Anda di halaman 1dari 78

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN TUGAS KESEHATAN KELUARGA DENGAN TINGKAT


STRESS PADA PASIEN STROKE DI RUMAH SAKIT PKU
MUHAMMADIYAH GAMPING YOGYAKARTA

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh


Derajat Sarjana Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh :
VERA RIZKIAH FARADILA
20150320080

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2018
HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL KTI

HUBUNGAN TUGAS KESEHATAN KELUARGA DENGAN TINGKAT


STRESS PADA PASIEN STROKE DI RUMAH SAKIT PKU
MUHAMMADIYAH GAMPING YOGYAKARTA

Disusun Oleh :
Vera Rizkiah Faradila
20150320080

Telah disetujui pada tanggal :


10 Desember, 2018

Dosen Pembimbing : Dosen Penguji :

Erfin Firmawati, S.Kep., Ns., MNS Dinasti Pudang B, M.Kep., Ns.,


Sp.Kep.Kom
NIK :19810708200710 173 080 NIK : 19870529201510 173
167

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, berkat limpahan Rahmat dan Karunia-

Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal Karya Tulis Ilmiah dengan

judul HUBUNGAN TUGAS KESEHATAN KELUARGA DENGAN STRESS

PADA PASIEN STROKE DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH

GAMPING YOGYAKARTA ini dengan tepat waktu. Proposal penelitian ini

bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan studi serta dalam

rangka memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Penulis menyadari dalam penyusunan proposal Karya Tulis Ilmiah ini

tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak, sehingga pada

kesempatan ini penulis hendak menyampaikan terima kasih yang setulus-tulusnya

kepada semua pihak yang telah memberikan perhatian moril maupun materil

sehingga proposal Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih

ini penulis tujukan kepada:

1. Dr. dr. Wiwik Kusumawati, M.kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

2. Shanti Wardaningsih, Ns.,M.Kep.,Sp.,Kep.Jiwa PhD selaku Ketua Program

Studi IlmuKeperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

3. Erfin Firmawati, S.Kep., Ns., MNS selaku dosen pembimbing yang telah

bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing, memberikan motivasi,

serta araha

iii
4. Teman-teman seperjuangan Program Studi Ilmu Keperawatan angkatan 2015

yang selalu membantu dan memberikan semangat.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal penelitian ini masih

banyak terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnann, untuk itu kritik serta

saran sangat penulis harapkan. Semoga proposal penelitian ini bisa bermanfaat.

Yogyakarta,

Vera Rizkiah Faradila

iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 9
D. Manfaat Penelitian ................................................................................... 9
E. Penelitian Terkait ..................................................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 13
A. Stroke ...................................................................................................... 13
1 Definisi Stroke. .................................................................................... 13
2. Klasifikasi Stroke ............................................................................... 14
3. Faktor Resiko Stroke .......................................................................... 16
4. Tanda dan Gejala Stroke ................................................................... 22
5. Komplikasi Stroke ............................................................................. 23
6. Penatalaksanaan Stroke ...................................................................... 24
B. Stres ....................................................................................................... 26
1. Definisi Stres ...................................................................................... 26
2. Tingkat Stres ....................................................................................... 26
3. Respon Stres Pada Tubuh ................................................................... 28
4. Penyebab Stres Pada Pasien Stroke ................................................... 29
C. Kerangka Teori ....................................................................................... 38
D. Kerangka Konsep ................................................................................... 39
E. Hipotesis ................................................................................................ 39
BAB III METODE PENELITIAN................................................................... 40

iii
A. Desain Penelitian .................................................................................... 40
B. Populasi dan Sampel Penelitian.............................................................. 40
C. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 42
D. Variabel Penelitian ................................................................................. 42
E. Definisi Operasional ............................................................................... 43
F. Instrumen Penelitian ............................................................................... 44
G. Uji Validitas dan Reabilitas .................................................................... 46
H. Tahapan Pengambilan Data .................................................................... 46
I. Pengolahan dan Analisa Data ................................................................. 48
J. Etika Penelitian ...................................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 51

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori ............................................................................. 38


Gambar 2.2 Kerangka Konsep ......................................................................... 39

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional ........................................................................ 43

iii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden


Lampiran 2 Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 3 Data Demografi Responden Penelitian
Lampiran 4 Kuesioner Perceived Stress Scale
Lampiran 5 Data Demografi Keluarga Responden
Lampiran 6 Kuesioner Tugas Kesehatan Keluarga

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stroke atau brain attack merupakan penyakit neuro

cerebrovaskular yang disebabkan oleh gangguan suplai darah ke otak

karena adanya sumbatan (ischemic) atau pecahnya pembuluh darah otak

(hemorrhagic) yang terjadi secara mendadak dan berlangsung selama 24

jam. Tersumbatnya pembuluh darah menyebabkan suplai oksigen dan

nutrisi ke otak terhambat sehingga mengakibatkan terjadinya kerusakan

pada jaringan otak (World Health Organization, 2018). Sekitar lebih dari

70% kasus stroke dengan jenis stroke iskemik (Fong, 2016).

Angka kejadian stroke di dunia masih tinggi yaitu sekitar 795.000

jiwa setiap tahun, serangan stroke pertama terjadi pada 610.000 jiwa dan

185.000 jiwa mengalami serangan stroke berulang (American Heart

Association, 2018). Kejadian stroke di Indonesia berdasarkan hasil riset

kesehatan dasar (Riskesdas, 2013) menunjukkan bahwa prevalensi stroke

sebanyak 57,9 % telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan. Prevalensi

stroke berdasarkan diagnosis pada penduduk umur ≥15 tahun menurut

Provinsi, Provinsi DI Yogyakarta berada diurutan kedua kejadian stroke

tertinggi di Indonesia yaitu 14,7% (Rikesdas, 2018). Berdasarkan profil

kesehatan tahun 2015 kota Yogyakarta, stroke berada diurutan ke empat

dengan jumlah penderita sebanyak 4.548 jiwa (Dinas Kesehatan

Yogyakarta, 2015).

iii
Tingginya angka kejadian stroke di Yogyakarta dapat didukung

dari data rumah sakit swasta yaitu RS PKU Muhammadiyah Gamping

Yogyakarta. Berdasarkan data di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah

Gamping Yogyakarta, didapatkan keseluruhan pasien stroke rawat jalan

dan rawat inap pada tahun 2016 berjumlah 894 pasien, tahun 2017

berjumlah 751 pasien, dan tahun 2018 sampai bulan Agustus tercacat 312

jumlah pasien stroke.

Stroke merupakan penyebab kematian global dalam 15 tahun

terakhir. Pasien stroke memiliki risiko kematian tertinggi pada minggu

pertama setelah kejadian stroke, dan antara 20% hingga 50% meninggal

dalam bulan pertama kejadian stroke tergantung pada jenis, tingkat

keparahan, morbiditas, dan efektivitas pengobatan. Terdapat 56,4 juta

kematian diseluruh dunia pada tahun 2015 dan terhitung 15 juta kematian

yang disebabkan oleh penyakit stroke (WHO, 2017).

Tingginya angka morbiditas pada pasien stroke menyebabkan

kenaikan angka mortalitas. Stroke juga menyebabkan berbagai macam

dampak bagi kesehatan. Dampak akibat stroke antara lain disphagia

(kesulitan menelan), aphasia (kesulitan berbicara), kesulitan melihat

dengan satu atau kedua mata, kesulitan berjalan, dan kebingungan.

Dampak stroke yang paling sering terjadi adalah kelemahan mendadak

atau mati rasa pada wajah, lengan, dan kaki yang terjadi pada satu sisi

tubuh (hemiparese), bahkan kelumpuhan pada satu bagian tubuh

(hemiplegia) (WHO, 2017).

iii
Kelumpuhan pada anggota badan dalam bentuk hemiparese

ataupun hemiplegia akan menyebabkan ketidakmampuan pada pasien

stroke dalam melaksanakan akifitas sehari-hari yang akan meningkatkan

ketergantungan pada pasien stroke (National Institute of Health, 2014).

Penelitian Kristiyawati dan Solechan (2011), didapatkan hasil yaitu

sebanyak 55% pasien stroke berada pada tingkat ketergantungan yang

parah. Kondisi tersebut dapat menyebabkan stres pada pasien stroke.

Penelitian yang dilakukan oleh Gabriela dan Fitria (2012) kepada 90

responden pasien stroke terdapat 71 responden (78,9%) yang mengalami

stres dengan kategori, 19 responden tidak stres, 30 responden stres ringan,

28 responden stres sedang, dan 13 responden stres berat. Studi

pendahuluan di RS PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta dengan

melakukan observasi yaitu berkeliling ke beberapa bangsal rawat inap

terdapat 10 pasien stroke, 5 pasien stroke terlihat murung, bersedih,

menangis, dan memberontak yang merupakan gejala dari stres.

Faktor lain yang dapat menyebabkan stres akibat hemiparese dan

hemiplegia antara lain kehilangan pekerjaan, kehilangan peran

dimasyarakat, kehilangan motivasi hidup, dan penurunan kemandirian

yang diakibatkan ketidakmampuan yang dialami pasien stroke (Afrina,

2017). Studi pendahuluan di RS PKU Muhammadiyah Gamping dengan

melakukan wawancara kepada 5 pasien stroke, 2 pasien stroke merasa

sedih atas penyakitnya karena tidak bisa melakukan pekerjaan yang

biasanya dikerjakan.

iii
Stres pada pasien stroke apabila tidak diatasi akan menyebabkan

pasien pasca stroke rentan mengalami stroke berulang karena adanya

peningkatan tekanan darah. Stres yang bersifat tetap dan terus menerus

akan mempengaruhi kelenjar adrenal dan tiroid dalam memproduksi

hormon adrenalin, tiroksin, dan kortisol yang secara signifikan akan

mempengaruhi pada sistem homeostatis (kemampuan beradaptasi).

Adrenalin yang terus bekerja secara berhubungan dengan sistem saraf

simpatis akan berpengaruh pada peningkatan tekanan darah sehingga akan

memperberat aterosklerosis (penyempitan arteri) yang dapat meningkatkan

faktor terjadinya stroke berulang (Sari, 2015).

Salah satu upaya yang dapat mengatasi stres pada pasien stroke

adalah bantuan perawatan dari keluarga. Keluarga merupakan unit

terpenting yang mempunyai peran utama dalam pemeliharaan kesehatan

anggota keluarga yang sakit (Friedman, 2010). Tugas keluarga terhadap

anggota keluarga yang sakit bersifat mendukung selama masa

penyembuhan, pemuliham, dan menjaga pasien stroke (Kaakinen et al,

2015). Studi pendahuluan di RS PKU Muhammadiyah Gamping dengan

wawancara kepada 5 pasien stroke, 3 pasien stroke tidak merasa sedih atas

penyakitnya dan menerima keadaanya karena keluarga selalu memberikan

motivasi, dukungan, merawat pasien, dan juga menemani pasien untuk

berobat.

iii
Keterlibatan keluarga penting dalam proses penyembuhan dan

rehabilitasi pasien stroke. Stroke merupakan penyakit kronik yang

membutuhkan perawatan yang relatif lama, sehingga keluarga mempunyai

peran dan tanggung jawab untuk memberikan perawatan yang dapat

mengoptimalkan kesehatan dan meningkatkan kualitas hidup pasien stroke

(Rahman, Dewi, & Setyopranto, 2017). Hal ini selaras dengan dengan

firman Allah SWT dalam Al-qur’an Surah Al-Maidah ayat 2 yang artinya :

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan


takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran,
dan bertakwalah kamu kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat berat
siksa-Nya”
Keluarga merupakan orang terdekat yang sangat mempengaruhi

kehidupan anggota keluarga yang lain (Andarmoyo & Sulistyo, 2012).

Keluarga diharapkan dapat menjalankan tugas kesehatan keluarga dengan

baik untuk mengoptimalkan kesehatan anggota keluarganya (Ahsan,

Kumboyono, & Faizah, 2018). Penelitian (Rahman, Dewi, &

Setyopranoto) menemukan hubungan dukungan informasi dan dukungan

penghargaan yang diberikan kepada pasien stroke dapat meningkatkan

kualitas hidup pasien stroke. Tugas kesehatan keluarga meliputi mengenal

masalah kesehatan, memutuskan tindakan yang tepat bagi keluarga,

memberikan perawatan terhadap keluarga yang sakit, memodifikasi

lingkungan untuk menjamin kesehatan keluarga, dan menggunakan

pelayanan kesehatan (Friedman, 2010).

iii
Tugas kesehatan keluarga yang pertama yaitu mengenal masalah

kesehatan keluarga yang merupakan dasar untuk meningkatkan kualitas

kesehatan pada pasien stroke. Stroke adalah penyakit yang terjadi secara

tiba-tiba sehingga keluarga perlu mengetahui tentang penyakit stroke

meliputi tanda gejala, faktor Risiko, dan dampak yang dapat ditimbulkan

oleh penyakit stroke (Satrianto, 2009) Keluarga yang tidak dapat

memahami serta mengetahui keadaan pasien stroke akan gagal dalam

mengatasi masalah kesehatan yang dialami oleh pasien stroke (Hayulita &

Sari, 2014). Berdasarkan studi pendahuluan dengan melakukan wawancara

kepada 10 keluarga pasien stroke, 4 keluarga mengatakan belum

mengetahui tentang penyakit stroke karena 3 keluarga dengan pasien yang

baru mengalami stroke dan 1 keluarga yang sudah mengalami stroke tapi

tidak melakukan tugas kesehatan keluarga dengan baik disebabkan oleh

ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan pada

anggota keluarga yang mengalami stroke.

Tugas kesehatan keluarga yang kedua yaitu mengambil keputusan

untuk melakukan tindakan mengenai masalah kesehatan keluarga.

Pengambilan keputusan sehubungan dengan sikap yang harus dilakukan

keluarga terhadap pasien stroke anatara lain keputusan yang harus diambil

bila pasien stroke mengalami serangan stroke, dan kemampuan keluarga

dalam mengatasi masalah kesehatan pada pasien stroke (Satrianto, 2009).

Tugas kesehatan keluarga yang ketiga adalah memberikan

perawatan yang merupakan fungsi utama keluarga. Pasien stroke tentu

iii
memerlukan perawatan terhadap dampak penyakit stroke seperti

ketidakmampuan pada pemenuhan kebutuhan individunya. Tugas

kesehatan keluarga diharapkan dapat memberikan perawatan pada pasien

stroke agar kebutuhan perawatannya terpenuhi seperti membantu dalam

pemenuhan aktvitas pasien stroke sehari-hari (Satrianto, 2009).

Tugas kesehatan keluarga yang keempat adalah menciptakan

lingkungan yang aman dan nyaman untuk pasien stroke. Kondisi pasien

stroke yang mengalami perubahan motorik, mental, dan gangguan

emosional membutuhkan modifikasi lingkungan yang baik seperti

memberikan kenyamanan dan menghindari dari cidera jatuh sehingga

dapat meningkatkan derajat kesehatan pasien stroke (Satrianto, 2009).

Berdasarkan studi pendahuluan dengan melakukan wawancara kepada 10

keluarga pasien stroke, 7 keluarga mengatakan bahwa pasien stroke

mengalami stroke berulang karena pasien terjatuh yang disebabkan oleh

kurangnya perhatian keluarga dalam menciptakan lingkungan yang aman

dan nyaman kepada pasien stroke.

Tugas kesehatan keluarga yang kelima yaitu memanfaatkan

fasilitas kesehatan. Kemampuan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas

pelayanan kesehatan dimana keluarga memahami keuntungan yang

diperoleh dari fasilitas kesehatan, tingkat kepercayaan keluarga terhadap

petugas kesehatan dan fasilitas kesehatan terjangkau oleh keluarga

(Setiadi, 2008). Peran keluarga terhadap pasien stroke adalah mendorong

pasien stroke untuk berkunjung ke fasilitas kesehatan terdekat untuk

iii
mendapatkan pelayanan kesehatan, melakukan kontrol kesehatan rutin

untuk menghindari Risiko stroke berulang (Satrianto, 2009). Penelitian

Kurniawan (2013), didapatkan hasil penelitian yaitu sebagian besar pasien

stroke yang mempunyai dukungan keluarga yang tinggi dapat

meningkatkan kepatuhan pada pasien stroke. Bentuk dukungan keluarga

yang diberikan antara lain, mengingatkan untuk selalu mengikuti

rehabilitas fisik, menyakinkan untuk selalu patuh melakukan program

rehabilitas fisik dan mengantarkan klien ke pelayanan kesehatan untuk

mengikuti rehabilitas fisik.

Tugas kesehatan keluarga sangat penting untuk meningkatkan

kualitas kesehatan pada pasien stroke. Beberapa penelitian sebelumnya

menunjukan bahwa tugas kesehatan keluarga belum terlaksana dengan

baik. Penelitian Hayulita dan Desti (2014), kepada 52 responden

didapatkan hasil penelitian yaitu 27 pasien stroke mengalami depresi

dengan dukungan keluarga yang tidak baik dan 13 pasien stroke yang tidak

depresi dengan dukungan keluarga yang baik. Kebanyakan pasien dengan

penyakit stroke merasa hidup mereka tidak berguna lagi karena kurangnya

perhatian dari keluarga (Safitri, 2016).

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakkan

penelitian tentang hubungan tugas kesehatan keluarga dengan tingkat stres

pada pasien stroke di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping

Yogyakarta.

iii
B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan

tugas kesehatan keluarga dengan tingkat stres pada pasien stroke di rumah

sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta?.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan tugas kesehatan keluarga dengan tingkat

stres pada pasien stroke di rumah sakit PKU Muhammadiyah

Yogyakarta.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui data demografi pasien dan keluarga.

b.Mengetahui pelaksanaan tugas kesehatan keluarga dalam perawatan

pasien stroke.

c. Mengetahui tingkat stres pada pasien stroke.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Ilmu Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk institusi

pendidikan sebagai bahan acuan dan informasi mengenai hubungan

tugas kesehatan keluarga dengan stres pada pasien stroke.

2. Bagi Keluarga

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada

keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan penyakit stroke agar

iii
dapat melaksanakan tugas kesehatan keluarga yang baik dalam

melakukan perawatan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga.

3. Bagi Perawat

Peneliian ini diharapkan dapat menambah informasi mengenai

tugas kesehatan keluarga keluarga dalam merawat pasien stroke dan

mengaplikasikannya dikehidupan nyata dengan memberikan edukasi

yang benar terhadap keluarga yang mederita stroke.

4. Bagi Peneliti Selanjunya

Penelitian ini diharapkan dapat dikembangkan dengan melakukan

intervensi kepada kelurga yang memiliki anggota dengan penyakit

stroke agar paham dalam melakukan perawatan pada penderita stroke,

dan memahami hal-hal yang dibutuhkan oleh penderita stroke seperti

pelaksanaan tugas kesehatan keluarga.

E. Penelitian Terkait

1. Penelitian oleh Romi Kurniawan (2013) dengan judul penelitian

“Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Rehabilitasi Fisik

Pasien Stroke Di RSUD Kota Yogyakarta”. Metode penelitian yang

digunakan adalah non eksperimen dengan metode kuantitatif dan

dengan desain penelitian cross-sectional. Jumlah sample sebanyak 47

responden yang diambil melalui teknik sampling ialah accidental

sampling. Pada hasil penelitian ini didapatkan bahwa terdapat

hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan rehabilitasi pasien

stroke di RSUD Kota Yogyakarta dengan hasil uji statistik korelasi

iii
Spearman Rho didapatkan nilai signifikan sebesar 0,001 (p<0,05).

(Kurniawan, 2013) Persamaan dengan penelitian ini adalah

menggunakan metode penelitian korelasi cross-sectional serta

menggunakan instrumen yaitu Kuesioner, kemudian perbedannya

terletak pada variabel independen yang digunakan pada penelitian

tersebut yaitu dukungan keluarga sedangkan pada penelitian ini

variabel independennya adalah tugas kesehatan keluarga. Kemudian,

variabel dependen yang digunakan pada penelitian terebut adalah

kepatuhan sedangkan penelitian ini vaiabel dependennya adalah stres.

2. Penelitian oleh Fadilla Nur Safitri, dkk (2016) dengan judul penelitian

“Risiko Stroke Berulang Dan Hubungan Dengan Pengetahuan Dan

Sikap Keluarga”. Desain penelitian ini menggunakan desain deskriptif

korelasi dengan jumlah sampel 59 orang yang diambil menggunakan

desain purposive sampling. Tujuan penelitian ini yaitu untuk melihat

adakah hubungan antara pengetahunan dan sikap keluarga tentang

perawatan pasien stroke di rumah dengan kejadian stroke berulang.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini berdasarkan hasil uji sperman

rank yaitu tidak ada hubungan antara pegetahuan dan sikap keluarga

terhadap kejadian stroke berulang (Safitri, Agustina, & Amrullah,

Resiko Stroke Berulang Dan Hubungannya Dengan Pengetahuan Dan

Sikap Keluarga, 2016). Perbedaan dengan penelitian ini adalah dilihat

dari sikap keluarga yang merawat pasien stroke. Pada penelitian

tersebut melihat perawatan keluarga di rumah dengan kejadian stroke

iii
berulang, sedangkan pada penelitian ini melihat perawatan keluarga

yaitu tugas kesehatanmkeluarga di rumah sakit ataupun di rumah

terhadap stres pada penderita stroke.

3. Penelitian oleh Anang Satrianto (2009) dengan judul “Hubungan

Antara Tugas Kesehatan Keluarga Dengan Pemenuhan Kebutuhan

Perawatan Lanjut Usia Dengan Stroke”. Desain penelitian ini

menggunakan studi deksripif analitik dengan pendekatan waktu cross

sectional dengan jumlah sampel sebanyak 16 orang. Tujuan

penelitian ini yaitu melihat adanya hubungan antara tugas kesehatan

keluarga dengan pemenuhan kebutuhan perawatan usia lanjut dengan

stroke. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini berdasarkan uji

kolerasi spearman rank yaitu terdapat hubungan pelaksanaan tugas

kesehatan keluarga dengan pemenuhan kebutuhan perawatan lansia

dengan stroke. Persaman dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

pelaksanaan tugas kesehatan keluarga dengan stroke. Sedangkan

Perbedaan dengan penelitian tersebut adalah penelitian ini lebih fokus

untuk melihat stres yang terjadi pada pasien stroke.

iii
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Stroke

1. Definisi Stroke

Stroke atau biasa disebut dengan brain attack (serangan otak),

terjadi ketika sesuatu menghalangi aliran darah ke bagian otak atau

ketika pembuluh darah ke bagian otak pecah (Stroke Association,

2017). Stroke dapat menyebabkan kerusakan otak yang berlangsung

lama, kecacatan jangka panjang, bahkan kematian. Otak membantu

mengendalikan gerakan tubuh, ingatan, dan juga merupakan sumber

dari pikiran, emosi, dan bahasa. Otak juga mengendalikan banyak

fungsi tubuh seperti pernafasan dan pencernaan. Otak dapat berfungsi

dengan baik jika mendapatkan oksigen. Berat otak hanya mencapai 2%

dari berat badan, namun membutuhkan 20% oksigen. Stroke dapat

terjadi karena terganggunya hal-hal yang dikendalikan oleh otak

disebabkan oleh oksigen yang dialirkan darah ke otak terhambat

(Centers for Disease Control and Prevention, 2018).

Stroke merupakan gangguan fungsi otak yang berlangsung lebih

dari 24 jam yang disebabkan oleh terhambatnya suplai darah ke otak

Dampak yang disebabkan oleh stroke tergantung pada bagian otak

mana yang terganggu dan seberapa parah pengaruhnya. Penyakit stroke

yang sudah parah dapat menyebabkan kematian mendadak pada pasien

stroke (WHO, 2018).


2. Klasifikasi Stroke

a. Stroke Iskemik

Stroke iskemik adalah jenis stroke yang paling umum. Stroke

iskemik terjadi ketika arteri (pembuluh darah) ke otak terhalang.

Stroke iskemik terdiri dari dua jenis yaitu stroke emboli dan stroke

trombosis. Pada stroke emboli, gumpalan darah atau plak biasanya

terdapat pada jantung atau arteri besar yang menuju ke otak, dan

kemudian bergerak melalui aliran darah ke otak. Bekuan darah yang

memblok pembuluh darah ke otak, akan menyebabkan stroke. Stroke

trombosis adalah gumpalan darah yang terbentuk di dalam arteri

yang memasok darah ke otak. Bekuan darah yang terjadi pada stroke

trombosis terjadi di tempat lain selain di otak itu sendiri. Large

vessel trombosis merupakan jenis stroke trombosis yang paling

umum, hal ini disebabkan oleh kombinasi atherosclerosis yang

diikuti oleh pembentukan bekuan darah yang cepat (National Stroke

Association, 2014).

Sekitar 82% stroke merupakan stroke iskemik.

Penggumpalan darah yang bersirkulasi melalui pembuluh darah

merupakan penyebab utama stroke iskemik (Lingga, 2013). Stroke

iskemik sering terjadi pada usia 50 tahun atau lebih serta terjadi pada

malam dan pagi hari yang diakibatkan karena trombosis (proses

koagulasi dalam pembuluh darah yang menghambat aliran darah)

iii
dan emboli (aliran darah yang terhambat akibat benda asing) pada

pembuluh darah otak (Batticaca, 2008).

b. Stroke Hemoragik

Stroke hemoragik tejadi ketika pembuluh darah di otak

mengalami pendarahan sehinggan akan menyebarkan darah ke

dalam atau ke sekitar otak. Tekanan darah yang tinggi dan

aneurisma (dinding pembuluh darah yang tipis) dapat membuat

pembuluh darah dengan mudah untuk mengalami kebocoran

sehingga terjadi pendarahan. Stroke hemoragik terdiri dari

Intracerebral Hemorrhage (ICH) dan Subarachnoid Hemorrhage

(SAH). ICH adalah rembesan darah yang secara spontan dan

mendadak masuk ke dalam parenkim otak yang bukan disebabkan

karena trauma. Angka kejadian stroke pendarahan intraserebral

berkisar 12-15 per 100.000 penduduk per tahun. ICH sering terjadi

karena faktor peningkatan tekanan darah. Kenaikan tekanan darah

dapat menginduksi pecahnya pembuluh darah di otak, sehingga jika

pembuluh darah itu pecah akan menyebabkan pendarahan dan

menyebabkan kerusakan pada sel-sel otak. SAH adalah jenis stroke

hemoragik yang terajdi di area antara otak dan jaringan yang

menutupi otak atau yang dikenal dengan subarachnoid. SAH sering

disebabkan oleh pecahnya aneurisma. Penyebab lainnya adalah

cedera kepala, malforasi vena, gangguan pendarahan, dan cedera

kepala. (NSA, 2018)

iii
Stroke hemoragik terjadi karena terdapat pendarahan di otak

akibat adanya pembuluh darah yang pecah. Sering terjadi pada usia

20-60 tahun serta terjadi setelah beraktivitas fisik atau karena

psikologis (mental) yang diakibatkan oleh perdarahan intraseberal

dan perdarahan subarakhnoid (Batticaca, 2008). Selain dari dua

klasifikasi di atas, terdapat jenis stroke yang lain yaitu Transient

Ischemic Attack (TIA). TIA sering disebut dengan mini stroke atau

lebih tepatnya episode stroke sementara. Penyumbatan bersifat

jangka pendek karena bekuan darah dapat terlepas dengan

sendirinya sehingga gejala stroke dapat berhenti dan membaik

selama 24 jam. TIA adalah tanda peringatan penting yang

menandakan terjadinya stroke lebih lanjut yang dapat

menyebabkan kecatatan bahkan kematian. Seperti kebanyakan

stroke, TIA disebabkan oleh gumpalan atau sumbatan di otak.

Gejalanya mirip dengan stroke iskemik, tetapi TIA biasanya

berlangsung selama lima menit. Ketika TIA berakhir, penyumbatan

khusus itu biasanya tidak menyebabkan cedera permanen pada otak

(AHA, 2018).

3. Faktor Risiko Stroke

Faktor risiko stroke secara umum terbagi menajdi faktor risiko

yang tidak dapat dimodifikasi dan faktor risiko yang dapat

dimodifikasi.

iii
a. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi

Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi berupa karakteristik

atau sifat pada seseorang yang dapat meningkatkan kemungkinan

berkembangnya suatu penyakit tertentu. Faktor risiko yang tidak

dapat dimodifikai merupakan karakterisitik pasien yang tidak dapat

diuah meliputi :

1) Usia

Penelitian yang dilakukan oleh Dinata, Safrita, dan Sastri

(2013), pada umunya stroke lebih banyak terjadi pada usia di atas

50 tahun. Bertambahnya usia lebih cenderung berisiko terserang

penyakit karena kondisi tubuh yang mulai menurun serta pola

hidup yang berubah. Hampir setiap orang di atas umur 40 tahun

mengalami atherosclerosis yang dapat meningkatkan faktor risiko

stroke. Risiko stroke meningkat seiring bertambahnya usia, lebih

dari 70% stroke terjadi di atas 65 tahun (Kelly, 2011).

2) Jenis Kelamin

Wanita lebih banyak menderita stroke setiap tahun daripada

pria pada usia lanjut. Setiap tahun sekitar 55.000 wanita

mengalami stroke. Pada usia yang lebih muda, kejadian stroke

lebih tinggi pada pria dibandingkan wanita karena peranan

estrogen sangat membantu dalam melindungi wanita dari

serangan penyakit pembuluh darah, tetapi kejadian stroke pada

wanita akan meningkat setelah usia mencapai menopause (AHA,

iii
2017). Penelitian Laily (2017), menunjukan bahwa pada usia

dewasa awal, stroke lebih banyak terjadi pada laki-laki yaitu

sebesar 75% diandingkan perempuan dengan hasil 61,4 %. Laki-

laki memiliki hormon testoteron yang bisa meningkatkan kadar

LDL atau lemak darah, apabila LDL tinggi akan meningkatkan

kadar kolestrol dalam darah yang akan meningkatkan risiko

penyakit degeneratif.

3) Keturunan atau genetik

Telah lama diketahui bahwa keturunan atau genetik dapat

berkontribusi 50% meningkatkan stroke dimasa depan. Sehingga

seseorang yang memiliki hubungan darah yang dekat dengan

orang yang menderita stroke akan memiliki risiko tinggi utnuk

mengalami stroke (AHA, 2017). Keturunan dari penderita stroke

yang juga mempunyai riwayat hipertensi diketahui dapat

menyebabkan perubahan pada pembuluh darah yaitu tidak

berfungsinya lapisan dinding pembuluh darah sehingga dapat

memicu terjadinya aterosklerosis yang merupakan penyebab

terjadinya stroke. Gen seseorang yang mengalami stroke sangat

berpengaruh terhadap keturunannya (Sari, 2015)

4) Ras atau warna kulit

Penduduk Amerika yang besaral dari Afrika (berkulit

hitam) memiliki risiko terkena stroke lebih besar dibandingkan

dengan orang ras kaukasoid (berkulit putih) (NSA, 2014). Orang

iii
Afrika Amerika yang berkulit hitam memiliki risiko kematian dan

kecacatan akibat stroke lebih tinggi dibandingkan dengan kulit

putih. Warna negara Afrika Amerika sering memiliki tekanan

darah tinggi yang dapat mencetus terjadinya stroke (Stroke

Association, 2017).

b. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi

Faktor risiko yang dapat dimodifikasi terdiri dari tingkatan

pertama dan kedua. Tingkat pertama faktor risiko stroke yang

dapat dimodifikasi diurutkan berdasarkan banyaknya kejadian yang

dapat menyebabkan stroke yaitu hipertensi, diabetes melitus, dan

merokok. Tingkatan kedua yaitu terdiri dari displidemia, alkohol,

obesitas, dan kurang olahraga (Williams, et al., 2010). Faktor

tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1) Tekanan darah tinggi

Tekanan darah tinggi merupakan faktor risiko utama untuk

stroke. Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan jantung

memompa lebih keras untuk menyalurkan darah ke seluruh tubuh,

sehingga dapat menyebabkan lemahnya pembuluh darah dan

merusak organ tubuh yang utama seperti otak yang meningkatkan

faktor terjadinya stroke (NSA, 2014). Penatalaksanaan hipertensi

dapat dilakukan dengan obat-obatan ataupun dengan cara

modifikasi gaya hidup seperti membatasi asupan garam (6

gram/hari), berolahraga, menurunkan berat badan, menghindari

iii
minuman berkafein, rokok, dan minuman beralkohol sehingga

tekanan darah dapat terkonrol dan meminimalisir terjadinya

stroke (InfoDatin, 2014).

2) Diabetes melitus

Hubungan stroke dengan diabetes melitus terdapat pada

mekanisme tubuh dalam menghasilkan energi. Sebagian besar

makanan yang kita makan akan diproses menjadi glukosa unutk

menghasilkan energi. Glukosa masuk ke dalam aliran darah dan

bergerak ke sel-sel di seluruh tubuh. Agar glukosa benar-benar

masuk ke sel-sel tubuh, dibutuhkan hormon yang disebut dengan

insulin yang dihasilkan oleh pankreas dalam jumlah yang tepat.

Orang dengan diabetes, pankreas tidak dapat memproduksi

insulin dalam jumlah yang normal sehingga orang diabetes

memiliki banyak glukosa pada peredaran darahnya. Glukosa

dapat menyebabkan peningkatan deposit lemak dan terjadi

penggumpalan pada bagian dalam dinding pembuluh dara serta

mempersempit bahkam memblokir pembuluh darah otak atau

leher sehingga menghentikan oksigen ke otak dan menyebabkan

stroke (NSA, 2013). Penatalaksaan bagi seseorang yang memiliki

penyakit diabetes melitus yaitu menghidari resiko yang dapat

memperparah status diabetes dan mengikuti program manajemen

diabetes yang baik yaitu menjaga berat badan ideal, melakukan

aktifitas fisik, patuh terhadap diet bagi penderita dm, dan tidak

iii
merokok sehingga dapat menghindari potensi terjadinya stroke

pada penderita dm (InfoDatin, 2014).

3) Merokok

Asap tembakau mengandung lebih dari 7.000 bahan kimia

beracun antara lain karbon monoksida, formalin, arsen, dan

sianida. Bahan kimia ini akan ditransfer dari paru-paru ke dalam

aliran darah dan merusak sel di seluruh tubuh. Perubahan yang

diakibatkan bahan kimia dari rokok tersebut akan meningkatkan

Risiko stroke. Asap rokok dapat mempengaruhi kadar kolestrol

tubuh. Kolestrol merupakan zat yang penting bagi tubuh, tetapi

jika dalam jumlah yang banyak dapat menyebabkan penyakit

jantung dan stroke. Merokok dapat mengurangi jumlah kolestrok

baik yang disebut dengan HDL dan meningkatkan jumlah

kolestrol jahat yang disebt LDL. Disaat tubuh memiliki sedikit

kolestrol baik akan meningkatkan faktor risiko stroke. Bahan

kimia dalam asap rokok juga dapat meningkakan pembentukan

bekuan darah yang akan menyebabkan atherosclerosis yaitu suatu

kondisi dimana arteri menyempit dan mengurangi aliran darah

menuju ke otak sehingga menyebabkan stroke (Stroke

Association, 2017).

4) Disliplidemia

Kolestrol yang tinggi yaitu displidemia sangat berkontribusi

terhadap penyakit pembuluh darah yang sering menyebabkan

iii
stroke. Ada dua jenis kolestrol dalam tubuh yang terdiri dari Low

Density Lipoprotein (LDL) atau sering disebut dengan kolestrol

baik dan High Density Lipoprotein (HDL) atau sering disebut

dengan kolestrol jahat. Semakin banyak HDL didalam tubuh,

akan menginduksi terjadinya atherosclerosis yang pada akhirnya

akan menyebabkan stroke (Stroke Fundation, 2018).

5) Alkohol

Seorang yang mengalami stroke akan lebih rentan terhadap

efek negatif yang ditimbulkan oleh alkohol. Mengonsumsi

alkohol dalam jumlah yang banyak sangat meningkatkan risiko

untuk mengalami stroke berulang dan memperparah kondisi

stroke. Alkohol berkontribusi terhadap sejumlah kondisi medis

yang merupakan fakor risiko stroke seperti tekanan darah tinggi,

diabetes melitus, obesitas, dan kerusakan hati yang merupakan

penyebab terjadinya stroke (Stroke Association, 2014).

6) Obesitas

Obesitas dapat meningkatkan risiko stroke karena adanya

peradangan yang disebabkan oleh jaringan lemak berlebih

sehingga menyebabkan kesulitan dalam peredaran darah serta

meningkatkan faktor risiko terjadinya penyumbatan pada

pembuluh darah ke otak yang pada akhirnya dapat menyebabkan

stroke. Kelebihan berat bada dapat meningkatkan tekanan darah

tinggi dan penyakit jantung yang akan memperbesar peluang

iii
untuk terjadinya stroke. Kelebihan jaringan lemak telah terbukti

memiliki hubungan yang signifikan dengan risiko stroke

(Obesity Action Coalition, 2018).

7) Kurang olahraga

Kurang berolahraga akan meningkatakn risiko tekanan

darah tinggi, kolestrol darah tinggi, diabetes, penyakit jantung,

dan stroke. Aktifitas fisik khusunya olahraga sangat penting

untuk menjaga kesehatan serta kebugaran tubuh. Manfaat dari

olahraga tersebut antara lain dapat mengoptimalkan oksigen

dalam tubuh, menurunkan asam lemak, efisiensi glukosa,

menurunkan tekanan darah, menunrunkan potensi gangguan

irama jantung, menurunkan LDL serta kolestrol, dan

meningkatkan kadar HDL yang dapat mengindari tubuh dari

segala macam penyakit khusunya stroke (Stroke Fundation,

2018).

4. Tanda dan Gejala Stroke

Pentingnya mengetahui tanda dan gejala stroke secara dini, akan

memberikan peluang besar untuk menyelamatkan hidup dari stroke.

Tanda dan gejala stroke pada wanita dan pria sama yaitu mati rasa

tiba-tiba atau kelemahan di wajah, lengan, atau kaki, terutama disatu

sisi tubuh, kesulitan berbicara, atau kesulitan memahami ucapan.

Tiba-tiba kesulitan melihat pada satu atau kedua mata, kesulitan pada

saat berjalan, pusing, kehilangan keseimbangan, atau kurangnya

iii
koordinasi, dan mengalami sakit kepala berat mendadak tanpa sebab

yang diketahui (Centers for Disease Control and Prevention, 2018).

Tanda dan gejala stroke dapat diketahui dengan menggunakan

singkatan “FAST” yaitu Face drooping, Arm weakness, Speech

Dificulty, dan Time to call 911. Face dropping (wajah tidak simetris)

yaitu pada saat tersenyum separuh wajah tampak susah digerakan.

Arm weakness (kelemahan lengan) yaitu pada saat mengangkat kedua

lengan akan merasa lemah. Speech Dificulty (kesulitan berbicara)

yaitu pada saat berbicara kesulitan dalam mengutarakan kata-kata atau

pelo, dan yang terakhir yaitu Time to call 911 (menghubungi 911)

dengan tidak menunda pengobatan ke rumah sakit (American Stroke

Association , 2018).

5. Komplikasi Stroke

Stroke dapat menyebabkan beberapa dampak jika tidak ditangani

dengan baik. Berikut beberapa komplikasi yang dapat ditimbulkan

oleh stroke.

a. Gangguan fungsi kognitif

Penelitian Hanas, Lestari, & Asni (2016) sebagian besar

pasien pasca stroke akan mengalami gangguan fungsi kognitif.

Stroke terjadi akibat adanya proses penyumbatan pada pembuluh

darah serebral dan pecahnya pembuluh darah sehingga

menyebabkan timbulnya lesi di otak. Lesi tersebut akan

mengakibatkan penurunan jumah darah yang mengalir serta

iii
mengangkut oksigen dan glukosa yang penting dalam proses

metabolisme oksidatif di otak. Gangguan kognitif pasca stroke

merupakan salah satu komplikasi stroke yang dapat terjadi.

Gangguan kognitif yang terjadi biasanya berupa kehilangan

memori, penurunan perhatian, konsentrasi, dan bahasa.

b. Hemiplegia

Hemiplegia atau kelumpuhan salah satu sisi tubuh sering

terjadi setelah mengalami cedera otak terutama diakibatkan oleh

stroke. Hemiplegia merupakan penyebab kecacatan jangka panjang

utama pada pasien stroke sehingga kondisi ini membuat penderita

kesulitan dalam melakukan aktifitas sehari-hari (Stroke Fundation,

2013).

c. Hemiparesis

Hemiparesis merupakan kelemahan pada satu sisi tubuh.

Kelamahan disatu sisi dapat terjadi pada lengan, tangan, kaki, dan

otot wajah. Jika terjadi kelemahan pada satu sisi tubuh maka akan

mengalami kesulitan dalam melakukan aktifitas sehari-hari seperti

makan, berdandan, dan menggunakan kamar mandi, hilangnya

keseimbangan, kesulitan berjalan, dan gangguan untuk menangkap

objek. Stroke akan mempengaruhi kelemahan pada satu sisi tubh

tergantung pada lokasi otak yang terganggu. Cedera pada sisi kiri

otak yang mengontrol bahasa dan berbicara akan menyebabkan

kelemahan pada sisi kanan tubuh. Sebaliknya, cedera pada sisi

iii
kanan otak yang mengontrol komunikasi nonverbal dan perilaku

akan menyebabkan kelemahan pada sisi kiri tubuh (NSA, 2018).

6. Penatalaksanaan Stroke

Penatalaksaan stroke menurut (NSA, 2014)

a. Obat trombolitik (fibrinolitik)

Obat trombolitik (fibrinolitik) membantu mengembalikan

aliran darah ke otak dengan melarutkan gumpalan yang

menghalangi alirah darah. Terapi trombolitik sering digunakan

sebagai pengobatan darurat untuk melarutkan gumpalan darah yang

terbentuk di arteri yang menyalurkan nutrisi ke jantung dan otak,

Terapi trombolitik harus diberikan secepat mungkin agar hasilnya

efektif.

b. Aktivator jaringan plasminogen (tPA)

Aktivator jaringan plasminogen adalah enzim yang ditemukan

secara alami di dalam tubuh yang mengubah atau mengaktifkan

plasminogen menjadi enzim lain untuk melarutkan gumpalan

darah. Dokter dapat memberikannya kepada pasien dengan intra

vena (IV) untuk mempercepat pelarutan gumpalan. tPA harus

diberikan dalam waktu tiga jam dari waktu pertama kali gejala

dimulai.

c. The merci retrieval system

Merci Retrieval System disetujui oleh Food and Drug

Administration (FDA) atau badan pengawas obat dan makanan

iii
Amerika Serikat pada tahun 2004 untuk pasien yang tidak

memenuhi syarat untuk IV-tPA atau gagal dalam menanggapi IV-

tPA. Sistem ini berupa alat yang berbentuk botol kecil yang bekerja

dengan melilitkan gumpalan dan menjebaknya. Bekuan darah

kemuadian diambil dan dikeluarkan dari tubuh.

d. Sistem penumbra

Sistem ini membantu mengembalikan aliran darah di dalam

atau di sekitar pembuluh darah yang tersumbat setelah stroke

iskemik. Sistem ini juga membantu memulihkan aliran darah otak

dengan menggunakan penghisapan untuk mengambil gumpalan

darah di otak. Sistem penumbra efektif jika digunakan dalam waktu

delapan jam sejak gejala stroke dimula

B. Stres

1. Definisi Stres

Stres adalah suatu keadaan ketegangan yang menimbulkan

adanya ketidakseimbangan fisik, sehingga mempengaruhi emosi,

proses berpikir, dan kondisi seseorang. Orang yang mengalami stres

bisa merasakan kekhawatiran kronis dan juga menyebabkan tekanan

pada tubuh atau mental yang dapat menjadi faktor tumbuhnya

penyakit (Hidayat, 2016). Stres sering diartikan sebagai pesaraan

khawatir dan dapat mempengaruhi seseorang dari segala usia, jenis

kelamin dan keadaaan yang dapat menyebabkan timbulnya masalah

iii
kesehatan fisik dan psikologis (American Psychological Association,

2018)

2. Tingkat Stres

a. Stres Normal

Stres normal adalah stres yang bisa berkontribusi positif.

Jumlah stres yang cukup atau normal sangat perlu karena bisa

mengaktifkan kinerja otak (Gaol, 2016). Schwabe dan Wolf (2012)

menemukan bahwa stres bisa menyebabkan berfungsinya beberapa

sistem memori pada otak manusia. Stres normal merupakan bagian

alamiah dari kehidupan misalnya kelelahan setelah mengerjakan

tugas dan takut tidak lulus ujian.

b. Stres Ringan

Stres ringan adalah bentuk stres yang paling umum dan dapat

muncul dalam kehidupan siapapun. Stres ringan tidak merusak

aspek fisiologis dari seseorang dan sangat bisa diobati atau dikelola

jika tidak dialami terus menerus. Gejala yang paling umum adalah

gangguan emosional berupa kombinasi kemarahan atau lekas

marah, kecemasan dan depresi. Respon tubuh sementara

menyebabkan peningkatan tekanan darah, detak jantung yang

cepat, telapak tangan berkeringat, palpitasi jantung, pusing, sakit

kepala migrain, tangan atau kaki dingin, sesak napas dan nyeri

dada yang terjadi dalam hitungan menit atau jam (American

Pyschological Association, 2018).

iii
c. Stres Sedang

Stres sedang dapat diakibatkan oleh perginya orang

terdekat, harapan yang belum tercapai, akibat beban kerja, dan

merasa khawatir tanpa henti. Seorang yang mengalami stres tingkat

sedang akan lebih mudah marah karena hal sepele, sulit bersantai,

mudah kesal, sulit beristirahat, gelisah, dan mudah tersinggung.

Gejala yang dapat ditimbulkan oleh stres sedang anatar lain sakit

kepala, migrain, hipertensi, nyeri dada, dan penyakit jantung yang

dpaat berlangsung selama beberapa hari (APA, 2018).

d. Stres Berat

Stres berat dapat diakibatkan oleh faktor ekonomi,

disfungsional keluarga, terjebak dalam pernikahan yang tidak

diinginkan atau dalam pekerjaan yang tidak disukai. Stres berat

membuat seseorang tidak pernah melihat jalan keluar dari suatu

masalah yang akan menyebabkan tekanan yang tak henti-hentinya

terjadi dalam kehidupan individu sehingga menyerah untuk

mencari solusi. Stres kronis dapat membuat seseorang melakukan

tindakan yang tidak diinginkan seperti bunuh diri (APA, 2018).

e. Stres Sangat Berat

Stres sangat berat merupakan situsi kronis yang terjadi

dalam beberapa bulan dengan kurun waktu yang tidak dapat

ditentukan. Biasanya ditemukan kepada seseorang yang hidup

cenderung pasrah dan tidak memiliki motivasi untuk hidup.

iii
Seseorang dalam tingkat stres ini biasaynya teridentifikasi

mengalami depresi berat kedepannya (Psychology Fundation Of

Australia, 2010)

3. Respon Stres pada Tubuh

Stres dapat mempengaruhi perilaku dan faktor risiko penyakit

jantung seperti kenaikan tekanan darah dan kolesrol yang akan

memperburuk kondisi stroke. Respon tubuh terhadap stres adalah sakit

kepala, sakit punggung, atau sakit perut. Stres juga dapat

menghasilkan energi, mengacaukan tidur, dan membuat gelisah.

Sehingga situsi stres dapat memicu serangakian kejadian. Tubuh

melepas adrenalin, hormon yang secara sementara menyebabkan

pernapasan dan detak jantung menjadi cepat dan tekanan darah

meningkat. Reaksi-reaksi ini mempersiapkan tubuh untuk menghadapi

ancaman dengan respon fight or fligth (lawan atau lari) (AHA, 2018).

4. Penyebab Stres pada Pasien Stroke

a. Kehilangan Fungsi Tubuh

Stroke disebabkan oleh adanya gangguan pada otak sehingga

fungsi otak sebagai pengendali tubuh terganggu yang

menyebabakan penderita stroke akan mengalami gejala-gejala yang

dapat menghambat aktivitas. Gejala yang sering muncul pada

pasien stroke seperti lumpuh separuh badan, mulut mencong,

gangguan seksual, afasia, kemampuan memori, penghilatan, dan

pendengaran menurun. Perubahan-perubahan tersebut menunjukan

iii
keterbatasan fisik pada penderita stroke karena kehilangan fungsi

tubuh (Chaira, dkk, 2016)

b. Penurunan Harga Diri

Perubahan aktivitas yang terjadi pada penderita stroke dan

mengalami keterbatasan fisik akan membuat mereka memiliki

presepsi bahwa dirinya tidak berguna lagi karena aktifitas mereka

banyak bergantung pada orag lain sehingga mereka merasa seperti

orang yang tidak berdaya yang pada akhirnya akan memiliki

keinginan untuk bunuh diri (Chaira, dkk, 2016).

c. Penurunan Motivasi Diri

Stroke dapat menyebakan penderita mengalami gangguan

seperi kelumpuhan anggota gerak, gangguan bicara, gangguan

proses pikir, gangguan daya ingat dan lainnya yang diakibatkan

oleh terganggunya fungsi otak. Kondisi tersebut menyebabkan

pederita merasa tidak berguna dan tidak ada gairah hidup serta

menyebabkan munculnya keputusaan yang diakibatkan oleh

penurunan motivasi diri penderita stroke (Arfina, 2017).

d. Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga

1) Definisi Tugas Kesehatan Keluarga

Tugas kesehatan keluarga adalah kewajiban yang harus

dilaksanakan keluarga untuk dapat mengoptimalkan kesehatan

anggota keluarganya. Salah satu fungsi utama keluarga

diantaranya adalah fungsi perawatan keluarga, yaitu keluarga

iii
memberikan perawatan kesehatan yang sifatnya preventif dan

secara bersama-sama merawat anggota keluarga yang sakit.

Kesanggupan keluarga melaksanakan perawatan atau

pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan

keluarga yang diterapkan (Mubaraq, Chayatin, & Santoso,

2010).

2 ) Jenis Tugas Kesehatan Keluarga

a) Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota

keluarga

Keluarga memiliki peranan yang sangat penting

dalam mengenal dan menemukan setiap masalah kesehatan

dalam keluarga, sehingga keluarga dapat mengantisipasi dan

juga menjaga kesehatan setiap anggota keluarga. Stroke

merupakan penyakit yang dapat menyerang secara tiba-tiba

pada salah satu anggota keluarga, untuk itu hal yang perlu

diketahui keluarga tentang penyakit stroke yaitu pengertian,

faktor risiko, tanda dan gejala, serta dampak yang dapat

ditimbulkan oleh penyakit stroke. Keluarga yang telah

memiliki pemahaman terkait suatu penyakit, maka dapat

memperbaiki dan mencegah masalah kesehatan yang

ditemukan seperti stres pada pasien stroke (Satrianto, 2009).

Penelitian Mukhtaruddin (2014) menunjukan hasil

penelitian kepada 70 responden mengenai kemampuan

iii
keluarga dalam mengenal masalah kesehatan hipertensi pada

lansia mayoritas adalah kategori tinggi yaitu sebanyak 65

responden (92,9%). Keluarga mengetahui faktor-faktor

penyebab hipertensi seperti merokok dan mengonsumsi

garam yang berlebihan. Kemampuan keluarga dalam

mengenal masalah kesehatan kepada salah satu anggota

keluarga sangat berperan penting dalam upaya peningkatan

status kesehatan keluarga.

b) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat

Keluarga merupakan bagian terpenting dalam

pengambilan keputusan termaksud membuat keputusan

tentang masalah kesehatan keluarga. Tugas ini merupakan

upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang

tepat sesuai dengan kondisi keluarga, dan pertimbangan siapa

diantara anggota keluarga yang mempunyai kemampuan

memutuskan untuk menentukan tindakan di keluarga

(Pradini, 2017).

Penelitian Kausar, Herawati, & Pertiwiwati (2015),

didapatkan hasil penelitian kepada 30 responden mengenai

tugas membuat keputusan yang tepat kepada anggota

keluarga yang menderita TB paru berjumlah 23% responden

dalam kategori baik, 60% responden dalam kategori cukup,

dan 17% responden dalam kategori kurang. Terdapat 5 orang

iii
responden yang termaksud kategori kurang karena pasien

dengan TB paru yang datang berobat ke puskesmas dalam

keadaan yang sudah cukup parah salah satunya disebabkan

karena kurangnya tugas membuat keputusan yang tepat yang

dilaksanakan oleh anggota keluarga pasien, sehingga tugas

keluarga mengambil keputusan yang tepat sangat penting.

c) Merawat keluarga yang mengalami ganguan kesehatan

Keluarga dapat melakukan perawatan kesehatan di

institusi pelayanan kesehatan ataupun di rumah jika keluarga

mengerti tentang penyakit yang didertita oleh salah satu

anggota keluarga. Anggota keluarga yang mengalami stroke

akan memerlukan perawatan terhadap dampak-dampak yang

dapat ditimbulkan oleh penyakit stroke seperti

ketidakmampuan pada pemenuhan kebutuhan individunya.

Tugas keluarga yang diharapkan adalah membantu dalam

memberikan perawatan sesuai dengan kondisi pasien agar

kebutuhan perawatannya terpenuhi dan tidak menimbulkan

stres pada pasien stroke (Satrianto, 2009).

Penelitian Zulfitri, Agrina, & Herlina (2012), dengan

hasil penelitian kepada 541 keluarga mengenai gambaran

pelaksanaan fungsi perawatan kesehatan keluarga di wilayah

keja puskesmas menunjukan 69,1% keluarga mampu

merawat anggota keluarga dengan tepat. Kemampuan

iii
keluarga untuk merawat anggota keluarga tidak lepas dari

partisipasi petugas kesehatan dalam memberikan pendidikan

kesehatan mengenai cara perawatan anggota keluarga

dirumah. Keluarga harus memiliki pengetahuan yang cukup

serta selalu mencari informasi terkait masalah kesehatan agar

dapat memberikan perawatan kepada anggota keluarga.

d) Memodifikasi lingkungan untuk mempertahankan kondisi

kesehatan keluarga

Keluarga harus bisa memofikasi lingkungan yang

sesuai untuk mempertahankan kesehatan setiap anggota

keluarga. Seseorang yang mengalami stroke akan merasakan

perubahan motorik, mental, gangguan komunkasi, dan

gangguan emosional yang harus membutuhkan perawatan

dan modifikasi lingkungan baik lingkungan fisik seperti

menyediakan tempat yang aman dan lingkungan sosial yang

berupa dukungan dari keluarga untuk meminimalisir stres

yang bisa dirasakan oleh anngota keluarga yang mengalami

stroke (Satrianto, 2009).

Penelitian Hidayati (2013), didapatkan hasil penelitian

yaitu sebanyak 51,57 % keluarga memiliki kemampuan yang

yang kurang baik dalam modifikasi lingkungan bagi anggota

keluarga yang mengalami efek samping obat anti

tuberkulosis. Keluarga tidak dapat memberikan lingkungan

iii
yang nyaman kepada anggota keluarga yang mengalami

gangguan kesehatan disebabkan oleh beberapa faktor yaitu

sumber fianansial yang kurang, motivasi, perhaian,

komunikasi, dan tingkat pendidikan yang rendah sehingga

akan menimbulkan dampak yang buruk bagi anggta keluarga

yang mengalami gangguan kesehatan.

e) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada

Keluarga harus menggunakan fasilitas pelayanan

kesehatan di masyarakat dengan baik. Keluarga harus

memahami mengenai keuntungan yang diperoleh dari

fasilitas kesehatan, percaya terhadap petugas dan fasilitas

kesehatan, dan memiliki pengalaman yang baik terhadap

petugas kesehatan dan memilih fasilitas kesehatan yang

mudah dijagkau. Hubungan yang sifatnya positif akan

menghasilkan pengaruh yang baik pada keluarga mengenai

fasilitas kesehatan agar dapat merubah perilaku setiap

anggota keluarga mengenai sehat sakit. Keluarga dengan

anggota keluarga yang mengalami stroke harus sering

melakukan kontrol kesehatan secara rutin untuk menghindari

Risiko stroke berulang dan tidak menimbulkan stres (Pradini,

2017).

Penelitian Kausar, Herawati, & Pertiwiwati (2015),

tentang tugas kesehatan keluarga pada anggota keluarga yang

iii
menderita TB paru menunjukan hasil penelitian yaitu kepada

30 responden, terdapat 12 responden 40% dapat mencapai

fasilitas kesehatan dengan baik. Keluarga sebagai responden

dalam penelitian ini kebanyakan dapat menjangkau fasilitas

kesehatan yang ada, serta memanfaatkannya apabila ada

anggota keluarganya yang sakit.

3) Penerapan Tugas Keluarga Yang Menyebabkan Stres pada

Pasien Stroke

Penelitian yang dilakuan oleh Safitri, Agustina, dan

Amrullah (2012) diketahui bahwa beberapa dari keluarga

pasien masih menganggap stroke merupakan penyakit tua dan

jarang untuk membantu pasien stroke dalam meningkatkan

kesehatannya. Keluarga tidak terlalu paham mengenai larangan

pada pasien stroke seperti makanan yang harus dihindari, tidak

paham bahwa latihan gerak dapat mempercepat proses

pemulihan stroke, keluarga jarang berkomunikasi dengan

pasien stroke karena keterbatasan yang dialami oleh penderita

stroke, dan keluarga lalai untuk mengantarkan pasien stroke

kontrol ke rumah sakitk karena kesibukan keluarga. Beberapa

faktor pencetus yang menyebabkan pasien stres sangat

dipengaruhi oleh penerapan tugas keluarga kepada pasien yang

menderita stroke karena mereka merasa bahwa mereka tidak

iii
diperhatikan oleh keluarga yang pada akhirnya akan

menimbulkan stres.

4) Faktor Yang Mempengaruhi Peran Keluarga dalam Penerapan

Tugas Kesehatan Keluarga

Terdapat dua faktor yang mempengaruhi dukungan

keluarga, yaitu fakor internal dan faktor eksternal (Susanti,

2013).

a. Faktor Internal

1) Usia

Bertambahnya usia berkaitan dengan pertumbuhan

dan perkembangan sehingga dukungan keluarga dapat

ditentukan oleh faktor rentang usia dari bayi hingga

lansia. Setiap usia memiliki pemahaman dan respon

yang berbeda terhadap kesehatan. Seiring

bertambahnya usia, maka tingkat pemahaman

seseorang mengenai kesehatan akan meningkat yang

didukung oleh pengalaman pribadi dan beberapa faktor

lain yang dapat membentuk pengetahuan seseorang.

Bertambahnya usia seseorang dapat berpengaruh pada

pertambahan pengetahuan yang diperolehnya.

2) Pendidikan

Tingkat pengetahuan juga mempengaruhi

dukungan dikarenakan kemampuan kognitif yang

iii
membentuk cara berfikir seseorang mengenai faktor-

faktor yang berhubungan dengan penyakit akan berbeda

berdasarkan pemahaman yang dimiliki oleh keluarga

untuk menjaga kesehatan keluarga. Keluarga dengan

tingkat pendidikan yang tinggi cenderung memiliki

tingkat pengetahuan yang baik yang akan membantu

keluarga dalam memberikan perawatan kepada pasien

stroke. Tingkat pendidikan juga berpengaruh dalam

menentukan mudah tidaknya seseorang dalam

menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka

peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan

seseorang maka semakin baik pula pengetahuannya.

3) Emosi

Emosional yang dimiliki keluarga akan

mempengaruhi dukungan keluarga. Keluarga yang

memiliki emosional yang tidak stabil akan cenderung

merasa cemas dan terlalu mengkhawatirkan penyakit

yang sedang diderita, lain halnya dengan keluarga yang

bersikap tenang jika salah satu anggota keluarga

terkena penyakit akan lebih sabar dalam memberikan

dukungan kepada penderita. Seorang keluarga yang

tidak mampu melakukan koping emosional terhadap

iii
penyakit akan mempengaruhi proses kesembuhan

penderita stroke.

4) Spiritual

Nilai dan keyakinan yang dimiliki keluarga akan

akan mempengaruhi kemampuan keluarga dalam

menjalani cobaan hidup dan mencari harapan serta arti

dalam kehidupan. Tingkat spiritual yang tinggi pada

keluarga akan membuat keluarga tetap percaya bahwa

semua kejadian yang dialami pasien stroke sudah

merupakan kehendak Tudan dan tidak menyerah dalam

memberikan perawatan kepada pasien stroke.

b. Faktor eksternal

Faktor eskternal merupakan faktor yang

mempengaruhi keluarga dari segi lingkungan seperti

paraktik di keluarga, faktor sosial serta psikososial, dan

latar belakang budaya.

1) Praktik di keluarga

Sikap keluarga dalam memberikan dukungan

mempengaruhi motivasi pasien stroke terhadap

kesehatannya. Keluarga yang tidak memperdulikan

penderita stroke cenderung akan menambah dan

menjadi pencetus terjadinya stres pada pasien stroke.

2) Faktor sosial serta psikososial

iii
Faktor sosial dan psikososial dapat mempengaruhi

seseorang dalam bereaksi terhadap penyakitnya.

Seseorang biasanya akan mencari dukungan dan

persetujuan dari kelompok sosial dan lingkungan

kerjanya untuk meningkatkan status kesehatannya.

3) Latar belakang budaya

Latar belakang budaya mempengaruhi nilai dan

keyakinan, serta kebiasaan dalam keluarga untuk

memberikan dukungan kepada pasien stroke. Budaya

yang dianut seseorang akan mempengaruhi cara

penatalaksaan terhadap penyakit yang sedang diderita

oleh salah satu anggota keluarga seperti lebih

mempercayai pengobatan tradisional dari pada ke

dokter.

4) Status Ekonomi

Masyarakat yang berasal dari kalangan ekonomi

rendah pada umumnya lebih jarang mempunyai

kesempatan untuk menjangkau fasilitas pelayanan

kesehatan. Status ekonomi yang kurang dan biaya

pengobatan yang mahal merupakan salah satu faktor

risiko keluarga yang jarang mengunjungi fasilitas

kesehatan yang ada (Rini Suharni, 2010).

iii
C. Kerangka Teori

Dampak Stroke :
1. Kognitif :
Kehilangan
Stroke 1. Iskemik emori, penurunan
2. Hemoragik perhatian,
konsentrasi, dan
bahasa.
2. Fisik :
Stres
Hemiplegia dan
hemiparese

Faktor- Faktor yang


mempengaruhi Stres :
1. Merasa dirinya tidak
berguna
2. Kehilangan
kemampuan untuk
melakukan sesuatu
3. Penerapan Tugas
Kesehatan Keluarga
Gambar 2.1. Kerangka Teori

(Centers for Disease Control and Prevention, 2018); (World Health Organization,
2018); (National Stroke Association, 2014); (Batticaca, 2008); (Lingga, 2013);
(National Stroke Association, 2018); (American Heart Association, 2018); Dinata,
Safrita, dan Sastri (2013); (National Stroke Association, 2013); (Stroke Fundation,
2018); (Obesity Action Coalition, 2018); (Centers for Disease Control and
Prevention, 2018); Hanas, Lestari, & Asni (2016); (Stroke Fundation, 2013);
(Hidayat, 2016); (American Psychological Association, 2018); (Chaira, dkk,
2016); (Arfina, 2017); (Mubaraq, Chayatin, & Santoso, 2010); (Satrianto, 2009);
(Pradini, 2017); (Satrianto, 2009); (Satrianto, 2009); (Pradini, 2017); Safitri,
Agustina, dan Amrullah (2012); (Susanti, 2013); (Rini Suharni, 2010).

iii
D. Kerangka Konsep

Dampak pada Pasien


Stroke

Tugas Kesehatan
Faktor lain
Keluarga :
Stres yang
1. Mengenal masalah mempengaruhi
kesehatan stres :

2. Membuat keputusan 1. Merasa tidak


tindakan kesehatan berdaya

3. Memberi perawatan 2. Kehilangan


pada anggota keluarga kemampuan
untuk
4. Menciptakan melakukan
lingkungan yang aman sesuatu
5. Menggunakan
fasilita kesehatan Gambar 2.2 Kerangka Konsep
masyarakat
Keterangan :

: tidak diteliti

: diteliti

: tidak diteliti

: diteliti

E. Hipotesis

H0 : Tidak ada hubungan signifikan antara tugas kesehatan keluarga

dengan stres pada pasien stroke.

H1 : Ada hubungan signifikan antara tugas kesehatan keluarga dengan

stres pada pasien stroke

iii
BAB III

METODE PENELTIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian korelasi dengan menggunakan

pendekatan cross-sectional. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

hubungan tugas kesehatan keluarga dengan tingkat stres pada pasien

stroke.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien stroke iskemik

dan hemoragik rawat jalan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah

Gamping Yogyakarta yang berjumlah 277 orang pada bulan Januari

sampai Agustus tahun 2018.

2. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah pasien stroke iskemik dan

hemoragik yang menjalani rawat jalan di Rumah Sakit PKU

Muhammadiyah Ganping Yogyakarta dengan menggunakan teknik

accidental sampling. Sampel akan diambil berdasarkan kriteria inklusi

yang telah dicantumkan oleh peneliti sebagai berikut :

a. Kriteria inklusi pasien

1) Pasien dengan stroke hemoragik atau iskemik berdasarkan data

pada rekam medis


2) Pasien yang melakukan pemeriksaan di poli rawat jalan Rumah

Sakit PKU Muhammadiyah Gamping.

3) Pasien yang didampingi oleh anggota keluarga yang merawat

pasien.

4) Pasien yang mampu berkomunikasi dengan baik

b. Kriteria inklusi keluarga pasien

1) Anggota keluarga yang merawat pasien selama di rumah.

2) Anggota keluarga yang dapat membaca dan menulis.

3) Usia di atas 18 tahun.

4) Dapat berkomunikasi dengan baik.

c. Kriteria ekslusi pasien

1) Mengalami gangguan orietasi orang, ruang, dan waktu.

3. Jumlah Sampel

Berdasarkan data dalam rekam medis yang didapatkan melalui

studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada Bulan Agustus-

September 2018 didapatkan data yaitu jumlah pasien stroke rawat jalan

di rumah sakit PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta berjulah 277

pasien dengan rata-rata 28 pasien rawat jalan dalam sebulan. Menurut

Arikunto (2010) apabila subjek penelitian lebih dari 100 maka dapat

diambil sampel penelitian antara 10%-15%. Dalam penelitian ini peneliti

mengambil sampel 15% dari populasi sehingga jumlah sampel dalam

penelitian ini berjumlah 42 orang.

iii
C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Poli Syaraf Rumah Sakit PKU

Muhammadiyah Gamping Yogyakarta pada bulan November 2018.

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini yaitu terdiri dari :

1. Variabel independen (bebas)

Variabel independen dalam penelitian ini yaitu tugas kesehatan keluarga.

2. Variabel dependen (terikat)

Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu stres pada pasien stroke

iii
E. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Cara Hasil Ukur Skala

Pengukuran

1 Tugas Tugas kesehatan keluarga merupakan suatu Kuesioner a. Baik = 75-100 % Ordinal
Kesehatan tindakan yang telah dilakukan keluarga terhadap Modifikasi b. Cukup = 56-74 %
Keluarga anggota keluarga yang mengalami stroke. Tugas c. Kurang = ≤ 56 %
kesehatan keluarga terdiri dari mengenal gangguan Tugas
perkembangan kesehatan, mengambil keputusan Kesehatan
untuk tindakan, merawat anggota keluarga yang Keluarga.
mengalami gangguan kesehatan, memodifikasi Dewi (2013)
lingkungan, dan memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan yang ada.
2 Tingkat Hasil pengukuran mengenai respon stres pada Kuesioner a. Normal = 0-7 Ordinal
Stres pasien stroke terhadap pelaksanaan tugas kesehatan Modifikasi b. Stres ringan = 8-11
keluarga. Perceived Stres c. Stres sedang = 12-15
Scale. d. Stres berat = 16-20
Cohen (1994) e. Stres cukup berat =≥21

iii
F. Instrumen Penelitian

1. Kuesioner Data Demografi

Peneliti menggunakan kuesioner data demografi yang meliputi data

demografi pasien dan data demografi keluarga. Kuesioner data demografi

pasien, berisi tentang karakteristik responden yang meliputi usia, jenis

kelamin, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, lama menderita stroke,

jenis stroke, dan status pernikahan. Kuesioner data demografi keluarga

pasien berisi tentang karakteristik responden yang meliputi usia,

hubungan keluarga dengan pasien, pendidikan terakhir, pekerjaan,

penghasilan, jarak ke pelayanan kesehatan, kenderaan yang digunakan,

dan riwayat pengalaman dalam merawat pasien stroke.

2. Instrumen Tugas Kesehatan Keluarga

Instrumen tugas kesehatan keluarga pada penelitian ini berupa

Kuesioner tugas kesehatan keluarga yang diadopsi dan dimodifikasi dari

Dewi (2013), terdiri dari 13 item pernyataan dalam bentuk skala likert

yang terdiri dari 5 domain yaitu tahap mengenal, tahap mengambil

keputusan, tahap memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang

sakit, tahap mempertahankan suasana di rumah, dan tahap pemanfaatan

fasilitas kesehatan. Setiap domain terdiri dari beberapa item pernyataan

sehingga jumlah pernyataan keseluruhan terdiri dari 13 item pernyataan.

Model skala likert yang digunakan terdiri dari 4 jawaban yaitu Selalu

(SL), Sering (SR), Kadang-kadang (KD), dan Tidak Pernah (TP). Skor

untuk masing-masing jawaban yaitu SL diberi skor 4, SR diberi skor 3,

iii
KD diberi skor 2, dan TP diberi skor 1. Skor tertinggi pada Kuesioner ini

mengarah pada kondisi keluarga yang telah melakukan tugas kesehatan

keluarga dengan baik, yaitu dengan jumlah skor 52 dan skor terendah

mengarah pada kondisi keluarga yang masih kurang dalam melaksanakan

tugas kesehatan, yaitu dengan jumlah skor 13. Pengkategorian hasil yaitu

baik jika skor 75-100 %, cukup jika skor 56-74%, dan kurang jika skor ≤

56 (Nursalam, 2015).

3. Instrumen Perceived Stres Scale

Instrumen Perceived Stres Scale merupakan alat pengukuran stres

yang digunakan untuk mengetahui tingkat stres pada pasien stroke

terhadap tugas kesehatan keluarga. Instrumen PSS diadopsi dan

dimodifikasi dari Kuesioner Cohen (1994) yang terdiri dari 10 item

pertanyaan dan telah dialih bahasakan ke dalam bahasa indonesia.

Pernyataan dalam Kuesioner menggunakan model skala likert yang

terdiri dari 5 jawaban yaitu , yaitu Sangat sering (SS), Sering (S),

Kadang-kadang (KK), Hampir tidak pernah (HTP), dan Tidak Pernah

(TP). Masing-masing jawaban memiliki skor yaitu SS diberi skor 4, S

diberi skor 3, KK diberi skor 2, HTP diberi skor 1 dan TP diberi skor 0.

Skor maksimal pada Kuesioner ini adalah 40 dan skor minimalnya adalah

0. Pengkategorian hasil Kuesioner yaitu, 0-7 = normal, 8-11 = stres

ringan, 12-15 = stres sedang, 16-20 = stres berat, ≥ 21 = stres cukup

berat.

iii
G. Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Validitas

Pada penelitiann ini peneliti akan melakukan uji validitas pada

Kuesioner tugas kesehatan keluarga dan Kuesioner stres dengan

menggunakan Pearson Product Moment.

Peneliti akan melakukan uji validitas di RS PKU Muhammadiyah

Yogyakarta kepada 20 responen yang telah memiliki kriteria yang mirip

dengan responden pada penelitian ini. Kuesioner ini dikatakan valid

apabila nilai r hitung ≥ r tabel (0,444) dengan taraf signifikansi 0,05

(Notoatmodjo, 2012).

2. Reliabilitas

Peneliti akan melakukan uji reliabilitas Kuesioner penelitian di

Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta pada 20 responden. Uji

reliabilitas untuk Kuesioner tugas kesehatan keluarga dan stres pada

penelitian ini menggunakan uji reliabilitas Alpha Cronbach. Kuesioner

ini dikatakan reliabel apabila nilai Alpha Cronbach ≥ konstanta (0,44)

(Sugiyono, 2016).

H. Tahapan Pengambilan Data

1. Tahap persiapan

a. Sebelum melakukan penelitian, peneliti meminta surat resmi studi

pendahuluan pada bagian pengajaran FKIK UMY untuk melakukan

studi pendahuluan pada mahasiswa FKIK UMY.

iii
b. Peneliti membuat pernyataan tertutup melalui Kuesioner yang terdiri

dari pertanyaan yang sesuai dengan kriteria penelitian, kemudian

peneliti membagi kuesioner dengan cara membagikan kepada

responden yang sesuai kriteria penelitian yaitu pasien stroke rawat jalan

di RS PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta.

c. Peneliti menyusun proposal penelitian sesuai judul yang sudah

dikonsulkan kepada dosen pembimbing.

d. Peneliti melakukan pendaftaran untuk ujian proposal setelah proposal

penelitian disetujui oleh dosen pembimbing.

e. Peneliti melakuakan uji validitas dan reliabitas kepada 20 responden.

f. Peneliti melakukan uji etik penelitian ke komisi etik FKIK UMY.

g. Peneliti mengurus surat ijin untuk melakukan penelitian di RS PKU

Muhammadiyah Gamping Yogyakarta.

2. Tahap pelaksanaan

a. Peneliti menentukan sampel responden yaitu 42 pasien stroke rawat

jalan di RS PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta. dengan

menggunakan accidental sampling.

b. Pada penelitian ini, peneliti akan menggunakan asisten penelitian

yaitu mahasiswa S1 Keperawatan semester 7 Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta.

c. Peneliti memberikan informed consent (lembar persetujuan) kepada

responden, bahwa responden tersebut bersedia menjadi sampel

penelitian dengan cara menandatangani atau memberikan cap jempol

iii
bagian yang telah disediakan. Sesudah menyetujui surat persetujuan,

selanjutnya responden diminta langsung untuk mengisi lembar

Kuesioner yang telah dipersiapkan dan peneliti mendampingi selama

responden mengisi Kuesioner agar apabila ada yang tidak jelas

dalam pegisisan Kuesioner, responden dapat bertanya kepada

peneliti.

d. Pengumpulan Kuesioner yang sudah diisi kemudian akan diambil

peneliti. Selanjutnya peneliti melakukan pengecekan ulang semua

Kuesioner setelah data terkumpul.

e. Peneliti melakukan pengolahan data dan analisis data.

f. Peneliti melanjutkan menuliskan hasil pembahasan dan kesimpulan

I. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Pengolahan data yang dilakukan secara garis besar melalui langkah-

langkah sebagai berikut :

a. Editing

Peneliti melakukan pemeriksaan data mengenai kesesuaian

jawaban, kejelasan penulisan serta melihat kelengkapan data dari

kuesioner yang telah diberikan kepada responden.

b. Coding

Peneliti akan memberikan kode pada setiap data sesuai dengan

indikator untuk mempermudah saat analisis data dan juga

mempercepat proses entry data.

iii
c. Entry data

Peneliti memproses data dengan memasukan data yang diperoleh

dari kuesioner serta melakukan pemeriksaan ulang terhadap data

untuk memastikan tidak terdapat kesalahan.

2. Analisis Data

a. Analisis Univariat

Peneliti akan melakukan analisis univariat untuk mengetahui

karakteristik demografi yaitu usia, jenis kelamin, pekerjaan,

penghasilan dan pendidikan terakhir serta Kuesioner tugas kesehtan

kelurga dan juga Kuesioner stres. Analisis dilakukan secara deskriptif

dengan menghitung distribusi frekuensi dan persentase dari data yang

diperoleh (Notoatmodjo,2012).

b. Analisis Bivariat

Pada analisis bivariat terdapat dua variabel yaitu variabel tugas

kesehatan keluarga yang termaksud data ordinal dan variabel stres

yang termaksud data ordinal. Uji analisis yang akan dilakukan dalam

penelitian ini adalah uji korelasi Spearman untuk menganalisis

hubungan antara dua variabel. Hasil uji analisi melihat nilai

signifikansi p> 0,05 yang berarti hipotesis H0 diterima atau nilai

signifikansi p< 0,05 yang berarti H0 ditolak (Notoatmodjo,2012).

iii
J. Etika Penelitian

Etika penelitian menurut Sumantri (2015), terdapat 4 macam yang

perlu dipahami antara lain :

1. Mengormati hak asasi manusia (Respect for human dignity)

Peneliti mempertimbangkan hak-hak responden untuk

mendapatkan informasi yang terbuka dan terkait dengan jalannya

penelitian, serta memiliki kebebasan menentukan pilihan dan bebas

dari paksaan untuk berpartisipasi dalam penelitian. Tindakan yang

dapat dilakukan oleh peneliti yaitu peneliti memberikan informed

consent, lalu menjelaskan tentang tujuan, manfaat, dan jalannya

penelitian yang akan dilakukan kemudian meminta persetujuan.

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan (Respect for privacy and

confidentiality)

Peneliti akan menghormati privasi dan kerahasian responden.

Semua data yang diperoleh dari penelitian ini akan dijaga

kerahasiannya oleh peneliti. Identitas untuk keperluan penelitian

akan ditulis dalam bentuk inisial dan hanya peneliti yang

mengetahuinya.

3. Keadilan (Respect for justice)

Peneliti akan berbuat adil karena penelitian harus dilakukan

secara jujur, hati-hati, profesional, berperikemanusiaan, dan

memperhatikan faktor-faktor ketepatan, kesaksamaan, kecermatan,

intimitas, psikologis, serta perasaan religius responden penelitian.

iii
Peneliti mempertimbangkan aspek keadilan gender dan hak

responden untuk mendapatan perlakuan yang sama baik sebelum,

selama, maupun sesudah berpartisipasi dalam penelitian.

4. Manfaat (Benefit)

Penelitian ini dilakukan harus tanpa mengakibatkan penderitaan

kepada responden, dihindarkan dari keadaan yang tidak

menguntungkan, dan informasi yang telah diberikan responden tidak

digunakan untuk hal-hal yang dapat merugikan responden dalam

bentuk apapun.

iii
DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran dan Terjemahannya.

Ahsan, Kumboyono, & Faizah, M. N. (2018). Hubungan Pelaksanaan Tugas Keluarga Dalam
Kesehatan Dengan Kemandirian Lansia Dalam Pemenuhan Aktifitas Sehari-hari.
Jurnal Kesehatan Mesencephalon.
American Heart Association. (2017). let's talk about stroke.
American Heart Association.(2018). Dipetik Mei 9, 2018, dari
http://www.strokeassociation.org/STROKEORG/AboutStroke/TypesofStroke/TIA/T
ransient-Ischemic-Attack TIA_UCM_492003_SubHomePage.jsp
American Heart Association.(2018). Dipetik 5 Mei, 10, 2018, dari
http://www.heart.org/HEARTORG/HealthyLiving/StresManagement/HowDoesStres
AffectYou/Stres-and-Heart-Health_UCM_437370_Article.jsp
American Psychological Association. (2018). Dipetik Mei 1, 2018, dari
http://www.apa.org/helpcenter/understanding-chronic-stres.aspx
American Stroke Association.(2018). Dipetik Mei 9, 2018, dari
http://www.strokeassociation.org/STROKEORG/WarningSigns/Stroke-Warning-
Signs-and-Symptoms_UCM_308528_SubHomePage.jsp
Andarmoyo, & Sulistyo.(2012). Keperawatan Keluarga Konsep Teori, Proses dan Praktek
Keperawtan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Arfina, A. (2017). Hubungan Mekanisme Koping dan Disabilitas dengan Keputusasaan pada
Pasien Stroke di Rumah Sakit Kota Medan. Thesis, 1-8, 20-24
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi VI). Jakarta:
Rineka Cipta.
Agustini, I. D. (2010). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Stres Klien Pasca
Stroke Di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Nakah Publikasi.
Batticaca, F. B. (2008). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Centers for Disease Control and Prevention. (2018, Mei 3). Dipetik Mei 9, 2018, dari
https://www.cdc.gov: https://www.cdc.gov/stroke/about.htm
Dinata, C. A., Safrita, Y., & Sastri, S. (2013). Gambaran Faktor Risiko dan Tipe Stroke pada
Pasien Rawat Inap di Bagian Penyakit Dalam RSUD Kabupaten Solok Selatan.
Jurnal Kesehatan Andalas, 58-61.
Dinas Kesehatan Yogyakarta. (2015). Dipetik Mei 3, 2018
Fong, D. W. (2016). Stroke. Smartpatient, 1 - 5.
Gaol, N. T. (2016). Teori Stres : Stimulus, Respons,dan Transaksional. Buletin Psiokologi,
Vol. 24, No 1, 1-11.

iii
Friedman, M. M. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga : Riset, Teori, dan Praktek. Edisi
ke-5. Jakarta: EGC.
Hamalding, H., & Muharwati. (2017). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Quality of Life
(QOL) Pada Kejadian Stroke. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 150-151.
Hanas, M., Lestari, E., & Asni, E. K. (2016). Gambaran Fungsi Kognitif Pada Pasien Pasca
Stroke di Poliklinik Saraf RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau. Junal Kesehatan, 3-
8.
Hidayat, Z. (2016). Pengaruh Stres Dan Kelelahan Kerja Terhadap Kinerja Guru SMPN 2
Sukodono Di kabupaten Lumajng. Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi Wiga, 33-64.
Hardiyanti, D., Usman, S., & Yusuf, R. (2016). Kemandirian Keluarga Dalam Merawat
Anggota Keluarga Yang Mengalami Skizofrenia. Jurnal Ilmu Keperawatan, 173.
Hayulita, S., & Sari, D. R. (2014). Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Depresi Pada
Pasien Paska Stroke Di Ruang Rawat Jalan Rumah Sakit Stroke Nasional (RSSN)
Bukit Tinggi. Jurnal Keperawatan.
Kartika, A. W., Wiarsih, W., & Permatasari, H. (2015). Pengalaman Keluarga Dalam
Merawat Penderita Sakit Kronis. Jurnal Keperawatan Indonesia, 51.
Karunia, E. (2016). Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Kemandirian Activity of
Daily Living Pasca Stroke. Jurnal Berkala Epidemiologi, 218.
Kristiyawati, S. P., & Solechan, A. (2011). Hubungan Antara Tingkat Ketergantungan
Activity Daily Living dengan Depresi pada Pasien Stroke di RSUD Tugurejo
Semarang. Karya Tulis Ilmiah.
Kurniawan, R. (2013). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Rehailitasi Fisik
Pasien Stroke Di RSUD Kota Yogyakarta. 1.
Latifah, L. N. (2016). Pemenuhan Kebutuhan Activities Of Daily Living (ADL) Pasien Stroke
Oleh Perawat Di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta dan Gamping.
Karya Tulis Ilmiah
Lestari, T. (2014). Kumpulan Teori untuk Kajian Pustaka Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Lingga, L. (2013). All About Stroke. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kelompok
Gramedia.
Mubaraq, W. I., Chayatin, N., & Santoso, B. A. (2010). Ilmu Keperawatan Komunitas.
Jakarta: Salemba Medika.
Mukhtaruddin.(2014). Gambarn Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Yang Memiliki
Lansia Dengan Penyakit Hipertensi. Jurnal Keperawatan.
National Stroke Association.(2018). Retrieved April 26, 2018, from
http://www.stroke.org:http://www.stroke.org/understand-stroke/what-stroke
National Stroke Association. (2013). Dipetik April 29, 2018, dari www.stroke.org Diabetes
and Stroke.

iii
National Stroke Association.(2014). Dipetik Mei 9, 2018, dari http://support.stroke.org:
http://support.stroke.org/acute_site/what-is-a-stroke/ischemic.html
National Stroke Association.(2014). Dipetik Mei 9, 2018, dari http://support.stroke.org:
http://support.stroke.org/acute_site/risk-factors/uncontrollable-risk-factors.html
National Stroke Association.(2014). Dipetik Mei 9, 2018, dari http://support.stroke.org:
http://support.stroke.org/acute_site/treatment/options.html
National Stroke Association.(2018). Dipetik April 28, 2018, dari http://www.stroke.org:
http://www.stroke.org/understand-stroke/what-stroke/hemorrhagic-
stroke#intracerebral-hemorrhage
National Stroke Association.(2018). Dipetik Mei 9, 2018, dari http://www.stroke.org:
http://www.stroke.org/we-can-help/survivors/stroke-recovery/post-stroke-
conditions/physical/hemiparesis
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam.(2015). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Obesity Action Coalition. (2018). Dipetik April 28, 2018, dari www.obesityAction.org.
Pandian, J. D., & Sudhan, P. (2013). Stroke Epidemiology and Stroke Care India. Journal Of
Stroke, 128.
Pradini, J. D. (2017). Asuhan Keperawatan Keluarga Ibu. P dengan Ketidakefektifan
Manajemen Kesehatan Keluarga dengan Post TB Paru Di Desa Kutawis Kecamatan
Bukaeja Kabupaten Purbalingga. Jurnal Keperawtaan.
Psychology Fundation Of Australia. (2010). Retrieved 10 27, 2018, from Depression Anxiety
Stres Scale: http://www.psy.unsw.edu.au/group/dass

Rhomadona, D. A. (2014). Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Frekuensi Kunjungan


Ulang Pasien Stroke Untuk Berobat Ke Rumah Sakit Rise Jamu Hortus Medicus
Tawangmangu. Naskah Publikasi, 7.
Rini Suharni, I. (2010). Tingkat Pengetahuan keluarga dan Kesiapan Keluarga Dalam
Merawat Anggota Keluarga Yang Menderita Stroke Di Desa Kebakkramat
Karanganyar. Jurnal Kesehatan.
Riyanto, A. (2011). Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Safitri, F. N., Agustina, H. R., & Amrullah, A. A. (2016). Risiko Stroke Berulang Dan
Hubungannya Dengan Pengetahuan Dan Sikap Keluarga. 1.
Sari, I. P. (2015). Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Terjadinya Stroke Berulang Pada
Penderita Pasca Stroke. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Satrianto, A. (2009). Hubungan Antara Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga dengan
Pemenuhan Kebutuhan Perawatan Lanjut Usia dengan Stroke. Jurnal Kesehatan, 8.
Sa'adah, M. (2015). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Stres pada Pasien Stroke di
Poliklinik RSUD. Dr. Pirngadi Medan. Skripsi, 10-12.

iii
Schwabe, L., & Wolf, O. T. (2012). Stres Modulates the Engagement of Multiple Memory
Systems in Classification Learning. The Journal of Neurosciene.

Shofia, A. (2015). Hubungan Pneerapan Tugas Keluarga dengan Kualitas Hidup Lansia
Penderita Hipertensi Di Desa Klajuran Desa Tanjungharjo Kecamaan Nangglan
Yogyakarta.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Susanti, M. L. (2013). Dukungan Keluarga Meningkatkan Kepatuhan Diet Pasien Diabetes
Mellitus di Ruang Rawat Inap RS. Baptis Kediri. Jurnal Stikes, 4-9.
Stroke Association.(2014). Dipetik April 29, 2018, dari www.stroke.org.uk.
Stroke Association.(2017). Dipetik April 28, 2018, dari www.stroke.org.uk.
Stroke Fundation. (2013, Juli 10). Dipetik Mei 9, 2018, dari https://strokefoundation.org.au:
https://strokefoundation.org.au/Blog/2015/05/20/Coping-with-hemiplegia-and-
hemiparesis
Stroke Fundation. (2018). Dipetik Mei 9, 2018, dari https://strokefoundation.org:
https://strokefoundation.org
World Health Organization.(2018). Retrieved Mei 3, 2018, from http://www.who.int:
http://www.who.int/topics/cerebrovascular_accident/en/
World Health Organization.(2018). Dipetik Mei 9, 2018, dari http://www.who.int:
http://www.who.int/topics/cerebrovascular_accident/en/
Yuliyanti, T., & Zakiyah, E. (2016). Tugas Kesehatan Keluarga Sebagai Upaya Memperbaiki
Status Kesehatan dan Kemandirian Lanjut Usia. Jurnal Kesehatan.

iii
LAMPIRAN

Lampiran 1

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

iii
Kepada
Responden Yth
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Univeritas Muhammadiyah Yogyakarta “UMY”, Program Studi Ilmu
Keperawatan, bermaksud melaksanakan penelitian mengenai “ Hubungan Tugas Kesehatan
Keluarga dengan Tingkat Stres Pada Pasien Stroke di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Gamping Yogyakarta”
Data yang diperoleh dari penelitian ini memiliki manfaat yang sangat besar bagi
tenaga kesehatan dan masyarakat luas agar lebih memahami mengenai penerapan tugas
keluarga yang dapat mengakibatkan 57stress pada pasien stroke. Untuk itu, saya
mengharapkan kesediaan saudara/saudari untuk berpatisipasi dalam penelitian ini dengan
memberikan jawaban atas pertanyaan yang ada sesuai dengan petunjuk, yang mana tidak akan
memberikan dampak yang membahayakan.
Partisipasi saudara/saudari dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga
saudara/saudari dapat mengundurkan diri setiap saat tanpa sanksi apapun. Keikutsertaan
saudara/saudari dalam mengisi angket bersifat rahasia, dan hanya akan digunakan dalam
penelitian ini. Peneliti menjamin semua jawaban yang saudara/saudari berikan dalam
penelitian ini dan hanya peneliti yang akan mengetahuinya.
Apabila saudara/saudari bersedia bersedia mengisi angket, maka silahkan
saudara/saudari menandatangani lembar pesetujuan menjadi responden (terlampir) dan
dikembalikan setelah saudara/saudari mengisinya. Atas kesediaan dan kerjasama
saudara/saudari, saya ucapkan terima kasih.
Demikian surat permohonan ini saya buat, atas kerja sama dan perhaiannya
sayaucapkan terima kasih.

Yogyakarta, 2018

Peneliti

(Vera Rizkiah Faradila)

Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

iii
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama Inisial :

Menyatakan bahwa telah menerima informasi tentang tujuan penelitian dengan judul “
Hubungan Tugas Kesehatan Keluarga dengan Tingkat Stres Pada Pasien Stroke di”
yang akan dilaksanakan oleh Vera Rizkiah Faradila, Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Univeritas Muhammadiyah Yogyakarta, Program Studi Ilmu Keperawatan
dan bersedia menjadi peserta atau responden dalam penelitian ini.

Persetujuan ini saya terima dan saya setujui secara sadar, sukalera, dan tidak ada unsur
paksaan dari siapapun, dan saya bersedia berperan serta dalam penelitian ini. Demikian
pernyaat ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Yogyakarta

Responden

( )

Lampiran 3

KUISIONER PENELITIAN

iii
Tanggal :

Petunjuk :

- Bacalah setiap pertanyaan di bawah ini dengan teliti


- Semua pertanyaan di bawah ini diisi dengan satu jawaban
- Jawablah semua pertanyaan yang tersedia dengan memberikan tanda (  )
- Bila ingin memperaiki jawaban yang salah beta tanda silang ( X ) pada jawaban
- Mohon jawab semua pertanyaan sesuai dengan apa yang anda alami
- Terima kasih atas partisipasinya
1. Data Demografi Responden
1. Umur : .......... tahun

2. Jenis Kelamin : Laki-Laki Perempuan

3. Tingkat Pendidikan : SD SMP


SMU Lain-lain
Perguruan Tinggi

4. Pekerjaan : Pegawai Negeri Ibu Rumah Tangga


Pegawai Swasta Wiraswasta
Dan lain-lain

5. Status Pernikahan : .....

6. Jenis Stroke : Iskemik Hemoragik

7. Penghasilan : < Rp. 1.454.154


Rp. 1.454.154 – Rp. 1.709.150
Rp. > Rp. 1.709.150
8. Lama Menderita Stroke : Akut (3 minggu-6 bulan) Kronis (>6 bulan)

iii
Lampiran 4

KUESIONER PERCEIVED STRESS SCALE (PSS)

Kode :
Petunjuk Pengisian

Kuesioner ini adalah menanyakan tentang perasaan dan pikiran bapak/ibu/Saudara


selama sebulan terkhir. Terdapat lima pilihan jawaban yang disediakan untuk
setiap pernyataan, yaitu:
0 : Tidak pernah.
1 : Hampir tidak pernah (1-2 kali). 2 :
Kadang-kadang (3-4 kali).
3 : Hampir sering (5-6 kali) .
4 : Sangat sering (lebih dari 6 kali).
Selanjutnya, Bapak/Ibu diminta untuk menjawab pertanyaan dibawah dengan cara
melingkari pada salah satu pilihan jawaban yang paling sesuai dengan perasaan
dan pikiran Bapak/Ibu/Saudara selama satu bulan terakhir.

No PERTANYAAN 0 1 2 3 4
1 Selama sebulan terakhir, seberapa sering anda marah karena 0 1 2 3 4
keluarga tidak memperhatikan kondisi anda yang sedang
mengalami strroke
2 Selama sebulan terakhir, seberapa sering anda merasa tidak 0 1 2 3 4
mampu mengontrol stoke yang anda rasakan karena keluarga
tidak memberikan perawatan kepada anda
3 Selama sebulan terakhir, seberapa sering anda merasa gelisah 0 1 2 3 4
dan tertekan karena penyakit anda
4 Selama sebulan terakhir, seberapa sering anda mendapatkan 0 1 2 3 4
perawatan dari keluarga, sehingga anda yakin terhadap
kemampuan diri untuk menghadapi penyakit stroke yang anda
rasakan
5 Selama sebulan terakhir, seberapa sering anda merasa segala 0 1 2 3 4
sesuatu yang terjadi sesuai dengan harapan anda untuk
sembuh dari stroke, karena keluarga selalu menemani anda
untuk berobat

iii
6 Selama sebulan terakhir, seberapa sering anda merasa tidak 0 1 2 3 4
mampu menyelesaikan hal-hal yang harus dikerjakan karena
tidak ada bantuan dari keluarga
7 Selama sebulan terakhir, seberapa sering anda mampu 0 1 2 3 4
mengontrol rasa mudah tersinggung dalam kehidupan anda
karena keluarga tidak memperhatikan anda.

8 Selama sebulan terakhir, seberapa sering keluarga anda mampu 0 1 2 3 4


mengatasi penyakit stroke yang anda rasakan dibandingkan
dengan keluarga lain

9 Selama sebulan terakhir, seberapa sering anda marah karena 0 1 2 3 4


keluarga tidak dapat mengendalikan penyakit anda

10 Selama sebulan terakhir, seberapa sering anda merasakan 0 1 2 3 4


kesulitan untuk melakukan sesuatu karena keluarga tidak
memberikan perawatan kepada anda

Sumber : (Cohen, 1994)

iii
Lampiran 5

KUISIONER PENELITIAN

Tanggal :

Petunjuk :

- Bacalah setiap pertanyaan di bawah ini dengan teliti


- Semua pertanyaan di bawah ini diisi dengan satu jawaban
- Jawablah semua pertanyaan yang tersedia dengan memberikan tanda (  )
- Bila ingin memperaiki jawaban yang salah beta tanda silang ( X ) pada jawaban
- Mohon jawab semua pertanyaan sesuai dengan apa yang anda alami
- Terima kasih atas partisipasinya

1. Data Demografi Keluarga Pasien Stroke


1. Umur : .......... tahun

2. Jenis Kelamin : L/P

3. Hubungan dengan pasien stroke :

4. Tingkat Pendidikan : SD SMP


SMU Lain-lain
Perguruan Tinggi

5. Pekerjaan : Pegawai Negeri Ibu Rumah Tangga


Pegawai Swasta Wiraswasta
Dan lain-lain

6. Penghasilan : < Rp. 1.454.154


Rp. 1.454.154 – Rp. 1.709.150
Rp. > Rp. 1.709.150

7. Jarak ke pelayanan kesehatan : .....


8. Riwayat pengalaman merawat pasien stroke

iii
Lampiran 6
Tugas Kesehatan Keluarga
Petunjuk :

SL (Selalu) = 100% dikerjakan terus-menerus waktunya teratur


SR (Sering) = 75% dikerjakan tetapi waktunya tidak teratur
KD (Kadang-kadang)= sekali-kali dikerjakan
TP (Tidak pernah) = tidak pernah sama sekali

NO PERNYATAAN SL SR KD TP

4 3 2 1

A Tugas keluarga dalam mengenal stroke :

1. Anda mengenali tanda dan gejala yang


terjadi kepada pasien stroke

2. Anda mengenali perubahan mengenai


pemulihan kesehatan yang terjadi pada
pasien stroke

B Tugas keluarga dalam mengambil


keputusan :
3. Anda mengambil keputusan untuk
membawa pasien stroke ke rumah sakit
jika terjadi serangan stroke atau
permasalahan terkait stroke
4. Anda menanyakan pendapat dari anggota
keluarga inti untuk menentukan tindakan
kesehatan yang tepat jika tejadi stroke
pada salah satu anggota keluarga
5. Anda tidak mengantarkan pasien stroke ke
rumah sakit karena anda menyerah
terhadap stroke yang dideritanya

iii
C Tugas keluarga dalam memberikan
keperawatan kepada anggota keluarga
yang mengalami stroke :
6. Anda membantu pasien stroke untuk
minum obat secara teratur, melakukan
aktifitas latihan untuk pemulihan, dan
melakukan diet yang tepat.

7. Anda membantu merawat pasien stroke


untuk melakukan aktifitas sehari-hari.

D Tugas keluarga dalam mempertahankan


suasana di rumah :
8. Anda memberikan lingkungan yang
tidak berisik agar pasien stroke dapat
beristirahat

9. Anda memperhatankan lingkungan yang


aman dan nyaman untuk meningkatkan
kesehatan pasien stroke

10.Anda dan keluarga memodifikasi


lingkungan agar tidak membahayakan
pasien stroke seperti pencahayaan lampu
yang terang, dan lantai yang tidak licin
E Tugas keluarga dalam pemanfaatan
fasilitas kesehatan :
11. Anda membiasakan pasien stroke
untuk memeriksakan atau
mengontrol stroke setiap jadwal yang
telah ditentukan
12. Anda memberi kesempatan kepada
pasien stroke untuk memilih sendiri
fasilitas pelayanan kesehatan yang
diinginkannya
13. Anda merasa puas dengan membawa
anggota keluarga dengan stroke untuk
melakukan pengobatan ke dokter atau
pelayanan kesehatan

iii
iii

Anda mungkin juga menyukai