I. PENDAHULUAN gangguan indera sebagai bahan evaluasi dan perencanaan
program, maka dipandang perlu untuk melakukan Kemajuan dan berkembangnya daerah dalam proses pengembangan Sistem Informasi Gangguan Indera. pembangunan sehingga memungkinkan terjadi penurunan kualitas lingkungan khususnya akibat tingginya aktivitas II. Pengembangan Sistem Informasi Gangguan indera pada masyarakat seperti industri, transportasi, energi, dan kegiatan lainnya sehingga menimbulkan potensi risiko Pada tahun 2016 belum tersedianya aplikasi kesehatan masyarakat yang semakin meningkat dan sistem informasi gangguan indera di Dinas Kesehatan kompleks termasuk masalah indera. Kota Banjarbaru. Untuk itu dibutuhkan sistem Gangguan indera (gangguan penglihatan dan informasi yang dapat membantu dalam proses gangguan pendengaran) masih menjadi masalah kesehatan pengolahan dan analisis data, sehingga informasi dapat yang dihadapi oleh masyarakat baik global maupun nasional. Gangguan indera dapat terjadi pada seluruh kelompok umur, didapat dengan cepat, mudah dan valid serta dapat karena luasnya penyebab dan faktor risiko terjadinya memenuhi kebutuhan informasi program. gangguan. Stigma bahwa gangguan indera bukan merupakan Pada tahun 2016 jenis penyakit mata dan telinga masalah kesehatan, menyebabkan gangguan indera yang diamati dalam pelaporan belum sesuai dengan diabaikan dan baru dianggap sebagai masalah serius bila prioritas penanggulangan ganngguan indera menimbulkan kecacatan seperti kebutaan dan ketulian. penglihatan dan pendengaran. Adapun penyakit yang Pemerintah berupaya menangani permasalahan gangguan menjadi prioritas dalam penganggulangan indera indera, sebab kesakitan dan kecacatan yang disandang penglihatan adalah Katarak, Gangguan Refraksi masyarakat akibat gangguan indera berdampak pada (Miopia, Hipermetropia, Presbiopia dan penurunan produktivitas dan kualitas hidup manusia. Astigmatisme), Glaukoma, Retinopati Diabetikum. Indera penglihatan sangat menentukan kualitas sumber daya manusia, karena 83% informasi sehari-hari Sedangkan prioritas penanggulangan indera masuk melalui indera penglihatan dan 11% melalui indera pendengaran meliputi penyakit Otitis Media Supratif pendengaran. Berdasarkan data on Visual Impairment dari Kronis (OMSK), Serumen, Tuli Kongenital, WHO tahun 2010, diperkirakan 285 Juta penduduk dunia Presbikusis, dan Gangguan Pendengaran akibat bising. mengalami gangguan penglihatan, 39 juta diantaranya Sistem Informasi Gangguan Indera yang akan mengalami kebutaan dan 246 juta dengan low vision. Data dikembangkan ini, penyakit yang akan diamati dalam WHO tahun 2006 memperkirakan sekitar 153 Juta sistem informasi ini disesuaikan dengan jenis penyakit mengalami gangguan refraksi yang tidak terkoreksi. yang menjadi prioritas penanggulangan gangguan Penyandang gangguan penglihatan dan kebutaan 90% hidup penglihatan dan pendengaran. di negara berkembang seperti Indonesia, jika dibiarkan tanpa Metode pengembangan sistem informasi ada tindakan apapun, maka jumlah penderita gangguan penglihatan dan kebutaan akan menjadi dua kali lipat pada gangguan indera menggunakan pendekatan System tahun 2020. Development Life Cycle (SDLC). Pengembangan Gangguan indera pendengaran akan mengakibatkan sistem informasi gangguan indera di Dinas Kesehatan gangguan komunikasi yang menyebabkan gangguan Kota Banjarbaru yaitu merancang model sistem penyerapan informasi berupa ilmu dan pembinaan masa informasi dengan melakukan pendekatan sistem pada depan, sehingga perlu penanganan lebih lanjut untuk komponen input, proses, output. meningkatkan kualitas hidup dan produkfitas seseorang. a. Rancangan kebutuhan informasi pada Hasil Riskesdas 2013 didapatkan data prevalensi gangguan komponen output pengembangan sistem pendengaran pada penduduk usia ≥ 5 tahun sebesar 2,6% informasi gangguan indera di Kota Banjarbaru dan prevalensi ketuliannya sebesar 0,09% Output adalah hasil kerja langsung dari suatu sistem Pencatatan dan Pelaporan suatu program yang merupakan bagian Sistim Informasi Kesehatan (SIK), yang dengan demikian wujud keluaran harus nyata, dapat merupakan bagian fungsionil dari Sistim Kesehatan yang dilihat dan dapat diukur. Keluaran dari Sistem komprehensif, yang memberikan pelayanan kesehatan secara Informasi Gangguan Indera tersaji dalam bentuk terpadu, meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif, tabel dan grafik. Adapun rancangan pengembangan pelayanan rehabilitatif. SIK memberikan dukungan informasi seperti komponen output seperti tabel 1. informasi kepada proses pengambilan keputusan di semua tingkat administrasi pelayanan kesehatan. Tabel 1 Rancangan Kebutuhan Informasi Sistem Teknologi informasi terus berkambang sehingga Informasi Gangguan Indera di Dinas penyajian informasi yang akurat, cepat dan efisien sangat Kesehatan Kota Banjarbaru dibutuhkan oleh setiap orang. Perkembangan teknologi NO JENIS INFORMASI BENTUK PERIODE informasi yang sangat pesat, menuntut diubahnya pencatatan FORMAT manual menjadi sistem yang terkomputerisasi. Dengan 1 Rekapitulasi Laporan Tabel Bulanan pengolahan data secara komputerisasi pekerjaan akan Gangguan Indera semakin mudah. Penggunaan komputer yang dilengkapi 2 Prevalensi Katarak Tabel, tahunan dengan program aplikasi yang menunjang akan menghemat grafik waktu, biaya, dan tenaga serta memudahkan dalam menghasilkan informasi berkualitas. Salah satunya adalah 3 Prevalensi Gangguan Tabel, Tahunan penerapan teknologi informasi di bidang kesehatan yang Refraksi grafik dapat menghasilkan informasi yang akurat, cepat dan tepat 4 Prevalensi Glukoma Tabel, Tahunan dalam meningkatkan pelayanan kepada pasien serta grafik lingkungan yang terkait lainnya. 5 Prevalensi Retinopati Tabel, Tahunan Untuk menyediakan data dan informasi yang akurat, Diabetikum Grafik cepat dan lengkap yang dibutuhkan dalam pengendalian 6 Prevalensi Kebutaan Tabel, Tahunan 9) Jumlah Kasus OMSK Grafik 10) Jumlah Kasus Serumen 7 Prevalensi OMSK Tabel, Tahunan 11) Jumlah Kasus Prebiskusis Grafik 12) Jumlah Kasus Tuli Kongenital 8 Prevalensi Serumen Tabel, Tahunan 13) Jumlah Kasus Gangguan Pendengaran Grafik akibat kebisingan 9 Prevalensi Tuli Tabel, Tahunan 14) Jumlah Penyakit telinga lainnya (dengan Kongenital Grafik 10 Prevalensi Presbikusis Tabel, Tahunan menyebutkan jenis penyakitnya) Grafik 11 Prevalensi Gangguan Tabel, Tahunan Sumber data berasal dari hasil pencatatan dan Pendengaran akibat Grafik pelaporan bulanan Puskesmas. kebisingan 12 Absensi (persentase Tabel Bulanan III. Desain Fisik Aplikasi Sistem informasi Gangguan kelengkapan & indera ketepatan) Pelaporan Desain fisik aplikasi sistem informasi gangguan indera merupakan tahapan lanjutan setelah rancangan a. Rancangan kegiatan yang dilakukan pada tahap konseptual sistem informasi deteksi dini. komponen proses pengembangan sistem Perancangan aplikasi sistem informasi gangguan informasi gangguan indera di Dinas indera menggunakan program microsoft office excel Kesehatan Kota Banjarbaru 2013. Alasan penggunaan program excel pada aplikasi ini, karena progam excel mudah digunakan Pada pengembangan Sistem Informasi (user friendly) dan merupakan program yang sering Gangguan Indera di Dinas Kesehatan Kota digunakan oleh pengguna komputer di instansi Banjarbaru, kegiatan yang terdapat pada pemerintahan termasuk di Dinas Kesehatan kota komponen proses adalah sebagai berikut : Banjarbaru. Pengumpulan data yaitu penerimaan, Berikut ini adalah tampilan desain fisik aplikasi absensi pelaporan dan verifikasi data dan sistem informasi gangguan indera. laporan Pengolahan data meliputi kegiatan entry data dengan menggunakan program microsoft office excel 2013 , pembuatan tabel dan grafik Analisis yaitu mendeskripsikan hasil deteksi dini secara epidemiologi (berdasarkan orang, tempat, waktu) secara komputerisasi Penyajian dalam bentuk tabel, grafik dan narasi b. Rancangan kebutuhan data pada komponen input pengembangan sistem sistem informasi gangguan indera di Dinas Kesehatan Kota Gambar 3. Tampilan Menu Utama Apliaksi Sistem informasi Banjarbaru Gangguan indera Data merupakan salah satu komponen pada input sistem yang diproses untuk menghasilkan Gambar 3 menunjukkan tampilan menu utama informasi. Pada pengembangan sistem informasi aplikasi sistem informasi gangguan indera. Pada gangguan indera, data-data yang dibutuhkan menu utama terdapat tombol button untuk menginput berbentuk agregat dengan pengelompokan data laporan Puskesmas dari bulan Januari sampai berdasarkan gender, kelompok umur, jenis bulan Desember dan tombol button untuk melihat kunjungan (Baru/Lama). Adapun kelompok output dari aplikasi sistem inforamsi gangguan indera umur yang digunakan dalam sistem pelaporan ini berupa output Rekap laporan Tk. Kota dan adalah kelompok umur; 0-7 hari, 8-28 hari, 1-11 Puskesmas, Output Tabel Analisis dan output Grafik bulan, 1-4 tahun, 5-9 tahun, 10-14 tahun, 15-19 Analisis. tahun, 20-44 tahun, 45-59 tahun dan >59 tahun. Adapun jenis data yang dibutuhkan sebagai berikut : 1) Jumlah Kasus Katarak degan Visus >3/60 dan ≤3/60 2) Jumlah Kasus Gangguan Refraksi yang terdiri dari Miopia, Hipermetropia, Presbiopia, dan Astigmatisme 3) Jumlah Kasus Glukoma 4) Jumlah Kasus Retinopati Diabetikum 5) Jumlah Penyakit Mata Lainnya (dengan menyebutkan jenis penyakitnya) 6) Jumlah Kasus Buta 7) Jumlah Operasi Katarak 8) Jumlah Kunjungan Pasca Operasi Katarak Gambar 4 Tampilan Menu Input Data Aplikasi Sistem Inforamasi Gangguan indera Gambar 4 menunjukkan tampilan untuk menginput data laporan gangguan indera yang berasal dari data laporan puskesmas. Pada view input data ini disediakan tabel penginput data berdasarkan Puskesmas.
Gambar 7. Output sistem informasi gangguan indera bentuk Grafik
Analisis
Gambar 7 menunjukkan salah satu output
analisis dalam bentuk grafik. Pada gambar diatas Gambar 5 Output sistem informasi gangguan indera Rekapitulasi ditunjukkan Grafik analisis prevalensi gangguan Laporan Gangguan Indera bentuk tabel penglihatan berdasarkan Puskesmas. Gambar 5 menunjukkan salah satu tampilan output sistem informasi gangguan indera dalam bentuk Kelebihan dan Kelemahan Desain Sistem Informasi tabel berupa rekapitulasi laporan gangguan indera. Gangguan indera Desain gangguan indera yang dikembangkan ini Tabel rekapitulasi ini merupakan rekapitulasi dari input tentunya mempunyai kelebihan dan kelemahan yang data yang dilakukan perpuskesmas, data yang di input akan otomatis terekap dalam satu tampilan tabel perlu diketahui, dan dapat dipertimbangkan sebagai rekapitulasi. acuan pada tahapan pengembangan sistem informasi yang lebih sempurna lagi. Kelebihan yang dimiliki sistem informasi gangguan indera adalah sebagai berikut: 1. Proses absensi yang lengkap (Kelengkapan, dan Ketepatan) yang sudah terkomputerisasi sehingga cepat, mudah untuk melakukan evaluasi pelaporan gangguan indera. 2. Prosess pengolahan lebih cepat, mudah dan lengkap serta pelaporan gangguan indera terintegrasi dalam satu aplikasi 3. Proses analisa data lebih cepat, mudah variatif dan lebih lengkap 4. Output informasi yang didapat lebih cepat, tampilan lebih menarik, variatif, lengkap dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan. 5. Dapat dijadikan model untuk pengembangan sistem informasi gangguan indera di Dinas Kesehatan Kota Banjararu 6. Dalam pengoperasian aplikasi tidak memerlukan pelatihan khusus karena aplikasi excel mudah dan sudah menjadi keseharian dalam pekerjaan di instansi Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru Gambar 6 Output sistem informasi gangguan indera bentuk Tabel Adapun kekurangan yang dimiliki sistem Analisis informasi gangguan indera adalah sebagai berikut; 1. Desain sistem informasi gangguan indera ini Gambar 6 menunjukkan salah satu tampilan masih belum teruji di tahap implementasi di Dinas output sistem informasi gangguan indera dalam bentuk Kesehatan Kota Banjarbaru tabel analisis. Tabel diatas menujukkan tabel analisis 2. Validitas data tergantung pada pelaporan masing- prevalensi gangguan indera penglihatan yakni masing instansi Prevalensi Katarak, Prevalensi Gangguan Refraksi, Prevalensi Glukoma, Prevalensi Retinopati Diabetikum dan Prevalensi Kebutaan. Pada aplikasi sistem informasi gangguan indera, selain menyediakan data analisis prevalensi gangguan indera penglihatan, tersedia juga analisis prevalensi untuk gangguan indera pendengaran yang dapat diakses dengan mengklik tombol button analisis tabel telinga.