Anda di halaman 1dari 15

Kerajaan Ternate dan

Tidore
Oleh Kelompok 08 :
 Faiqoh Izzati Salwa (08)
 Muhammad Anwar R (21)
 Shela Zahidah Wandadi (27)

1
Letak Kerajaan

Sejarah Berdirinya

Keadaan Kerajaan

Raja-Raja
Kerajaan Ternate
dan Tidore Peninggalan Kerajaan

Keruntuhan Kerajaan

2
Letak Kerajaan Ternate & Tidore
Secara geografis kerajaan Ternate dan Tidore terletak di Kepulauan Maluku,
antara Sulawesi dan Papua. Letak tersebut sangat strategis dan penting dalam dunia
perdagangan masa itu. Pada masa itu, kepulauan Maluku merupakan penghasil rempah-
rempah terbesar sehingga dijuluki sebagai “The Spicy Island”. Rempah-rempah menjadi
komoditas utama dalam dunia perdagangan pada saat itu, sehingga setiap pedagang
maupun bangsa-bangsa yang datang dan bertujuan ke sana. Melewati rute perdagangan
tersebut agama Islam meluas ke Maluku, seperti Ambon, Ternate, dan Tidore. Keadaan
seperti ini telah mempengaruhi aspek-aspek kehidupan masyarakatnya, baik dalam
bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya.
Pada abad ke 14 Masehi, di Maluku Utara telah berdiri 4 kerajaan yaitu
Jailolo,Ternate, Tidore, dan Bacan. Masing-masing kerajaan dipimpin oleh seorang
kolano. Keempat kerajaan tersebut berasal dari satu keturunan, yaitu JAFAR SADIK,
seorang bangsa Arab keturunan Nabi Muhammad saw. Kemajuan Ternate membuat iri
kerajaan lainnya. Beberapa kali keempat kerajaan tersebut terlibat perang
memperebutkan hegemoni rempah-rempah.
Namun, akhirnya mereka dapat mengakhirinya dalam perundingan di Pulau Motir.
Dalam persetujan Motir ditetapkan Ternate menjadi kerajaan pertama, Jailolo kedua,
Tidore yang ketiga, dan Bacan yang keempat. Kerajaan- kerajaan di Maluku sangat
akrab menjalin hubungan ekonomi dengan pedagang Jawa sejak zaman Majapahit.
Pedagang Maluku sering mengunjungi bandar seperti Surabaya, Gresik, dan Tuban.
Sebaliknya, pedagang Jawa datang ke Maluku untuk membeli rempah-rempah.
Hubungan kedua belah pihak ini sangat berpengaruh terhadap proses penyebaran
agama islam di Indonesia. Sejak abad ke-13, Maluku sudah ramai dikunjungi oleh
pedagang-pedagang Islam dari Jawa dan Melayu. Seiring dengan ramainya
perdagangan, berdatangan pula para mubaligh dari Jawa Timur untuk mengajarkan
agama Islam.Salah seorang mubaligh yang berjasa menyiarkan agama islam di Maluku 3
ialah Sunan Giri dari Gresik, Jawa Timur.
Kerajaan Ternate merupakan kerajaan yang mendapatkan pengaruh Islam dari
para pedagang Jawa dan Melayu. Pusat pemerintahan Ternate terdapat di Sampalu.
Raja ternate yang pertama ialah Sultan Zainal Abidin (1486-1500). Raja Ternate yang
terkenal ialah Sultan Harun. Hasil utama Ternate waktu itu ialah cengkeh dan pala.

Peta Kepulauan Maluku Pada Abad ke-16

4
Sejarah Berdirinya Kerajaan Ternate & Tidore
Kerajaan Ternate dan Tidore secara geografis terletak di Kepulauan Maluku,
antara Pulau Sulawesi dan Papua, terletak sangat strategis dan merupakan tempat
penting dalam dunia perdagangan di masa itu. Pada waktu itu, Kepulauan Maluku
merupakan penghasil rempah-rempah terbesar di dunia sehingga mendapat julukan
sebagai “The Spicy Island”. Rempah-rempah tersebut menjadi komoditi utama dalam
dunia pelayaran dan perdagangan pada abad 15 hingga 17. Rempah-rempah yang
menjadi komoditi utama pada saat itu. Keadaan seperti ini, telah mempengaruhi aspek-
aspek kehidupan masyarakatnya, baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial, dan
budaya.
Dan setiap pedagang maupun bangsa-bangsa yang lain yang akan hadir datang
dan bertujuan ke sana, melewati rute perdagangan tersebut dan Islam meluas ke
Maluku, seperti Ambon, Ternate, dan Tidore. Demi kepentingan penguasaan
perdagangan rempah-rempah tersebut, maka mendorong terbentuknya persekutuan
daerah-daerah di Maluku Utara yang disebut dengan Ulilima dan Ulisiwa. Ulilima artinya
persekutuan lima bersaudara yang dipimpin oleh Ternate yang terdiri dari Ternate, Obi,
Bacan, Seram dan Ambon.
Sementara itu, Ulisiwa artinya persekutuan sembilan bersaudara yang terdiri dari
Tidore. Antara persekutuan Ulilima dan Ulisiwa tersebut terjadi persaingan. Persaingan
tersebut semakin nyata setelah datangnya bangsa Barat ke Kepulauan Maluku. Bangsa
barat yang pertama kali datang adalah Portugis yang akhirnya bersekutu dengan 5
Ternate pada 1512. Karena persekutuan tersebut, Portugis diperbolehkan mendirikan
Bangsa Barat selanjutnya yang datang ke Maluku adalah bangsa Spanyol,
sedangkan Spanyol sendiri bermusuhan dengan Portugis. Akhirnya, kehadiran Spanyol
di Maluku bersekutu dengan Tidore. Akibat persekutuan tersebut, persaingan antara
Ternate dengan Tidore semakin runcing yang menyebabkan terjadinya peperangan
antara keduanya yang melibatkan Spanyol dan Portugis. Dalam peperangan tersebut
Tidore dapat dikalahkan oleh Ternate yang dibantu oleh Portugis. Keterlibatan Spanyol
dan Portugis pada perang antara Kerajaan Ternate dan Tidore, pada dasarnya bermula
dari persaingan untuk mencari pusat rempah-rempah. Oleh karena itu, sebagai
akibatnya Paus ikut turun tangan untuk membantu kedua bangsa ini, guna
menyelesaikan permasalahan ini. Paus akhirnya membuat keputusan turun tangan dan
menciptakan Perjanjian Saragosa.
Dalam perjanjian tersebut bangsa Spanyol harus meninggalkan Maluku dan
pindah ke Filipina, sedangkan Portugis tetap berada di Maluku. Akibat dari Perjanjian
Saragosa bagi rakyat Maluku adalah Maluku dikuasai oleh Portugis. Perdagangan
Maluku dimonopoli oleh Portugis. Rakyat Maluku mengalami kesengsaraan. Rakyat
Maluku mengangkat senjata melawan Portugis.

6
Keadaan Kerajaan Ternate & Tidore
Keadaan Kerajaan Ternate
Aspek Kehidupan Politik dan Pemerintahan
Raja Ternate yang pertama adalah Sultan Marhum (1465-1495 M). Raja
berikutnya adalah putranya, Zainal Abidin. Pada masa pemerintahannya, Zainal
Abidin giat menyebarkan agama Islam ke pulau-pulau di sekitarnya, bahkan sampai
ke Filiphina Selatan. Zainal Abidin memerintah hingga tahun 1500 M. Setelah
mangkat, pemerintahan di Ternate berturut-turut dipegang oleh Sultan
Sirullah,Sultan Hairun, dan Sultan Baabullah. Pada masa pemerintahan Sultan
Baabullah, Kerajaan Ternate mengalami puncak kejayaannya. Wilayah kerajaan
Ternate meliputi Mindanao, seluruh kepulauan di Maluku, Papua, dan Timor.
Bersamaan dengan itu, agama Islam juga tersebar sangat luas.
Aspek Kehidupan Ekonomi, Sosial, dan Kebudayaan
Perdagangan dan pelayaran mengalami perkembangan yang pesatsehingga
pada abad ke-15 telah menjadi kerajaan penting di Maluku. Para pedagang asing
datang ke Ternate menjual barang perhiasan, pakaian, dan beras untuk ditukarkan
dengan rempah-rempah. Ramainya perdagangan memberikan keuntungan besar
bagi perkembangan Kerajaan Ternate sehingga dapat membangun laut yang cukup
kuat. Sebagai kerajaan yang bercorak Islam, masyarakat Ternate dalam kehidupan
sehari-harinya banyak menggunakan hukum Islam . Hal itu dapat dilihat pada saat
Sultan Hairun dari Ternate dengan De Mesquita dari Portugis melakukan
perdamaian dengan mengangkat sumpah dibawah kitab suci Al-Qur’an. Hasil
kebudayaan yang cukup menonjol dari kerajaan Ternate adalah keahlian 7
masyarakatnya membuat kapal, seperti kapal kora-kora.
Keadaan Kerajaan Tidore

Aspek Kehidupan Politik dan Kebudayaan


Raja Tidore mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahanSultan
Nuku (1780- 1805 M). Sultan Nuku dapat menyatukan Ternate dan Tidore untuk
bersama-sama melawan Belanda yang dibantu Inggris. Belanda kalah serta terusir dari
Tidore dan Ternate. Sementara itu, Inggris tidak mendapat apa-apa kecuali hubungan
dagang biasa. Sultan Nuku memang cerdik, berani, ulet, dan waspada. Sejak saat itu,
Tidore dan Ternate tidak diganggu, baik oleh Portugis, Spanyol, Belanda maupun Inggris
sehingga kemakmuran rakyatnya terus meningkat. Wilayah kekuasaan Tidore cukup
luas, meliputi Pulau Seram, Makean Halmahera, Pulau Raja Ampat, Kai, dan Papua.
Pengganti Sultan Nuku adalah adiknya, Zainal Abidin. Ia juga giat menentang Belanda
yang berniat menjajah kembali.
Aspek Kehidupan Ekonomi dan Sosial
Sebagai kerajaan yang bercorak Islam, masyarakat Tidore dalam kehidupan
sehari-harinya banyak menggunakan hukum Islam . Hal itu dapat dilihat pada saat
Sultan Nuku dari Tidore dengan De Mesquita dari Portugis melakukan perdamaian
dengan mengangkat sumpah dibawah kitab suci Al-Qur’an.
Kerajaan Tidore terkenal dengan rempah-rempahnya, seperti di daerah Maluku. Sebagai
penghasil rempah-rempah, kerajaan Tidore banyak didatangi oleh Bangsa-bangsa
Eropa. Bangsa Eropa yang datang ke Maluku, antara lain Portugis, Spanyol, dan
Belanda.
8
Raja-Raja yang Pernah Memerintah di Kerajaan Ternate
& Tidore
Raja-Raja yang Pernah Memerintah di Kerajaan Ternate

9
Raja-Raja yang Pernah Memerintah di Kerajaan Tidore

10
Beberapa Foto Raja-Raja yang Pernah Memerintah di
kerajaan Ternate & Tidore
Beberapa Foto Raja-Raja Yang Pernah Memerintah di Kerajaan Ternate
Sultan Baabullah
Dilahirkan tanggal 10 Februari 1528, kaicil (pangeran) Baab
adalah putera Sultan Khairun (1535-1570) dengan
permaisurinya Boki Tanjung, puteri Sultan Alauddin I dari
Bacan. Sultan Khairun sangat memperhatikan pendidikan
calon penggantinya, sejak kecil pangeran Baab bersama
saudara-saudaranya telah digembleng oleh para mubalig dan
panglima dimana ia memperoleh pemahaman tentang ilmu
agama dan ilmu perang sekaligus. Sejak remaja ia juga telah
turut mendampingi ayahnya menjalankan urusan pemerintahan
dan kesultanan.
Ketika pecah perang Ternate–Portugis yang pertama (1559-
1567), Sultan Khairun mengutus putera – puteranya sebagai
panglima untuk menghantam kedudukan Portugis di Maluku
dan Sulawesi, salah satunya adalah pangeran Baab yang
kemudian tampil sebagai panglima yang cakap dan berhasil
memperoleh kemenangan bagi Ternate. Ternate sukses
menahan ambisi Portugis sekaligus memenangkan banyak
11
wilayah baru.
Sultan Hairun
Sultan Khairun Jamil (kadang disebut juga Sultan Hairun)
adalah Sultan atau Raja Ternate ke-23, bertakhta
selama 1534-1570. Ia adalah putera Sultan
Bayanullah (periode 1500-1522), penguasa Ternate ke-20
dari ibu beretnis Jawa. Ia dikenal sebagai seorang pemimpin
arif, tegas, pemberani dan muslim yang taat serta toleran.
Tumbuh dalam masa penuh gejolak dan menyaksikan
tindak-tanduk keji Portugis terhadap rakyat dan saudara-
saudaranya membuatnya sangat membenci bangsa Eropa
yang satu ini.

12
Beberapa Foto Raja-Raja yang Pernah Memerintah di Kerajaan Tidore

Sultan Hi. Djafar Syah Sultan Sayfoeddin Van Coning alias Djou Kota

13
Peninggalan Kerajaan Ternate & Tidore
Peninggalan Kerajaan Ternate
Masjid Sultan Ternate
Masjid Sultan Ternate adalah sebuah masjid yang terletak di
kawasan Jalan Sultan Khairun, Kelurahan Soa Sio,
Kecamatan Ternate Utara, Kota Ternate, Provinsi Maluku
Utara. Masjid ini menjadi bukti keberadaan Kesultanan Islam
pertama di kawasan timur Nusantara ini. Kesultanan Ternate
mulai menganut Islam sejak raja ke-18, yaitu Kolano Marhum
yang bertahta sekitar 1465-1486 M. Pengganti Kolano Marhum
adalah puteranya, Zainal Abidin (1486-1500), yang makin
memantapkan Ternate sebagai Kesultanan Islam dengan
mengganti gelar Kolano menjadi Sultan, menetapkan Islam
sebagai agama resmi kerajaan, memberlakukan syariat Islam,
serta membentuk lembaga kerajaan sesuai hukum Islam
dengan melibatkan para ulama.

14
Mahkota Berambut Ternate

15

Anda mungkin juga menyukai