Anda di halaman 1dari 139

PERANAN SISTEM INFORMASI ABSENSI TERHADAP

DISIPLIN KERJA KARYAWAN DI BORMA TOSERBA

DAKOTA BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat kelulusan


Pada Program Studi Sistem Informasi
Jenjang Sarjana Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer

Oleh :
ANDRI SANTOSO
NIM. 1.05.06.066

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI


FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
2012
ABSTRAK

Sistem Informasi Absensi adalah salah satu sistem informasi yang diterapkan
oleh Borma Toserba Dakota untuk melakukan evaluasi dan monitoring kehadiran
para pegawai. Selain itu untuk memberikan informasi yang selengkap-lengkapnya
kepada pimpinan segala hal yang berhubungan dengan kedisiplinan karyawan berupa
absensi kehadiran kerja. Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu untuk
mengetahui Peranan dari Sistem Informasi Absensi Terhadap Disiplin Kerja
Karyawan di Borma Toserba Dakota Bandung
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dan verifikatif
dengan pendekatan kuantitatif. Untuk mengetahui implementasi dari Sistem
Informasi Absensi yang kini sedang berjalan di Borma Toserba Dakota Bandung ini,
dapat dilihat dari Flow Map, Diagram Konteks (DK) dan Data Flow Diagram (DFD)
yang. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara, dan
penyebaran kuesioner. Analisis kuantitatif menggunakan statistik analisis Korelasi
Pearson, Koefisien Determinasi, dan Uji Z untuk menguji hipotesis dengan bantuan
aplikasi SPSS 15.0 For Windows.
Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti diperoleh kesimpulan
bahwa tanggapan responden terhadap Sistem Informasi Absensi dinyatakan BAIK
dan Tanggapan responden mengenai disiplin kerja dikategorikan BAIK pula,
dihasilkan tingkat korelasi Sedang dan Searah serta signifikan dalam meningkatkan
disiplin kerja karyawan dengan persentase peranan yang dihasilkan oleh Sistem
Informasi Absensi terhadap disiplin kerja karyawan yaitu sebesar 40,0% dan sisanya
60,0% dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya yang tidak diteliti yaitu motivasi, insentif
karyawan dan gaya kepemimpinan. Dalam uji hipotesis yang dilakukan dengan
menggunakan uji z, didapatkan nilai Zhitung sebesar 4,651 dan Ztabel sebesar 2,58 untuk
α = 1 %, maka dapat diketahui bahwa H0 ada pada daerah penolakan, berarti H1
diterima atau Sistem Informasi Absensi berperan Terhadap Disiplin Kerja di Borma
Toserba Dakota.

Kata Kunci : Sistem Informasi Absensi, Disiplin Kerja

i
ABSTRACT

Attendance Information System is one of the information systems implemented


by Borma Dakota General Store for evaluation and monitoring of staff attendance. In
addition to providing the information as complete as possible to the leadership of all
matters relating to disciplinary absences of employees in the form of work
attendance. The purpose of this study is to determine the role of the Information
Systems Discipline Against Employee Attendance at the General Store Borma Dakota
Bandung

The method used in this study is descriptive and verifikatif with quantitative
approach. To know the implementation of Attendance Information System which is
now under way in Borma Dakota Department Store Bandung, can be seen from the
Flow Map, Context Diagram (DK) and Data Flow Diagrams (DFD) is. Data
collection techniques using observation techniques, interviews, and questionnaires.
Quantitative analysis using the statistical analysis the Pearson Correlation,
Coefficient of Determination, and the Z test to test the hypothesis with the aid of SPSS
15.0.

The results of research conducted by the researchers obtained the conclusion


that the respondent's response stated GOOD Attendance Information Systems and
Feedback categorized respondents about work discipline GOOD Similarly, the
resulting level of correlation and Unidirectional Moderate and significant in
increasing the percentage of employee discipline roles generated by Attendance
Information System to discipline employees that is equal to 40.0% and the remaining
60.0% influenced by other factors not examined the motivation, employee incentives
and leadership style. In hypothesis testing is done using the z test, a score of 4.651
and Ztable of 2.58 for α = 1%, it is known that H0 is in the region of rejection, it
means that H1 is received or the Information Systems Discipline Against Work
Attendance role in Borma Dakota Department Store.

Keywords: Attendance Information System, Work Discipline

ii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Alhamdulillah, akhirnya berkat Rahmat dan Izin – Nya, penulis dapat

menyelesaikan Skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah untuk pimpinan

umat, Nabi Besar Muhammad SAW yang selalu memberikan teladan, yang

menerangi langkah menuju kebenaran, menanggalkan kebodohan, serta bagi para

sahabat, keluarga, dan para mujahid yang selalu membantu perjuangan Beliau.

Penyusunan Skripsi ini pada hakikatanya menguraikan judul Skripsi yang

penulis susun, yaitu “PERANAN SISTEM INFORMASI ABSENSI

TERHADAP DISIPLIN KERJA KARYAWAN DI BORMA TOSERBA

DAKOTA BANDUNG”.

Penulis menyadari pada Skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan,

namun penulis mencoba untuk menyelesaikan Skripsi ini dengan sebaik-baiknya.

Harapan penulis, Skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Dalam penyusunan Skripsi ini, penulis tidak lepas dari bimbingan serta

bantuan dari berbagai pihak, baik moril maupun materil. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih terutama

kepada Drs. Bambang S. Soedibjo, M.Eng.Sc. yang telah memberikan bantuan

iii
serta saran dalam penyelesaian Skripsi ini. Semoga Allah membalas kebaikan dan

melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya. Amiin. Tak lupa juga penulis

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr.Ir.Eddy Soeryanto Soegoto M.Sc, selaku Rektor Universitas Komputer

Indonesia.

2. Prof. Dr. H. Denny Kurniadie,. Ir.,M.Sc., selaku Dekan Fakultas Teknik

dan Ilmu Komputer.

3. Bapak H. Dadang Munandar, SE.,M.Si., selaku Ketua Program Studi

Sistem Informasi.

4. Ibu Citra Noviyasari, S.Si.,MT selaku Dosen Wali MI-2 yang telah banyak

membantu selama perkuliahan.

5. Ibu Wahyuni S.Si.,MT. selaku Dosen Penguji I sidang skripsi yang telah

memberikan masukan yang besar bagi penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

6. Ibu Novrini Hasti S.Si, M.Si, selaku Dosen Penguji II sidang skripsi yang

telah memberikan masukan yang besar bagi penulis, sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Pimpinan dan semua karyawan BORMA TOSERBA DAKOTA Bandung,

khusunya di bagian Pusat Pemanfaaatan Sains Atmosfer dan Iklim

terimakasih atas kerja sama dan bantuanya.

8. Bapak Tunisman, selaku pembimbing di BORMA TOSERBA DAKOTA

iv
BANDUNG Bandung yang telah banyak membantu penulis dalam

mengumpulkan data, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini,

terima kasih atas bimbingannya selama penulis melaksanakan observasi.

9. Semua staf Tata Usaha Fakultas Teknik Informatika, Universitas

Komputer Indonesia, Terima kasih atas bantuannya.

10. Penyusunan Laporan Tugas Akhir tidak lepas dari dukungan semua pihak,

terutama teman-teman mahasiswa MI-2 angkatan 06’(Agus, Asep, Gema,

Deni, Defri, Aditya Surahman, Yuliandi Aditya, Hagana, Andi ,Via, Evi &

yang lainnya )

11. Buat Hagana Maranai, S.Kom. dan Keluarga, terima kasih atas bantuannya

selama ini.

Tiada manusia yang sempurna, karenanya penulis sangat menyadari

adanya keterbatasan ilmu dan kemampuan yang dimiliki, sehingga dalam

penyusunan Skripsi ini banyak terdapat kekurangan.

Akhir kata penulis berharap semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi

yang membutuhkan. Mohon maaf atas segala kekurangan. Semoga Allah SWT

senantiasa melimpahkan segala Rahmat - Nya kepada kita semua.

Penulis doakan semoga segala bantuan yang diberikan kepada penulis

hingga Skripsi Skripsi ini selesai di balas oleh Allah SWT.Amiin.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

v
Bandung, Februari 2011

Penulis,

Andri Santoso

NIM. 1.05.06.066

vi
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

PERNYATAAN KEASLIAN

MOTTO

ABSTRAK ......................................................................................................... i

ABSTRACT ........................................................................................................ ii

KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... x

DAFTAR TABEL.............................................................................................. xii

DAFTAR SIMBOL ........................................................................................... xv

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1. Latar Belakang Penelitian ......................................................... 1

1.2. Identifikasi Dan Rumusan Masalah.......................................... 6

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian ................................................. 7

1.4. Kegunaan Penelitian ................................................................. 8

1.4.1. Kegunaan Praktis ......................................................... 8

1.4.2. Kegunaan Akademis .................................................... 9

1.5. Batasan Masalah ....................................................................... 9

1.6. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................... 10

BAB II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN & HIPOTESIS..11

2.1. Sistem Informasi .......................................................................... 11

vii
2.1.1. Pengertian Sistem .............................................................. 11

2.1.2. Pengertian Informasi ......................................................... 17

2.1.3. Pengertian Sistem Informasi.............................................. 19

2.1.4. Sistem Informasi Absensi .................................................. 23

2.1.5. Scaner ................................................................................ 23

2.1.6. Barcode .............................................................................. 25

2.2. Disiplin Kerja .............................................................................. 27

2.2.1. Disiplin .............................................................................. 27

2.2.2. Pengertian Disiplin Kerja .................................................. 29

2.2.3. Jenis – Jenis Disiplin Kerja ............................................... 31

2.2.4. Pendekatan Dalam Disiplin ............................................... 33

2.2.5. Tingkat Dan Jenis Sanksi Disiplin Kerja ........................... 35

2.3. Hubungan Antara Sistem Absensi Dan Disiplin Kerja ............... 36

2.4. Kerangka Pemikiran Dan Hipotesis ............................................ 37

BAB III. OBJEK DAN METODE PENELITIAN ......................................... 44

3.1. Objek Penelitian .......................................................................... 44

3.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan ............................................... 44

3.1.2. Visi dan Misi Perusahaan .................................................. 45

3.1.3. Struktur Organisasi Perusahaan ......................................... 46

3.1.4. Deskripsi Tugas ................................................................. 47

3.2. Metode Penelitian ........................................................................ 51

3.2.1. Desain Penelitian ............................................................... 51

3.2.2. Operasionalisasi Variabel .................................................. 52

viii
3.2.3. Sumber Data Dan Teknik Penarikan Sampel .................... 55

3.2.3.1 Sumber Data........................................................... 55

3.2.3.2. Populasi ................................................................. 56

3.2.3.2. Teknik Penarikan Sampel ..................................... 56

3.2.4. Metode Pengumpulan Data ............................................... 58

3.2.4.1 Skala Pengukuran ................................................... 59

3.2.4.2. Validitas Dan Reliabilitas ..................................... 60

3.2.4.2.1. Uji Validitas ........................................... 61

3.2.4.2.2. Uji Reliabilitas........................................ 62

3.2.5. Rancangan Analisis Dan Uji Hipotesis ............................. 63

3.2.5.1 Rancangan Analisis ................................................ 63

3.2.5.2. Uji Hipotesis ......................................................... 66

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 69

4.1. Sistem Informasi Yang Sedang Berjalan ..................................... 69

4.1.1. Tampilan Hardware Sistem Absensi ................................. 69

4.1.2. Tampilan Software Absensi Scanner ................................. 71

4.1.3. Prosedur Sistem Yang Sedang Berjalan ............................ 77

4.1.3.1 Diagram Sistem Prosedur (Flow Map) ................. 78

4.1.3.2 Diagram Konteks Yang Sedang Berjalan ............. 79

4.1.3.3 Data Flow Diagram Yang Sedang Berjalan .......... 80

4.1.4. Temuan Dari Sistem Yang Sedang Berjalan ..................... 81

ix
4.2. Tanggapan Responden Terhadan Sistem Informasi dan Disiplin

Kerja...........................................................................................83

4.2.1. Karakteristik Responden ................................................... 83

4.2.1.1. Karakteristik Responden Berdasarkan

Pendidikan. .......................................................... 83

4.1.1.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis

Kelamin ................................................................ 84

4.1.1.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Status

Perkawinan........................................................... 85

4.1.1.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa

Usia. ..................................................................... 86

4.1.1.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa

Kerja..................................................................... 87

4.2.2. Tanggapan Responden Terhadap Implementasi Sistem

Absensi Di Borma Dakota ................................................. 88

4.2.3. Tanggapan Responden Terhadap Disiplin Kerja Di Borma

Dakota ................................................................................ 97

4.3. Peranan Sistem Absensi Terhadap Disiplin Kerja ....................... 108

4.3.1. Hasil Uji Validitas ............................................................. 108

4.3.2. Hasil Uji Reliabilitas ......................................................... 110

4.3.3. Uji Korelasi ....................................................................... 111

4.3.4. Koefisien Determinasi ....................................................... 112

4.3.4. Rancangan Analisis Dan Uji Hipotesis ............................. 113

x
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 116

5.1. Kesimpulan .................................................................................. 116

5.2. Saran ............................................................................................ 117

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN – LAMPIRAN .............................................................................xviii

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar Nama Gambar Hal

2.1. Karakteristik Sistem. .......................................................................... 15

2.2. Bentuk Umum Sistem......................................................................... 15

2.3. Siklus Informasi. ................................................................................. 18

3.1. Struktur Organisasi BORMA ............................................................. 47

3.2. Uji Daerah Penerimaan Dan Penolakan Hipotesis ............................. 68

4.1. Mesin Scanner .................................................................................... 69

4.2. ID Card. .............................................................................................. 70

4.2. Tampilan Login. ................................................................................. 72

4.4. Tampilan Utama Absensi Pegawai ..................................................... 72

4.5. Tampilan Attendance.......................................................................... 73

4.6. Tampilan Jadwal Kerja ....................................................................... 74

4.7. Tampilan Shift Kerja. ......................................................................... 74

4.8. Tampilan Data Diri Karyawan. .......................................................... 74

4.9. Tampilan Menu Laporan. ................................................................... 75

4.10. Tampilan Cetak Laporan. .................................................................. 76

4.11. Keterlambatan dan Kelebihan Jam Kerja ........................................... 77

4.12. Flow Map Sistem Informasi yang sedang Berjalan. ........................... 79

4.10. Diagram konteks Yang Sedang Berjalan ............................................ 80

4.11. DFD Level 1 Yang Sedang Berjalan .................................................. 81

4.15. Kurva Penolakan dan Penerimaan Hipotesis Untuk α = 1 %. ............ 115

xii
DAFTAR TABEL

Tabel Nama Tabel Hal

1.1. Persentase Keterlambatan Karyawan ................................................. 5

1.2. Jadwal Penelitian ................................................................................ 10

2.1. Skema Kerangka Penelitian ................................................................ 42

3.1. Operasionalisasi Variabel ................................................................... 53

3.2. Skor Pernyataan Positif ...................................................................... 59

3.3. Skor Pernyataan Negatif ..................................................................... 60

3.4. Interprestasi koefisien Korelasi .......................................................... 65

4.1. Karakteristik responden Berdasarkan Pendidikan .............................. 83

4.2. Karakteristik responden Berdasarkan Jenis Kelamin ......................... 84

4.3. Karakteristik responden Berdasarkan Status Perkawinan .................. 85

4.4. Karakteristik responden Berdasarkan Usia......................................... 86

4.5. Karakteristik responden Berdasarkan Masa Kerja ............................. 87

4.6. Kategori Jawaban Responden Terhadap Indikator Hardware Item

Pernyataan 1 ....................................................................................... 89

4.7. Kategori Jawaban Responden Terhadap Indikator Hardware Item

Pernyataan 2 ....................................................................................... 89

4.8. Kategori Jawaban Responden Terhadap Indikator Software Item

Pernyataan 3 ....................................................................................... 90

4.9. Kategori Jawaban Responden Terhadap Indikator Software Item

Pernyataan 4 ....................................................................................... 91

xiii
4.10. Kategori Jawaban Responden Terhadap Indikator Basis Data Item

Pernyataan 5 ....................................................................................... 92

4.11. Kategori Jawaban Responden Terhadap Indikator Basis Data Item

Pernyataan 6 ....................................................................................... 93

4.12. Kategori Jawaban Responden Terhadap Indikator Prosedur Item

Pernyataan 7 ....................................................................................... 94

4.13. Kategori Jawaban Responden Terhadap Indikator Prosedur Item

Pernyataan 8 ....................................................................................... 95

4.14. Jawaban Responden Terhadap Sistem Absensi .................................. 96

4.15. Analisis Secara Keseluruhan Variabel X........................................... 96

4.16. Kategori Jawaban Responden Terhadap Indikator Ketepatan Waktu

Item Pernyataan 1 ............................................................................... 97

4.17. Kategori Jawaban Responden Terhadap Indikator Ketepatan Waktu

Item Pernyataan 2 ............................................................................... 98

4.18. Kategori Jawaban Responden Terhadap Indikator Pemanfaatan dan

Penggunaan Perlengkapan Item Pernyataan 3 .................................... 99

4.19. Kategori Jawaban Responden Terhadap Indikator Pemanfaatan dan

Penggunaan Perlengkapan Item Pernyataan 4 .................................... 100

4.20. Kategori Jawaban Responden Terhadap Indikator Hasil Kerja Yang

Memuaskan Item Pernyataan 5........................................................... 101

4.21. Kategori Jawaban Responden Terhadap Indikator Hasil Kerja Yang

Memuaskan Item Pernyataan 6........................................................... 102

xiv
4.22. Kategori Jawaban Responden Terhadap Indikator Kepatuhan

Terhadap Tata Tertib Item Pernyataan 7 ............................................ 103

4.23. Kategori Jawaban Responden Terhadap Indikator Kepatuhan

Terhadap Tata Tertib Item Pernyataan 8 ............................................ 104

4.24. Kategori Jawaban Responden Terhadap Indikator Tanggung Jawab

Yang Tinggi Item Pernyataan 9 .......................................................... 105

4.25. Kategori Jawaban Responden Terhadap Indikator Tanggung Jawab

Yang Tinggi Item Pernyataan 10 ........................................................ 106

4.26. Data Jawaban responden Terhadap Disiplin Kerja ............................ 107

4.27. Analisis Terhadap Keseluruhan Variabel y ....................................... 107

4.28. Hasil Uji Validitas Sistem Informasi Absensi (X) ............................. 109

4.29. Hasil Uji Validitas Disiplin Kerja Karyawan(Y) ............................... 109

4.30. Reliabilitas Sistem Informasi Absensi (X) ......................................... 110

4.31. Reliabilitas Disiplin Kerja Karyawan(Y) ........................................... 111

4.32. Korelasi Pearson ................................................................................ 111

xv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Pada era modern saat ini Sistem komputer banyak berperan di segala bidang.

Perusahaan-perusahaan di Indonesia banyak memanfaatkan peranan komputer dalam

mengambil suatu keputusan. untuk menyelesaikan masalah yang ada berdasarkan

pada informasi yang akurat dan dapat dipercaya. Oleh karena itu diperlukan suatu

teknologi informasi yang cukup baik dan kompeten sehingga dapat dipercaya guna

mengolah semua informasi yang dibutuhkan oleh perusahaan demi kemajuan

perusahaan tersebut.

Tidak diragukan lagi dengan pemanfaatan sistem informasi. Sebuah

perusahaan dapat terbantu dalam berbagai bidang yang dikehendaki guna kemajuan

perusahaan. Hal ini membantu pula suatu perusahaan dalam persaingan global. Maka

dalam persaingan global saat ini perusahaan – perusahaan berusaha menerapkan

berbagai teknologi informasi untuk mendukung seluruh kegiatan di dalam

perusahaan. Hal ini juga diterapkan oleh BORMA TOSERBA Dakota Bandung.

Salah satu teknologi informasi tersebut adalah Sistem informasi absensi.

Sistem ini dibuat untuk memberikan kemudahan dan kenyamanan dalam

proses absensi bagi karyawan. Serta dalam rangka pembinaan pegawai khususnya

1
2

untuk melakukan evaluasi dan monitoring kehadiran para pegawai sesuai dengan

ketentuan yang berlaku. Dengan kata lain adalah untuk melihat tingkat disiplin para

karyawan. Selain itu sistem dibuat untuk keperluan penghitungan gaji karyawan

kontrak yaitu dengan melihat kehadiran tiap bulan serta dari jam masuk serta jam

keluar kantor para karyawan tersebut. Yang terpenting dengan adanya sistem absensi

ini diharapkan kecurangan karyawan dalam hal absensi.

BORMA Dakota telah menerapkan sistem informasi absensi yang ditunjang

oleh teknologi mesin berupa Scanner. Scanner merupakan sebuah alat pendeteksi

dengan menggunakan sinar infra merah yang menscan rangkaian kode berupa garis –

garis yang disebut barcode. Dimana dalam barcode ini berisi data yang dapat diolah

kembali guna berbagai keperluan. Sistem ini telah diterapkan sejak tahun 2005.

dengan proses kerja yang tidak begitu rumit. Mula – mula mesin Scanner menscan

barcode yang ada pada ID Card, yang dibuat dan diberikan pada saat karyawan mulai

bekerja di BORMA Dakota. Lalu data yang ada pada ID Card akan langsung masuk

pada Sistem yang ada untuk mengolah absensi. Adapun masalah yang ada pada

Sistem yang diterapkan di BORMA Dakota Ini yaitu, sering tidak terbacanya barcode

pada mesin Scanner. sehingga membuat karyawan memerlukan waktu yang lama

untuk mengabsen, dan terkadang tidak bisa mengabsen sama sekali dikarenakan

kondisi ID Card sudah tidak baik lagi. Faktor yang menyebabkan itu terjadi adalah

karena kurangnya pemahaman mereka tentang Sistem absensi yang ada. Sehingga

mereka kurang memperhatikan bahwa ID Card mereka adalah penunjang Sistem.


3

Yang dimana harus dijaga agar kondisinya tetap baik. Selain itu masalah lainya

adalah bahwa admin yang berperan untuk mengoperasikan Sistem. Tidak terlalu

paham akan Sistem yang digunakan. Hanya paham sekedar input absensi saja, tidak

untuk proses data yang lain seperti edit, tambah, hapus, maupun membuat laporan

absen. Hanya si pembuat Sistem yang benar – benar paham terhadap Sistem yang

ada. Sehingga terkadang bila ada karyawan yang sakit atau lupa mengabsen si admin

tidak bisa mengubah data yang telah masuk. Dia harus menunggu si pembuat Sistem.

Bila pembuat Sistem tidak ada data tidak bisa diubah sehingga dapat merugikan

karyawan.

Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan, maka

dibutuhkan peranan manusia dalam organisasi sebagai pegawai atau karyawan.

karena hidup matinya organisasi semata-mata tergantung pada manusia. Karyawan

merupakan faktor penting dalam setiap organisasi baik dalam pemerintah maupun

swasta. Karyawan merupakan faktor penentu dalam pencapaian tujuan perusahaan

ataupun instansi secara efektif dan efisien. karyawan yang menjadi penggerak dan

penentu jalannya organisasi.

Untuk mencapai produktivitas kerja karyawan yang baik bukan hal yang

mudah utuk dilaksanakan. Faktor yang sangat penting untuk mencapai produktivitas

kerja yang tinggi adalah pelaksanaan disiplin kerja dari para karyawan. Karena hal

tersebut merupakan salah satu faktor penentu bagi keberhasilan dan kemajuan dalam

mencapai tujuan perusahaan. Kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang


4

menaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku (

Hasibuan,2002: 193 ).

Disiplin kerja disini adalah mengenai disiplin waktu kerja, dan disiplin dalam

menaati peraturan yang telah ditetapkan dalam perusahaan. Dengan adanya kesadaran

yang tinggi dalam melaksanakan aturan-aturan perusahaan yang diwujudkan dalam

disiplin dan efektifitas kerja. Maka suatu produktivitas kerja juga akan tercapai.

Kedisiplinan bukan hanya indikasi adanya semangat dan kegairahan kerja. Melainkan

dapat mempengaruhi efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan. Perusahaan tidak

perlu bersikap lemah dalam menghadapi karyawan. Seorang pemimpin yang lemah

bukan hanya akan mengacaukan jalannya perusahaan tetapi juga akan kehilangan rasa

hormat dari para bawahannya. Selama perusahaan telah mempunyai peraturan dan

telah disepakati bersama. Maka pelanggaraan terhadap peraturan ini haruslah

dikenakan tindakan pendisiplinan atau sanksi.

Tingginya disiplin kerja pegawai akan mampu mencapai efektivitas kerja

yang maksimal. Baik itu disiplin waktu, tata tertib, ataupun peraturan yang telah

ditetapkan dalam instansi tersebut. Untuk lebih mengefektifkan peraturan yang

dikeluarkan dalam rangka menegakkan kedisiplinan perlu teladan dari pimpinan.

Teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan pegawai karena

pimpinan dijadikan panutan oleh para pegawainya.


5

Disiplin kerja yang telah dilakukan pegawai di BORMA TOSERBA Dakota

Bandung belum berjalan dengan baik dan belum dilakukan dengan kesadaran diri

dan penuh rasa tanggung jawab. Hal ini dapat dilihat dari persentase keterlambatan

dari 110 karyawan di BORMA Dakota dapat dilihat dari tabel dibawah ini :

Tabel 1.1

Persentase Keterlambatan Karyawan

Waktu Jumlah Karyawan


No. Persentase (%)
( Minggu Ke -) Yang Terlambat

1 Pertama 24 18,32 %

2 Kedua 18 13,74 %

3 Ketiga 16 12,21 %

4 Keempat 27 20,62 %

Sumber : BORMA Dakota, September 2011

Dengan diterapkannya Sistem Informasi Absensi diharapkan para karyawan

akan lebih meningkatkan kedisiplinannya terhadap penggunaan jam kerja, dengan

kata lain mentaati peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh perusahaan supaya

tujuan kantor dan intansi dapat berjalan lancar. Berdasarkan Uraian diatas, penulis

tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Sistem Informasi Absensi terutama

mengenai bagaimana peranannya terhadap disiplin kerja karyawan dan bermaksud


6

menuangkannya kedalam bentuk skripsi dengan judul: “Peranan Sistem Informasi

Absensi Terhadap Disiplin Kerja Karyawan di BORMA TOSERBA Dakota

Bandung”.

1.2. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di uraikan di atas, maka

penulis mencoba untuk mengidentifikasikan masalah-masalah yang ada sebagai

berikut :

1. Masih terjadinya keterlambatan karyawan dalam jam masuk kantor dan terlalu

cepat pulang kantor, hal ini dikarenakan didalam Sistem tidak tersedianya

prosedur pembatasan jam absensi yang diijinkan.

2. Apabila ada pegawai yang sakit dihari tersebut admin tidak bisa mengubah data

yang telah masuk. Karena yang menjadi admin adalah karyawan biasa, sehingga

tidak dilengkapi kemampuan untuk dapat merubah data. Hanya pembuat sistem

yang bisa mengubah data. Hal ini dapat merugikan karyawan. Karena karyawan

tersebut akan dianggap tidak masuk atau alpa pada hari tersebut.

Adapun penulis merumuskan permasalahan yang akan dibahas sebagai

berikut:

1. Bagaimana Sistem Absensi yang sedang berjalan di BORMA TOSERBA

Dakota Bandung.
7

2. Bagaimana tanggapan responden atas peranan Sistem absensi pada BORMA

TOSERBA Dakota Bandung.

3. Bagaimana kedisiplinan karyawan setelah menggunakan Sistem absensi di

BORMA TOSERBA Dakota Bandung.

4. Seberapa besar peranan Sistem absensi terhadap disiplin kerja karyawan di

BORMA TOSERBA Dakota Bandung.

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

Adapun maksud penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah untuk

mendapatkan data dan informasi yang relevan mengenai Sistem absensi

menggunakan Scanner dan disiplin kerja. yang nantinya akan digunakan untuk

memberikan gambaran mengenai kualitas Sistem absensi menggunakan Scanner

dampaknya terhadap disiplin kerja di BORMA TOSERBA Dakota Bandung.

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui Sistem absensi yang sedang berjalan di BORMA

TOSERBA Dakota Bandung.

2. Untuk mengetahui tanggapan responden terhadap implementasi Sistem

Absensi terhadap disiplin kerja karyawan di BORMA TOSERBA Dakota

Bandung

3. Untuk mengetahui Tanggapan Responden tentang disiplin kerja di BORMA

TOSERBA Dakota Bandung.


8

4. Untuk mengetahui seberapa besar peranan Sistem Absensi terhadap disiplin

kerja di BORMA TOSERBA Dakota Bandung.

1.4. Kegunaan Penelitian

Semua informasi yang dihasilkan dikumpulkan melalui penelitian dan studi

literatur ini diharapkan dapat memberikan kegunaan baik bagi penulis sendiri,

BORMA TOSERBA DAKOTA, maupun Pihak lain.

1.4.1. Kegunaan Praktis

I. Bagi perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berguna serta

sumbangan pemikiran bagi perusahaan dalam mengambil keputusan terkait dengan

penerapan Sistem Absensi..

II.Bagi Karyawan

Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat bagi

karyawan dengan tujuan memperbaiki dan meningkatkan pelaksanaan disiplin kerja

yang selama ini dilaksanakan.


9

1.4.2. Kegunaan Akademis

Adapun kegunaan penelitian ini adalah dapat bermanfaat secara akademis

sebagai berikut :

1. Bagi Pengembangan Ilmu

Diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang pentingnya arti suatu

kedisiplinan dalam hal apapun, terutama mengenai dampak Sistem Absensi Scanner

terhadap disiplin kerja.

2. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumbangan informasi

bagi peneliti lain baik secara langsung maupun secara tidak langsung mengenai

Sistem Absensi ataupun dalam hal pelaksanaan disiplin kerja.

3. Bagi Penulis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam menambah atau

memperkaya wawasan pengetahuan khususnya tentang penerapan Sistem Absensi

dan pelaksanaan disiplin kerja karyawan, serta membandingkan antara fakta dengan

teori yang diperoleh selama masa perkuliahan.

1.5. Batasan Masalah

Untuk mengkaji suatu permasalahan yang di hadapi oleh BORMA TOSERBA

Bandung Dakota, dalam hal ini penulis membatasi permasalahan yang akan di bahas,

agar pembahasan dan penyusunan dapat di lakukan secara terarah dan tercapai
10

dengan tujuan yang di harapkan serta untuk menghindari meluasnya masalah, maka

batasan masalah yang ada yaitu penelitian dilakukan hanya pada karyawan di

BORMA TOSERBA Dakota Bandung.

1.6. Lokasi dan Waktu Penelitian

Sesuai dengan judul penelitian ini yaitu Dampak Sistem Informasi Absensi

Terhadap Disiplin Kerja Karyawan di BORMA TOSERBA Dakota Bandung, maka

tempat dimana akan dilakukan penelitian adalah di BORMA TOSERBA Dakota

Bandung yang bertempat di Jl. Dakota No.109 Gunung Batu Bandung.

Adapun jadwal Penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah sebagai berikut:

Tabel 1.2 Jadwal Penelitian

Tahun 2011
Bulan
Agustus September Oktober November
No Kegiatan
Minggu ke-
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyusunan dan
Pengajuan Proposal
2 Observasi Objek
Penelitian
3 Pengumpulan dan
analisis Data
4 Penyusunan Laporan
Penelitian / Skripsi
11
18

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN & HIPOTESIS

2.1. Sistem Informasi

2.1.1. Pengertian Sistem

Terdapat dua kelompok pendekatan didalam mendefinisikan sistem, yaitu yang

menekankan kepada prosedur dan pada komponen atau elemennya.

1. Pendekatan sistem yang lebih menekankan pada prosedurnya:

“Pendekatan prosedur adalah pendekatan yang menekankan pada

konsep sistem berdasarkan prosedur-prosedur yang ada dalam

sistem”.

2. Pendekatan sistem yang lebih menekankan pada elemen-elemen

atau kelompoknya, yang dalam hal ini sistem itu didefinisikan

sebagai “Suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling

berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu

kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu aturan tertentu”.

Definisi sistem menurut Jogiyanto(2005 :5):

“Sistem adalah kumpulan dari elemen – elemen yang berintegresi untuk


mencapai tujuan tertentu.”

Definisi sistem menurut Jogiyanto (1999:4 ):

“Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling


berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukkan suatu kegiatan
atau untuk menyelesaikan suatu sasaran yang tertentu”.

11
12

Definisi sistem menurut Sri (2008:7):

“Sistem adalah kumpulan/group dari bagian/komponen apapun baik pisik


maupun non pisik yang saling berhubungan satu sama lain dan bekerja
sama secara harmonis untuk mencapai satu tujuan tertentu”.
Definisi sistem menurut Hanif (2007:10):
“Suatu kumpulan atau himpunan dari unsur atau variable-veriabel yang
saling terorganisasi, saling berinteraksi, dan saling bergantung sama lain”.

Ketiga pendapat diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa sistem

merupakan suatau kumpulan dari sub sistem atau jaringan kerja yang saling

berhubungan satu dengan yang lainnya untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Suatu sistem mempunyai karateristik atau sifat-sifat yang tertentu, yaitu

mempunyai komponen-komponen (components), batas sistem (boundary),

lingkungan luar sistem (environments), penghubung (interface), masukan (input),

keluaran (output), pengolah (proses) dan sasaran atau tujuan.

1. Komponen Sistem

Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling

berinteraksi, yang artinya saling bekerja sama membentuk suatu kesatuan.

Komponen-komponen sistem atau elemen-elemen sistem dapat berupa

suatu subsistem atau bagian-bagian dari sistem. Setiap subsistem

mempunyai sifat-sifat dari sistem untuk menjalankan suatu fungsi tertentu

dan mempengaruhi proses sistem secara keseluruhan.

2. Batas Sistem
13

Batas sistem merupakan daerah yang membatasi antara suatu

sistem dengan sistem yang lainnya atau dengan lingkungan luarnya. Batas

sistem ini memungkinkan suatu sistem dipandang sebagai suatu kesatuan.

3. Lingkungan Luar Sistem

Lingkungan luar dari suatu sistem adalah apapun diluar batas dari

sistem yang mempengaruhi operasi sistem. Lingkungan luar sistem dapat

bersifat menguntungkan dan dapat jaga bersifat merugikan sistem tersebut.

Lingkungan luar yang menguntungkan merupakan energi dari sistem dan

dengan demikian harus tetap dijaga dan dipelihara. Sedang lingkungan

luar yang merugikan harus ditahan dan dikendalikan, kalau tidak maka

akan mengganggu kelangsungan hidup dari sistem.

4. Penghubung Sistem

Penghubung merupakan media penghubung antara satu subsistem

dengan subsistem yang lainnya. Melalui penghubung ini memungkinkan

sumber-sumber daya mengalir dari satu subsistem ke subsistem yang

lainnya. Keluaran dari satu subsistem akan menjadi masukan untuk

subsistem yang lainnya dengan malalui penghubung.

5. Masukan Sistem

Masukan (input) adalah energi yang dimasukan ke dalam

sistem.masukan dapat berupa masukan perawatan (maintenance input) dan

masukan sinyal (signal input). Masukan perawatan adalah energi yang


14

dimasukan supaya sistem tersebut dapat beroperasi. Masukan sinyal

adalah energi yang diproses untuk didapatkan keluaran.

6. Keluaran Sistem

Keluaran (output) adalah hasil dari energi yang diolah dan

diklasifikasikan menjadi keluaran yang berguna dan sisa pembuangan.

Misalkan untuk sistem komputer, panas yang dihasilkan adalah keluaran

yang tidak berguna dan merupakan hasil sisa pembuangan, sedangkan

informasi adalah keluaran yang dibutuhkan.

7. Pengolahan Sistem

Suatu sistem dapat mempunyai suatu bagian pengolah yang akan

merubah masukan menjadi keluaran.

8. Sasaran Sistem

Suatu sistem pasti mempunyai tujuan atau sasaran kalau suatu

sistem tidak mempunyai sasaran, maka operasi sistem tidak akan berguna.

Suatu sistem dikatakan berhasil bila mengenai sasaran atau tujuannya.


15

Penghubung

Subsistem
Boundary

Subsistem Subsistem

Boundary

Subsistem Subsistem

input Proses Output

Gambar 2.1 Karakteristik Sistem

Sumber : Jogiyanto (1999:686)

Bentuk umum dari sistem terdiri dari atas masukan (input), proses, dan keluaran

(output). Dalam bentuk umum sistem ini biasa melakukan satu atau lebih masukan

yang akan diproses dan menghasilkan keluaran sesuai dengan yang direncanakan

sebelumnya.

Gambaran umum mengenai sistem ditunjukan pada gambar berikut ini :

INPUT PROCESSING OUTPUT

Gambar 2.2 Bentuk Umum Sistem

Sumber Jogiyanto (1999:3)


16

Sistem dapat diklasifikasikan dari beberapa sudut pandangan, diantaranya adalah

sebagai berikut ini.

1. Sistem diklasifikasikan sebagai sistem abstrak dan sistem fisik. Sistem

abstrak adalah sistem yang berupa pemikiran atau ide-ide yang tidak

tampak secara fisik.

2. Sistem diklasifikasikan sebagai sistem alamiah dan sistem buatan

manusia. Sistem alamiah adalah sistem yang terjadi melalui proses alam,

tidak dibuat manusia. Sistem buatan manusia adalah sistem yang

dirancang oleh manusia. Sistem buatan manusia yang melibatkan interaksi

antara manusia dengan mesin disebut dengan human-machine sistem atau

ada yang menyebut dengan man-machine.

3. Sistem diklasifikasikan sebagai sistem tertentu dan sistem tak tentu.

Sistem tertentu beroperasi dengan tingkah laku yang sudah dapat

diprediksi. Sistem komputer adalah contoh dari sistem tertentu yang

tingkah lakunya dapat dipastikan berdasarkan program-program yang

dijalankan. Sedangkan sistem tak tentu adalah sistem yang kondisi masa

depannya tidak dapat diprediksi karena mengandung unsur probalitas.

4. Sistem diklasifikasikan sebagai sistem tertutup dan sistem terbuka.

Sistem tertutup merupakan sistem yang tidak berhubungan dan tidak

terpengaruh dengan lingkungan luarnya. Sistem ini bekerja secara

otomatis tanpa adanya turut campur tangan dari pihak luarnya. Sistem
17

terbuka adalah sistem yang berhubungan dan terpengaruhi dengan

lingkungan luarnya.

2.1.2. Pengertian Informasi

Pada konsep dasar ini penulis akan menjelaskan mengenai definisi informasi,

siklus informasi dan kualitas informasi.

Informasi merupakan salah satu unsur yang sangat penting di dalam organisasi.

Suatu sistem yang kurang mendapatkan informasi akan menjadi luruh, sehingga

informasi tersebut sangat penting artinya bagi suatu organisasi.

Definisi Informasi menurut Hanif (2007:15 ) adalah:

“Informasi adalah data yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang
berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam pengambilan keputusan
saat ini atau mendatang”.
Definisi Informasi menurut Jogiyanto (2005:589 ) adalah :

“Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna
dan lebih berarti bagi yang menerimanya.”
Definisi data menurut Jogiyanto (1999:2 )

“Data adalah kumpulan kejadian yang diangkat dari suatu kejadian”.

Definisi data Menurut Jogiyanto (2005: 5)

“Informasi adalah hasil dari pengolahan data dalam suatu bentuk yang lebih
berguna dan lebih berarti bagi penerimanya yang menggambarkan suatu
kejadian – kejadian yang nyata (fact) yang digunakan untuk pengamatan
keputusan”.
Kejadian – kejadian (event) adalah sesuatu yang terjadi pada saat tertentu.
Kejadian nyata (fact) adalah berupa suatu object nyata seperti tempat –
tempat, orang – orang, yang betul – betul terjadi.”
18

Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang berguna. Data

yang diolah melalui suatu model informasi. Penerima akan menerima informasi

tersebut dan membuat keputusan serta diwujudkan dengan suatu tindakan yang

berarti menghasilkan suatu tindakan yang membuat sejumlah data kembali. Data

tersebut akan ditanggap sebagai input, diproses kembali lewat suatu model dan

seterusnnya sehingga membentuk suatu siklus.

Untuk lebih jelasnya siklus informasi dapat dijelaskan dengan gambar

sebagai berikut. Adapun gambar siklus informasi tersebut dapat dilihat pada

gambar di bawah ini:

PROSES (MODEL)

OUTPUT
INPUT (data)
(information)

DASAR DATA

DATA
PENERIMA
(ditangkap)

PROSES Keputusan
(tindakan) Tindakan

Gambar 2.3 Siklus Informasi

Sumber: Jogiyanto( 2005:600)

Kualitas dari suatu informasi tergantung dari 3 hal yaitu:


19

1. Akurat (accurat)

Berarti informasi harus bebas dari kesalahan – kesalahan dan informasi

harus mencerminkan maksudnya.

2. Tepat waktu (time lines)

Berarti informasi yang datang pada penerima tidak boleh terlambat.

Informasi yang sudah usang tidak akan mempunyai nilai lagi, karena

informasi merupakan suatu landasan dalam mengambil keputusan.

3. Relevan (relevance)

Berarti informasi tersebut mempunyai manfaat oleh pemakai, dimana

relevansi untuk tiap–tiap individu tergantung pada yang menerima dan

yang membutuhkan.

Informasi harus mempunyai nilai manfaat agar mempunyai nilai.

Menurut Jogiyanto (2005: ) pengertian nilai informasi adalah :

”Nilai informasi (value of information ) ditentukan oleh dua hal yaitu


manfaat dan biaya mendapatkannya. Suatu informasi bernilai jika manfaat
lebih efektif dibandingkan dengan biaya mendapatkanya”.

2.1.3. Pengertian Sistem Informasi

Pengertian sistem informasi adalah:

“Suatu sistem yang dibuat oleh manusia yang terdiri dari komponen-komponen
dalam organisasi untuk mencapai suatu tujuan yaitu menyajikan informasi.” (Al-
Bahra Bin Ladjamudin 2005:13).

Tata S, Analisis Sistem Informasi (2003:10) sistem didefinisikan sebagai:


20

“Sistem adalah setiap kumpulan dari komponen atau sub-sistem yang berinteraksi
untuk mencapai suatu tujuan tertentu”.
Menurut (Jogiyanto 2003:8) sistem informasi adalah:

“Sistem informasi dapat didefinisikan sebagai suatu sistem dalam organisasi yang
merupakan kombinasi dari orang-orang, fasilitas, tehnologi, media, prosedur-
prosedur dan pengendalian yang ditujukan untuk mendapatkan jalur komunikasi
penting, memproses tipe transaksi rutin tertentu, memberi sinyal kepada
manajemen dan yang lainnya terhadap kejadian-kejadian internal dan eksternal
sebagai suatu dasar informasi untuk pengambilan keputusan.”

Sistem Informasi menurut (Tejoyuwono Notohadiprawiro, 2008) adalah

sebagai berikut :

“Suatu pengumpulan data yang terorganisasi beserta tatacara penggunaanya yang


mencakup lebih jauh daripada sekedar penyajiannya. Istilah tersebut menyiratkan
suatu maksud yang ingin dicapai dengan jalan memilih dan mengatur data serta
menyusun tatacara penggunaanya.”

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Sistem informasi merupakan

satu kesatuan yang utuh yang terbentuk dari sub-sub sistem dalam mengolah data

menjadi informasi. Dimana dalam sistem informasi diperlukan adanya

perencanaan, pengelolaan, pengendalian serta penilaian terhadap sistem informasi.

Hal ini diharapkan sistem informasi dapat dijadikan sebagai bahan untuk

pengambilan sebuah keputusan.

Dan dalam sebuah perusahaan Sistem informasi merupakan komponen-

komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk mengumpulkan,

memproses, menyimpan dan menyebarkan informasi untuk mendukung

pengambilan keputusan, koordinasi, pengendalian, dan untuk memberikan

gambaran aktivitas didalam perusahaan.


21

Suatu sistem meiliki karakteristik atau sifat tertentu yaitu diantaranya adalah

memiliki komponen (component), batas sistem (boundary), lingkungan luar

sistem (environment), penghubung (interface), masukan (input), keluaran

(output), pengolah (process) dan sasaran (objective).

Demikian penjelasan dari karakteristik atau sifat-sifat dari sistem yang

telah dipaparkan diatas:

1. Komponen sistem (component)

Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi,

yang artinya saling bekerja sama membentuk suatu kesatuan. Komponen-

komponen sistem atau elemen-elemen sistem dapat berupa suatu subsistem

atau bagian dari suatu sistem.

2. Batas sistem (boundary)

Batas sistem merupakan daerah yang membatasi antara suatu sistem

dengan sistem yang lainnya dengan lingkungan luar sebiuah sistem.

3. Lingkungan luar sistem (environment)

Lingkungan luar sistem adalah apapun yang terdapat diluar batas sistem

yang mempengaruhi operasi sistem. Lingkungan luar sistem dapat bersifat

menguntungkan dan dapat juga bersifat merugikan sistem tersebut.

4. Penghubung sistem (interface)

Penghubung merupakan media penghubung antara dua subsistem dengna

subsistem yang lainnya. Melalui penghubung ini memungkinkan sumber-

sumber daya mengalir dari suatu subsistem ke subsistem lainnya.


22

5. Masukan sistem (input)

Masukan adalah energi yang dimasukkan ke dalam sistem. Masukan dapat

berupa masukan perawatan (maintenance input) dan masukan sinyal (signal

input). Maintenance input adalah energi yang dimasukkan supaya sistem

tersebut dapat beroperasi. Signal input adalah energi yang diproses untuk

mendapatkan keluaran.

6. Keluaran sistem (output)

Keluaran adalah hasil dari energi yang diolah dan diklasifikasikan menjadi

keluaran yang berguna dan sisa pembuangan. Keluaran dapat merupakan

masukan unutk subsistem yang lain atau kepada supra sistem.

7. Pengolahan sistem (process)

Suatu sistem dapat mempunyai suatu bagian atau sistem itu sendiri sebagai

pengolahnya. Pengolah yang akan merubah input dan output.

8. Sasaran (objective)

Suatu sistem pasti memiliki tujuan (goal) atau sasaran (objective). Jika

suatu sistem tidak memiliki sasaran atau tujuan, maka operasi sitem tidak akan

ada gunanya. Sasaran dari sistem sangat menentukan sekali masukan yang

dibutuhkan sistem dan keluaran yang dihasilkan sistem. Suatu sistem

dikatakan berhasil apabila dapat mencapai sasaran ataupun tujuan dari sistem

itu sendiri.
23

2.1.4. Sistem Informasi Absensi

Sistem Informasi Absensi adalah sistem informasi yang bertujuan untuk

mempermudah proses absensi dari tahap absensi sampai pembuatan

laporannya. (Tunisman 2011)

2.1.5. Scanner

Scanner merupakan salah satu perangkat input komputer. Scanner

merupakan alat yang berfungsi untuk menduplikat objek layaknya mesin

fotokopi ke dalam bentuk digital. Scanner menduplikat objek tersebut

menggunakan sebuah sensor cahaya yang terdapat di dalamnya. Sensor

yang ada pada scanner tersebut mendeteksi struktur, tulisan, maupun

gambar dari objek yang discan tersebut dan dikirimkan ke komputer dalam

bentuk digital.

Dalam scanner terdapat sebuah sensor. Sensor tersebut mendeteksi

struktur, seperti tulisan, warna, gelap, terang, dan bentuk benda. Setelah itu

scanner mengirimkan hasil dari scan tersebut ke komputer dalam bentuk

digital. Scanner merupakan suatu alat yang berfungsi seperti mesin

fotokopi, yaitu dengan cara memasukkan data melalui pencahayaan dan

selanjutnya diterjemahkan dalam bentuk digital. Sensitive kepada cahaya

dan dapat menerjemahkan teks, barcode, gambar, dan sebagainya. Hasil

scan dapat berupa gambar, maupun data (file, teks, dokumen). hasil scan
24

tersebut bisa diedit atau disimpan dalam komputer. Untuk gambar

biasanya scanner menscan foto, makalah, dll.

Perangkat input scanner dapat berupa pembaca mengenal karakter

tinta magnetic atau magnetic ink character recognition (MICR) dan optical

data reader. MICR reader biasanya digunakan untuk transaksi cek pada

suatu bank, yang ditulis dengan tinta magnetic yang hanya bisa dibaca

dengan perangkat MICR dan tidak bisa dibaca dengan mata manusia.

Optical Data Reader hamper seperti MICR, namun lebih fleksibel yang

dapat berupa Optical Character Recognition (OCR) reader, OCR text

reader, barcode wand dan Optical Mark Recognition (OMR) reader. OCR

reader dapat membaca dokumen baik yang ditulis dengan huruf cetak

maupun tulisan tangan. OCR text reader banyak digunakan di took-toko

atau gudang untuk membaca label data barang dalam bentuk (font)

karakter OCR. Barcode wand adalah perangkat yang digunakan untuk

membaca label data barang yang berbentuk kode-kode barang (bar), yang

saat ini digunakan hampir sebagian besar supermarket untuk mendeteksi

harga barang. Barcode wand juga dipakai perusahaan – perusahaan untuk

sistem absensi. OMR reader banyak digunakan untuk penilaian tes (test

scoring), jawaban dari tes diberikan pada kertas mark sense form, yang

berupa lingkaran-lingkaran keil yang biasanya harus diisi dengan

menggunakan pensil 2B.


25

2.1.6. Barcode

Sebuah kode batang atau kode palang (barcode) adalah suatu

kumpulan data optik yang dibaca mesin. Sebenarnya, kode batang ini

mengumpulkan data dalam lebar (garis) dan spasi garis paralel dan dapat

disebut sebagai kode batang atau simbologi linear atau 1D (1 dimensi).

Tetapi juga memiliki bentuk persegi, titik, heksagon dan bentuk geometri

lainnya di dalam gambar yang disebut kode matriks atau simbologi 2D (2

dimensi). Selain tak ada garis, sistem 2D sering juga disebut sebagai kode

batang.

Penggunaan awal kode batang adalah untuk mengotomatiskan

sistem pemeriksaan di swalayan, tugas dimana mereka semua menjadi

universal saat ini. Penggunaannya telah menyebar ke berbagai kegunaan

lain juga, tugas yang secara umum disebut sebagai Auto ID Data Capture

(AIDC). Sistem ID ini digunakan untuk sistem absensi di beberapa

perusahaan.

Kode batang dapat dibaca oleh pemindai optik yang disebut

pembaca kode batang atau dipindai dari sebuah gambar oleh perangkat

lunak khusus. Di Jepang, kebanyakan telepon genggam memiliki

perangkat lunak pemindai untuk kode 2D, dan perangkat sejenis tersedia

melalui platform smartphone.


26

Pada awalnya pembaca kode batang yaitu scanner atau pemindai

dibangun dengan mengandalkan cahaya yang tetap dan satu photosensor

yang secara manual digosokkan pada kode batang.

Kode batang scanner dapat digolongkan menjadi tiga katagore

berdasarkan koneksi ke komputer, yaitu : Jenis RS-232 kode batang

scanner. Jenis ini membutuhkan program khusus untuk mentransfer data

input ke program aplikasi. Jenis lain,adalah bercode yang menghubungkan

antara komputer dan PS 2 atau AT keyboard dengan menggunakan kabel

adaptor. Jenis ketiga adalah USB kode batang scanner, yang merupakan

lebih modern dan lebih mudah diinstal perangkat daripada RS-232

scanner, karena scanner kode batang ini memiliki keuntungan yaitu tidak

membutuhkan kode atau program untuk mentransfer data input ke

program aplikasi, ketika anda melacak kode batang datanya dikirim ke

komputer seakan-akan telah mengetik pada keyboard.

Kode batang terdiri dari garis hitam dam putih. Ruang putih di

antara garis-garis hitam adalah bagian dari kode.

Ada perbedaan ketebalan garis. Garis paling tipis “1”, yang sedang

“2”, yang lebih tebal “3”, dan yang paling tebal “4”. Setiap digit angka

terbentuk dari urutan empat angka. 0 = 3211, 1 = 2221, 2 = 2122, 3 =

1411, 4 = 1132, 5 = 1231, 6 = 1114, 7 = 1312, 8 = 1213, 9 = 3112.


27

Standar kode batang retail di Eropa dan seluruh dunia kecuali

Amerika dan Kanada adalah EAN (European Article Number) – 13. EAN-

13 standar terdiri dari:

 Kode negara atau kode sistem: 2 digit pertama kode batang

menunjukkan negara di mana manufacturer terdaftar.

 Manufacturer Code: Ini adalah 5 digit kode yang diberikan pada

manufacturer dari wewenang penomoran EAN.

 Product Code: 5 digit setelah manufacturer code. Nomor ini

diberikan manufacturer untuk merepresentasikan suatu produk

yang spesifik.

 Check Digit atau Checksum: Digit terakhir dari kode batang,

digunakan untuk verifikasi bahwa kode batang telah dipindai

dengan benar.

2.2. Disiplin Kerja

2.2.1. Disiplin

Dalam arti luas kedisiplinan adalah cermin kehidupan masyarakat

bangsa. Maknanya, dari gambaran tingkat kedisiplinan suatu bangsa akan

dapat dibayangkan seberapa tingkatantinggi rendahnya budaya bangsa

yang dimilikinya. Sementara itu cerminan kediplinan mudah terlihat pada

tempat-tempat umum, lebih khusus lagi pada sekolah-sekolah dimana


28

banyaknya pelanggaran tata tertib sekolah yang dilakukan oleh siswa-

siswa yang kurang disiplin.

Menurut Johar Permana, Nursisto (1986:14) :

“Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui


proses dan serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan,
kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan atau ketertiban.”

Disiplin merupakan istilah yang sudah memasyarakat diberbagai instansi

pemerintah maupun swasta. Kita mengenal adanya disiplin kerja, disiplin lalu

lintas, disiplin belajar dan macam istilah disiplin yang lain.

Menurut Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) (1997:11) :

“makna kata disiplin dapat dipahami dalamkaitannya dengan latihan yang


memperkuat, koreksi dan sanksi, kendali atau terciptanya ketertiban dan
keteraturan, dan sistem aturan tata laku”.

Disiplin dikaitkan dengan latihan yang memperkuat, terutama ditekankan

pada pikiran dan watak untuk menghasilkaan kendali diri, kebiasaan untuk patuh,

dll. Disiplin dalam kaitannya dengan koreksi atau sanksi terutama diperlukan

dalam suatu lembaga yang telah mempunyai tata tertib yang baik. Bagi yang

melanggar tata tertibdapat dilakukan dua macam tindakan, yaitu berupa koreksi

untuk memperbaiki kesalahan dan berupa sanksi. Kendali atau terciptanya

ketertiban dan keteraturan berarti orang yang disiplin adalah yang mampu

mengendalikan diri untuk menciptakan ketertiban dan keteraturan.


29

2.2.2. Pengertian Disiplin Kerja

Setiap perusahaan pada umumnya menginginkan agar para karyawan yang

bekerja dapat mematuhi tata tertib atau peraturan yang telah ditetapkan. Dengan

ditetapkannya peraturan baik tertulis maupun tidak tertulis, diharapkan agar para

karyawan dapat melaksanakan sikap disiplin dalam bekerja sehingga

produktivitasnya pun meningkat. Disiplin kerja dapat didefinisikan sebagai suatu

sikap menghormati, menghargai, patuh dan taat terhadap peraturan-peraturan yang

berlaku, baik yang tertulis maupun tidak tertulis serta sanggup menjalankannya

dan tidak mengelak untuk menerima sanksi-sanksinya apabila ia melanggar tugas

dan wewenang yang diberikan kepadanya (Sastrohadiwiryo, 2001 : 291).

Disiplin kerja dapat pula dikatakan sebagai kesadaran dan kesediaan

seseorang menaati semua peraturan dan norma-norma sosial yang berlaku.

Kesadaran adalah sikap seseorang yang secara sukarela menaati semua peraturan

dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya, kesediaan adalah suatu sikap,

tingkah laku, dan peraturan perusahaan, baik yang tertulis maupun tidak.

(Hasibuan, 2002 : 193) Berdasrkan dua pendapat diatas maka dapat disimpulkan

bahwa disiplin kerja adalah sikap pada pegawai untuk berperilaku sesuai dengan

peraturan yang telah ditetapkan dimana dia bekerja.

Disiplin yang mantap pada hakekatnya akan tumbuh dan terpancar dari

hasil kesadaran manusia. Disiplin yang tidak bersumber dari hati nurani manusia

akan menghasilkan disiplin yang lemahdan tidak bertahan lama. Disiplin akan

tumbuh dan dapat dibina melalui latihan, pendidikan atau penanaman kebiasaan

dengan keteladanan-keteladanan tertentu, yang harus dimulai sejak ada dalam


30

lingkungan keluarga, mulai pada masa kanak-kanak dan terus tumbuh

berkembang dan menjadikannya bentuk disiplin yang semakin kuat.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa disiplin mengacu pada

pola tingkah laku, dengan ciri-ciri sebagai berikut :

1. Adanya hasrat yang kuat untuk melaksanakan sepenuhnya apa saja telah

menjadi norma, etika dan kaidah yang berlaku.

2. Adanya perilaku yang terkendali

3. Adanya ketaatan.

Dengan demikian disiplin kerja dapat dilihat dari :

1. Kepatuhan karyawan terhadap tata tertib yang berlaku termasuk tepat

waktu dan tanggung jawabnya pada pekerjaan.

2. Bekerja sesuai dengan prosedur yang ada.

3. Memelihara perlengkapan kerja dengan baik.

Disiplin dalam bekerja sangatlah penting sebab dengan kedisiplinan

tersebut diharapkan sebagian besar peraturan ditaati oleh para karyawan, bekerja

sesuai dengan prosedur, dan sebagainya sehingga pekerjaan terselesaikan secara

efektif dan efesien serta dapat meningkatkan produktivitasnya. Oleh karena itu

bila karyawan tidak menggunakan aturan-aturan yang ditetapkan dalam

perusahaan, maka tindakan disiplin merupakan langkah terakhir yang bisa diambil

terhadap seorang pegawai yang performansi kerjanya dibawah standar. Tindakan

disiplin ini dapat berupa teguran-teguran (reprimands), penskoran (suspension),

penurunan pangkat atau gaji (reductions in rank or pay) dan pemecatan (firing).
31

Tindakan disiplin ini tidak termasuk pemberhentian sementara atau

penurunan jumlah tenaga kerja yang disebabkan oleh pengurangan anggaran atau

kurangnya kerja. Tindakan-tindakan disipliner ini disebabkan oleh kejadian-

kejadian perilaku khusus dari pegawai yang menyebabkan rendahnya

produktivitas atau pelanggaran-pelanggaran aturan-aturan instansi (Gomes, 2000 :

232).

Pelaksanaan disiplin berangkat dari asumsi bahwa sejumlah permasalahan

lainnya sudah diatasi, seperti mengenai rancangan pekerjaan (job design), seleksi,

orientasi, penilaian, performansi, pelatihan dan kompensasi.

Ada beberapa indikator yang dapat mempengaruhi tingkat kedisiplinan

karyawan suatu organisasi diantaranya (Soejono, 2000) :

1. Ketepatan waktu

2. Mampu memanfatkan dan menggunakan perlengkapan dengan baik

3. Menghasilkan pekerjaan yang memuaskan

4. Mengikuti cara kerja yang ditentukan oleh perusahaan

5. Memiliki tanggung jawab yang tinggi

2.2.3. Jenis-jenis Disiplin Kerja

Menurut Handoko (2008 : 208), disiplin kerja dapat dibedakan menjadi 3

yaitu :

1. Disiplin Preventif

Merupakan kegiatan yang dilakukan dengan maksud untuk mendorong

para karyawan agar secar sadar mentaati berbagai standart dan aturan, sehingga
32

dapat dicegah berbagai penyelewengan atau pelanggaran. Lebih utama dalam hal

ini adalah dapat ditumbuhkan “ Self Dicipline” pada setiap karyawan tanpa

kecuali. Manajemen mempunyai tanggung jawab untuk menciptakan suatu iklim

disiplin preventif dimana berbagai standar diketahui dan dipahami. Untuk

memungkinkan iklim yang penuh disiplin kerja tanpa paksaan tersebut perlu

kiranya standart itu sendiri bagi setiap karyawan, dengan demikian dicegah

kemungkinan-kemungkinan timbulnya pelanggaranpelanggaran atau

penyimpangan dari standart yang ditentukan.

2. Disiplin Korektif

Disiplin ini merupakan kegiatan yang diambil untuk menangani

pelanggaran yang telah terjadi terhadap aturan-aturan dan mencoba untuk

menghindari pelanggaran lebih lanjut. Kegiatan korektif ini dapat berupa suatu

bentuk hukuman dan disebut tindakan pendisiplinan (disciplinary action)

3. Disiplin Progresif

Disiplin ini berarti memberikan hukuman-hukuman yang lebih berat

terhadap pelanggaran-pelanggaran yang berulang. Tujuannya adalah memberikan

kesempatan kepada karyawan untuk mengambil tindakan korektif sebelum

hukuman-hukuman yang lebih serius dilaksanakan. Disiplin progresif juga

memungkinkan manajemen untuk membantu karyawan memperbaiki kesalahan.

Disiplin dapat dibedakan berdasarkan tingkatannya, yaitu (Prijodarminto,

2004 : 25) :

1. Disiplin Pribadi
33

Disiplin pribadi sebagai perwujudan disiplin yang lahir dari kepatuhan atas

aturan-aturan yang mengatur perilaku individu.

2. Disiplin Kelompok

Disiplin kelompok sebagai perwujudan yang lahir dari sikap taat, patuh

terhadap aturan-aturan (hukum) dan norma-norma yang berlaku pada

kelompok atau bidang-bidang kehidupan manusia.

3. Disiplin Nasional

Disiplin nasional yakni wujud disiplin yang lahir dari sikap patuh yang

ditunjukkan oleh seluruh lapisan masyarakat terhadap aturan-aturan, nilai

yang belaku secara nasional.

Dalam setiap oragnisasi atau perusahaan yang diinginkan adalah jenis

disiplin reventif yang timbul dari diri sendiri atas dasar kerelaan dan kesadaran.

Akan tetapi dalam kenyataan selalu mengatakan bahwa disiplin itu lebih banyak

disebabkan adanya paksaan dari luar dan hak-hak karyawan sudah menjadi alat

pengenalan yang tepat kepada disiplin karyawan, karena hak-hak karyawan

seringkali merupakan masalah dalam kasus-kasus disiplin karyawan. Demikian

juga dalam penelitian ini jenis-jenis disiplin kerja yang dikaji adalah disiplin

preventif yang dilaksanakan untuk mendorong pegawai agar mengikuti aturan

yang telah ditetapkan.

2.2.4. Pendekatan Dalam Disiplin

Sistem disiplin karyawan dapat dipandang suatu penerapan modifikasi

perilaku untuk karyawan bermasalah atau karyawan yang tidak produktif. Disiplin

yang terbaik adalah jelas disiplin diri, karena sebagian beasr orang memahami apa
34

yang diharapkan dari dirinya di pekerjaan dan biasanya karyawan diberi

kepercayaan untuk menjalankan pekerjaannya secara efektif. Adapun pendekatan-

pendekatan dalam disiplin kerja karyawan (Mathis dkk, 2002: 314) adalah :

1. Pendekatan Disiplin Positif

Pendekatan disiplin positif dibangun berdasarkan filosofi bahwa

pelanggaran merupakan tindakan yang biasanya dapat dikoreksi secara konstruktif

tanpa perlu hukuman. Dalam pendekatan ini fokusnya adalah pada penemuan

fakta dan bimbingan untuk mendorong perilaku yang diharapkan, dan bukannya

menggunakan hukuman (penalti) untuk mencegah perilaku yang tidak diharapkan.

Kekuatan pendekatan positif ini dalam disiplin adalah fokusnya

pada pemecahan masalah. Juga, karena karyawan merupakan partisipan aktiv

selama proses tersebut, maka perusahaan yang menggunakan pendekatan ini

cenderung memenangkan tuntutan hukum jika karyawan mengajukan tuntutan.

Kesulitan utam dengan pendekatan positif terhadap disiplin adalah jumlah waktu

yang sangat lama untuk melatih para supervisor dan manajer yang diperlukan.

2. Pendekatan Disiplin Progresif

Disiplin progresif melembagakan sejumlah langkah dalam membentuk

perilaku karyawan. Kebanyakan prosedur disiplin progresif menggunakan

peringatan lisan dan tulisan sebelum berlanjut ke PHK. Dengan demikian, disiplin

progresif menekankan bahwa tindakantindakan dalam memodifikasi perilaku akan

bertambah berat secara progresif (bertahap) jika karyawan tetap menunujukkan

perilaku yang tidak layak.


35

2.2.5. Tingkat dan Jenis Sanksi Disiplin Kerja

Menurut Sastrohadiwiryo (2001:293) tujuan utama mengadakan sanksi

disiplin kerja bagi pegawai yang melanggar norma-norma perusahaan adalah

memperbaiki dan mendidik para pegawai yang melakukan pelanggaran disiplin.

Sansi atas pelanggaran disiplin yang dijatuhkan haruslah setimpal dengan

pelanggaran disiplin yang dilakukan sehingga secara adil dapat diterima. Pada

umumnya sebagai pegangan menajer meskipun tidak mutlak, tingkat dan jenis

sanksi disiplin kerja terdiri atas sanksi disiplin berat, sanksi disiplin sedang, dan

sanksi disiplin ringan.

1. Sanksi Disiplin Berat

Sanksi disiplin berat misalnya :

a. Tingkat jabatan yang setingkat lebih rendah dari jabatan / pekerjaan yang

diberikan sebelumnya.

b. Pembebasab dari jabatan / pekerjaan untuk dijadikan sebagai pegawai

biasa bagi yang memegang jabatan.

c. Pemutusan hubungan kerja dengan hormat atas permintaan sendiri

pegawai yang bersangkutan.

d. Pemutusan hubungan kerja tidak dengan hormat sebagai pegawai di

perusahaan.

2. Sanksi Disiplin Sedang

Sanksi Disiplin Sedang misalnya :

a. Penundaan pemberian kompensasi yang sebelumnya telah dirancang

sebagaimana pegawai lainnya.


36

b. Penurunan upah sebesar satu kali upah yang biasanya diberikan, harian,

mingguan, atau bulanan.

c. Penundaan program promosi bagi pegawai yang bersangkutan pada

jabatan yang lebih tinggi.

3. Sanksi Disiplin Ringan

Sanksi Disiplin Ringan misalnya :

a. Teguran lisan kepada pegawai yang bersangkutan

b. Teguran Tertulis

c. Pernyataan tidak puas secara tertulis

2.3. Hubungan antara Sistem Informasi Absensi dan Disiplin Kerja

Hubungan antara sistem informasi absensi dan disiplin kerja dikemukakan

oleh para ahli sebagai berikut :

 Richard L. Swansbro (On 2006)

“Tidak optimalnya sistem pencatatan kehadiran yang ada adalah salah


satu faktor yang menyebabkan informasi yang dihasilkan tidak akurat.
Maka, untuk menciptakan disiplin para pekerja, teknologi informasi yang
memadai sangat dibutuhkan untuk menghasilkan suatu laporan atau
informasi yang baik”.

 Menurut Teddy Nugraha (2010 by printergemblong.blog) Sistem Informasi


Absensi Karyawan dan Penggajian merupakan aplikasi pendukung dalam
penerapan disiplin kerja. Penerapan disiplin kerja kadang terabaikan
sehingga menyebabkan kekacauan dalam sistem pencatatan kehadiran
yang akan berdampak pada mekanisme penggajian karyawan.

Para Manager sering dipusingkan dengan kedisiplinan para


karyawan yang sering mengabaikan pencatatan kehadirannya. Hal tersebut
diatas mungkin tidak akan terjadi apabila sistem manajerial perusahaan
terorganisasi dengan baik dan didukung dengan sistem informasi absensi
37

yang baik pula, sehingga dapat menekan kerugian perusahaan dalam hal
kehilangan kedisiplinan para karyawan.

Maka daripada itu Sistem Informasi Absensi Karyawan ini dapat


memberikan solusi pencatatan kehadiran dengan akurasi waktu pencatatan
yang baik dan menghasilkan sistem laporan yang terperinci mengenai
informasi karyawan baik itu dari segi kehadiran kerja, informasi pribadi
karyawan, kalender kerja karyawan, sistem shift karyawan yang otomatis
rolling jam kerjanya, masa cuti, sistem penggajian berikut tunjangan dan
pemotongan gaji dan informasi lainnya yang dapat mendukung kinerja
perusahaan.

Dari pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa sistem informasi absensi dapat

berperan dalam disiplin kerja.

2.4. Kerangka Pemikiran Dan Hipotesis

Sistem Informasi absensi di BORMA Dakota dibuat untuk membuat

proses absensi menjadi lebih mudah. Sistem ini menggunakan Scanner sebagai

penginput data yang nantinya akan di proses sistem menjadi suatu data, yang

digunakan untuk keperluan absensi.

Secara garis besar sistem informasi absensi ini bertujuan untuk :

1. Memonitor kehadiran pegawai yang nantinya dijadikan acuan guna

evaluasi kedisiplinan pegawai.

2. Memudahkan karyawan dalam proses absensi.

3. Meningkatkan efisiensi waktu dalam pembuatan laporan.

4. Menyediakan data dan informasi yang relevan untuk pimpinan

perusahaan. Yang nantinya dapat dijadikan unsur dasar dalam

penilaian karyawan.
38

Dari apa yang di paparkan diatas dapat disimpulkan bahwa sistem

informasi absensi ini dibuat untuk memudahkan proses absensi. Namun sistem

informasi yang ada di borma ini masih kurang memenuhi standar yang baik.

Sebagai contoh dalam prosedur yang digunakan masih kurang memenuhi syarat.

Di dalam sistem ini tidak ada prosedur pembatasan jam kerja. Hal ini membuat

sering terjadinya keterlambatan dan lebih cepat pulang kantor. Dalam masalah

admin pun masih ada kendala. Yang menjadi admin hanya karyawan biasa. Bukan

orang yang benar – benar paham akan sistem jadi bila ada masalah pada sistem,

admin tidak bisa memperbaikinya. Jadi harus si pembuat sistem yang

memperbaiki. Dapat disimpulkan bahwa sistem di Borma belum memenuhi

kriteria. Hal ini dapat dilihat dari teori Abdul Kadir tentang sistem informasi dan 5

komponen sistem :

Menurut Abdul Kadir (2003 : 10):

“Sistem informasi adalah sistem yang mencangkup sejumlah komponen


(manusia, komputer, teknologi informasi dan prosedur kerja),dan ada sesuatu
yang diproses (data menjadi informasi) melalui komponen tersebut, yang
dimaksudkan untuk mencapai suatu sasaran dan tujuan”

Abdul Kadir (2007:71) komponen-komponen dari sistem informasi adalah sebagai

berikut:

1. Perangkat keras (Hardware), mencakup peranti-peranti fisik seperti komputer

dan printer

2. Perangkat lunak (Software), atau program sekumpulan instruksi yang

memungkinkan peranti keras untuk memproses data


39

3. Orang (Brainware), semua pihak yang bertanggung jawab dalam

pengembangan sistem informasi, pemrosesan dan penggunaan sistem

informasi

4. Basis data (Database), sekumpulan tabel, hubungan dll yang berkaitan dengan

penyimpangan data.

5. Prosedur, sekumpulan aturan yang dipakai untuk mewujudkan pemrosesan

data dan pembangkitan keluaran yang dikehendaki Selain memiliki komponen

- komponen diatas.

Perusahaan secara umum memiliki tujuan yaitu memperoleh keuntungan

dan berkembang menjadi besar dalam memperoleh kemajuan usaha. Tujuan

tersebut akan tercapai jika efektivitas kerja karyawan yang terus meningkat,

karena keberhasilan perusahaan dapat dilihat dari efektivitas kerja karyawannya.

Efektifitas kerja dapat ditunjang dengan sistem yang baik. Selain itu faktor yang

mempengaruhi untuk tercapainya efektivitas kerja, yaitu disiplin kerja.

Disiplin kerja di Borma Dakota belum dapat dikatakan baik karena masih

saja ada penyimpangan dalam jam kerja. Dalam satu minggu saja, lebih dari 10%

karyawan Borma yang terlambat masuk kerja. Ini sangat disayangkan karena

disiplin kerja sangat mempengaruhi keefektifitasan kerja.

Disiplin kerja merupakan sikap patuh akan peraturan yang berlaku.

Diterapkannya disiplin pada setiap karyawan maka akan menumbuhkan rasa

tanggung jawab dalam diri karyawan akan segala kewajibannya. Bila hal ini sudah

terwujud maka efektifitas kerja akan ada dengan sendirinya.


40

Dalam rangka meningkatkan disiplin karyawan, maka upaya pengendalian

dan pengawasan disiplin kerja karyawan perlu dilaksanakan secara terus menerus

dan konsisten. Salah satu faktor yang dapat dijadikan sebagai alat pengawasan dan

pengendalian adalah melihat tingkat kehadiran karyawan yang secara periodik

dievaluasi. Untuk evaluasi itu maka dibutuhkan kriteria – kriteria disiplin kerja

yang baik. Seperti disiplin kerja menurut Soejono yaitu :

Disiplin Kerja pegawai dapat dikatakan baik (Leteiner & Levine,

Terjemahan Soejono, 2003 : 67) apabila :

a. Adanya ketaatan pegawai terhadap peraturan jam kerja.

b. Ketaatan pegawai terhadap pakaian kerja.

c. Menggunakan dan menjaga perlengkapan kantor.

d. Kuantitas dan kualitas hasil kerja sesuai dengan standar.

e. Adanya semangat pegawai dalam bekerja.

Adapun kriteria yang dipakai dalam disiplin kerja tersebut dapat

dikelompokkan menjadi lima indikator yaitu diantaranya :

1. Ketepatan Waktu

Tepat diartikan bahwa tidak ada selisih sedikitpun, tidak kurang dan

tidak lebih, persis. Sedangkan waktu adalah serangkaian saat yang

telah lewat, sekarang dan yang akan datang. Berdasarkan pengertian di

atas dapat ditarik kesimpulan bahwa ketepatan waktu adalah hal

keadaan tepat tidak ada selisih sedikitpun bila waktu yang ditentukan

tiba.

2. Mampu memanfaatkan perlengkapan dengan baik


41

Perlengkapan yang disediakan kantor harus mampu digunakan dengan

sebaik-baiknya agar pekerjaan yang ada dapat dilakukan dengan

maksimal.

3. Kesetiaan / Patuh pada peraturan dan tata tertib yang ada

Peraturan maupun tata tertib yang tertulis dan tidak tertulis dibuat agar

tujuan suatu organisasi dapat dicapai dengan baik, untuk itu

dibutuhkan sikap setia dari pegawai terhadap komitmen yang telah

ditetapkan tersebut. Kesetiaan disini berarti sikap taat dan patuh dalam

mengenakan seragam, atau dalam melaksanakan komitmen yang telah

disetujui bersama dan terhadap peraturan dan tata tertib yang telah

ditetapkan.

4. Menghasilkan pekerjaan yang memuaskan

Pegawai dinilai memuaskan dalam melakukan pekerjaanya jika

melakukan tanggung jawab sesuai dengan target dan prosedur yang

telah ditetapkan oleh perusahaan.

5. Mempergunakan dan memelihara peralatan kantor

Peralatan adalah salah satu penunjang kegiatan, agar kegiatan tersebut

berjalan dengan lancar. Dengan penggunaan dan pemeliharaan

peralatan yang sebaik-baiknya dapat mengurangi resiko akan

kerusakan peralatan yang kebih berat. Merawat dan memelihara

merupakan salah satu wujud tanggung jawab dari pegawai.

Hubungan antara sistem absensi dan disiplin kerja diungkapkan oleh Flippo

(2001: 27)
42

“Jika suatu perusahaan tingkat absensinya tinggi kemungkinan kinerja karyawan


juga rendah karena target perusahaan sulit tercapai. Tingginya tingkat absensi
mengakibatkan banyak kegiatan di perusahaan menjadi terhambat dan
berpengaruh terhadap kinerja karyawan secara keseluruhan. Dengan adanya
Sistem Absensi dapat menanggulani tingginya tingkat absen.”

Dan menurut Richard L. Swansbro (On 2006) :

“Tidak optimalnya sistem pencatatan kehadiran yang ada adalah salah


satu faktor yang menyebabkan informasi yang dihasilkan tidak akurat.
Maka, untuk menciptakan disiplin para pekerja, teknologi informasi yang
memadai sangat dibutuhkan untuk menghasilkan suatu laporan atau
informasi yang baik”.

Berdasarkan uraian diatas, penulis menuangkan paradigma penelitian dalam

bentuk skema kerangka pemikiran, sebagai berikut:

Tabel 1.2 Skema Kerangka Pemikiran

Var X Var Y
Sistem Informasi Absensi Disiplin Kerja Karyawan

1. Hardware 1. Ketepatan Waktu


2. Software 2. Mampu memanfaatkan
3. Basis Data perlengkapan dengan baik
4. Prosedur 3. Kesetiaan / patuh pada
peraturan yang ada.
Abdul Kadir (2007:71)
4. Menghasilkan pekerjaan yang
memuaskan
5. Mempergunakan / memelihara
peralatan kerja

Soejono, (2003 : 67)

1.4. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara yang diberikan peneliti yang

diungkapkan dalam pernyataan yang dapat diteliti.


43

Hipotesis menurut Sarwono (2005:12) didefinisikan sebagai berikut :

“Pengujian hipotesis adalah suatu pernyataan yang belum terbukti


mengenai hubungan antara dua variabel atau lebih variabel yang dibuat
didasarkan kerangka teori atau model analisis. Terkadang hipotesis merupakan
jawaban pertanyaan penelitian.”
Dari kerangka pemikiran yang telah dikemukakan di atas, maka diajukan

suatu hipotesis sebagai berikut :

”Sistem Informasi Absensi berperan dalam disiplin kerja karyawan”.


BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1.Objek Penelitian

3.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan

Pada tahun 1977 berdirilah kios ukuran kurang lebih 3 X 5 meter dijalan

Dr Setia Budhi No.148 Bandung. Lalu sedikit demi sedikit mengalami kemajuan

dan menjadi toko dengan ukuran kurang lebih 5 X 20 meter dengan nama toko

Borobudur. Delapan tahun kemudian tepatnya tanggal 15 Desember 1985,

berdirilah supermarket di jalan Dr Setia Budhi No.148 Bandung dengan nama

“BOROBUDUR” Super market.

Borobudur super market yang berdiri tanggal 15 Desember 1985

mengalami kemajuan. Yang akhirnya membuka cabang cabang. Diantaranya di Jl.

Kopo Sayati kabupaten Bandung, Ranca Bolang Komplek Margahayu Raya

Bandung, dan Jl.Dakota Pada tahun 1995. mengalami perubahan nama. Yang

tadinya bernama Super market Borobudur menjadi super market “BORMA”.

Ditengah tengah krisis moneter yang melanda Indonesia pada tahun 1997,

Borma super market tetap kokoh.Walaupun disana sini banyak perusahaan yang

gulung tikar akibat dari krisis moneter tersebut. Bahkan Borma super market

dapat membuka cabang didaerah pinggiran diantaranya adalah: Borma Soreang,

Borma Permata Cimahi, Borma Ketapang dang Borma Lembang. Sampai

sekarang Borma yang ada dalam managemen Dakota group ada 11 tempat. Dan

Borma keseluruhan yang ada dikota Bandung dan kabupaten Bandung berjumlah

22 diberbagai tempat.

44
45

Borma Dakota sendiri berdiri 15 Desember 1995. Dengan Luas lahan 528

meter persegi. serta jumlah karyawan 30 orang dan jumlah Staff 3 orang.

Dakota Menjadi Borma pusat setelah pada tahun 1997 atau tepatnya pada bulan

Agustus 1997 kantor pusat / HO BORMA Group pindah dari alamat yang lama

yaitu ruko Taman Kopo Indah I. Ke Jln Dakota 109 Bandung. bergabung menjadi

satu dengan cabang Dakota, dan menjadi Dakota Group dengan Borma Dakota

sebagai Borma pusat.

Borma Dakota telah mengalami beberapa kali renovasi untuk menjadikan

Borma Dakota menjadi supermarket yang lebih bersaing di pasaran. Renovasi

tersebut diantaranya pada bulan agustus 1997 cabang Dakota diadakan Renovasi /

perluasan lahan dari luas sebelumnya 528 meter persegi menjadi 1032 meter

persegi. Pada bulan September 2002 cabang Dakota kembali di lakukan Renovasi

dan penambahan lahan dari luas.1032 meter persegi menjadi .1941 meter persegi.

Bulan Agustus 2007 cabang Dakota kembali di lakukan renovasi dan perluasan

lahan dari luas sebelumnya 1941 meter persegi menjadi 3141 meter persegi

sampai dengan sekarang. Kini Borma Dakota mempunyai lebih dari seratus

karyawan yang mungkin akan terus bertambah sejalan dengan terus

berkembangnya Borma Dakota.

3.1.2. Visi dan Misi Perusahaan

Misi dan Visi Borma adalah “ SELALU MURAH SETIAP HARI “. Itulah visi

BORMA. Semboyan dari Misi dan Visi Borma untuk menarik konsumen. Artinya
46

adalah walaupun tidak mengadakan program program Khusus, Borma berusaha

menjual barang yang selalu murah setiap hari.

3.1.3. Struktur Organisasi Perusahaan

Borma Dakota sebagai Borma pusat di kepalai oleh seorang General

Manager yang mengepalai 4 midle manager dibawahnya yaitu:

 Manager Keuangan

 Manager Merchandise

 Manager personalia

 Manager operasional

Selain Manager Keuangan 3 middle manager lain mempunyai komando ke lower

manager yaitu store manager. Yang mempunyai tanggung jawab langsung

mengatur jalannya perusahaan secara langsung. Atau bisa disebut manager

operasional supermarket. Dibawah ada bagian – bagian yang turun secara

langsung dalam operasional Borma.


47

General
Manager

Manager
Keuangan

Manager Manager Manager


Merchandising Personalia Operasional

Store Manager

Supervisor

Kepala Bagian

Karyawan/
Karyawati

Gambar 3.1

Struktur Organisasi Borma

3.1.4. Deskripsi Tugas

1. General Manager

- Penanggung jawab perusahaan

- Memonitoring dan mengawasi jalannya perusahaan

- Menentukan dan menetapkan strategi, tujuan utama dan

kebijaksanaan pengembangan perusahaan.

- Menyiapkan rencana dan anggaran serta aliran kas keuangan

- perusahaan.

- Menetapkan permodalan anggaran dan aliran kas keuangan

- perusahaan.
48

- Menetapkan tugas, tanggung jawab dan wewenang setiap pejabat

yang berada di bawah pimpinannya.

- Mengawasi jalannya perusahaan dan mengadakan perubahan-

perubahan yang diperlukan sejalan dengan kebutuhan akan

perkembangan perusahaan.

- Menentukan pengambilan keputusan terakhir untuk intern

perusahaan dan untuk mewakili nama perusahaan

2. Manager Keuangan

- Bertanggung jawab atas pengeluaran keuangan perusahaan yang

menyangkut pada kebijaksanaan penggunaan dana atas segala

kegiatan usaha.

- Merencanakan sumber-sumber keuangan.

- Mengatur pengalokasian dan penggunaan dana-dana.

- Bertanggung jawab untuk memberikan informasi keuangan dan

hasil produksi.

3. Manager Merchandising

- Membuat dan mengatur program-program yang berhubungan dengan

pemasaran atau kegiatan promosi di store

- Menyusun rencana pembelian

- Menyusun planogram pajangan

- Menyusun display barang


49

4. Manager Personalia

Mengawasi dan menilai kinerja semua karyawan. Terbagi

menjadi:

Ordering

- Bertanggung jawab terhadap kebutuhan produk, menjamin

ketersediaan bahan baku dan bahan pembantu dalam kuantitas dan

kualitas yang tepat.

Schedule

- Membuat jadwal kerja untuk karyawan

- Memeriksa kelengkapan administrasi karyawan

Training

- Merekrut karyawan

- Memberikan pelatihan kepada karyawan

5. Manager Operasional

- Menentukan garis besar kegiatan perusahaan

- Mengawasi aktifitas perusahaan yang telah ditentukan

- Mengusulkan perencanaan pembukaan toko baru pada general

manager

6. Store Manager

- Mengelola dan mengawasi semua kegiatan perusahaan secara efektif


50

sesuai dengan tujuan perusahaan

- Mengawasi dan menilai kinerja para staf manajemen

- Menyampaikan dan melaksanakan kebijakan-kebijakan yang

diberikan oleh kantor pusat yang harus dilakukan oleh cabang

perusahaan

- Bertanggung jawab kepada kantor pusat atas semua kegiatan di

perusahaan cabang

- Bertanggung jawab terhadap kemajuan perusahaan.

7. Supervisor

- Bertanggung jawab terhadap kondisi equipment yang ada di toko.

- Membuat daftar gaji karyawan.

- Memonitor kegiatan kerja karyawan sehari - hari.

- Membuat laporan hasil penjualan store setiap harinya yang kemudian

diserahkan kepada store manager,

- Mengatur hal-hal yang berhubungan dengan performance karyawan

seperti seragam karyawan.

- mengatur dan melengkapi office supllies

8. Kepala bagian

- Melaksanakan fungsi kerja operasional perusahaan berdasarkan

prosedur yang telah ditentukan sesuai dengan posisi pekerjaan yang

telah dibuat oleh store manager.


51

- Mengawasi kerja semua karyawan dalam lingkup bagiannya , dan

- Mentraining crew baru

9. Karyawan / Karyawati

- Melaksanakan tugas menurut bagiannya masing – masing

3.2. Metode Penelitian

3.2.1. Design Penelitian

Metode penelitian adalah suatu teknik atau cara mengumpulkan,

memperoleh data, baik berupa data primer maupun sekunder yang digunakan

untuk keperluan menyusun suatu karya ilmiah dan kemudian menganalisa faktor-

faktor yang berhubungan dengan pokok-pokok permasalahan sehingga terdapat

suatu kebenaran data-data yang akan diperoleh. Adapun pengertian metode

penelitian menurut Sugiyono (2010 : 2) :

“Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk


mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

dengan pendekatan kuantitatif, yaitu hasil penelitian yang kemudian diolah dan

dianalisis untuk diambil kesimpulannya, artinya penelitian yang dilakukan adalah

penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numeric (angka), dengan

menggunakan metode penelitian ini akan diketahui hubungan yang signifikan

antara variabel yang diteliti, sehingga menghasilkan kesimpulan yang akan

memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti.

Berikut merupakan pengertian dari metode Deskriptif,


52

“Statistik yang di gunakan untuk menganalisis data dengan cara


mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana
adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau
generalisasi.” Sugiyono (2009:147)

Metode pendekatan kuantitatif menurut Sugiyono (2010:8) yaitu:

“Metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan


untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel
digunakan secara random, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian,
analisa data bersifat kuantitatif atau statistic dengan tujuan untuk menguji
hipotesis yang telah ditetapkan”

Data yang dibutuhkan adalah data yang sesuai dengan masalah-masalah

yang ada dan sesuai dengan tujuan penelitian, sehingga data tersebut akan di

kumpulkan, dianalisis dan diproses lebih lanjut sesuai dengan teori-teori yang

telah dipelajari, jadi dari data tersebut akan dapat ditarik kesimpulan.

3.2.2. Operasional Variabel

Operasionalisasi variabel merupakan proses penguraian variabel penelitian

ke dalam subvariabel, dimensi, indikator subvariabel, dan pengukuran. Variabel-

variabel yang akan diukur dan diuji dalam penelitian ini merupakan variabel-

variabel operasional, dimana terdapat dua variabel yang menggambarkan

hubungan sebab akibat. Variabel yang satu memberi pengaruh atau dipengaruhi

variabel lain dan hubungan tersebut terjadi dengan sendirinya.

Menurut Sugiyono (2009 : 38) pengertian Variabel Penelitian,

Variabel Penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau aspek dari orang

maupun objek yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh

penelitian untuk dipelajari dan kemudian di tarik kesimpulan.


53

variabel-variabel yang terkait dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Bebas (Independent variable)

Yaitu variabel yang mempengaruhi variabel lainnya dan merupakan

variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya Variabel

Terikat (Dependent variable). Dalam kaitanya dengan masalah yang

diteliti, maka yang menjadi variabel bebas (X) adalah Software

Absensi scanner .

2. Variabel Terikat (Dependent variable)

Merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,

karena adanya variabel bebas. Dalam kaitanya dengan masalah yang

diteliti, maka yang menjadi variabel terikat (Y) adalah Disiplin Kerja

Karyawan di BORMA TOSERBA DAKOTA Bandung.

Untuk lebih jelasnya, operasional variabel penelitian ini dapat di lihat pada

Tabel 3.1 berikut ini :

Skala
Variabel Konsep Variabel Dimensi Indikator Pengukuran
Sistem “Sistem informasi Hardware Tingkat Ordinal
Informasi adalah sistem yang ketahanan dalam
Absensi mencakup sejumlah penggunaan
(Variabel X) komponen (manusia, jangka panjang
komputer, teknologi
informasi dan prosedur
kerja), dan ada sesuatu Tingkat Ordinal
yang diproses (data kecepatan dalam
menjadi informasi) membantu
melalui komponen pemrosesan
pengolahan data
54

tersebut, yang Software Tingkat Ordinal


dimaksudkan untuk kecepatan dalam
mencapai suatu sasaran memproses data.
atau tujuan.”
Abdul Kadir (2003 :
10)
Tingkat Ordinal
keakuratan data
yang dihasilkan

Basis Data Tingkat Ordinal


keamanan data
di dalam sistem

Tingkat Ordinal
keakuratan data
di dalam sistem.
Prosedur Penggambaran Ordinal
proses input
data ke dalam
sistem.
Penggambaran Ordinal
output yang
dihasilkan dari
sistem.
Disiplin Kerja Disiplin kerja adalah Ketepatan Waktu Tingkat
(Variabel Y) kesadaran dan kesesuaian
kesediaan seseorang jam kerja Ordinal
menaati semua kantor
peraturan dan norma-
norma sosial yang Tingkat Ordinal
berlaku. Kesesuaian
(Hasibuan, 2002 : 193) batas waktu
dalam
menyelesaika
n pekerjaan

Mampu Tingkat Ordinal


memanfaatkan dan pemanfaatan
menggunakan peralatan kantor
perlengkapan dengan
baik Tingkat tanggung Ordinal
jawab karyawan
terhadap
peralatan kantor
55

Menghasilkan Target yang Ordinal


pekerjaan yang dicapai oleh
memuaskan karyawan

Target kerja Ordinal


dilakukan sesuai
prosedur
perusahaan
Kesetiaan / Patuh pada Tingkat loyalitas Ordinal
peraturan dan tata karyawan pada
tertib yang ada perusahaan

Tingkat Ordinal
kepatuhan
karyawan
terhadap
peraturan
Memiliki tanggung Tingkat tanggung Ordinal
jawab yang tinggi jawab terhadap
pekerjaan yang
dibebankan

Tingkat Ordinal
kesungguhan
dalam
menyelesaikan
tugas

3.2.3. Sumber Data dan Teknik Penarikan Sampel

3.2.3.1. Sumber Data

a. Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari obyek

yang diteliti baik dari pribadi (responden) maupun dari suatu perusahaan

yang mengolah data untuk keperluan penelitian, seperti dengan cara

melakukan wawancara secara langsung dengan pihak-pihak yang

berhubungan ataupun dengan cara menyebarkan kuesioner.


56

b. Data sekunder adalah data yang telah tersusun dalam bentuk dokumen-

dokumen, yang sudah diolah terlebih dahulu oleh perusahaan.

Sumber data yang digunakan peneliti pada penelitian ini adalah data

primer. Menurut Sugiyono (2007: 193) menjelaskan mengenai data primer bahwa

sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada

pengumpul data.

3.2.3.2. Populasi

Menurut Abdurrahman (2004: 165) yang dimaksud dengan populasi ialah :

“Keseluruhan unit elementer yang parameternya akan diduga melalui statistika


hasil analisis yang dilakukan terhadap sampel penelitian”.

Dari pengertian diatas tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa populasi

merupakan obyek atau subyek yang berada pada suatu wilayah yang memenuhi

syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian.

Populasi yang digunakan adalah seluruh karyawan Non Manager pada

BORMA TOSERBA Dakota Bandung yang berjumlah 110 orang.

3.2.3.3. Teknik penarikan sampel

Menurut Abdurrahman (2004:118) sampel adalah wakil sah bagian-bagian

dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.

Kesimpulan dari pengertian sampel yaitu sebagian jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Apabila populasi besar dan

memungkinkan peneliti tidak dapat mempelajari semua yang ada pada populasi,

misalnya karena keterbatasan dana dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan
57

sampel yang diambil dari populasi itu. Karena dengan menggunakan sampel dari

populasi tersebut sudah dapat mewakili data yang ada pada populasi, dan

membantu penulis dalam melakukan perhitungan.

Sampling yang digunakan adalah metode sampling acak (random

sampling) yang termasuk dalam probability sampling. Menurut Bambang S.

Sudibjo (2005:104) probability sampling adalah setiap anggota populasi yang

akan dijadikan sampel memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih atau

peluang terpilihnya elemen populasi dapat diketahui.

Menurut Sugiyono (2011:82) Random Sampling merupakan pengambilan

anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata

yang ada dalam populasi itu.

Random sampling adalah sampel yang diambil dari suatu populasi dan

setiap anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai

sampel (Singarimbun dan Efendi, 1987: 162). Selanjutnya Singarimbun

mengatakan bahwa untuk mempergunakan metode random sampling perlu

memenuhi beberapa syarat yaitu: (1). Harus tersedia daftar kerangka sampling,

(2). Sifat populasi harus homogen, (3). Keadaan populasi tidak terlalu tersebar

secara geografis. Soeharto (1989: 150) mengemukakan untuk pengambilan

sampel yang tingkat homogenitasnya tinggi untuk populasi dibawah 100 dapat

dipergunakan sebagai sampel sebesar 50%, dan di atas seribu sebesar 15%. Dan

untuk jaminan agar lebih representatif ada baiknya sampel selalu ditambah sedikit

demi sedikit lagi dari jumlah matematis tadi. Selanjutnya Soeharto mengatakan

untuk penelitian deskriptif seperti survey sampel manusia hendaknya di atas 30


58

unit besamya. jumlah populasi dari karyawan di BORMA TOSERBA Dakota

Bandung sebesar 110 orang, maka dari jumlah tersebut sampel yang akan diambil

dalam penelitian ini menjadi sebanyak 55 karyawan, yaitu 50% dari seluruh staf

Non Manager yang di BORMA TOSERBA Dakota Bandung.

3.2.4. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan peneliti ialah penelitian

lapangan (Field Research), dimana penelitian ini dilakukan dengan cara

mengadakan peninjauan langsung pada instansi yang menjadi objek untuk

mendapatkan data primer (data yang diperoleh langsung dari BORMA TOSERBA

Dakota Bandung).

Data primer ini didapatkan melalui kuesioner. Kuesioner merupakan teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan

atau pernyataan tertulis kepada responden untuk kemudian dijawabnya. Kuesioner

yang digunakan adalah kuesioner tertutup yang telah diberi skor, dimana data

tersebut nantinya akan dihitung secara statistik Kuesioner tersebut berisi daftar

pertanyaan yang ditunjukkan kepada responden yang berhubungan dalam

penelitian ini. Hasil dari kuesioner ini yaitu berupa data-data mengenai peranan

Sistem Informasi Absensi dalam meningkatkan disiplin kerja karyawan di

BORMA TOSERBA Dakota Bandung.


59

3.2.4.1. Skala Pengukuran

Jenis skala pengukuran yang digunakan yaitu ordinal, dimana oleh

Abdurrahman (2004:191) yang dimaksud dengan Skala Ordinal adalah skala yang

menunjukan urutan posisi menurut klasifikasi, jenjang atau pangkat diantara

beberapa atribut variabel tertentu.

Dalam operasionalisasi variabel ini semua variabel diukur oleh instrumen

pengukur dalam bentuk kuesioner yang memenuhi pernyataan-pernyataan tipe

skala likert. Menurut Sugiyono (2009:194) : Skala likert digunakan untuk

mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang

fenomena sosial”.

Untuk pilihan jawaban diberi skor, maka responden harus

menggambarkan, mendukung pernyataan (item positif) atau tidak mendukung

pernyataan (item negatif). Skor atas pilihan jawaban untuk kuesioner yang

diajukan untuk pernyataan positif adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2
Skor pernyataan positif

No. Keterangan Skor


1. Sangat Setuju 5
2. Setuju 4
3. Kurang setuju 3
4. Tidak Setuju 2
5. Sangat Tidak Setuju 1
Sumber: Sugiyono, 2009

Sedangkan skor atas pilihan jawaban untuk kuesioner yang diajukan

untuk pernyataan negatif adalah sebagai berikut :


60

Tabel 3.3
Skor pernyataan negatif

No. Keterangan Skor


1. Sangat Setuju 1
2. Setuju 2
3. Kurang Setuju 3
4. Tidak Setuju 4
5. Sangat Tidak Setuju 5
Sumber: Sugiyono, 2009

3.2.4.2. Validitas dan Reliabilitas

Mengingat pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner,

maka kesunggunhan responden dalam menjawab setiap pertanyaan – pertanyaan

yang diajukan oleh peneliti merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian.

Keabsahan atau kesahihan suatu hasil penelitian sangat ditentukan oleh alat ukur

yang digunakan. Apabila alat ukur yang digunakan tidak valid atau tidak dapat

dipercaya, maka hasil penelitian yang dilakukan tidak akan menggambarkan

keadaan yang sesungguhnya.

Dalam mengatasi hal tersebut, maka diperlukan dua macam pengujian

yaitu uji validitas dan uji realibitas. Jika validitas dan realibilitas tidak diketahui,

maka akibatnya menjadi fatal dalam memberikan kesimpulan ataupun memberi

alasan terhadap hubungan-hubungan antar variabel, bahkan secara luas validitas

dan realibilitas mencakup mutu seluruh proses pengambilan data sejak konsep

disiapkan sampai data siap untuk dianalisis. Pengujian validitas merupakan

pengujian yang digunakan untuk menunjukan sejauh mana suatu alat ukur itu

dapat mengukur apa yang ingin diukur. Sedangkan pengujian reliabilitas

merupakan pengujian yang menyangkut pada ketepatan alat ukur itu sendiri.
61

3.2.4.2.1. Uji Validitas

Menurut Abdurrahman (2004:193) Validitas merupakan ketetapan alat

ukur yang digunakan ditinjau dari standar yang berlaku pada saat digunakan.

Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur validitas yaitu:

r = koefisien korelasi

N = jumlah sampel

X = skor satu item pertanyaan

Y = jumlah skor item pertanyaan

Uji validitas data dilakukan untuk mengetahui tingkat validitas data dan derajat

kebenaran (valid atau tidaknya suatu item pernyataan pada kuesioner yang

diberikan pada responden) dari suatu proses pengumpulan data pada instrument

penelitian. Kita juga menetapkan nilai kritisnya sebesar 0,3 artinya jika koefisiensi

korelasi bernilai > 0,3 maka butir dinyatakan valid (Bambang S. Soedibjo,

2005:74).

Secara teknis valid tidaknya suatu butir pernyataan dinilai berdasarkan

kedekatan jawaban responden pada pernyataan tersebut dengan jawaban

responden pada pernyataan lainnya. Nilai kedekatan jawaban responden diukur


62

menggunakan koefisien korelasi, yaitu melalui nilai korelasi setiap butir

pernyataan dengan total butir pernyataan lainnya.

3.2.4.2.2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas dapat diartikan sebagai suatu karakteristik terkait dengan

keakuratan, ketelitian dan kekonsistenan. Uji reabilitas dilakukan dengan tujuan

untuk mengetahui konsistensi dari instrumen sebagai alat ukur, sehingga hasil

pengukuran dapat dipercaya. Uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah α-

Cronbach. Adapun rumus untuk menghitung reabilitas yaitu:

a = reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan

t 2 = varian total

jumlah butir Menguji Kualitas Instrumen Penelitian

Menurut Sekaran dalam Bambang S.Soedibjo (2005:72),

”kriteria penilaian terhadap koefisien α-Cronbach adalah jika koefisien α kurang


dari 0,6 maka instrumen dikatakan kurang reliabel, jika diatanra 0,6 dan 0,8
dikatakan cukup reliabel, sedangkan jika α lebih besar 0,8 maka instrumen
dikatakan sangat reliabel.”
63

Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali

pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subyek yang sama diperoleh hasil

yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subyek memang belum

berubah.

3.2.5. Rancangan Analisis dan Uji Hipotesis

3.2.5.1. Rancangan Analisis

Peneliti melakukan analisis terhadap data yang telah diuraikan dengan

menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif.

1. Metode Analisis Deskriptif

Metode kualitatif yaitu metode pengolahan data yang menjelaskan

pengaruh dan hubungan yang dinyatakan dengan kalimat. Analisis kualitatif

digunakan untuk melihat faktor penyebab. Langkah-langkah yang dilakukan

dalam penelitian kualitatif adalah sebagai berikut:

a. Setiap indikator yang dinilai oleh responden, diklasifikasikan dalam lima

alternatif jawaban dengan menggunakan skala ordinal yang

menggambarkan peringkat jawaban.

b. Dihitung total skor setiap variabel / subvariabel = jumlah skor dari

seluruh indikator variabel untuk semua responden.

c. Dihitung skor setiap variabel/subvariabel = rata-rata dari total skor.


64

d. Untuk mendeskripsikan jawaban responden, juga digunakan statistik

deskriptif seperti distribusi frekuensi dan tampilan dalam bentuk tabel

ataupun grafik.

2. Metode Analisis Verifikatif

Metode kuantitatif adalah metode pengolahan data berbentuk angka.

Metode kuantitatif dalam penelitian ini adalah:

a. Analisis Korelasi Pearson

Analisis koefisen korelasi pearson digunakan untuk mengukur

ada atau tidaknya hubungan linier antara variabel bebas (X) dan

variabel terikat (Y) serta mempunyai tujuan untuk meyakinkan

bahwa pada kenyataannya terdapat hubungan antara Sistem

Informasi Absensi dengan Disiplin Kerja Karyawan di BORMA

TOSERBA Dakota Bandung, dengan formulasi sebagai berikut :

n  XY    X  Y 
r
n X    X n Y    Y 
2 2 2 2

(Sumber: Sugiyono, 2007:274)

Keterangan :

r = Koefisien korelasi

X = Sistem Informasi Absensi

Y = Disiplin kerja karyawan

n = Banyaknya sampel

Koefisien korelasi mempunyai nilai -1 ≤ r ≤ +1 dimana :


65

1. Apabila r = +1, maka korelasi antara kedua variabel dikatakan

sangat kuat dan searah, artinya jika X naik sebesar 1 maka Y juga

akan naik sebesar 1 atau sebaliknya.

2. Apabila r = 0, maka hubungan antara kedua variabel sangat lebar

atau tidak ada hubungan sama sekali.

3. Apabila r = -1, maka korelasi antara kedua variabel sangat kuat

dan berlawanan arah, artinya apabila X naik sebesar 1 maka Y

akan turun sebesar 1 atau sebaliknya.

Untuk memberikan interpretasi koefisien korelasinya maka penulis

menggunakan pedoman sebagai berikut :

Tabel 3.4

Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan


0,00 – 0,199 Sangat Rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0, 80 – 1,000 Sangat Kuat
(Sumber : Sugiyono, 2011:184)

b. Koefisien Determinasi

Besarnya kontribusi atau peranan variabel X terhadap variabel Y

dapat diketahui dengan menggunakan analisis koefisien determinasi

atau disingkat Kd, yang diperoleh dengan mengkuadratkan koefisien

korelasinya. Sehingga koefisien ini berguna untuk mengetahui


66

besarnya kontribusi peranan sistem informasi absensi dalam

meningkatkan disiplin kerja karyawan di BORMA TOSERBA

Dakota Bandung, dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Kd = r² x 100%
(Sumber: Jonathan, 2005:72)

Keterangan :

Kd = Nilai koefisien determinasi

r = Koefisien korelasi

(Sumber: Umi Narimawati, 2007:85)

3.2.5.2. Uji Hipotesis

Berdasarkan pada alat statistik yang digunakan dan hipotesis penelitian di

atas maka penulis menetapkan dua hipotesis yang digunakan untuk uji statistiknya

yaitu hipotesis nol (Ho) yang diformulasikan untuk ditolak dan hipotesis alternatif

(H1) yaitu hipotesis penulis yang diformulasikan untuk diterima, dengan

perumusan sebagai berikut :

Ho : ρ = 0, Sistem Informasi Absensi tidak berperan terhadap disiplin kerja di

BORMA TOSERBA Dakota Bandung.

H1 : ρ ≠ 0, Sistem Informasi Absensi berperan terhadap disiplin kerja di BORMA

TOSERBA Dakota Bandung.

Untuk menguji hipotesis di atas, menurut Sugiyono (2009:312)

mengatakan bahwa :
67

“Bila sampel lebih besar dari 25, maka distribusinya akan mendekati

distribusi normal digunakan uji Z “

Dikarenakan jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 55 orang,

maka untuk melakukan pengujian hipotesis di atas, dilakukan dengan cara

Pengujian menggunakan Uji Z yaitu :

z hitung > z tabel, maka Ho ditolak H1 diterima

z hitung ≤ z tabel, maka Ho diterima H1 ditolak

dengan taraf signifikan α =1%

z  rs n  1

Kriteria uji Z adalah z hitung > z table maka H0 ditolak dan H1 diterima yang

didapat dari tabel distribusi z dengan  = 0,01 (1%), apabila z hitung ≤ z table maka

H0 diterima dan H1 ditolak yang didapat dari table distribusi z dengan  = 0,01

(1%) . Untuk mengetahui ditolak atau tidaknya dinyatakan sebagai berikut:

a. Jika z hitung > z table , maka H0 ditolak, berarti H1 diterima atau Sistem

Informasi Absensi berdampak terhadap disiplin kerja karyawan di

BORMA TOSERBA Dakota Bandung.

b. Jika z hitung ≤ z table , maka H0 diterima, berarti H1 ditolak atau Sistem

Informasi Absensi tidak berdampak terhadap disiplin kerja karyawan

di BORMA TOSERBA Dakota Bandung.


68

Gambar 3.2
Uji Daerah Penerimaan dan Penolakan Hipótesis
Sumber Sugiyono (2009:185)
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Sistem Informasi Absensi yang Berjalan Di BORMA Toserba Dakota

Bandung

Sistem informasi absensi yang berjalan di BORMA Toserba Dakota Bandung

dapat dijabarkan sebagai berikut.

4.1.1. Tampilan Hardware Sistem Absensi

Gambar 4.1
Mesin Scanner

Mesin Scanner yang digunakan di BORMA Toserba Dakota Bandung

menggunakan Scanner bertipe Wand yang berguna untuk menscan data pada

Barcode. Untuk mempercepat proses absensi karyawan yang dilakukan 2 kali di

setiap hari kerja, maka digunakan 2 buah mesin Scanner.

Barcode yang di scan ada pada ID Card yang dimiliki setiap karyawan. Id

Card dapat dilihat pada gambar 4.2.

69
70

Gambar 4.2

ID Card

Adapun cara membaca kode batang yaitu:

 Kode batang terdiri dari garis hitam dam putih. Ruang putih di antara garis-

garis hitam adalah bagian dari kode.

 Ada perbedaan ketebalan garis. Garis paling tipis “1”, yang sedang “2”, yang

lebih tebal “3”, dan yang paling tebal “4”.

 Setiap digit angka terbentuk dari urutan empat angka. 0 = 3211, 1 = 2221, 2 =

2122, 3 = 1411, 4 = 1132, 5 = 1231, 6 = 1114, 7 = 1312, 8 = 1213, 9 = 3112.

Standar kode batang retail di Eropa dan seluruh dunia kecuali Amerika dan Kanada

adalah EAN (European Article Number) – 13. EAN-13 standar terdiri dari:

 Kode negara atau kode sistem: 2 digit pertama kode batang menunjukkan

negara di mana manufacturer terdaftar.


71

 Manufacturer Code: Ini adalah 5 digit kode yang diberikan pada manufacturer

dari wewenang penomoran EAN.

 Product Code: 5 digit setelah manufacturer code. Nomor ini diberikan

manufacturer untuk merepresentasikan suatu produk yang spesifik.

 Check Digit atau Checksum: Digit terakhir dari kode batang, digunakan untuk

verifikasi bahwa kode batang telah dipindai dengan benar.

Pada ID Card Karyawan Borma terdiri dari 13 Digit code batang dengan 4 digit

sebagai pengenal identitas karyawan dan 9 digit lainnya merupaka digit default.

Contoh. 9030578987123 yang digaris bawahi ID pegawai. Yang tidak ID default

BORMA Dakota.

4.1.2. Tampilan Software Absensi Scanner

Software Absensi di BORMA Toserba Dakota Bandung dibuat dengan

menggunakan bahasa pemograman PHP yang dengan database MySQL Server.

Berikut tampilan software Absensi di BORMA Toserba Dakota Bandung.

1. Tampilan Login

Software Absensi ini memiliki 2 kode login. Dimana kode login diperuntukan

untuk Admin dan pembuat sistem .Admin diberi user dan password untuk menjadi

operator pada saat proses absensi. Dan juga untuk dapat mengolah data absensi untuk

pembuatan laporan absen. Sedangkan pembuat sistem bertujuan sebagai orang yang

memaintenance sistem.
72

Gambar 4.3
Tampilan Login

2. Tampilan Utama Absensi Pegawai

Gambar 4.4
Tampilan Utama Absensi Pegawai

Tampilan menu utama Software Absensi diatas dapat diakses setelah Admin

atau pembuat sistem melakukan proses login. Setelah proses login selesai maka

secara otomatis pula data absensi keryawan ditarik dari server kedalam software

absensi. Di dalam menu utama tersebut terdapat 3 menu bar yaitu menu attendance

atau kehadiran, tabel, dan laporan.


73

3. Tampilan Menu Attendance

Gambar 4.5
Tampilan Menu Attendance

Di dalam tampilan menu ini memiliki fungsi untuk menginput data absensi

para karyawan. Dengan cara menginputkan data yang ada pada Barcode ID Card ke

dalam sistem. Dengan menggunakan Scanner. Setelah proses absensi selesai diinput

kemudian akan di update ke dalam server maupun database yang nanti akan diolah

menjadi laporan.

4. Tampilan Menu Tabel

Dalam menu ini berisi tabel – tabel yang berisi data – data tentang

kepegawaian. Seperti jadwal kerja karyawan, shift kerja, dan data diri pegawai.
74

Gambar 4.6
Jadwal Kerja

Gambar 4.7
Shift Kerja

Gambar 4.8
Data Diri Karyawan
75

5. Tampilan Menu Laporan

Gambar 4.9
Tampilan Menu Laporan

Menu mencetak laporan diatas memiliki beberapa opsi kategori untuk

mancetak lapora absensi, laporan keterlambatan dan kelebihan jam kerja.

dalam menu ini terdapat tombol print yang langsung diakses oleh printer

sehingga laporan dapat langsung di print.

7. Tampilan Cetak Laporan

Laporan ini berisi data kehadiran rinci sejumlah karyawan tertentu dan pada

tanggal tertentu. Laporan juga berdasarkan divisi dimana dia ditempatkan apakah

food atau kosmetik dan sebagainya. Tampilan cetak laporan bisa dilihat pada gambar

4.9.
76

Gambar 4.10

Cetak Laporan

Data yang ditampilkan antara lain :

1. Nama Karyawan

2. Jabatan

3. Divisi

4. Tanggal Cetak Laporan

5. Keterangan Absen ( 0 : Absen terdaftar, . : Absen tidak Terdafatar

6. Keterangan

8. Tampilan Keterlambatan dan Kelebihan Jam kerja


77

Gambar 4.11
Keterlambatan dan kelebihan jam kerja

Pada tampilan ini berisi keterangan dalam sebulan tentang berapa lama

dia terlambat dan berapa kelebihan jam kerjanya. Data ini akan dijadikan

acuan penilaian kinerja karyawan.

4.1.3. Prosedur Sistem yang Sedang Berjalan

Pembahasan bagaimana cara pendaftaran Barcode ID Card sampai proses

pelaporan adalah sebagai berikut :

1. Karyawan Memberikan Data Pegawainya (nik, nama, alamat, kota, jabatan)

kepada admin

2. Admin menginputkan data pegawai kedalam database

3. Admin mencetak ID pegawai berdasarkan data setiap pegawai, kemudian

dibuatlah ID Card yang nantinya diberikan kepada setiap karyawan

4. Karyawan memasukkan ID Dengan Menggunakan Scanner yang menscan

barcode yang ada dalam ID Card kedalam sistem informasi absensi


78

5. Admin membuat data absensi karyawan yang selanjutnya dibuat rekapitulasi

data absensinya

6. Selanjutnya admin membuat laporan data absensi perorangan dan laporan

data absensi keseluruhan, kemudian mencetak kedua laporan tersebut

7. Kemudian laporan data absensi perorangan diberikan kepada karyawan

sedangkan laporan data absensi keseluruhan diberikan kepada pimpinan dan

admin mengarsipkannya

4.1.3.1. Diagram Sistem Prosedur (Flowmap)

Untuk menjalankan prosedur sistem digunakan diagram prosedur yang

terbentuk dari hasil analisis dokumen dan analisis prosedur. Diagram prosedur sistem

dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :


79

FLOWMAP

KARYAWAN ADMIN PIMPINAN

Data Pegawai Data Pegawai

Input Data
Pegawai

Cetak ID Card

ID Card ID Card

Data Base
Membuat Data
Absensi

Mmbuat Laporan
Absensi

Laporan Absensi Laporan Absensi


Perorangan Perorangan

Mengarsip laporan
Absensi
Perorangan

Laporan Absensi Laporan Absensi


Keseluruhan Keseluruhan

Gambar 4.12
Flowmap Sistem Informasi Absensi yang Sedang Berjalan
80

4.1.3.2. Diagram Konteks yang sedang berjalan

Diagram konteks adalah diagram tingkat atas yaitu diagram global dari sebuah

sistem informasi yang menggambarkan aliran dari entitas luar dan entitas dalam.

DATA PEGAWAI
SCANNER LAPORAN
ABSENSI
SOFTWARE ABSENSI
KARYAWAN PIMPINAN
SCANNER

ID, DATA ABSENSI,


DATA
REKAPITULASI

Gambar 4.13
Diagram Konteks Yang Sedang Berjalan

4.1.3.3. Data Flow Diagram (DFD) yang sedang berjalan

Digram alur data yaitu menggambarkan sistem yang ada pada diagram

konteks menjadi beberapa proses utama yang terjadi antara entitas yang terlibat dalam

sistem informasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut:
81

Data Absensi
Karyawan
Data Pegawai

1. 4. Data Absensi
Input Data Data Id Membuat Data
Pegawai Absensi

3.
Data Menscan ID Data
Pegawai Card Absensi
6. Membuat
Laporan Data
Absensi
5. Perorangan
ID Card 2. Membuat
Cetak ID Card Rekapitulasi
Data ID
Card
Data Absensi

7. Data Laporan Absensi


Data Laporan Absensi Perorangan
Cetak Laporan Perorangan
Data Absensi
Perorangan

8.
9. Data Laporan Absensi
Membuat
Laporan Data Absensi Cetak Laporan Keseluruhan
Laporan Data
Keseluruhan Data Absensi
Absensi
Keseluruhan
Keseluruhan

Data Laporan Absensi


Keseluruhan

Pimpinan

Gambar 4.14
DFD Level 1 yang berjalan

4.1.4. Temuan Dari Sistem Yang Berjalan

Berdasarkan pembahasan tentang sistem yang sedang berjalan di atas. Penulis

memaparkan temuan – temuan sistem absensi ini. Hardware yang digunakan berupa 2
82

unit komputer pentium IV. Dengan Ram 128 MB,Vga 64 MB 32 Bit,dan Harddisk 20

GB. dimana masing - masing berperan sebagai Client & Sever. 2 unit komputer ini

khusus digunakan untuk keperluan absensi saja. Pada komputer Client dilengkapi

dengan 2 buah Scaner. Scaner yang digunakan adalah yang berjenis Wand. Software

yang digunakan Sistem menggunakan bahasa pemrograman PHP dengan Database

MySQL Server. Alur proses absensi cukup sederhana. Secara garis besar hanya

menscan Barcode yang ada pada ID Card, lalu data yang ada pada ID Card langsung

masuk ke dalam komputer. Nantinya data akan diproses. dan data hasil prosesnya

langsung disimpan kedalam Database. Adapun kekurangan dari sistem informasi

yang sedang berjalan ini dari segi peralatan. Bahwa Scanner yang digunakan sering

rusak dan sedikit ketinggalan zaman. Dikarenakan adanya alat penunjang sistem

absensi yang lebih modern seperti, Fingerprint maupun Pemindai Retina. Dengan

Scanner ini masih adanya kemungkinan untuk menitipkan absen pada teman.

Komputer yang digunakan pun masih menggunakan model lama. Yang performanya

masih kurang baik, Sehingga dalam proses pengolahan data menjadi lama. Dan

terkadang terjadi debug dan error.


83

4.2. Tanggapan Responden Terhadap Sistem Absensi Dan Disiplin Kerja

Karyawan

4.2.1. Karakteristik Responden

Dalam penelitian ini, pengumpulan data primer dilakukan dengan

menyebarkan kuesioner untuk mengetahui tanggapan karyawan tentang Peranan

Sistem Infomasi Absensi terhadap disiplin kerja karyawan pada BORMA Toserba

Dakota Bandung. Penyebaran kuesioner dilakukan terhadap 55 orang responden yang

terpilih menjadi sampel penelitian.

Untuk mendapat gambaran tentang responden, berikut adalah karakteristik

responden berdasarkan pendidikan, jenis kelamin, status, usia, dan lama bekerja.

4.2.1.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Untuk mengetahui karakteristik responden berdasarkan pendidikan dapat

dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini:

Tabel 4.1
Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Pendidikan Frequensi Persentase
D1 18 32,7%
D3 24 43,6%
S1 13 23,6%
S2/S2
Jumlah 55 100%

Sumber : Data Karyawan BORMA Dakota Bandung (2011)


84

Dari tabel 4.1 dapat dilihat dari 55 orang responden diperoleh frekuensi

responden berdasarkan tingkat pendidikannya, yaitu pendidikan D1 sebanyak 18

orang dengan presentase 32,7%, frekuensi responden yang tingkat pendidikannya D3

atau sederajat sebanyak 24 orang dengan presentase 43,6%, frekuensi responden yang

tingkat pendidikannya S1 sebanyak 13 orang dengan presentase 23,6% Berdasarkan

data di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan karyawan di BORMA

Dakota Bandung mayoritas tingkat D3, yang artinya mayoritas karyawan BORMA

Toserba Dakota Bandung memiliki latar belakang pendidikan yang Menengah. Hal

ini dikarenakan BORMA DAKOTA memang memprioritaskan D1 dan D3 sebagai

basic Pendidikan yang dibutuhkan untuk rekrutmen karyawan.

4.2.1.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Untuk mengetahui karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat

dilihat pada Tabel 4.2 berikut ini:

Tabel 4.2
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis
Frequensi Persentase
Kelamin
Laki - Laki 33 60,0%
Perempuan 22 40,0%
Jumlah 100%

Sumber: Data karyawan BORMA DAKOTA Bandung (2011)


85

Berdasarkan Tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa karyawan di BORMA

Toserba Dakota Bandung yang terpilih sebagai responden sebanyak 55 orang tidak

terbatas pada jenis kelamin tertentu. Data yang diperoleh melalui kuesioner yang diisi

oleh responden menunjukan bahwa frekuensi responden karyawan laki-laki sebanyak

33 orang dengan presentase 60,0%, sedangkan frekuensi responden perempuan

sebanyak 22 orang dengan presentase 40,0%. Jadi dapat disimpulkan meskipun

mayoritas responden dalam penelitian ini adalah laki-laki. Namun tidak berbeda jauh

jumlah responden antara laki – laki dan perempuan. Hal ini dikarenakan BORMA

DAKOTA dalam perekrutan karyawan lebih memilih kinerja daripada jenis kelamin.

4.2.1.3. Karakteristik Responden berdasarkan Status Perkawinan

Untuk mengetahui karakteristik responden berdasarkan usia dapat dilihat pada

Tabel 4.3 berikut ini:

Tabel 4.3
Karakteristik Responden Berdasarkan Status Perkawinan

Status Frequensi Persentase


Menikah 17 30,9%
Belum 38 69,1%
Jumlah 55 100%

Sumber: Data karyawan BORMA DAKOTA Bandung (2011)


86

Berdasarkan Tabel 4.3 diatas dapat diketahui bahwa dari hasil jawaban

sebanyak 55 responden. Menunjukkan frekuensi responden karyawan yang sudah

menikah yaitu sebanyak 17 orang dengan presentase 30,9%, sedangkan frekuensi

responden karyawan yang belum menikah sebanyak 38 orang dengan presentase

69,1%. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden dalam

penelitian ini memiliki status belum menikah. Hal ini terjadi dikarenakan mayoritas

karyawan di BORMA DAKOTA Bandung berumur kurang dari 30 tahun yang

umumnya belum menikah.

4.2.1.4. Karakteristik Responden berdasarkan Usia

Untuk mengetahui karakteristik responden berdasarkan usia dapat dilihat pada

Tabel 4.4 berikut ini:

Tabel 4.4
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Usia Frequensi Persentase
< 20 Tahun 13 23,6%
20 - 30 Tahun 33 60,0%
30 - 40 Tahun 8 14,5%
40 - 50 Tahun 1 1,8%
> 50 Tahun
Jumlah 100%

Sumber : Data Karyawan BORMA DAKOTA Bandung (2011)

Dari tabel 4.4 dapat dilihat dari 55 orang responden diperoleh frekuensi

responden yaitu usia dibawah 20 tahun sebanyak 13 orang dengan presentase 23,6%,

sedangkan frekuensi responden yang berusia 20 - 30 tahun sebanyak 33 orang dengan


87

presentase 60,0%, frekuensi responden yang berusia 30 – 40 tahun sebanyak 8 orang

dengan presentase 14,5%, frekuensi responden yang berusia 40 - 50 tahun sebanyak 1

orang dengan presentase 1,8%. Maka dapat disimpulkan bahwa mayoritas usia

karyawan adalah dibawah 20 dan antara 20 – 30 tahun. Hal tersebut menunjukan

bahwa karyawan yang bekerja di BORMA Toserba Dakota Bandung umumnya ada

dalam usia yang produktif. Dan pada usia lainnya yaitu diatas 30 tahun yang hanya

minoritas. Banyak yang menjadi staff dikarenakan BORMA DAKOTA dalam proses

kenaikan jabatan. Dipilih berdasarkan pengalaman kerja dan loyalitas yang banyak

dimiliki oleh orang diatas 30 tahun. Dalam hal ini telah bekerja lama di BORMA.

4.2.1.5. Karakteristik Responden berdasarkan Masa Kerja

Untuk mengetahui karakteristik responden Masa Kerja dapat dilihat pada tabel

4.5 berikut ini:

Tabel 4.5
Karakteristik responden Berdasarkan Masa Kerja
Lama Bekerja Frequensi Persentase
< 1 Tahun 17 30,9%
1 - 5 Tahun 26 47,3%
5 - 10 Tahun 11 20,0%
10 - 15 Tahun
> 15 Tahun 1 1,8%
Jumlah 100%

Sumber : Data Karyawan BORMA DAKOTA Bandung (2011)


88

Berdasarkan tabel 4.5 diatas, dapat dilihat dari 55 orang responden, diperoleh

frekuensi responden berdasarkan masa kerjanya yaitu, dibawah 1 tahun responden

yang bekerja 17 orang atau 30,9%, 1-5 tahun sebanyak 26 orang atau 47,3%, 5-10

tahun sebanyak 11 orang atau 20,0%, dan responden yang masa bekerjanya lebih dari

lebih dari 15 tahun sebanyak 1 orang dengan presentase 1,8%. Dari kondisi tersebut

dapat disimpulkan bahwa mayoritas karyawan telah mempunyai masa kerja antara

10-15 tahun, yang menandakan para karyawan mempunyai loyalitas yang tinggi

terhadap perusahaan. Hal tersebut terjadi karena BORMA DAKOTA yang telah

selalu mengedepankan kesejahteraan para karyawannya, sehingga karyawan

memberikan timbal balik berupa loyalitas kepada perusahaan.

4.2.2. Tanggapan Responden Terhadap Implementasi Sistem Absensi Di Borma

Dakota Toserba

1. Indikator Hardware Item Pernyataan 1

Jawaban responden terhadap Indikator Hardware dengan item pernyataan 1 yaitu

Scanner dan ID Card Jarang Sekali Rusak dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
89

Tabel 4.6
Kategori Jawaban Responden Terhadap Indikator Hardware
Item Pernyataan 1

Tanggapan Frequency Percent

Sangat Tidak Setuju 1 3 5,5


Tidak Setuju 2 14 25,5
Netral 3 6 10,9
Setuju 4 21 38,2
Sangat Setuju 5 11 20,0
Total 55 100,0

Sumber : Data hasil Kuesioner 2011

Berdasarkan frequensi diatas, dapat diketahui bahwa tanggapan responden

yang tidak setuju terhadap item pernyataan 1 sebesar 31,0%, dan yang setuju 58,2

%. Maka dapat disimpulkan dari tabel diatas sebagian besar responden setuju bahwa

Id card dan scaner jarang sekali rusak.

2. Indikator Hardware Item Pernyataan 2

Jawaban responden terhadap Indikator Hardware dengan item pernyataan 2 yaitu

Scanner dapat dengan cepat membaca ID Card dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.7
Kategori Jawaban Responden Terhadap Indikator Hardware
Item Pernyataan 2

Tanggapan Frequency Percent

Sangat Tidak Setuju 1 1 1,8


Setuju 2 10 18,2
Netral 3 9 16,4
Setuju 4 22 40,0
Sangat Setuju 5 13 23,6
Total 55 100,0
90

Sumber : Data hasil Kuesioner 2011

Berdasarkan frequensi diatas, dapat diketahui bahwa tanggapan responden

yang tidak setuju terhadap item pernyataan 2 sebesar 20,0%, dan yang setuju 63,6

%. Maka dapat disimpulkan dari tabel diatas sebagian besar responden setuju bahwa

Scaner dapat cepat membaca Id Card dengan baik.

3. Indikator Software Item Pernyataan 3

Jawaban responden terhadap Indikator software dengan item pernyataan 3 yaitu

Sistem absensi lambat dalam memproses data absensi dapat dilihat pada tabel

dibawah ini:

Tabel 4.8
Kategori Jawaban Responden Terhadap Indikator Software
Item Pernyataan 3

Tanggapan Frequency Percent

Sangat setuju 1 4 7,3


Setuju 2 13 23,6
Netral 3 13 23,6
Tidaksetuju 4 22 40,0
Sangat Tidak Setuju 5 3 5,5
Total 55 100,0
Sumber : Data hasil Kuesioner 2011

Berdasarkan frequensi diatas, dapat diketahui bahwa tanggapan responden

yang tidak setuju terhadap item pernyataan 3 sebesar 45,5%, dan yang setuju 30,9 %.
91

Maka dapat disimpulkan dari tabel diatas sebagian besar responden setuju bahwa

sistem absensi cepat dalam memproses data absensi.

4. Indikator Software Item Pernyataan 4

Jawaban responden terhadap Indikator Software dengan item pernyataan 4 yaitu

Data yang dihasilkan sistem absensi akurat dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.9
Kategori Jawaban Responden Terhadap Indikator Software
Item Pernyataan 4

Tanggapan Frequency Percent

Sangat Tidak Setuju 1 1 1,8


Tidak Setuju 2 6 10,9
Netral 3 10 18,2
Setuju 4 24 43,6
Sangat Setuju 5 14 25,5
Total 55 100,0

Sumber : Data hasil Kuesioner 2011

Berdasarkan frequensi diatas, dapat diketahui bahwa tanggapan responden yang tidak

setuju terhadap item pernyataan 4 sebesar 12,7%, dan yang setuju 69,1 %. Maka

dapat disimpulkan dari tabel diatas sebagian besar responden setuju bahwa data yang

dihasilkan sistem absensi akurat.


92

5. Indikator Basis Data Item Pernyataan 5

Jawaban responden terhadap Indikator Basis Data dengan item pernyataan 5

yaitu sistem absensi menyimpan data dengan baik dapat dilihat pada tabel dibawah

ini:

Tabel 4.10
Kategori Jawaban Responden Terhadap Indikator Basis Data
Item Pernyataan 5

Tanggapan Frequency Percent

Sangat Tidak Setuju 1 0 0


Tidak Setuju 2 4 7,3
Netral 3 9 16,4
Setuju 4 27 49,1
Sangat Setuju 5 15 27,3
Total 55 100,0
Sumber : Data hasil Kuesioner 2011

Berdasarkan frequensi diatas, dapat diketahui bahwa tanggapan responden

yang tidak setuju terhadap item pernyataan 5 sebesar 7,3%, dan yang setuju 76,4 %.

Maka dapat disimpulkan dari tabel diatas sebagian besar responden setuju bahwa

sistem absensi menyimpan data dengan baik.

6. Indikator Basis Data Item Pernyataan 6

Jawaban responden terhadap Indikator Basis Data dengan item pernyataan 6

yaitu Data yang ada pada sistem absensi akurat dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
93

Tabel 4.11
Kategori Jawaban Responden Terhadap Indikator Basis Data
Item Pernyataan 6

Tanggapan Frequency Percent

Sangat Tidak Setuju 1 1 1,8


Tidak Setuju 2 3 5,5
Netral 3 7 12,7
Setuju 4 32 58,2
Sangat Setuju 5 12 21,8
Total 55 100,0

Sumber : Data hasil Kuesioner 2011

Berdasarkan frequensi diatas, dapat diketahui bahwa tanggapan responden

yang tidak setuju terhadap item pernyataan 6 sebesar 7,2%, dan yang setuju 80,0 %.

Maka dapat disimpulkan dari tabel diatas sebagian besar responden setuju bahwa data

yang ada pada sistem absensi akurat.

7. Indikator Prosedur Item Pernyataan 7

Jawaban responden terhadap Indikator Prosedur dengan item pernyataan 7 yaitu

Penginputan data pada sistem absensi sulit dimengerti dapat dilihat pada tabel

dibawah ini:
94

Tabel 4.12
Kategori Jawaban Responden Terhadap Indikator Prosedur
Item Pernyataan 7

Tanggapan Frequency Percent

Sangat Setuju 1 3 5,5


Setuju 2 8 14,5
Netral 3 15 27,3
Tidak Setuju 4 21 38,2
Sangat Tidak Setuju 5 8 14,5
Total 55 100,0

Sumber : Data hasil Kuesioner 2011

Berdasarkan frequensi diatas, dapat diketahui bahwa tanggapan responden

yang tidak setuju terhadap item pernyataan 7 sebesar 52,7%, dan yang setuju 20,0 %.

Maka dapat disimpulkan dari tabel diatas sebagian besar responden setuju bahwa

penginputan data mudah dimengerti.

8. Indikator Prosedur Item Pernyataan 8

Jawaban responden terhadap Indikator Prosedur dengan item pernyataan 8 yaitu

Proses output data yang dihasilkan sistem absensi dapat dimengerti dapat dilihat pada

tabel dibawah ini:


95

Tabel 4.13
Kategori Jawaban Responden Terhadap Indikator Prosedur
Item Pernyataan 8

Tanggapan Frequency Percent

Sangat Tidak Setuju 1 0 0


Tidak Setuju 2 9 16,4
Netral 3 14 25,5
Setuju 4 24 43,6
Sangat Setuju 5 8 14,5
Total 55 100,0

Sumber : Data hasil Kuesioner 2011

Berdasarkan frequensi diatas, dapat diketahui bahwa tanggapan responden

yang tidak setuju terhadap item pernyataan 8 sebesar 16,4%, dan yang setuju 58,1 %.

Maka dapat disimpulkan dari tabel diatas sebagian besar responden setuju bahwa

proses output yang dihasilkan sistem absensi dapat dimengerti.

9. Tanggapan Responden Terhadap Sistem Absensi Di Borma Dakota Secara

Keseluruhan

Untuk mengetahui tanggapan responden secara keseluruhan terhadap sistem

absensi di Borma Toserba Dakota Bandung secara keseluruhan. dapat dilihat pada

data yang ada pada tabel dibawah ini.


96

Tabel 4.14
Data Jawaban Responden Terhadap Sistem Absensi
Jawaban Responden Total
Tanggapan
1 2 3 4 5 6 7 8
3 1 3 1 0 1 8 0 17
Sangat Tidak Setuju
14 10 22 6 4 3 21 9 89
Tidak Setuju
6 9 13 10 9 7 15 14 83
Netral
21 22 13 24 27 32 8 24 171
Setuju
11 13 4 14 15 12 3 8 72
Sangat Setuju
55 55 55 55 55 55 55 55 440
Total
Sumber : Data yang keseluruhan (2011)

Tabel 4.15
Analisis Terhadap Keseluruhan Variabel X
Skor Total Persentase
Tanggapan Rata-Rata
1 2 3 4 5 6 7 8

Sangat Tidak Setuju 3 1 15 1 0 1 40 0 61 3,8%


20,5%
Tidak Setuju 28 20 88 12 8 6 84 18 264 16,6%

Netral 18 27 39 30 27 21 45 42 249 15,7%

Setuju 84 88 26 96 108 128 16 96 642 40,4%


63,9%
Sangat Setuju 55 65 4 70 75 60 3 40 372 23,4%

Total 188 201 172 209 218 216 188 196 1588 100%

Sumber : Data yang keseluruhan (2011)

Berdasarkan Tabel diatas dapat diketahui dari persentase sangat tidak setuju

dan tidak setuju sebesar 20,5% dari keseluruhan tanggapan responden. Dan dari

gabungan persentase setuju dan sangat setuju sebesar 63,9%. Sedangkan untuk

tanggapan netral tidak dihitung. Karena yang dijadikan acuan hanya yang
97

menyatakan pendapat. Agar dapat diketahui bagaimana tanggapan tentang hal yang

diteiti. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa tanggapan responden

baik. Karena kebanyakan responden berpendapat positif. Yang berarti Sistem

Informasi Absensi di Borma telah berjalan dengan cukup baik.

4.2.3. Tanggapan Responden Terhadap Disiplin Kerja Di Borma Dakota

Toserba.

1. Indikator Ketepatan Waktu Item Pernyataan 1

Jawaban responden terhadap Indikator Ketepatan Waktu dengan item pernyataan

1 yaitu Saya tepat waktu dalam masuk kerja dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.16
Kategori Jawaban Responden Terhadap Indikator Ketepatan Waktu
Item Pernyataan 1

Tanggapan Frequency Percent

Sangat Tidak Setuju 1 0 0


Tidak Setuju 2 2 3,6
Netral 3 6 10,9
Setuju 4 32 58,2
Sangat Setuju 5 15 27,3
Total 55 100,0

Sumber : Data hasil Kuesioner 2011

Berdasarkan frequensi diatas, dapat diketahui bahwa tanggapan responden

yang tidak setuju terhadap item pernyataan 1 sebesar 3,6%, dan yang setuju 85,5 %.
98

Maka dapat disimpulkan dari tabel diatas sebagian besar responden menyatakan tepat

waktu dalam masuk kerja.

2. Indikator Ketepatan Waktu Pernyataan 2

Jawaban responden terhadap Indikator Ketepatan Waktu dengan item pernyataan

2 yaitu Saya Tepat waktu dalam menyelesaikan pekerjaan saya dapat dilihat pada

tabel dibawah ini:

Tabel 4.17
Kategori Jawaban Responden Terhadap Indikator Ketepatan Waktu
Item Pernyataan 2

Tanggapan Frequency Percent

Sangat Tidak Setuju 1 0 0


Tidak Setuju 2 4 7,3
Netral 3 8 14,5
Setuju 4 36 65,5
Sangat Setuju 5 7 12,7
Total 55 100,0

Sumber : Data hasil Kuesioner 2011

Berdasarkan frequensi diatas, dapat diketahui bahwa tanggapan responden

yang tidak setuju terhadap item pernyataan 2 sebesar 7,3%, dan yang setuju 78,2 %.

Maka dapat disimpulkan dari tabel diatas sebagian besar responden menyatakan tepat

waktu dalam menyelesaikan pekerjaan.


99

3. Indikator Pemanfaatan & Penggunaan Peralengkapan Item Pernyataan 3

Jawaban responden terhadap Indikator Pemanfaatan & Penggunaan

Peralengkapan dengan item pernyataan 3 yaitu Saya menggunakan peralatan kantor

dengan baik dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.18
Kategori Jawaban Responden Terhadap Indikator Pemanfaatan & Penggunaan
Peralatan
Item Pernyataan 3

Tanggapan Frequency Percent

Sangat Tidak Setuju 1 0 0


Tidak Setuju 2 1 1,8
Netral 3 9 16,4
Setuju 4 37 67,3
Sangat Setuju 5 8 14,5
Total 55 100,0

Sumber : Data hasil Kuesioner 2011

Berdasarkan frequensi diatas, dapat diketahui bahwa tanggapan responden yang

tidak setuju terhadap item pernyataan 3 sebesar 1,8%, dan yang setuju 81,8 %. Maka

dapat disimpulkan dari tabel diatas sebagian besar responden menyatakan

menggunakan peralatan kantor dengan baik.


100

4. Indikator Pemanfaatan & Penggunaan Peralengkapan Item Pernyataan 4

Jawaban responden terhadap Indikator Pemanfaatan & Penggunaan

Peralengkapan dengan item pernyataan 4 yaitu Saya tidak memelihara peralatan

kantor dengan baik dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.19
Kategori Jawaban Responden Terhadap Indikator Pemanfaatan & Penggunaan
Peralengkapan
Item Pernyataan 4

Tanggapan Frequency Percent

Sangat Setuju 1 1 1,8


Setuju 2 3 5,5
Netral 3 7 12,7
Tidak Setuju 4 32 58,2
Sangat Tidak Setuju 5 12 21,8
Total 55 100,0

Sumber : Data hasil Kuesioner 2011

Berdasarkan frequensi diatas, dapat diketahui bahwa tanggapan responden

yang tidak setuju terhadap item pernyataan 4 sebesar 80,0%, dan yang setuju 7,3 %.

Maka dapat disimpulkan dari tabel diatas sebagian besar responden menyatakan

setuju bahwa mereka menggunakan peralatan kantor dengan baik.


101

5. Indikator Hasil Kerja Yang Memuaskan Item Pernyataan 5

Jawaban responden terhadap Indikator Hasil kerja yang memuaskan dengan item

pernyataan 5 yaitu Saya dapat menyelesaikan semua pekerjaan saya dapat dilihat

pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.20
Kategori Jawaban Responden Terhadap Indikator Hasil Kerja Yang
Memuaskan
Item Pernyataan 5

Tanggapan Frequency Percent

Sangat Tidak Setuju 1 0 0


Tidak Setuju 2 7 12,7
Netral 3 7 12,7
Setuju 4 33 60,0
Sangat Setuju 5 8 14,5
Total 55 100,0

Sumber : Data hasil Kuesioner 2011

Berdasarkan frequensi diatas, dapat diketahui bahwa tanggapan responden

yang tidak setuju terhadap item pernyataan 5 sebesar 25,4%, dan yang setuju 74,5 %.

Maka dapat disimpulkan dari tabel diatas sebagian besar responden menyatakan

setuju dapat menyelesaikan semua pekerjaan.


102

6. Indikator Hasil Kerja Yang Memuaskan Item Pernyataan 6

Jawaban responden terhadap Indikator Hasil kerja yang memuaskan dengan item

pernyataan 6 yaitu Saya menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan prosedur

perusahaan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.21
Kategori Jawaban Responden Terhadap Indikator Hasil KerjaYang
Memuaskan
Item Pernyataan 6

Tanggapan Frequency Percent

Sangat Tidak Setuju 1 1 1,8


Tidak Setuju 2 2 3,6
Netral 3 3 5,5
Setuju 4 39 70,9
Sangat Setuju 5 10 18,1
Total 55 100,0

Sumber : Data hasil Kuesioner 2011

Berdasarkan frequensi diatas, dapat diketahui bahwa tanggapan responden yang

tidak setuju terhadap item pernyataan 6 sebesar 1,8%, dan yang setuju 89,0 %. Maka

dapat disimpulkan dari tabel diatas sebagian besar responden menyatakan

menyelesaikan semua pekerjaan sesuai dengan prosedur.

7. Indikator Kepatuhan Terhadap Tata Tertib Item Pernyataan 7

Jawaban responden terhadap Indikator Kepatuhan terhadap tata tertib dengan

item pernyataan 7 yaitu Saya loyal terhadap Perusahaan dapat dilihat pada tabel

dibawah ini:
103

Tabel 4.22

Kategori Jawaban Responden Terhadap Indikator Kepatuhan Terhadap Tata


Tertib
Item Pernyataan 7

Tanggapan Frequency Percent

Sangat Tidak Setuju 1 1 1,8


Tidak Setuju 2 3 5,5
Netral 3 13 23,6
Setuju 4 26 47,3
Sangat setuju 5 12 21,8
Total 55 100,0

Sumber : Data hasil Kuesioner 2011

Berdasarkan frequensi diatas, dapat diketahui bahwa tanggapan responden

yang tidak setuju terhadap item pernyataan 7 sebesar 7,3%, dan yang setuju 69,1 %.

Maka dapat disimpulkan dari tabel diatas sebagian besar responden menyatakan

setuju loyal terhadap perusahaan.

8. Indikator Kepatuhan Terhadap Tata Tertib Item Pernyataan 8

Jawaban responden terhadap Indikator Kepatuhan terhadap tata tertib dengan

item pernyataan 8 yaitu Saya tidak menjalankan peraturan perusahaan dapat dilihat

pada tabel dibawah ini:


104

Tabel 4.23
Kategori Jawaban Responden Terhadap Indikator Kepatuhan Terhadap Tata
Tertib
Item Pernyataan 8

Tanggapan Frequency Percent

Sangat Setuju 1 0 0
Setuju 2 3 5,5
Netral 3 7 12,7
Tidak Setuju 4 26 47,3
Sangat Tidak Setuju 5 19 34,5
Total 55 100,0

Sumber : Data hasil Kuesioner 2011

Berdasarkan frequensi diatas, dapat diketahui bahwa tanggapan responden

yang tidak setuju terhadap item pernyataan 8 sebesar 81,8%, dan yang setuju 5,5 %.

Maka dapat disimpulkan dari tabel diatas sebagian besar responden menyatakan

setuju bahwa mereka menjalankan peraturan perusahaan.

9. Indikator Tanggung Jawab Yang Tinggi Item Pernyataan 9

Jawaban responden terhadap Indikator Tanggung jawab yang tinggi dengan item

pernyataan 9 yaitu Saya tidak bertanggung jawab kepada perusahaan saya dapat

dilihat pada tabel dibawah ini:


105

Tabel 4.24

Kategori Jawaban Responden Terhadap Indikator Tanggung Jawab Yang


Tinggi
Item Pernyataan 9

Tanggapan Frequency Percent

Sangat Setuju 1 0 0
Setuju 2 3 5,5
Netral 3 1 1,8
Tidak Setuju 4 29 52,7
Sangat Tidak Setuju 5 22 40,0
Total 55 100,0

Sumber : Data hasil Kuesioner 2011

Berdasarkan frequensi diatas, dapat diketahui bahwa tanggapan responden

yang tidak setuju terhadap item pernyataan 9 sebesar 92,7%, dan yang setuju 5,5 %.

Maka dapat disimpulkan dari tabel diatas sebagian besar responden menyatakan

setuju bahwa mereka bertanggung jawab terhadap perusahaan.

10. Indikator Tanggung Jawab Yang Tinggi Item Pernyataan 10

Jawaban responden terhadap Indikator Tanggung Jawab yang Tinggi dengan

item pernyataan 10 yaitu Saya menyelesaikan pekerjaan dengan sungguh - sungguh

dapat dilihat pada tabel dibawah ini:


106

Tabel 4.25
Kategori Jawaban Responden Terhadap Indikator Tanggung Jawab Yang
Tinggi
Item Pernyataan 10

Tanggapan Frequency Percent

Sangat Tidak Setuju 1 0 0


Tidak Setuju 2 2 3,6
Netral 3 5 9,1
Setuju 4 34 61,8
Sangat setuju 5 14 25,5
Total 55 100,0

Sumber : Data hasil Kuesioner 2011

Berdasarkan frequensi diatas, dapat diketahui bahwa tanggapan responden

yang tidak setuju terhadap item pernyataan 10 sebesar 3,6%, dan yang setuju 87,3 %.

Maka dapat disimpulkan dari tabel diatas sebagian besar responden menyatakan

setuju menyelesaikan pekerjaan dengan sungguh - sungguh.

11. Tanggapan Responden Terhadap Disiplin Kerja Di Borma Dakota Secara

Keseluruhan

Untuk mengetahui tanggapan responden secara keseluruhan terhadap Disiplin

Kerja di Borma Toserba Dakota Bandung secara keseluruhan. dapat dilihat pada data

yang ada pada tabel dibawah ini.


107

Tabel 4.26
Data Jawaban Responden Terhadap Disiplin Kerja
Pernyataan Total
Tanggapan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Sangat Tidak Setuju 0 0 0 12 0 1 1 19 22 0 55

Tidak Setuju 2 4 1 32 7 2 3 26 29 2 108

Netral 6 8 9 7 7 3 13 7 1 5 66
Setuju 32 36 37 3 33 39 26 3 3 34 246

Sangat Setuju 15 7 8 1 8 10 12 0 0 14 75

Total 55 55 55 55 55 55 55 55 55 55 550
Sumber : Data yang keseluruhan (2011)

Tabel 4.27
Analisis Terhadap Keseluruhan Variabel Y
Skor Total Persentase
Tanggapan Rata- Rata
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Sangat Tidak
0 0 0 0 60 1 1 95 110 0 267 12,2%
Setuju 30,0%

Tidak Setuju 4 8 2 128 14 4 6 104 116 4 390 17,8%

9,0%
Netral 18 24 27 21 21 9 39 21 3 15 198
44,1%
Setuju 128 144 148 6 132 156 104 6 6 136 966
61,0%
Sangat Setuju 75 35 40 1 40 50 60 0 0 70 371 16,9%

Total 188 201 172 209 218 216 188 196 235 225 2192 100%

Sumber : Data yang keseluruhan (2011)

Berdasarkan Tabel diatas dapat diketahui dari persentase sangat tidak

setuju dan tidak setuju sebesar 30,0% dari keseluruhan tanggapan responden. Dan

dari gabungan persentase setuju dan sangat setuju sebesar 61,0%. Sedangkan untuk
108

tanggapan netral tidak dihitung. Karena yang dijadikan acuan hanya yang

menyatakan pendapat. Agar dapat diketahui bagaimana tanggapan tentang hal yang

diteiti. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa tanggapan responden

baik. Karena kebanyakan responden berpendapat positif. Yang berarti Disiplin kerja

di Borma telah berjalan baik.

4.3. Peranan Sistem Absensi Terhadap Disiplin Kerja

Sebelum membahas peranan sistem informasi absensi terhadap disiplin kerja,

maka terlebih dahulu dilakukan pengujian instrumen penelitian melalui uji validitas

dan reliabilitas.

4.3.1. Hasil Uji Validitas

Uji Validitas dilakukan berdasarkan hasil kuesioner yang telah disebarkan kepada

responden. Seperti diketahui dari penjelasan pada Bab III, bahwa uji validitas data

dilakukan untuk mengetahui tingkat validitas data dan derajat kebenaran (valid atau

tidaknya suatu item pernyataan pada kuesioner yang diberikan pada responden) dari

suatu proses pengumpulan data pada instrument penelitian. Untuk mengetahui

validitas item dari setiap pernyataan, syarat validitas adalah dengan r kritis = 0,300.

Maka bila nilai validitas di atas r kritis berarti item-item pernyataan dikatakan valid.

Data yang diuji diperoleh dari item-item pernyataan variable independen

(Variabel X) sebanyak 8 item melalui pengumpulan data dari 55 responden. Hasil


109

analisis setiap item tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah :

Tabel 4.28
Hasil Uji Validitas untuk Sistem Informasi Absensi ( Variabel X )
Pertanyaan r hitung r kritis Keterangan
Item 1 0,587 0,300 Valid
Item 2 0,640 0,300 Valid
Item 3 0,327 0,300 Valid
Item 4 0,683 0,300 Valid
Item 5 0,787 0,300 Valid
Item 6 0,761 0,300 Valid
Item 7 0,417 0,300 Valid
Item 8 0,548 0,300 Valid
Sumber : Data penelitian 2011 (diolah)

Dari hasil tabel diatas maka dapat disimpulkan bahwa seluruh pernyataan

Variabel X (Sistem Informasi Absensi) yang di ajukan kepada responden dinyatakan

Valid, dikarenakan nilai korelasi tiap item pernyataan > r kritis.

Hasil yang sama diperoleh oleh Variabel Y (Disiplin Kerja). Seperti disajikan

pada tabel 4.29 :

Tabel 4.29
Hasil Uji Validitas untuk Disiplin Kerja Karyawan ( Variabel Y )
Pertanyaan r hitung r kritis Keterangan
Item 1 0,657 0,300 Valid
Item 2 0,760 0,300 Valid
Item 3 0,731 0,300 Valid
Item 4 0,525 0,300 Valid
Item 5 0,811 0,300 Valid
Item 6 0,840 0,300 Valid
Item 7 0,665 0,300 Valid
Item 8 0,616 0,300 Valid
Item 9 0,749 0,300 Valid
Item 10 0,830 0,300 Valid
Sumber : Data penelitian 2011 (diolah)
110

Dengan demikian dapat disimpulkan seluruh Pernyataan yang ditujukan pada

responden adalah valid.

4.3.2. Hasil Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur item-item yang akan digunakan

dalam penelitian dapat dijadikan instrument penelitian atau tidak. Reliabilitas adalah

indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat

diandalkan, untuk menguji koefisien reliabilitas digunakan SPSS 15.0 For Windows.

Untuk reliabilitas variabel independen yaitu Sistem Informasi Absensi, outputnya

adalah sebagai berikut :

Tabel 4.30
Reliabilitas untuk Variabel Independen ( Sistem Informasi Absensi )

Reliability Statistics

Cronbach's N of
Alpha Items
0,718 8

Sumber: data penelitian 2011 (diolah)

Dari output diatas, diketahui reliabilitas dari variabel independen adalah

sebesar 0,718. Angka reliabilitas ini telah melebihi angka reliabel yaitu 0,6. Angka

tersebut diperoleh dikarenakan responden konsisten dalam menjawab pernyataan-

pernyataan yang diajukan, dapat dinyatakan reliabel.

Sedangkan untuk variabel dependen yaitu Disiplin Kerja Karyawan,


111

outputnya sebagai berikut :

Tabel 4.31
Reliabilitas untuk Variabel Dependen ( Disiplin Kerja Karyawan )

Reliability Statistics

Cronbach's N of
Alpha Items
0,891 10

Sumber : Data penelitian 2011 (diolah)

Dari output diatas, diperoleh reliabilitas dari variabel independen (Sistem

Informasi Absensi) adalah sebesar 0,891. Nilai ini lebih dari kriteria reliabilitas yang

disimpulkan pada Bab III.

4.3.3. Uji Korelasi

Uji korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan antar variabel independen

yaitu Sistem Informasi Absensi dengan variabel dependen yaitu Disiplin Kerja

Karyawan. Dalam penelitian ini, penghitungan uji korelasi menggunakan SPSS 15.0

For Windows dengan analisis korelasi pearson sebagai berikut :

Tabel 4.32
Korelasi Pearson

TX TY
TX Pearson Correlation 1 ,633(**)
Sig. (2-tailed) ,000
N 55 55
TY Pearson Correlation ,633(**) 1
Sig. (2-tailed) ,000
N 55 55
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Sumber : Data penelitian (diolah)


112

Berdasarkan Tabel 4.29 diatas dapat disimpulkan bahwa korelasi yang

menunjukkan hubungan antara Sistem Informasi Absensi dengan Disiplin Kerja

Karyawan adalah 0,633 dengan tingkat signifikansi 0,000. Angka tersebut

menunjukkan terdapat korelasi yang sedang, signifikan dan searah dikarenakan

korelasi bernilai positif. Hal ini dapat dilihat di tabel 3.4. Sugiyono di dalam interval

koefisien 0.600 – 0.799 maka tingkat hubungannya dikatakan kuat. Jika terdapat

hubungan antara 2 variabel, maka jika variabel independen besar, maka akan besar

pula variabel dependennya.

4.3.4. Koefisien Determinasi

Untuk menghitung besarnya peranan variabel independen yaitu sistem

informasi absensi terhadap variabel variabel dependen yaitu Disiplin Kerja karyawan

maka digunakan uji determinasi dengan rumus :

Kd = r² x 100%

2
= (0,633) x 100%

= 0,400 x 100%

= 40,0%
113

Berdasarkan penghitungan diatas, maka dapat diketahui Koefisien determinasi

yaitu sebesar 40,0% yang menunjukkan adanya Peranan Sistem Informasi Absensi

dalam meningkatkan Disiplin Kerja Karyawan di BORMA Dakota Toserba Bandung

yang besar. Sedangkan sisanya yaitu sebesar 60,0% dipengaruhi faktor lain yang

tidak diteliti seperti motivasi, insentif karyawan dan gaya kepemimpinan.

4.3.5. Rancangan Analisis Dan Uji Hipotesis

Untuk mengetahui hubungan antara kedua variabel apakah terdapat hubungan

yang signifikan, antara variabel bebas yaitu Sistem Informasi Absensi dan variabel

terikat Disiplin Kerja Karyawan, maka dilakukan uji hipotesis nol dimana:

Ho : ρ = 0, Sistem Informasi Absensi tidak berperan dalam meningkatkan Disiplin

Kerja Karyawan pada BORMA Dakota Toserba Bandung.

H1 : ρ ≠ 0, Sistem Informasi Absensi berperan dalam meningkatkan Disiplin Kerja

Karyawan pada BORMA Dakota Toserba Bandung..

Untuk menguji hipotesis yang di atas, menurut Sugiyono (2009:312)

mengatakan bahwa:

Bila sampel lebih besar dari 25, maka distribusinya akan mendekati distribusi

normal digunakan uji Z.

Dikarenakan jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 55 orang, maka

untuk melakukan pengujian hipotesis di atas, dilakukan dengan cara pengujian

menggunakan Uji Z. Kriteria uji Z adalah :


114

Jika z hitung > z table maka H0 ditolak dan H1 diterima yang didapat dari tabel

distribusi z dengan  = 0,01 (1%), apabila

z hitung ≤ z table maka H0 diterima dan H1 ditolak yang didapat dari tabel

distribusi z dengan  = 0,01 (1%) .

Untuk menentukan z hitung digunakan rumus sebagai berikut:

z  rs n  1

� = 0,633 55 − 1

Zhitung= 4,651

Untuk α = 1 %, maka :

Zα = z0.01

z tabel = 2,58

Dari perhitungan di atas, didapat nilai Zhitung sebesar 4,651 sedangkan Ztabel

adalah 2,58 untuk α = 1 %. Berdasarkan kriteria uji Z, maka dihasilkan kesimpulan:

Jika z hitung > z table , maka H0 ditolak, berarti H1 diterima atau Sistem

Informasi Absensi berperan dalam meningkatkan Disiplin Kerja karyawan pada

BORMA Dakota Toserba Bandung..


115

HO Ditolak HO Diterima HO Ditolak

-2,58 0 2,58
-4,651 4,651
Gambar 4.15
Kurva Penolakan dan Penerimaan Hipotesis Untuk α = 1 %
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan identifikasi masalah yang dikaji, tujuan penelitian yang ingin

dicapai, hipotesis yang ingin diteliti, serta hasil-hasil pengolahan data dan

analisisnya, maka peneliti memperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Sistem Informasi Absensi yang sedang berjalan di BORMA Toserba Dakota

Bandung menggunakan sistem yang telah terkomputerisasi. Sistem informasi

absensi ini menggunakan Scanner berjenis Wand yang terhubung dengan

software dengan ditunjang database mySQL server. Adapun kekurangan dari

sistem informasi absensi ini adalah. Scanner yang digunakan sering rusak dan

sedikit ketinggalan zaman. Komputer yang digunakan pun masih

menggunakan model lama. Yang performanya masih kurang baik. Namun

umumnya karyawan mendapat sedikit kemudahan dengan adanya Sistem

Informasi Absensi ini.

2. Tanggapan responden terhadap Peranan Sistem Informasi Absensi,

dikategorikan BAIK berdasarkan hasil dari perhitungan frekuensi yang setuju

yaitu sebesar 63,9 %. Artinya sistem yang berjalan di Borma Dakota ini sudah

berjalan cukup baik.

116
117

3. Tanggapan responden mengenai disiplin kerja karyawan dikategorikan BAIK

berdasarkan hasil dari perhitungan frekuensi yaitu sebesar 61,0 %. Artinya

disiplin kerja di Borma Dakota sudah cukup baik.

4. Hubungan kedua variabel antara variabel bebas (Sistem Informasi Absensi)

dengan variabel terikat (Disiplin Kerja karyawan) adalah relative baik dan

searah serta signifikan. Searah yang dimaksud disini artinya jika Sistem

Informasi Absensi semakin baik maka akan semakin baik pula tingkat disiplin

kerja para karyawan. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan

rumus koefisien determinasi besarnya Peranan Sistem Informasi dalam

meningkatkan Disiplin Kerja karyawan adalah 40,0 % yang artinya hubungan

tersebut relative Baik. Sedangkan sisanya 60,0 % dipengaruhi oleh faktor

lainnya yang tidak diteliti oleh penulis, seperti motivasi, insentif karyawan

dan gaya kepemimpinan. Dari perhitungan hipotesis, didapat nilai Zhitung

sebesar 4,651 sedangkan Ztabel sebesar 2,58 untuk α = 1 %, Hal ini dapat

disimpulkan bahwa Sistem Informasi Absensi berperan dalam meningkatkan

Disiplin Kerja Karyawan.

5.2. Saran

Adapun saran-saran yang diberikan oleh penulis berdasarkan kesimpulan yang

diperoleh adalah sebagai berikut :

1. Untuk lebih meningkatkan efisiensi dalam proses absensi maka penulis

menganjurkan. Agar perangkat penunjang sistem lebih diperbaharui. Seperti


118

komputer, dianjurkan agar diganti dengan komputer yang lebih baik. Atau

memiliki spesifikasi yang lebih baik, agar proses absensi dapat berjalan lebih

cepat. Dan scanner hendaknya diganti dengan alat yang lebih modern agar

lebih efektif seperti mesin fingerprint maupun Pemindai Retina

2. Untuk prosedur dalam Sistem Absensi ini dianjurkan agar diberi batasan jam

kerja sehingga masalah keterlambatan dapat di minimalisir.

3. Admin hendaknya mengambil tidak dari karyawan biasa. Tapi dari orang yang

mempunyai kemampuan dalam bidang IT. sehingga bila terjadi kesalahan

dalam sistem biasa mengatasinya.

4. Untuk penulis berikutnya yang akan melakukan penelitian dengan tema

serupa dengan penulis. Hendaknya menggunakan metode yang lebih baik lagi

dari skripsi ini.

.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Kadir. 2003. Pengenalan Sistem Informasi. Andi Offset. Yogyakarta.

Abdurrahman Fathoni. 2004. Metodologi Penelitian. Garut

Avin Fadilla Helmi. Desember 2002. Disiplin Kerja, Buletin Psikologi, Tahun IV,

Nomor 2 , Edisi khusus Ulang Tahun XXXII

Bambang S. Soedibjo, 2005, Pengantar Metode Penelitian. STIE – STMIK

ppppppPASIM:Bandung

Fahmi Natigor Nasution. Juni 2006. Jurnal Teknik Informatika Vol. 4, No 7

Flippo. Juli 2007. Displin Karyawn, No 27

Gomes, Faustino C. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Andi Offset

Yogyakarta

Hani, Handoko T. 2008. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.

BPFE : Yogyakarta

Jogiyanto. 2005. Analisis dan Desain Sistem Informasi. Andi.Yogyakarta.

Jogiyanto. 2005. Pengenalan Komputer. Andi Offset. Yogyakarta.

Malayu S.P. Hasibuan. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Pt Bumi

Aksara. Yogyakarta

Mathis, Robert L dan Jackson, John H. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia.

Salemba Empat : Jakarta

Prijodarminto, Soegeng. 2004. Disiplin Kiat Menuju Sukses. Pradnya Paramita :

Jakarta

Richard L. Swansboro, 2006. Absenteeism: At Issue in The American Workplace

vii
Riduan, Achmad Kuncoro Engkos. 2008. Analisis Jalur. Alfabeta. Bandung.

Roger S.Pressman, Ph.D 2002. Rekayasa Perangkat Lunak. Andi Yogyakarta

Sastrohadiwiryo, Siswanto. 2001. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia. Bumi

Aksara : Jakarta

Soedjono, 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Salemba Empat : Jakarta.

Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Kuantitatif , kualitatif dan R&D. Alfabeta :

Bandung

Teddy Nugraha. 2010. Sistem Informasi Absen Karyawan dan Penggajian.

printergemblong

Umi Narimawati. 2008. Metodologi Penelitian kualitatif dan kuantitatif: Teori

dan Aplikasi. Universitas Komputer Indonesia. Bandung.

Yapi Frido Muskita, Analisa Disiplin Kerja terhadap Prestasi Kerja pada AJB

Bumiputera 1912 Kantor Operasional Biak.

viii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Curriculum Vitae

DATA PRIBADI
Personal Details

Nama / Name : Andri Santoso


Alamat / Address : JL. Saluyu Indah XI No.17 Komp. Perumahan
Riung Bandung
Kode Post / Postal Code : 40296
Nomor Telepon / Phone : 085722173377
Email : romanceofandri88@gmail.com
Jenis Kelamin / Gender : Pria
Tanggal Kelahiran / Date of Birth : 29/07/1988
Status Marital / Marital Status : Belum Kawin
Warga Negara / Nationality : Indonesia
Agama / Religion : Islam

RIWAYAT PENDIDIKAN
Educational Qualification

Periode Sekolah / Institusi / Universitas Jurusan Jenjang IPK


Sistem
2006 - 2012 Universitas Komputer Indonesia S1 2,88
Informasi
2003 - 2006 SMA Negeri 12 IPS - -
2000 - 2003 SMP Negeri 31 - - -
1995 - 2000 SD Negeri Cisaranten Kidul - - -
1994 - 1995 TK Harapan - - -

Anda mungkin juga menyukai