ا َِّن فِ ْي خ َْل‬
ِ ‫ق السَّمٰ ٰو‬

ِ‫الر ٰيح‬
ِّ ِ ‫ْف‬ ْ َ ‫ث فِ ْي َها ِم ْن ُك ِِّل دَ ٰۤابَّ ٍة ۖ َّوت‬
ِ ‫ص ِري‬ َ ‫س َم ٰۤا ِء ِم ْن َّم ٰۤاءٍ فَاَحْ يَا بِ ِه ْاْلَ ْر‬
َّ َ‫ض بَ ْعدَ َم ْوتِ َها َوب‬ ّٰ ‫َو َما ٓ ا َ ْنزَ َل‬
َّ ‫ّٰللاُ ِمنَ ال‬

)١٦٤ ( َ‫ت ِلِّقَ ْو ٍم يَّ ْع ِقلُ ْون‬ ِ ‫س َم ٰۤا ِء َو ْاْلَ ْر‬


ٍ ‫ض َ ْٰل ٰي‬ َ ‫ب ْال ُم‬
َّ ‫س َّخ ِر بَيْنَ ال‬ ِ ‫س َحا‬
َّ ‫َوال‬

inna fī khalqis-samāwāti wal-arḍi wakhtilāfil-laili wan-nahāri wal-fulkillatī tajrī fil-

baḥri bimā yanfa'un-nāsa wa mā anzalallāhu minas-samā`i mim mā`in fa aḥyā

bihil-arḍa ba'da mautihā wa baṡṡa fīhā ming kulli dābbatiw wa taṣrīfir-riyāḥi was-

saḥābil-musakhkhari bainas-samā`i wal-arḍi la`āyātil liqaumiy ya'qilụn

Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan

siang, kapal yang berlayar di laut dengan (muatan) yang bermanfaat bagi manusia,

apa yang diturunkan Allah dari langit berupa air, lalu dengan itu dihidupkan-Nya

bumi setelah mati (kering), dan Dia tebarkan di dalamnya bermacam-macam

binatang, dan perkisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan

bumi, (semua itu) sungguh, merupakan tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-

orang yang mengerti.

َ َ ‫ّٰللاِ ِۗ َوالَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْٓوا ا‬


َ‫شدُّ ُحبًّا ِِّ ّّٰلِلِ َۙولَ ْو يَ َرى الَّ ِذيْن‬ ّٰ ‫اس َم ْن يَّت َّ ِخذ ُ ِم ْن د ُ ْو ِن‬
ّٰ ِ ِّ‫ّٰللاِ ا َ ْندَادًا ي ُِّحب ُّْونَ ُه ْم َكحُب‬ ِ َّ‫َو ِمنَ الن‬

ِ ‫ش ِد ْيد ُ ْالعَذَا‬
) ١٦٥( ‫ب‬ ّٰ ‫اب ا َ َّن ْالقُ َّوة َ ِ ّّٰلِلِ َج ِم ْيعًا َّۙوا َ َّن‬
َ َ‫ّٰللا‬ َ ۙ َ‫ظلَ ُم ْٓوا اِذْ يَ َر ْونَ ْالعَذ‬
َ

Wa minan-nāsi may yattakhiżu min dụnillāhi andāday yuḥibbụnahum kaḥubbillāh,

wallażīna āmanū asyaddu ḥubbal lillāhi walau yarallażīna ẓalamū iż yaraunal-

'ażāba annal-quwwata lillāhi jamī'aw wa annallāha syadīdul-'ażāb

Dan di antara manusia ada orang yang menyembah tuhan selain Allah

sebagai tandingan, yang mereka cintai seperti mencintai Allah. Adapun orang-
16

orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah. Sekiranya orang-orang

yang berbuat zalim itu melihat, ketika mereka melihat azab (pada hari Kiamat),

bahwa kekuatan itu semuanya milik Allah dan bahwa Allah sangat berat azab-Nya

(niscaya mereka menyesal).

َ َ‫اِذْ تَبَ َّرا َ الَّ ِذيْنَ اتُّبِعُ ْوا ِمنَ الَّ ِذيْنَ اتَّبَعُ ْوا َو َرا َ ُوا ْالعَذ‬
‫اب‬

)١٦٦( ُ‫ت ِب ِه ُم ْاْلَ ْس َباب‬ َّ َ‫َوتَق‬


ْ ‫ط َع‬

iztabarra`allażīnattubi'ụ minallażīnattaba'ụ wa ra`awul-'ażāba wa taqaṭṭa'at

bihimul-asbāb

(Yaitu) ketika orang-orang yang diikuti berlepas tangan dari orang-orang yang

mengikuti, dan mereka melihat azab, dan (ketika) segala hubungan antara mereka

terputus.

ِۗ ‫ت َعلَ ْي ِه ْم‬ ّٰ ‫َوقَا َل الَّ ِذيْنَ ات َّ َبعُ ْوا لَ ْو ا َ َّن لَنَا ك ََّرة ً فَنَت َ َب َّرا َ ِم ْن ُه ْم ِۗ َك َما تَ َب َّر ُء ْوا ِمنَّا ِۗ ك َٰذلِكَ ي ُِر ْي ِه ُم‬
َ ‫ّٰللاُ ا َ ْع َمالَ ُه ْم َح‬
ٍ ‫س ٰر‬

ِ َّ‫َار ِجيْنَ ِمنَ الن‬


)١٦٧(‫ار‬ ِ ‫َو َما ُه ْم ِبخ‬

wa qālallażīnattaba'ụ lau anna lanā karratan fa natabarra`a min-hum, kamā

tabarra`ụ minnā, każālika yurīhimullāhu a'mālahum ḥasarātin 'alaihim, wa mā

hum bikhārijīna minan-nār

Dan orang-orang yang mengikuti berkata, “Sekiranya kami mendapat

kesempatan (kembali ke dunia), tentu kami akan berlepas tangan dari mereka,

sebagaimana mereka berlepas tangan dari kami.” Demikianlah Allah


17

memperlihatkan kepada mereka amal per-buatan mereka yang menjadi

penyesalan mereka. Dan mereka tidak akan keluar dari api neraka.

)١٦٨( ‫شي ْٰط ِۗ ِن اِنَّهٗ لَ ُك ْم َعد ٌُّو ُّم ِبي ٌْن‬


َّ ‫ت ال‬
ِ ‫ط ٰو‬ َ ‫ض َح ٰل ًَل‬
ُ ‫ط ِِّيبًا َّۖو َْل تَتَّ ِبعُ ْوا ُخ‬ ِ ‫اس ُكلُ ْوا ِم َّما ِفى ْاْلَ ْر‬
ُ َّ‫ٰ ٓيا َ ُّي َها الن‬

yā ayyuhan-nāsu kulụ mimmā fil-arḍi ḥalālan ṭayyibaw wa lā tattabi'ụ

khuṭuwātisy-syaiṭān, innahụ lakum 'aduwwum mubīn

Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat

di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu

musuh yang nyata bagimu.

ّٰ ‫اِنَّ َما َيأ ْ ُم ُر ُك ْم ِبالس ٰۤ ُّْو ِء َو ْالفَحْ ش َٰۤا ِء َوا َ ْن تَقُ ْولُ ْوا َعلَى‬
)١٦٩( َ‫ّٰللاِ َما َْل تَ ْعلَ ُم ْون‬

innamā ya`murukum bis-sū`i wal-faḥsyā`i wa an taqụlụ 'alallāhi mā lā ta'lamụn

Sesungguhnya (setan) itu hanya menyuruh kamu agar berbuat jahat dan keji,

dan mengatakan apa yang tidak kamu ketahui tentang Allah.

َ َ‫ّٰللاُ قَالُ ْوا بَ ْل نَتَّبِ ُع َما ٓ ا َ ْلفَ ْينَا َعلَ ْي ِه ٰابَ ٰۤا َءنَا ِۗ ا َ َولَ ْو َكانَ ٰابَ ٰۤاؤُ ُه ْم َْل يَ ْع ِقلُ ْون‬
‫شيْـًٔا َّو َْل‬ ّٰ ‫َواِذَا قِ ْي َل لَ ُه ُم اتَّبِعُ ْوا َما ٓ ا َ ْنزَ َل‬

)١٧٠( َ‫يَ ْهتَد ُْون‬

wa iżā qīla lahumuttabi'ụ mā anzalallāhu qālụ bal nattabi'u mā alfainā 'alaihi

ābā`anā, a walau kāna ābā`uhum lā ya'qilụna syai`aw wa lā yahtadụn

Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Ikutilah apa yang telah diturunkan

Allah.” Mereka menjawab, “(Tidak!) Kami mengikuti apa yang kami dapati pada
18

nenek moyang kami (melakukannya).” Padahal, nenek moyang mereka itu tidak

mengetahui apa pun, dan tidak mendapat petunjuk.

)١٧١( َ‫ي فَ ُه ْم َْل َي ْع ِقلُ ْون‬ ُ ِۗ ‫ي َي ْن ِع ُق ِب َما َْل َي ْس َم ُع ا َِّْل دُ َع ٰۤا ًء َّو ِندَ ٰۤا ًء‬
ٌ ‫ص ٌّم ْۢ بُ ْك ٌم ع ُْم‬ ْ ‫َو َمث َ ُل الَّ ِذيْنَ َكفَ ُر ْوا َك َمث َ ِل الَّ ِذ‬

Wamaṡalullażīna kafarụ kamaṡalillażī yan'iqu bimā lā yasma'u illā du'ā`aw wa

nidā`ā, ṣummum bukmun 'umyun fa hum lā ya'qilụn

Dan perumpamaan bagi (penyeru) orang yang kafir adalah seperti

(penggembala) yang meneriaki (binatang) yang tidak mendengar selain panggilan

dan teriakan. (Mereka) tuli, bisu dan buta, maka mereka tidak mengerti.

)١٧٢( َ‫ت َما َرزَ ْق ٰن ُك ْم َوا ْش ُك ُر ْوا ِ ّّٰلِلِ ا ِْن ُك ْنت ُ ْم اِ َّياهُ تَ ْعبُد ُْون‬ َ ‫ٰ ٓيا َ ُّي َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا ُكلُ ْوا ِم ْن‬
ِ ‫ط ِِّي ٰب‬

yā ayyuhallażīna āmanụ kulụ min ṭayyibāti mā razaqnākum wasykurụ lillāhi ing

kuntum iyyāhu ta'budụn

Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah dari rezeki yang baik yang Kami

berikan kepada kamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika kamu hanya

menyembah kepada-Nya.

‫َل اِثْ َم‬ ُ ‫ض‬


ٓ َ َ‫ط َّر َغي َْر َباغٍ َّو َْل َعا ٍد ف‬ ّٰ ‫اِنَّ َما َح َّر َم َعلَ ْي ُك ُم ْال َم ْيتَةَ َوالد ََّم َولَحْ َم ْال ِخ ْن ِزي ِْر َو َما ٓ ا ُ ِه َّل ِب ٖه ِلغَي ِْر‬
ْ ‫ّٰللاِ ۚ فَ َم ِن ا‬

ّٰ ‫َعلَ ْي ِه ِۗ ا َِّن‬
)١٧٣( ‫ّٰللاَ َغفُ ْو ٌر َّر ِح ْي ٌم‬

innamā ḥarrama 'alaikumul-maitata wad-dama wa laḥmal-khinzīri wa mā uhilla

bihī ligairillāh, fa maniḍṭurra gaira bāgiw wa lā 'ādin fa lā iṡma 'alaīh, innallāha

gafụrur raḥīm
19

Sesungguhnya Dia hanya mengharamkan atasmu bangkai, darah, daging babi,

dan (daging) hewan yang disembelih dengan (menyebut nama) selain Allah. Tetapi

barangsiapa terpaksa (memakannya), bukan karena menginginkannya dan tidak

(pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sungguh, Allah Maha

Pengampun, Maha Penyayang.

ٰٰۤ ُ ً َ َ
ُ ُ‫ولىكَ َما يَأ ْ ُكلُ ْونَ فِ ْي ب‬
َ َّ‫ط ْونِ ِه ْم ا َِّْل الن‬
‫ار‬ ِ ‫ّٰللاُ ِمنَ ْال ِك ٰت‬
‫ب َويَ ْشت َُر ْونَ بِ ٖه ث َمنًا ق ِليَْل ا‬ ّٰ ‫ا َِّن الَّ ِذيْنَ يَ ْكت ُ ُم ْونَ َما ٓ ا َ ْنزَ َل‬

)١٧٤( ‫ّٰللاُ َي ْو َم ْال ِق ٰي َم ِة َو َْل يُزَ ِ ِّك ْي ِه ْم َۚولَ ُه ْم َعذَابٌ اَ ِل ْي ٌم‬


ّٰ ‫َو َْل يُ َك ِ ِّل ُم ُه ُم‬

innallażīna yaktumụna mā anzalallāhu minal-kitābi wa yasytarụna bihī ṡamanang

qalīlan ulā`ika mā ya`kulụna fī buṭụnihim illan-nāra wa lā yukallimuhumullāhu

yaumal-qiyāmati wa lā yuzakkīhim, wa lahum 'ażābun alīm

Sungguh, orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah diturunkan

Allah, yaitu Kitab, dan menjualnya dengan harga murah, mereka hanya menelan

api neraka ke dalam perutnya, dan Allah tidak akan menyapa mereka pada hari

Kiamat, dan tidak akan menyucikan mereka. Mereka akan mendapat azab yang

sangat pedih.

ٰٰۤ ُ
ِ َّ‫صبَ َر ُه ْم َعلَى الن‬
)١٧٥( ‫ار‬ َ َ‫ولىكَ الَّ ِذيْنَ ا ْشت ََر ُوا الض َّٰللَةَ بِ ْال ُه ٰدى َو ْالعَذ‬
ْ َ‫اب بِ ْال َم ْغ ِف َرةِ ۚ فَ َما ٓ ا‬ ‫ا‬

ulā`ikallażīnasytarawuḍ-ḍalālata bil-hudā wal-'ażāba bil-magfirah, fa mā

aṣbarahum 'alan-nār

Mereka itulah yang membeli kesesatan dengan petunjuk dan azab dengan

ampunan. Maka alangkah beraninya mereka menentang api neraka!


20

ِ ‫اختَلَفُ ْوا فِى ْال ِك ٰت‬


ٍ ْۢ ‫ب لَ ِف ْي ِشقَا‬
)١٧٦( ‫ق بَ ِع ْي ٍد‬ ِ ِّ ‫ب بِ ْال َح‬
ْ َ‫ق ِۗ َوا َِّن الَّ ِذيْن‬ ّٰ ‫ٰذلِكَ بِا َ َّن‬
َ ‫ّٰللاَ ن ََّز َل ْال ِك ٰت‬

żālika bi`annallāha nazzalal-kitāba bil-ḥaqq, wa innallażīnakhtalafụ fil-kitābi lafī

syiqāqim ba'īd

Yang demikian itu karena Allah telah menurunkan Kitab (Al-Qur'an) dengan

(membawa) kebenaran, dan sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham

tentang (kebenaran) Kitab itu, mereka dalam perpecahan yang jauh.

ٰۤ
‫اْل ِخ ِر َو ْال َم ٰلى َك ِة‬ ّٰ ِ‫ب َو ٰل ِك َّن ْالبِ َّر َم ْن ٰا َمنَ ب‬
ٰ ْ ‫اّلِلِ َو ْاليَ ْو ِم‬ ِ ‫ق َو ْال َم ْغ ِر‬
ِ ‫ْس ْالبِ َّرا َ ْن ت ُ َولُّ ْوا ُو ُج ْو َه ُك ْم قِبَ َل ْال َم ْش ِر‬
َ ‫۞ لَي‬

‫فى‬ َّ ‫ب َوالنَّ ِب ٖيِّنَ ۚ َو ٰات َى ْال َما َل َع ٰلى ُحبِِّ ٖه ذَ ِوى ْالقُ ْر ٰبى َو ْاليَ ٰتمٰ ى َو ْال َمسٰ ِكيْنَ َوابْنَ ال‬
ِ ‫سبِ ْي ۙ ِل َوالس َّٰۤاى ِليْنَ َو‬ ِ ‫َو ْال ِك ٰت‬

َ ْ ‫صبِ ِريْنَ فِى ْالبَأ‬


‫س ٰۤا ِء َوالض ََّّر ٰۤا ِء‬ َّ ‫ص ٰلوة َ َو ٰات َى‬
ّٰ ‫الز ٰكوةَ ۚ َو ْال ُم ْوفُ ْونَ بِعَ ْه ِد ِه ْم اِذَا َعا َهد ُْوا ۚ َوال‬ َ َ‫ب َواَق‬
َّ ‫ام ال‬ ِ ۚ ‫الرقَا‬
ِّ ِ
ٰٰۤ ُ ٰٰۤ ُ ْ ْ
‫ولىكَ ُه ُم‬ َ َ‫ولىكَ الَّ ِذيْن‬
‫صدَقُ ْوا َِۗوا‬ ‫سا‬
ِۗ ِ ‫َو ِحيْنَ ال َبأ‬

)١٧٧( َ‫ْال ُمتَّقُ ْون‬

laisal-birra an tuwallụ wujụhakum qibalal-masyriqi wal-magribi wa lākinnal-birra

man āmana billāhi wal-yaumil-ākhiri wal-malā`ikati wal-kitābi wan-nabiyyīn, wa

ātal-māla 'alā ḥubbihī żawil-qurbā wal-yatāmā wal-masākīna wabnas-sabīli was-

sā`ilīna wa fir-riqāb, wa aqāmaṣ-ṣalāta wa ātaz-zakāh, wal-mụfụna bi'ahdihim iżā

'āhadụ, waṣ-ṣābirīna fil-ba`sā`i waḍ-ḍarrā`i wa ḥīnal-ba`s, ulā`ikallażīna ṣadaqụ,

wa ulā`ika humul-muttaqụn

Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan ke barat,

tetapi kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari akhir,

malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi dan memberikan harta yang

dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang


21

dalam perjalanan (musafir), peminta-minta, dan untuk memerdekakan hamba

sahaya, yang melaksanakan salat dan menunaikan zakat, orang-orang yang

menepati janji apabila berjanji, dan orang yang sabar dalam kemelaratan,

penderitaan dan pada masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar,

dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.

2.2 Konsep Penyakit Katarak

2.2.1 Pengertian Katarak

Lensa adalah salah satu bagian mata yang memiliki struktur

transparan (jernih). Kejernihan mata dapat terganggu karena proses

degenerasi yang menyebabkan kekeruhan serabut lensa. Kekeruhan pada

lensa disebut dengan katarak (Irwan, 2018). Katarak adalah keadaan lensa

mata yang awalnya transparan menjadi keruh, sehingga menurunkan visus

penglihatan dan luas pandang (Nugroho, 2011).

2.2.2 Faktor Risiko

Menurut Sirlan dalam Irwan (2018) menjelaskan faktor risiko

katarak sebagai berikut.

1. Paparan Sinar Ultraviolet

Ada empat jenis radiasi ultraviolet, yaitu ultraviolet A, ultraviolet

B, ultraviolet C, dan ultraviolet D. Sinar ultraviolet yang paling

tinggi energinya dan berpotensi merusak makhluk hidup adalah

ultraviolet C dan ultraviolet D, tetapi hanya sedikit pengaruhnya

terhadap kehidupan di bumi karena radiasinya dapat diserap oleh

lapisan atmosfer. Ultraviolet A bisa menembus atmosfer yang


22

mengandung ozon, dan hanya ultraviolet B yang secara efektif dapat

ditahan ataudiserap oleh lapisan atmosfer. Peningkatan radiasi

ultraviolet B berhubungan dengan penipisan ozon di lapisan

stratosfer. Akibat dari peningkatan radiasi ini, diprediksi dapat

mengganggu dan mengancam kestabilan ekosistem di bumi. Adapun

pada manusia bahaya yang timbul berupa gangguan kesehatan,

antara lain dapat menimbulkan katarak pada mata, kanker kulit dan

mempengaruhi ketahanan tubuh terhadap serangan berbagai penyakit

.Intensitas ultraviolet B rendah pada pukul 07.00, meningkat pada

jam berikutnya sampai dengan pukul11.00. Setelah pukul 11.00

intensitas ini relatif stabil dan tinggi sampai dengan pukul 14.00

untuk kemudian menurun, dan pada pukul 16.00 mencapai intensitas

yang sama dengan pada pukul 07.00.

2. Pekerjaan

Pekerjaan berkaitan dengan paparan sinar ultraviolet. Penelitian

menunjukkan bahwa nelayan mempunyai jumlah paparan terhadap

sinar ultraviolet yang tinggi sehingga meningkatkan risiko terjadinya

katarak kortikal dan katarak posterior subkapsular.

3. Lingkungan (Geografi)

Hampir semua studi epidemiologi melaporkan tingginya

prevalensi katarak di negara yang berlokasi di khatulistiwa

karenatingginya paparan sinar ultraviolet. Tidak hanya paparan sinar

ultraviolet yang menyebabkan tingginya jumlah penderita katarak di


23

suatu daerah, tetapi juga disebabkan oleh berbagai faktor lain.

Penelitian di Nepal dan Cina melaporkan variasi prevalensi penduduk

yang tinggal di ketinggian berbeda. Prevalensi katarak senilis 60 %

lebih tinggi di Tibet dibandingkan di Beijing .

4. Pendidikan

Penelitian menemukan bahwa prevalensi katarak lebih tinggi pada

kelompok yang berpendidikan lebih rendah. Hal ini disebabkan karena

tingkat pendidikan dapat mempengaruhi status sosial ekonomi

termasuk pekerjaan dan status gizi .

5. Nutrisi

Lutein dan zeaxantin adalah satu-satunya karotenoid yang dijumpai

dalam lensa mata manusia. Risiko menderita katarak dapat diturunkan

dengan meningkatkan asupan makanan tinggi lutein (bayam dan

brokoli), yang telah dimasak lebih dari 2 kali dalam seminggu.

6. Merokok

Merokok dapat menyebabkan katarak karena mengunyah tembakau

dapat menginduksi stres oksidatif dan dihubungkan dengan penurunan

kadar antioksidan, askorbat dan karotenoid. Merokok menyebabkan

penumpukan molekul berpigmen – 3 hydroxykhynurinine dan

chromophores, yang menyebabkan terjadi penguningan warna lensa.

Sianat dalam rokok juga menyebabkan terjadinya karbamilasi dan

denaturasi protein .

7. Diare
24

Diare berperan dalam terjadinya katarak. empat cara berperannya

diare dalam terjadinya katarak yaitu malnutrisi, asidosis, dehidrasi,

dan tingginya kadar urea dalam darah.

8. Diabetes Melitus

Meningkatnya kadar gula darah, akan meningkatkan pula kadar

glukosa dalam aquos humor. Karena glukosa dari aquos humor masuk

ke dalam lensa dengan cara difusi, maka kadar glukosa dalam lensa

akan meningkat. Sebagian glukosa tersebut dirubah oleh enzim aldose

reduktase menjadi sorbitol yang tidak dimetabolisme, namun tetap

berada dalam lensa sehingga mempengaruhi kejernihan lensa.

9. Alkohol

Mengkonsumsi alkohol dapat meningkatkan risiko terkena

berbagai penyakit mata termasuk katarak. Alkohol bekerja secara

langsung pada protein lensa mata dan secara tidak langsung dengan

cara mempengaruhi penyerapan nutrisi pada lensa mata.

10. Obat-obatan

Data klinis dan laboratorium menunjukkan banyak obat yang

mempunyai potensi sebagai penyebab katarak. Obat-obatan yang

meningkatkan risiko katarak adalah kortikosteroid, fenotiazin,

miotikum, kemoterapi, diuretik, obat penenang, obat rematik, dan

lain-lain.

11. Jenis Kelamin

Banyak penelitian yang menunjukkan tingginya risiko perempuan


25

terkena katarak. Tingginya prevalensi pada perempuan terutama untuk

risiko terjadinya katarak kortikal.

2.2.3 Gejala Klinis

Menurut (Haspiani, 2017) kekeruhan lensa dapat terjadi tanpa

menimbulkan gejala, dan dijumpai pada pemeriksaan mata rutin. Gejala

katarak yang sering dikeluhkan adalah:

1. Silau

Pasien katarak sering mengeluh silau karena penurunan sensitivitas

kontras dalam lingkungan yang terang, silau pada saat siang hari atau

sewaktu melihat lampu mobil atau kondisi serupa di malam hari.

Keluhan ini khususnya dijumpai pada tipe katarak posterior

subkapsular. Pemeriksaan silau (test glare) dilakukan untuk mengetahui

derajat gangguan penglihatan dengan meletakkan sumber cahaya di

dalam lapang pandang pasien.

2. Diplopia Monokular atau Polyopia

Perubahan nuklear ada pada lapisan dalam nukleus lensa,

menyebabkan daerah pembiasan di tengah lensa. Daerah ini dapat

dilihat dengan refleks merah retinoskopi atau oftalmoskopi. Tipe

katarak ini dapat menyebabkan diplopia monokular atau polyopia.

3. Halo

Keadaan ini terjadi saat sinar putih terpecah menjadi spektrum

warna karena meningkatnya kandungan air dalam lensa. Halo sering

dialami oleh pasien katarak saat melihat di malam hari.


26

4. Distorsi

Katarak dapat menyebabkan garis lurus akan terlihat

bergelombang, Keadaan ini sering dijumpai pada stadium awal katarak.

5. Penurunan Tajam Penglihatan

Katarak menyebabkan penurunan penglihatan progresif tanpa rasa

nyeri. Ditemukan juga data pasien hanya menyadari adanya gangguan

penglihatan setelah dilakukan pemeriksaan. Setiap tipe katarak

mempunyai gejala gangguan penglihatan yang berbeda-beda,

tergantung pada cahaya, ukuran pupil dan derajat miopia. Setelah

mendapat data awal riwayat dan gejala katarak, maka pasien harus

dilakukan pemeriksaan penglihatan lengkap, dimulai dengan refraksi.

Perkembangan katarak nuklear sklerotik juga dapat mempengaruhi

tajam penglihatan dengan meningkatkan dioptri lensa, sehingga terjadi

miopia ringan hingga sedang.

6. Miopia Ringan

Perkembangan katarak dapat meningkatkan dioptri kekuatan lensa

yang dapat menyebabkan miopia ringan atau sedang. Pematangan

katarak nuklear ditandai dengan kembalinya penglihatan dekat karena

meningkatnya miopia akibat peningkatan kekuatan refraktif lensa

nuklear sklerotik, sehingga kacamata baca atau bifokal tidak

diperlukan lagi. Perubahan ini disebut “second sight” . Namun,

seiring dengan perubahan kualitas optikal lensa, keuntungan tersebut

akhirnya hilang juga.


27

2.2.4 Klasifikasi Katarak

Klasifikasi penyakit katarak berdasarkan usia menurut Irwan (2018)

adalah sebagai berikut:

1. Katarak Kongenital

Katarak dapat terlihat pada usia di bawah 1 tahun. Katarak ini

timbul sejak dalam kandungan atau timbul setelah dilahirkan dan

berkembang pada tahun pertama dalam hidupnya, umumnya disebabkan

karena adanya infeksi dan kelainan metabolisme pada saat

pembentukan janin terutama pada kehamilan 3 bulan pertama.

2. Katarak Juvenil

Katarak yang terjadi pada usia di atas 1 tahun dan di bawah 40

tahun. Katarak juvenil adalah kelanjutan dari katarak kongenital dan

penyulit katarak komplikata yang dapat terjadi akibat uveitis dan

glaukoma.

3. Katarak Presenil

Katarak yang terjadi setelah usia 40 tahun. Katarak ini merupakan

awal dari katarak senil; dan

4. Katarak Senil

Katarak yang mulai terjadi pada usia lebih dari 50 tahun.

5. Katarak Insipen

Merupakan stadium awal yaitu terjadi kekeruhan lensa berupa

bercak- bercak kekeruhan yang tidak teratur. Degenerasi lensa belum

menyerap cairan sehingga hanya terjadi kekeruhan ringan pada lensa.


28

Pada stadium ini juga belum terjadi gangguan tajam penglihatan.

6. Katarak Imatur

Pada stadium ini lensa mulai menyerap cairan sehingga lensa

menjadi cembung dan menyebabkan miopia, iris terdorong ke depan

serta bilik mata depan menjadi dangkal. Sudut bilik mata depan mungkin

tertutup sehingga timbul glaukoma sekunder.

7. Katarak Matur

Pada stadium ini terjadi kekeruhan lensa. Tekanan cairan dalam

lensa sudah seimbang dengan cairan dalam mata sehingga ukuran lensa

akan kembali normal. Tajam penglihatan sudah menurun sehingga hanya

tinggal proyeksi sinar positif.

8. Katarak Hipermatur

Pada stadium ini terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks

lensa dapat mencair sehingga nukleus lensa dapat tenggelam di dalam

korteks lensa. Terjadi pula degenerasi kapsul lensa sehingga bahan lensa

ataupun korteks lensa cair dapat masuk ke bilik mata depan, sehingga

timbul glaukoma fakolitik.

2.2.5 Patofisiologi Katarak

Katarak merupakan penyakit degenaratif pada usia lanjut diatas 65

tahun, namun saat ini katarak juga telah ditemukan pada usia muda (35-40

tahun) (Irawan dalam Ady, 2011). Pembentukan katarak ditandai oleh

berkurangnya oksigen, penurunan air, peningkatan kandungan kalsium, dan


29

berubahnya protein yang larut menjadi tidak bisa larut. Lensa mata yang

mengalami katarak secara bertahap akan kehilangan air dan akan bertambah

ukuran serta densitasnya. Peningkatan densitas akibat dari tekanan serat

yang lebih tua. Saat serat baru diproduksi di korteks, serat lensa ditekan

menuju pusat lensa. Serat-serat lensa yang lama akan menyebabkan

hilangnya transparansi lensa. Selain itu, berbagai penyebab katarak diatas

dapat menyebabkan gangguan metabolisme pada lensa mata. Gangguan

metabolisme ini menyebabkan perubahan kandungan bahan- bahan yang ada

di dalam lensa mata sehingga menyebabkan kekeruhan. Kekeruhan dapat

terjadi pada lensa atau kapsul lensa. Pada gangguan ini sinar yang akan

masuk melalui kornea akan terhalangi oleh kekeruhan yang terjadi pada

lensa mata. Akibatnya mengaburkan bayangan semu yang masuk ke retina.

Akibatnya otak mengintepretasikan sebagai bayangan berkabut. Lensa mata

akan menjadi putih susu, kuning, bahkan coklat atau hitam dan sulit

membedakan warna pada katarak yang tidak diterapi (Irwan, 2018).

2.1.6 Penatalaksanaan

Pengobatan katarak adalah dengan tindakan pembedahan (operasi)

(Tamsuri 2010). Setelah pembedahan, lensa diganti dengan kacamata afakia,

lensa kontak atau lensa tanam intraokular (Tamsuri 2010). Menurut Irwan

(2018) jenis pembedahan katarak mencakup extracapsular cataract

extractie (ECCE) dan intracapsular cataract extractie (ICCE).

1. Extracapsular Cataract Extractie (ECCE)

Operasi ECCE melakukan pengeluaran isi lensa dengan memecah


30

dan merobek kapsul lensa anterior (Tamsuri 2010: 58). Korteks dan

nukleus diangkat, sedangkan kapsul posterior ditinggalkan untuk

mencegah prolaps vitreus yang berfungsi melindungi retina dari sinar

ultraviolet dan mendukung implantasi lensa intraokuler. ECCE

merupakan jenis operasi katarak yang memungkinkan dimasukkannya

lensa intraokuler ke dalam kapsul yang tersisa. Tiga bulan setelah

operasi akan dilakukan pemeriksaan visus pada pasien oleh dokter.

Teknik yang digunakan untuk operasi ECCE adalah fakoemulsifikasi,

jaringan dihancurkan dan debris diangkat melalui penghisapan.

2. Intracapsular Cataract Extractie (ICCE)

Operasi katarak ini dengan mengangkat seluruh lensa mata yang

mengalami katarak. Keuntungan operasi ini adalah kemudahan

prosedurnya, sedangkan kerugiannya adalah berisiko retinal

detachment dan seluruh strukturpenyokong penanaman lensa

intraokuler akan diangkat. Teknik yang sering digunakan untuk

operasi ICCE adalah cryosurgery, lensa dibekukan dengan probe

dingin dan kemudian diangkat. Operasi ini dapat dilakukan pada

zonula zinii yang telah rapuh dan berdegenerasi serta mudah diputus.

Kontraindikasi operasi ini adalah pasien berusia 40 tahun karena

masih memiliki ligamen hialoidea kapsular. Penyulit operasi ini

adalah astigmatisme, glaukoma, uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan

(Tamsuri 2010: 59).

2.1.7 Komplikasi
31

Menurut Tamsuri (2010) ada beberapa komplikasi pascaoperasi

katarak, antara lain:

1. Peningkatan tekanan intraokular

Peningkatan tekanan intraokular pascaoperasi dapat terjadi secara

tiba-tiba ditandai dengan batuk, muntah, bersin, kemerahan pada mata,

mual, selalu tidur, dan lemah;

2. Infeksi

Observasi yang dilakukan oleh perawat saat pascaoperasi antara

lain menemukan adanya tanda-tanda infeksi pada mata yaitu adanya

kemerahan pada mata, tajam penglihatan, fotofobia, dan pengeluaran

air mata. Saat ditemukan cairan mata yang berwarna kuning hijau,

kemungkinan telah ada kontak dengan oftamologis;

3. Perdarahan

Perdarahan pascaoperasi katarak sering disebabkan oleh

pengeluaran darah dari intraokular akibat tidak sempurnanya

pengobatan hingga melukai jaringan tersebut, ketidakadekuatan

jahitan luka, adanya trauma, dan meningkatnya tekanan intraokular.

4. Bagian belakang kapsula terasa dingin

Kaca lensa mempunyai kapsula bagian depan untuk mencegah

sinar agar tidak sampai ke retina dan penglihatan kembali gelap. Pada

membran kedua seharusnya sinar diubah agar kembali mencapai

retina. Dalam komplikasi ini fungsi tersebut tidak dilaksanakan

sehingga kapsula terasa dingin. Operasi akan diulang lagi jika


32

ditemukan kegagalan pascaoperasi.

5. Ablasio Retina

Ablasio retina terjadi karena ekstraksi katarak intrakapsular

(kembalinya bagian belakang kapsula) yang menyebabkan pasien

melakukan gerakan secara tiba-tiba, vitreus humor dapat bergerak ke

depan dan naik menuju retina, sehingga terjadi perubahan struktur dan

terlepasnya retina dari epitel pigmen; danmelihat bintik atau tempat

yang gelap, adanya benda asing yang mengapung, melihat sinar

terang, dan penglihatan kabur.

2.1.8 Pencegahan

Upaya mencegah terkena katarak yaitu dengan mengurangi pajanan

sinar matahari langsung, tidak merokok dan menghindari asap rokok,

mengurangi berat badan bagi yang memiliki berat badan berlebih,

menghindari pemakaian obat-obatsteroid, menghindari makanan yang

tengik dan sumber radikal bebas lainnya, mengurangi asupan lemak hewan,

menghindari semua makanan yang merupakan produk akhir, dan

menghindari minuman alkohol. Meningkatkan asupan nutrisi antara lain

buah dan sayuran lebih dari 3,5 porsi sehari, makan lebih banyak makanan

tinggi asam amino sulfur (biji-bijian, legumes), menggunakan banyak

bumbu, tumerik, dan curcumin (Irwan, 2018).

2.3 Konsep Dasar Kecemasan

2.3.1 Definisi Kecemasan


33

Katona (2012, dalam Anggi, 2018 ) menyebutkan bahwa kecemasan

merupakan keadaan emosi yang tidak menyenangkan, melibatkan rasa

takut yang subjektif, rasa tidak nyaman pada tubuh, dan gejala fisik.

Kecemasan adalah pengalaman manusia yang bersifat

universal, suatu respon emosional yang tidak menyenangkan, penuh

kekhawatiran, suatu rasa takut yang tidak terekspresikan dan tidak terarah

karena suatu sumber ancaman atau pikiran sesuatu yang akan datang tidak

jelas dan tidak teridentifikasi (Solehati & Kosasih, 2015).

2.3.2 Teori Predisposisi dan Presipitasi Kecemasan

Beberapa teori yang mengemukakan faktor pendukung terjadinya

kecemasan menurut Hawari (2011, dalam Siti, 2017) antara lain :

1. Teori Psikoanalitik

Menurut pandangan psikoanalitik, kecemasan terjadi karena

adanya konflik yang terjadi antara emosional elemen kepribadian

yaitu id, ego dan super ego. Id mewakili insting, super ego mewakili

hati nurani, sedangkan ego mewakili konflik yang terjadi antara kedua

elemen yang bertentangan dan timbulnya merupakan upaya dalam

memberikan bahaya pada elemen ego.

2. Teori Interpersonal

Menurut pandangan interpersonal kecemasan timbul dari

perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan

interpersonal.
34

3. Teori Behaviour

Berdasarkan teori behaviour (perilaku), kecemasan merupakan

produk frustrasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan

seseorang.

4. Teori Prespektif Keluarga

Kajian keluarga menunjukkan pola interaksi yang terjadi

didalam keluarga kecemasan menunjukkan adanya interaksi yang

tidak adaptif dalam sistem keluarga.

5. Teori Prespektif Biologis

Kesehatan umum seseorang menurut pandangan biologis

merupakan faktor predisposisi timbulnya kecemasan.

2.3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan

Hawari (2011, dalam Siti, 2017) menyebutkan bahwa tingkat

kecemasan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terkait meliputi hal

berikut:

1. Potensi stressor

Stresor psikososial adalah setiap keadaan atau peristiwa yang

menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang, sehingga orang

itu terpaksa mengadakan adaptasi atau penyesuaian diri untuk

menanggulanginya.

2. Maturasi (kematangan)
35

Individu yang matang yaitu yang memiliki kematangan kepribadian

sehingga akan lebih sukar mengalami gangguan akibat stres, sebab

individu yang matang mempunyai daya adaptasi yang besar terhadap

stressor yang timbul. Sebaliknya individu yang berkepribadian tidak

matang akan bergantung dan peka terhadap rangsangan sehingga sangat

mudah mengalami gangguan akibat adanya stres.

3. Status pendidikan dan status ekonomi

status pendidikan dan status ekonomi yang rendah pada seseorang

menyebabkan orang tersebut mengalami stres dibanding dengan mereka

yang status pendidikan dan status ekonomi yang tinggi.

4. Tingkat pengetahuan

Tingkat pengetahuan yang rendah pada seseorang akan

menyebabkan orang tersebut mudah stres.

5. Keadaan fisik

Individu yang mengalami gangguan fisik seperti cidera, penyakit

badan, operasi, cacat badan lebih mudah mengalami stres. Disamping

itu orang yang mengalami kelelahan fisik juga akan lebih mudah

mengalami stres.

6. Tipe kepribadian

Individu dengan tipe kepribadian tipe A lebih mudah mengalami

gangguan akibat adanya stres dari individu dengan kepribadian B.

Adapun ciri–ciri individu dengan kepribadian A adalah tidak sabar,

kompetitif, ambisius, ingin serba sempurna, merasa buru–buru waktu,


36

sangat setia (berlebihan) terhadap pekerjaan, agresif, mudah gelisah,

tidak dapat tenang dan diam, mudah bermusuhan, mudah tersinggung,

otot–otot mudah tegang. Sedangkan individu dengan kepribadian tipe B

mempunyai ciri–ciri yang berlawanan dengan individu kepribadian tipe

A.

7. Sosial Budaya

Cara hidup individu di masyarakat yang sangat mempengaruhi

pada timbulnya stres. Individu yang mempunyai cara hidup sangat

teratur dan mempunyai falsafat hidup yang jelas maka pada umumnya

lebih sukar mengalami stres. Demikian juga keyakinan agama akan

mempengaruhi timbulnya stres.

8. Lingkungan atau situasi

Individu yang tinggal pada lingkungan yang dianggap asing akan

lebih mudah mangalami stres.

9. Usia

Ada yang berpendapat bahwa faktor usia muda lebih mudah

mengalami stres dari pada usia tua, tetapi ada yang berpendapat

sebaliknya.

10. Jenis kelamin

Umumnya wanita lebih mudah mengalami stres, tetapi usia harapan

hidup wanita lebih tinggi dari pada pria.

2.3.4 Faktor-faktor yang dapat mengurangi kecemasan


37

Faktor-faktor yang dapat mengurangi kecemasan menurut Prasetyo

(2009 dalam Anggi, 2018) antara lain :

1. Represi yaitu tindakan untuk mengalihkan atau melupakan hal atau

keinginan yang tidak sesuai dengan hati nurani. Represi juga bisa

diartikan sebagai usaha untuk menenangkan atau meredam diri agar

tidak timbul dorongan yang tidak sesuai dengan hatinya.

2. Relaksasi yaitu dengan mengatur posisi tidur dan tidak memikirkan

masalah. Relaksasi dan rekreasi bisa menurunkan kecemasan dengan

cara tidur yang cukup, mendengarkan musik, tertawa dan memperdalam

ilmu agama.

3. Komunikasi perawat, yaitu komunikasi yang disampaikan perawat pada

pasien dengan cara memberi informasi yang lengkap mulai pertama kali

pasien masuk dengan menetapkan kontrak untuk hubungan profesional

mulai dari fase orientasi sampai dengan terminasi atau yang disebut

dengan komunikasi teraupetik.

4. Psikofarmaka yaitu pengobatan untuk cemas dengan memakai obat-

obatan seperti diazepam, bromazepam dan alprazolam yang berkhasiat

memulihkan fungsi gangguan neurotransmiter (sinyal penghantar saraf)

di susunan saraf pusat otak (lymbic system).

5. Psikoterapi merupakan terapi kejiwaan dengan memberi motivasi,

semangat dan dorongan agar pasien yang bersangkutan tidak merasa

putus asa dan diberi keyakinan serta kepercayaan diri.


38

6. Psikoreligius yaitu dengan doa dan dzikir. Doa adalah mengosongkan

batin dan memohon kepada Tuhan untuk mengisinya dengan segala hal

yang kita butuhkan. Dalam doa umat mencari kekuatan yang dapat

melipatgandakan energi yang hanya terbatas dalam diri sendiri dan

melalui hubungan dengan doa tercipta hubungan yang dalam antara

manusia dan Tuhan. Terapi medis tanpa disertai dengan doa dan dzikir

tidaklah lengkap, sebaliknya doa dan dzikir saja tanpa terapi medis

tidaklah efektif.

2.3.5 Tipe Kebribadian Pencemas

Menurut Hawari (2011 dalam Anggi, 2018), seseorang akan menderita

gangguan cemas manakala yang bersangkutan tidak mampu mengatasi

stressor psikososial yang dihadapinya. Tetapi pada orang-orang tertentu

meskipun tidak ada stressor psikososial yang dihadapinya. Tetapi pada

orang-orang tertentu meskipun tidak ada stresor psikososial, yang ditandai

dengan corak atau tipe kepribadian pencemas, yaitu antara lain:

1. Cemas, khawatir, tidak tenang, ragu dan bimbang

2. Memandang masa depan dengan rasa was-was (khawatir)

3. Kurang percaya diri, gugup apabila tampil di muka umum

(“demam panggung”)

4. Sering merasa tidak bersalah, menyalahkan orang lain

5. Tidak mudah mengalah, suka ngotot

6. Gerakan sering serba salah, tidak tenang bila duduk, gelisah


39

7. Seringkali mengeluh ini dan itu (keluhan-keluhan somatik), khawatir

berlebihan terhadap penyakit

8. Mudah tersinggung, suka membesar-besarkan masalah yang kecil

(dramatisasi)

9. Dalam mengambil keputusan sering diliputi rasa bimbang dan ragu

10. Bila mengemukakan sesuatu atau bertanya seringkali di ulang-ulang

11. Kalau sedang emosi seringkali bertindak histeris.

2.3.6 Manifestasi Klinis

Hawari (2011, dalam Siti, 2017)mengatakan bahwa ansietas dapat

diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologis, perilaku dan

secara langsung melalui timbulnya gejala sebagai upaya untuk melawan

ansietas. Intensitas perilaku akan meningkat sejalan dengan peningkatan

tingkat kecemasan.Tanda dan gejala berdasarkan klasifikasi tingkat

kecemasan yang timbul secara umum adalah :

1. Tanda fisik

a. Cemas ringan:

1) Gemetaran, renjatan, rasa goyang

2) Ketegangan otot

3) Nafas pendek, hiperventilasi

4) Mudah lelah

b. Cemas sedang:

1) Sering kaget

2) Hiperaktifitas autonomic
40

3) Wajah merah dan pucat

c. Cemas berat:

1) Takikardi

2) Nafas pendek, hiperventilasi

3) Berpeluh

4) Tangan terasa dingin

d. Panik

1) Diare

2) Mulut kering (xerostomia)

3) Sering kencing

4) Parestesia (kesemutan pada kaki dan tangan)

5) Sulit menelan

2. Gejala psikologis

a. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri,

mudah tersinggung

b. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut

c. Sulit konsentrasi, hypervigilance (siaga berlebihan)

d. Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang

e. Gangguan pola tidur, mimpi – mimpi yang menegangkan

f. Gangguan konsentrasi dan daya ingat

g. Libido menurun

h. Rasa menganjal di tenggorokan

i. Rasa mual di perut


41

2.3.7 Gangguan Cemas Menyeluruh/Generalized Anxiety Disorder/GAD)

Menurut Hawari (2011 dalam Siti, 2017), secara klinis selain gejala

cemas yang biasa, disertai dengan kecemasan yang menyeluruh dan

menetap (paling sedikit berlangsung selama 1 bulan) dengan manifestasi 3

dari 4 kategori gejala berikut ini:

1. Ketegangan motorik/alat gerak:

a. Gemetar

b. Tegang

c. Nyeri otot

d. Letih

e. Tidak dapat santai

f. Kelopak mata bergetar

g. Kening berkerut

h. Muka tegang

i. Gelisah

j. Tidak dapat diam

k. Mudah kaget

2. Hiperaktivitassaraf autonom/simpatis/parasimpatis:

a. Berkeringat berlebihan

b. Jantung berdebar-debar

c. Rasa dingin

d. Telapak tangan/kaki basah

e. Mulut kering
42

f. Pusing

g. Kepala terasa ringan

h. Kesemutan

i. Rasa mual

j. Rasa aliran panas atau dingin

k. Sering buang air seni

l. Diare

m. Rasa tidak enak ulu hati

n. Kerongkongan tersumbat

o. Muka merah atau pucat

p. Denyut nadi dan nafas yang cepat waktu istirahat

3. Rasa khawatir berlebihan tentang hal-hal yang akan datang atau

apprehensive expectation :

a. Cemas, khawatir, takut

b. Berpikir berulang (rumination)

c. Membayangkan akan datangnya kemalangan terhadap dirinya

atau orang lain

4. Kewaspadaan berlebihan:

a. Mengamati lingkungan secara berlebihan sehingga

mengakibatkan perhatian mudah teralih

b. Sukar konsentrasi

c. Sukar tidur

d. Merasa ngeri
43

e. Mudah tersinggung

f. Tidak sabar

2.3.8 Tingkat Kecemasan

Asmadi (2009, dalam Syurini, 2016) mengatakan bahwa tingkatan

kecemasan dibagi menjadi 4, antara lain:

1. Kecemasan ringan/Mild anxiety

Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam

kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada

dan meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan ringan dapat

memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.

Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah kelelahan, iritabel,

lapang persepsi meningkat, kesadaran tinggi, mampu untuk belajar,

motivasi meningkat dan tingkah laku sesuai situasi.

Kecemasan ringan mempunyai karakteristik :

a. Berhubungan dengan ketegangan dalam peristiwa sehari-hari

b. Kewaspadaan meningkat

c. Persepsi terhadap lingkungan meningkat

d. Dapat menjadi motivasi positif untuk belajar dan menghasilkan

kreatifitas.

e. Respon fisiologis: sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan darah

meningkat sedikit, gejala ringan pada lambung, muka berekrut,

serta bibir bergetar.

f. Respon kognitif: mampu menerima rangsangan yang kompleks,


44

konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah secara efektif,

dan terangsang untuk melakukan tindakan.

Respon perilaku dan emosi: tidak dapat duduk tenang, remor halus

pada tangan, dan suara kadang-kadang meninggi.

2. Kecemasan sedang/ moderate anxiety

Kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan

pada masalah yang penting dan mengesampingkan yang lain sehingga

seseorang mengalami perhatian yang selektif, namun dapat melakukan

sesuatu yang terarah. Manifestasi yang terjadi pada tingkat ini yaitu

kelelahan meningkat, kecepatan denyut jantung dan pernapasan

meningkat, ketegangan otot meningkat, bicara cepat dengan volume

tinggi, lahan persepsi menyempit, mampu untuk belajar namun tidak

optimal, kemampuan konsentrasi menurun, perhatian selektif dan

terfokus pada rangsangan yang tidak menambah ansietas, mudah

tersinggung, tidak sabar, mudah lupa, marah dan menangis.

Kecemasan sedang mempunyai karakteristik :

a. Respon biologis : sering nafas pendek, nadi ekstra sistol dan

tekanan darah meningkat, mulut kering, anoreksia, diare/

konstipasi, sakit kepala, sering berkemih, dan letih.

b. Respon kognitif : memusatkan perhatian pada hal yang penting dna

mengesampingkan yang lain, lapang persepsi menyempit, dan

rangsangan dari luar tidak mampu diterima. Respon perilaku dan


45

emosi : gerakan tersentak-sentak, terlihat lebih tegas, bicara banyak

dan lebih cepat, susah tidur, dan perasaan tidak aman.

3. Kecemasan berat/ Severe anxiety

Kecemasan berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang.

Seseorang dengan kecemasan berat cenderung untuk memusatkan

pada sesuatu yang terinci dan spesifik, serta tidak dapat berpikir

tentang hal lain. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan

untuk dapat memusatkan pada suatu area yang lain. Manifestasi yang

muncul pada tingkat ini adalah mengeluh pusing, sakit kepala, nausea,

tidak dapat tidur (insomnia), sering kencing, diare, palpitasi, lahan

persepsi menyempit, tidak mau belajar secara efektif, berfokus pada

dirinya sendiri dan keinginan untuk menghilangkan kecemasan,

perasaan tidak berdaya,bingung, disorientasi.

Kecemasan berat mempunyai karakteristik :

a. Individu cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan

mengabaikan hal yang lain.

b. Respon fisiologis : nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik,

berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur, serta tampak

tegang.

c. Respon kognitif: tidak mampu berpikir berat lagi dan

membutuhkan banyak pengarahan/tuntunan, serta lapang persepsi

menyempit.
46

d. Respon perilaku dan emosi: perasaan terancam meningkat dan

komunikasi menjadi terganggu (verbalisasi cepat).

4. Panik

Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror

karena mengalami kehilangan kendali. Orang yang sedang panik tidak

mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Tanda dan

gejala yang terjadi pada keadaan ini adalah susah bernapas, dilatasi

pupil, palpitasi, pucat, diaphoresis, pembicaraan inkoheren, tidak

dapat berespon terhadap perintah yang sederhana, berteriak, menjerit,

mengalami halusinasi dan delusi.

Panik mempunyai karakteristik :

a. Respons fisiologis: nafas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit

dada, pucat, hipotensi, serta rendahnya koordinasi motorik.

b. Respons kognitif: gangguan realitas, tidak berfikir logis,

persepsi terhadap lingkungan mengalami distorsi, dan

ketidakmampuan memahami situasi.

c. Respons prilaku dan emosi: agitasi, mengamuk dan marah,

ketakutan, berteriak-teriak, kehilangan kendali atau kontrol diri

(aktifitas motorik tidak menentu), perasaan terancam serta dapat

berbuat sesuatu yang membahayakan diri sendiri dan atau orang

lain.

2.3.9 Alat Ukur Kecemasan


47

Menurut Mcdowel (2006 dalam Duarsa, 2019) Untuk mengukur

tingkat kecemasan dapat dilakukan dengan menggunakan sebuah kuesioner.

Terdapat beberapa macam kuesioner kecemasan, yaitu:

1. Zung Self Anxiety Scale (ZSAS)

Kuesioner Zung Self Anxiety Scale (ZSAS) pertama kali

dikemukakan oleh Wiliam W.K Zung pada tahun 1971. Kuesioner ini

dikembangkan berdasarkan gejala kecemasan dalam Diagnostic and

Statistic Manual Mental Disorders (DSM-II) (Zung, 1971). Terdapat 20

item pertanyaan dalam kuesioner ini dimana setiap pertanyaan dinilai 1-

4 (1 : tidak pernah, 2 : kadang – kadang, 3 : sebagian waktu. 4 : hampir

setiap waktu), terdapat 15 pertanyaan tentang gangguan fisiologis dan

pertanyaan meliputi gangguan sikap atau perilaku

2. Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS)

Instrumen ini terdiri dari 50 butir pertanyaan, yang terbagi menjadi

dua kategori pertanyaan favorable dan unfavorable. Pertanyaan

unfavorable berjumlah 13 pertanyaan, dimana bernilai nol untuk

jawaban “ya” dan bernili satu untuk jawaban “tidak”. Pertanyaan

favorable terdiri dari 37 pertanyaan dimana bernilai satu untuk jawaban

“ya” dan bernilai nol untuk jawaban “tidak”.

a. Skor < 21: tidak cemas

b. Skor > 21: cemas

3. Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS)


48

HAM-A adalah sebuah kuesioner survei kesehatan untuk menilai

kecemasan hidup, yang terdiri dari 14 butir pertanyaan. Kuesioner ini

merupakan alat ukur gejala kecemasan, yang kadang disebut juga

Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS). Kuesioner ini menghasilkan 5

skala kecemasan, mulai dari 0 = tidak ada, secara klinis tidak bermakna,

4= sangat berat, yang kemudian dijumlahkan menjadi nilai skor

kecemasan. HAM-A dapat digunakan pada anak- anak dan dewasa untuk

menilai gejala ansietas. Juga dapat digunakan untuk menilai tingkat

keparahan gejala kecemasan pada anak-anak dan dewasa. Dapat juga

digunakan sebagai ukuran ketika mengkaji dampak anti ansietas

terhadap obat-obatan, terapi perawatan dan ukuran standar kecemasan

yang digunakan dalam evaluasi obat- obat psikotropika. HAM-A dapat

juga dipakai sebelum tindakan pemakaian obat dan tindak lanjut

pengobatan, jadi dosis obat dapat diubah berdasarkan pada skor tes

pasien. HAM-A pertama kali dikembangkan oleh Max Hamilton pada

tahun 1959. Memberikan langkah keseluruhan kecemasan, kecemasan

psikis (mental agitasi dan tekanan psikologis) dan kecemasan somatik

(keluhan fisik yang berhubungan dengan kecemasan). Kuesioner

Hamilton dikembangkan dan disesuaikan pada orang dewasa dan anak-

anak. Meskipun paling sering digunakan untuk remaja, tetapi sekarang

dapat juga digunakan untuk orang dewasa. Sekarang secara luas terdapat

juga skala Hamilton depresi (HDS) untuk mengukur gejala depresi.


49

Skala Hamilton dikembangkan dengan memanfaatkan teknik

statistik faktor analisis. Penggunaan metode ini mampu menghasilkan

serangkaian gejala yang berhubungan dengan kecemasan dan yang lebih

menentukan ialah gejala yang berhubungan dengan kecemasan psikis

yang terkait dengan kecemasan somatik.

HAM-A adalah sebuah kuesioner survei yang mengukur 14 kriteria

kesehatan sebagai berikut : (1) Kecemasan, (2) Ketegangan, (3) Rasa

Takut, (4) Insomnia, (5) kesulitan dalam berkonsentrasi dan mengingat,

(6) suasana hati Depresi, (7) Gejala - gejala Somatik Umum (Gejala –

gejala Muscular), (8) Gejala-gejala somatic umum (Sensorik), (9) Gejala-

gejala Kardiovascular, (10) Gejala - gejala pernafasan, (11) Gejala-

gejala Gastrointestinal, (12) gejala-gejala Genitourinarius, (13) Gejala

gejala otonom, (14) Perilaku wawancara. Pengukuran ini menghasilkan

nilai skor 0 = tidak ada, 1 = ringan, 2= sedang, 3= berat, 4= berat sekali,

sebagai cut off point nya yaitu : < 14 = tidak ansietas 14 - 20 = ansietas

ringan, 21 – 27 = ansietas sedang, 28 - 41 = ansietas berat, 42-56 =

ansietas berat sekali/ panik.

Tes ini telah dikritik dengan alasan tidak selalu membedakan antara

orang dengan gejala kecemasan dan orang dengan gejala depresi (orang

dengan depresi didapati juga skor HAM-A cukup tinggi ). Karena HAM-

A diukur, dikelola dan dinilai oleh pewawancara, ada beberapa

subyektivitas interpretasi dan penilaian. Bias pewawancara dapat

mempengaruhi hasil. Oleh karena itu, beberapa orang lebih suka self-
50

report di mana nilai didasarkan pada tanggapan orang yang

diwawancara.

HAM-A telah dideskripsikan dan diatur secara semi-terstruktur

dengan serangkaian pertanyaan yang berhubungan dengan gejala

kecemasan. Pewawancara pada tingkat individu untuk skala lima poin

untuk masing-masing 14 item. Tujuh dari item khusus mengatasi

kecemasan psikis dan tujuh item tersisa untuk kecemasan somatik.

contohnya, item ketiga khusus ketakutan yang berkaitan dengan

kecemasan, item insomnia, item kelima kesulitan tidur. Menurut

Hamilton, gejala psikis yang ditimbulkan oleh wawancara HAM-A

contohnya suasana cemas umum, ketakutan yang tinggi, perasaan

ketegangan dan kesulitan berkonsentrasi. Contoh somatik gejala

termasuk sakit otot, perasaan kelemahan, masalah kardiovaskular, dan

kegelisahan. Hasil ada 14 item, nilai dibagi atas skala dari nol sampai

empat, nol berarti bahwa tidak ada kecemasan, satu menunjukkan

kecemasan ringan, dua menunjukkan kecemasan yang moderat, tiga

menunjukkan kecemasan yang berat, dan empat menunjukkan kecemasan

yang sangat berat. Kecemasan total skor berkisar dari 0 sampai 56.

Panduan untuk pemberian skor butir-butir pernyataan

0 = Tidak ada atau dapat diabaikan : Secara klinis tidak bermakna

1 = Ringan : Kadang-kadang terjadi,waktunya singkat dan fungsi

tidak terganggu,atau bila ada, gangguan sangat ringan.


51

2 = Sedang : lebih sering muncul atau mungkin mencari pengobatan

(misalnya menggunakan obat untuk menghilangkan gejala ) atau

penderita sedang atau hendaya sedang.

3 = Berat : terjadi terus menerus atau ada hendaya fungsi yang jelas

atau pemderitaannya berat atau mencari pengobatan atau

direkomendasikan untuk menggunakan pengobatan untuk

menghilangkan penyakit.

4 = Sangat berat : ketidakberdayaaan akibat symptom atau tidak

berfungsi atau keadaan sangat buruk.

2.3.10 Kecemasan Pasien Pre Operasi Katarak

Operasi dapat menyebabkan kecemasan pada pasien

sebelum proses operasi dimulai. Hal ini akan berakibat buruk

jika tidak segera diatasi, karena akan meningkatkan tekanan

darah dan pernafasan serta mempengaruhi terhadap

pelaksanaan atau penundaan operasi (Muttaqin dan Sari,

2009: 74). Kecemasan yang dirasakan pasien pre operasi

katarak disebabkan oleh ketidaktahuan pasien tentang proses

penyakit dan cara mengobatinya, juga diakibatkan oleh rasa

khawatir kehilangan fungsi penglihatan seumur hidup

sehingga akan membebani anggota keluarga yang lain

(Wahyuni, 2015). Perawat harus membantu mengatasi

kecemasan pasien sebelum proses operasi dimulai.

Ketidakmampuan mengatasi kecemasan secara konstruktif


52

oleh pasien merupakan penyebab utama terjadinya kejadian

patologis. Kecemasan yang berlebihan, syok atau keadaan

serius lainnya yang terjadi disertai ketidakadekuatan sistem

kardiovaskuler mengalirkan darah keseluruh tubuh dengan

jumlah yang memadai, dapat menyebabkan gangguan

peredaran darah dan gangguan perfusi organ vital, seperti

jantung dan otak. Hal ini akan berakibat buruk jika tidak

segera diatasi, karena akan meningkatkan tekanan darah dan

pernafasan serta mempengaruhi proses operasi (Muttaqin &

Sari, 2009).

Pasien pre operasi katarak yang mengalami tekanan

darah tinggi dapat meningkatkan tekanan bola mata sehingga

akan menyulitkan dokter dalam menanamkan lensa

intraokuler sebagai pengganti lensa yang mengalami katarak

(Budiman, Knoch, & Sitompul, 2013). Gula darah yang tinggi

membuat lensa mengalami perlengketan dengan kapsul

posteriornya sehingga waktu untuk mengeluarkan kataraknya

cukup lama dan membutuhkan teknik khusus. Selain itu

kapsul posterior lensa semakin rapuh sehingga mudah pecah

dan terjadi prolaps cairan vitreus. Hal tersebut akan

mempersulit dilakukan penanaman lensa okuler bahkan

kemungkinan tidak bisa dilakukan penanaman, sehingga

membuat tajam penglihatan setelah operasi tidak bisa


53

maksimal (Budiman, Knoch, & Sitompul, 2013). Pasien yang

memiliki riwayat gangguan gula darah dan hipertensi perlu

diberi tindakan sebelum operasi sebab akan mempengaruhi

proses intraoperasi (Muttaqin & Sari 2009: 226).

2.3.11 Intervensi Terhadap Kecemasan Pasien Pre Operasi Katarak

Sikap perawat diharapkan dapat melakukan pengkajian

terhadap fungsi fisiologis dan psikologis yang menentukan

keberhasilan dan kesuksesan suatu operasi (Paryanto, 2009:152).

Masalah keperawatan yang muncul pada pre operasi

adalah kecemasan (Muttaqin & Sari, 2009: 72).

Intervensi mandiri keperawatan untuk persiapan psikologis

pre operasi yaitu mengatasi tingkat kecemasan. Metode

penatalaksanaan kecemasan mencakup pendekatan farmakologi

dan non farmakologi. Terapi farmakologi untuk anti kecemasan

adalah benzodiazepine, obat ini digunakan untuk jangka pendek,

dan tidak dianjurkan untuk jangka panjang karena pengobatan

ini menyebabkan toleransi dan ketergantungan. Terapi

farmakologi anti kecemasan lainnya adalah buspiron (Buspar)

dan berbagai antidepresan (Muttaqin & sari, 2009).

Pendekatan farmakologi lebih mahal, dan berpotensi

mempunyai efek yang kurang baik. Sedangkan metode non

farmakologi lebih murah, sederhana, efektif dan tanpa efek yang

merugikan (Wulandari, 2015).


54

Salah satu teknik distraksi yaitu terapi musik (Wulandari,

2015). Dalam perkembangannya, musik memiliki efek terapi

dalam mengatasi gangguan suasana hati, seperti kecemasan (Al-

Firdaus dalam Rompas, 2013: 2). Pernyataan tersebut didukung

oleh Robbert dalam Wulandari (2015) yang menjelaskan

karakteristik musik yaitu: (a) distraksi, yaitu musik dapat

mengalihkan konsentrasi pasien pada hal-hal yang

menyenangkan, (b) relaksasi, musik menyebabkan pernafasan

menjadi lebih rileks dan menurunkan denyut jantung, karena

orang yang mengalami cemas denyut jantung meningkat, (c)

menciptakan rasa nyaman, pasien yang berada pada ruang

perawatan dapat merasa cemas dengan lingkungan yang asing

baginya dan akan merasa lebih nyaman jika mereka

mendengarkan musik yang mempunyai arti bagi mereka.

Musik adalah bagian integral dalam peribadatan lintas budaya

dan agama, mampu menenangkan jiwa, menjadi sarana untuk

memusatkan diri pada kesadaran spiritual, serta mengangkat

seseorang pada sebuah situasi damai, hening, dan sadar akan diri

sendiri (Wulandari, 2015). Kepercayaan spiritualitas memainkan

peranan penting dalam menghadapi kecemasan (Muttaqin &

Sari, 2009: 72). Beberapa penelitian telah menunjukanpenurunan

kecemasan pada pasien yang menggunakan doa maupun praktik

spritualitas lainnya (King dalam Rompas 2013: 2).Spiritualitas


55

(membacakan doa sesuai agama dan keyakinannya) menjadi

salah satu distraksi yang efektif karena dapat menurunkan

hormon-hormon stressor, mengaktifkan hormon endorfin alami,

meningkatkan perasaan rileks, dan mengalihkan perhatian dari

rasa takut, cemas dan tegang, memperbaiki sistem kimia tubuh

sehingga menurunkan tekanan darah serta memperlambat

pernafasan, detak jantung, denyut nadi, dan aktivitas gelombang

otak. Laju pernafasan yang lebih dalam atau lebih lambat

tersebut sangat baik menimbulkan ketenangan, kendali emosi,

pemikiran yang lebih dalam dan metabolisme yang lebih baik.

Salah satu terapi yang menjadi bagian dari terapi musik dan

terapi spiritualitas adalah terapi murottal Al-Qur’an(Muttaqin &

sari, 2009).

2.4. Hubungan Murottal Al-Qur’an Terhadap Kecemasan

Salah satu teknik distraksi yang digunakan untuk mengatasi

kecemasan adalah terapi murottal Al-Qur’an (mendengarkan bacaan ayat-ayat

suci Al- Qur’an) (Wulandari, 2015). Murottal Al-Qur’an merupakan bagian

instrumen musik yang memiliki proses untuk menurunkan kecemasan.

Harmonisasi dalam musik yang indah akan masuk telinga dalam bentuk suara

(audio), menggetarkan gendang telinga, mengguncangkan cairan di telinga

dalam, serta menggetarkan sel-sel rambut di dalam koklea untuk selanjutnya

melalui saraf koklearis menuju otak dan menciptakan imajinasi keindahan di


56

otak kanan dan otak kiri yang akan memberikan dampak berupa kenyamanan

dan perubahan perasaan. Perubahan perasaan ini diakibatkan karena musik

dapat menjangkau wilayah kiri korteks celebri (Mindlin,2009).

Sesuai dengan penlitian yang dilakuakan oleh faridah (2015)

mengenai terapi murottal (al-qur’an) mampu menurunkan tingkat kecemasan

pada pasien pre op lapratomi, didapatkan hasil sebelum diberikan terapi

murottal al-qur’an mengalami kecemasan sedang sebesar 56,2% dan

kecemasan berat sebesar 43,8% setelah diberikan terapi murottal al-qur’an

didapatkan sebagian besar (65,6%) mengalami tingkat kecemasan ringan

sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Andarini (2015) yaitu Terapi

murottal al-qurán surat arrahman meningkatkan kadar endorphin dan

menurunkan intensitas nyeri pada ibu bersalin kala 1 fase laten, didapatkan

hasil ada penurunan signifikan intensitas nyeri sebelum (6,80%)

dibandingkan sesudah (3,37%) setelah diberikan terapi murottal al-qur’an

surah arrahman selama 20 menit.


BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1. Kerangka teori

Kerangka teori merupakan kesimpulan dari tinjauan pustaka yang

berisi tentang konsep teori yang berhubungan dengan penelitian yang akan

dilaksanakan (Notoatmodjo,2010). Kerangka teori penelitian ini dapat

dilihat pada bagian berikut : Faktor-faktor yang


mempengaruhi kecemasan:
Pre operasi kecemasan
katarak 1. Teoripsikoanalitik
2. Teori interpersonal
3. Teori behavior
4. Teori prespektif keluarga
Non farmakologi 5. Teori prespektif biologis
farmakologi

Obat-obatan Terapi murottal

Cara pemberian:
Ayat al-baqarah
Pasien di mintauntuk mendengarkan terapi
murottal al-qur’an surah al-baqarahayat 155-
177mendengarkan beserta maknanya selama
10 menit sebelum operasi di lakukan

Kecemasan
berkurang

Skema3.1 Kerangka teori pengaruh murottal al-qur’an terhadap penurunan kecemasan pada
pasien
pre-op katarak H. Andi Abdurahman Noor Tanah Bumbu.
Sumber: (Hawani, 2011 dalamSiti, 2017) dan (Prasetyo,2009dalamAnggi, 2018).

57
58

3.2 Kerangka konsep

Kerangka konsep adalah abstrak dari suatu realitas agar dapat

dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan ketertarikan

anatara variabel (baik variable yang diteliti maupun tidak diteliti

(Nursalam,2013).

Kerangka konsep pada penelitian ini adalah pengaruh murottal al-

qur’an terhadap penurunan kecemasan pada pasien pre-op katarak RSUD

H.Andi Abdurahman Noor Tanah Bumbu.

Edukasi Kecemasan pre op


katarak

Terapi murottal al-qur’an

Faktor-faktor yang mempengaruhi


kecemasan:

1. Teori psikoanalitik
AL-baqarah 2. Teori interpersonal
3. Teori behavior
Ayat: 155-177 4. Teori prespektif keluarga
5. Teori prespektif biologis

Ket :

: Diteliti

: Tidakditeliti

Skema3.2 Konsep pengaruh murottal al-qur’an terhadap penurunan


kecemasan pada pasien pre-op katarak H. Andi Abdurahman Noor
Tanah Bumbu.
59

3.3 Hipotesis Penelitian

Menurut Arikunto (2010), hipotesis adalah langkah selanjutnya setelah

menentukan anggapan dasar berdasarkan berbagai sumber pernyataan dari

penelitian. Jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan

penelitian Dalam penelitian ini rumusan hipotesisnya sebagai berikut:

H1: Ada pengaruh murottal al-qur’an terhadap penurunan kecemasan pada

pasien pre-op katarak H.AndiAbdurahman Noor KabupatenTanah

Bumbu.
BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Waktu dan Tempat Penelitian

4.1.1 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada 12 Februari - 21 September 2019

4.1.2 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUD H.Andi Abdurahman Noor karena

data penderita katarak cukup banyak dalam 6 bulan terakhir sejumlah 128

kasus .

4.2 DesainPenelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dimana menggunakan

desain penelitian Quasi Eksperimental dengan rancangan penelitian pre and

post test control group design yaitu penelitian di bagi menjadi random dua

kelompok atau lebih satu kelompok adalah kelompok perlakuan ,sedangkan

kelompok lain adalah kelompok control sebagai pebanding.

Random Alokasi

R1 : 01 X1 02
R
R2 : 01 X1 02

li
lii

R: Responden penelitian

R1: Responden kelompok perlakuan

R2: Responden kelompok control

01: Pre test pada kedua kelompok sebelum perlakuan

02: Post test pada kedua kelompok setelah perlakuan

X1: Uji coba/intervensi pada kelompok perlakuan sesuai protocol

X0: Kelompok control tanpaintervensi

4.3 Populasi, Sampel, dan Sampling

4.3.1 Populasi Penelitian

Menurut Hidayat (2014), populasi adalah objek yang mempunyai

kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian

ini adalah seluruh responden pre operasi katarak

4.3.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang

akan diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Hidayat, 2014).

Sampel dalam penelitian ini adalah pre oprasi katarak di RSUD H.

Andi Abdurahman Noor.

Sugiyono (2016) dalam bukunya mengemukakan saran tentang

ukuran sampel penelitian yaitu:

1. Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai

dengan 500.
liii

2. Untuk penelitian Eksperimen yang sederhana yang menggunakan

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka jumlah anggota

sampel masing-masing kelompok antara 10 sampai 20

Berdasarkan penjelasan tersebut, sampel pada penelitian ini adalah 30

responden, 15 responden kelompok intervensi dengan terapi murottal

al’quran dan 15 responden kelompok control dengan education.

Pemilihan sempel harus memenuhi beberapa kriteria meliputi kriteria

inklusi dan eksklusi untuk menentukan dapat atau tindakannya sampel

tersebut digunakan (Hidayah, 2014). Pada penelitian ini peneliti

menggunakan beberapa kriteria untuk menentukan responden, yaitu sebagai

berikut :

a. Kriteria inklusi

1. Pasien bersedia menjadi responden

2. Pasien pre operasi katarak yang beragama islam.

3. Pasien pre operasi katarak yang mengalami kecemasan sedang.

4. Mengalami katarak pada salah satu mata dan masih bisa melihat.

5. Kondisi pasien stabil secara psikologis (sehat secara mental) dan

fisiologis (kesadaran composmentis).

6. Pasien berada di rawat inap 1 hari sampai 1 jam menjelang operasi.

7. Umur pasien 40-70 tahun.

b. Kriteria eksklusi

1. Pasien dengan gangguan pendengaran.

2. Pasien mengkonsumsi obat-obatan yang dapat menurunkan


liv

kecemasan.

3. Pasien dengan klasifikasi pembedahan emergency.

4.3.3 Sampling

Menurut Nursalam (2016) sampling adalah proses menyeleksi porsi

dari populasi untuk dapat mewakili populasi. Teknik sampling merupakan

cara-cara yang ditempuh dalam pengambilan sampel, agar memperoleh

sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian.

Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan

teknik sampling non probability sampling dengan cara (Accidental

sampling) artinya Accidental sampling merupakan teknik penentuan sampel

berdasarkan kebetulan, yaitu responden yang ditemukan peneliti saat itu

juga dan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan peneliti(Nursalam, 2013).

4.4 Variabel Penelitian

Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah variable independen

(bebas) dan variable dependen (terikat) yaitu :

1. Variabel independen (bebas)

Variabel independen dalam penelitian ini adalah terapi murottal al-quran

2. Variabel dependen (terikat)

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah penurunan kecemasan


lv

4.5 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variable secara operasional

berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti

untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu

objek atau fenomena (Hidayat, 2014).


56

Tabel 4.1 Definisi Operasional


No Variabel Definisi Parameter Skala Alat Hasil ukur
Operasional Ukur
1. Variabel Terapi 1. SOP Nominal Media 1. Diberikan
Independen medengarkan 2. Persiapan handph terapi
terapi murottal al- lingkungan one murottal al-
mendengark quran surah al- 3. Alat dan qur’an =1
an murrotal baqarah ayat 4. Tahap kerja earpho
al-quran 155-177 yang 5. Tahap terminasi ne
diberikan
selama 10
menit sebelum
operasi
katarak
dilaksanakan.

2. Variabel Kecemasan Responden diminta Ordinal Mengg 1. <14 :tidak


dependen pada pasien untuk mengisi unakan ada
Penurunan katarak yang kuesioner kecemasan kuesion kecemasan
Kecemasan akan sebanyak 14 er 2. 14-20
menjalani pertanyaan terdiri dari HARS :kecemasa
operasi . : (Hamilt n ringan
1. Perasaan cemas on 3. 21-27
2. Ketegangan anxiety :kecemsan
3. Ketakutan rating sedang
4. Gangguan tidur scale) 4. 28-41
5. Gangguan :kecemasa
kecerdasan n berat
6. Perasaan depresi 5. 42-56 :
7. Gejala kecemasan
somatic/fisik berat
(otot) sekali/pani
8. Gejala k
somatic/fisik(sen
sorik)
9. Gejalakardiovask
uler (jantung dan
pembuluhdarah)
10. Gejala respiratori
(pernafasan)
11. Gejala
gastrointestinal
(pencernaan)
12. Gejala urogenital
(perkemihan dan
kelamin)
13. Gejala autonom
14. Tingkah laku
(sikap)
41
4.6 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat ukur yang digunakan oleh peneliti

untuk menilai atau mengukur suatu kasus yang diteliti (Dharma,2014).

Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk pengumpulan data

(nursalam,2013).instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini sebagai

berikut:

4.6.1 Instrumen Penelitian terapi murottal al-qur’an

Instrumen penelitian yang digunakan dalam variable independen pada

terapi murottal al-quran menggunakan earphone dan handphone.

4.6.2 Instrumen kuesioner HARS (Halmilton anxiety rating scale)

Skala HARS merupakan kuesioner skala kecemasan yang terdiri dari

pernyataan yaitu tentang suasana hati, ketegangan, ketakutan , insomnia,

konsentrasi, depresi, tonus otot, sensori somatic, gejala kardiovaskuler

,gejala sistem gastrointestinal, gejala system genitourinaria, gejala otonom

dan perilaku.

Masing-masing gejala diberi penilaian angka (skor) antara 0-4 yang artinya:

Nilai 0 : tidak ada gejala yang muncul

Nilai 1 : gejala ringan (hanya 1 gejala yang muncul)

Nilai 2 : gejala sedang (sebagian gejala yang muncul)

Nilai 3 : gejalaberat (lebih dari sebagian gejala yang muncul)

Nilai 4 : gejala panik (seluruh gejala muncul)

42
43

Masing-masing nilai dari ke 14 kelompok gejala tersebut dijumlahkan

sehingga dari penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat kecemasan

seseorang, yaitu:

<14 : Tidak ada kecemasan

14-20 : Kecemasan ringan

21-27 : Kecemasan sedang

28-41 : Kecemasan berat

42-56 : Kecemasan berat sekali / panik

4.7 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

4.7.1 Uji Validitas

Uji Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar

benar mengukur apa yang ingin diukur (Notoatmodjo, 2012). Jenis validitas

yang dipakai dalam penelitian ini yaitu jenis validitas Menurut (Riwidikdo,

2010). Jika nilai item lebih besar dari pada nilai total maka dikatakan

kuesioner valid, jika nilai signifikan yaitu< 0, 05, setelah dilakukan uji

validitas pada kuesioner motivasi didapatkan hasil bahwa nilai signifikan

yaitu 0,501 yang berarti kuesioner sudah valid.

4.7.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila

fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam

waktu yang berlainan (Nursalam, 2013). Setelah dilakukan validitas, peneliti

perlu mengukur realibilitas intrumen. Reliabilitas merupakan indeks yang


44

menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat

diandalkan. Hal ini menunjukan sejauh mana hasil pengukuran itu

diterapkan konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap

gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama (Suryono,

2011). Suatu variable dikatakan reliable jika memberikan nilai chonbach

alpha 0,7.

Instrument HARS sudah dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas

oleh Kautsar (2015) didapatkan hasil Validitas instrumen HARS

ditunjukkan dengan pada bagian Corrected Item-Total Correlation seluruh

soal memiliki nilai positif dan lebih besar dari syarat 0.05. Sedangkan

reliabilitas ditunjukkan dengan nilai Cronbach’s Alpha adalah 0.793 dengan

jumlah items 14 butir lebih besar dari 0.6, maka kuisioner yang digunakan

terbukti reliabel (0.793>0.6). Sehingga HARS dianjurkan untuk mengukur

tingkat kecemasan.

4.8 Prosedur Pengumpulan Data

4.8.1 Cara Pengumpulan Data

Langkah-langkah pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dalam

penelitian ini diklasifikasikan menjadi dua yaitu :

1. Tahap Persiapan

a. Peneliti melakukan survey tempat di RSUD H.Andi Abdurahman

Noor Kabupaten Tanah Bumbu guna untuk memperoleh informasi


45

yang dibutuhkan oleh peneliti dan mempermudah pada saat tahap

pelaksanaan. Sebelum melakukan penelitian.

b. Mengajukan surat permohonan penelitian kepada pembimbing 1

dan pembimbing 2 kemudian diajukan ke Pembantu ketua 1

STIKes Darul Azhar Batulicin untuk mengurus perijinan studi

pendahuluan di RSUD H.Andi Abdurahman Noor Tanah Bumbu

untuk mengetahui jumlah pasien katarak.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Menentukan responden penelitian sesuai criteria inklusi dan

eksklusi yaitu dari data penderita katarak di ruangan OK (kamar

operasi).

b. Peneliti akan memberikan lembar informed concent kepada

responden yang bersedia mengikuti proses selama penelitian.

Sebelum diberikan lembar informed concent,peneliti terlebih dahulu

menjelaskan tujuan, manfaat, dan prosedur penelitian kepada calon

responden.

c. Peneliti akan membagi responden menjadi dua kelompok yaitu

kelompok intervensi dan kelompok kontrol dimana kelompok

dipilih secara berurutan yaitu kelompok terapi murottal al-qur’an.

d. Responden akan diberikan perlakuan terapi murottal al-qur’an,

pengukuran akan dilakukan pre test 10 menit sebelum diberikan

perlakuan dan post test dilakukan 10 menit setelah perlakuan

,perlakuan diberikan 1 kali dalam 1 hari.


46

e. Hasil akan diukur antara sebelum diberikan terapi dan sesudah

diberikan terapi.

f. Setelah data terkumpul, kemudian akan dilakukan analisa dengan

menggunakan program SPSS versi 16.0 untuk mengetahui

pengaruh antara variable independen dan dependen.

4.9 Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data akan dilakukan setelahs emua data terkumpul yaitu

dengan langkah–langkah sebagai berikut :

1. Penyuntingan Data (Editing)

Penyuntingan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini yaitu

melakukan pengecekan pada isi lembar kuesioner apakah sudah terisi

lengkap dan untuk menentukan responden berada dalam tingkat

kecemasan yang mana.

2. Pemberian Kode(Coding)

Untuk memudahkan dalam pengolahan data, maka data akan

diberi kode sesuai karakter masing-masing variable penelitian. Hal ini

dimaksudkan untuk mempermudah dalam melakukan tabulasi dan

analisis data.

a. Kelompok intervensi

Terapi murottal al-qur’an :1

b. Tingkat Kecemasan

Tidak ada kecemasan diberi kode :1


47

Kecemasan ringan diberi kode :2

Kecemasan sedang diberi kode :3

Kecemasan berat diberi kode :4

Kecemasan berat sekali / panik di beri kode :5

3. Transfering

Transfering yang akan dilakukan pada penelitian ini yaitu

memindahkan data dari hasil penelitian dan sudah dikumpulkan dalam

tabulasi data awal yang kemudian dimasukkan kedalam system SPSS

untuk dianalisis.

4. Tabulating

Data penelitian yang akan dimasukkan kedalam tabulasi yaitu

data usia responden, serta nilai pre-test dan post-test kecemasan

4.10 Analisa Data

4.10.1 Analisis Univariat

Analisa univariat adalah analisa yang dilakukan untuk menganalisa

tiap variable dari hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan

metode deskriptif presentase yaitu dengan menghitung pre-test dan post-

test, dimana hasil yang didapat hanya berupa distribusi dan presentase.

Menurut Arikunto (2010), hasil pengolahan data dalam bentuk

presentase dan diinterpretasikan dengan menggunakan criteria kuantitatif

sebagai berikut:

100 % = Seluruhnya
48

76-99% = Hampir seluruhnya

51-75% = Sebagian besar

26-49% = Hampir setengahnya

1-25% = Sebagian kecil

0% = Tidak satupun

4.10.2 Analisis Bivariat

Analisa bivariat yaitu analisa data yang digunakan untuk menganalisis dua

variabel.Analisa jenis ini sering digunakan untuk mengetahui hubungan

dan pengaruh x dan y antar variabel satu dengan variabel lainnya (Donsu,

2016). Analisis bivariat dalam penelitian ini untuk mengetahui analisis dari

posttest tingkat kecemasan sesudah diberikan murottal Al-Qur’an dan

education, analisis yang digunakan adalah uji mann whitney dan Wilcoxon.

Mann whitney adalah ujinon parametris yang digunakan untuk mengetahui

perbedaan 2 kelompok bebas apabila skala data variabel terikatnya adalah

ordinal atau interval/ratio tetapi tidak berdistribusi normal.Mann withney

merupakan teknik analisis nonparametric untuk menguji hipotesis

komparatif dua sampel independen. Adapun syarat dari uji mann whitney

yaitu skala data ordinal atau interval/ratio tetapi tidak berdistribusi normal

dan memiliki dua kelompok sampel independen. Uji Wilcoxon test

merupakan uji beda yang digunakan untuk mengukur 2 hasil pengukuran

dari kelompok yang sama (beda pretest dan posttest) dengan asumsi data

tidak terpenuhi (Dharma, 2015). Analisa menggunakan system


49

komputerisasi program SPSS (Soft Producct and Service Solution) Versi

16.0.

4.11 Etika Penelitian

Menurut Nursalam (2013), masalah etika keperawatan merupakan

masalah yang sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian

keperawatan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika

penelitian harus diperhatikan. Masalah etika yang harus diperhatikan

sebagai berikut :

1. Bebas dari Eksploitasi

Peneliti akan menghindari keadaan yang tidak menguntungkan

responden. Peneliti meyakinkan responden bahwa berpartisipasi

dalam penelitian ini dan informasi yang telah diberikan, tidak akan

dipergunakan dalam hal–hal yang dapat merugikan responden dalam

bentuk apapun.

2. Bebas dari Penderitaan

Peneliti akan memberikan manfaat dari penelitian yang

dilaksanakan kepada responden tanpa ada tindakan yang dapat

mengakibatkan penderitaan.

3. Kerahasiaan

Peneliti wajib menjaga hal yang akan berkaitan dengan prevacy dan

sukjek mempunyai hak untuk meminta data yang diberikan harus


50

dirahasiakan, untuk itu perlu adanya tanpa nama (anonymity) dan

rahasia (confidentiality).

4. Bebas Menolak menjadi Responden

Responden mempunyai hak memutuskan apakah bersedia menjadi

responden atau tidak, tanpa adanya sanksi apapun.

5. Informed Consent

Peneliti akan memberikan informasi yang lengkap terhadap tujuan

penelitian yang akan dilaksanakan, serta meminta ijin pada responden

untuk menjadi sampel dalam penelitian. Pada Informed Consent juga

perlu dicantumkan peneliti bahwa data yang diperoleh hanya akan

dipergunakan untuk pengembagan ilmu.

6. Hak untuk Mendapatkan Perlakuan yang Sama

Peneliti akan memberikan penejelasan secara rinci tentang prosedur

penelitian yang dilakukan, serta bertanggung jawab jika ada sesuatu

yang terjadi pada subjek.


BAB 5

HASIL PENELITIAN

5.1 Karakteristik Responden dan Tempat Penelitian

5.1.1. Karakteristik Tempat Penelitian

RSUD dr. H. Andi Abdurrahman Noor Kabupaten Tanah Bumbu

sebelumnya bernama RSUD Amanah Husada yang terletak di Desa

Gunung Besar yang didirikan pada tanggal 1 April 2001 dan termasuk

dalam wilayah Kabupaten Kotabaru. Sejak didirikannya RSUD Amanah

Husada yang berfungsi sebagai pusat rujukan tingkat kabupaten, saat itu

masih menggunakan bangunan yang bersifat sementara karena bangunan

rumah sakit ini masih bersifat kontrak dengan konstruksi yang

diperuntukkan bagi sebuah hotel sehingga penataan ruangan masih sangat

jauh mengikuti tata ruang rumah sakit pada umumnya.

Sejak adanya pemekaran daerah, berdirilah Kabupaten Tanah

Bumbu pada tanggal 8 April 2003 dan RSUD Amanah Husada ditetapkan

sebagai rumah sakit daerah Kabupaten Tanah Bumbu sesuai SK Bupati

Tanah Bumbu Nomor 25 Tahun 2003 tentang penunjukan RSUD dan SK

Bupati Nomor 26 Tahun 2003 tentang Izin Operasional RSUD Tanah

Bumbu.

Pada tanggal 1 Februari 2010 Rumah Sakit Kabupaten ini pindah

kelokasi baru di Desa Sepunggur dan berganti nama menjadi RSUD dr. H.

Andi Abdurrahman Noor Tanah Bumbu. Rumah sakit ini didirikan di

51
52

ataslahan seluas ± 6 Hektar dan merupakan bangunan milik sendiri serta

memenuhi standar bangunan rumah sakit.

Visi dari rumah sakit ini adalah terwujudnya rumah sakit yang

unggul dan menjadi pilihan umum masyarakat Tanah Bumbu dan

sekitarnya, sedangkan misinya adalah:

1. Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas, prima, terjangkau,

dan paripurna dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan

perorangan.

2. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kesejahteraan

karyawan.

3. Melaksanakan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS)

sesuai dengan prosedur dan standar.

4. Menyediakan pelayanan pendidikan dan penelitian setempat/lokal.

5.1.2. Karakteristik Responden

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 5.1.Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin pada pasien


pre op katarak di RSUD dr. H. Andi Abdurrahman Noor Tanah
Bumbu tahun 2019.
No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase %
1 Perempuan 14 47
2 Laki-laki 16 53
Total 30 100
Sumber : Data Primer, 2019

Berdasarkan tabel 5.1.diatas, diketahui bahwa hampir setengahnya

(47%) responden pre op katarak berjenis kelamin perempuan dan sebagian

besar (53%) responden pre op katarak berjenis kelamin laki-laki.


53

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Tabel 5.2. Karakteristik responden berdasarkan umur pada pasien pre op


katarak di RSUD dr. H. Andi Abdurrahman Noor Tanah
Bumbu tahun 2019.
No Usia Frekuensi Persentase
1 40-50 tahun 6 20
2 51-60 tahun 16 53
3 61-70 tahun 8 27
Total 30 100
Sumber: Data primer 2019

Berdasarkan tabel 5.2. diatas, diketahui bahwa responden pre op katarak

sebagian besar (53%) berusia 51-60 tahun dan hampir setengahnya (27%)

berusia 61-70 tahun. sebagian kecil (20%) berusia 40-50 tahun

5.2 Analisa Data dan Hasil Penelitian

5.2.1. Analisa Univariat

1. Tingkat Kecemasan Sebelum Dan Sesudah Diberikan Terapi Murottal Al-

Qur’an

Tabel 5.3. Distribusi frekuensi tingkat kecemasan sebelum dan sesudah


diberikan terapi murottal al-qur’an pada pre op katarak di
RSUD dr. H. Andi Abdurrahman Noor Tanah Bumbu tahun
2019.

No Tingkat Kecemasan Pretest Posttest


f % F %
1 Tidak ada kecemasan 0 0 1 6
2 Kecemasan ringan 0 0 10 67
3 Kecemasan sedang 15 100 4 27
4 Kecemasan berat 0 0 0 0
5 Panik 0 0 0 0
Total 15 100 15 100

Berdasarkan tabel 5.3 diatas diketahui bahwa dari 15 responden,

seluruhnya (100%) mengalami kecemasan sedang sebelum di berikan

terapi murrotal al-qur’an dan sesudah di berikan terapi murrotal al-qur’an


54

sebagian besar (67%) mengalami kecemasan ringan, hampir setengahnya

(27%) mengalami kecemasan sedang dan sebagian kecil (6%) tidak

mengalami kecemasan.

2. Tingkat Kecemasan Sebelum Dan Sesudah Diberikan Education.

Tabel 5.4. Distribusi frekuensi Tingkat Kecemasan Sebelum Dan


Sesudah Diberikan Education di RSUD dr. H. Andi
Abdurrahman Noor Tanah Bumbu tahun 2019.

No Tingkat Kecemasan Pretest Posttest


F % F %
1 Tidak ada kecemasan 0 0 0 0
2 Kecemasan ringan 0 0 4 27
3 Kecemasan sedang 15 100 11 73
4 Kecemasan berat 0 0 0 0
5 Panik 0 0 0 0
Total 15 100 15 100

Berdasarkan tabel 5.4 diatas diketahui bahwa dari 15 responden

seluruhnya (100%) mengalami kecemasan sedang sebelum di berikan

education dan sesudah di berikan education sebagian besar (73%) tetap

mengalami kecemasan sedang dan hampir setengahnya (27%) mengalami

kecemasan ringan.

5.2.2. Analisa Bivariat

1. Analisis tingkat kecemasan sebelum dan sesudah diberikan terapi

murottal al-qur’an pada pre op katarak.

Tabel 5.5. Analisis tingkat kecemasan sebelum dan sesudah diberikan


terapi murottal al-qur’an pada pre op katarak.
Kelompok Tingkat Kecemasan Total P-
murottal
al-qur’an Tidak Ringan Sedang Berat panik F % value
cemas
F % F % F % F % F %

Sebelum 0 0 0 0 15 100 0 0 0 0 15 100


0.001
Sesudah 1 6 10 67 4 27 0 0 0 0 15 100
55

Sumber: data primer (2019)

Berdasarkan tabel diatas diperoleh hasil dengan menggunakan uji

wilcoxon didapatkan hasil penelitian untuk variabel murottal al-qur’an

terhadap penurunan kecemasan pada pasien pre o p katarak didapatkan

hasil dengan p-value 0.001 (<0,05) yang artinya terdapat perbedaan

sebelum dan sesudah diberikan terapi murottal al-qur’an terhadap

penurunan kecemasan pada pasien pre op katarak.

2. Analisis tingkat kecemasan sebelum dan sesudah diberikan Education

pada pre op katarak.

Tabel 5.6. Analisis tingkat kecemasan sebelum dan sesudah diberikan


education pada pre op katarak.

Education Tingkat Kecemasan Total P-

Tidak Ringan Sedang Berat panik F % value


cemas
F % F % F % F % F %

Sebelum 0 0 0 0 15 100 0 0 0 0 15 100


0.046
Sesudah 0 0 4 27 11 73 0 0 0 0 15 100

Sumber: data primer (2019)

Berdasarkan tabel diatas diperoleh hasil dengan menggunakan uji

wilcoxon didapatkan hasil penelitian untuk kelompok control diberikan

education terhadap penurunan kecemasan pada pasien pre op katarak

didapatkan hasil dengan p-value 0.045 (<0,05) yang artinya terdapat

perbedaan sebelum dan sesudah diberikan terapi education terhadap

penurunan kecemasan pada pasien pre op katarak.


56

3. Analisis Perbedaan terapi murottal al-qur’an dan education terhadap

pada pasien pre op katarak.

Tabel 5.7. Analisis Perbedaan terapi murottal al-qur’an dan education


pada pasien pre op katarak.
Kelompok Tingkat Kecemasan Total P-
murottal
al-qur’an Tidak Ringan Sedang Berat panik F % value
cemas
F % F % F % F % F %

Kelompok 1 6 10 67 4 27 0 0 0 0 15 100
intervensi
0.023
Kelompok 0 0 4 27 11 73 0 0 0 0 15 100
control
Sumber: data primer (2019)

Berdasarkan tabel diatas diperoleh hasil dengan menggunakan uji

Man-whitney setelah diberikan terapi murottal al-qur’an untuk

kelompok intervensi dan diberikan education untuk kelompok control

didapatkan hasil penelitian dengan p-value 0,023 (<0,05) yang artinya

terdapat perbedaan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol.


BAB 6
PEMBAHASAN

6.1 Diskusi Hasil

6.1.1 Analisis tingkat kecemasan sebelum dan sesudah diberikan terapi murottal

al-qur’an pada pre op katarak.

Berdasarkan dari 15 responden seluruhnya (100%) mengalami

kecemasan sedang sebelum di berikan terapi murrotal al-qur’an dan

sesudah di berikan terapi murrotal al-qur’an sebagian besar (67%)

mengalami kecemasan ringan, hampir setengahnya (27%) mengalami

kecemasan sedang dan sebagian kecil (6%) tidak mengalami kecemasan.

Berdasarkan uji wilcoxon didapatkan hasil penelitian untuk variabel

murottal al-qur’an terhadap penurunan kecemasan pada pasien pre op

katarak didapatkan hasil dengan p-value 0.001 (<0,05) yang artinya

terdapat perbedaan sebelum dan sesudah diberikan terapi murottal al-

qur’an terhadap penurunan kecemasan pada pasien pre op katarak. Hal ini

berarti saat diberikan terapi murottal al-qur’an dapat mengurangi

kecemasan pada pasien pre op katarak di RSUD Dr. H. Andi Abdurrahman

Noor.

Pre-operasi merupakan ancaman potensial maupun aktual pada

integritas seseorang yang dapat membangkitkan reaksi stress fisiologis

maupun psikologis, menyatakan selama pada periode pre-operasi akan

mengalami beberapa hal seperti reaksi emosional berupa kecemasan,

sehingga menimbulkan beberapa alasan yang dapat menyebabkan

kecemasan pasien dalam menghadapi pre-operasi, diantaranya : kecemasan

57
58

nyeri pada saat operasi, kecemasan menghadapi ruang operasi, peralatan

operasi dan petugas, kecemasan operasi gagal dan lain sebagainya.

Kecemasan dapat di artikan sebagai kekhawatiran yang tidak jelas

menyebar di alam dan terkait dengan perasaan ketidakpastian dan

ketidakberdayaan, perasaan isolasi keterasingan dan ketidaknyamanan

juga hadir sehingga menimbulkan dampak terhadap kehidupan seseorang

(Stuart & Laraia, 2016 dalam Suswanti, 2019)

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Faridah (2015) didapatkan hasil bahwa sebelum dan sesudah diberikan

murottal al-qur’an dapat menurunkan kecemasan. Berdasarkan uji

Wilcoxon diperoleh hasi p-value 0,006, maka dapat disimpulkan bahwa p-

value = 0.006 > α (0,05) yang artinya terdapat perbedaan antara pretest

dan posttest saat dilakukan terapi murottal al-qur’an.

Adapun penelitian dari Andarini.S, (2015) hasil penelitian dapat

disimpulkan bahwa sebelum dan sesudah dilakukan terapi murottal al-

qur’an mengalami penurunan kecemasan. Berdasarkan uji Shapiro wilk

diperoleh hasi p-value 0,023, maka dapat disimpulkan bahwa p-value =

0.023 > α (0,05) yang artinya terdapat perbedaan antara pretest dan

posttest saat dilakukan terapi murottal al-qur’an.

Penelitian serupa juga dilakukan oleh Wulandari, Q. (2018) saat

dilakukan pretest dari 14 responden didapatkan hasil bahwa sebelum dan

sesudah dilakukan terapi murottal al-qur’an mengalami penurunan

kecemasan. Berdasarkan uji t diperoleh hasil p-value 0,006 maka dapat


59

disimpulkan bahwa p-value = 0,006 > α (0,05) yang artinya terdapat

perbedaan antara pretest dan posttest saat dilakukan terapi murottal al-

qur’an.

Potter & Perry (2014 dalam Sulistyoningsih 2018) menyatakan bahwa

dalam menghadapi kecemasan pasien, peran perawat sangat diperlukan

guna memberikan dorongan dan memahami serta memberikan informasi

yang bisa membantu menyingkirkan kecemasan atau kekhawatiran

tersebut. Sebagai tenaga kesehatan di rumah sakit perawat memiliki peran

yang sangat penting dalam membantu pasien mengatasi kecemasan, dalam

hal ini tugas dan fungsinya memiliki kewajiban memberikan pelayanan

keperawatan serta informasi kesehatan yang diperlukan pasien sebagai

educator dan motivator. Hal ini sesuai dengan hak yang semestinya

diterima oleh setiap pasien mulai dari pemahaman tentang penyakit,

prosedur sebelum dilakukan tindakan operasi sampai pada persiapan

pulang pasien, Salah satu teknik distraksi yang digunakan untuk mengatasi

kecemasan adalah terapi murottal Al-Qur’an (mendengarkan bacaan ayat-

ayat suci Al-Qur’an ) ( Wulandari 2015).

Mendengar bacaan Al-Qur’an merupakan salah satu jenis terapi

religius, dan salah satu tehnik distraksi yang digunakan untuk mengatasi

kecemasan. Murottal al-qur’an merupakan bagian instrument musik.

harmonisasi dalam murottal al-qur’an yang indah akan masuk telinga dan

direspon oleh otak bagian kanan dan kiri yang akan memberikan dampak

berupa kenyamanan dan perubahan rasa diharapkan dengan mendengarkan


60

bacaan Al-Qur’an dapat menimbulkan respon relaksasi bagi yang

membacanya maupun yang mendengarkannya jadi dapat disimpulkan

bahwa terapi murottal al-qur’an dapat diterapkanpada pasien pre op

katarak.

6.1.2 Perbedaan terapi murottal al qur’an dan education terhadap penurunan

kecemasan pada pasien pre-op katarak.

Berdasarkan hasil penelitian dari 30 responden dari 2 kelompok

intervensi dan control, untuk kelompok intervensi 15 responden dilakukan

terapi murottal al-qur’an dan kelompok kontrol 15 responden diberikan

education. Berdasarkan uji man whitney setelah diberikan terapi murottal

al-qur’an untuk kelompok intervensi dan diberikan education untuk

kelompok control didapatkan hasil penelitian dengan p-value 0,023

(<0,05) yang artinya terdapat perbedaan antara kelompok intervensi dan

kelompok kontrol.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Faridah, V.

N (2015) didapatkan hasil bahwa perawatan terapi murottal lebih efektif

menurunkan kecemasan dibandingkan terapi relaksasi benson.

Berdasarkan uji paired t-test diperoleh p-value 0.001, maka dapat

disimpulkan bahwa p-value = 0.001 < α (0,05) yang artinya terdapat

perbedaan sesudah diberikan terapi murottal al-qur’an dan terapi relaksasi

benson.

Hal ini juga sejalan dengan penelitian Wulandari, Q. (2018)

didapatkan hasil bahwa perawatan terapi murottal lebih efektif


61

menurunkan kecemasan dibandingkan terapi slow deep breating.

Berdasarkan uji paired t-test diperoleh p-value 0.001, maka dapat

disimpulkan bahwa p-value = 0.001 < α (0,05) yang artinya terdapat

perbedaan sesudah diberikan terapi murottal al-qur’an dan terapi slow

deep breating.

Potter & Perry (2014 dalam Sulistyoningsih 2018) menyatakan

bahwa dalam menghadapi kecemasan pasien, peran perawat sangat

diperlukan guna memberikan dorongan dan memahami serta memberikan

informasi yang bisa membantu menyingkirkan kecemasan atau

kekhawatiran tersebut. Sebagai tenaga kesehatan di rumah sakit perawat

memiliki peran yang sangat penting dalam membantu pasien mengatasi

kecemasan, dalam hal ini tugas dan fungsinya memiliki kewajiban

memberikan pelayanan keperawatan serta informasi kesehatan yang

diperlukan pasien sebagai educator dan motivator. Hal ini sesuai dengan

hak yang semestinya diterima oleh setiap pasien mulai dari pemahaman

tentang penyakit, prosedur sebelum dilakukan tindakan operasi sampai

pada persiapan pulang pasien, Salah satu teknik distraksi yang digunakan

untuk mengatasi kecemasan adalah terapi murottal Al-Qur’an

(mendengarkan bacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an ) ( Wulandari 2015).

Hal ini dapat disimpulkan bahwa terapi murottal al-qur’an lebih

efektif menurunkan kecemasan dibandingkan dengan terapi lainnya

sehingga dapat diterapkan sebagai terapi komplemeter untuk menrunkan


62

kecemasan kategori sedang ke kategori ringan pada pasien pre operasi

katarak.

6.2 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan yang peneliti alami dalam penelitian ini adalah:

Dalam pelaksanaan penelitian yang telah dilakukan, ruangan yang

digunakan kondisinya masih kurang hening karena masih ada suara-

suara dari luar.

6.3 Implikasi Keperawatan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa terapi

murottal menurunkan kecemasan pada pasien pre operasi katarak sehingga

dapat diterapkan sebagai terapi komplemeter sebelum dilakukan operasi

katarak di RSUD dr. H. Andi Abdurrahman Noor Kabupaten Tanah

Bumbu.
BAB 7

PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan kesimpulan sebagai berikut :

1. Sebelum diberikan terapi murottal al-qur’an seluruhnya (100%)

mengalami kecemasan sedang sebelum di berikan terapi murrotal al-

qur’an dan sesudah di berikan terapi murrotal al-qur’an sebagian besar

(67%) mengalami kecemasan ringan, hampir setengahnya (27%)

mengalami kecemasan sedang dan sebagian kecil (6%) tidak mengalami

kecemasan.

2. Ada perbedaan tingkat kecemasan sebelum dan sesudah diberikan terapi

murottal al-qur’an pada pre-op.

3. Ada perbedaan terapi murottal al-qur’an dan education terhadap

kecemasan pada pasien pre-op katarak.

7.2 Saran

7.2.1 Bagi Tempat Penelitian

Terapi murottal al-qur’an ini berpengaruh dalam menurunkan

kecemasan, sehingga diharapkan terapi ini dapat dipertimbankan untuk

diterapkan sebagai intervensi keperawatan dalam mengatasi responcemas

pasien di RSUD dr. H. Andi Abdurrahman Noor.

7.2.2 Bagi Profesi Keperawatan

63
64

Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan referensi bagi perawat

untuk menjadikan terapi murottal Al-Qur’an sebagai terapi alternatif untuk

mengurangi kecemasan yang dialami pasien pre operasi katarak. Hasil

penelitian ini juga menjadi tambahan referensi untuk perawat sebagai

educator sehingga masyarakat akan mengetahui bahwa perawat juga

membantu dalam hal peningkatan status kesehatan masyarakat khususnya

pada tindakan penanganan masalah kesehatan.

7.2.3 Bagi Institusi Pendidikan

Hasil peneliti ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

pengetahuan mahasiswa yang lebih luas tentang terapi nonfarmakologis

dalam penanganan respon cemas.

7.2.4 Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti lebih jauh tentang

pengaruh terapi murottal AL-Qur’an terhadap penurunan kecemasan,

diharapkan dalam penelitiannya untuk lebih memperhatikan tempat atau

lingkungan sekitar karena kebisingan dapat mempengaruhi terapi murottal

AL-Qur’an terhadap penurunan kecemasan dan menggunakan jumlah

sampel yang lebih banyak dan intervensi yang dilakukan dengan interval

waktu yang lebih lama dan juga harus memperhatikan factor-faktor yang

dapat mempengaruhi kecemasan.


DAFTAR PUSTAKA

Ady. (2016). katarak. Diambil dari http://www.scribd.com/doc

Anggi, G. A. (2018). Pengaruh Pemberian minuman Jahe ( Zingiber officinate


var. amarum) hangat untuk mengurangi kecemasan ibu bersalin
primipara kala 1 fase laten di Rumah Sakit Bersalin Paradise Kabupaten
Tanah Bumbu. STIKes Darul Azhar, batulicin.

Arikunto. (2010). prosedure penelitian kuantitatif (9 ed.). Diambil dari


http;//google.books.co.id

Budiman, Knoch, A., & Sitompul, N. (2013). Pearls and Pit Falls to Improve
Cataract Surgery Skills. Jakarta: perpustakaan nasional RI.

Dharma, K. K. (2011). metodelogi penelitian keperawatan panduan


melaksanakan dan menerapkan hasil penelitian (11,13). CV Trans Info
Media.

Duarsa, P. H. A. (2019). Hubungan Efikasi Diri dengan tingkat kecemasan


Mahasiswa tahun Pertama di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
(universitas lampung). Diambil dari http://digilib.unila.ac.id

Faridah. (2015). terapi murottal (al-qur’an) mampu menurunkan tingkat


kecemasan pada pasien pre operasi laparatomi. 6(1), 63–70.

Haspiani. (2017). Karakteristik Penderita Katarak Senilis Yang Telah Dilakukan


Pembedahan Katarak Di Rumah Sakit Pendidikan Universitas
Hasanuddin (hasanudin). Diambil dari http://digilib.unhas.ac.id

Hidayat. (2014). metode penelitian keperawatan dan teknik analisis data. Diambil
dari http;//google.books.co.id

Irwan. (2018). epidemiologi penyakit tidak menular (1 cetakan 1). Diambil dari
http;//google.books.co.id

Kautsar, F. (t.t.). uji Validitas dan Reliabilitas Hamilton Anxiety Rating Scale
terhadap kecemasan & produktifitas pekerja visual inspection PT Widatra
Bhakti. SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI. Diambil dari
http://library.itn.ac.id

65
66

Marliyani, H. (2017). penatalaksanaan persiapan pasien pre operatif di rumah


sakit umum daerah Kabupatn Ciamis. jurnal ilmiah kesehatan
keperawatan, 13(1), 35–41.

Minddlin. (2009). Brain musik. Diambil dari http://www.editinternational.com

Muhammad. (t.t.). Pengaruh Dzikir Terhadap Skor Kecemasan Mahasiswa


Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Menghadapi Ujian Skill-
lab (UIN Syarif Hidayatullah). Diambil dari http://eprints.umpo.ac.id

Mustamir. (2009). Potensi SQ, EQ, & IQ di Balik Ayat-ayat Al Faatihah (1 ed.).
Diambil dari http;//google.books.co.id

Muttaqin, A. dan Sari, K. (2009). Asuhan Keperawatan Perioperatif: Konsep,


Proses dan Aplikasi. Diambil dari http;//g#oogle.books.co.id

Notoatmojo. (2010). metodelogi penelitian kesehatan (revisi). jakarta: PT Renika


Cipta.

Nugroho. (2011). Asuhan Keperawatan : Maternitas, Anak, Bedah, dan Penyakit


Dalam. Diambil dari http;//google.books.co.id

Nursalam. (2016). metodelogi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta: salemba


medika.

Primaratri. (2018). pengaruh terapi morotal terhadap kecemasan hospitalisasi


pada anak di rsud dr. moewardi surakarta (muhammadiyah surakarta).
Diambil dari http://eprints.ums.ac.id

Rina Pristiawati. (2013). Hubungan Penerapan Aspek Spiritualitas Perawat


Denganpemenuhan Kebutuhan Spiritual Pada Pasien Rawat Inap Di
Rumah Sakit Haji Makassar (Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Famika
Makassar). Diambil dari https://dokumen.tips

Risnawati. (2017). efektivitas terapi murottal al-qur’an dan terapi musik terhadap
tingkat kecemasan mahasiswa keperawatan semester VIII uin alauddin
makassar (islam negeri alauddin makassar). Diambil dari
http://repositori.uin-alauddin.ac.id

Siti. (2017). pengaruh terapi pembacaan al-qur’an melalui media handphone


terhadap penurunan kecemasan pada ibu bersalin primapara kala 1 fase
aktif di rumah sakit ibu dan anak (rsia)paradise kecamatan simpang
empat kabupaten tanah bumbu. STIKes Darul Azhar, batulicin.
67

Sulistyoningsih. (2018). Pengaruh Peran Perawat Sebagai Edukator Terhadap


Kecemasan Keluarga Pasien Stroke Di Unit Stroke Rumah Sakit Panti
Waluya Malang. nursing news, 3(1). Diambil dari
file:///C:/Users/User/Downloads

Suswanti. (t.t.). hubungan pengetahuan perioperatif dengan tingkat kecemasan


pasien pre operasi katarak di rs mata “‘dr.yap’” yogyakarta (aisyiyah
yogyakarta). Diambil dari http://digilib.unisayogya.ac.id

Syukrini, R. D. (2016). pengaruh aromaterapi terhadap tingkat kecemasan pada


ibu bersalin kala 1 di kamar bersalin RSU Kab. Tangerang (Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta). Diambil dari http://repository.uinjkt.ac.id

Tamsuri, A. (2011). Klien Gangguan Mata dan Penglihatan. Diambil dari


http;//google.books.co.id

Wahyuni, S.A. (2015). Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Perioperatif


Katarak Dengan Tingkat Kecemasan Pada Klien Pre Operasi Katarak di
RSD dr. Soebandi Jember. universitas jember, jember.

World Health Organization. (2017). kejadian katarak. Diambil dari


http://www.bascometro.com

Wulandari. (2015). mendengarkan murattal al-qur’an untuk menurunkan tingkat


insomnia. jurnal intervensi psikologi, 7(1), 40–55.
Lampiran 1

JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

Bulan
No. Kegiatan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Augt Sept
Penyusunan
topik
1.
proposal
penelitian
Mengajukan
2. judul
penelitian
Pengambilan
3.
data awal
Penyusunan
4. proposal
penelitian
Ujian
5. proposal
penelitian
Revisi
proposal
penelitian
6.
dan
pengumpulan
data
Penelitian
dan
7.
pengolahan
data
Penyusunan
hasil
8.
penelitian/
skripsi
Ujian akhir
9.
skripsi
Perbaikan
10. draft skripsi
(revisi)
Lampiran 2

PERMOHONAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth.
Bapak/Ibu
Di –
Tempat

Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Akhmad.Fauzi.Saputra
NIM : 11 14 15 0426

Sehubungan dengan persyaratan tugas akhir Mahasiswa Program S1


Keperawatan STIKes Darul Azhar Batulicin, saya akan melakukan penelitian
dengan judul “Pengaruh Terapi Murottal Al-qur’an terhadap penurunan kecemasan
pada pasien pre-op katarak di RSUD dr. H. Andi Abdurrahman Noor Tanah
bumbu”.
1. Tujuan penelitian untuk mengetahui Pengaruh Terapi Murottal Al-qur’an
terhadap penurunan kecemasan pada pasien pre-op katarak di RSUD dr. H.
Andi Abdurrahman Noor Tanah bumbu
2. Manfaat penelitian ini untuk mengetahui kecemasan pada pasien pre-op
katarak di RSUD dr. H. Andi Abdurrahman Noor Tanah bumbu
3. Waktu penelitian selama 1 kali pada pasien pre-op katarak selama 10 menit.
4. Kerahasiaan semua informasi akan dijaga dan dipergunakan untuk kepentingan
penelitian, untuk itu anda tidak perlu menuliskan nama lengkap pada lembar
observasi (initial).
Lampiran 3

5. Apabila anda bersedia menjadi responden saya persilahkan untuk menanda


tangani surat pernyataan kesediaan menjadi responden yang terlampir dalam
surat ini dan apabila anda menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan
memaksa.
Penelitian ini tidak untuk meneliti anda secara pribadi dan tidak akan
menimbulkan akibat yang dapat merugikan bagi anda sebagi responden penelitian.
Kerahasiaan semua informasi akan dijaga dan dipergunakan untuk kepentingan
penelitian.
.
.
Tanah Bumbu, Mei 2019

Akhmad Fauzi Saputra


Lampiran 4

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

(INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Nomor Responden :

Setelah mendapatkan penjelasan tentang prosedur serta manfaat penelitian


dengan judul “Pengaruh Terapi Murottal Al-qur’an terhadap penurunan
kecemasan pada pasien pre-op katarak di RSUD dr. H. Andi Abdurrahman Noor
Tanah bumbu”. Menyatakan bahwa saya bersedia menjadi responden dalam
penelitian ini tanpa adanya paksaan dari pihak manpun.

Tanah Bumbu, 2019

Peneliti, Responden,

Akhmad Fauzi Saputra ( )


Lampiran 5

Instrumen Penelitian

SOP ( Standar Operasional Prosedure)

JUDUL SOP:
TERAPI MUROTTAL AL-QUR’AN

Tanggal pelaksanaan Hari: Tanggal: Pukul:

1. Pengertian Murottal Al-Qur’an adalah bacaan ayat suci Al-Qur’an yang


dibaca oleh qori’, direkam, dan dapat digunakan untuk terapi religi.

2. Tujuan 1. Pasien mampu mengenali Murottal Al-Qur’an yangdidengar


2. Pasien mampu menikmati Murottal Al-Qur’an yangdidengar
3. Pasien mampu menceritakan perasaan setelah mendengar terapi
MurottalAl-Qur’an
3. Indikasi Pasien merasakan kecemasan
4. Kontraindikasi Pasien dengan gangguan pendengaran
5. Persiapan Pasien 1. Pastikan identitas pasien yang akan dilakukantindakan.
2. Kaji kondisi pasien.
3. Jelaskan kepada pasien dan keluarga pasien mengenai tindakan yang
akandilakukan.
6. Persiapan Alat 1. Mp3Player
2. Earphone
7. Tahap Kerja 1. Mengucapkan salam terapeutik
2. Menanyakan perasaan pasien hari ini
3. Menjelaskan tujuankegiatan
4. Beri kesempatan pada pasien untuk bertanya sebelum kegiatan dimulai.
5. Pertahankan privasi pasien selama tindakan dilakukan.
6. Bawa peralatan ke dekatpasien
7. Memposisikan pasien senyaman mungkin
8. Pilih ayat Al-Qur’an yang akan diperdengarkan. Ayat Al- Qur’an yang
diberikan adalah Al-baqarah Ayat 155-177
9. Gunakan earphone supaya tidak menganggu pasien atau staf yang lain
dan membantu pasien berkonsentrasi pada murottal Al-Qur’an.
Lampiran 6

10. Pastikan tombol-tombol mp3 player mudahditekan.


11. Anjurkan pasien menutup mata dan anjurkan pasien berkonsentrasi
pada murottal Al-Qur’an serta mengikuti irama yang dilantunkan qori’.
12. Instruksikan pasien untuk tidak menganalisa murottal Al-
Qur’an:”Nikmati murottal Al-Qur’an kemana pun alunannya
membawa anda”.
13. Murottal Al-Qur’an didengarkan minimal 10 menit supaya dapat
memberikan efek terapeutik.
14. Rapikan peralatan setelah Murottal Al-Qur’an didengarkan selama 10
menit
8. Hasil 1. Evaluasi respon pasien.
2. Simpulkan hasil kegiatan.
3. Berikan reinforcement positif.
4. menganjurkan pasien untuk menggunakan terapi murottal Al-Qur’an
saat mengalami kecemasan
5. Mengakhiri kegiatan dengan cara yang baik.
6. Cucitangan.

9. Dokumentasi 1. Catat kegiatan yang telah dilakukan dalam catatan


pelaksanaan.
2. Catat respon pasien terhadap tindakan.
3. Dokumentasikan evaluasi tindakan:SOAP.
4. Nama dan paraf perawat.
Sumber : Ahmad Miftahul Huda (2016)
Lampiran 7

KUESIONER PENELITIAN

(KECEMASAN)

KODE RESPONDEN

(di isi oleh peneliti)

Identitas Responden

A. Data Demografi

1. Umur : <20 Tahun 20-35 Tahun >35 Tahun

2. Pendidikan : SD SMP SMA Perguruan Tinggi

3. Pekerjaan : Peg. Swasta


Pegawai Negeri
Wiraswasta
Ibu Rumah Tangga
Lainnya,sebutkan...........

4. Riwayat Pemeriksaan Kehamilan : Ada komplikasi


Tidak ada komplikasi

5. Tanggal pengisian : ...................

B. Skala Kecemasan HARS


Lampiran 8

Petunjuk pengisian :

- Berilah tanda checklist (√) pada setiap kolom jawaban yang tersedia
dibawah ini sesuan dengan gejala-gejala yang anda alami
- Keterangan :
0 : Tidak ada gejala
1 : Ada gejala ringan (hanya 1 gejala yang muncul)
2 : Ada gejala sedang (sebagian gejala yang muncul)
3 : Ada gejala Berat (lebih dari sebagian gejala yang muncul)
4 : Ada gejala sangat berat (seluruh gejala muncul)
Berikut ini adalah pernyataan-pernyataan tentang tingkat kecemasan
menggunakan skala kecemasan HARS

No Gejala kecemasan Keterangan


0 1 2 3 4
1. Perasaan cemas
Firasat buruk/ takut akan pikiran sendiri/
mudah tersinggung
2. Ketegangan
Merasa tegang/ lesu/ tidak bisa istirahat
nyenyak/ mudah terkejut/ mudah
menangis/ gemetar/gelisah
3. Ketakutan
Takut pada gelap/ pada orang asing/
ditinggal sendiri/ pada kerumunan
banyak orang
4. Gangguan tidur
Sukar memulai tidur / terbangun malam
hari/ tidur tidak nyenyak/ mimpi buruk/
mimpi menakutkan
5. Gangguan kecerdasan
Susah untuk konsentrasi / sering
bingung/ daya ingat buruk
6. Perasaan depresi
Hilangnya minat/ berkurangnya
kesukaan pada hobi/ merasa sedih/
bangun dini hari/ perasaan berubah-ubah
sepanjang hari
7. Gejala somatic/fisik(otot)
Sakit dan nyeri otot/ kaku/ kedutan otot/
gigi menggerutuk/ suara tidak stabil

8. Gejala somatic/fisik(sensorik)
Tinnitus (telinga berdengung)/ muka
merah atau pucat/ merasa lemas/
penglihatan kabur/ perasaan ditusuk-
Lampiran 9

tusuk
9. Gejala kardiovaskuler(jamtung dan
pembuluh darah)
Takikardi(denyut jantung cepat)/
berdebar-debar/ nyeri dada/ denyut nadi
mengeras/ rasa lemah seperti mau
pingsan/ detak jantung hilang sekejap
10 Gejala respiratori
Rasa tertekan didada/ perasaan
tercekik/sering menarik nafas/ nafas
pendek/ sesak
11. Gejala gastrointestinal(pencernaan)
Sulit menelan / perut melilit/ berat badan
menurun/ nyeri lambung/ sebelum dan
sesudah makan/ perasaan terbakar di
perut/ rasa penuh atau kembung/ mual/
muntah/ susah BAB (konstipasi)
12. Gejala urogenital( oerkemihan dan
kelamin)
Sering BAK, tidak dapat menahan BAK
/ menjadi dingin (frigit)
13. Gejala autonom
Mulut kering/ muka merah / mudah
berkeringat/kepala pusing/kepala terasa
berat/ kepala terasa sakit/ bulu-bulu
berdiri sendiri

14. Tingkah laku (sikap)


Gelisah/ tidak tenang/gemetar/ kening
mengkerut/ muka tegang/ otot tegang/
mengeras/ nafas pendek dan cepat /
muka merah
Total skor
Ket :

<14 : tidak ada kecemasan

14-20 : kecemasan ringan

21-27 : kecemasan sedang

28-41 : kecemasan berat

42-56 : kecemasan berat sekali/panic


Lampiran 10

Wilcoxon
Descriptive Statistics

Percentiles
Std.
N Mean Deviation Minimum Maximum 25th 50th (Median) 75th

pretest_educati
15 3.00 .000 3 3 3.00 3.00 3.00
on

posttest_educa
15 2.73 .458 2 3 2.00 3.00 3.00
tion

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

posttest_education - Negative Ranks 4a 2.50 10.00


pretest_education
Positive Ranks 0b .00 .00

Ties 11c

Total 15

Test Statisticsb

posttest_education
-
pretest_education

Z -2.000a

Asymp. Sig. (2-tailed) .046

a. Based on positive ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test


Lampiran 11

Descriptive Statistics

Percentiles
Std.
N Mean Deviation Minimum Maximum 25th 50th (Median) 75th

pretest_murotal 15 3.00 .000 3 3 3.00 3.00 3.00

posttest_murota
15 2.20 .561 1 3 2.00 2.00 3.00
l

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

posttest_murotal - Negative Ranks 11a 6.00 66.00


pretest_murotal
Positive Ranks 0b .00 .00

Ties 4c

Total 15

Test Statisticsb

posttest_murotal -
pretest_murotal

Z -3.207a

Asymp. Sig. (2-tailed) .001

a. Based on positive ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test


Lampiran 12

Mann-Whitney Test

Descriptive Statistics

Percentiles

Std. Minimu Maximu 50th


N Mean Deviation m m 25th (Median) 75th

posttest 30 2.47 .571 1 3 2.00 2.50 3.00

kelompok 30 1.50 .509 1 2 1.00 1.50 2.00

Ranks

kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

posttest kelompok murotal 15 11.87 178.00

kelompojk education 15 19.13 287.00

Total 30

Test Statisticsb

posttest

Mann-Whitney U 58.000

Wilcoxon W 178.000

Z -2.569

Asymp. Sig. (2-tailed) .010

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .023a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: kelompok


Lampiran 13

Surat Ijin Pengambilan Data Awal di RSUD dr. H. Andi Abdurrahman Noor
Kabupaten Tanah Bumbu
Lampiran 14
Lampiran 15

Surat Balasan Diberikan Ijin Pengambilan Data Awal di RSUD dr. H. Andi
Abdurrahman Noor Kabupaten Tanah Bumbu
Lampiran 16
Lampiran 17

Anda mungkin juga menyukai