Dosen Pembimbing I
Ir. Wiwik Dwi Pratiwi, MT
NIP. 196611251992032002
Dosen Pembimbing II
Muhamad Ari, ST., M.Sc
NIP. 197408282003121001
Dosen Pembimbing I
Ir. Wiwik Dwi Pratiwi, MT
NIP. 196611251992032002
Dosen Pembimbing II
Muhamad Ari, ST., M.Sc
NIP. 197408282003121001
First Advisor
Ir. Wiwik Dwi Pratiwi, MT
NIP. 196611251992032002
Second Advisor
Muhamad Ari, ST., M.Sc
NIP. 197408282003121001
Penyusun :
Arif Abdillah Harahap NRP. 6710040024
Pembimbing :
ABSTRAK
Kata kunci : heat input, stress corrosion cracking, mild steel, tegangan thermal.
iii
ANALYSIS VARIATION OF HEAT INPUT AGAINST
SUSCEPTIBILITY OF STRESS CORROSION CRACKING IN
WELDING OF API 2W GRADE 50T JOINT WITH API 2H GRADE
50N ON SMAW PROCESS
Written by :
Arif Abdillah Harahap NRP. 6710040024
Pembimbing :
ABSTRACT
Key Word : heat input, stress corrosion cracking, mild steel, thermal stress.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan petunjuknya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini yang berjudul :
ANALISIS VARIASI HEAT INPUT TERHADAP KEPEKAAN STRESS
CORROSION CRACKING PADA PENGELASAN MATERIAL API 2W
GRADE 50T DENGAN API 2H GRADE 50N PADA PROSES
PENGELASAN SMAW, sebagai salah satu syarat untuk memenuhi persyaratan
akademik guna memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan (S,ST) pada Program
Studi D4-Teknik Pengelasan Jurusan Teknik Bangunan Kapal, Politeknik
Perkapalan Negeri Surabaya 2014.
Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar–
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan dan
penyelesaian laporan Tugas Akhir ini diantaranya kepada:
1. Bapak, ibu, adik dan seluruh anggota keluarga yang telah memberikan perhatian,
kasih sayang dan dukungan moral, material serta doa untuk berjuang menghadapi
ujian selama masa perkuliahan dan penyelesaian Tugas Akhir ini.
2. Ir. Muhammad Mahfud, M.MT.,FRINA. selaku direktur Politeknik Perkapalan
Negeri Surabaya.
3. Bapak Aang Wahidin,ST.,MT. selaku ketua jurusan Teknik Bangunan Kapal.
4. Bapak Muhamad Ari, ST., M.Sc. selaku koordinator Tugas Akhir, dan juga sebagai
dosen Pembimbing Tugas Akhir saya.
5. Ibu Ir. Wiwik Dwi Pratiwi, MT. selaku dosen pembimbing yang telah sabar
membantu, membimbing dan mengarahkan penulis selama masa pengerjaan dan
sidang ujian Tugas Akhir.
6. Seluruh staf pengajar Program Studi Teknik Pengelasan Jurusan Teknik Bangunan
Kapal, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya yang telah membekali penulis
dengan ilmu-ilmu yang bermanfaa selama masa perkuliahan.
7. Teman-teman Program Studi Teknik Pengelasan angkatan 2010 yang selalu
berbagi kesenangan dan kesusahan selama ini.
8. Seluruh dosen, karyawan, mahasiswa, dan alumni Politeknik Perkapalan Negeri
iv
Surabaya yang membantu dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah banyak
memberi dorongan dan bantuan dalam penyelesaian tugas akhir ini, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Terima kasih banyak.
Penulis
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv
DAFTAR ISI .........................................................................................................
vi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
vi
3.6 Pengujian dan Observasi Sampel........................................................30
3.7 Analisis Hasil............................................................................................34
3.8 Kesimpulan................................................................................................34
5.1 Kesimpulan................................................................................................44
5.2 Saran............................................................................................................44
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................45
LAMPIRAN................................................................................................................................47
BIOGRAFI PENULIS.............................................................................................................77
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
4.7 Foto mikro HAZ perbesaran 100X; (a) 1G, (b) 2G, (c) 3G, (d) 4G....... 43
4.8 Foto mikro logam lasan perbesaran 100X; (a) 1G. (b) 2G, (c) 3G, (d) 4G
................................................................................................................ 43
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1
Parameter pengelasan mempengaruhi jumlah dan distribusi tegangan sisa,
karena daerah yang dikenai tegangan dan besarnya distorsi sebanding dengan
ukuran deposit las yang secara langsung berkaitan dengan masukan panas (heat
input). Aliran panas pada pengelasan terjadi secara tidak merata sehingga
menghasilkan regangan yang dapat menyebabkan distorsi dan tegangan sisa.
Tegangan sisa ini merupakan hal yang penting dalam permulaan dan penjalaran
retak karena kondisi lingkungan yang korosif.
Perilaku stress corrosion cracking pada material mild steel adalah proses
yang sangat penting untuk dipelajari karena pengaruhnya sangat besar pada
material selama aplikasi seperti pada industri petrokimia, pengeboran minyak dan
power plant. Pemilihan material dan proses manufaktur dapat mempengaruhi
perilaku stress corrosion cracking pada konstruksi dari material mild steel. Pada
struktur bangunan lepas pantai pada pengeboran minyak, material mild steel
digunakan untuk pembuatan jacket steel structure dimana pada bagian ini material
dikenai lingkungan yang korosif berupa air laut. Pada proses fabrikasi pembuatan
jacket steel structure material plat dirolling terlebih dahulu sampai diameter yang
ditentukan kemudian disambung dengan pengelasan sampai panjang yang
ditentukan. Posisi pengelasan yang digunakan pada proses fabrikasi jacket steel
structure adalah posisi 6G dimana posisi tersebut merupakan gambaran dari
berbagai posisi pengelasan.
2
1.2 Rumusan Masalah
1.4 Tujuan
1.5 Manfaat
Dengan adanya penelitian ini maka dapat diketahui pengaruh variasi heat
input terhadap terjadinya stress corrosion cracking pada pengelasan material mild
steel API 2W GR 50 T dengan API 2H GR 50 N.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
API 2W Grade 50T adalah material baja karbon yang diproduksi dengan
proses Thermo-Mechanical Control Processing (TMCP) yang digunakan pada
konstruksi bangunan lepas pantai. API 2W Grade 50T memiliki kekuatan luluh
minimum 50 ksi (345 MPa) dengan nilai minimum ketangguhan 30 ft-lbf (41 J)
pada temperature -40 °C. API 2W Grade 50T digunakan pada konstruksi
bangunan lepas pantai terutama pada bagian yang kritis seperti pada sambungan
tubular, stiffner dan bagian-bagian yang dikenai tegangan memanjang karena
memiliki ketangguhan, ketahanan fatigue dan lameral tearing yang baik. (2)
Baja karbon API 2W Grade 50T termasuk dalam kategori baja karbon
lunak dengan komposisi kimia sebagai berikut :
4
Table 2.1 Komposisi kimia baja karbon lunak API 2W Grade 50T (2)
C 0.16
Mn 1.15-1.60
P 0.03
S 0.010
Si 0.05-0.50
Al 0.020-0.060
Ni 0.75
Cr 0.25
Mo 0.08
Cu 0.35
Ti 0.007-0.02
Cb 0.03
N 0.012
B 0.0005
Kekuatan tarik baja karbon API 2W Grade 50T adalah sebagai berikut : Table 2.2
API 2H Grade 50N adalah material baja karbon yang diproduksi dengan
proses Normalize yang digunakan pada konstruksi bangunan lepas pantai. API 2H
Grade 50N memiliki kekuatan luluh minimum 50 ksi (345 MPa) dengan nilai 5
minimum ketangguhan 30 ft-lbf (41 J) pada temperature -40 °C. API 2H Grade
50N digunakan pada konstruksi bangunan lepas pantai terutama pada bagian yang
kritis seperti pada sambungan tubular, stiffner dan bagian-bagian yang dikenai
tegangan memanjang karena memiliki ketangguhan, ketahanan fatigue dan
lameral tearing yang baik. (3)
Baja karbon API 2H Grade 50N termasuk dalam kategori baja karbon
lunak dengan komposisi kimia sebagai berikut :
Table 2.4 Komposisi kimia baja karbon lunak API 2H Grade 50N (3)
C 0.18
Mn 1.15-1.60
P 0.03
S 0.010
Si 0.05-0.40
Al 0.020-0.060
Cb 0.01-0.04
Ti 0.02
N 0.012
V 0.026
Kekuatan tarik baja karbon API 2H Grade 50N adalah sebagai berikut :
Table 2.5 Kekuatan tarik baja karbon API 2H Grade 50N (3)
Tebal, t 0.2% YS UTS ksi Elongasi pada 2” Elongasi pada 8”
in (mm) ksi (MPa) (MPa) (50mm), min. % (200mm), min. %
min.
Baja karbon pada temperatur ruang secara umum terdiri dari struktur α
ferrite (BCC) dan Fe3C-Cementite. Proses perlakuan panas yang dilakukan pada
baja karbon akan mempengaruhi struktur yang terbentuk. Berikut diagram fase
6
keseimbangan besi-karbon yang menunjukkan fase-fase yang terjadi sebagai
fungsi temperature dan kadar karbon :
8
keretakan atau cacat-cacat lainnya. Pada umumnya sifat mampu las dari baja
karbon diprediksi dari nilai karbon ekuivalen (Ceq) dalam baja tersebut. (1)
9
8. ESW (Electroslag Welding)
9. LBW (Laser Beam Welding)
10. EBW (Electron Beam Welding)
11. Explosion Welding
Posisi pengelasan sangat tergantung dari lokasi dan posisi benda kerja.
Kriteria untuk posisi pengelasan diatur sebagai berikut :
11
melindungi logam las selama pembekuan. Berikut adalah skema dari proses
SMAW :
Cairan logam las dapat dikatakan sebagai fluida yang bergerak akibat
gaya-gaya yang bekerja pada fluida tersebut. Perpindahan massa dan perpindahan
panas yang terjadi akan mempengaruhi struktur mikro las-lasan, komposisi kimia
maupun sifat-sifat mekanik lainnya. Ada beberapa gaya penggerak yang
menyebabkan gerakan cairan las-lasan :
Gambar 2.5 Gaya penggerak cairan las-lasan. (a,b) Gaya apung; (c,d) Gaya
Lorentz; (e,f) Gaya tegangan permukaan; (g,h) Gaya geser permukaan (5)
12
2.3.1 Gaya penggerak karena gaya apung
Akibat adanya gaya gravitasi dan adanya perbedaan jenis massa jenis
(density) menyebabkan terjadinya peristiwa konveksi massa cairan las-lasan.
Perbedaan massa jenis karena adanya perbedaan distribusi temperatur dalam
cairan las-lasan dimana pada daerah pusat las-lasan yang dekat dengan sumber
panas memiliki temperatur yang lebih tinggi sehingga massa jenisnya akan lebih
kecil sementara di daerah yang agak jauh dari sumber panas, temperaturnya lebih
rendah sehingga massa jenisnya lebih besar. Akibat gaya gravitasi maka massa
jenis fluida yang lebih besar akan mengalir kebawah (searah gaya gravitasi)
sedangkan fluida dengan massa jenis yang lebih kecil akan terdorong ke atas. Hal
ini menyebabkan konveksi aliran dalam kolam las-lasan.
Gambar 2.6 Gaya apung penggerak konveksi massa cairan las (5)
Dalam fisika listrik dinyatakan bahwa disekitar kawat yang dialiri arus
listrik akan timbul medan magnet yang sebanding dengan besarnya arus listrik (F
= J x B). Menurut Faraday dan Lorentz, pada kawat yang dialiri arus listrik
melintasi medan magnet akan menghasilkan gaya listrik (dua kawat sejajar dengan
jarak 1 m akan menimbulkan gaya sebesar 1 N bila dialiri arus searah sebesar 1 A)
yang arahnya masing-masing tegak lurus arah medan magnet dan arah arus listrik
(aturan tangan kanan). Pada pengelasan SMAW, arus searah akan mengalir dengan
densitas arus tertentu dalam kolam las dengan arah tertentu tergantung polaritas
pengelasan. Kolom-kolom densitas arus listrik ini akan menghasilkan medan
magnet yang akan mempengaruhi kolom densitas arus listrik disekitarnya
sehingga timbul gaya listrik (Lorentz) yang akan menggerakkan cairan logam las
13
tersebut. Semakin besar densitas arus listrik, semakin besar pula gaya Lorentz
yang dihasilkan. (5)
14
Gambar 2.8 Model dari Heipel untuk konveksi Mangaroni. (a,b,c) baja dengan
kadar sulfur rendah; (d,e,f) baja dengan kadar sulfur tinggi (5)
16
2.4.2 Tegangan sisa
e = α x ∆T (2.4)
e2 – e1 = α x ∆T (2.5)
σ 2 – σ1 = E x α x ∆T (2.6)
17
Untuk kondisi kesetimbangan, gaya-gaya yang terjadi pada logam induk harus
sama dengan gaya-gaya yang terjadi pada logam las tetapi berlawanan arah.
F1 = - F2 (2.7)
σ1 x A = σ 2 x A (2.8)
Gaya yang terjadi akibat penyusutan di logam induk ada dua buah karena daerah
logam induk yang dianalisa berada di kiri dan di kanan logam las, maka :
σ1 x A1 = - 2 x σ 2 x A2 (2.9)
karena A1 = A2 :
σ1 = - 2 x σ 2 (2.10)
σ1 + 2 x σ 2 = 0 (2.11)
Dimana : σ1 = Tegangan sisa yang terjadi pada daerah logam las (MPa)
-1
α = Koefisien pemuaian material (°C )
2.4.3 Distorsi
18
pemanasan dan pendinginan. Bila selama pendinginan ini cairan logam las
dibiarkan beku secara bebas maka volume dari logam cair tersebut akan
mengalami penyusutan secara bebas. Bila sebuah logam dipanasi secara merata
maka akan terjadi ekspansi (pengembangan) ke segala arah dan setelah terjadi
pendinginan maka akan terjadi kontraksi secara merata sampai dimensi semula.
Faktor yang mempengaruhi terjadinya deformasi pada proses pengelasan antara
lain :
1. Masukan panas (heat input) yang dipengaruhi oleh parameter pengelasan yaitu
: arus, tegangan dan kecepatan pengelasan
2. Penahan atau penghalang pada sambungan las (clamps/stopper)
-
Gambar 2.9 Proses pengikisan permukaan material oleh ion Cl (10)
-
Ion Cl mengikis permukaan material yang akan membentuk terjadinya
korosi sumuran (pitting). Setelah korosi sumuran terjadi muncul inisiasi retak pada
permukaan material, kemudian retak akan menjalar seiring peningkatan tegangan
-
pada material. Meningkatnya ion Cl di lingkungan menandakan meningkatnya
elektrokonduktivitas dari larutan sehingga laju korosi meningkat.
-
Pada pengujian ASTM G 36, ion Cl lebih agresif untuk material
austenite stainless steel dan aluminium seri 5000. Pada austenite stainless steel
stress corrosion cracking mulai terjadi pada waktu pengujian 20 jam (11),
sedangkan aluminium seri 5000 stress corrosion cracking mulai terjadi pada
waktu 12 jam (12). Hal ini dapat dilihat pada gambar 2.10 grafik permulaan
terjadinya retak pada pengujian ASTM G 36; (a) grafik untuk material austenite
stainless steel, (b) grafik untuk material aluminium.
20
(a) (b)
Gambar 2.10 Grafik permulaan terjadinya retak pada pengujian ASTM G 36; (a)
grafik untuk material austenite stainless steel (11), (b) grafik untuk material
aluminium (12)
21
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Mulai
Persiapan pembuatan Persiapan material
spesimen
Persiapan prosedur pengelasan
Pemeriksaan visual
hasil pengelasan
Pembuatan Pemotongan
spesimen uji
Pembentukan spesimen U-bend
Makro etsa
22
A
Pengujian &
observasi sampel Pemeriksaan visual U-bend sebelum diuji
Pengujian penentrant
Analisis
hasil
Kesimpulan
Selesai
23
3.2 Persiapan pembuatan spesimen
3.2.1 Persiapan material
a) Plate API 2W Grade 50T ukuran 150 mm x 200 mm x 25 mm sebanyak
4 piece
b) Plate API 2H Grade 50N ukuran 150 mm x 200 mm x 25 mm sebanyak 4
piece
c) Kawat las E-7016 diameter 2.6
d) Kawat las E-7018 diameter 3.2
e) Material lainnya yang dibutuhkan
Identifikasi material dilakukan dengan melihat heat number material
dimana material mild steel API 2W Grade 50T memiliki heat number G2461
sedangkan material mild steel API 2H Grade 50N memiliki heat number 18554
seperti pada gambar 3.2 Identifikasi material. Spesifikasi material mild steel API
2W Grade 50T dan API 2H Grade 50N dapat dilihat pada lampiran A.1 dan A.2.
26
Gambar 3.3 Ukuran spesimen (9)
27
L = 200 mm
M = 170 mm
W = 25 mm
R = 50 mm
T = 10 mm
D = 10 mm
29
menganalisa spesimen uji seperti terlihat pada gambar 3.8 makro etsa spesimen U-
bend.
30
digunakan wadah yang terbuat dari tanah liat sebagai pengganti
tabung Erlenmeyer.
Untuk menjaga agar temperatur konstan saat proses pengujian,
wadah yang berisi larutan MgCl2 ditutup dan diberi celah untuk
termometer dan penutup diberi lubang kecil untuk masuknya tetesan
air sebagai pengganti condenser. Konsep modifikasi alat dan bahan
yang digunakan dapat dilihat pada gambar 3.9.
Bahan yang digunakan adalah padatan MgCl2. Pada lampiran B.1
dapat dilihat sertifikat analisa MgCl2.
Material Safety Data Sheet (MSDS) yang digunakan petunjuk
keamanan penggunaan MgCl2 terdapat pada lampiran B.2.
(1) (2)
Gambar 3.9 alat dan bahan; (1) modifikasi alat pengujian stress corrosion
cracking, (2) padatan magnesium chloride (MgCl2)
31
Gambar 3.10 Titik didih larutan MgCl2 pada tekanan 1 atm sebagai
fungsi konsentrasi (9)
33
Pengamatan indikasi dilakukan ditempat yang terang dan kemudian
dilakukan pengukuran panjang retak pada masing-masing spesimen
U-bend
3.6.4 Pengujian mikro etsa
Pengujian mikro etsa dilakukan dengan tujuan untuk melihat retak pada
area permukaan spesimen U-bend. Area yang akan diamati adalah area logam
induk, HAZ dan logam lasan.
a) Prosedur pengujian mikro etsa
Persiapan sampel untuk pengujian mikro etsa dilakukan dengan
pemotongan sampel secara melintang terhadap spesimen U-bend
Permukaan spesimen U-bend yang telah dipotong kemudian dipoles
mulai dari amplas kasar grade 80 hingga amplas halus grade 2000.
Selanjutnya dilakukan proses poles dengan kain bludru sehingga
permukaan penampang sampel benar-benar halus dan bebas dari
goresan
Untuk mendapatkan perbedaan bagian logam induk, HAZ dan logam
lasan, dilakukan etsa dengan menggunakan larutan nital 2% selama
10-20 detik, kemudian dibilas dengan air dan alkohol serta
dikeringkan
Selanjutnya permukaan penampang sampel tadi diletakkan dibawah
mikroskop dengan perbesaran 100X untuk mendapatkan foto yang
dapat memberikan informasi yang memadai
3.8 Kesimpulan
Setelah dilakukan analisis terhadap data yang dihasilkan, maka
selanjutnya menarik kesimpulan terhadap penelitian yang telah dilakukan.
34
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan data masukan panas rata-rata pada tabel 4.1, dapat dianalisis
bahwa pengelasan material mild steel API 2W Grade 50T dengan API 2H Grade
50N membutuhkan rata-rata masukan panas antara 0,427 kJ/mm - 0,964 kJ/mm
dimana posisi pengelasan 2G membutuhkan masukan panas paling rendah,
sedangkan posisi pengelasan 4G membutuhkan masukan panas paling tinggi.
Rata-rata masukan panas berbanding lurus dengan kecepatan pengelasan dan
berbanding terbalik dengan jumlah weld-pass yang terjadi pada posisi pengelasan
2G dan 4G. Pengelasan 2G membutuhkan proses pengelasan yang lebih lama
dibandingkan dengan pengelasan lainnya yaitu 5,811 mm/s dan sebaliknya, posisi
pengelasan 4G membutuhkan waktu yang paling cepat dalam proses
pengelasannya yaitu 2,486 mm/s. Namun jumlah weld-pass yang dihasilkan pada
35
pengelasan 2G lebih banyak dari posisi pengelasan lainnya yaitu 18 weld-pass,
sedangkan pada pengelasan 4G memiliki jumlah weld-pass yang sedikit
dibandingkan posisi pengelasan lainnya yaitu 10 weld-pass dikarenakan pada
proses pengelasannya menghabiskan waktu yang paling cepat dengan masukan
panas yang tinggi.
Gambar 4.1 Perbedaan total masukan panas pada setiap posisi pengelasan
(a) (b)
37
(c) (d)
Gambar 4.2 Reinforcement hasil pengelasan; (a) hasil pengelasan datar (1G), (b)
hasil pengelasan horizontal (2G), hasil pengelasan vertical (3G), hasil
pengelasan atas kepala (4G)
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 4.3 Spesimen U-bend sebelum pengujian; (a) 1G, (b) 2G, (c) 3G, (d) 4G
38
Regangan yang terjadi pada permukaan luar spesimen U-bend dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan yang terdapat pada ASTM G 30 yaitu :
ϵ = T/2R dimana T ˂ ˂ R (4.1)
Keterangan :
T = tebal spesimen U-bend (mm)
R = radius bending (mm)
Ukuran spesimen U-bend yang digunakan adalah :
T = 10 mm
R = 50 mm
Maka :
ϵ = 10/(2*50) = 0,1
Regangan (ϵ) yang terjadi pada luar permukaan spesimen adalah sebesar 0,1.
Selanjutnya akan diidentifikasikan timbulnya retak pada daerah sekitar
90° di permukaan lengkungan luar dari spesimen U-bend. Hasil yang dianalisis
adalah jumlah retak dan panjang retak yang timbul pada setiap rentan waktu 6 jam
selama 48 jam pada konsentrasi larutan MgCl2 46%. Jumlah retak adalah satu
retakan, apabila suatu retakan yang terjadi bercabang maka percabangan tersebut
dihitung sebagai retak. Sedangkan panjang retak adalah retak yang mempunyai
jarak retak yang terpanjang dari ujung retak ke ujung retak yang lain. Pengukuran
panjang retak maksimum dilakukan pada retak yang terdapat pada permukaan luar
spesimen U-bend secara visual dan dengan kamera digital.
Laporan hasil pengujian stress corrosion cracking dapat dilihat pada
lampiran B.3 Jumlah retak terhadap waktu dan B.4 Panjang retak terhadap waktu
dalam (mm). Pada gambar 4.4 dapat dilihat hasil percobaan setelah 48 jam :
(a) (b)
39
(c) (d)
Gambar 4.4 Spesimen U-bend setelah 48 jam; (a) 1G, (b) 2G, (c) 3G, (4G)
(a) (b)
40
(c) (d)
Gambar 4.5 Hasil pengujian penetrant spesimen U-bend; (a) 1G, (b) 2G, (c) 3G,
(d) 4G
41
induk, HAZ dan logam lasan. Pada gambar 4.6, 4.7 dan 4.8, dapat diamati hasil
mikro etsa dengan perbesaran 100X.
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 4.6 Foto mikro logam induk perbesaran 100X; (a) 1G, (b) 2G, (c) 3G,
(d) 4G
(a) (b)
42
(c) (d)
Gambar 4.7 Foto mikro HAZ perbesaran 100X; (a) 1G, (b) 2G, (c) 3G, (d) 4G
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 4.8 Foto mikro logam lasan perbesaran 100X; (a) 1G. (b) 2G, (c) 3G, (d)
4G
Pada gambar 4.6, 47 dan 4.8, dapat diamati bahwa tidak terjadi retak pada
permukaan spesimen U-bend pada area logam induk, HAZ dan logam lasan.
43
BAB V
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian dan menganalisis hasil pengujian, diperoleh
kesimpulan bahwa pengujian spesimen U-bend hasil pengelasan material mild
steel API 2W Gade 50 T dengan API 2H Grade 50 N selama 48 jam menghasilkan
pengikisan yang terjadi pada material API 2W Grade 50 T, hal ini membuktikan
bahwa material API 2W Grade 50 T lebih rentan terkorosi daripada material API
2H Grade 50 N. Variasi heat input tidak mempengaruhi kepekaan stress corrosion
cracking pada hasil pengelasan material API 2W Grade 50T dengan API 2H Grade
-
50N pada rentang waktu pengujian 48 jam. Hal ini dikarenakan ion klorida (Cl )
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menurunkan integritas ikatan antar
atom-atom pada material mild steel.
5.2 Saran
Saran yang dapat diajukan agar penelitian berikutnya dapat lebih baik dan
dapat menyempurnakan penelitian yang telah dilakukan dalam tugas akhir ini
adalah :
1) Penambahan waktu pengujian dan konsentrasi MgCl2.
2) Penggunaan lingkungan korosi yang berbeda dalam pengujian yang
dilakukan.
3) Alat bantu agar kontrol suhu dan tingkat kejenuhan larutan selama
pengujian dapat terjaga
4) Perhitungan tegangan yang terjadi pada spesimen uji.
5) Penggunaan metode pengujian stress corrosion cracking yang berbeda
seperti bend beam dan C-ring.
44
DAFTAR PUSTAKA
(2) Product Data Sheet, “API 2W Grade 50 TMCP Structural Steel Plate”,
SSAB 2012.
(10) Hapsari, Ade Utami, “Studi Pengaruh Tegangan dan Waktu Perendaman
terhadap Bentuk Korosi pada Baja dari Bijih Besi Laterite”, Universitas
Indonesia, Jakarta 2008.
45
(12) Wibowo Febry, Ramdani Ferdy, Ir. Soeweify M.Eng, “Studi Pengaruh
Stress Corrosion Cracking (SCC) pada Pengelasan Aluminium 5083
dengan Metode U-Bend Test”, Institut Teknologi Sepuluh Nopember,
Surabaya, 2012.
46
LAMPIRAN
47
A.2 Spesifikasi material API 2H Grade 50N
48
A.3 Welding Procedure Specification (WPS)
49
50
A.4 Data-data masukan panas pengelasan
51
Posisi pengelasan : Horisontal (2G)
52
Posisi pengelasan : Vertikal (3G)
53
Lampiran B Procedure Qualification Record (PQR)
54
PQR No. : PQR- BC-STR-207
ELECTRICAL CHARACTERISTICS
Current : DCRP
Polarity : see table below
Amps. : see table below..
Volts: see table below
Tungsten Electrode Size : N/A
Mode of Metal Transfer for GMAW (FCAW) : N/A
Heat Input (kJ/mm): see table below
Other : N/A
POSITION
Position of Groove : 1G
Weld Progression (Uphill, Downhill) :Uphill
Other : N/A
PREHEAT
Preheat Temperature : 60 ºC
Interpass Temperature : 180 ºC
Other : N/A
TECHNIQUE
Travel Speed (mm/min) :see table below …
String or Weave Bead : Both
Oscillation : N/A
Multipass or Single Pass (Per side) : Multiple Pass
Single or Multiple Electrodes : Single Electrodes
Other : N/A
FILLER METAL
Specification No.(SFA) : A5.1
AWS No. (Clasfication) : E 7016-1 & E 7018
F/A No. : 4
Size of Filler Metal : 3,2
Deposited Welds Metal (Maximum) : N/A
Electrode-Flux (Class) : N/A
Filler Trade Name :
Consumable Insert : N/A
Other :
55
PQR No. : PQR- BC-STR-207
Welding Parameter
Weld Process Filler Metal Current Volt Travel Speed Heat
Layer Ranges (mm/second) Input
Class Dia. Polarity Amps. (volts) (kJ/mm)
(mm) Range
(amperes)
56
Tensile Test
Spesimen Width Thickness Area Ultimate Ultimate Type of
No. Total Load Unit Stress Failure and
(psi or MPa) Location
NA - - - - - -
NA - - - - - -
NA - - - - - -
NA - - - - - -
Guided-Bend Tests
Type and Figure No. Result
NA -
NA -
NA -
NA -
Toughess Test
Specimen Notch Specimen Test Impact Drop
No. Location Size Temperature Values Weight
Ft-lb or % Shear Mils(inJ Break
J or mm) (Y/N)
NA - - - - - - -
NA - - - - - - -
NA - - - - - - -
NA - - - - - - -
NA - - - - - - -
Comments
Fillet-Weld Test
Result – Satisfactory : Yes No Penetration into Parent Metal : Yes No Macro – Results :
NA………………………………………….
Other Tests
Type of Test : Hardness (result see below) ……………………………………………………
Deposit Analysis:See welding sequences
Other : N/A
Welder’s Name : ……………………… Clock No : N/A…………….. Stamp No : N/A…
Test Conducted by : ………………………… Laboratory Test No : N/A
HAZ
BM A106 carbon WM HAZ super BM super
(HVN) (HVN) (HVN) duplex (HVN) duplex (HVN)
- - - - -
57
We certify that the statements in this record are correct and that the test weld were prepared ,
welded, and tested in accordance with the requirements of Section IX of the ASME.
Manufacturer or Contractor : NA………………………….
Date : 21-July-2014………………………. Certified by : NA………………………………..
58
B.2 PQR posisi pengelasan 2G
59
PQR No. : PQR- BC-STR-207
ELECTRICAL CHARACTERISTICS
Current : DCRP
Polarity : see table below
Amps. : see table below..
Volts: see table below
Tungsten Electrode Size : N/A
Mode of Metal Transfer for GMAW (FCAW) : N/A
Heat Input (kJ/mm): see table below
Other : N/A
POSITION
Position of Groove : 2G
Weld Progression (Uphill, Downhill) :Uphill
Other : N/A
PREHEAT
Preheat Temperature : 60 ºC
Interpass Temperature : 180 ºC
Other : N/A
TECHNIQUE
Travel Speed (mm/min) :see table below
String or Weave Bead : Both
Oscillation : N/A
Multipass or Single Pass (Per side) : Multiple Pass
Single or Multiple Electrodes : Single Electrodes
Other : N/A
FILLER METAL
Specification No.(SFA) : A5.1
AWS No. (Clasfication) : E 7016-1 & E 7018
F/A No. : 4
Size of Filler Metal : 3,2
Deposited Welds Metal (Maximum) : N/A
Electrode-Flux (Class) : N/A
Filler Trade Name :
Consumable Insert : N/A
Other :
60
PQR No. : PQR- BC-STR-207
Welding Parameter
(amperes)
61
Tensile Test
Guided-Bend Tests
Toughess Test
Fillet-Weld Test
Result – Satisfactory : Yes No Penetration into Parent Metal : Yes No
Other Tests
62
HAZ
BM A106 carbon WM HAZ super BM super
(HVN) (HVN) (HVN) duplex (HVN) duplex (HVN)
- - - - -
We certify that the statements in this record are correct and that the test weld were prepared ,
welded, and tested in accordance with the requirements of Section IX of the ASME.
Manufacturer or Contractor : NA………………………….
Date : 21-July-2014………………………. Certified by : NA………………………………..
63
B.3 PQR posisi pengelasan 3G
64
PQR No. : PQR- BC-STR-207
ELECTRICAL CHARACTERISTICS
Current : DCRP
Polarity : see table below
Amps. : see table below..
Volts: see table below
Tungsten Electrode Size : N/A
Mode of Metal Transfer for GMAW (FCAW) : N/A
Heat Input (kJ/mm): see table below
Other : N/A
POSITION
Position of Groove : 3G
Weld Progression (Uphill, Downhill) :Uphill
Other : N/A
PREHEAT
Preheat Temperature : 60 ºC
Interpass Temperature : 180 ºC
Other : N/A
TECHNIQUE
Travel Speed (mm/min) :see table below
String or Weave Bead : Both
Oscillation : N/A
Multipass or Single Pass (Per side) : Multiple Pass
Single or Multiple Electrodes : Single Electrodes
Other : N/A
FILLER METAL
Specification No.(SFA) : A5.1
AWS No. (Clasfication) : E 7016-1 & E 7018
F/A No. : 4
Size of Filler Metal : 3,2
Deposited Welds Metal (Maximum) : N/A
Electrode-Flux (Class) : N/A
Filler Trade Name :
Consumable Insert : N/A
Other :
65
PQR No. : PQR- BC-STR-207
Welding Parameter
Weld Process Filler Metal Current Volt Travel Speed Heat
Layer Ranges (mm/second) Input
Class Dia. Polarity Amps. (volts) (kJ/mm)
(mm) Range
(amperes)
Tensile Test
Spesimen Width Thickness Area Ultimate Ultimate Type of
No. Total Load Unit Stress Failure and
(psi or MPa) Location
NA - - - - - -
NA - - - - - -
NA - - - - - -
NA - - - - - -
66
Guided-Bend Tests
Type and Figure No. Result
NA -
NA -
NA -
NA -
Toughess Test
Specimen Notch Specimen Test Impact Drop
No. Location Size Temperature Values Weight
Ft-lb or % Shear Mils(inJ Break
J or mm) (Y/N)
NA - - - - - - -
NA - - - - - - -
NA - - - - - - -
NA - - - - - - -
NA - - - - - - -
Comments
Fillet-Weld Test
Result – Satisfactory : Yes No Penetration into Parent Metal : Yes No Macro – Results :
NA………………………………………….
Other Tests
Type of Test : Hardness (result see below) ……………………………………………………
Deposit Analysis:See welding sequences
Other : N/A
Welder’s Name : ……………………… Clock No : N/A…………….. Stamp No : N/A…
Test Conducted by : ………………………… Laboratory Test No : N/A
HAZ
BM A106 carbon WM HAZ super BM super
(HVN) (HVN) (HVN) duplex (HVN) duplex (HVN)
- - - - -
We certify that the statements in this record are correct and that the test weld were prepared ,
welded, and tested in accordance with the requirements of Section IX of the ASME.
Manufacturer or Contractor : NA………………………….
Date : 21-July-2014………………………. Certified by : NA………………………………..
67
B.4 PQR posisi pengelasan 4G
68
PQR No. : PQR- BC-STR-207
ELECTRICAL CHARACTERISTICS
Current : DCRP
Polarity : see table below
Amps. : see table below..
Volts: see table below
Tungsten Electrode Size : N/A
Mode of Metal Transfer for GMAW (FCAW) : N/A
Heat Input (kJ/mm): see table below
Other : N/A
POSITION
Position of Groove : 4G
Weld Progression (Uphill, Downhill) :Uphill
Other : N/A
PREHEAT
Preheat Temperature : 60 ºC
Interpass Temperature : 180 ºC
Other : N/A
TECHNIQUE
Travel Speed (mm/min) :see table below
String or Weave Bead : Both
Oscillation : N/A
Multipass or Single Pass (Per side) : Multiple Pass
Single or Multiple Electrodes : Single Electrodes
Other : N/A
FILLER METAL
Specification No.(SFA) : A5.1
AWS No. (Clasfication) : E 7016-1 & E 7018
F/A No. : 4
Size of Filler Metal : 3,2
Deposited Welds Metal (Maximum) : N/A
Electrode-Flux (Class) : N/A
Filler Trade Name :
Consumable Insert : N/A
Other :
69
PQR No. : PQR- BC-STR-207
Welding Parameter
(amperes)
Tensile Test
Toughess Test
Specimen Notch Specimen Test Impact Drop
No. Location Size Temperature Values Weight
Ft-lb or % Shear Mils(inJ Break
J or mm) (Y/N)
NA - - - - - - -
NA - - - - - - -
NA - - - - - - -
NA - - - - - - -
NA - - - - - - -
Comments
Fillet-Weld Test
Result – Satisfactory : Yes No Penetration into Parent Metal : Yes No Macro – Results :
NA………………………………………….
Other Tests
Type of Test : Hardness (result see below) ……………………………………………………
Deposit Analysis:See welding sequences
Other : N/A
Welder’s Name : ……………………… Clock No : N/A…………….. Stamp No : N/A…
Test Conducted by : ………………………… Laboratory Test No : N/A
HAZ
BM A106 carbon WM HAZ super BM super
(HVN) (HVN) (HVN) duplex (HVN) duplex (HVN)
- - - - -
We certify that the statements in this record are correct and that the test weld were prepared ,
welded, and tested in accordance with the requirements of Section IX of the ASME.
Manufacturer or Contractor : NA………………………….
Date : 21-July-2014………………………. Certified by : NA………………………………..
71
Lampiran C Data-data pengujian stress corrosion
cracking
Waktu
0 6 12 18 24 30 36 42 48 Lokasi
Spesimen jam jam jam jam jam jam jam jam jam
U-bend 1G - - - - - - - - - Base
metal
U-bend 1G - - - - - - - - - Weld
Metal
U-bend 2G - - - - - - - - - Base
metal
U-bend 2G - - - - - - - - - Weld
Metal
U-bend 3G - - - - - - - - - Base
metal
U-bend 3G - - - - - - - - - Weld
Metal
U-bend 4G - - - - - - - - - Base
metal
U-bend 4G - - - - - - - - - Weld
Metal
75
C.4 Panjang retak terhadap waktu dalam (mm)
Waktu
0 6 12 18 24 30 36 42 48 Lokasi
Spesimen jam jam jam jam jam jam jam jam jam
U-bend 1G - - - - - - - - - Base
metal
U-bend 1G - - - - - - - - - Weld
Metal
U-bend 2G - - - - - - - - - Base
metal
U-bend 2G - - - - - - - - - Weld
Metal
U-bend 3G - - - - - - - - - Base
metal
U-bend 3G - - - - - - - - - Weld
Metal
U-bend 4G - - - - - - - - - Base
metal
U-bend 4G - - - - - - - - - Weld
Metal
76
BIOGRAFI PENULIS
77