Anda di halaman 1dari 9

SATUAN ACARA PENYULUHAN

“EPILEPSI “

Disusun Oleh :
1. Rahayu Dwi Putri
2. Rahma Kesuma Wardani
3. Rahma Novitasari BS
4. Rahmalia Ayu Pratiwi

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG


D.IV KEPERAWATAN PALEMBANG
2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN
EPILEPSI

Tema : Epilepsi
Sasaran : Masyarakat
Hari / Tanggal : Kamis, 26 September 2019
Waktu : 09.00- Selesai
Tempat : Poli Anak RS Tk II Dr. AK Gani Palembang
Waktu : 1 x 30 menit

A. Tujuan Instruksional Umum


Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan Masyarakat memahami dan mengerti
tentang epilepsi.

B. Tujuan Instruksional Khusus


1. Mengetahui pengertian epilepsi
2. Mengetahui bagaimana penyebab epilepsi
3. Mengetahui patofisiologi epilepsi
4. Mengetahui factor resiko epilepsi
5. Mengetahui tanda dan gejala epilepsi
6. Mengetahui penatalaksanaan epilepsy
7. Mengetahui pertolongan pertama saat epilepsy
8. Mengetahui makanan yang sebaiknya dibatasi/dihindari

C. Kegiatan penyuluhan

Kegiatan
NO Tahap Waktu
Penyuluhan Sasaran

1. Pembukaan 5 menit 1.Mengucapkan 1. Menjawab


salam salam

2.Memperkenalkan 2. Menyimak dan


diri memperhatikan

3.Menjelaskan
tujuan

4.Apersepsi
2. Inti 35 1. Menjelaskan Menyimak dan

menit tentang memperhatikan

2. Pengertian
epilepsi Bertanya
3. Penyebab Menjawab
epilepsi pertanyaan
4. Tanda dan
Gejala epilepsi

5. Pertolongan
pertama epilepsi.

6. Patofisiologi
epilepsi

7. Makanan yang
sebaiknya
dibatasi/dihindari

8. Tanya jawab

8. Mengevaluasi
materi dengan cara
memberikan
pertanyaan

3. Penutup 5 menit Mengucapkan salam Menjawab salam


penutup

D. METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab
E. MEDIA
1. Stiker
2. PPT
F. EVALUASI
Diharapkan peserta mampu memahami pengertian Epilepsi tanda – tanda,
penyebab, pencegahan, penanganan Epilepsi dan cara pengobatannya.
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian
Penyakit epilepsi atau ayan adalah gangguan sistem saraf pusat akibat pola
aktivitas listrik otak yang tidak normal. Hal itu menimbulkan keluhan kejang, sensasi
dan perilaku yang tidak biasa, hingga hilang kesadaran.

Epilepsi merupakan salah satu penyakit neurologis yang utama. Pada dasarnya
epilepsi merupakan suatu penyakit Susunan Saraf Pusat (SSP) yang timbul akibat
adanya ketidak seimbangan polarisasi listrik di otak. Ketidak seimbangan polarisasi
listrik tersebut terjadi akibat adanya fokus-fokus iritatif pada neuron sehingga
menimbulkan letupan muatan listrik spontan yang berlebihan dari sebagian atau
seluruh daerah yang ada di dalam otak. Epilepsi sering dihubungkan dengan
disabilitas fisik, disabilitas mental, dan konsekuensi psikososial yang berat bagi
penyandangnya (pendidikan yang rendah, pengangguran yang tinggi, stigma sosial,
rasa rendah diri, kecenderungan tidak menikah bagi penyandangnya).

B. Penyebab Epilepsi (Etiologi)


Epilepsi dapat digolongkan menjadi 2 berdasarkan faktor penyebabnya :
1. Kelompok primer, yang tidak diketahui penyebab bangkitan epilepsinya
2. Kelompok sekunder, dapat diketahui penyebab bangkitan epilepsinya antara
lain : trauma saat lahir, trauma kepala, radang otak, tumor otak, perdarahan
otak, kekurangan oksigen, demam, keracunan obat, dll.

C. Patofisiologi
Otak merupakan pusat penerima pesan (impuls sensorik) dan sekaligus
merupakan pusat pengirim pesan (impuls motorik). Otak ialah rangkaian berjuta-juta
neuron. Pada hakekatnya tugas neuron ialah menyalurkan dan mengolah aktivitas
listrik saraf yang berhubungan satu dengan yang lain melalui sinaps. Dalam sinaps
terdapat zat yang dinamakan neurotransmiter. Asetilkolin dan norepinerprine ialah
neurotranmiter eksitatif, sedangkan zat lain yakni GABA (gama-amino-butiric-acid)
bersifat inhibitif terhadap penyaluran aktivitas listrik sarafi dalam sinaps. Bangkitan
epilepsi dicetuskan oleh suatu sumber gaya listrik di otak yang dinamakan fokus
epileptogen. Dari fokus ini aktivitas listrik akan menyebar melalui sinaps dan dendrit
ke neron-neron di sekitarnya dan demikian seterusnya sehingga seluruh belahan
hemisfer otak dapat mengalami muatan listrik berlebih (depolarisasi). Pada keadaan
demikian akan terlihat kejang yang mula-mula setempat selanjutnya akan menyebar
ke bagian tubuh/anggota gerak yang lain pada satu sisi tanpa disertai hilangnya
kesadaran. Dari belahan hemisfer yang mengalami depolarisasi, aktivitas listrik dapat
merangsang substansia retikularis dan inti pada talamus yang selanjutnya akan
menyebarkan impuls-impuls ke belahan otak yang lain dan dengan demikian akan
terlihat manifestasi kejang umum yang disertai penurunan kesadaran.

D. Faktor Resiko
Gangguan stabilitas neuron – neuron otak yang dapat terjadi saat epilepsi, dapat
terjadi saat
Prenatal Natal Postnatal

1) Umur ibu saat hamil terlalu a. Asfiksia a. Kejang demam


muda (<20 tahun) atau b. Bayi dengan berat b. Trauma kepala
terlalu tua (>35 tahun) badan lahir rendah c. Infeksi SSP
2) Kehamilan dengan eklamsia (<2500 gram) d. Gangguan
dan hipertensi c. Kelahiran prematur metabolik
3) Kehamilan primipara atau atau postmatur
multipara d. Partus lama
4) Pemakaian bahan toksik e. Persalinan dengan
alat

E. Tanda dan Gejala


a) Dapat mengalami aura yaitu suatu sensasi tanda sebelum kejang epileptik (aura
dapat berupa perasaan tidak enak, melihat sesuatu, mencium bau-bauan tidak enak,
mendengar suara gemuruh, mengecap sesuatu, sakit kepala dan sebagainya)
b) Napas terlihat sesak dan jantung berdebar
c) Raut muka pucat dan badannya berlumuran keringat
d) Satu jari atau tangan yang bergetar, mulut tersentak dengan gejala sensorik khusus
atau somatosensorik seperti: mengalami sinar, bunyi, bau atau rasa yang tidak
normal seperti pada keadaan normal
e) Individu terdiam tidak bergerak atau bergerak secara automatik, dan terkadang
individu tidak ingat kejadian tersebut setelah episode epileptikus tersebut lewat
f) Di saat serangan, penyandang epilepsi terkadang juga tidak dapat berbicara secara
tiba- tiba
g) Kedua lengan dan tangannya kejang, serta dapat pula tungkainya menendang-
menendang
h) Gigi geliginya terkancing
i) Hitam bola matanya berputar- putar
j) Terkadang keluar busa dari liang mulut dan diikuti dengan buang air kecil.

F. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan dalam epilepsi, secara umum ada 2 hal yaitu :

a. Tatalaksana fase akut (saat kejang)


Tujuan pengelolaan pada fase akut adalah mempertahankan oksigenasi otak
yang adekuat, mengakhiri kejang sesegera mungkin, mencegah kejang
berulang, dan mencari faktor penyebab. Serangan kejang umumnya
berlangsung singkat dan berhenti sendiri.

b. Pengobatan epilepsi
Tujuan utama pengobatan epilepsi adalah membuat penderita epilepsi
terbebas dari serangan epilepsinya. Serangan kejang yang berlangsung
mengakibatkan kerusakan sampai kematian sejumlah sel-sel otak. Apabila
kejang terjadi terus menerus maka kerusakan sel-sel otak akan semakin
meluas dan mengakibatkan menurunnya kemampuan intelegensi penderita.
Karena itu, upaya terbaik untuk mengatasi kejang harus dilakukan terapi
sedini dan seagresif mungkin. Pengobatan epilepsi dikatakan berhasil dan
penderita dinyatakan sembuh apabila serangan epilepsi dapat dicegah atau
dikontrol dengan obat- obatan sampai pasien tersebut 2 tahun bebas kejang.

G. Pertolongan Pertama Epilepsi


1. Selama Kejang
Tahap – tahap dalam pertolongan pertama saat kejang, antara lain:
a. Jauhkan penderita dari benda - benda berbahaya (gunting, pulpen,
kompor api, dan lain – lain).
b. Jangan pernah meninggalkan penderita.
c. Berikan alas lembut di bawah kepala agar hentakan saat kejang tidak
menimbulkan cedera kepala dan kendorkan pakaian ketat atau kerah
baju di lehernya agar pernapasan penderita lancar (jika ada).
d. Miringkan tubuh penderita ke salah satu sisi supaya cairan dari mulut
dapat mengalir keluar dengan lancar dan menjaga aliran udara atau
pernapasan.
e. Pada saat penderita mengalami kejang, jangan menahan gerakan
penderita. Biarkan gerakan penderita sampai kejang selesai.
f. Jangan masukkan benda apapun ke dalam mulut penderita, seperti
memberi minum, penahan lidah.
g. Setelah kejang selesai, tetaplah menemani penderita. Jangan
meninggalkan penderita sebelum kesadarannya pulih total, kemudian
biarkan penderita beristirahat atau tidur.

2. Setelah Kejang
a. Penderita akan bingung atau mengantuk setelah kejang terjadi.
b. Pertahankan pasien pada salah satu sisi untuk mencegah aspirasi.
Yakinkan bahwa jalan napas paten.
c. Biasanya terdapat periode ekonfusi setelah kejang grand mal
d. Periode apnea pendek dapat terjadi selama atau secara tiba- tiba setelah
kejang
e. Pasien pada saaat bangun, harus diorientasikan terhadap lingkungan
f. Beri penderita minum untuk mengembalikan energi yg hilang selama
kejang dan biarkan penderita beristirahat.
g. Jika pasien mengalami serangan berat setelah kejang (postiktal), coba
untuk menangani situasi dengan pendekatan yang lembut dan member
restrein yang lembut
h. Laporkan adanya serangan pada kerabat terdekatnya. Ini penting untuk
pemberian pengobatan oleh dokter.

H. Makanan Yang Sebaiknya dibatasi/dihindari

Beberapa makanan mungkin dapat memperburuk gejala epilepsi. Sehingga, untuk


menghindari hal tersebut, ada beberapa makanan untuk penderita epilepsi yang
sebaiknya dibatasi atau dihindari, yaitu:

1. Makanan dan minuman sumber karbohidrat sederhana


Kadar gula darah yang naik-turun pada beberapa orang epilepsi dapat
memicu kejang. Sehingga, menjaga kadar gula darah pada penderita epilepsi
sangat penting dilakukan. Ini bisa dilakukan dengan cara mengontrol asupan
karbohidrat.
Sebaiknya hindari makanan dengan indeks glikemik tinggi karena dapat
meningkatkan kadar gula darah. Contoh dari makanan tersebut adalah minuman
manis, minuman ringan, roti putih, nasi putih, kue, cokelat, dan lainnya.
Penderita epilepsi sebenarnya masih boleh makan makanan sumber
karbohidrat, tapi hanya dalam jumlah rendah. Pilihlah karbohidrat dengan
indeks glikemik yang tidak terlalu tinggi jika ingin mengonsumsi makanan
sumber karbohidrat. Misalnya, nasi merah, roti gandum, pasta gandum, oat,
atau kentang dengan kulitnya.

2. Makanan dengan MSG

MSG sering digunakan sebagai penyedap dan pengawet pada berbagai


makanan. Namun, penelitian yang diterbitkan Neuroscience Letters
menunjukkan bahwa kelebihan MSG pada tikus dapat mengubah saraf tikus dan
menyebabkan serangan epilepsi. Walaupun penelitian ini masih sebatas pada
hewan, namun ada baiknya Anda yang menderita epilepsi membatasi konsumsi
makanan ber-MSG.
DAFTAR PUSTAKA

Deliana, M., 2002, Tatalaksana Kejang Demam pada Anak, Sari Pediatri, 4(2), 59-62.
Harsono, 2001, Epilepsi, Edisi 1, Gadjah Mada University Press,Yogyakarta.
Harsono, 2005, Buku Ajar Neurologis Klinis, 119-155, Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf
Indonesia Bekerjasama dengan Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Harsono, 2007, Epilepsi Edisi ke dua, 4-25, UGM Press Yogyakarta
Wihartono W, Gofir A, Wibowo S., 2006. Gambaran Klinis dan CT Scan perdarahan intraserebral
pada penderita hipertensi dan non hipertensi. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai