Anda di halaman 1dari 6

TUGAS UAS PENGANTAR FILSAFAT

NAMA : FEBRIANDRA THIOTAMA


JURUSAN : ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS : ILMU KOMUNIKASI
KELAS: REG B 1
NIM: 160501046
DOSEN PENGAMPU: NUGROHO NOTO SUSANTO, S.IP, M.Si
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
1.Bagaimana studi ilmu komunikasi (fakultas ilmu komunikasi) dijelaskan dengan
pendekatan ontologi, epistemologi , dan aksiologi ?

Jawaban :

Ontologi
Ilmu komunikasi dipahami melalui objek materi dan objek formal. Secara ontologis,
Ilmu komunikasi sebagai objek materi dipahami sebagai sesuatu yang monoteistik pada
tingkat yang paling abstrak atau yang paling tinggi sebagai sebuah kesatuan dan kesamaan
sebagai makhluk atau benda. Sementara objek forma melihat Ilmu Komunikasi sebagai suatu
sudut pandang (point of view), yang selanjutnya menentukan ruang lingkup studi itu sendiri.
Contoh relevan aspek ontologis Ilmu Komunikasi adalah sejarah ilmu Komunikasi, Founding
Father, Teori Komunikasi, Tradisi Ilmu Komunikasi, Komunikasi Manusia.

Epistemologi Ilmu Komunikasi


Epistemologi adalah tuntunan-tuntunan (berupa pertanyaan) yang mengantar kita
untuk mendapatkan suatu pengetahuan.Hakikat pribadi ilmu (Komunikasi) yaitu berkaitan
dengan pengetahuan mengenai pengetahuan ilmu (Komunikasi) sendiri atau Theory of
Knowledge. Persoalan utama epsitemologis Ilmu Komunikasi adalah mengenai persoalan apa
yang dapat ita ketahui dan bagaimana cara mengetahuinya, “what can we know, and how do
we know it”. Secara sederhana sebtulnya perdebatan mengenai epistemology Ilmu
Komunikasi sudah sejak kemunculan Komunikasi sebagai ilmu. Perdebatan apakah Ilmu
Komunikasi adalah sebuah ilmu atau bukan sangat erat kaitannya dengan bagaimana proses
penetapan suatu bidang menjadi sebuah ilmu. Dilihat sejarahnya, maka Ilmu Komunikasi
dikatakan sebagai ilmu tidak terlepas dari ilmu-ilmu social yang terlebih dahulu ada. pengaruh
Sosiologi dan Psikologi sangat berkontribusi atas lahirnya ilmu ini. Bahkan Komunikasi
ditelaah lebih jauh menjadi sebuah ilmu baru pada abad ke-19 di daratan Amerika yang sangat
erat kaitannya dengan aspek aksiologis ilmu ini sendiri. Kajian Komunikasi yang dipelajari
untuk kepentingan manusia pada masa peperangan semakin meneguhkan Komunikasi
menjadi sebuah ilmu.

Aksiologi
Posisi tradisional pada aksiologi adalah bahwa ilmu pengetahuan harus bebas dari
nilai. Dalam aksiologi ilmu pengetahuan, pertanyaan yang masih diperdebatkan adalah bukan
mengenai apakah, nilai harus mempengaruhi teori dan penelitian, menailnkan bagaimana nilai
harus mempengaruhi keduanya. Hakikat individual ilmu pengetahuan yang bersitaf etik
terkait aspek kebermanfaat ilmu itu sendiri. Seperti yang telah disinggung pada aspek
epistemologis bahwa aspek aksiologis sangat terkait dengan tujuan pragmatic filosofis yaitu
azas kebermanfaatan dengan tujuan kepentingan manusia itu sendiri. Perkembangan ilmu
Komunikasi erat kaitannya dengan kebutuhan manusia akan komunikasi. Kebutuhan
memengaruhi (persuasive), retoris (public speaking), spreading of information, propaganda,
adalah sebagian kecil dari manfaat Ilmu Komunikasi. Secara pragmatis, aspek aksiologis dari
Ilmu Komunikasi terjawab seiring perkembangan kebutuhan manusia.
2.Dengan menggunakan pendekatan ontology,epistomologi, dan aksiologi, bagaimana
suatu ilmu pengetahuan dapat dipahami . gunakan salah satu topik (sesuai dengan topic
yang anda presentasikan dikelas ) dari filsafat islam .

Jawaban :

Hakikat Filsafat Islam adalah akal dan Al Quran. Filsafat Islam tidak mungkin tanpa
akal dan Al Quran. Akal yang memungkinkan aktivitas itu menjadi aktivitas kefilsafatan dan
Al Quran yang menjadi ciri keislamannya. Tidak dapat ditingggalnya Al Quran dalam
filsafat Islam adalah lebih bersifat spiritual, sehingga Al Quran tidak membatasi akal tetap
bekerja, Akal tetap bekerja dengan otonomi penuh.
Akal dan Al Quran disini tidak dapat dipahami secara struktural, karena jika akal dan
Al Quran dipahami secara struktural yang menyiratkan adanya hubungan atas bawah yang
bersifat subordinatif dan reduktif, maka antara yang satu dengan yang lainnya menjadi
saling mengatas-bawahi, baik akal mengatasi Al Quran, atau sebaliknya Al Quran
memgatasi akal. Jika Al Quran mengatasi akal, maka akal menjadi kehilangan peran sebagai
subjek filsafat yang mernuntut otonomi penuh. Sebaliknya jika akal mengatasi Al Quran,
terbayang disana bahwa aktivitas kefilsafatan islam menjadi sempit karena objeknya
hanyalah Al Quran. Akal sebagai subjek berfungsi untuk memecahkan masalah, sedangkan
Al Quran memberikan wawasan moralitas atas pemecahan masalah yang diambil oleh akal.
Aktifitas filsafat melibatkan akal pikir manusia secara utuh, konsisten, dan
bertanggung jawab.Dengan kata lain, ontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang
hakikat sesuatu yang berwujud (yang ada) dengan berdasar dengan logika. Ontologi atau
disebut juga dengan istilah metafisika, mempersoalkan adanya sesuatu yang ada.

Ontologi
Secara sederhana dapat dirumuskan sebagai ilmu yang mempelajari realitas atau
kenyataan konkret secara kritis. Hakikat kenyataan atau realitas dapat dilihat dengan dua
macam sudut pandang. Yang pertama, kauntitatif dan kualitatif. Konsep tentang wujud
adalah sulit didefinisikan dengan tepat mengingat wujud sudah ada terlebih dahulu sebelum
konsep tentang segalanya muncul.

Epistimologi
Mengenai alat pencapai ilmu pengetahuan, secara umum para pemikir Islam sepakat
bahwa ada tiga alat epistemologi yang dimiliki oleh manusia dalam mencapai ilmu
pengetahuan, yaitu indra, akal dan hati. Ketiga epistemologi ini kemudian menghasilkan tiga
metode dalam pencapaian pengetahuan, yaitu:
1. Metode observasi sebagaimana yang dikenal dalam epistemologi barat atau disebut juga
metode bayani yang menggunakan indra sebagaimana pirantinya
2.Metode deduksi logis atau demonstratif atau disebut juga metode burhani dengan
menggunakan akal
3.Metode intuitif atau irfani dengan menggunakan hati.
Aksiologi
Dalam aksiologi, ada dua penilain yang umum digunakan, yaitu etika dan estetika.
1. Etika
Etika berasal dari bahasa yunani yaitu ethos yang berarti karakter, watak kesusilaanatau adat
kebiasaan di mana etika berhubungan erat dengan konsep individu atau kelompoksebagai alat
penilai kebenaran atau evaluasi terhadap sesuatu yang telah dilakukan. Etikaadalah cabang
filsafat yang membahas secara kritis dan sistematis masalah-masalah moral.Kajian etika lebih
fokus pada prilaku, norma dan adat istiadat manusia.
2.Estetika
Estetika adalah cabang ilmu yang membahas masalah keindahan. Bagaimana keindahan bisa
tercipta dan bagaimana orang bisa merasakannya dan memberi penilaian terhadap keindahan
tersebut.
Secara etimologi, estetika diambil dari bahasa Yunani, aisthetike yang berarti segala sesuatu
yang dapat dicerna oleh indra. Estetika membahas refleksi kritis yang dirasakan oleh indera dan
memberi penilaian terhadap sesuatu, indah atau tidak indah, beauty or ugly. Estetika disebut juga
dengan istilah filsafat keindahan. Estetika merupakan bidang studi manusia yang mempersoalkan
tentang nilai keindahan. Keindahan mengandung arti bahwa didalam diri segala sesuatu terdapat
unsur-unsur yang tertata secara tertib dan harmonis dalam satu kesatuan hubungan yang utuh
menyeluruh

3. Jelaskan satu tokoh dalam filsafat yang anda presentasikan di kelas yang mencakup
tentang kehidupannya,pemikiran nya dan pengaruhnya

Jawaban :

Al-farabi
Abu Nashr Muhammad ibn Muhammad ibn Tarkhan ibn Auzalagh. Dikalangan orang-
orang latin abad tengah, Al-Farabi lebih dikenal dengan Abu Nashr. Ia lahir di Wasij, Distrik
Farab (sekarang kota Atrar), Turkistan pada 257 H. Pada tahun 330 H, ia pindah ke
Damaskus dan berkenalan dengan Saif al-Daulah al-Hamdan, sultan dinasti Hamdan di
Allepo. Sultan memberinya kedudukan sebagai seorang ulama istana dengan tunjangan yang
sangat besar, tetapi Al-Farabi memilih hidup sederhana dan tidak tertarik dengan kemewahan
dan kekayaan. Al-Farabi dikenal sebagai filsuf Islam terbesar, memiliki keahlian dalam
banyak bidang keilmuan dan memandang filsafat secara utuh dan menyeluruh serta
mengupasnya secara sempurna, sehingga filsuf yang sesudahnya, seperti Ibnu Sina dan Ibn
Rusyd banyak mengambil dan mengupas filsafatnya.
Pemikirannya :

· Pemaduan Filsafat
Al-Farabi berusaha memadukan beberapa aliran filsafat yang berkembang
sebelumnya terutama pemikiran Plato, Aristoteles, dan Plotinus, juga antara agama dan
filsafat. Karena itu ia dikenal filsuf sinkretisme yang mempercayai kesatuan filsafat.
Dalam ilmu logika dan fisika, ia dipengaruhi oleh Aristoteles. Dalam masalah akhlak dan
politik, ia dipengaruhi oleh Plato. Sedangkan dalam hal matematika, ia dipengaruhi oleh
Plotinus.
Untuk mempertemukan dua filsafat yang berbeda seperti dua halnya Plato dan Aristoteles
mengenai idea. Aristoteles tidak mengakui bahwa hakikat itu adalah idea, karena apabila hal itu
diterima berarti alam realitas ini tidak lebih dari alam khayal atau sebatas pemikiran saja.
Sedangkan Plato mengakui idea merupakan satu hal yang berdiri sendiri dan menjadi hakikat
segala-galanya. Al-Farabi menggunakan interpretasi batini, yakni dengan menggunakan ta’wil
bila menjumpai pertentangan pikiran antara kedanya. Menurut Al-Farabi, sebenarnya Aristoteles
mengakui alam rohani yang terdapat diluar nsurei. Jadi kedua filsuf tersebut sama-sama
mengakui adanya idea-idea pada zat Tuhan. Kalaupun terdapat perbedaan, maka hal itu tidak
lebih dari tiga kemungkinan:
1) Definisi yang dibuat tentang filsafat tidak benar
2) Adanya kekeliruan dalam pengetahuan orang-orang yang menduga bahwa antara
keduanya terdapat perbedaan dalam dasa-dasar falsafi.
3) Pengetahuan tentang adanya perbedaan antara keduanya tidak benar, padahal
definisi keduanya tidaklah berbeda, yaitu suatu ilmu yang membahas tentang yang ada secara
mutlak.
Adapun perbedaan agama dengan filsafat, tidak mesti ada karena keduanya mengacu
kepada kebenaran, dan kebenaran itu hanya satu, kendatipun posisi dan cara memperoleh
kebenran itu berbeda, satu menawarkan kebenaran dan lainnya mencari kebenaran. Kalaupun
terdapat perbedaan kebenaran antara keduanya tidaklah pada hakikatnya, dan untuk menghindari
itu digunakab ta’wil filosofis. Dengan demikian, filsafat Yunani tidak bertentangan secara
hakikat dengan ajaran Islam, hal ini tidak berarti Al-farabi mengagungkan filsafat dari agama. Ia
tetap mengakui bahwa ajaran Islam mutlak kebenarannya.

Jiwa
Adapun jiwa, Al-Farabi juga dipengaruhi oleh filsafat Plato, Aristoteles dan Plotinus.
Jiwa bersifat ruhani, bukan materi, terwujud setelah adanya badan dan tidak berpindah-
pindah dari suatu badan ke badan lain. Kesatuan antara jiwa dan jasad merupakan kesatuan
secara accident, artinya antara keduanya mempunyai substansi yang berbeda dan binasanya
jasad tidak membawa binasanya jiwa.
Jiwa manusia disebut al-nafs al-nathiqah, yang berasal dari alam ilahi, sedangkan
jasad berasal dari alam khalq, berbentuk, beruapa, berkadar, dan bergerak. Jiwa diciptakan
tatkala jasad siap menerimanya.Mengenai keabadian jiwa, Al-Farabi membedakan antara
jiwa kholidah dan jiwa fana. Jiwa khalidah yaitu jiwa yang mengetahui kebaikan dan berbuat
baik, serta dapat melepaskan diri dari ikatan jasmani. Jiwa ini tidak hancur dengan hancurnya
badan.

Politik
Pemikiran Al-Farabi lainnya yang sangat penting adalah tentang politik yang dia
tuangkan dalam karyanya, al-Siyasah al- Madiniyyah (Pemerintahan Politik) dan ara’ al-
Madinah al-Fadhilah (Pendapat-pendapat tentang Negara Utama) banyak dipengaruhi oleh
konsep Plato yang menyamakan nsure dengan tubuh manusia. Ada kepala, tangan, kaki dan
anggota tubuh lainnya yang masing-masing mempunyai fungsi tertentu. Yang paling penting
dalam tubuh manusia adalah kepala, karena kepalalah (otak) segala perbuatan manusia
dikendalikan, sedangkan untuk mengendalikan kerja otak dilakukan oleh hati. Demikian
juga dalam nsure. Menurut Al-Farabi yang amat penting dalam nsure adalah pimpinannya
atau penguasanya, bersama-sama dengan bawahannya sebagai mana halnya jantung dan
organ-organ tubuh yang lebih rendah secara berturut-turut. Pengusa ini harus orang yang
lebih unggul baik dalam bidang intelektual maupun moralnya diantara yang ada. Disamping
daya profetik yang dikaruniakan Tuhan kepadanya, ia harus memilki kualitas-kualitas
berupa: kecerdasan, ingatan yang baik, pikiran yang tajam, cinta pada pengetahuan,cinta
pada kejujuran, kemurahan hati, kesederhanaan, cinta pada keadilan, ketegaran dan
keberanian, serta kesehatan jasmani dan kefasihan berbicara.
Tentu saja sangat jarang orang yang memiliki semua kualitas luhur tersebut, kalau
terdapat lebih dari satu, maka menurut Al-Farabi yang diangkat menjadi kepala nsure
seorang saja, sedangkan yang lain menanti gilirannya. Tetapi jika tidak terdapat seorang pun
yang memiliki secara utuh. Dua belas atribut tersebut, pemimpin nsure dapat dipikul secara
kolektif antara sejumlah warga nsure yang termasuk kelas pemimpin.
Pemikiran Al-Farabi tentang kenegaraan terkesan ideal sebagaimana halnya konsepsi
yang ditawarkan oleh Plato. Hal ini dimungkinkan, Al-Farabi tidak pernah memangku suatu
jabatan pemerintahan, ia lebih menyenangi berkhalawat, menyendiri, sehingga ia tidak
mempunyai peluang untuk belajar dari pengalaman dalam pengelolaan urusan kenegaraan.
Kemungkinan lain yang melatarbelakangi pemikiran Al-Farabi itu adalah situasi pada waktu
itu, kekuasaan Abbassiyah diguncangkan oleh berbagai gejolak, pertentangan dan
pemberontakan.

4.Jelaskan suatu kasus persoalan dalam kehidupan dengan menggunakan sudut pandang
aliran pemikiran dalam filsafat,jabarkan dengan setidaknya dua jenis aliran pemikiran
filsafat,misalnya antara idealism dan materialisme/marxisme,atau antara rasionalisme dan
empirisme

Jawaban:

Contoh kasus aliran marxisme : Dalam Pemilu, banyak para caleg yang berlomba-lomba
dalam bersaing dengan partai lain dengan cara mendatangi masyarakat yang berada di wilayah
desa maupun perkampungan kumuh. Mereka memberikan uang ataupun barang lainnya dengan
tujuan untuk mendapatkan hati masyarakat yang kemudian tujuan utamanya adalah dengan
memilihnya sebagai caleg. Namun, pada kenyataannya setelah menjadi caleg, mereka lupa
dengan masyarakat bawah tersebut padahal masyarakat tersebut juga berperan dengan terpilihnya
caleg tersebut. Padahal seharusnya sebelum dan sesudah menjadi caleg, mereka tetap peduli
dengan masyarakat bawah dengan keterbasannya karena masyarakat juga pasti tetap bergantung
agar nasibnya jauh lebih baik lagi.

kasus aliran idealisme : Idealisme yang dilakukan oleh Adolf Hitler. Dengan keyakinannya atas
buruknya kaum Yahudi dan Komunisme, dia bisa menjadi penguasa Eropa dan membinasakan
kaum Yahudi dan Komunis. Padahal ketika zamannya ketika itu, korporasi Yahudi dan dominasi
politik komunis begitu kental dilingkungannya sehingga pada awal-awal perjuangannya Hitler
justru lebih banyak mendapat hinaan dan cemooh ketimbang dukungan. Tentu saja contoh buruk
ini jangan ditiru karena justru merupakan kemunduran dalam peradaban manusia.

Anda mungkin juga menyukai