Pembimbing :
Disusun Oleh :
Deviat Astriana A
11-2018-018
KEPANITERAAN KLINIK
SMF ANAK
NIM : 11.2018.018
IDENTITAS PASIEN
PASIEN
2
Orang tua/ Wali
Ayah
Ibu
RIWAYAT PENYAKIT
Keluhan Tambahan : Bayi kurang bulan dan bayi berat lahir rendah
Tangal 07 Agustus 2019 jam 09.10, bayi perempuan lahir di Ruang OK RSUD KOJA,
secara sectio caesarea (SC) atas indikasi preeclampsia berat dengan hipokalemi, ditolong
oleh dokter spesialis kandungan, dari ibu G5P5A0 prematur usia kehamilan 34 minggu, saat
lahir tidak langsung menangis, APGAR SKOR 6, riwayat ibu demam saat hamil (-), riwayat
ketuban pecah sebelum waktunya (-), bau (-), meconium (-), Injeksi VIT.K (+).
3
Pada saat bayi lahir dan tidak langsung menangis, segera dilakukan resusitasi pada
bayi dan setelah resusitasi dilakukan bayi mulai menangis dan APGAR SKOR menjadi 7.
Kemudian bayi dirawat dalam incubator di PERINA RSUD KOJA. Dalam pemeriksaan fisik
di dapatkan bayi tampak sakit sedang, kesadaran composmentis, berat lahir 1.715 gram,
panjang 42 cm, lingkar kepala 29 cm, lingkar dada 27 cm, lingkar perut 25 cm, lingkar lengan
9 cm, dan ubun-ubun 2x2cm, gerakan hipoaktif, refleks hisap lemah, nadi 137x/menit, napas
58x/menit, suhu 36,8oC, CRT >2 “, sesak (+), nafas cuping hidung (+), retraksi dinding dada
pada bagian subcostal dan intercostal (+), sianotik (+).
KEHAMILAN
KELAHIRAN
Kedaan bayi
4
RIWAYAT SOSIAL EKONOMI
Pasien adalah anak ke lima dari pasangan Tn.HK usia 37 tahun dengan pendidikan
terkahir SMA dan bekerja sebagai wiraswasta dan Ny. SN usia 36 tahun dengan pendidikan
terakhir SMA dan bekerja sebagai IRT. Keluarga pasien merupakan sosial ekonomi
menengah ke atas.
POHON KELUARGA
Pasien merupakan anak ke lima dari lima bersaudara, riwayat hipertensi, prematur dan
bayi berat lahir rendah pada saat ibu hamil anak pertama dan ke empat tidak ada .
5
PEMERIKSAAN FISIS
PEMERIKSAA UMUM
Kesadaran : Composmentis
Aktivitas : Hipoaktif
Tangis : Merintih
Nadi : 135x/menit
Pernapasan : 58x/menit
DATA ANTROPOMETRI
PEMERIKSAAN SISTEMATIS
Kepala
6
h. Gigi-geligi : Belum dapat dinilai
i. Lidah : Dalam batas normal
j. Tonsil : Belum dapat diniai
k. Faring : Belum dapat dinilai
Leher
Thoraks
7
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Dari hasil pemeriksaan laboratorium yang dilakukan didapatkan hasil darah rutin dan kimia
klinik dalam batas normal. Didapatkan hasil golongan darah B Rhesus Positif, didapatkan
hasil Neutrofil Immatur Ratio (NIR) dalam batas normal . Sedangkan untuk hasil
pemeriksaan serologi didapatkan peningkatan dari C-Reactive Protein (CRP) kuantitatif
dengan nilan 0.33 mg/dL dengan nilai normal < 0.30 mg/dL.
8
RESUME
Bayi berusia 0 hari berjenis kelamin perempuan lahir di ruang OK RSUD Koja, secara
sectio caesarea (SC) atas indikasi ibu dengan riwayat preeclampsia berat dengan hipokalemi
akibat hipertensi selama kehamilan. Persalinan ditolong oleh dokter spesialis kandungan dari
ibu G5P5A0, prematur usia kehamilan 34 minggu, saat lahir bayi tidak langsung menangis,
APGAR SKOR 6. Riwayat ibu demam saat hamil (-) ketuban hijau (-), bau (-), meconium (-).
Injeksi VIT.K setelah lahir (+)
Pada saat bayi lahir dan tidak langsung menangis, segera dilakukan resusitasi pada bayi,
setelah resusitasi selesai dilakukan bayi mulai menangis sehingga APGAR SKOR menjadi 7.
Kemudian bayi dirawat dalam incubator di PERINA RSUD KOJA. Dalam pemeriksaan fisik
di dapatkan bayi tampak sakit sedang, kesadaran composmentis, berat lahir 1.715 gram,
panjang 42 cm, lingkar kepala 29 cm, lingkar dada 27 cm, lingkar perut 25 cm, lingkar lengan
9 cm, dan ubun-ubun 2x2cm, gerakan hipoaktif, refleks hisap lemah, nadi 137x/menit, napas
58x/menit, suhu 36,8oC, CRT >2 “, sesak (+), nafas cuping hidung (+), retraksi dinding dada
pada bagian subcostal dan intercostal (+), sianotik (+).
Dari hasil pemeriksaan laboratorium yang dilakukan didapatkan hasil darah rutin dan
kimia klinik dalam batas normal. Didapatkan hasil golongan darah B Rhesus Positif,
didapatkan hasil Neutrofil Immatur Ratio (NIR) dalam batas normal . Sedangkan untuk hasil
pemeriksaan serologi didapatkan peningkatan dari C-Reactive Protein (CRP) kuantitatif
dengan nilan 0.33 mg/dL dengan nilai normal < 0.30 mg/dL.
Diffrential Diagnosa :
a. Asfiksia Neonatorum
b. Respiratory Distress Syndrome
c. Transient Takipnea Newborn
Working Diagnosa :
9
PENATALAKSANAAN
FOLLOW UP
Tanggal SOAP
08/08/19 S : Sesak (+)
BBL:1715 gram
O: sensorium : composmentis, aktivitas : sedang, refleks hisap : lemah,
BBS:1715 gram
tangis : kuat (merintih), dyspnea (+), sianosis(-), ikterik (-).
Usia: 1 hari
HR : 130x/menit, RR : 66x/menit, T : 36,90C, SpO2 99%
Kepala : Simetris, bulat
Mata : konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)
Hidung : nafas cuping hidung (+)
Mulut : sianosis (-), kering (-)
Thorax : simteris, retraksi (+)
Pulmo : vesicular (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-)
Cor : BJ 1 dan 2 normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : datar, supel , tidak kembung, hepar dan lien tidak teraba, BU (+)
Normoperistaltik
A: NKB + KMK + BBLR + RDS
P: - CPAP FiO2 21% peep 6 flow 8, buble ada
- OGT terbuka produksi coklat
- IVFD D10% + Ca Glukonas 10 mg 6cc/jam
- FFP ke 2 (20cc)
- Meropenem 2x 75 mg IV
- Gentamicyn 8 mg/36 jam IV
- Aminophilin 2x 5 mg IV
- Vit K 1 mg/3hari IM
10
- Lasix 1x1,5 mg
- Albumin 3x25 mg
- asi pasi 12x4cc via OGT
11
BBS:1710 gram tangis : lemah, dyspnea (+), sianosis (-), ikterik (-).
Usia: 3 hari
HR : 125x/menit, RR: 60x/menit, T : 36,80C, SpO2: 94%
Kepala: simetris, bulat
Mata : conjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)
Hidung : nafas cuping hidup (-)
Mulut : sianosis (-), kering (-)
Thorax : simetris, retraksi (-)
Pulmo : vesikular (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-)
Cor : BJ 1 dan 2 normal, murmr (-), gallop (-)
Abdomen : datar, supel, tidak kembung, hepar dan lien tidak teraba, BU (+)
Normoperistaltik
Ekstremitas : akral hangat (+), sianosis (-), CRT 2”
A: NKB KMK + BBLR + RDS
P: : - CPAP FiO2 21% Flow 8 peep 5
- OGT terbuka produksi 5 cc warna coklat
- IVFD 1/5 NS + KCL 10 mg 9cc /jam
12
ANALISA KASUS
Bayi berusia 0 hari berjenis kelamin perempuan lahir di ruang OK RSUD Koja, secara
sectio caesarea (SC) atas indikasi ibu dengan riwayat preeclampsia berat dengan hipokalemi
akibat hipertensi selama kehamilan. Persalinan ditolong oleh dokter spesialis kandungan dari
ibu G5P5A0, prematur usia kehamilan 34 minggu, saat lahir bayi tidak langsung menangis,
APGAR SKOR 6. Riwayat ibu demam saat hamil (-) ketuban hijau (-), bau (-), meconium (-).
Injeksi VIT.K setelah lahir (+)
Pada saat bayi lahir dan tidak langsung menangis, segera dilakukan resusitasi pada bayi,
setelah resusitasi selesai dilakukan bayi mulai menangis sehingga APGAR SKOR menjadi 7.
Kemudian bayi dirawat dalam incubator di PERINA RSUD KOJA. Dalam pemeriksaan fisik
di dapatkan bayi tampak sakit sedang, kesadaran composmentis, berat lahir 1.715 gram,
panjang 42 cm, lingkar kepala 29 cm, lingkar dada 27 cm, lingkar perut 25 cm, lingkar lengan
9 cm, dan ubun-ubun 2x2cm, gerakan hipoaktif, refleks hisap lemah, nadi 137x/menit, napas
58x/menit, suhu 36,8oC, CRT >2 “, sesak (+), nafas cuping hidung (+), retraksi dinding dada
pada bagian subcostal dan intercostal (+), sianotik (+).
Dari hasil pemeriksaan laboratorium yang dilakukan didapatkan hasil darah rutin dan
kimia klinik dalam batas normal. Didapatkan hasil golongan darah B Rhesus Positif,
didapatkan hasil Immatur Total Ratio (NIR) dalam batas normal . Sedangkan untuk hasil
pemeriksaan serologi didapatkan sedikit peningkatan dari C-Reactive Protein (CRP)
kuantitatif dengan nilan 0.33 mg/dL dengan nilai normal < 0.30 mg/dL.
Dari gejala klinis, pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan laboratorium di dapatkan
beberapa diagnosa banding yaitu :
1. Asfiksia neonatorum
Atas Dasar : Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi baru lahir yang gagal
bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Tetapi, menurut American
College of Obstetricans and Gynecologists (ACOG) dan American Academy of
Pediatrics (AAP), seseorang neonatus dikatakan mengalami asfiksia bila memenuhi
kondisi sebagai berikut. a) Nilai apgar menit kelima 0 – 3, b) Adanya asidosis pada
pemeriksaan darah tali pusat (pH < 7,0), c) Gangguan neurologis (misalnya: kejang,
hipotonia atau koma), d) Adanya gangguan sistem multiorgan (misalnya: gangguan
kardiovaskular, gastrointestinal, hematologi, pulmoner, atau system renal).1
13
Sehingga untuk kasus asfiksia neonatorum disingkirkan, karena pada
kasus ini tidak memenuhi salah satu kondisi asfiksia menurut American College of
Obstetricans and Gynecologists (ACOG) dan American Academy of Pediatrics
(AAP).
2. Respiratory Distress Syndrome (RDS)
Atas Dasar : Respiratory Distress Syndrome atau RDS ialah sindrom gawat
napas yang merupakan sekumpulan temuan klinis, radiologis dan histologis yang
terjadi akibat ketidakmaturan paru dengan unit pernapasan yang kecil dan sulit
mengembang dan tidak menyisakan udara diantara usaha napas. RDS mempunyai 2
klasifikasi yaitu, RDS tipe 1 disebabkan karena Hyaline Membrane Disease (HMD)
akibat ketidakmaturan sel pnemosit tipe II dan ketidakmampuan sel tersebut untuk
menghsilkan surfaktan yang memadai. RDS terjadi pada bayi prematur atau kurang
bulan, karena kurangnya produksi surfaktan. Terdapat 4 faktor penting penyebab
defisiensi surfaktan pada RDS yaitu prematur, asfiksia perinatal, maternal diabetes,
maupun seksio sesaria.2 Gejala dan tanda klinis yang ditemui pada RDS adalah :
dispnea , merintih (grunting), takipnea (pernapasan lebih 60x/ menit), retraksi dinding
thoraks dan sianosis. Gejala-gejala ini timbul dalam 24 jam pertama sesudah lahir
dengan derajat yang berbeda, tetapi biasanya RDS sudah nyata pada usia 4 jam.
Tanda yang hampir selalu didapat adalah dispnea yang akan diikuti dengan takipnea,
pernapasan cuping hidung, retraksi dinding thorak, dan sianosis. Diagnosis dini dapat
ditegakkan bila telah ada gambaran sindrom tersebut, terlebih lagi bila disertai dengan
adanya faktor-faktor risiko.1 RDS tipe 2 disebabkan karena Meconium Aspirasi
Syndrome (MAS) sekumpulan gejala yang diakibatkan oleh terhisapnya cairan
amnion mekonial kedalam saluran napas bayi. MAS adalah salah satu penyebab yang
paling sering menyebabkan kegagalan pernapasan pada bayi baru lahir aterm maupun
post-term.Adanya MAS pada cairan amnion jarang di jumpai pada kelahiran preterm.
Pada MAS biasanya terdapat air ketuban berwarna kuning kehijauan kental karena
bercampur dengan mekonium, gagal napas yang mengarah pada peningkatan diameter
anteroposterior, persistent pulmonary hypertenstion of the newborn (PPHN), dan
terjadi kondisi suhu bayi menjadi hipotermi atau bahkan menjadi hipertermi.3
Dari pembahasan mengenai RDS tipe 1 dan 2 yang dapat disingkirkan adalah
RDS tipe 2 karena pada kasus ini air ketuban jernih tidak bercampur dengan
mekonium dan tidak berwarna kuning kehijauan, bayi tidak mengalami gagal napas
yang mengarah pada peningkatan diameter anteroposterior, persistent pulmonary
14
hypertenstion of the newborn (PPHN), hipotermi atau bahkan menjadi hipertermi, dan
juga pada kasus bayi lahir prematur dimana kasus MAS jarang terjadi pada kelahiran
premature. Sehingga yang dapat kita ambil menjadi diagnosa sementara adalah
RDS tipe 1,karena tanda dan gejala klinis yang ditimbulkan sesua dengan RDS tipe 1.
3. Broncho Pulmonar Displasia (BPD)
Atas Dasar : Adalah gangguan paru pada neonatal dengan mengikuti adanya
kegagalan nafas seperti RDS, dan sindrom aspirasi mekonium hal ini biasanya terjadi
pada neonatal yang baru lahir. BPD juga biasanya disebut sebagai penyakit paru
kronis pada bayi prematur. BPD biasanya terjadi pada bayi prematur dan berat badan
lahir sangat rendah. BPD meningkat dengan penurunan berat badan lahir dan
mempengaruhi 30% bayi dengan berat lahir <1000 gram. Insiden BPD dipengaruhi
banyak faktor risiko, yang paling penting adalah kematangan paru. Faktor risiko
utama BPD adalah prematuritas, dan BBLSR. Pada bayi denga BPD yang sudah parah
biasanya dikaitkan dengan pertumbuhan yang buruk, edema paru, dan sesak.4
Untuk kasus BPD disingkirkan karena pada kasus ini bukan yang termasuk
penyakit kronik karena gejala klinis yang ditimbulkan dalam waktu 24 jam
setelah kelahiran, dan pada kasus ini bayi termasuk dalam kategori prematur
dengan BBLR, sedangkan untuk BPD bayi dalam kategori prematur dan BBLSR.
4. Transient Tachypnea Newborn (TTN)
Atas Dasar : Takipnea Transient Newborn (TTN) adalah gangguan pernapasan
pada bayi baru lahir yang berlangsung singkat. Biasanya terjadi sesaat setelah
kelahiran atau beberapa jam setelah kelahiran, namun kurang dari 24 jam. TTN
merupakan penyebab utama dari RDS pada bayi baru lahir. Insiden kejadian TTN
pada bayi cukup bulan sekitar 4.0-5.7% dan untuk bayi kurang bulan sekitar 10.0%.
Meskipun begitu, TTN jarang menyebabkan kematian neonatal.Faktor risiko TTN
bayi lahir secara sectio caesarea (SC), bayi memiliki riwayat asma dalam keluarga,
bayi makrosomia (berat lahir besar (> 4 kg), dan lahir dari ibu yang memiliki riwayat
diabetes. TTN dapat dipastikan dengan menggunakan rontgen dada begitu bayi mulai
menunjukkan gejala. Tujuan rontgen untuk mengetahui adanya cairan dalam paru
bayi. Diagnosa TTN boleh di pastikan setelah menyingkirkan kecurigaan penyebab
lain seperti RDS Tipe 1 dan 2 .Tanda dan gejala klinis bayi bernapas cepat dan dalam
, tampak sesak, dan diikuti oleh suara napas bunyi mirip ngorok, laju napas
>60x/menit bahkan pada kasus-kasus tertentu bisa mencapai 80-100kali napas/menit,
15
kulit bayi tampak membiru karena kesulitan bernapas, terutama kulit disekitar mulut
dan hidung, gejala-gejala ini umumnya tampak dalam 6 jam setelah persalinan.5
Dari pembahasan diatas TTN dapat disingkirkan karena, pada kasus ini
tanda dan gejala klinis yang di timbulkan ada persamaan dan juga perbedaan.
Persamaan pada kasus : sesak, dan napas cepat dan dalam, bayi lahir prematur
secara sectio caesarea (SC), dan kulit bayi tampak membiru karena kesulitan
bernapas, terutama kulit disekitar mulut dan hidung. Perbedaan pada kasus : laju
pernapasan >60x/menit tapi pada kasus didapatkan 58x/menit, tanda dan gejala TTN
umumnya tampak dalam 6 jam setelah persalinan, tetapi pada kasus ini didapatkan 4
jam setelah persalinan.
5. Sepsis Neonatorum
Atas Dasar : Sepsis neonatal adalah suatu penyakit sistemik yang disertai adanya
infeksi bakteremia yang terjadi pada bulan pertama kehidupan. Insidensi sepsis terjadi
sekitar 1-5 per 1000 kelahiran hidup. Kasus ini lebih tinggi untuk bayi dengan
BBLSR yaitu < 1500 gram. Patofisiologi sepsis neonatal di klasifikasikan menjadi 2
sindrom yang relatif berbeda yaitu sepsis onset dini dan sepsis onset lambat. Faktor
risiko pada sepsis adalah bayi dengan prematur dan BBLR. Gejala dan tanda klinis
pada bayi yang mengalami sepsi ialah; sesak napas, kesadaran letargis, hipotermia,
adapun yang memperberat dengan gejala saluran pencernaan seperti muntah , serta
perdarahan saluran cerna yang bisa mengarah ke syok septik.6 Sepsis neonatorum
awitan dini merupakan infeksi perinatal yang terjadi segera dalam 48 jam pertama
atau sebelum 72 jam kehidupan, dan biasa disebabkan oleh mikroorganisme yang
berasal dari ibu saat sebelum (in utero) atau selama proses persalinan.Sepsis
neonatorum onset lambat biasanya muncul setelah umur 72 jam kelahiran.Sepsis
didiagnosis berdasarkan adanya gejala klinis seperti letargi, refleks hisap menurun,
merintih, iritabel, kejang, terdapat gangguan kardiovaskular, gangguan hematologik,
gangguan gastrointestinal, gangguan respirasi, waktu pengosongan lambung
memanjang, dan pemeriksaan laboratorium seperti CRP >10 mg/dL, IT ratio >= 0,25,
leukosit <5000/uL atau >30.000/uL, trombosit <100.000/uL dengan atau tanpa biakan
darah positif.7 Pada pembahasan diatas dapat disingkirkan kecurigaan dari sepsis
neonatorum terutama yang sepsis neonatorum awitan dini (SNAD). Dimana
pembahasan diatas memiliki persamaan dan juga perbedaan yang dapat membantu
untuk menyingkirkan diagnosa sepsis neonatorum.Persamaan pada kasus SNAD
gejala dan tanda klinis yang ditimbulkan sama pada kasus ialah gejala sesak mucul
16
48 jam setelah bayi lahir, bayi terlahir prematur dan bayi berat lahir rendah, refleks
hisap lemah dan merintih. Namun mempunyai banyak perbedaan yaitu : pada sepsis
neonaturum didapatkan adanya gangguan kesadaran letargi, hipotermia,muntah,
perdarahan saluran cerna hingga terjadi syok septik, iritabel, kejang, terdapat
gangguan kardiovaskular, gangguan hematologik. Pada pemeriksaan laboratorium
seperti CRP >10 mg/dL, IT ratio >= 0,25, leukosit <5000/uL atau >30.000/uL,
trombosit <100.000/uL dengan atau tanpa biakan darah positif. Sedangkan pada kasus
tidak terjadi gangguan kesadaran, hipotermia, muntah, perdarahan saluran cerna,
iritabel, gangguan kadiovaskular dan hematologik. Pada kasus pun hasil pemeriksaan
laboratorium dari leukosit dalam batas normal tidak menurun ataupun meningkat
12.550/uL, trombosit dalam batas normal tidak menurun ataupun tidak meningkat
215.000/uL, IT ratio 0.03 dalam batas normal tidak terjadi peningkatan yang disurigai
terjadinya sepsis, dan untuk pemeriksaa CRP terjadi sedikit peningkatan 0.33 mg/dL,
namun tidak masuk dalam kategori sepsis.
17
WORKING DIAGNOSA
1. Neonatus Kurang Bulan (NKB) dengan Kurang Masa Kehamilan (KMK) :
Karena pada kasus neonatus ini didapatkan usia kehamilan 34 minggu dari
pemeriksaan fisik yang sesuai dengan tabel Ballard score dan grafik Lubchenko
Gestational Age yang ada dibawah ini. (tabel 1 dan grafik 1). Menurut definisi
World Health Organitation (WHO) adalah persalinan yang terjadi antara
kehamilan 20 minggu sampai dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu,
dihitung dari hari pertama haid terakhir (HPHT).4
Total
14
Total
11
18
Grafik 1. Battaglia and Lubchenko Gestational Age ,
2. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) : Pada kasus ini berat badan lahir 1.715
gram dan dari pembagian kelompok WHO bayi pada kasus ini masuk dalam
kelompok BBLR. Karena, Menurut World Health Organitation (WHO) definisi
BBLR ialah bayi yang lahir dengan berat ≤ 2500 gram. WHO mengelompokkan
BBLR menjadi 3 macam, yaitu BBLR (1500-2499 gram), BBLSR (1000-1499
gram), BBLER (<1000gram). WHO juga mengatakan bahwa 60-80% dari Angka
Kematian Bayi (AKB) yang terjadi, disebabkan karena BBLR. BBLR memiliki
risiko lebih besar untuk mengalami morbiditas dan mortalitas daripada bayi lahir
yang memiliki berat badan normal. Masa kehamilan yang kurang dari 37 minggu
dapat menyebabkan terjadinya komplikasi pada bayi karena pertumbuhan organ-
organ yang berada dalam tubuhnya kurang sempurna. Kemungkinan rendah,
semakin rendah berat badan bayi, maka semakin penting untuk memantau
perkembangannya di minggu-minggu setelah kelahiran.8
19
3. Respiratory Distress Sydrome (RDS) Tipe 1: Pada kasus ini terdapat tanda dan
gejala klinis yang ditimbulkan yaitu bayi mengalami sesak, nafas cuping hidung,
retraksi dinding dada subcostal dan intercostal, dan sianotik. Tanda dan gejala ini
muncul 4 jam setelah kelahiran. Agar lebih mendukung diagnosa ini terdapat faktor
risiko dari RDS yang ada kasus ini ialah kelahiran prematur, asfiksia perinatal yang
ringan, dan juga cara persalinan dengan sectio caesarea (SC). RDS tipe 1
disebabkan karena Hyaline Membrane Disease (HMD) akibat ketidakmaturan sel
pnemosit tipe II dan ketidakmampuan sel tersebut untuk menghsilkan surfaktan
yang memadai. RDS terjadi pada bayi prematur atau kurang bulan, karena
kurangnya produksi surfaktan. Terdapat 4 faktor penting penyebab defisiensi
surfaktan pada RDS yaitu prematur, asfiksia perinatal, maternal diabetes, maupun
seksio sesaria.2 Gejala dan tanda klinis yang ditemui pada RDS adalah : dispnea ,
merintih (grunting), takipnea (pernapasan lebih 60x/ menit), retraksi dinding
thoraks dan sianosis. Gejala-gejala ini timbul dalam 24 jam pertama sesudah lahir
dengan derajat yang berbeda, tetapi biasanya RDS sudah nyata pada usia 4 jam.
Tanda yang hampir selalu didapat adalah dispnea yang akan diikuti dengan
takipnea, pernapasan cuping hidung, retraksi dinding thorak, dan sianosis.
Diagnosis dini dapat ditegakkan bila telah ada gambaran sindrom tersebut, terlebih
lagi bila disertai dengan adanya faktor-faktor risiko.
PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam/malam
20
Parameter yang dibutuhkan dalam pemantauan 4,9,10
21
b. Penurunan motilitas usus
c. Apnea dan bradikardi berulang
d. Perdarahan intraventrikel dan leukomalasia periventrikel
e. Pengaturan perfusi serebral yang buruk
f. Hypoxic ischaemic encephalopathy (HIE)
g. Retinopati prematuritas
h. Kejang
i. Hipotonia
8) Kelainan kardiovaskular :
a. Patent ductus arteriosus (PDA)
b. Hipotensi atau hipertensi
9) Kelainan hematologi
a. Anemia (onset dini atau lanjut)
b. Hiperbilirubinemia
c. Disseminated intravascular coagulatio (DIC)
d. Hemorrhagic disease of the newborn (HDN)
10) Metabolisme
a. Hipokalsemia
b. Hipoglikemia atau hiperglikemia
22
DAFTAR PUSTAKA
23