Anda di halaman 1dari 11

PENERAPAN TEORI FORMALISM BELL-FRY

DALAM DESAIN KARAKTER

Disusun Oleh :

Aprilia Debora K. 01023170040


Michelle Roselin 01023170011
Patricia Nathaniel 01023170027
Shelvensia Thenata 01023170041

PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL


UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
2019
PENDAHULUAN

Dalam seni, baik berupa musik, literatur, motion picture, lukisan, dan bentuk lainnya,
semuanya tidak terlepas dari form. Form sendiri memiliki hubungan yang sangat erat dengan
konten, bahkan dapat dikatakan identik. Ini disebutkan dalam buku Thinking Art yang ditulis
oleh Antoon Van den Breaembussche pada bagian yang membahas mengenai teori formalism
milik Eduard Hanslick, Clive Bell, dan Roger Fry.
Pentingnya sebuah form atau sebuah konten seringkali diperdebatkan terutama dalam
mengkritik dan menilai sebuah karya seni. Ini dikarenakan keduanya yang memiliki sifat
yang tidak terpisahkan sekaligus merupakan hal dasar penting dalam membuat sebuah karya
seni. Terutama dalam mendesain sebuah karakter pada film maupun animasi, form dan
konten sangat berperan penting dalam membantu penonton untuk dapat memahami sifat dari
karakter yang muncul.
Namun terdapat juga beberapa keadaan di mana sebuah karakter dapat tampil dengan
form yang berbeda dari form awal karakter tersebut. Seperti pada film Ralph Breaks the
Internet : Wreck It Ralph 2 karya Pixar, di mana terdapat scene yang menampilkan karakter-
karakter Disney Princess namun dengan style gambar yang berbeda dan menyebabkan
adanya perbedaan form mereka terhadap form pada film individu masing-masing. Yang
menjadi unik adalah ketika penonton masih dapat mengenali para karakter Disney Princess
tersebut walaupun dengan tampilan form yang cukup berbeda.
Di sinilah peran penting dari teori formalism dalam membantu penonton untuk dapat
mengenali para karakter Disney Princess tersebut. Sehingga perbandingan form para karakter
Disney Princess pada film Ralph Breaks the Internet : Wreck It Ralph 2 dan film individu
masing-masing karakter diperlukan dalam memahami penerapan dari teori formalism yang
diterapkan. Dengan melihat dari sudut teori formalism milik Clive Bell dan Roger Fry, kami
mencoba memahami penerapan teori formalism tersebut terhadap perbedaan form karakter
para Disney Princess pada dua film yang berbeda.

1
ISI

Kata formalism sendiri diambil dari kata “form” yang berarti bentuk, wujud, maupun
rupa. Dalam bukunya yang berjudul Thinking Art, A. Van den Breambussche menyebutkan
bahwa “Formalism accepts nothing but purely artistic standards for assessing works of art,
which it considers to be independent, irreducible, autonomous phenomena to be judged on
their own merits, i.e. their intrinsic value. To formalists, only internal, intrinsic criteria are
relevant.” (Breambussche, 2009, 61). Dari kutipan tersebut, diketahui bahwa teori formalism
adalah ilmu mengenai seni yang secara estetika lebih mengutamakan unsur form dalam
menilai sebuah karya dibandingkan dengan elemen-elemen lainnya.
Dalam teori formalism Clive Bell dan Roger Fry, hanya “significant form” yang
dijadikan sebagai satu-satunya faktor utama yang paling penting dalam menilai dan membuat
sebuah karya. “aesthetically, only “significant form” should be considered the “essence” of
art.” (Breambussche, 2009, 70). Menurut Bell-Fry, hanya “significant form” yang terpenting,
sedangkan faktor lainnya tidak. “Significant form” sendiri merupakan sebuah “kualitas” yang
harus dimiliki oleh sebuah seni terlepas dari jenis apapun dan dapat memberikan dampak
berupa emosi unik yang dialami oleh pengamat. Emosi unik tersebut disebut sebagai
“aesthetic experience” atau dapat dikatakan sebagai pengalaman estetika.
Dari sudut pandang estetika murni, seni bukan merupakan sebuah imitasi. Kemiripan
antara karya seni visual dengan realitas tidaklah relevan. Menurut Bell-Fry, lukisan yang
dibuat dengan realistis mampu mewujudkan “significant form”. Akan tetapi, ini tidak berarti
bahwa lukisan yang dibuat dengan realistis, imitasi yang akurat atau bahkan sempurna dapat
memberi jaminan bahwa karya tersebut baik atau valid secara estetik.
Serealistis apapun suatu karya seni visual belum tentu dapat menghasilkan
“significant form” yang dapat “memikat” bagi siapapun yang melihatnya. Oleh karena itu,
teori formalism Bell-Fry menekankan bahwa bukan berdasarkan atas kesamaan dengan
realitas yang dapat memikat seseorang, namun desain bergambar itu sendiri dapat memikat.
Bell-Fry juga setuju dengan pendapat Tolstoy di mana fungsi utama seni adalah untuk
menyampaikan perasaan atau emosi, dibandingkan menciptakan sesuatu yang terlihat indah.
Namun, emosi yang dimaksud oleh Bell-Fry tidak berhubungan dengan emosi tertentu yang
dialami oleh sang seniman atau pencipta karya. Seni tidak berbicara mengenai ekspresi atau
perasaan sang pembuatnya. Emosi disini berkaitan dengan emosi estetika yang dirasakan oleh
penonton atau siapapun saat melihat sebuah karya seni.

2
Emosi estetika tersebut tidak berkaitan dengan apa yang dialami pembuatnya, dan
dibangun oleh suatu karya seni melalui bentuk murni atau “pure form” pada karya tersebut.
Hanya “significant form” yang dapat menciptakan emosi demikian, yang disebut dengan
pengalaman estetika. Dan menurut Clive Bell, emosi dari seorang artis jika digunakan dalam
mengukur sebuah seni merupakan sebuah kekeliruan yang menyedihkan.
Seni menjelaskan yang tidak dapat dijelaskan dengan kalimat, atau kata-kata. Di saat
form dan konten mirip secara estetika, seni dapat membantu kita melihat lebih lagi dan
melihat realitas yang lebih tinggi. Hal ini menjelaskan kenapa, emosi estetika terhubung
dengan agama, dan mungkin pengalaman mistis. Sejak pengalaman form yang murni menjadi
penting, seni sudah sulit untuk terlihat menyampaikan sebuah akhir, seperti konten. Form
berbicara untuk dirinya sendiri, dan didalam form yang murni, form adalah kontennya. Form
itu sendiri adalah akhir dan bermakna secara demikian.
Bell sendiri ingin memperjelas basis emosi dalam pengalaman estetika. Di mana ia
berpendapat bahwa seni memang memperlihatkan sesuatu kepada kita, realitas yang terakhir
yang mendasari form yang murni. Para seniman bahkan dibawa untuk menemui seseorang
yang memiliki kemampuan unik yang dapat mengambil realitas yang tinggi, dan di mana
hanya di form yang murni, karya itu dapat terekspresikan. Bell berkata, “we become aware of
its essential reality, of the God in everything,of the universal in the particular, of the all-
pervading rhythm.” (Breambussche, 2009, 75). Seni mengacu pada segala sesuatu yang
bersinar dalam penampilan dunia yang tidak bisa dinamakan, dan yang tidak bisa dikatakan.
Seni membawa kita kepada metafisik atau realitas yang supernatural, yang dapat membuat
kita kagum dalam kesunyian.

3
STUDI KASUS

Dalam ruang lingkup motion picture seperti animasi dan sinematografi, penerapan
teori formalism mudah ditemukan dalam berbagai film. Misalnya pada film Ralph Breaks the
Internet : Wreck It Ralph 2, terdapat salah satu scene di mana para karakter Disney Princess
tampil. Namun, yang menjadi menarik adalah karakter Disney Princess yang ada tetap dapat
dikenali walau dengan form yang cukup berbeda dibandingkan dengan tampilan form pada
film individu masing-masing.
Pada gambar di samping, terlihat bahwa ada
perbandingan yang jelas pada beberapa karakter
Disney Princess antara form awal pada film indivual
mereka dengan form pada film Ralph Breaks the
Internet : Wreck It Ralph 2. Bila dibandingkan,
desain karakter milik Disney dan Pixar memiliki
perbedaan yang cukup terlihat, di mana karakter
Disney cenderung memiliki desain yang idealis dan
Pixar yang lebih realistis.
Ini dalam artian karakter Disney memiliki
desain karakter yang didesain dengan proporsi badan
sesuai dengan bentuk ideal manusia pada umumnya,
baik pria maupun wanita. Sedangkan, karakter Pixar
memiliki desain karakter yang lebih bebas dan tidak
berdasarkan dari dunia nyata, namun realistis dalam
hal detail dan tekstur. Dan jika melihat dari teori
animasi, “siluet” maka karakter Pixar memiliki ciri
khas yang lebih kuat dibandingkan dengan karakter
Disney dikarenakan permainan bentuk dan warna
yang lebih dieksplor dan bebas yang kemudian
Gambar 3.1 menjadi keunikan dan membedakan sebuah karakter
tersebut dengan karakter lainnya. Ini dapat dilihat pada film-film karya Pixar seperti A Bug’s
Life, Monste Inc, Toy Story, dan sebagainya.
Dapat dilihat, terdapat perbedaan form awal dengan form karakter pada film Ralph
Breaks the Internet : Wreck It Ralph 2, di mana beberapa karakter mengalami perubahan
form yang dari awalnya berupa animasi 2D kemudian berubah menjadi animasi 3D. Selain

4
itu, Beberapa karakter terlihat mengalami peningkatan dari segi detail dan tekstur yang juga
memberikan efek yang berbeda terhadap form dari karakter Disney Princess yang ada.
Walaupun dibuat oleh Pixar, postur para karakter Disney Princess tetap didesain menyerupai
proporsi badan manusia untuk mempertahankan dan menunjukkan perbedaan yang kontras
dengan tokoh Ralph dan Vanellope yang memiliki proporsi badan yang dilebih-lebihkan.
Diketahui bahwa saat membuat film Ralph Breaks the Internet : Wreck It Ralph 2, tim
animasi yang ada secara khusus mengundang animator supervisor yaitu Mark Henn yang
telah mengerjakan proyek Disney Princess seperti Beauty & The Beast, The Little Mermaid,
Aladdin, Mulan, dan Princess & The Frog untuk memastikan bahwa esensi asli dari karakter
Disney Princess yang didesain untuk film Ralph Breaks the Internet : Wreck It Ralph 2 tetap
sesuai dengan esensi dalam film aslinya. Selain itu, pengisi suara dari para karakter Disney
Princess dalam film ini juga diisi oleh aktor asli yang mengisi suara para karakter Disney
Princess dalam film aslinya, kecuali karakter Snow White karena aktor pengisi suara yang asli
telah meninggal.
Dari hal ini terlihat bahwa jika dihubungkan dengan teori formalism milik Bell-Fry,
dapat disimpulkan bahwa usaha-usaha seperti menyamakan model rambut, warna, gestur,
postur, bahkan aktor yang mengisi suara yang dibuat sama dengan yang ada pada film
individu tersebutlah yang kemudian menciptakan “significant form” masing-masing karakter
Disney Princess. Walau dengan jelas beberapa karakter tampil dengan form yang berbeda,
namun unsur dari karakteristik yang unik itulah yang membuat para karakter Disney Princess
mampu dikenali oleh para penonton, terlepas dari kemiripan form awal karakter dengan form
yang ada pada film Ralph Breaks the Internet : Wreck It Ralph 2, maupun jangka waktu
antara tahun dibuatnya karakter-karakter Disney Princess dengan tahun pembuatan film
Ralph Breaks the Internet : Wreck It Ralph 2 melalui adanya “aesthetic emotion”.

Gambar 3.2

5
Ini sama seperti teori formalism Bell-Fry yang menganggap bahwa representasi
ataupun imitasi tidak memberikan jaminan apapun terhadap penilaian yang valid mengenai
bagus atau estetika sebuah seni yang berarti form dari karakter itu sendiri. Karena mirip atau
tidak, keduanya mampu memberikan dorongan emosi kepada para penonton melalui
“aesthetic emotion” yang dihasilkan dari karya itu. Sehingga bila dilihat hanya melalui
“siluet” berdasarkan teori animasi, dengan keunikan yang dimiliki masing-masing karakter
Disney Princess dari form yang mereka miliki, maka karakter-karakter tersebut masih dapat
dikenali.
Namun, tentu saja tidak semua penonton menyukai seluruh penampilan form dari para
karakter Disney Princess yang ada dalam film Ralph Breaks the Internet : Wreck It Ralph 2.
Banyak pro-kontra yang didapatkan dari berbagai penonton terhadap tampilan form para
karakter Disney Princess. Ini dikarenakan “aesthetic emotion” yang membuat masing-masing
penonton mengalami “aesthetic experience” yang berbeda-beda, baik antara kreator dengan
penonton, maupun antara para penonton itu sendiri.
Terlihat juga bahwa tampilan form dari seluruh karakter Disney Princess yang ada
tampak digeneralisasi. Ini dalam artian style dari tampilan keseluruhan karakter dibuat
menjadi sama dengan tujuan agar semua karakter tampak dari dunia yang sama, tanpa
mengurangi karakteristik dari masing-masing karakter agar masih dapat dikenali oleh
penonton. Berdasarkan teori formalism Bell-Fry, form dan konten secara estetika adalah
identik. Namun, yang keliru dari teori formalism Bell-Fry adalah mereka menganggap bahwa
pengalaman akan pure form adalah yang terpenting dan tidak dapat dilihat sebagai maksud
untuk menyampaikan konten.
Padahal bila melihat dari contoh kasus di atas, konten juga berperan penting, di mana
dengan adanya konten berupa karakteristik unik dari karakter, maka form berupa gestur,
ekspresi, dialog, dan lainnya membuat karakter Disney Princess lebih dapat dikenali oleh
penonton walaupun dengan tampilan form karakter yang mengalami generalisasi. Selain itu,
pada teori animasi, dalam mendesain sebuah karakter diperlukan unsur konten baik dari segi
sosiologi maupun psikologi untuk memperkuat tampilan dari form karakter itu sendiri.
Sehingga, form dan konten adalah identik, namun bukan berarti hanya salah satu yang
penting melainkan keduanya.
Untuk lebih jelasnya, Bell-Fry tampak salah paham mengenai konsep terhadap sifat
dari simbol. Ini dikarenakan simbol sendiri berhubungan dengan konten yang kemudian
secara tidak langsung berhubungan dengan form. Di mana orang-orang memperdebatkan

6
tampilan rambut dari Rapunzel pada film Ralph Breaks the Internet : Wreck It Ralph 2. Ada
yang berpendapat bahwa seharusnya Rapunzel berambut cokelat pendek sesuai dengan
tampilannya pada akhir film individualnya, namun ada juga yang berpendapat bahwa rambut
emasnya yang panjanglah yang merupakan ikon dari karakter Rapunzel itu sendiri. Dari hal
ini terlihat bahwa konten sangat penting dan berpengaruh terhadap form dari sebuah karakter.
Selain itu, pada scene saat para karakter Disney Princess tampil dengan mengenakan
pakaian kasual, konten dari film individual mereka juga berperan penting dalam membentuk
form mereka. Karena bila dibandingkan, form para karakter Disney Princess pada film ini dan
film individual mereka pastinya berbeda dan memiliki konten yang berbeda pula. Sehingga
pada film Ralph Breaks the Internet : Wreck It Ralph 2 ini, beberapa hal seperti unsur form
yang menunjukkan keunikan masing-masing karakter, terutama pada bentuk warna dan
model rambut tetap dipertahankan. Selain itu, pakaian yang digunakan juga mengandung
konten dari film individual mereka, baik berupa lirik lagu ataupun unsur cerita seperti pada
gambar berikut. Ini yang kemudian membantu menjaga konteks dari form yang ada dan juga
membantu penonton untuk mengenali masing-masing karakter.

Gambar 3.3
Sehingga, apabila hanya form yang diutamakan dalam mendesain karakter Disney
Princess dalam film Ralph Breaks the Internet : Wreck It Ralph 2, maka bisa saja para
karakter Disney Princess tersebut justru menjadi tidak dapat dikenali oleh para penonton
karena tidak didukung oleh konten yang merupakan identitas yang berfungsi untuk
membedakan karakter yang ada satu sama lain.

7
KESIMPULAN

Dalam mendesain sebuah karakter, penerapan teori formalism cukup penting karena
form berperan penting dalam menciptakan keunikan sebuah karakter. Berdasarkan studi kasus
di atas, terlihat bahwa form karakter Disney Princess yang muncul pada film Ralph Breaks
the Internet : Wreck It Ralph 2 memiliki form yang berbeda dengan dengan form masing-
masing karakter pada film individualnya.
Setelah dikaji dengan melihat dari kacamata teori formalism milik Bell-Fry, dapat
disimpulkan bahwa “significant form” berperan penting dalam desain sebuah karakter agar
dapat dikenali oleh penonton. “Significant form” juga berperan dalam membantu memberikan
pengalaman estetika kepada para penonton walaupun pastinya tidak semua penonton
memiliki “aesthetic experience” yang sama sehingga dapat menimbulkan pro-kontra terhadap
hasil desain karakter seperti para Disney Princess yang tampil pada film Ralph Breaks the
Internet : Wreck It Ralph 2.
Teori formalism Bell-Fry, yang berpendapat bahwa form lebih penting dibandingkan
konten adalah keliru. Ini dikarenakan form dan konten adalah identik dan memiliki peran
yang sama penting dalam menciptakan maupun menilai sebuah karya seni. Bila melihat hasil
dari studi kasus pada desain karakter Disney Princess pada film Ralph Breaks the Internet :
Wreck It Ralph 2, di mana style yang berbeda antara Disney dan Pixar disertai dengan adanya
generalisasi form pada masing-masing karakter Disney Princess agar semuanya tampak dari
dunia yang sama, sehingga menyebabkan form yang dihasilkan berbeda, yaitu awalnya ada
yang masih berupa 2D lalu disamaratakan menjadi 3D.
Namun, walaupun dengan form yang berbeda dan juga menghasilkan konten yang
berbeda, sebuah karakter masih dapat dikenali dengan memanfaatkan unsur form yang
merupakan keunikan dari karakter tersebut. Dapat dilihat pada usaha tim animasi dari Pixar
untuk tidak menghilangkan esensi asli dari karakter Disney Princess yang ada untuk
mempertahankan keunikan dari para karakter Disney Princess tersebut. Selain dari segi form,
baik bentuk, warna, postur, dan sebagainya, dengan memadukan form tersebut bersama unsur
konten dari masing-masing karakter, maka konteks dari form awal karakter tersebut terjaga
dan menjadi dapat dikenali, terutama oleh penonton yang mengikuti film Disney Princess
sejak film individual mereka.
Sehingga dalam mendesain karakter, baik pada animasi maupun sinematografi, form
dan konten sangat berperan penting. Konten berhubungan dengan simbolisme yang kemudian
keduanya digunakan dalam menciptakan sebuah form yang berperan dalam menciptakan

8
keunikan dan menyampaikan sifat dan ciri khas dari karakter tersebut kepada para penonton.
Dan apabila hanya memprioritaskan salah satu unsur saja, maka maksud dari form tersebut
menjadi tidak dapat tersampaikan dengan baik, karena setiap form pastinya menghasilkan
kontennya sendiri.

9
DAFTAR PUSTAKA

Braemsbussche, Antoon Van den. Thinking Art: An Introduction to The Philosophy of Art.
New York: Springer, 2009.

Tate. “Formalism – Art Term.” Tate, n.d. https://www.tate.org.uk/art/art-terms/f/formalism.

Ralph Breaks The Internet : Wreck It Ralph 2. Ralph Breaks The Internet : Wreck It Ralph 2.
Walt Disney Animation Studios, 2018. https://solarmoviehd.ru/movie/ralph-breaks-the-
internet-26961/1438490-16/watching.html.

Ms Mojo. “Pixar Vs Disney.” Pixar Vs Disney, August 21, 2019.


https://www.youtube.com/watch?v=8xveSmvmlBo.

Flicks And The City. “Every AMAZING Wreck-It Ralph 2 DISNEY PRINCESS Detail You
Missed! - Ralph Breaks The Internet.” https://www.youtube.com/watch?v=p_wLjYQVzWE,
November 22, 2018. https://www.youtube.com/watch?v=p_wLjYQVzWE.

“Disney Princesses Comparison with Their Original and Wreck It Ralph 2 Appearances.”
9GAG, July 25, 2019. https://9gag.com/gag/aXY8POz/disney-princesses-comparison-with-
their-original-and-wreck-it-ralph-2-appearances.

Weiner, Zoë “You Have to See the ‘Wreck It Ralph 2’ Disney Princesses Next to Their IRL
Voice Actors.” Teen Vogue. Teen Vogue, November 8, 2018.
https://www.teenvogue.com/gallery/wreck-it-ralph-2-disney-princesses-actors-who-voice-
them.

Stahler, Kelsea. “How That Hilarious Disney Princess Scene In 'Wreck-It Ralph 2' Actually
Made It Into The Movie.” Bustle, September 21, 2018. https://www.bustle.com/p/how-the-
disney-princess-scene-in-wreck-it-ralph-2-actually-made-it-it-into-the-movie-10033749.

10

Anda mungkin juga menyukai