FAKULTAS KEDOKTERAN
11 Februari 2017
UNIV. AL-KHAIRAAT PALU
Disusun Oleh:
Faraihun Bachmid
12.16.777.14.131
Pembimbing:
dr. Patmawati, M.Kes, Sp.KJ
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. A
Umur : 24 tahun
Alamat : Desa Sidoarjo, Toli-toli
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Nelayan
Agama : Islam
Status Pernikahan : Belum Menikah
Tanggal Masuk : 02 Februari 2017
Tanggal Pemeriksaan : 06 Februari 2017
Ruangan : Bangsal manggis RSD Madani Palu
1. Deskripsi Kasus
Pasien Tn. A masuk rumah sakit dengan keluhan mengamuk sejak 2 minggu lalu. Pasien
diantar oleh ayahnya. Pasien juga suka berteriak-teriak, dan mendengar bisikan-bisikan yang
selalu berkata kepada pasien untuk selalu tawakkal. Kadang pasien menganggap bahwa dirinya
adalah Nabi Ibrahim yang tak mempan dibakar api, tetapi hal tersebut dapat dipatahkan sehingga
tidak dapat dikatakan sebagai waham. Pasien mengaku pernah ingin memukul orang tuanya
sehingga ia dibawa ke rumah sakit. Selain itu, pasien sering melakukan sesuatu secara berulang-
ulang, yaitu mencuci mukanya. Pasien mengatakan kalau ia menjadi seperti ini akibat diputuskan
oleh pacarnya yang sekarang sudah menikah dan punya 1 orang anak.
2. Emosi yang Terlibat
Kasus ini menarik untuk dibahas karena pasien sudah pernah mengalami keluhan ini
sebelumnya tetapi masih berulang. Pasien juga masih berusia muda. Selain itu, pasien bersikap
koperatif sehingga mudah untuk diwawancara.
3. Evaluasi
Pengalaman baik : Pada saat anamnesis, pasien terbuka dan kooperatif dalam menjawab
pertanyaan.
Pengalaman buruk : Pasien biasa lupa mengenai apa yang pernah dilakukannya dimasa
lampau.
4. Analisis
Berdasarkan kasus diatas, dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami skizofrenia tak
tergolongkan. Skizofrenia berasal dari kata “skizo” yang berarti retak atau “pecah” dan “frenia”
yang artinya jiwa. Penderita skizofrenia mengalami keretakan kepribadian (splitting of
personality).
1. Waham.
2. Halusinasi.
3. Pembicaraan yang janggal (mis. Sering derailment atau incohorensia).
4. Perilaku janggal atau katatonik
5. Adanya gejala negatif (yaitu, afektif mendatar, alogia, atau kehilangan minat).
Catatan : Hanya satu dari kriteria A yang diperlukan jika waham-nya janggal atau jika
halusinasinya berupa suara yang terus menerus mengomentari tingkah laku atau pikiran yang
bersangkutan atau berisi 2 (atau lebih) suara-suara yang saling bercakap-cakap.
B. Disfungsi sosial atau pekerjaan : 1 atau lebih dari area fungsional utama menunjukkan
penurunan nyata di bawah tingkat yang dicapai sebelum onset dalam suatu rentang waktu yang
bermakna sejak onset gangguan (atau bila onset pada masa anak-anak atau remaja
terdapat kegagalan pencapaian tingkat interpersonal, akademik atau okupasi lainnya) seperti
pekerjaan, hubungan interpersonal atau perawatan diri.
C. Durasi: tanda-tanda gangguan terus berlanjut dan menetap sedikitnya 6 bulan. Periode 6 bulan
ini meliputi 1 bulan gejala-gejala fase aktif yang memenuhi kriteria A (atau kurang bila berhasil
diterapi) dan dapat juga mencakup fase prodromal atau residual. Selama berlangsung. fase
prodormal atau residual ini, tanda-tanda gangguan dapat bermanifestasi hanya sebagai gejala-
gejala negatif saja atau lebih dariatau=2 dari gejala-gejala dalam kriteria A dalam bentuk yang
lebih ringan (seperti kepercayaan –kepercayaan ganjil, pengalaman perseptual yang tidak biasa).
D. Penyingkiran skizofektif dan gangguan mood: Gangguan skizoafektif dan mood dengan
gambaran psikotik dikesampingkan karena : (1) tidak ada episode depresi, mania atau campuran
keduanya yang terjadi bersamaan dengan gejala-gelala fase aktif, (2) jika episode mood terjadi
intra fase aktif maka perlangsungannya relatif singkat dibanding periode fase aktif dan residual.
E. Penyingkiran kondisi medis dan zat: Gangguan ini bukan disebabkan oleh efek fisiologis
langsung dari suatu zat (seperti obat-obatan medikasi atau yang disalah gunakan) atau oleh suatu
kondisi medis umum.
F. Hubungan dengan suatu gangguan perkembangan pervasif: Jika terdapat riwayat autistik atau
gangguan pervasif lainnya maka tambahan diagnosa skizofernia hanya dibuat bila juga terdapat
delusi atau halusinasi yang menonjol dalam waktu sedikitnya 1 bulan (atau kurang jika berhasil
diterapi).
Klasifikasi berdasarkan perjalanannya (longitudinal;hanya dipakai setelah minimal 1 tahun
berlalu semenjak onset dari gejala-gejala fase aktif pertama):
- Episodik dengan gejala-gejala residual interepisode (episode ditandai dengan keadaan
kekambuhan dari gejala-gejala psikosis) juga tentukan jika disertai gejala-gejala negatif yang
menonjol.
- Episodik tanpa gejala-gejala residual interepisode.
- Kontinyu (gejala-gejala psikosis jelas ada sepanjang periode observasi) juga tentukan jika
disertai gejala-gejala negatif yang menonjol.
- Episode tunggal dengan remisi parsial; juga tentukan jika disertai gejala-gejala negatif yang
menonjol.
- Episode tunggal dengan remisi penuh
- Pola lainnya atau yang tidak ditentukan.
Tipe Paranoid
Suatu tipe skizofrenia yg memenuhi kriteria:
A. Preokupasi dgn 1 ataulebih waham atau sering berhalusinasi auditorik.
B. Gejala2 berikut tidak menonjol: pembicaraan atau perilaku yang janggal atau katatonik atau
afek datar atau inappropriate.
Tipe Katatonik
Suatu tipe skizofrenia dimana gambaran klinisnya didominasi ole 2 atau lebih hal2 berikut:
1. Imobilitas motorik yg dibuktikan dgn catalepsy (termasuk waxy flexibility) atau stupor.
2. Aktfitas2 motorik yg berlebihan (yg tampak tak bertujuan dan tidak dipengaruhi oleh stimuli
external).
3. Negativisme yg nyata (yg tampaknya penolakan tanpa motif thd semua perintah atau
mempertahankan suatu postur kaku melawan usaha untuk menggerakannya) atau mutisme.
4. Gerakan spontan yg aneh spt melakukan postur tertentu (berlagak spontan yg inappropriate
atau postur ganjil),gerakan stereotipik,menojolnya manerisme atau menyerigai.
5. Echolalia atau echopraxia.
Tipe Residual
Suatu tipe skizofrenia yg memenuhi kriteria:
A. Tidak aadanya penonjolan waham2, halusinasi2, pembicaraan yang janggal, perilaku janggal
atau katatonik.
B. Adanya bukti perlangsunan gangguan spt yang ditunjukan olehgejala2 negatif dlm kriteria A
skizofrenia dlm bentuk yg lebih lemah (keyakinan2 aneh,pengalaman2 persepsi yg tidak
biasanya).
Pada pasien ini didapatkan gejala yang amat jelas yaitu terdapat halusinasi auditorik
dimana pasien mendengar bisikan-bisikan. Selain itu saat autoanamnesis didapatkan arus pikiran
yang mengalami sisipan (asosiasi longgar) dan afek yang datar.
Farmakoterapi yang diberikan pada pasien ini berupa antipsikosis atipikal yang berafinitas
terhadap Dopamine D2 reseptor dan juga serotonin 5 HT2 receptor sehingga obat ini efektif untuk
mengatasi gejala positif dan negatif. Obat ini juga mempunyai efek yang lebih minimal dibanding
golongan tipikal. Dalam pemakaian jangka panjang jarang menyebabkan gangguan kognitif,
sindrom ekstrapiramidal, dan sering diberikan pada pasien yang usia muda.
Obat-obat antipsikotik bekerja menghambat jalur dopamine. Ada empat jalur utama
dopamine :
1. Jalur mesolimbik memproyeksikan jalur dopamine dari badan sel didaerah ventral
tegmental batang otak terminal akson daerah limbic seperti nucleus acumben. Jalur ini di duga
sangat berperan terhadap perilaku emosional, khususnya halusinasi audiotorik dan delusi.
Hiperaktivitas dari jalur ini secara hipotesis diduga berperan penting terhadap timbulnya
gejala positif psikosis.
2. Jalur mesokortikal memproyeksikan jalur dopamine dari badan sel ke daerah ventral
tegmental batang otak (berdekatan dengan badan sel mesolimnbic) kedaerah korteks cerebri.
Gangguan pada jalur ini di duga berperan terhadap timbulnya gangguan kognitif dan
timbulnya gangguan gejala negative psikosis.
3. Jalur nigrostriatal memproyeksikan jalur dopamine dari badan sel substansia nigra batang
otak yang menuju ke ganglia basal atau striatum. Jalur ini merupakan bagian dari
ekstrapiramidal yang berfungsi mengontrol gerakan motorik. Gangguan ini menyebabkan
pergerakan seperti penyakit Parkinson.
4. Jalur taberoinfindibular menghubungkan nucleus arkuatus dab neuron preifentikuler ke
hipotalamus dan pituitary posterior. Dopamine yang dirilis oleh neuron-neuron ini secara
fisiologis menghambat sekresi prolactin.
Untuk terapi awal pemberian obat Risperidone merupakan antipsikotik atipikal untuk
mengatasi gejala positif dan negatif pada pasien. Dosis anjuran untuk pemberian risperidone
adalah 2-8 mg per hari.
Meskipun jarang menyebabkan sindrom ekstrapiramidal dan gangguan kognitif, dalam
menggunakan antipsikotik atipikal juga harus hati-hati. Efek yang biasa ditimbulkan adalah
peningkatan berat badan, diabetes mellitus, hiperkolesterolemia, sedasi, gangguan pergerakan
yang sedang, hipotensi postural, hiperprolaktinemia, kejang. Begitupula dengan golongan
benzodiazepine yang dapat meningkatkan penyalahgunaan terhadap obat.
Sedangkan pengobatan nonfarmakologis dapat dengan memberika psikoterapi jenis
suportif dengan metode ventilasi, persuasi, sugesti, reassurance, bimbingan, maupun konseling.
5. Kesimpulan
Skizofrenia berasal dari kata “skizo” yang berarti retak atau “pecah” dan “frenia” yang
artinya jiwa. Penderita skizofrenia mengalami keretakan kepribadian (splitting of personality).
Skizofrenia memiliki gejala positif dan nefatif.
Adapun gejala positif, yaitu :
Halusinasi
Delusi
Kekacauan dalam pikiran
Gelisah
Merasa hebat
Pikiran penuh kecurigaan
Menyimpan dendam
Sedangkan gejala negatif, yaitu :
Tak berekspresi
Mengasingkan diri
Pendiam
Pasif
Sulit berpikir abstrak
Pola pikir stereotip
Tidak ada inisiatif
Yang dimaksud dengan Skizofrenia Tak Tergolongkan (F20.9) adalah Suatu tipe
skizofrenia yang gejalanya memenuhi kriteria A, namun tidak memenuhi kriteria tipe paranoid,
hebefrenik, atau katatonik. Terapi farmakologis yang dapat diberikan untuk kasus ini yaitu anti
psikosis, sedangkan terapi nonfarmakologis yang dapat diberikan adalah psikoterapi suportif.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sadock BJ, Sadock VA, 2010, Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis Ed.2, EGC,
Jakarta.
2. Elvira SD, Hadisukanto G, 2010. Buku Ajar Psikiatri, Badan Penerbit FKUI, Jakarta.
3. Maslim R, 2001, Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III,
FK Unika Atma Jaya, Jakarta.
4. Maslim, R. 2007. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi ketiga.Nuh
Jaya : Jakarta.
5. Idrus MF, Bahan Kuliah Neuropsikiatri : Skizofrenia. 2014
6. http://repository.usu.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/26513/Chapter%20II.pdf?s
equence=4