Anda di halaman 1dari 56

KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/ BPN

DIREKTORAT JENDERAL TATA RUANG


DIREKTORAT PERENCANAAN TATA RUANG

TAHUN ANGGARAN

EXECUTIVE SUMMARY

PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RENCANA TATA RUANG KSN


KAWASAN PERKOTAAN BITUNG – MINAHASA – MANADO
B I M I N D O
DAFTAR ISI
A Profil dan Analisis Kawasan
Perkotaan Bimindo 2
B Tujuan Kebijakan dan Strategi Penataan
Kawasan Perkotaan Bimindo 18
C Rencana Struktur Ruang
Kawasan Perkotaan Bimindo 21

D Rencana Pola Ruang


Kawasan Perkotaan Bimindo 38

E Arahan dan Pengendalian Pemanfaatan


Ruang Kawasan Perkotaan Bimindo 52
EXECUTIVE SUMMARY
PENYUSUNAN MATEK RTR KSN
PERKOTAAN BIMINDO

Kawasan Perkotaan Bitung, Minahasa, dan Manado (Bimindo) berpotensi besar untuk
dikembangkan menjadi salah satu kawasan ekonomi yang bergerak pada sektor pariwisata dan
perindustrian. Namun, penataan perkotaan Kawasan Bimindo di Sulawesi Utara yang berkembang
saat ini semakin kompleks dan hingga belum juga terwujud sebuah penataan ruang yang baik yang
saling terintegrasi antara kota kabupaten di Kawasan Metropolitan.
Selain potensi, persmasalahan lintas kota – kabupaten juga dapat ditangani dengan adanya Rencana
Tata Ruang Kawasan Perkotaan Bimindo. Hal ini dapat meningkatkan koordinasi dan kerjasama baik
secara vertikal maupun horizontal pada tiap stakeholder terkait. Untuk lebih jelasnya mengenai
urgensi penyusunan RTR KSN Perkotaan Bimindo dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Gambar Skematik Urgensi Penyusunan RTR KSN Perkotaan Bimindo

BIMINDO|1
EXECUTIVE SUMMARY
PENYUSUNAN MATEK RTR KSN
PERKOTAAN BIMINDO
BIMINDO

A PROFIL DAN ANALIS


KAWASAN PERKOTAAN BIMINDO

1. ADMINISTRASI KAWASAN PERKOTAAN BIMINDO

Secara geografis, kawasan


perkotaan Bimindo terletak di
sebelah timut dari Provinsi Sulawesi
Utara yang memiliputi Kota Manado,
Kota Bitung, Kota Tomohon,
Kabupaten Minahasa, dan
Kabupaten Minahasa Utara.
Luas kawasan perkotaan Bimindo
mencapai 279.342,48 Ha, dengan
proporsi wilayah terluas adalah
Kabupaten Minahasa dengan luasan
mencapai 112.887,9 Ha, sedangkan
wilayah administrasi dengan luasan
terkecil adalah Kota Manado dengan
luasan mencapai 16.236,1 Ha.

6%
12%

40% 6%

Gambar Administrasi Kawasan Perkotaan Bimindo

36%

Kota Manado
Kota Bitung
Kota Tomohon
Kabupaten Minahasa Utara
Kabupaten Minahasa

BIMINDO|2
EXECUTIVE SUMMARY
PENYUSUNAN MATEK RTR KSN
PERKOTAAN BIMINDO

2. KEPENDUDUKAN

Jumlah penduduk Kawasan


Perkotaan Bimindo berdasarkan data
BPS dalam Angka Kabupaten Kota di Tahun 2018
mencapai 1.282.599 jiwa, dengan jumlah penduduk
terbesar terdapat di Kota Manado dengan jumlah
penduduk mencapai 430.133 jiwa atau 33 persen dari
total jumlah penduduk yang ada di kawasan perkotaan
BIMINDO, sedangkan jumlah penduduk terendah
secara administrasi wilayah adalah Kota Tomohon
dengan jumlah penduduk hanya mencapai 103.711
jiwa atau hanya sekitar 8,09 persen dari total jumlah
penduduk di kawasan perkotaan Bimindo.

KABUPATEN MINAHASA 335,321

KABUPATEN MINAHASA UTARA 200,985

KOTA TOMOHON 103,711

KOTA BITUNG 212,409

KOTA MANADO 430,133

0 50,000 100,000 150,000 200,000 250,000 300,000 350,000 400,000 450,000 500,000

Jumlah Penduduk di Kawasan Perkotaan Bimindo


Proyeksi jumlah penduduk kawasan perkotaan Bimindo dilakukan dengan menggunakan dua analisis
proyeksi yaitu Proyeksi alami dan juga proyeksi moderat. Perhitungan proyeksi jumlah penduduk
dengan menggunakan proyeksi alami melalui tiga metode analisis yaitu analisis proyeksi geometri,
eksponensial dan regresi. Dari ketiga metode analisis ini kemudian dibandingkan standar deviasi,
sehingga yang akan digunakan sebagai dasar analisis adalah yang memiliki standar deviasi terkecil.
Hasil analisis menunjukkan bahwa standar deviasi terkecil dari ketiga metode analisis adalah metode
eksponensial dengan standar deviasi 199,30. Proyeksi jumlah penduduk kawasan perkotaan Bimindo
dengan menggunakan analisis proyeksi moderate yang mempertimbangkan efek dari rencana
pengembangan kawasan yang terdapat di kawasan perkotaan Bimindo.
Berdasarkan analisis proyeksi penduduk dengan menggunakan metode analisis eksponensial pada
tahun 2020 jumlah penduduk kawasan perkotaan Bimindo mencapai angka 1.316.276 jiwa penduduk,
dan pada tahun 2040 diperkirakan jumlah penduduk kawasan perkotaan Bimindo akan mencapai
1.575.719 jiwa penduduk. Berikut merupakan tabel hasil perhitungan penduduk proyeksi alami.
Pada tahun 2020 jumlah penduduk kawasan perkotaan Bimindo mencapai 1.330.667 jiwa penduduk
dengan penambahan jumlah penduduk sebesar 1,05 % tiap tahunnya. Sehingga pada tahun 2040
jumlah penduduk kawasan perkotaan Bimindo diperkirakan mencapai angka sebesar 1.962.949 jiwa
penduduk.

BIMINDO|3
EXECUTIVE SUMMARY
PENYUSUNAN MATEK RTR KSN
PERKOTAAN BIMINDO

Perbandingan Proyeksi Penduduk Alami dan Moderat (Intervensi)


di Kawasan Perkotaan Bimindo
Jumlah Penduduk Proyeksi Jumlah Penduduk Intervensi
No Tahun
Alami dan Alami
1 2020 1.316.816 1.330.667
2 2025 1.376.401 1.465.584
3 2030 1.439.269 1.614.839
4 2035 1.505.633 1.780.032
5 2040 1.575.719 1.962.949

3. KONDISI FISIK LINGKUNGAN DAN KEBENCANAAN


Kondisi topografi di Kawasan
Perkotaan Bimindo cukup bervariasi.
Pada Kota Manado memiliki keadaan
tanah yang berombak sebesar 37,95 %
dan dataran landai sebesar 40,16 % dari
luas wilayah. Pada Kota Bitung 45,06
% berombak berbukit dan 32,73 %
bergunung. Hanya 4,18 % merupakan
dataran landai serta sisanya 18,03 %
berombak. Sebagian besar wilayah
berada pada ketinggian 250 mdpl, yaitu
hampir mencapai 63%.

Topografi Bimindo

Sebagian besar Kawasan Perkotaan Bimindo merupakan


bagian dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Tondano. DAS
Tondano meliputi sebagian Kota Manado, sebagian
Kabupaten Minahasa, sebagian Kota Tomohon dan
sebagian Kabupaten Minahasa Utara. Terdapat 39 sungai
dan anak sungai dengan panjang kurang lebih 247.6 Km.

DAS di Bimindo

BIMINDO|4
EXECUTIVE SUMMARY
PENYUSUNAN MATEK RTR KSN
PERKOTAAN BIMINDO

Kawasan perkotaan Bimindo termasuk wilayah


rawan bencana alam. Terdapat beberapa gunung
berapi yang masih aktif yang terdapat di Kota
Tomohon, Kabupaten Minahasa dan dan Kota
Bitung. Selain itu, terdapat sesar yang melintang
sepanjang Kema, Kauditan, Kalawat, Mapanget
dan Kecamatan Bunaken. Berada di wilayah
pesisir, kawasan perkotaan Bimindo termasuk
wilayah yang rawan bencana tsunami.

Selain gunung berapi dan tsunami, kawasan


Bimindo juga sangat rentan terhadap gempa bumi.
Sepanjang tahun 2019 Januari – November
tercatat 447 gempa dengan magnitudi > 4. Sumber
gempa berasal dari :
▪ Zona Subduksi di Utara Pulau Sulawesi
(North Sulawesi Megathrust)
▪ Zona Subduksi Palung Sangihe

1 Januari – 17 November 2019 14 Nov 2019 – 7.1 SR

a
Kawasan Rawan bencana Gempa bumi Tinggi
Probabilitas kejadian tsunami di pantai Sulawesi Utara dengan tinggi >3 m
dalam satu tahun pada kisaran 0.8 – 1.1%.

BIMINDO|5
EXECUTIVE SUMMARY
PENYUSUNAN MATEK RTR KSN
PERKOTAAN BIMINDO

4. PENGGUNAAAN LAHAN DAN PERKEMBANGNNYA


Penggunaan lahan kawasan perkotaan Bimindo berdasarkan hasil digitasi citra landsat tahun 2015,
masih didominasi oleh penggunaan perkebunan campuran sebesar 41% dan pertanian lahan kering
sebesar 33,43%. Penggunaan untuk lahan permukiman masih relatif kecil, 4,56%. Apabila diuraikan
untuk setiap kabupaten/kota, penggunaan lahan untuk permukiman terbesar berada di Kota Manado
sebesar 28,53% dari luas Kota Manado.
Kawasan
Perkotaan
Penggunaan Lahan Bimindo
Luas (Ha) %
Hutan Lahan Kering Primer 2.668,64 0,97
Hutan Lahan Kering Sekunder 25.521,25 9,24
Hutan Mangrove Primer 4.823,95 1,75
Hutan Mangrove Sekunder 227,12 0,08
Sawah 8.037,55 2,91
Pertanian Lahan Kering 92.369,59 33,43
Perkebunan/Kebun 76,74 0,03
Perkebunan Campuran 115.528,48 41,81
Permukiman 12.611,30 4,56
Bandara/Pelabuhan 43,91 0,02
Rawa 34,83 0,01
Semak Belukar 11.534,80 4,17
Lahan Terbuka 2.696,07 0,98
Sungai/Danau 0,01 0
Tambak 139,94 0,05
Luas Total 276.314,18 100

Penggunaan lahan didominasi


PERKEBUNAN CAMPURAN 41%
PERTANIAN LAHAN KERING 33,43%

PERMUKIMAN 4,56%

PERUBAHAN
GUNA LAHAN
2000-2014

BIMINDO|6
EXECUTIVE SUMMARY
PENYUSUNAN MATEK RTR KSN
PERKOTAAN BIMINDO

5. DAYA DUKUNG DAYA TAMPUNG KAWASAN


Daya dukung di Kawasan Perkotaan
Bimindo yaitu untuk Kabupaten
Minahasa, lahan yang memiliki
kemampuan potensial 48% dan
limitasi 32%. Artinya terdapat
hamparan lahan yang termasuk
kategori limitasi yang harus dibatasi
perkembangannya. Kabupaten
Minahasa Utara lahan yang
termasuk potensial sebesar 41% dan
termasuk kategori limitasi sebesar
39%. Artinya, aktivitas dapat
dikembangkan di hamparan lahan
yang secara penilaian memiliki daya
dukung yang baik. Perkembangan
aktivitas perkotaan perlu dibatasi di
atas lahan yang termasuk kategori
limitasi.
Daya dukung lahan di Kaw.
Perkotaan Bimindo :
 Potensi : 43% →potensi
pengembangan kws
perkotaan
 Kendala : 20% →perlu
rekayasa enginering ramah
lingkungan
Hasil analisis menunjukkan bahwa daya tampung penduduk di  Limitasi : 37% →batasan
Kawasan Perkotaan Bimindo adalah 12.341.201 hektar. kawasan rawan bencana
Dengan demikian bahwa Kawasan Perkotaan Bimindo masih (gempa bumi, Gn. Berapi,
dapat menampung jumlah penduduk yang berkembang di longsor, banjir, dll) / Kawasan
masa akan datang. Lindung

Daya Tampung Kawasan Perkotaan Bimindo

Jumlah Penduduk Daya Tampung Penduduk


Proyeksi Penduduk 2040
Tahun 2017 Eksting + Daya Tampung
1.282.599 Alami: 1.575.719 12.341.201
jiwa (eksisting) Intervensi : 1.962.944 Jiwa penduduk

BIMINDO|7
EXECUTIVE SUMMARY
PENYUSUNAN MATEK RTR KSN
PERKOTAAN BIMINDO

6. URBAN AREA KAWASAN PERKOTAAN BIMINDO


Analisis struktur ruang perkotaan berdasarkan pada studi literatur. Salah satu kriteria yang
digunakan yaitu menurut Hadi Sabari Yunus yang membagi kawasan menjadi zona bingkai kota,
zona bingkai kota desa, zona bingkai desa – kota dan zona desa. Kriteria pembagian zona tersebut
berdasarkan persentase lahan pertanian dan non pertanian. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
berikut di bawah ini.

Kriteria Struktur Perkotaan

Persentase
Kepadatan Persentase
Terbangun
Netto (org/ha) Luas Hutan
(Luas Persentase
Klasifikasi (JP / Luas (Luas Hutan /
Permukiman / Pertanian
Permukiman) Luas Desa) x
Luas Desa) x
(Jiwa/Ha) 100
100
Urban Core 75-100% >80 0% 0 %-10 %
Urban Fringe 50-75% 50 – 80 0% 10 %-25%
Peri Urban 25-50% 30 – 50 0 %-30% 25 %-50%
Rural 10-25% 10 - 30 0 %-60% 50 %-75%
Natural 0-10% <10 60 %-100% 75 %-100%

Hasil dari analisis struktur perkotaan


sebagai berikut:
1) Urban Core: Semua Kecamatan kecuali
Kecamatan Bunaken dan Bunaken
Kepulauan. Kota Bitung → yaitu
Kecamatan Maesa, Kecamatan Madidir,
Kecamatan Girian dan Kecamatan Matuari.
2) Urban Fringe: Kota Manado →
Kecamatan Bunaken. Kota Tomohon,
yaitu Kecamatan Tomohon Barat dan
Kecamatan Tomohon Selatan. Kota Bitung
→ Kecamatan Aertembaga, Ronowolu,
dan Lembeh Selatan. Kab. Minahasa
Utara → Kec. Pineleng, Talawaan, Kema,
Lingkupang Barat, dan Likupang Timur.
Kab. Minahasa → Kec. Pineleng dan
Sonder.
3) Periurban: Kota Manado → Bunaken
Kepulauan. Kota Tomohon → di Kecamatan Tomohon Utara dan dan Tomohon Barat. Kab.
Minahasa → Kec. Tondano Barat, Tondano Timur, Tondano Selatan, Langowan Timur, Kakas,

BIMINDO|8
EXECUTIVE SUMMARY
PENYUSUNAN MATEK RTR KSN
PERKOTAAN BIMINDO

Kakas Barat, Kombi, dan Tombariri. Kab. Minahasa Utara → Kec. Air Madidi, Kauditan, dan
Linkupang Selatan.
4) Rural: Kota Bitung → Kec. Lembeh Utara. Kab. Minahasa → Kec. Lembean Timur, Eris,
Remboken, Kwangkoan, Tompaso Langowan Utara, Langowan Barat, Tompaso Barat,
Kawangkoan Barat, Tondano Utara, Tondano Tumur, Tombulu, Kombariri Timur, dan
Mandolang. Kab. Minahasa Utara → Kec Dimembe dan Wori.

Selain analisis struktur ruang perkotaan dilakukan juga analisis CA pada Kawasan Perkotaan
Bimindo untuk mengetahui proses perubahan guna lahan dari alami dan adanya intervensi kegiatan
berupa industri dan pariwisata. Hasil analisis CA menunjukkan bahwa dengan adanya kebijakan
pengembangan pariwisata dan industri di Perkotaan Bimindo memberikan dampak signifikan
terhadap perubahan guna lahan dari lahan non terbangun menjadi lahan terbangun. Skema dari
analisis CA yang dilakukan adalah sebagai berikut

Proses Analisis CA di Kawasan Perkotaan Bimindo

BIMINDO|9
EXECUTIVE SUMMARY
PENYUSUNAN MATEK RTR KSN
PERKOTAAN BIMINDO

7. PEREKONOMIAN

Hasil analisis LQ menunjukkan bahwa sektor unggulan di Kawasan Perkotaan Bimindo didominasi
oleh sektor tersier, dimana setidaknya terdapat 9 lapangan usaha dari 12 lapangan usaha pada sektor
tersier yang merupakan sektor unggulan. Sedangkan untuk sektor primer hasil analisis menunjukkan
bukan merupakan sektor unggulan.
Analisis LQ Kawasan Perkotaan Bimindo
NO LAPANGAN USAHA KETERANGAN
1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Non Basis/Non Unggulan
2 Pertambangan dan Penggalian Non Basis/Non Unggulan
3 Industi Pengolahan Basis/Unggulan
4 Pegadaian Listrik dan Gas Non Basis/Non Unggulan
Pengadaan Air, Pengolaan Sampah, Limbah dan Daur
5 Ulang Basis/Unggulan
6 Konstruksi Basis/Unggulan
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan
7 Sepeda Motor Basis/Unggulan
8 Transportasi dan Pergudangan Basis/Unggulan
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Basis/Unggulan
10 Informasi dan Komunikasi Basis/Unggulan
11 Jasa Keuangan dan Asuransi Basis/Unggulan
12 Real Estate Non Basis/Non Unggulan
13 Jasa Perusahaan Basis/Unggulan
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan
14 Sosial Wjib Non Basis/Non Unggulan
15 Jasa Pedidikan Non Basis/Non Unggulan
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Basis/Unggulan
17 Jasa Lainnya Basis/Unggulan

B I M I N D O | 10
EXECUTIVE SUMMARY
PENYUSUNAN MATEK RTR KSN
PERKOTAAN BIMINDO

8. KELEMBAGAAN

B I M I N D O | 11
EXECUTIVE SUMMARY
PENYUSUNAN MATEK RTR KSN
PERKOTAAN BIMINDO

9. ISU STRATEGIS DAN DELINEASI KAWASAN


Berdasarkan kondisi eksisting baik berupa potensi dan masalah y yang terdapat pada kawasan
perkotaan Bimindo maka dirumuskan beberapa isu strategis yang terdapat pada kawasan perkotaan
Bimindo yaitu:
1. Kebutuhan sumber air baku Kota Manado – Bitung
2. Masalah kemacetan pada kawasan pusat perkotaan Manado
3. Overcapacity TPA Sumompo
4. Permukiman kumuh yang terdapat di Tuminting dan di sungai tondano Kota Manado
5. Pertambahan jumlah penduduk di kawasan perkotaan yang berpengaruh pada kebutuhan
lahan
6. Urban sprawl di perkotaan Manado dan Bitung
7. Ribbon development di ruas jalan Manado-Airmadidi
8. Kebutuhan sistem transportasi massal
9. Alih fungsi lahan kawasan DAS Tondano dan alih fungsi lahan hutan menjadi lahan
pertanian atau perebunan
10. Terjadinya penurunan ekosistem di DAS Tondano
11. Reklamasi pantai di Kota Manado ( kawasan Boulevard)
12. Daerah rawan banjir di perkotaan Manado yang meliputi kampung arab, dan kampung ternate
tanjung
13. Daerah rawan longsor terdapat pada ruas jalan Manado – Tomohon.
14. Daerah rawan letusan gunung api lokon.

Isu Stategis Spasial Kawasan Bimindo

B I M I N D O | 12
EXECUTIVE SUMMARY
PENYUSUNAN MATEK RTR KSN
PERKOTAAN BIMINDO

Isu Strategis Infrastruktur Kawasan Bimindo

Isu Stategis Lingkungan di Kawasan Perkotaan Bimindo

B I M I N D O | 13
EXECUTIVE SUMMARY
PENYUSUNAN MATEK RTR KSN
PERKOTAAN BIMINDO

Isu Stategis Lingkungan di Kawasan Perkotaan Bimindo

Isu strategis kelembagaan :

• Perlunya kerjasama dan bentuk kelembagaan lintas kabupaten/kota dalam mengatasi


permasalahan lintas wilayah administrasi
• Kerjasama hulu – hilir dalam industri pariwisata dan industri pengolahan (perikanan dan
perkebunan
Isu strategis kependudukan :

• Perlunya kerjasama dan bentuk kelembagaan lintas kabupaten/kota dalam mengatasi


permasalahan lintas wilayah administrasi
• Penyediaan prasarana dan sarana bagi free rider
• Potensi lendakan penduduk (migrasi masuk) dampak pembangunan KEK Bitung, KEK
Likupang, dan Kota Baru
• Tingkat kemiskinan di kawasan perkotaan (Kota Manado dan Kota Bitung mengikat dari
3 tahun sebelumnya)
✓ Kota Manado 2014 (20.380 jiwa) meningkat 2016 (22.410 jiwa)
✓ Kota Bitung 2015 (14.130 jiwa) meningkat 2018 (14.340 jiwa)

B I M I N D O | 14
EXECUTIVE SUMMARY
PENYUSUNAN MATEK RTR KSN
PERKOTAAN BIMINDO

10. PENENTUAN DELINEASI KSN PERKOTAAN BIMINDO


Penetapan deliniasi kawasan perkotaan Bimindo mempertimbangkan beberapa aspek yaitu
aspek kebijakan, aspek fisik lingkungan dan juga mempertimbangkan kriteria-kriteria kawasan
Metropolitan. Berikut merupakan uraian dari aspek diatas.
1. Aspek Kebijakan
Pada aspek kebijakan, penentuan deliniasi kawasan perkotaan Bimindo mengacu pada
beberapa peraturan yaitu :
• Peraturan Pemerintah no 13 tahun 2017 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasioanal.
• Peraturan Presiden No. 88 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Sulawesi
• Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 2014 tentang KEK Bitung
• RTRW Kota Manado
• RTRW Kota Bitung
• RTRW Kota Tomohon
• RTRW Kab. Minahasa
• RTRW Kabupaten Minahasa Utara

2. Aspek Fisik Lingkungan


Kriteria aspek fisik lingkungan yang digunakan dalam penentuan deliniasi kawasan yaitu:
• Daya Dukung Kawasan
Daya dukung lahan digunakan untuk mengetahui kabupaten atau kota mana
yang memiliki potensi untuk dikembangkan, yang memiliki kendala maupun
kabupaten atau kota mana yang menjadi limitasi dalam pengembangannya. Pada
kawasan perkotaan Bimindo, karakteristik fisik kawasan terdiri dari : kawasan yang
berpotensi untuk dikembangkan sebesar 43%, kawasan yang memiliki kendala
dalam pengembangannya sebesar 20% dan sebesar 37% merupakan kawasan
limitasi.

• Kesatuan Sistem Lingkungan


Analisis kesatua sistem lingkungan dalam penentuan deliniasi adalah terdapatnya
sistem DAS lintas kota/kabupaten (DAS Tondano) yang memberikan dampak lintas
kota/kabupaten sehingga memiliki kesamaan program penanganan kawasan dengan
kota/kabupaten lainnya.

3. Kriteria Metropolitan
Kriteria metropolitan yang digunakan dalam penentuan kawasan perkotaan Bimindo yaitu:
• Kependudukan
Berdasarkan pada undang-undang no 26 tahun 2007 tentang penataan ruang.
Kawasan metropolitan merupakan kawasan perkotaan dengan jumlah penduduk
sekurang-kurannya sebesar 1 juta jiwa. Jumlah penduduk kawasan perkotaan
Bimindo yang mencapai 1.282.599 jiwa, jumlah tersebut sudah melebihi ketentuan

B I M I N D O | 15
EXECUTIVE SUMMARY
PENYUSUNAN MATEK RTR KSN
PERKOTAAN BIMINDO

yang terdapat pada perundang-undangan sebesar 1 juta jiwa. sehingga kawasan


perkotaan Bimindo dari segi kependudukan dapat dikatakan sebagai kawasan
metropolitan. Berikut merupakan tabel jumlah penduduk kawasan perkotaan
Bimindo

• Struktur kawasan perkotaan


Struktur kawasan perkotaan Bimindo terdiri dari kawasan Core dan kawasan Sub
Core. Kawasan Core merupakan kawasan inti pengembangan perkotaan Bimindo
yang terdapat pada Kota Manado dan juga Kota Bitung. Sedangkan kawasan sub
core atau kawasan penyangga, perkotaan Bimindo terdapat pada Koto Tomohon,
Kecamatan Tondano dan juga Airmadidi.

• Aktivitas ekonomi
Aktivitas ekonomi kawasan perkotaan Bimindo yang terdiri dari sektor perdagangan
dan jasa, pariwisata, industri, pertanian, perikanan (hulu-hilir) merupakan aktivitas
ekonomi yang cukup komplek dikembangkan sebagai satu perkotaan, yang dapat
mendukung satu sama lainnya.

• Pergerakan commuting
Pergerakan kegiatan penduduk di kota – kabupaten ulang aling menjadi salah satu
ciri dari kawasan metropolitan. Pergerakan antara Kota Manado – Kota Bitung –
Kota Tomohon dan pusat permukiman di kabupaten lainnya maish dalam jarak
tempuh ideal, apalagi saat ini sedang dibangun jalan bebas hambatan Kota Manado
– Kota Bitung yang dapat ditempuh sekitar 30 menit.

• Urban area
Dalam penetapan kawasan urban area mempertimbangkan beberapa aspek yaitu
struktur perkotaan, keberadaan infrastruktur strategis dan juga kebijakan/rencana
pengembangan kawasan. Klasifikasi Urban Area dibagi menjadi dua yaitu : Urban
Area dan juga Extended Urban Area. Pembagian klasifikasi urban area tersebut
berdasarkan pada struktur kawasan perkotaan yang terdiri dari 4 kawasan yaitu :
kawasan urban core, urban fringe, peri urban dan juga rural. Selain itu pembagian
klasifikasi urban area ini juga pada keberadaan infrastruktur strategis yang berupa
jalan primer dan kolektor penghubug antara kawasan perkotaan Bimindo. dan juga,
adanya rencana pengembangan KEK Bitung.

Berdasarkan pada aspek-aspek diatas, berikut pembagian kawasan urban area yang
terdapat pada kawasan Bimindo.
1. Urban Area
Kota Manado → Semua Kecamatan kecuali Kecamatan Bunaken dan Bunaken
Kepulauan. Kota Bitung → Semua Kecamatan kecuali Lembeh Utara. Kota
Tomohon, → Semua Kecamatan. Kab. Minahasa Utara → Kec. Pineleng,

B I M I N D O | 16
EXECUTIVE SUMMARY
PENYUSUNAN MATEK RTR KSN
PERKOTAAN BIMINDO

Air Madidi, Kauditan, Talawaan, Kema, Lingkupang Barat, dan Likupang


Timur. Kab. Minahasa → Kec. Tondano Barat, Tondano Timur, Tondano
Selatan, Lawongan Selatan, Pineleng dan Sonder
2. Extended Urban Area
Kota Manado → Bunaken Kepulauan. Kota Bitung → Kec. Lembeh Utara.
Kab. Minahasa Utara → Kec Dimembe, Wori dan Linkupang Selatan. Kab.
Minahasa → Kec. Lembean Timur, Langowan Timur, Kakas, Kakas Barat,
Kombi, dan Tombariri Eris, Remboken, Kwangkoan, Tompaso Langowan
Utara, Langowan Barat, Tompaso Barat, Kawangkoan Barat, Tondano Utara,
Tondano Tumur, Tombulu, Kombariri Timur, dan Mandolang.

• Luas kawasan perkotaan


Luas kawasan perkotaan berdasarkan indikator kawasan metropolitan di Indonesia
adalah sebesar 100.000 Ha- 640.000 Ha. Kawasan perkotaan Bimindo memiliki total
luas kawasan sebesar 280.178 Ha, luas tersebut sudah memenuhi indikator kawasan
metropolitan yang terdapat di Indonesia. Sehingga kawasan perkotaan Bimindo
berdasarkan kriteria luas kawasan sudah dapat dikatakan sebagai kawasan
metropolitan.

B I M I N D O | 17
EXECUTIVE SUMMARY
PENYUSUNAN MATEK RTR KSN
BIMINDO PERKOTAAN BIMINDO

B TUJUAN KEBIJAKAN DAN STRATEGI


KAWASAN PERKOTAAN BIMINDO

Penataan Ruang Kawasan Perkotaan Bimindo bertujuan untuk mewujudkan


Kawasan Perkotaan Bimindo sebagai Pusat pertumbuhan Ekonomi berskala
Internasional di Wilayah Timur Indonesia berbasis pariwisata,
perdagangan dan jasa, serta industri pengolahan yang berdaya saing ,
adaptif terhadap bencana dan berwawasan lingkungan.

Kebijakan penataan ruang Kawasan Perkotaan Bimindo:

B I M I N D O | 18
EXECUTIVE SUMMARY
PENYUSUNAN MATEK RTR KSN
PERKOTAAN BIMINDO

Strategi Penataan Ruang Kawasan Perkotaan Bimindo


Strategi disusun sebagai penjabaran kebijakan ke dalam langkah-langkah operasional untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Perumusan strategi difokuskan pada:
a. Strategi terkait dengan pengembangan kependudukan (pertumbuhan, distribusi, dan
ketenagakerjaan), meliputi:
i. strategi pengaturan pertumbuhan penduduk yang sesuai dengan daya dukung dan
daya tampung kawasan perkotaan;
ii. strategi penetapan arahan sebaran penduduk yang sesuai dengan daya dukung dan
daya tampung kawasan perkotaan, serta peluang pengembangan prasarana dan
sarana perkotaan; dan
iii. strategi pengembangan ketenagakerjaan yang sesuai dengan ketersediaan
lapangan pekerjaan dan peluang pengembangannya di sektor perkotaan.
b. Strategi terkait dengan pengembangan perekonomian perkotaan, meliputi:
i. strategi penentuan sektor perekonomian perkotaan yang mempertimbangkan
potensi wilayah, peluang eksternal, serta daya dukung dan daya tampung kawasan
perkotaan;
ii. strategi penetapan sebaran kegiatan perekonomian perkotaan yang sesuai dengan
daya dukung dan daya tampung kawasan perkotaan, serta peluang pengembangan
prasarana dan sarana perkotaan; dan
iii. strategi penentuan sektor perekonomian perkotaan terkait dengan penyediaan
lapangan kerja yang selektif sesuai dengan visi pembangunan perkotaan yang
dicanangkan.
c. Strategi terkait dengan sistem pusat-pusat pelayanan perkotaan (sistem kota-kota) serta
pelayanan sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat, meliputi:
i. strategi penetapan jumlah, jenis, dan sebaran pusat kegiatan utama perkotaan
sebagai aplikasi dari kebijakan perekonomian; dan
ii. strategi penetapan jumlah, fungsi, dan sebaran pusat-pusat pelayanan perkotaan
yang berorientasi pada pelayanan sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat.
d. Strategi terkait dengan sistem jaringan prasana utama dan sistem jaringan prasarana
lainnya yang mendukung operasionalisasi sistem perkotaan, meliputi:
i. strategi pengembangan sistem jaringan transportasi yang berorientasi jauh ke
depan, efisien (integrasi moda), berbasis pada transportasi massal, dan ramah
lingkungan; dan
ii. strategi pemenuhan kebutuhan sistem jaringan energi, sistem jaringan
telekomunikasi, sistem jaringan sumber daya air, sistem penyediaan air minum,
sistem jaringan drainase, sistem jaringan air limbah, dan sistem pengelolaan
persampahan untuk pelayanan kegiatan utama dan pelayanan masyarakat
perkotaan.
e. Strategi terkait dengan pola ruang (optimasi penggunaan ruang termasuk ruang terbuka
hjau perkotaan), meliputi:

B I M I N D O | 19
EXECUTIVE SUMMARY
PENYUSUNAN MATEK RTR KSN
PERKOTAAN BIMINDO

i. strategi pendistribusian ruang untuk kawasan lindung dalam rangka menjamin


keberlangsungan kegiatan perkotaan melalui upaya pengurangan resiko bencana;
dan
ii. strategi pendistribusian ruang untuk kawasan budi daya yang mempertimbangkan
kesesuaian fungsi kegiatan perkotaan.
Strategi penataan ruang kawasan perkotaan merupakan penjabaran kebijakan penataan ruang
kawasan perkotaan ke dalam langkah-langkah operasional untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Strategi penataan ruang kawasan perkotaan berfungsi:
a. sebagai dasar untuk penyusunan rencana struktur ruang dan rencana pola ruang kawasan
perkotaan;
b. memberikan arahan penyusunan indikasi program utama dalam RTR Kawasan
Perkotaan; dan
c. sebagai dasar dalam penetapan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang kawasan
perkotaan.
Strategi penataan ruang wilayah kawasan perkotaan dirumuskan berdasarkan:
a. kebijakan penataan ruang kawasan perkotaan;
b. kapasitas sumber daya wilayah dalam melaksanakan kebijakan penataan ruangnya; dan
c. ketentuan perundang-undangan.
Strategi penataan ruang kawasan perkotaan dirumuskan dengan kriteria:
a. memiliki kaitan logis dengan kebijakan penataan ruang;
b. tidak bertentangan dengan tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah
nasional, provinsi, kota dan kabupaten;
c. jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan pada
wilayah kabupaten secara efisien dan efektif;
d. harus dapat dijabarkan secara spasial dalam rencana struktur ruang dan rencana pola
ruang kawasan perkotaan; dan
e. tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

B I M I N D O | 20
EXECUTIVE SUMMARY
PENYUSUNAN MATEK RTR KSN
BIMINDO PERKOTAAN BIMINDO

C RENCANA STRUKTUR RUANG


KAWASAN PERKOTAAN BIMINDO
1. Rencana Sistem Pusat Permukiman
Rencana sistem pusat permukiman di Kawasan Perkotaan Bimindo terdiri atas pusat kegiatan
di kawasan perkotaan inti dan pusat kegiatan di kawasan perkotaan di sekitarnya. Dengan mengacu
kepada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 15/PRT/M/2012 tentang Pedoman Penyusunan
Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional, sistem pusat-pusat permukiman di kawasan
perkotaan meliputi: kawasan perkotaan inti; dan kawasan perkotaan di sekitarnya.
Kawasan Perkotaan Inti (Metropolitan Core Area) adalah kawasan perkotaan yang merupakan
bagian dari kawasan metropolitan dengan fungsi sebagai pusat kegiatan-kegiatan utama dan
pendorong pengembangan kawasan perkotaan di sekitarnya. Pusat kegiatan di kawasan perkotaan
inti ditetapkan sebagai pusat kegiatan-kegiatan utama dan pendorong pengembangan kawasan
perkotaan di sekitarnya. kawasan perkotaan inti merupakan kawasan koridor perkotaan Kota Manado
hingga Kota Bitung. Fungsi dari masing-masing kota inti adalah sebagai berikut
a) Kota Manado ditetapkan sebagai:
1. Pusat pemerintahan provinsi;
2. pusat pemerintahan kota;
3. pusat perdagangan dan jasa skala internasional, nasional, dan regional;
4. pusat pelayanan pendidikan tinggi;
5. pusat pelayanan olahraga skala internasional, nasional, dan regional;
6. pusat pelayanan kesehatan skala internasional, nasional, dan regional;
7. pusat pelayanan sistem angkutan umum penumpang regional;
8. pusat pelayanan transportasi laut nasional;
9. pusat pelayanan transportasi udara internasional dan nasional;
10. pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara;
11. pusat kegiatan pariwisata; dan
12. pusat kegiatan pertemuan, pameran, dan sosial budaya
b) Kota Bitung ditetapkan sebagai:
1. pusat pemerintahan kota dan/atau kecamatan;
2. pusat kegiatan industri;
3. pusat perdagangan dan jasa skala regional;
4. pusat pelayanan sistem angkutan umum barang internasional dan regional;

B I M I N D O | 21
EXECUTIVE SUMMARY
PENYUSUNAN MATEK RTR KSN
PERKOTAAN BIMINDO

5. pusat kegiatan pariwisata; dan


6. pusat kegiatan perikanan.

Pusat kegiatan di kawasan perkotaan di sekitarnya ditetapkan sebagai penyeimbang (counter


magnet) perkembangan kawasan perkotaan inti. Pusat kegiatan di kawasan perkotaan di sekitarnya
(kota sekunder):
a) Kawasan Perkotaan Airmadidi di Kabupaten Minahasa Utara, terdiri atas:
1. pusat pemerintahan;
2. pusat perdagangan dan jasa skala regional;
3. pusat kegiatan pariwisata;
4. pusat kegiatan pertanian; dan
5. pusat pelayanan sistem angkuan umum penumpang dan barang regional.
b) Kawasan Perkotaan Likupang di Kabupaten Minahasa Utara, terdiri atas:
1. pusat kegiatan pariwisata;
2. pusat kegiatan pertanian;
3. pusat kegiatan perikanan; dan
4. pusat pelayanan sistem angkutan umum penumpang.
c) Kawasan Perkotaan Tetelu di Kabupaten Minahasa Utara sebagai pusat kegiatan
pertanian.
d) Kawasan Perkotaan Munte di Kabupaten Minahasa Utara, terdiri atas:
1. pusat kegiatan perikanan; dan
2. pusat kegiatan pertanian.
e) Kawasan Perkotaan Wori di Kabupaten Minahasa Utara, terdiri atas:
1. pusat kegiatan pertanian; dan
2. pusat kegiatan perikanan.
f) Kawasan Perkotaan Tomohon di Kota Tomohon, terdiri atas:
1. pusat pemerintahan;
2. pusat kegiatan pariwisata; dan
3. pusat pelayanan sistem angkutan umum penumpang dan barang regional.
g) Kawasan Perkotaan Tondano di Kabupaten Minahasa, terdiri atas:
1. pusat pemerintahan;
2. pusat kegiatan pariwisata; dan
3. pusat pelayanan pendidikan tinggi;
4. pusat kegiatan pertanian; dan
5. pusat pelayanan sistem angkutan umum penumpang dan regional
h) Kawasan Perkotaan Tanawangko di Kabupaten Minahasa, terdiri atas:
1. pusat kegiatan perikanan;
2. pusat kegiatan pertanian; dan
3. pusat kegiatan pariwisata.
i) Kawasan Perkotaan Koka di Kabupaten Minahasa, terdiri atas:
1. pusat kegiatan perdagangan dan jasa; dan
2. pusat kegiatan peternakan.

B I M I N D O | 22
EXECUTIVE SUMMARY
PENYUSUNAN MATEK RTR KSN
PERKOTAAN BIMINDO

j) Kawasan Perkotaan Pineleng di Kabupaten Minahasa, terdiri atas:


1. pusat pelayanan pendidikan tinggi;
2. pusat pertanian; dan
3. pusat perdagangan dan jasa.

2. Rencana Sistem Jaringan Prasarana


Rencana sistem jaringan prasarana Kawasan Perkotaan Bimindo meliputi sistem jaringan
transportasi, energi, telekomunikasi, sumber daya air, dan prasarana perkotaan.

2.1 Rencana Jaringan Transportasi


Sistem jaringan transportasi ditetapkan dalam rangka meningkatkan kualitas dan jangkauan
pelayanan pergerakan orang dan barang serta memfungsikannya sebagai pendorong pertumbuhan
ekonomi. Sistem jaringan transportasi terdiri atas:
a. sistem jaringan transportasi darat;
b. sistem jaringan transportasi laut; dan
c. sistem jaringan transportasi udara.
A. Sistem Transportasi Darat
Pengembangan jaringan lalu lintas dan angkutan jalan akan meliputi: jaringan jalan, jaringan
prasarana lalu lintas dan angkutan jalan, dan jaringan pelayanan lalu-lintas dan angkutan jalan.
1. Jaringan Jalan
Jaringan jalan (dan jembatan) merupakan jaringan prasarana yang paling penting dan
sangat terkait dengan penetapan pusat kegiatan sistem perkotaan.
Rencana sistem jaringan jalan dalam struktur ruang Kawasan Perkotaan Bimindo adalah
sistem primer (wilayah/antar-wilayah) dan sistem sekunder (dalam kawasan perkotaan).
Sistem primer terdiri atas Jalan Bebas Hambatan (Highway), Jalan Arteri Primer (JAP),
Jalan Kolektor Primer (JKP), dan Jalan Lokal Primer (JLP). Sementara sistem sekunder
adalah Jalan Arteri Sekunder dalam kawasan perkotaan.
Penetapan sistem jaringan jalan tersebut didasarkan pada:
Penetapan dalam RTRWN, penetapan dalam Keputusan Menteri PU tentang Jalan
Nasional, dan penetapan dalam RTRW Provinsi Sulawesi Utara; dan
Kajian terhadap sistem jaringan jalan dan penyimpulan mengenai jaringan jalan
yang ditetapkan dalam RTR Kawasan Perkotaan Bimindo ini berdasarkan
penetapan sistem perkotaan atau pusat kegiatan/pelayanan.
Rencana sistem jaringan jalan sebagaimana penetapan jaringan jalan pada uraian di atas
adalah sebagai berikut:
a. Jalan Bebas Hambatan (Highway)
Jalan bebas hambatan (highway) adalah rencana pengembangan jalan yang
ditetapkan pada Rencana Struktur Ruang Wilayah Nasional dalam RTRWN. Bebas
Hambatan (Tol) Kairagi – Mapanget
(1) Bebas Hambatan (Tol) Tomohon – Amurang
b. Jalan Arteri Primer (JAP)
Jalan Arteri Primer ditetapkan dalam RTRW Nasional dan ditetapkan lanjut dalam
RTRW Provinsi Sulawesi Utara. Sesuai dengan Keputusan Menteri Pekerjaan

B I M I N D O | 23
EXECUTIVE SUMMARY
PENYUSUNAN MATEK RTR KSN
PERKOTAAN BIMINDO

Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 248/KPTS/M/2015 tentang Penetapan Ruas


Jalan Dalam Jaringan Jalan Primer Menurut Fungsinya Sebagai Jalan Arteri (JAP)
Dan Jalan Kolektor-1 (JKP-1).
c. Jalan Kolektor Primer (JKP-1)
Jalan Arteri Primer ditetapkan dalam RTRW Nasional dan ditetapkan lanjut dalam
RTRW Provinsi Sulawesi Utara. Sesuai dengan Keputusan Menteri Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 248/KPTS/M/2015 tentang Penetapan Ruas
Jalan Dalam Jaringan Jalan Primer Menurut Fungsinya Sebagai Jalan Arteri (JAP)
Dan Jalan Kolektor-1 (JKP-1), ruas-ruas Jalan Nasional dengan fungsi sebagai
Jalan Kolektor Primer-1 yang terletak dalam Kawasan Perkotaan Bimindo meliputi
Jalan Kolektor Primer yang menghubungkan Antar Ibukota Provinsi (K-1)

2. Jaringan Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan


Jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan terdiri atas: terminal penumpang,
terminal barang, jembatan timbang, dan unit pengujian kendaraan bermotor.
a. Lajur, jalur atau jalan khusus angkutan massal
Lajur, jalur, atau jalan khusus angkutan massal ditetapkan dalam rangka
mengembangkan potensi dan perannya untuk mewujudkan keamanan,
keselamatan, ketertiban, kelancaran berlalu lintas, dan mendukung kebutuhan
angkutan massal. Lajur, jalur, atau jalan khusus angkutan massal di Kawasan
Perkotaan Inti terdiri atas:
(1). Koridor Barat menghubungkan Kalasey (simpul) – Malalayang – Wenang –
Bunaken – Mapanget – Bandara (simpul);
(2). Koridor Tengah menghubungkan Kalasey (simpul) – Malalayang – Wenang
– Paal 2 – Liwas (simpul) – Mapanget – Bandara (simpul);
(3). Koridor Timur menghubungkan Bandara (simpul) – Kairagi – Maumbi
(simpul);
(4). Koridor Selatan menghubungkan Kalasey (simpul) – Malalayang – Sario –
Winangun – Pineleng (simpul); dan
(5). Koridor Utara menghubungkan Bandara (simpul) – Likupang (simpul).

b. Terminal Penumpang
(1) Rencana Terminal tipe A, merupakan terminal yang berfungsi melayani
kendaraan umum untuk angkutan antarkota antarprovinsi, angkutan antarkota
dalam provinsi, angkutan kota, dan angkutan perdesaan meliputi:
a) Terminal Malalayang di Kecamatan Malalayang pada Kota Manado;
b) Terminal Liwas di Kecamatan Paal Dua pada Kota Manado; dan
c) Terminal Tangkoko di Kecamatan Matuari pada Kota Bitung.
d) Terminal Kakas di Kecamatan Kakas Kabupaten Minahasa
(2) Terminal Tipe B,merupakan terminal yang berfungsi melayani kendaraan
umum untuk angkutan antarkota dalam provinsi, angkutan kota, dan/atau
angkutan perdesaan meliputi:
a) Terminal Paal Dua di Kecamatan Paal Dua pada Kota Manado;

B I M I N D O | 24
EXECUTIVE SUMMARY
PENYUSUNAN MATEK RTR KSN
PERKOTAAN BIMINDO

b) Terminal Kerombasan di Kecamatan Wanea pada Kota Manado;


c) Terminal Airmadidi di Kecamatan Airmadidi pada Kabupaten Minahasa
Utara;
d) Terminal Likupang di Kecamatan Likupang pada Kabupaten Minahasa
Utara;
e) Terminal Beriman di Kecamatan Tomohon Timur pada Kota Tomohon;
f) Terminal Tondano di Kecamatan Tondano Barat pada Kabupaten
Minahasa;
g) Terminal Tanawangko di Kecamatan Tombariri pada Kabupaten
Minahasa
c. Terminal Barang
Terminal angkutan barang merupakan prasarana pendukung bagi pergerakan
barang dengan jangkauan regional atau pengangkutan barang dari dan ke luar
kawasan. Untuk itu pengembangan terminal barang direncanakan terletak kawasan
inti. Pembangunan terminal barang dilakukan di Liwas.
d. Jembatan Timbang
Jembatan timbang merupakan prasarana untuk mengawasi dan mengendalikan
berat atau beban kendaraan dan muatannya agar tidak melampaui kapasitas jalan.
Jembatan timbang ini diletakkan pada jaringan jalan utama yang memiliki volume
lalu lintas relatif tinggi.
e. Unit Pengujian Kendaraan Bermotor
Unit Pengujian Kendaraan Bermotor (UPKB) adalah unit kerja di bawah
Kementerian Perhubungan yang melaksanakan tugas pengawasan muatan barang
dengan menggunakan alat penimbangan yang dipasang secara tetap pada setiap
lokasi tertentu.
3. Rencana Sistem Jaringan Perkeretaapian
Rencana pengembangan jaringan jalur kereta api di Kawasan Perkotaan Bimindo
ditetapkan dalam rangka mengembangkan interkoneksi dengan sistem jaringan jalur wilayah
nasional, Pulau Sulawesi, dan Provinsi Sulawesi Utara. Rencana jaringan perkerataapian
mengacu kepada RTRWN dan RTRW Provinsi Sulawesi Utara, yang menetapkan pada
Kawasan Perkotaan Bimindo ada jaringan jalur kereta api yaitu:
1. Sistem Jaringan perkeretaapian, meliputi jaringan jalur kereta api (KA) yang meliputi
jaringan jalur KA umum yang terdiri dari:
a. Jalur kereta api antar kota yang meliputi:
• jaringan jalur kereta api lintas barat Pulau Sulawesi Bagian Utara yang
menghubungkan Makassar – Manado; dan
• jaringan jalur kereta api yang menghubungkan Manado – Bitung.
b. Jalur kereta api perkotaan terdiri dari jalur Minahasa (Kalasey) – Manado
(Bandara) – Minahasa Utara (Likupang)
2. Stasiun KA Besar dan Sedang, meliputi :
a. stasiun Manado;
b. stasiun Bitung;
c. stasiun Likupang dan Wori di Minahasa Utara;

B I M I N D O | 25
EXECUTIVE SUMMARY
PENYUSUNAN MATEK RTR KSN
PERKOTAAN BIMINDO

B. Sistem Transportasi Laut


Transportasi laut di Kawasan Perkotaan Bimindo terdapat di Bitung. Sistem jaringan prasarana
transportasi laut mencakup: pelabuhan laut, pelabuhan laut khusus, dan alur pelayaran transportasi
laut.
1. Pelabuhan Laut
Tatanan kepelabuhan meliputi pelabuhan laut di:
a. International Hub Port / Pelabuhan internasional / utama yaitu Pelabuhan Bitung di
Kecamatan Maesa dan Kecamatan Aertembaga pada Kota Bitung.
b. Rencana pelabuhan pengumpul yaitu Pelabuhan Manado di Kecamatan Wenang pada
Kota Manado.
c. Rencana pengembangan pelabuhan regional / pengumpan primer yaitu Pelabuhan
Likupang dan Pelabuhan Munte Kabupaten Minahasa Utara
d. Pelabuhan Pengumpan Lokal meliputi:
(1) Pelabuhan Tanahwangko, Pelabuhan Kora kora, Pelabuhan Ratatotok, Pelabuhan
Bentenan pada Kabupaten Minahasa,
(2) Pelabuhan Mantehage, Pelabuhan Nain, Pelabuhan Gangga, Pelabuhan Bangka,
Pelabuhan Talise, Pelabuhan Kema pada Kabupaten Minahasa Utara,
(3) Pelabuhan Bunaken, Pelabuhan Siladen, Pelabuhan Tumumpa, Pelabuhan
Manado tua pada Kota Manado,
(4) Pelabuhan Lembeh dan Pelabuhan Bitung pada Kota Bitung
2. Pelabuhan Laut Khusus
Pelabuhan laut khusus adalah pelabuhan laut yang dikelola perusahaan untuk keperluan
angkutan sendiri.
3. Alur Pelayaran Transportasi Laut
Alur pelayanan ditetapkan dalam rangka mewujudkan perairan yang aman untuk dilayari. Alur
pelayaran merupakan alur pelayaran laut yang terdiri atas:
a. alur pelayaran nasional, yaitu alur yang menghubungkan Pelabuhan Utama Bitung dengan
pelabuhan nasional lainnya; dan
b. alur pelayaran internasional, yaitu alur yang menghubungkan Pelabuhan Utama Bitung
dan alur pelayaran internasional melalui Alur Laut Kepulauan Indonesia.

C. Sistem Transportasi Udara


Sistem jaringan transportasi udara ini mencakup: tatanan kebandarudaraan, dan ruang udara
untuk penerbangan.
1. Tatanan Kebandarudaraan
Tatanan kebandarudaraan ditetapkan dalam rangka melaksanakan fungsi bandar udara
untuk menunjang kelancaran, keamanan dan ketertiban arus lalu lintas pesawat udara,
penumpang, kargo dan/atau pos keselamatan penerbangan, tempat perpindahan intra
dan/atau antarmoda, serta mendorong perekonomian nasional dan daerah. Tatanan
kebandarudaraan di Kawasan Perkotaan Bimindo meliputi:
a. Bandar Udara (Bandara) yang terdapat di Bandar udara pengumpul skala primer
Sam Ratulangi di Manado:

B I M I N D O | 26
EXECUTIVE SUMMARY
PENYUSUNAN MATEK RTR KSN
PERKOTAAN BIMINDO

ii. Perluasan bandara Sam Ratulangi;


iii. Penambahan landasan pacu penerbangan bandara Sam Ratulangi.
b. Rencana pengembangan bandar udara baru, Pulau Lembeh di Bitung, yang
direncanakan sebagai bandar udara pengumpan; dan
c. Bandar udara khusus di Kalawiran Minahasa yang akan dikembangkan sebagai
Bandar Udara Khusus Aerosport TNI.
2. Ruang Udara Untuk Penerbangan
Ruang udara untuk penerbangan yang berkenaan dengan Bandara berkenaan dengan
keselamatan operasional penerbangan terutama untuk mendarat (landing) dan tinggal
landas (take off. ruang udara untuk penerbangan tersebut akan mengacu kepada
ketentuan Aerodromes for Light Aircraft (ALA).
Ruang udara untuk penerbangan, terdiri atas:
a. Ruang udara di atas bandar udara yang dipergunakan langsung untuk kegiatan
bandar udara;
b. Ruang udara di sekitar bandar udara yang dipergunakan untuk operasi
penerbangan.
c. Ruang udara untuk penerbangan diatur lebih lanjut sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.

2.2 Rencana Jaringan Energi


Sistem jaringan energi ditetapkan dalam rangka memenuhi kebutuhan energi dalam jumlah
cukup dan menyediakan akses berbagai jenis energi bagi Masyarakat untuk kebutuhan sekarang dan
masa datang. Rencana jaringan energi di Kawasan Perkotaan Bimindo terdiri dari jaringan pipa
minyak dan gas bumi, jaringan tenaga listrik, dan jaringan transmisi tenaga listrik.
1. Jaringan pipa minyak dan gas bumi
Jaringan pipa minyak dan gas bumi meliputi:
a. jaringan pipa transmisi dan distribusi minyak dan gas bumi yang mengintegrasikan fasilitas
produksi, pengolahan, dan/atau penyimpanan, hingga akses menuju kawasan perkotaan
nasional dalam mendukung sistem pasokan energi nasional terdiri atas:
1. jaringan pipa transmisi minyak dan gas bumi Bitung; dan
2. jaringan pipa transmisi minyak dan gas bumi Manado.
b. fasilitas penyimpanan berupa depo minyak bumi terdiri atas Depo Bahan Bakar Minyak
Darat Manado dan Depo Bahan Bakar Minyak Darat Bitung; dan
c. jaringan pipa gas bumi.
2. Jaringan tenaga listrik
Rencana Pembangkit tenaga listrik meliputi:
a. Pembangkit Listrik Tenaga Air Tonsea Lama di Kecamatan Tondano Utara pada
Kabupaten Minahasa;
b. Pembangkit Listrik Tenaga Air Tanggari I di Kecamatan Airmadidi pada Kabupaten
Minahasa Utara;
c. Pembangkit Listrik Tenaga Air Tanggari II di Kecamatan Airmadidi pada Kabupaten
Minahasa Utara;

B I M I N D O | 27
EXECUTIVE SUMMARY
PENYUSUNAN MATEK RTR KSN
PERKOTAAN BIMINDO

d. Pembangkit Listrik Tenaga Air Sawangan di Kecamatan Airmadidi pada Kabupaten


Minahasa Utara;
e. Pembangkit Listrik Tenaga Air Minahasa Utara I, II dan III di Kecamatan Airmadidi
pada Kabupaten Minahasa Utara;
f. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Bitung di Kecamatan Maesa pada Kota Bitung;
g. Pembangkit Listrik Tenaga Surya Bunaken di Kecamatan Bunaken Kepulauan pada Kota
Manado;
h. Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Kecamatan Likupang pada Kabupaten Minahasa
Utara;
i. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Lahendong I, II, III, IV, V, dan VI di Kecamatan
Tomohon Selatan pada Kota Tomohon;
j. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Airmadidi di Kecamatan Airmadidi pada
Kabupaten Minahasa Utara;
k. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Gunung Dua Saudara di Kecamatan Madidir
pada Kota Bitung;
l. Pembangkit Listrik Tenaga Gas Minahasa di Kecamatan Likupang pada Kabupaten
Minahasa Utara; dan
m. Pembangkit Listrik Tenaga Samudra Pulau Lembeh di Kecamatan Lembeh Selatan pada
Kota Bitung.
3. Jaringan transmisi tenaga listrik
Jaringan transmisi tenaga listrik terdiri atas:
a. Saluran udara tegangan ekstra tinggi
(1). Jalur yang menghubungkan Kawangkoan di Kabupaten Minahasa – Lopana di
Kabupaten Minahasa Selatan;
(2). Jalur yang menghubungkan Tomohon di Kota Tomohon – Kawangkoan di
Kabupaten Minahasa;
(3). Jalur yang menghubungkan Teling di Kota Manado – Tomohon di Kota Tomohon;
(4). Jalur yang menghubungkan Ranomut di Kota Manado – Teling di Kota Manado;
(5). Jalur yang menghubungkan Sawangan di Kabupaten Minahasa Utara – Ranomut di
Kota Manado;
(6). Jalur yang menghubungkan Bitung di Kota Bitung – Sawangan di Kabupaten
Minahasa Utara;
(7). Jalur yang menghubungkan Tomohon di Kota Tomohon – Tonsea Lama di
Kabupaten Minahasa;
(8). Jalur yang menghubungkan Tomohon di Kota Tomohon – Tasikria di Kabupaten
Minahasa; dan
(9). Jalur yang menghubungkan Tanggari di Kabupaten Minahasa Utara – Sawangan di
Kabupaten Minahasa Utara.
b. Saluran udara tegangan tinggi
Saluran Udara Tegangan Tinggi ditetapkan membentang pada jalur menghubungkan antar
kabupaten/kota di Kawasan Perkotaan Bimindo.
c. Gardu induk, yang meliputi:

B I M I N D O | 28
EXECUTIVE SUMMARY
PENYUSUNAN MATEK RTR KSN
PERKOTAAN BIMINDO

(1) Gardu Induk Likupang dengan kapasitas 20 MVA yang ditetapkan di


Kecamatan Likupang pada Kabupaten Minahasa Utara; dan
(2) Gardu Induk Bitung dengan kapasitas 20 MVA yang ditetapkan di
Kecamatan Maesa pada Kota Bitung;
(3) Gardu Induk Sawangan dengan kapasitas 14 MVA yang ditetapkan di
Kecamatan Airmadidi pada Kabupaten Minahasa Utara;
(4) Gardu Induk Tonse Lama dengan kapasitas 38 MVA yang ditetapkan di
Kecamatan Kembuan pada Kabupaten Minahasa;
(5) Gardu Induk Tomohon dengan kapasitas 121 MVA yang ditetapkan di
Kecamatan Tomohon Selatan pada Kota Tomohon;
(6) Gardu Induk Tasik Ria dengan kapasitas 20 MVA yang ditetapkan di
Kecamatan Tombariri pada Kabupaten Minahasa;
(7) Gardu Induk Teling dengan kapasitas 50 MVA yang ditetapkan di
Kecamatan Wanea pada Kota Manado;
(8) Gardu Induk Ranomut dengan kapasitas 60 MVA yang ditetapkan di
Kecamatan Paal Dua pada Kota Manado;
(9) Gardu Induk Kawangkoan dengan kapasitas 20 MVA yang ditetapkan di
Kecamatan Kawangkoan pada Kabupaten Minahasa;
(10) Gardu Induk Paniki/Kalawat dengan kapasitas 60 MVA yang ditetapkan di
Kecamatan Kalawat pada Kabupaten Minahasa Utara;
(11) Gardu Induk Kema dengan kapasitas 60 MVA yang ditetapkan di
Kecamatan Kema pada Kota Bitung; dan
(12) Gardu Induk Teling-GIS dengan kapasitas 60 MVA yang ditetapkan di
Kecamatan Wanea pada Kota Manado

2.3 Rencana Jaringan Telekomunikasi


Sistem jaringan telekomunikasi ditetapkan dalam rangka meningkatkan aksesibilitas Masyarakat dan
dunia usaha terhadap layanan telekomunikasi. Sistem Jaringan Telekomunikasi, meliputi :
a. Sistem Jaringan Terestrial
b. Sistem Jaringan Nirkabel
Sistem Jaringan terestrial di wilayah Provinsi Sulawesi Utara, terdiri atas
1. Sistem Jaringan Serat Optik, yang meliputi :
a. Jaringan Serat Optik Manado – Bahu/Kleak sepanjang kurang lebih 5,9 km;
b. Jaringan Serat Optik Manado – Paniki sepanjang kurang lebih 10,9 km;
c. Jaringan Serat Optik Paniki – Airmadidi sepanjang + 17,4 km;
d. Jaringan Serat Optik Airmadidi – Kauditan sepanjang kurang lebih 9,8 km;
e. Jaringan Serat Optik Kauditan – Bitung sepanjang kurang lebih 18,2 km;
f. Jaringan Serat Optik Bitung – Tondano sepanjang kurang lebih kurang lebih 49,5 km;
g. Jaringan Serat Optik Tondano – Tomohon sepanjang kurang lebih 15,3 km;

B I M I N D O | 29
EXECUTIVE SUMMARY
PENYUSUNAN MATEK RTR KSN
PERKOTAAN BIMINDO

h. Jaringan Serat Optik Tomohon – Langowan sepanjang kurang lebih 32 km;


i. Jaringan Serat Optik Manado – SBB (Stasiun Bumi Besar) sepanjang kurang lebih 3,4
km;
j. Jaringan Serat Optik Manado sepanjang kurang lebih 5 km;
k. Jaringan Serat Optik Manado – Universitas Sam Ratulangi sepanjang kurang lebih 6,9
km;
2. Sistem Jaringan Nirkabel, yang meliputi :
a. Jaringan Satelit, meliputi : Stasiun Bumi Dendengan dan Stasiun Bumi Komo di Manado.
b. Jaringan Mikro Digital, meliputi :
I. Sistem Jaringan Mikro Digital (Backbone Transport Radio), meliputi : Jaringan
Mikro Digital Perkotaan Manado – Minahasa / Tondano sepanjang kurang lebih 21,6
km; Jaringan Mikro Digital Minahasa / Tondano – Kota Tomohon sepanjang kurang
lebih 11,3 km;
II. Sistem Jaringan Mikro Digital (Remote Metro Junction / RMJ) meliputi Jaringan
Mikro Digital Perkotaan Manado –Tongkaina Kecamatan Bunaken sepanjang
kurang lebih 10,35 km; Jaringan Mikro Digital Perkotaan Manado - Desa Koha Gn.
Agotey sepanjang kurang lebih 13,99 km; Jaringan Mikro Digital Perkotaan Manado
Desa Koha Gn. Agotey – Amurang Minahasa Selatan sepanjang kurang lebih 30,72
km; Jaringan Mikro Digital Kabupaten Minahasa / Tondano – Bitung sepanjang
kurang lebih 29 km.

2.4 Rencana Jaringan Sumber Daya Air


Sistem jaringan sumber daya air ditetapkan dalam rangka pengelolaan sumber daya air yang
terdiri atas konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak
air. Sistem jaringan prasarana jaringan sumber daya air Provinsi Sulawesi Utara, meliputi:
a. Wilayah Sungai;
b. Cekungan Air Tanah;
c. Jaringan Irigasi;
d. Jaringan air baku untuk air minum; dan
e. Pengendalian banjir dan pengamanan pantai.
Pengelolaan sistem jaringan prasarana sumber daya air sebagai direncanakan melalui
pendekatan Wilayah Sungai dan Cekungan Air Tanah, serta keterpaduannya dengan pola ruang
dengan memperhatikan keseimbangan pemanfaatan sumber daya air permukaan dan air tanah.
Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana sumber daya air, meliputi aspek konservasi
sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air dan pengendalian daya rusak air.
Sumber air di Kawasan perkotaan Bimindo meliputi:
1. Sumber air berupa air permukaan pada sungai, terdiri atas:
a) WS Strategis Nasional Tonado – Sangihe – Talaud – Miangas meliputi DAS Kalasey,
DAS Kolongan, DAS Malalayang, DAS Sario, DAS Tondano, DAS Maasing, DAS
Bailang, DAS Kima, DAS Talawaan, DAS Walangan, DAS Mansilong, DAS Batu,
DAS Likupang, DAS Maen, DAS Batuputih, DAS Pasondolong, DAS Girian, DAS
Bendungan Kema, DAS Sawangan, DAS Bulo, DAS Buraran, DAS Kaweruan, DAS

B I M I N D O | 30
EXECUTIVE SUMMARY
PENYUSUNAN MATEK RTR KSN
PERKOTAAN BIMINDO

Manembo, DAS Bunaken, DAS Manadotua, DAS Mantehage, DAS Talise, DAS
Bangka, dan DAS Lembeh; dan
b) WS Poigar – Ranoyapo meliputi DAS Tambala, DAS Ritey, DAS Kumu, dan DAS
Nimanga.
2. Sumber air berupa air permukaan pada waduk, danau, atau embung terdiri atas:

1. Waduk Kuwil Kawangkoan di Kecamatan Kalawat pada Kabupaten Minahasa Utara;


2. Danau Tondano di Kecamatan Remboken, Kecamatan Tondano Selatan, Kecamatan
Tondano Barat, Kecamatan Tondano Timur, Kecamatan Eris, Kecamatan Kakas, dan
Kecamatan Kakas Barat pada Kabupaten Minahasa;
3. Danau Linow di Kecamatan Tomohon Selatan pada Kota Tomohon;
4. Danau Pangolombian di Kecamatan Tomohon Selatan pada Kota Tomohon;
5. Danau Tampusu di Kecamatan Tomohon Selatan pada Kota Tomohon;
6. Danau Seper di Kecamatan Kauditan pada Kabupaten Minahasa Utara;
7. Danau Tasik Oki di Kecamatan Kema pada Kabupaten Minahasa Utara;
8. Embung Likit di Kecamatan Tondano Selatan pada Kabupaten Minahasa;
9. Embung Uluna di Kecamatan Tondano Selatan pada Kabupaten Minahasa;
10. Embung Tombakar di Kecamatan Tondano Selatan pada Kabupaten Minahasa;
11. Embung Minimbongan di Kecamatan Kakas pada Kabupaten Minahasa;
12. Embung Kalawiran di Kecamatan Kakas pada Kabupaten Minahasa;
13. Embung Sendow di Kecamatan Langowan Barat pada Kabupaten Minahasa;
14. Embung Pulutan di Kecamatan Remboken pada Kabupaten Minahasa;
15. Embung Tulang di Kecamatan Tondano Timur pada Kabupaten Minahasa;
16. Embung Sumesempot di Kecamatan Tondano Timur pada Kabupaten Minahasa;
17. Embung Kulo di Kecamatan Remboken pada Kabupaten Minahasa; dan
18. Embung Tandengan di Kecamatan Eris pada Kabupaten Minahasa
3. Sumber air berupa air tanah pada cekungan air tanah terdiri dari CAT Batuputih, CAT
Manado, CAT Bitung – Ratahan, dan CAT Tomohon – Tumpaan.

Prasarana sumber daya air di Kawasan Perkotaan Bimindo terdiri atas:


1. Sistem pengendalian banjir dan rob
• sistem pengendalian banjir berupa waduk, danau, atau embung ditetapkan di:

✓ Waduk Kuwil Kawangkoan di Kecamatan Kalawat pada Kabupaten


Minahasa Utara;
✓ Danau Tondano di Kecamatan Remboken, Kecamatan Tondano Selatan,
Kecamatan Tondano Barat, Kecamatan Tondano Timur, Kecamatan Eris,
Kecamatan Kakas, dan Kecamatan Kakas Barat pada Kabupaten
Minahasa;
✓ Danau Linow di Kecamatan Tomohon Selatan pada Kota Tomohon;
✓ Danau Pangolombian di Kecamatan Tomohon Selatan pada Kota
Tomohon;

B I M I N D O | 31
EXECUTIVE SUMMARY
PENYUSUNAN MATEK RTR KSN
PERKOTAAN BIMINDO

✓ Danau Tampusu di Kecamatan Tomohon Selatan pada Kota Tomohon;


✓ Danau Seper di Kecamatan Kauditan pada Kabupaten Minahasa Utara;
✓ Danau Tasik Oki di Kecamatan Kema pada Kabupaten Minahasa Utara;
✓ Embung Likit di Kecamatan Tondano Selatan pada Kabupaten Minahasa;
✓ Embung Uluna di Kecamatan Tondano Selatan pada Kabupaten
Minahasa;
✓ Embung Tombakar di Kecamatan Tondano Selatan pada Kabupaten
Minahasa;
✓ Embung Minimbongan di Kecamatan Kakas pada Kabupaten Minahasa;
✓ Embung Kalawiran di Kecamatan Kakas pada Kabupaten Minahasa;
✓ Embung Sendow di Kecamatan Langowan Barat pada Kabupaten
Minahasa;
✓ Embung Pulutan di Kecamatan Remboken pada Kabupaten Minahasa;
✓ Embung Tulang di Kecamatan Tondano Timur pada Kabupaten
Minahasa;
✓ Embung Sumesempot di Kecamatan Tondano Timur pada Kabupaten
Minahasa;
✓ Embung Kulo di Kecamatan Remboken pada Kabupaten Minahasa; dan
✓ Embung Tandengan di Kecamatan Eris pada Kabupaten Minahasa.
• Sistem pengendalian banjir berupa normalisasi aliran sungai di seluruh Kawasan
Perkotaan Bimindo
• sistem pengendalian banjir dan rob berupa pengembangan kolam tampung air di
kawasan dataran tinggi yang dilalui arus banjir, pengembangan tanggul pantai dan
pengaman pantai di sepanjang pesisir utara Kawasan Perkotaan Bimindo, dan
peningkatan kualitas jaringan drainase di seluruh Kawasan Perkotaan Bimindo.

2. Sistem jaringan irigasi


Jaringan Irigasi terdiri atas:
a. Bendung, meliputi:
(1) Bendung Noongan di Minahasa untuk pelayanan kurang lebih 1.620 ha;
(2) Bendung Talawaan - Meras di Minahasa Utara untuk pelayanan kurang lebih
1.705 ha;
b. Bendungan;
Rencana pengembangan bendungan meliputi :
(1) Bendungan Sawangan di Minahasa Utara dengan kapasitas kurang lebih
6.200.000 m3 untuk pelayanan kurang lebih 1.250 ha;
(2) Bendungan Kuwil di Minahasa Utara dengan kapasitas kurang lebih
13.500.000 m3.
c. Daerah irigasi (DI)

B I M I N D O | 32
EXECUTIVE SUMMARY
PENYUSUNAN MATEK RTR KSN
PERKOTAAN BIMINDO

Daerah irigasi (DI) meliputi DI kewenangan Nasional, DI kewenangan Provinsi


dan DI kewenangan Kabupaten.
d. Saluran Irigasi provinsi
Saluran Irigasi Primer meliputi:
(1) Saluran irigasi Noongan di Minahasa sepanjang kurang lebih 1,25 km;
(2) Saluran irigasi Talawaan - Meras di Minahasa Utara sepanjang kurang lebih
0,98 km.
Saluran Irigasi Sekunder meliputi:
(1) Saluran irigasi Noongan di Minahasa sepanjang kurang lebih 6,82 km;
(2) saluran irigasi Talawaan - Meras di Minahasa Utara sepanjang kurang lebih
13,86 km.

3. Jaringan Air Baku


Jaringan air baku untuk air minum terdiri atas:
1. Sumber Mata Air (SMA) Sungai dan Danau, meliputi SMA Sungai Tondano berada
di Manado, Minahasa, dan Minahasa Utara dengan debit kurang lebih 20.000 l/dt;
2. Saluran Air Baku (SAB), meliputi:
(1) SAB Sawangan di Minahasa Utara dan Bitung sepanjang kurang lebih 25
km;
(2) SAB Kuwil di Minahasa Utara dan Manado sepanjang kurang lebih 20 km;
dan
3. Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM), yaitu : IPAM Molas – Mapanget di
Manado dengan debit kurang lebih 1.000 l/dt.
4. Perpipaan Air Minum (PAM), meliputi:
(1) PAM Sawangan di Minahasa Utara dan Bitung sepanjang kurang lebih 75
km;
(2) PAM Kuwil di Minahasa Utara dan Manado sepanjang kurang lebih 60 km;

2.5 Rencana Jaringan Prasarana Perkotaan


Sistem jaringan prasarana perkotaan ditetapkan dalam rangka meningkatkan kualitas dan jangkauan
pelayanan perkotaan yang dikembangkan secara terintegrasi dan disesuaikan dengan kebutuhan
untuk mendukung pertumbuhan ekonomi Kawasan Perkotaan Bimindo. Sistem jaringan prasarana
perkotaan terdiri atas:
a. sistem penyediaan air minum (SPAM);
b. sistem jaringan drainase;
c. sistem jaringan air limbah; dan
d. sistem pengelolaan persampahan.

A. Sistem penyediaan air minum


SPAM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (2) huruf a ditetapkan dalam rangka
menjamin kuantitas, kualitas, dan kontinuitas penyediaan air minum bagi penduduk dan kegiatan
ekonomi serta meningkatkan efisiensi dan cakupan pelayanan.

B I M I N D O | 33
EXECUTIVE SUMMARY
PENYUSUNAN MATEK RTR KSN
PERKOTAAN BIMINDO

Rencana Pengembangan Air Minum terdiri atas :


1. Rencana Pengembangan Sumber Mata Air (SMA.), terdiri dari:
(1) Manado, yaitu : SMA. Malalayang Timur, debit kurang lebih 40 l/dt;
(2) Kota Bitung, yaitu : SMA. Danowudu, Bitung Barat, debit kurang lebih 80 l/dt;
(3) Minahasa, meliputi : SMA. Makalonsow, Tondano, debit kurang lebih 45 l/dt;
SMA. Tapahantelu, Pineleng, debit kurang lebih 50 l/dt; SMA. Pasangrarum Kali,
Pineleng, debit kurang lebih 30 l/dt; SMA. Lewet, Tondano, debit kurang lebih
25 l/dt; dan SMA. Uluna, Tondano, debit kurang lebih 50 l/dt;
2. Rencana pengembangan Sumber Air Sungai dan Danau (SASD), terdiri dari:
(1) Manado, meliputi: Sungai Makaampo, Kawasan Bandara Sam Ratulangi, debit
kurang lebih 80 l/dt; Sungai Kahuku, Kima Atas, debit kurang lebih 80 l/dt;
Sungai Malalayang, debit kurang lebih 125 l/dt; dan Sungai Tondano, debit
kurang lebih 250 l/dt;
(2) Bitung, yaitu : Sungai Girian, Bitung, debit kurang lebih 70 l/dt.
(3) Minahasa, meliputi: Sungai Tondano, debit kurang lebih 250 l/dt; Sungai
Malalayang, debit kurang lebih 125 l/dt; dan Danau Tondano, debit kurang lebih
500 l/dt;
(4) Tomohon, meliputi: Danau Tampusu, debit kurang lebih 20 l/dt; dan Danau
Linow, debit kurang lebih 100 l/dt;
(5) Minahasa Utara, meliputi: Sungai Tondano, debit kurang lebih 250 l/dt; Sungai
Talawaan, debit kurang lebih 150 l/dt; Sungai Batu, debit kurang lebih 150 l/dt;
Sungai Likupang, debit kurang lebih 100 l/dt; dan Sungai Rinondor, debit kurang
lebih 75 l/dt;
3. Rencana pengembangan Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM), terdiri dari:
(1) Manado, meliputi : Sungai Makaampo, Kawasan Bandara Sam Ratulangi, debit
kurang lebih 80 l/dt; Sungai Kahuku, Kima Atas, debit kurang lebih 80 l/dt;
Sungai Malalayang, debit kurang lebih 125 l/dt; dan Sungai Tondano, debit
kurang lebih 250 l/dt.
(2) Bitung, yaitu : Sungai Girian, Bitung, debit kurang lebih 70 l/dt.
(3) Minahasa, meliputi : Sungai Tondano, debit kurang lebih 250 l/dt; Sungai
Malalayang, debit kurang lebih 125 l/dt; Danau Tondano, debit kurang lebih 500
l/dt; dan Danau Tampusu, debit kurang lebih 20 l/dt.
(4) Tomohon, meliputi : Danau Tampusu, debit kurang lebih 250 I/dt; Danau Linow,
debit kurang lebih 100 l/dt.
(5) Minahasa Utara, meliputi : Sungai Tondano, debit kurang lebih 250 l/dt; Sungai
Talawaan, debit kurang lebih 150 l/dt; Sungai Batu, debit kurang lebih 150 l/dt;
Sungai Likupang, debit kurang lebih 100 l/dt; dan Sungai Rinondor, debit kurang
lebih 75 l/dt.
4. Rencana pengembangan perpipaan di seluruh ibukota Kabupaten dan/atau kota di
seluruh provinsi.
Rencana jaringan perpipaan berupa unit produksi air minum meliputi:

B I M I N D O | 34
EXECUTIVE SUMMARY
PENYUSUNAN MATEK RTR KSN
PERKOTAAN BIMINDO

1. SPAM Regional Bimatara meliputi Instalasi Pengolahan Air Bimatara di Kecamatan


Kalawat pada Kabupaten Minahasa Utara;
2. SPAM Mapanget di Kecamatan Mapanget pada Kota Manado;
3. SPAM Girian, SPAM Maesa, SPAM Madidir, SPAM Ronowulu pada Kota Bitung;
4. SPAM Tomohon pada Kota Tomohon;
5. SPAM Likupang Timur dan SPAM Airmadidi pada Kabupaten Minahasa Utara;
6. SPAM Kawasan Rawan Air di Kecamatan Kema, Kecamatan Likupang Barat, dan
Kecamatan Kalawat pada Kabupaten Minahasa Utara; dan
7. SPAM Kali Peneleng, SPAM Sonder, SPAM Kawangkoan, SPAM Tondano Barat dan
Tondano Selatan, SPAM Tondano Timur dan Tondano Utara pada Kabupaten
Minahasa.

B. Sistem Jairngan Drainase


Sistem jaringan drainase sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (2) huruf b yaitu saluran
drainase primer ditetapkan dalam rangka mengurangi genangan air dan mendukung pengendalian
banjir, terutama di kawasan permukiman, kawasan industri, kawasan perdagangan dan jasa, kawasan
perkantoran, kawasan pertanian, dan kawasan pariwisata. Saluran drainase primer dikembangkan
melalui saluran pembuangan utama, meliputi:
(1) Sungai Tondano, Sungai Sawangan, Sungai Bailang, Sungai Malalayang, dan Sungai
Sario pada Kota Manado;
(2) Sungai Girian, Sungai Sagerat, Sungai Tanjung Merah, Sungai Tewaan,Sungai
Rinondoran, Sungai Batuputih, dan Sungai Araren pada Kota Bitung;
(3) Sungai Ranowangko pada Kota Tomohon;
(4) Sungai Nimanga, Sungai Maroondor, Sungai Rariang, Sungai Bulo, Sungai Rerer, Sungai
Sapana, Sungai Saluwangko, Sungai Tombingon, Sungai Tolour Oki, Sungai Tonsaru,
Sungai Tougela, Sungai Toubeke, Sungai Sumesempot, Sungai Manembo, Sungai
Sindoran Besar, Sungai Sindoran Kecil, Sungai Kaliakel, Sungai Pinisin, Sungai
Kayuwatu Oki, Sungai Kayuwatu Wangko, Sungai Kinamang, Sungai Tarandi, Sungai
Atep Oki, Sungai Raker, Sungai Pakaretan, Sungai Kamenti, Sungai Kora-kora, Sungai
Kawis, Sungai Tuloun, Sungai Kaliawuoki, Sungai Kaliawuwangko, Sungai Kombi,
Sungai Tulap, dan Sungai Buraran pada Kabupaten Minahasa; dan
(5) Sungai Tondano, Sungai Papaw, dan Sungai Tumbohon pada Kabupaten Minahasa Utara
C. Sistem Jaringan Air Limbah
Sistem jaringan air limbah ditetapkan dalam rangka pengurangan, pemanfaatan kembali, dan
pengolahan air limbah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sistem jaringan air
limbah meliputi sistem pembuangan air limbah domestik dan sistem pengelolaan air limbah industri.
Sistem pengelolaan air limbah domestik, meliputi:
a. sistem pengolahan air limbah domestik terpusat skala perkotaan;
b. sistem pengolahan air limbah domestik terpusat skala permukiman;
c. sistem pengolahan air limbah domestik terpusat skala kawasan tertentu; dan
d. sistem pengolahan air limbah setempat.

B I M I N D O | 35
EXECUTIVE SUMMARY
PENYUSUNAN MATEK RTR KSN
PERKOTAAN BIMINDO

Sistem pengelolaan air limbah domestik terdiri dari cakupan pelayanan individual dan cakupan
pelayanan komunal yang mencakup IPAL beserta jaringan pengumpul air limbah. IPAL di Kawasan
Perkotaan Bimindo meliputi:
a. IPAL Wenang, IPAL Kawasan Sario, IPAL Kawasan Malalayang, IPAL Kawasan
Singkil, IPAL Kawasan Tumingting, IPAL Kawasan Tikala dan IPAL Kawasan
Mapanget di Kota Manado;
b. IPAL Kawasan Industri di Kota Bitung;
c. IPAL Kawasan Rurukan, IPAL Kawasan Tara-Tara, IPAL Kawasan Kinilow, IPAL
Kawasan Lahendong, dan IPAL Kawasan Woloan pada Kota Tomohon;
d. IPAL Kawasan Perkotaan Tondano pada Kabupaten Minahasa;
e. IPAL Kawasan Industri Kauditan dan Kema pada Kabupaten Minahasa Utara.

D. Sistem Pengelolaan Persampahan


Sistem pengelolaan persampahan ditetapkan dalam rangka mengurangi, menggunakan
kembali, dan mendaur ulang sampah guna meningkatkan kesehatan Masyarakat dan kualitas
lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya. Sistem pengelolaan persampahan terdiri
atas TPS, TPA, dan TPA regional Lokasi TPS di Kawasan Perkotaan Bimindo direncanakan pada
unit lingkungan permukiman dan pusat-pusat kegiatan yang ditetapkan dalam rencana tata ruang
wilayah kabupaten/kota. Lokasi TPA di Kawasan Perkotaan Bimindo terdiri dari:
a. TPA Regional Mamitarang di Kecamatan Wori pada Kabupaten Minahasa Utara dan
Kecamatan Mapanget pada Kota Manado;
b. TPA Sumompo di Kecamatan Tuminting pada Kota Manado;
c. TPA Aertembaga di Kecamatan Aertembaga pada Kota Bitung;
d. TPA Tara tara di Kecamatan Tomohon Barat pada Kota Tomohon; dan
e. TPA Kulo dan TPA Kawangkoan pada Kabupaten Minahasa

B I M I N D O | 36
EXECUTIVE SUMMARY
PENYUSUNAN MATEK RTR KSN
PERKOTAAN BIMINDO

Rencana Struktur Ruang Kawasan Perkotaan Bimindo

B I M I N D O | 37
EXECUTIVE SUMMARY
PENYUSUNAN MATEK RTR KSN
BIMINDO PERKOTAAN BIMINDO

D RENCANA POLA RUANG


KAWASAN PERKOTAAN BIMINDO

F
4.1. Rencana Kawasan Lindung
4.1.1. Zona Lindung 1 (Zona L1)
1. Kawasan Hutan Lindung
Zona L1 yang merupakan kawasan hutan lindung ditetapkan di sebagian wilayah:
a. sebagian wilayah Kecamatan Bunaken, dan sebagian wilayah Kecamatan Mapanget
pada Kota Manado;
b. sebagian wilayah Kecamatan Aertembaga, sebagian wilayah Kecamatan Girian,
sebagian wilayah Kecamatan Lembeh Selatan, sebagian wilayah Kecamatan Lembeh
Utara, sebagian wilayah Kecamatan Madidir, sebagian wilayah Kecamatan Maesa,
sebagian wilayah Kecamatan Matuari, dan wilayah Kecamatan Ranowulu pada Kota
Bitung;
c. sebagian wilayah Kecamatan Tomohon Barat, sebagian wilayah Kecamatan Tomohon
Selatan, sebagian wilayah Kecamatan Tomohon Tengah, sebagian wilayah Kecamatan
Tomohon Timur, dan sebagian wilayah Kecamatan Utara pada Kota Tomohon;
d. sebagian wilayah Kecamatan Kakas, sebagian wilayah Kecamatan Kakas Barat,
sebagian wilayah Kecamatan Kawangkoan, sebagian wilayah Kecamatan
Kawangkoan Barat, sebagian wilayah Kecamatan Kombi, sebagian wilayah
Kecamatan Langowan Barat, sebagian wilayah Kecamatan Langowan Selatan,
sebagian wilayah Kecamatan Pineleng, sebagian wilayah Kecamatan Remboken,
sebagian wilayah Kecamatan Sonder, sebagian wilayah Kecamatan Tombariri,
sebagian wilayah Kecamatan Tombulu, sebagian wilayah Kecamatan Tompaso Barat,
sebagian wilayah Kecamatan Tondano Barat, sebagian wilayah Kecamatan Tondano
Timur, dan sebagian wilayah Kecamatan Tondano Utara pada Kabupaten Minahasa;
dan
e. sebagian wilayah Kecamatan Airmadidi, sebagian wilayah Kecamatan Dimembe,
sebagian wilayah Kecamatan Kauditan, sebagian wilayah Kecamatan Kema, sebagian
wilayah Kecamatan Likupang Barat, sebagian wilayah Kecamatan Likupang Selatan,
sebagian wilayah Kecamatan Likupang Timur, sebagian wilayah Kecamatan
Talawaan, dan sebagian wilayah Kecamatan Wori pada Kabupaten Minahasa Utara.

B I M I N D O | 38
EXECUTIVE SUMMARY
PENYUSUNAN MATEK RTR KSN
PERKOTAAN BIMINDO

2. Kawasan Resapan Air

Zona L1 yang merupakan kawasan resapan air ditetapkan di:


a. sebagian wilayah Kecamatan Bunaken, sebagian wilayah Kecamatan Kepualauan
Bunaken, sebagian wilayah Kecamatan Malalayang, sebagian wilayah Kecamatan
Mapanget, sebagian wilayah Kecamatan Pall Dua, sebagian wilayah Kecamatan Sario,
sebagian wilayah Kecamatan Singkil, sebagian wilayah Kecamatan Tikala, sebagian
wilayah Kecamatan Tuminting, sebagian wilayah Kecamatan Wanea, dan sebagian
wilayah Kecamatan Wenang pada Kota Manado;
b. sebagian wilayah Kecamatan Aertembaga, sebagian wilayah Kecamatan Girian,
sebagian wilayah Kecamatan Lembeh Selatan, sebagian wilayah Kecamatan Lembeh
Utara, sebagian wilayah Kecamatan Madidir, sebagian wilayah Kecamatan Maesa,
sebagian wilayah Kecamatan Matuari, dan wilayah Kecamatan Ranowulu pada Kota
Bitung;
c. sebagian wilayah Kecamatan Tomohon Barat, sebagian wilayah Kecamatan Tomohon
Selatan, sebagian wilayah Kecamatan Tomohon Tengah, sebagian wilayah Kecamatan
Tomohon Timur, dan sebagian wilayah Kecamatan Utara pada Kota Tomohon;
d. sebagian wilayah Kecamatan Eris, sebagian wilayah Kecamatan Kakas, sebagian
wilayah Kecamatan Kawangkoan Barat, sebagian wilayah Kecamatan Kawangkoan
Utara, sebagian wilayah Kecamatan Kombi, sebagian wilayah Kecamatan Langowan
Barat, sebagian wilayah Kecamatan Langowan Selatan, sebagian wilayah Kecamatan
Mandolang, sebagian wilayah Kecamatan Pineleng, sebagian wilayah Kecamatan
Remboken, sebagian wilayah Kecamatan Sonder, sebagian wilayah Kecamatan
Tombariri, sebagian wilayah Kecamatan Tombariri Timur, sebagian wilayah
Kecamatan Tombulu, sebagian wilayah Kecamatan Tompaso Barat, sebagian wilayah
Kecamatan Tondano Barat, sebagian wilayah Kecamatan Tondano Timur, dan sebagian
wilayah Kecamatan Tondano Utara pada Kabupaten Minahasa; dan
e. sebagian wilayah Kecamatan Airmadidi, sebagian wilayah Kecamatan Dimembe,
sebagian wilayah Kecamatan Kalawat, sebagian wilayah Kecamatan Kauditan, sebagian
wilayah Kecamatan Kema, sebagian wilayah Kecamatan Likupang Barat, sebagian
wilayah Kecamatan Likupang Selatan, sebagian wilayah Kecamatan Likupang Timur,
sebagian wilayah Kecamatan Talawaan, dan sebagian wilayah Kecamatan Wori pada
Kabupaten Minahasa Utara

4.1.2. Zona Lindung 2 (Zona L2)


1. Zona L2 yang merupakan sempadan pantai
Zona L2 yang merupakan sempadan pantai ditetapkan dengan kriteria meliputi:
a. daratan sepanjang tepian laut dengan jarak paling sedikit 100 (seratus) meter dari titik
pasang air laut tertinggi ke arah darat; atau
b. daratan sepanjang tepian laut yang bentuk dan kondisi fisik pantainya curam atau terjal
dengan jarak proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik pantai.
Zona L2 yang merupakan sempadan pantai ditetapkan di:

B I M I N D O | 39
EXECUTIVE SUMMARY
PENYUSUNAN MATEK RTR KSN
PERKOTAAN BIMINDO

a. sebagian wilayah Kecamatan Bunaken, dan sebagian wilayah Kecamatan Kepulauan


Bunaken pada Kota Manado;
b. sebagian wilayah Kecamatan Aertembaga, sebagian wilayah Kecamatan Girian,
sebagian wilayah Kecamatan Matuari, sebagian wilayah Kecamatan Ronowulu,
sebagian wilayah Kecamatan Lembeh Selatan, dan sebagian wilayah Kecamatan
Lembeh Utara pada Kota Bitung
c. sebagian wilayah Kecamatan Kombi pada Kabupaten Minahasa; dan
d. sebagian wilayah Kecamatan Kauditan, sebagian wilayah Kecamatan Kema, sebagian
wilayah Kecamatan Likupang Barat, sebagian wilayah Kecamatan Likupang Selatan,
sebagian wilayah Kecamatan Likupang Timur dan sebagian wilayah Kecamatan Wori
pada Kabupaten Minahasa Utara

2. Zona L2 yang merupakan sempadan sungai


Zona L2 yang merupakan sempadan sungai meliputi:
a. daratan sepanjang tepian sungai bertanggul dengan lebar paling sedikit 5 (lima) meter
dari kaki tanggul sebelah luar;
b. daratan sepanjang tepian sungai besar tidak bertanggul di luar kawasan permukiman
dengan lebar paling sedikit 100 (seratus) meter dari tepi sungai; dan
c. daratan sepanjang tepian anak sungai tidak bertanggul di luar kawasan permukiman
dengan lebar paling sedikit 50 (lima puluh) meter dari tepi sungai.
Zona L2 yang merupakan sempadan sungai ditetapkan pada jenis-jenis sungai:
a. sungai-sungai yang bermuara ke waduk dan mempengaruhi penyediaan sumber air
baku yang ada di waduk; dan
b. sungai-sungai yang bermuara ke lautan.
Zona L2 yang merupakan sempadan sungai ditetapkan di Sungai Tondano, Sungai
Sawangan, Sungai Bailang, Sungai Malalayang, Sungai Sario, Sungai Girian, Sungai Sagerat,
Sungai Tanjung Merah, Sungai Tewaan,Sungai Rinondoran, Sungai Batuputih, Sungai Araren,
Sungai Ranowangko, Sungai Malalayang, Sungai Nimanga, Sungai Maroondor, Sungai Rariang,
Sungai Bulo, Sungai Rerer, Sungai Sapana, Sungai Saluwangko, Sungai Tombingon, Sungai Tolour
Oki, Sungai Tonsaru, Sungai Tougela, Sungai Toubeke, Sungai Sumesempot, Sungai Manembo,
Sungai Sindoran Besar, Sungai Sindoran Kecil, Sungai Kaliakel, Sungai Pinisin, Sungai Kayuwatu
Oki, Sungai Kayuwatu Wangko, Sungai Kinamang, Sungai Tarandi, Sungai Atep Oki, Sungai Raker,
Sungai Pakaretan, Sungai Kamenti, Sungai Kora-kora, Sungai Kawis, Sungai Tuloun, Sungai
Kaliawuoki, Sungai Kaliawuwangko, Sungai Kombi, Sungai Tulap, Sungai Buraran, Sungai Papaw,
dan Sungai Tumbohon.

3. Zona L2 yang merupakan kawasan sekitar waduk, danau, atau embung


Zona L2 yang merupakan kawasan sempadan meliputi:
a. daratan dengan jarak 50 (lima puluh) meter sampai dengan 100 (seratus) meter dari
titik pasang air tertinggi; atau
b. daratan sepanjang tepian waduk yang lebarnya proporsional terhadap bentuk dan
kondisi fisik.

B I M I N D O | 40
EXECUTIVE SUMMARY
PENYUSUNAN MATEK RTR KSN
PERKOTAAN BIMINDO

Zona L2 yang merupakan kawasan sempadan danau, waduk atau embung ditetapkan di:
a. Danau Tondano di sebagian wilayah Kecamatan Remboken, sebagian wilayah
Kecamatan Tondano Selatan, sebagian wilayah Kecamatan Tondano Barat, sebagian
wilayah Kecamatan Tondano Timur sebagian wilayah Kecamatan Eris, sebagian
wilayah Kecamatan Kakas, dan sebagian wilayah Kecamatan Kakas Barat pada
Kabupaten Minahasa;
b. Danau Linow di Kecamatan Tomohon Selatan pada Kota Tomohon;
c. Danau Pangolombian di Kecamatan Tomohon Selatan pada Kota Tomohon;
d. Danau Tampusu di Kecamatan Tomohon Selatan pada Kota Tomohon;
e. Danau Seper di Kecamatan Kauditan pada Kabupaten Minahasa Utara;
f. Danau Tasik Oki di Kecamatan Kema pada Kabupaten Minahasa Utara;
g. Embung Likit di Kecamatan Tondano Selatan pada Kabupaten Minahasa;
h. Embung Uluna di Kecamatan Tondano Selatan pada Kabupaten Minahasa;
i. Embung Tombakar di Kecamatan Tondano Selatan pada Kabupaten Minahasa;
j. Embung Minimbongan di Kecamatan Kakas pada Kabupaten Minahasa;
k. Embung Kalawiran di Kecamatan Kakas pada Kabupaten Minahasa;
l. Embung Sendow di Kecamatan Langowan Barat pada Kabupaten Minahasa;
m. Embung Pulutan di Kecamatan Remboken pada Kabupaten Minahasa;
n. Embung Tulang di Kecamatan Tondano Timur pada Kabupaten Minahasa;
o. Embung Sumesempot di Kecamatan Tondano Timur pada Kabupaten Minahasa;
p. Embung Kulo di Kecamatan Remboken pada Kabupaten Minahasa; dan
q. Embung Tandengan di Kecamatan Eris pada Kabupaten Minahasa

4. Zona L2 yang merupakan RTH Kota


Zona L2 yang merupakan RTH kota terdiri atas:
a. RTH publik yang meliputi lahan dengan luas paling sedikit 2.500 (dua ribu lima ratus)
meter persegi, berbentuk satu hamparan, berbentuk jalur, atau kombinasi dari bentuk
satu hamparan dan jalur, dan didominasi komunitas tumbuhan; dan
b. RTH privat
Zona L2 yang merupakan RTH kota ditetapkan menyebar dan seimbang dengan
memperhatikan fungsi ekologis, sosial-budaya, estetika, dan ekonomi dengan ketentuan RTH publik
paling sedikit 20% (dua puluh persen) dan RTH privat paling sedikit 10% (sepuluh persen) dari luas
kota yang berada di Kawasan Perkotaan Bimindo.

4.1.3. Zona Lindung 3 (Zona L3)


Zona L3 yang merupakan kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya ditetapkan
dalam rangka:
a. melindungi keanekaragaman biota, tipe ekosistem, gejala dan keunikan alam bagi
kepentingan perlindungan plasma nutfah, ilmu pengetahuan dan pembangunan pada
umumnya;
b. melindungi kekayaan budaya bangsa berupa peninggalan sejarah, bangunan arkeologi,
monumen, dan keragaman bentuk geologi, yang berguna untuk pengembangan ilmu

B I M I N D O | 41
EXECUTIVE SUMMARY
PENYUSUNAN MATEK RTR KSN
PERKOTAAN BIMINDO

pengetahuan dari ancaman kepunahan yang disebabkan oleh kegiatan alam maupun
manusia.
Zona L3 yang ditetapkan di Kawasan Perkotaan Bimindo memiliki luas 16.207,59 Ha. Zona L3 yang
merupakan kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya terdiri atas:
a. Zona L3 yang merupakan suaka margasatwa;
b. Zona L3 yang merupakan cagar alam;
c. Zona L3 yang merupakan taman nasional;
d. Zona L3 yang merupakan taman hutan raya;
e. Zona L3 yang merupakan taman wisata alam; dan
f. Zona L3 yang merupakan kawasan konservasi perairan daerah.

1. Kawasan Suaka Margasatwa


Zona L3 yang merupakan suaka margasatwa ditetapkan dengan kriteria meliputi:
a. merupakan tempat hidup dan perkembangbiakan dari suatu jenis langka dan/atau hampir
punah;
b. memiliki keanekaragaman satwa yang tinggi;
c. merupakan tempat dan kehidupan bagi satwa migran tertentu; atau
d. memiliki luas yang cukup sebagai habitat satwa yang bersangkutan
Zona L3 yang merupakan suaka margasatwa adalah di Suaka Margasatwa Gunung Manembo
Nembo di Kecamatan Tombariri pada Kabupatan Minahasa.

2. Kawasan Cagar Alam


Zona L3 yang merupakan cagar alam ditetapkan dengan kriteria meliputi:
a. memiliki keanekaragaman jenis tumbuhan dan/atau satwa liar yang tergabung dalm suatu
tipe ekosistem;
b. memiliki formasi biota tertentu dan/atau unit penyusunnya;
c. mempunyai kondisi alam, baik tumbuhan maupun satwa liar yang secara fisik masih asli
dan belum terganggu;
d. mempunyai luas yang cukup dan bentuk tertentu yang dapat menunjang pengelolaan
secara efektif dan menjamin berlangsungnya proses ekologis secara alami;
e. mempunyai ciri khas potensi dan dapat merupakan contoh ekosistem yang keberadaannya
memerlukan upaya konservasi; dan/atau
f. terdapat komunitas tumbuhan dan/atau satwa beserta ekosistemnya yang langka dan/atau
keberadaannya terancam punah.
Zona L3 yang merupakan cagar alam ditetapkan di Kawasan Perkotaan Bimindo meliputi:
a. Cagar Alam Gunung Dua Saudara di Kecamatan Ronowulu pada Kota Bitung; dan
b. Cagar Alam Gunung Lokon di Kecamatan Tomohon Utara pada Kota Tomohon.

3. Kawasan Taman Nasional


Zona L3 yang merupakan taman nasional ditetapkan dengan kriteria meliputi:
a. mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelangsungan proses ekologis secara alami;
b. memiliki sumber daya alam hayati dan ekosistem yang khas dan unik yang masih utuh

B I M I N D O | 42
EXECUTIVE SUMMARY
PENYUSUNAN MATEK RTR KSN
PERKOTAAN BIMINDO

dan alami serta gejala alam yang unik;


c. memiliki satu atau beberapa ekosistem yang masih utuh; dan
d. merupakan wilayah yang dapat dibagi ke dalam zona inti, zona pemanfaatan, zona rimba,
dan/atau zona lainnya sesuai dengan keperluan.
Zona L3 yang merupakan taman nasional di Kawasan Perkotaan Bimindo adalah Taman
Nasional Bunaken di Kecamatan Bunaken Kepulauan pada Kota Manado.

4. Kawasan Hutan Raya


Zona L3 yang merupakan taman hutan raya ditetapkan dengan kriteria meliputi:
a. merupakan wilayah dengan ciri khas baik asli maupun buatan pada wilayah yang
ekosistemnya masih utuh ataupun wilayah yang ekosistemnya sudah berubah;
b. memiliki keindahan alam dan/atau gejala alam; dan
c. mempunyai luas wilayah yang memungkinkan untuk pengembangan koleksi tumbuhan
dan/atau satwa
Zona L3 yang merupakan taman hutan raya adalah Taman Hutan Raya Gunung Tumpa di
Kecamatan Bunaken pada Kota Manado.

5. Kawasan Wisata Alam


Zona L3 yang merupakan taman wisata alam ditetapkan dengan kriteria meliputi:
a. mempunyai daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa atau bentang a1am, gejala alam,
serta formasi geologi yang unik;
b. mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelestarian potensi dan daya tarik alam
untuk dimanfaatkan bagi pariwisata dan rekreasi alam; dan
c. kondisi lingkungan di sekitarnya mendukung upaya pengembangan pariwisata alam
Zona L3 yang merupakan taman wisata alam meliputi:
a. Taman Wisata Alam Batu Angus di Kecamatan Aertembaga pada Kota Bitung; dan
b. Taman Wisata Alam Batu Putih di Kecamatan Ronowulu pada Kota Bitung.
6. Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Zona L3 yang merupakan kawasan konservasi perairan daerah ditetapkan dengan kriteria
meliputi:
a. perairan laut nasional dan perairan kawasan strategis nasional yang mempunyai daya tarik
sumberdaya alam hayati, formasi geologi, dan/atau gejala alam yang dapat dikembangkan
pemanfaatan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan, penelitian,
pendidikan, dan peningkatan kesadaran konservasi sumberdaya alam hayati;
b. perairan laut nasional dan perairan kawasan strategis nasional yang mempunyai luas yang
cukup untuk menjamin kelestarian potensi dan daya tarik serta pengelolaan sumber daya
hayati yang berkelanjutan;
c. perairan laut daerah yang mempunyai daya tarik sumber daya alam hayati, formasi
geologi, dan/atau gejala alam yang dapat dikembangkan pemanfaatan untuk kepentingan
pengembangan ilmu pengetahuan, penelitian, pendidikan, dan peningkatan kesadaran
konservasi sumberdaya alam hayati; dan
d. perairan laut daerah yang mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelestarian
potensi dan daya tarik serta pengelolaan sumber daya hayati yang berkelanjutan.

B I M I N D O | 43
EXECUTIVE SUMMARY
PENYUSUNAN MATEK RTR KSN
PERKOTAAN BIMINDO

Zona L3 yang merupakan kawasan konservasi perairan daerah meliputi:


a. Taman Wisata Perairan di Kecamatan Likupang Barat dan Kecamatan Likupang Timur
pada Kabupaten Minahasa Utara; dan
b. Kawasan Konservasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil di Kecamatan Lembeh
Selatan dan Kecamatan Lembeh Utara pada Kota Bitung.

4.1.4. Zona Lindung 4 (Zona L4)


Zona L4 yang merupakan kawasan lindung geologi ditetapkan dalam rangka memberikan melindungi
keunikan bentang alam dan keberlangsungan imbuhan air tanah. Zona L4 yang ditetapkan di
Kawasan Perkotaan Bimindo seluas 8.070,51 Ha. Zona L4 yang merupakan kawasan lindung geologi
terdiri atas:
a. zona L4 yang merupakan kawasan cagar alam geologi; dan
b. zona L4 yang merupakan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah

1. Kawasan Cagar Alam Geologi


Zona L4 yang merupakan kawasan cagar alam geologi s berupa kawasan yang memiliki
keunikan batuan dan fosil, keunikan bentang alam, dan keunikan proses geologi atau keunikan
lainnya meliputi:
• sebagian wilayah Kecamatan Paal Dua, sebagian wilayah Kecamatan Tikala, dan sebagian
wilayah Kecamatan Wanea di Kota Manado; dan
• sebagian wilayah Kecamatan Kakas, sebagian wilayah Kecamatan Kakas Barat, sebagian
wilayah Kecamatan Kawangkoan Barat, sebagian wilayah Kecamatan Kombi, sebagian
wilayah Kecamatan Langowan Selatan, sebagian wilayah Kecamatan Lembean Timur,
sebagian wilayah Kecamatan Mandolang, sebagian wilayah Kecamatan Pineleng, sebagian
wilayah Kecamatan Sonder, sebagian wilayah Kecamatan Tombariri, dan sebagian wilayah
Kecamatan Tombulu di Kabupaten Minahasa.

2. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah


Zona L4 yang merupakan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah berupa
kawasan sempadan mata air. Zona L4 yang merupakan kawasan sempadan mata air merupakan
daratan di sekeliling mata air yang mempunyai manfaat untuk mempertahankan fungsi mata air.
Kawasan sempadan mata air diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, dan
ditetapkan tersebar di Kawasan Perkotaan Bimindo

4.1.5. Zona Lindung 5 (Zona L5)


Zona L5 yang merupakan kawasan lindung lainnya ditetapkan dalam rangka melindungi
keanekaragaman biota dan tipe ekosistem bagi kepentingan perlindungan plasma nutfah, ilmu
pengetahuan dan pembangunan pada umumnya. Zona L5 yang ditetapkan di Kawasan Perkotaan
Bimindo seluas 3.795,44 Ha. Zona L5 terdiri atas:
a. Zona L5 yang merupakan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan
Zona L5 yang merupakan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan ditetapkan dengan
kriteria sebagai hasil budaya manusia yang bernilai tinggi yang dimanfaatkan untuk
pengembangan ilmu pengetahuan berupa benda, bangunan, struktur, dan situs. Zona L5

B I M I N D O | 44
EXECUTIVE SUMMARY
PENYUSUNAN MATEK RTR KSN
PERKOTAAN BIMINDO

yang merupakan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan meliputi:


a) sebagian wilayah Kecamatan Tuminting dan sebagian wilayah Kecamatan Wenang
di Kota Manado;
b) sebagian wilayah Kecamatan Tomohon Tengah dan sebagian wilayah Kecamatan
Tomohon Utara di Kota Tomohon; dan
c) sebagian wilayah Kecamatan Kawangkoan Barat, sebagian wilayah Kecamatan
Mandolang, sebagian wilayah Kecamatan Pineleng, dan Kecamatan Tombariri di
Kabupaten Minahasa Utara.
b. Zona L5 yang merupakan kawasan pantai berhutan bakau.
Zona L5 yang merupakan kawasan pantai berhutan bakau meliputi koridor di sepanjang
pantai dengan lebar paling sedikit 130 (seratus tiga puluh) kali nilai rata-rata perbedaan air
pasang tertinggi dan terendah tahunan, diukur dari garis air surut terendah ke arah darat.
Zona L5 yang merupakan kawasan pantai berhutan bakau ditetapkan di:
a) sebagian wilayah Kecamatan Bunaken pada Kota Manado;
b) sebagian wilayah Kecamatan Lembeh Selatan, sebagian wilayah Kecamatan
Lembeh Utara, dan sebagian wilayah Kecamatan Matuari pada Kota Bitung; dan
c) sebagian wilayah Kecamatan Kauditan, sebagian wilayah Kecamatan Wori,
sebagian wilayah Kecamatan Likupang Timur, sebagian wilayah Kecamatan
Likupang Barat, dan sebagian wilayah Kecamatan Likupang Selatan pada
Kabupaten Minahasa Utara.

4.2. Rencana Kawasan Budidaya


Rencana peruntukan kawasan budidaya disusun dengan memperhatikan:
(a) penetapan kawasan hutan untuk kawasan hutan produksi;
(b) dominasi kegiatan berdasarkan analisis daya dukung dan daya tampung; dan
(c) orientasi pengembangan kawasan terkait dengan kebutuhan pengembangan
permukiman perkotaan serta pengembangan kegiatan primer (pertanian, perkebunan,
peternakan, perikanan, kehutanan, atau pertambangan, yang bersifat eksploitatif dan
belum tersentuh teknologi pengolahan peningkatan nilai tambah) dan kegiatan sekunder
(industri berbasis pengolahan dan berbasis bahan baku lokal).
Kawasan budi daya dikelompokkan ke dalam Zona Budi Daya, terdiri atas: Zona Budi Daya 1
(Zona B1), Zona Budi Daya 2 (Zona B2), Zona Budi Daya 3 (Zona B3), Zona Budi Daya 4 (Zona
B4), Zona Budi Daya 5 (Zona B5), dan Zona Budi Daya 6 (Zona B6).

4.2.1. Zona Budidaya 1 (Zona B1)


Zona B1 merupakan zona dengan karakteristik sebagai kawasan yang memiliki kualitas daya
dukung lingkungan tinggi, kualitas pelayanan prasarana dan sarana tinggi, dan bangunan gedung
dengan intensitas tinggi. Zona B1 yang ditetapkan di Kawasan Perkotaan Bimindo seluas 10.699,99
Ha. Zona B1 terdiri atas:
a. kawasan peruntukan perumahan kepadatan tinggi;
b. kawasan peruntukan pemerintahan provinsi/kabupaten/kota/ kecamatan;
c. kawasan peruntukan perdagangan dan jasa skala internasional, nasional, dan regional;

B I M I N D O | 45
EXECUTIVE SUMMARY
PENYUSUNAN MATEK RTR KSN
PERKOTAAN BIMINDO

d. kawasan peruntukan pelayanan pendidikan tinggi;


e. kawasan peruntukan pelayanan olahraga skala internasional, nasional, regional, dan lokal;
f. kawasan peruntukan pelayanan kesehatan skala internasional, nasional, regional, dan lokal;
g. kawasan peruntukan industri;
h. kawasan peruntukan pelayanan sistem angkutan umum penumpang dan angkutan barang
regional;
i. kawasan peruntukan pelayanan transportasi udara internasional dan nasional;
j. kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan negara;
k. kawasan peruntukan pariwisata; dan
l. kawasan peruntukan pertemuan, pameran, dan sosial budaya

Zona B1 ditetapkan di:


a. sebagian wilayah Kecamatan Bunaken, sebagian wilayah Kecamatan Bunaken Kepulauan,
sebagian wilayah Kecamatan Malalayang, sebagian wilayah Kecamatan Mapanget,
sebagian wilayah Kecamatan Paal Dua, sebagian wilayah Kecamatan Sario, sebagian
wilayah Kecamatan Singkil, sebagian wilayah Kecamatan Tikala, sebagian wilayah
Kecamatan Tuminting, sebagian wilayah Kecamatan Wanea, sebagian wilayah Kecamatan
Wenang pada Kota Manado;
b. sebagian wilayah Kecamatan Aertembaga, sebagian wilayah Kecamatan Girian, sebagian
wilayah Kecamatan Lembeh Selatan, sebagian wilayah Kecamatan Lembeh Utara,
sebagian wilayah Kecamatan Madidir, sebagian wilayah Kecamatan Maesa, sebagian
wilayah Kecamatan Matuari, dan sebagian wilayah Kecamatan Ranowulu pada Kota
Bitung;
c. sebagian wilayah Kecamatan Mandolang, sebagian wilayah Kecamatan Pineleng, dan
sebagian wilayah Kecamatan Tombulu pada Kabupaten Minahasa; dan
d. sebagian wilayah Kecamatan Dimembe, sebagian wilayah Kecamatan Kalawat, sebagian
wilayah Kecamatan Kauditan, sebagian wilayah Kecamatan Talawaan, dan sebagian
wilayah Kecamatan Wori pada Kabupaten Minahasa Utara.

4.2.2. Zona Budidaya 2 (Zona B2)


Zona B2 merupakan zona dengan karakteristik sebagai kawasan yang mempunyai kualitas
daya dukung lingkungan sedang dan kualitas pelayanan prasarana dan sarana sedang. Zona B2 di
Kawasan Perkotaan Bimindo ditetapkan seluas 14.093,30 Ha. Zona B2 terdiri atas:
a. kawasan peruntukan perumahan kepadatan sedang;
b. kawasan peruntukan pemerintahan kabupaten/kota/ kecamatan;
c. kawasan peruntukan perdagangan dan jasa skala regional dan lokal;
d. kawasan peruntukan pelayanan pendidikan tinggi;
e. kawasan peruntukan pelayanan olahraga skala regional dan lokal;
f. kawasan peruntukan pelayanan kesehatan skala regional dan lokal;
g. kawasan peruntukan industri;
h. kawasan peruntukan pelayanan sistem angkutan umum penumpang dan angkutan barang
regional;
i. kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan negara;

B I M I N D O | 46
EXECUTIVE SUMMARY
PENYUSUNAN MATEK RTR KSN
PERKOTAAN BIMINDO

j. kawasan peruntukan pariwisata; dan


k. kawasan peruntukan pertemuan, pameran, dan sosial budaya.

Zona B2 ditetapkan di:


a. sebagian wilayah Kecamatan Bunaken, sebagian wilayah Kecamatan Malalayang,
sebagian wilayah Kecamatan Mapanget, sebagian wilayah Kecamatan Paal Dua,
sebagian wilayah Kecamatan Singkil, sebagian wilayah Kecamatan Tikala, dan
sebagian wilayah Kecamatan Tuminting pada Kota Manado;
b. sebagian wilayah Kecamatan Aertembaga, sebagian wilayah Kecamatan Girian,
sebagian wilayah Kecamatan Lembeh Selatan, sebagian wilayah Kecamatan Madidir,
sebagian wilayah Kecamatan Maesa, dan sebagian wilayah Kecamatan Matuari pada
Kota Bitung;
c. sebagian wilayah Kecamatan Tomohon Barat, sebagian wilayah Kecamatan Tomohon
Selatan, sebagian wilayah Kecamatan Tomohon Tengah, sebagian wilayah Kecamatan
Tomohon Timur, dan sebagian wilayah Kecamatan Tomohon Utara pada Kota
Tomohon;
d. sebagian wilayah Kecamatan Eris, sebagian wilayah Kecamatan Kakas, sebagian
wilayah Kecamatan Kakas Barat, sebagian wilayah Kecamatan Kawangkoan, sebagian
wilayah Kecamatan Kawangkoan Barat, sebagian wilayah Kecamatan Kawangkoan
Utara, sebagian wilayah Kecamatan Kombi, sebagian wilayah Kecamatan Langowan
Barat, sebagian wilayah Kecamatan Langowan Timur, sebagian wilayah Kecamatan
Langowan Utara, sebagian wilayah Kecamatan Lembean Timur, sebagian wilayah
Kecamatan Mandolang, sebagian wilayah Kecamatan Pineleng, sebagian wilayah
Kecamatan Remboken, sebagian wilayah Kecamatan Sonder, sebagian wilayah
Kecamatan Tombariri, sebagian wilayah Kecamatan Tombariri Timur, sebagian
wilayah Kecamatan Tombulu, sebagian wilayah Kecamatan Tompaso, sebagian
wilayah Kecamatan Tompaso Barat, sebagian wilayah Kecamatan Tondano Barat,
sebagian wilayah Kecamatan Tondano Selatan, sebagian wilayah Kecamatan Tondano
Timur, dan sebagian wilayah Kecamatan Tondano Utara pada Kabupaten Minahasa;
dan
e. sebagian wilayah Kecamatan Airmadidi, sebagian wilayah Kecamatan Dimembe,
sebagian wilayah Kecamatan Kalawat, sebagian wilayah Kecamatan Kauditan,
sebagian wilayah Kecamatan Kema, sebagian wilayah Kecamatan Likupang Barat,
sebagian wilayah Kecamatan Likupang Selatan, sebagian wilayah Kecamatan Likupang
Timur, sebagian wilayah Kecamatan Talawaan, dan sebagian wilayah Kecamatan Wori
pada Kabupaten Minahasa Utara.

4.2.3. Zona Budidaya 3 (Zona B3)


Zona B3 merupakan zona dengan karakteristik sebagai kawasan yang mempunyai kualitas
daya dukung lingkungan sedang dan kualitas pelayanan prasarana dan sarana rendah. Zona B3 yang
ditetapkan di Kawasan Perkotaan Bimindo seluas 1.375,31 ha. Zona B3 terdiri atas:
a. kawasan peruntukan perumahan kepadatan rendah;
b. kawasan peruntukan pemerintahan kecamatan;

B I M I N D O | 47
EXECUTIVE SUMMARY
PENYUSUNAN MATEK RTR KSN
PERKOTAAN BIMINDO

c. kawasan peruntukan perdagangan dan jasa skala regional dan lokal;


d. kawasan peruntukan pelayanan olahraga skala lokal;
e. kawasan peruntukan pelayanan kesehatan skala lokal;
f. kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan negara;
g. kawasan peruntukan pariwisata; dan
h. kawasan peruntukan pertemuan, pameran, dan sosial budaya

Zona B3 ditetapkan di:


a. sebagian wilayah Kecamatan Malalayang, sebagian wilayah Kecamatan Paal Dua, dan
sebagian wilayah Kecamatan Tikala pada Kota Manado;
b. sebagian wilayah Kecamatan Tomohon Barat pada Kota Tomohon;
c. sebagian wilayah Kecamatan Eris, sebagian wilayah Kecamatan Kakas, sebagian
wilayah Kecamatan Kakas Barat, sebagian wilayah Kecamatan Kawangkoan, sebagian
wilayah Kecamatan Kawangkoan Barat, sebagian wilayah Kecamatan Kombi,
sebagian wilayah Kecamatan Langowan Barat, sebagian wilayah Kecamatan
Langowan Selatan, sebagian wilayah Kecamatan Langowan Timur, sebagian wilayah
Kecamatan Langowan Utara, sebagian wilayah Kecamatan Lembean Timur, sebagian
wilayah Kecamatan Mandolang, sebagian wilayah Kecamatan Pineleng, sebagian
wilayah Kecamatan Remboken, sebagian wilayah Kecamatan Sonder, sebagian
wilayah Kecamatan Tombariri, sebagian wilayah Kecamatan Tombulu, sebagian
wilayah Kecamatan Tompaso, sebagian wilayah Kecamatan Tompaso Barat, sebagian
wilayah Kecamatan Tondano Barat, dan sebagian wilayah Kecamatan Tondano
Selatan pada Kabupaten Minahasa; dan
d. sebagian wilayah Kecamatan Kema dan sebagian wilayah Kecamatan Talawaan pada
Kabupaten Minahasa Utara

4.2.4. Zona Budidaya 4 (Zona B4)


Zona B4 merupakan zona dengan karakteristik sebagai kawasan yang memiliki kualitas daya dukung
lingkungan sedang dan mempunyai kesesuaian lingkungan untuk budi daya pertanian. Zona B4
ditetapkan di Kawasan Perkotaan Bimindo seluas 148.104,98 Ha. Zona B4 terdiri dari:
a. kawasan peruntukan perumahan kepadatan rendah;
b. kawasan peruntukan pariwisata berbasis alam;
c. kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan;
d. kawasan peruntukan hortikultura;
e. kawasan peruntukan perkebunan;
f. kawasan peruntukan peternakan;
g. kawasan peruntukan industri agro; dan
h. kawasan peruntukan pendidikan tinggi berbasis riset.
Zona B4 ditetapkan di:
a. sebagian wilayah Kecamatan Bunaken, sebagian wilayah Kecamatan Bunaken Kepulauan,
sebagian wilayah Kecamatan Malalayang, sebagian wilayah Kecamatan Mapanget, sebagian
wilayah Kecamatan Paal Dua, sebagian wilayah Kecamatan Sario, sebagian wilayah Kecamatan

B I M I N D O | 48
EXECUTIVE SUMMARY
PENYUSUNAN MATEK RTR KSN
PERKOTAAN BIMINDO

Singkil, sebagian wilayah Kecamatan Tikala, sebagian wilayah Kecamatan Tuminting, sebagian
wilayah Kecamatan Wanea, dan sebagian wilayah Kecamatan Wenang pada Kota Manado;
b. sebagian wilayah Kecamatan Aertembaga, sebagian wilayah Kecamatan Girian, sebagian
wilayah Kecamatan Lembeh Selatan, sebagian wilayah Kecamatan Lembeh Utara, sebagian
wilayah Kecamatan Madidir, sebagian wilayah Kecamatan Maesa, sebagian wilayah Kecamatan
Matuari, dan sebagian wilayah Kecamatan Ranowulu pada Kota Bitung;
c. sebagian wilayah Kecamatan Tomohon Barat, sebagian wilayah Kecamatan Tomohon Selatan,
sebagian wilayah Kecamatan Tomohon Tengah, sebagian wilayah Kecamatan Tomohon Timur,
dan sebagian wilayah Kecamatan Tomohon Utara pada Kota Tomohon;
d. sebagian wilayah Kecamatan Eris, sebagian wilayah Kecamatan Kakas, sebagian wilayah
Kecamatan Kakas Barat, sebagian wilayah Kecamatan Kawangkoan, sebagian wilayah
Kecamatan Kawangkoan Barat, sebagian wilayah Kecamatan Kawangkoan Utara, sebagian
wilayah Kecamatan Kombi, sebagian wilayah Kecamatan Langowan Barat, sebagian wilayah
Kecamatan Langowan Selatan, sebagian wilayah Kecamatan Langowan Timur, sebagian
wilayah Kecamatan Langowan Utara, sebagian wilayah Kecamatan Lembean Timur, sebagian
wilayah Kecamatan Mandolang, sebagian wilayah Kecamatan Pineleng, sebagian wilayah
Kecamatan Remboken, sebagian wilayah Kecamatan Sonder, sebagian wilayah Kecamatan
Tombariri, sebagian wilayah Kecamatan Tombariri Timur, sebagian wilayah Kecamatan
Tombulu, sebagian wilayah Kecamatan Tompaso, sebagian wilayah Kecamatan Tompaso Barat,
sebagian wilayah Kecamatan Tondano Barat, sebagian wilayah Kecamatan Tondano Selatan,
sebagian wilayah Kecamatan Tondano Timur, dan sebagian wilayah Kecamatan Tondano Utara
pada Kabupaten Minahasa; dan
e. sebagian wilayah Kecamatan Airmadidi, sebagian wilayah Kecamatan Dimembe, sebagian
wilayah Kecamatan Kalawat, sebagian wilayah Kecamatan Kauditan, sebagian wilayah
Kecamatan Kema, sebagian wilayah Kecamatan Likupang Barat, sebagian wilayah Kecamatan
Likupang Selatan, sebagian wilayah Kecamatan Likupang Timur, sebagian wilayah Kecamatan
Talawaan, dan sebagian wilayah Kecamatan Wori pada Kabupaten Minahasa Utara.

4.2.5. Zona Budidaya 5 (Zona B5)


Zona B5 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 merupakan zona dengan karakteristik sebagai
kawasan yang memiliki kualitas daya dukung lingkungan sedang dan rendah serta mempunyai
kesesuaian lingkungan untuk hutan produksi. Zona B5 merupakan kawasan hutan produksi terbatas.
Zona B5 yang di tetapkan di Kawasan Perkotaan Bimindo seluas 18.540,79 Ha. Zona B5
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan pada:
a. sebagian wilayah Kecamatan Aertembaga, sebagian wilayah Kecamatan Lembeh Selatan,
sebagian wilayah Kecamatan Lembeh Utara, sebagian wilayah Kecamatan Madidir,
sebagian wilayah Kecamatan Maesa, sebagian wilayah Kecamatan Matuari, dan sebagian
wilayah Kecamatan Ranowulu pada Kota Bitung;
b. sebagian wilayah Kecamatan Tomohon Barat, sebagian wilayah Kecamatan Tomohon
Selatan, dan sebagian wilayah Kecamatan Tomohon Utara pada Kota Tomohon;
c. sebagian wilayah Kecamatan Kakas, sebagian wilayah Kecamatan Kakas Barat, sebagian
wilayah Kecamatan Mandolang, sebagian wilayah Kecamatan Pineleng, sebagian wilayah

B I M I N D O | 49
EXECUTIVE SUMMARY
PENYUSUNAN MATEK RTR KSN
PERKOTAAN BIMINDO

Kecamatan Sonder, sebagian wilayah Kecamatan Tombariri, sebagian wilayah


Kecamatan Tombariri Timur, sebagian wilayah Kecamatan Tondano Timur, dan sebagian
wilayah Kecamatan Tondano Utara pada Kabupaten Minahasa; dan
d. sebagian wilayah Kecamatan Kakas, sebagian wilayah Kecamatan Kakas Barat, sebagian
wilayah Kecamatan Mandolang, sebagian wilayah Kecamatan Pineleng, sebagian wilayah
Kecamatan Pineleng, sebagian wilayah Kecamatan Sonder, sebagian wilayah Kecamatan
Tombariri, sebagian wilayah Kecamatan Tombariri Timur, sebagian wilayah Kecamatan
Tombariri Timur, sebagian wilayah Kecamatan Tondano Timur dan sebagian wilayah
Kecamatan Tondano Utara pada Kabupaten Minahasa Utara.

4.2.6. Zona Budidaya 6 (Zona B6)


Zona B6 merupakan zona perairan laut dengan karakteristik sebagai kawasan yang potensial
untuk kegiatan kelautan serta kegiatan pariwisata kelautan. Zona B6 terdiri atas:
a. kawasan peruntukan budi daya perikanan;
b. kawasan peruntukan transportasi laut; dan
c. kawasan peruntukan pariwisata kelautan.
Zona B6 ditetapkan di seluruh perairan pesisir pada Kawasan Perkotaan Bimindo, selain Zona
L5 yang merupakan kawasan pantai berhutan bakau.

B I M I N D O | 50
EXECUTIVE SUMMARY
PENYUSUNAN MATEK RTR KSN
PERKOTAAN BIMINDO

Rencana Pola Ruang Kawasan Perkotaan Bimindo

B I M I N D O | 51
EXECUTIVE SUMMARY
PENYUSUNAN MATEK RTR KSN
BIMINDO PERKOTAAN BIMINDO

E ARAHAN & PENGENDALIAN


PEMANFAATAN RUANG

1. Arahan Pemanfaatan Ruang


Arahan pemanfaatan ruang untuk perwujudan struktur ruang di Kawasan Perkotaan Bimindo
diantarnya adalah:

a. pengembangan, peningkatan, dan pemantapan fungsi Kawasan Perkotaan Inti sebagai


pusat pemerintahan provinsi, pusat pemerintahan kota, pusat perdagangan dan jasa
skala internasional, nasional, dan regional, pusat pelayanan pendidikan tinggi, pusat
pelayanan olahraga skala internasional, nasional, dan regional, pusat pelayanan
kesehatan skala internasional, nasional, dan regional, pusat pelayanan sistem angkutan
umum penumpang dan angkutan barang regional, pusat pelayanan transportasi laut
nasional, pusat pelayanan transportasi udara internasional dan nasional, pusat kegiatan
pertahanan dan keamanan negara, pusat kegiatan pariwisata, serta pusat kegiatan
pertemuan, pameran, dan sosial budaya, serta penyusunan dan penetapan Rencana
Detail Tata Ruang Kota dan Peraturan Zonasi Kota;
b. pengembangan, peningkatan, dan pemantapan fungsi Kawasan Perkotaan di
Sekitarnya sebagai pusat perdagangan dan jasa skala regional, pusat pelayanan
kesehatan, pusat kegiatan industri, pusat kegiatan industri agro, pusat kegiatan
pertanian, pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara, pusat kegiatan pariwisata,
pusat kegiatan pertanian, pusat pelayanan sistem angkutan umum penumpang
regional, penyusunan dan penetapan Rencana Detail Tata Ruang Kota dan Peraturan
Zonasi Kota;
c. pengembangan, peningkatan, dan pemantapan kualitas sistem jaringan transportasi
yang meliputi sistem jaringan jalan, sistem jaringan transportasi sungai dan
penyeberangan, sistem jaringan perkeretaapian, sistem jaringan transportasi laut, dan
sistem jaringan transportasi udara;
d. pengembangan, peningkatan, dan pemantapan sistem jaringan energi yang meliputi
jaringan pipa minyak dan gas bumi, pembangkit tenaga listrik, dan jaringan transmisi
tenaga listrik;

B I M I N D O | 52
EXECUTIVE SUMMARY
PENYUSUNAN MATEK RTR KSN
PERKOTAAN BIMINDO

e. pengembangan, peningkatan, dan pemantapan sistem jaringan telekomunikasi yang


meliputi jaringan teresterial dan jaringan satelit;
f. pengembangan, peningkatan, dan pemantapan sistem jaringan sumber daya air yang
meliputi sungai, waduk, CAT, sistem pengendalian banjir, sistem jaringan irigasi, dan
sistem pengamanan pantai; dan
g. pengembangan, peningkatan, dan pemantapan sistem jaringan prasarana perkotaan
yang meliputi SPAM, sistem jaringan drainase, sistem jaringan air limbah, dan sistem
pengelolaan persampahan

Arahan pemanfaatan ruang untuk perwujudan pola ruang di Kawasan Perkotaan Bimindo
adalah sebagai berikut:
a. pengembangan, rehabilitasi, revitalisasi, dan peningkatan fungsi kawasan peruntukan
perumahan kepadatan tinggi, kepadatan sedang, dan kepadatan rendah;
b. pengembangan, rehabilitasi, revitalisasi, dan peningkatan fungsi kawasan peruntukan
pemerintahan provinsi, kabupaten, kota, dan/atau kecamatan;
c. pengembangan, rehabilitasi, revitalisasi, dan peningkatan fungsi kawasan peruntukan
perdagangan dan jasa skala internasional, nasional, dan regional;
d. pengembangan, rehabilitasi, revitalisasi, dan peningkatan fungsi kawasan peruntukan
pelayanan pendidikan tinggi;
e. pengembangan, rehabilitasi, revitalisasi, dan peningkatan fungsi kawasan peruntukan
pelayanan olahraga skala internasional, nasional, regional, dan lokal;
f. pengembangan, rehabilitasi, revitalisasi, dan peningkatan fungsi kawasan peruntukan
pelayanan kesehatan skala internasional, nasional, regional, dan lokal;
g. pengembangan, rehabilitasi, revitalisasi, dan peningkatan fungsi kawasan peruntukan
pelayanan sistem angkutan umum penumpang dan angkutan barang regional;
h. pengembangan, rehabilitasi, revitalisasi, dan peningkatan fungsi kawasan peruntukan
pelayanan transportasi laut internasional, nasional, dan regional;
i. pengembangan, rehabilitasi, revitalisasi, dan peningkatan fungsi kawasan peruntukan
pelayanan transportasi udara internasional, nasional, dan regional;
j. pengembangan, rehabilitasi, revitalisasi, dan peningkatan fungsi kawasan peruntukan
kegiatan pertahanan dan keamanan negara;
k. pengembangan, rehabilitasi, revitalisasi, dan peningkatan fungsi kawasan peruntukan
kegiatan pariwisata;
l. pengembangan, rehabilitasi, revitalisasi, dan peningkatan fungsi kawasan peruntukan
kegiatan pertanian, perkebunan, dan peternakan;
m. pengembangan, rehabilitasi, revitalisasi, dan peningkatan fungsi kawasan peruntukan
perikanan;
n. pengembangan, rehabilitasi, revitalisasi, dan peningkatan fungsi kawasan peruntukan
industri skala nasional baik berupa kawasan industri maupun pusat kegiatan industri
termasuk kegiatan industri agro;
o. pengembangan, rehabilitasi, revitalisasi, dan peningkatan fungsi kawasan peruntukan

B I M I N D O | 53
EXECUTIVE SUMMARY
PENYUSUNAN MATEK RTR KSN
PERKOTAAN BIMINDO

kegiatan hutan produksi terbatas dan hutan produksi tetap; dan


p. pengembangan, rehabilitasi, revitalisasi, dan peningkatan fungsi kawasan peruntukan
kegiatan pertemuan, pameran, dan sosial budaya

2. Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang


Arahan pengendalian pemanfaatan ruang adalah arahan yang diperuntukan sebagai alat
penertiban penataan ruang, meliputi indikasi arahan peraturan zonasi, arahan perizinan, arahan
insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi dalam rangka perwujudan rencana tata ruang Kawasan
Perkotaan Bimindo.
Arahan pengendalian pemanfaatan ruang Kawasan Perkotaan Bimindo digunakan sebagai
acuan dalam pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang Kawasan Perkotaan Bimindo.
Arahan pengendalian pemanfaatan ruang berfungsi:
a. Menjaga kesesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang Kawasan Perkotaan
Bimindo;
b. Menghindari penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang;
c. Menjaga keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang;
d. Sebagai alat pengendali pengembangan kawasan;
e. Mencegah dampak pembangunan yang merugikan; dan
f. Melindungi kepentingan umum.

Arahan pengendalian pemanfaatan ruang Kawasan Perkotaan Bimindo berpedoman pada:


a. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;
b. Ketersediaan sumber daya dan sumber dana pembangunan;
c. Prioritas pengembangan wilayah provinsi, kota/kabupaten dan pentahapan rencana
pelaksanaan program sesuai dengan RPJP Nasional, RPJM Nasional; dan
d. Ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.
Arahan pengendalian pemanfaatan ruang Kawasan Perkotaan Bimindo setidak-tidaknya
memuat:
a. arahan peraturan Zonasi;
b. arahan perizinan;
c. arahan insentif dan disinsentif; dan
d. arahan sanksi.

B I M I N D O | 54

Anda mungkin juga menyukai