Anda di halaman 1dari 23

PEMANTAUAN BAYI PREMATUR

DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH

Pembimbing :

Dr. Leonardus Susanto Isman, Sp.A

Disusun Oleh :

Deviat Astriana A

11-2018-018

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak

Rumah Sakit Umum Daerah Koja

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana


Periode 29 Juli –05 Oktober 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)

Jl. Terusan Arjuna No.6 Kebon Jeruk – Jakarta Barat

KEPANITERAAN KLINIK

STATUS KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

Hari/Tanggal Presentasi Kasus : 03 September 2019

SMF ANAK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOJA

Nama : Deviat Astriana Amir Tanda Tangan

NIM : 11.2018.018

Dokter pembimbing : dr. Leonardus Susanto Irman, Sp.A

IDENTITAS PASIEN

PASIEN

Nama lengkap : By.Ny.SN Suku Bangsa : Jawa-Sunda

Tanggal lahir (umur) : 07 Agustus 2019 (0hari) Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan Pendidikan : Belum sekolah

Alamat : Jl. KP.Mangga No. 14 RT.03/03

2
Orang tua/ Wali

Ayah

Nama lengkap : Tn. HK Agama : Islam

Tanggal lahir (umur) : 37 tahun Pendidikan : SMA

Suku bangsa : Jawa Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Jl.KP. Mangga No.14 RT 03/03 Penghasilan : 3.700.000/bulan

Ibu

Nama lengkap : Ny. SN Agama : Islam

Tanggal lahir (umur) : 36 tahun Pendidikan : SMA

Suku bangsa : Sunda Pekerjaan : IRT

Alamat : Jl.KP. Mangga No.14 RT 03/03 Penghasilan : -/bulan

Hubungan dengan orang tua : Anak kandung

RIWAYAT PENYAKIT

Keluhan Utama : Lahir tidak langsung menangis

Keluhan Tambahan : Bayi kurang bulan dan bayi berat lahir rendah

Riwayat Perjalanan Penyakit

Tangal 07 Agustus 2019 jam 09.10, bayi perempuan lahir di Ruang OK RSUD KOJA,
secara sectio caesarea (SC) atas indikasi preeclampsia berat dengan hipokalemi, ditolong
oleh dokter spesialis kandungan, dari ibu G5P5A0 prematur usia kehamilan 34 minggu, saat
lahir tidak langsung menangis, APGAR SKOR 6, riwayat ibu demam saat hamil (-), riwayat
ketuban pecah sebelum waktunya (-), bau (-), meconium (-), Injeksi VIT.K (+).

3
Pada saat bayi lahir dan tidak langsung menangis, segera dilakukan resusitasi pada
bayi dan setelah resusitasi dilakukan bayi mulai menangis dan APGAR SKOR menjadi 7.
Kemudian bayi dirawat dalam incubator di PERINA RSUD KOJA. Dalam pemeriksaan fisik
di dapatkan bayi tampak sakit sedang, kesadaran composmentis, berat lahir 1.715 gram,
panjang 42 cm, lingkar kepala 29 cm, lingkar dada 27 cm, lingkar perut 25 cm, lingkar lengan
9 cm, dan ubun-ubun 2x2cm, gerakan hipoaktif, refleks hisap lemah, nadi 137x/menit, napas
58x/menit, suhu 36,8oC, CRT >2 “, sesak (+), nafas cuping hidung (+), retraksi dinding dada
pada bagian subcostal dan intercostal (+), sianotik (+).

RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN

KEHAMILAN

Perawatan antenatal : Bidan Hilda

Penyakit kehamilan : Hipertensi

KELAHIRAN

Tempat kelahiran : RSUD KOJA

Penolong : dokter spesialis kandungan

Cara persalinan : Sectio Caesarea

Masa gestasi : 34 Minggu

Kedaan bayi

a. Berat badan lahir : 1.715 gram


b. Panjang badan lahir : 42 cm
c. Lingkar kepala : 29 cm
d. Langsung/Tidak langsung menangis : Tidak langsung menangis
e. Pucat/Biru/Kuning/Kejang : Biru
f. Nilai APGAR : 6/7
g. Kelainan bawaan : Tidak ada

4
RIWAYAT SOSIAL EKONOMI

Pasien adalah anak ke lima dari pasangan Tn.HK usia 37 tahun dengan pendidikan
terkahir SMA dan bekerja sebagai wiraswasta dan Ny. SN usia 36 tahun dengan pendidikan
terakhir SMA dan bekerja sebagai IRT. Keluarga pasien merupakan sosial ekonomi
menengah ke atas.

POHON KELUARGA

Pasien merupakan anak ke lima dari lima bersaudara, riwayat hipertensi, prematur dan
bayi berat lahir rendah pada saat ibu hamil anak pertama dan ke empat tidak ada .

Keterangan : Ayah pasien Saudara laki-laki (Normal)

Ibu pasien Saudara perempuan (Normal)

Pasien dengan kelahiran prematur dan BBLR

5
PEMERIKSAAN FISIS

Tanggal : 07 Agustus 2019 Jam : 14.23

PEMERIKSAA UMUM

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Composmentis

Aktivitas : Hipoaktif

Refleks hisap : Lemah

Tangis : Merintih

Nadi : 135x/menit

Pernapasan : 58x/menit

Suhu badan : 36,8oC

DATA ANTROPOMETRI

Berat Badan : 1.715 gram Lingkar Kepala : 29 cm

Panjang badan : 42 cm Lingkar Dada : 27 cm

Lingkar Lengan Atas : 9 cm

PEMERIKSAAN SISTEMATIS

Kepala

a. Bentuk dan ukuran : Bulat dan simetris, ukuran 29 cm


b. Ubun-ubun : Fontanella mayor dan minor belum menutup
c. Rambut : Warna hitam dan lurus
d. Mata : Simetris (+), konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterik, dan kotoran tidak ada
e. Telinga : Simetris, bulat, bersih, tidak ada cairan atau kotoran
f. Hidung : NCH(+), secret (-), mimisan (-)
g. Mulut : Sianosis(+), bibir kering (-), sumbing (-)

6
h. Gigi-geligi : Belum dapat dinilai
i. Lidah : Dalam batas normal
j. Tonsil : Belum dapat diniai
k. Faring : Belum dapat dinilai

Leher

Bentuk : Simetris dan tidak ada perbesaran KGB

Thoraks

a. Dinding thoraks : Simetris, retraksi dibagian subcostal dan


intercostal (+)
b. Paru : Vesicular (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
c. Jantung : BJ I dan II murni regular (+),murmur (-), gallop (-)
d. Abdomen : Datar, supel (+), hepar dan lien tidak teraba, BU (+)
Normoperistaltik

Anus dan Rectum : Dalam batas normal

Genitalia : Dalam batas normal

Anggota gerak : Dalam batas normal

Tulang belakang : Dalam batas normal

Ekstremitas : Akral dingin(+), sianotik (+), CRT>2”

7
PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Hasil Laboratorium : 08- Agustus-2019 Jam : 14.05

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan


Hematologi
Darah Rutin
Hemoglobin 17.9 g/dL 15.0 – 24.0
Jumlah leukosit 12.55 10^3/uL 9.10 – 34.00
Hematokrit 49.5 % 44.0 – 70.0
Jumlah trombosit 215 10^3/uL 182 – 369
Test RH Typing B Rh (D) Positif
NIR Ratio 0.03 < 0.2 : Non- Sepsis
>= 0.2 : Sepsis
Kimia Klinik
Albumin 2.90 g/dL 2.80 – 4.40
Serologi
CRP Kuantitaif 0.33 mg/dL <0.30

Dari hasil pemeriksaan laboratorium yang dilakukan didapatkan hasil darah rutin dan kimia
klinik dalam batas normal. Didapatkan hasil golongan darah B Rhesus Positif, didapatkan
hasil Neutrofil Immatur Ratio (NIR) dalam batas normal . Sedangkan untuk hasil
pemeriksaan serologi didapatkan peningkatan dari C-Reactive Protein (CRP) kuantitatif
dengan nilan 0.33 mg/dL dengan nilai normal < 0.30 mg/dL.

8
RESUME

Bayi berusia 0 hari berjenis kelamin perempuan lahir di ruang OK RSUD Koja, secara
sectio caesarea (SC) atas indikasi ibu dengan riwayat preeclampsia berat dengan hipokalemi
akibat hipertensi selama kehamilan. Persalinan ditolong oleh dokter spesialis kandungan dari
ibu G5P5A0, prematur usia kehamilan 34 minggu, saat lahir bayi tidak langsung menangis,
APGAR SKOR 6. Riwayat ibu demam saat hamil (-) ketuban hijau (-), bau (-), meconium (-).
Injeksi VIT.K setelah lahir (+)

Pada saat bayi lahir dan tidak langsung menangis, segera dilakukan resusitasi pada bayi,
setelah resusitasi selesai dilakukan bayi mulai menangis sehingga APGAR SKOR menjadi 7.
Kemudian bayi dirawat dalam incubator di PERINA RSUD KOJA. Dalam pemeriksaan fisik
di dapatkan bayi tampak sakit sedang, kesadaran composmentis, berat lahir 1.715 gram,
panjang 42 cm, lingkar kepala 29 cm, lingkar dada 27 cm, lingkar perut 25 cm, lingkar lengan
9 cm, dan ubun-ubun 2x2cm, gerakan hipoaktif, refleks hisap lemah, nadi 137x/menit, napas
58x/menit, suhu 36,8oC, CRT >2 “, sesak (+), nafas cuping hidung (+), retraksi dinding dada
pada bagian subcostal dan intercostal (+), sianotik (+).

Dari hasil pemeriksaan laboratorium yang dilakukan didapatkan hasil darah rutin dan
kimia klinik dalam batas normal. Didapatkan hasil golongan darah B Rhesus Positif,
didapatkan hasil Neutrofil Immatur Ratio (NIR) dalam batas normal . Sedangkan untuk hasil
pemeriksaan serologi didapatkan peningkatan dari C-Reactive Protein (CRP) kuantitatif
dengan nilan 0.33 mg/dL dengan nilai normal < 0.30 mg/dL.

Diffrential Diagnosa :

a. Asfiksia Neonatorum
b. Respiratory Distress Syndrome
c. Transient Takipnea Newborn

Working Diagnosa :

a. Neonatus Kurang Bulan


b. Kurang Masa Kehamilan
c. Respiratory Distress Syndrome

9
PENATALAKSANAAN

1. IVFD loading Nacl 10cc + D10% + Ca Glukonas 500cc 6 tetes/jam


2. CPAP FiO2 21% peep 7 flow 8
3. Aminofilin Bolus 10 mg
4. Vicilin 2x80mg
5. Meropenem 2x75mg
6. Terpasang OGT

FOLLOW UP

Tanggal SOAP
08/08/19 S : Sesak (+)
BBL:1715 gram
O: sensorium : composmentis, aktivitas : sedang, refleks hisap : lemah,
BBS:1715 gram
tangis : kuat (merintih), dyspnea (+), sianosis(-), ikterik (-).
Usia: 1 hari
HR : 130x/menit, RR : 66x/menit, T : 36,90C, SpO2 99%
Kepala : Simetris, bulat
Mata : konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)
Hidung : nafas cuping hidung (+)
Mulut : sianosis (-), kering (-)
Thorax : simteris, retraksi (+)
Pulmo : vesicular (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-)
Cor : BJ 1 dan 2 normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : datar, supel , tidak kembung, hepar dan lien tidak teraba, BU (+)
Normoperistaltik
A: NKB + KMK + BBLR + RDS
P: - CPAP FiO2 21% peep 6 flow 8, buble ada
- OGT terbuka produksi coklat
- IVFD D10% + Ca Glukonas 10 mg 6cc/jam
- FFP ke 2 (20cc)
- Meropenem 2x 75 mg IV
- Gentamicyn 8 mg/36 jam IV
- Aminophilin 2x 5 mg IV
- Vit K 1 mg/3hari IM

10
- Lasix 1x1,5 mg
- Albumin 3x25 mg
- asi pasi 12x4cc via OGT

09/08/19 S: tidak ada


BBL: 1715 gram O: sensorium : composmentis, aktivitas : sedang, reflesk hisap : lemah,
BBS: 1700 gram
tangis : kuat (merintih), dyspnea (-), sianosis (-), ikterik (-).
Usia: 2 hari
HR : 120x/menit, RR : 48x/menit, T : 37,30C, SpO2 : 98%
Kepala: simetris, bulat
Mata : conjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)
Hidung : nafas cuping hidup (-)
Mulut : sianosis (-), kering (-)
Thorax : simetris, retraksi (-)
Pulmo : vesikular (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-)
Cor : BJ 1 dan 2 normal, murmr (-), gallop (-)
Abdomen : datar, supel, tidak kembung, hepar dan lien tidak teraba, BU (+)
Normoperistaltik
Ekstremitas : akral hangat (+), sianosis (-), CRT 2”
A: NKB KMK + BBLR + RDS
P: - CPAP FiO2 21% peep 6 flow 8, buble ada
- OGT terbuka produksi coklat
- IVFD D10% + Ca Glukonas 10 mg 6cc/jam
- FFP ke 2 (20cc)
- Meropenem 2x 75 mg IV
- Gentamicyn 8 mg/36 jam IV
- Aminophilin 2x 5 mg IV
- Vit K 1 mg/3hari IM
- Lasix 1x1,5 mg
- Albumin 3x25 mg
- asi pasi 12x4cc via OGT

10/08/19 S: sesak (+)


BBL:1715 gram O: sensorium : composmentis, aktivitas : lemah , refleks hisap : lemah,

11
BBS:1710 gram tangis : lemah, dyspnea (+), sianosis (-), ikterik (-).
Usia: 3 hari
HR : 125x/menit, RR: 60x/menit, T : 36,80C, SpO2: 94%
Kepala: simetris, bulat
Mata : conjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)
Hidung : nafas cuping hidup (-)
Mulut : sianosis (-), kering (-)
Thorax : simetris, retraksi (-)
Pulmo : vesikular (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-)
Cor : BJ 1 dan 2 normal, murmr (-), gallop (-)
Abdomen : datar, supel, tidak kembung, hepar dan lien tidak teraba, BU (+)
Normoperistaltik
Ekstremitas : akral hangat (+), sianosis (-), CRT 2”
A: NKB KMK + BBLR + RDS
P: : - CPAP FiO2 21% Flow 8 peep 5
- OGT terbuka produksi 5 cc warna coklat
- IVFD 1/5 NS + KCL 10 mg 9cc /jam

12
ANALISA KASUS

Bayi berusia 0 hari berjenis kelamin perempuan lahir di ruang OK RSUD Koja, secara
sectio caesarea (SC) atas indikasi ibu dengan riwayat preeclampsia berat dengan hipokalemi
akibat hipertensi selama kehamilan. Persalinan ditolong oleh dokter spesialis kandungan dari
ibu G5P5A0, prematur usia kehamilan 34 minggu, saat lahir bayi tidak langsung menangis,
APGAR SKOR 6. Riwayat ibu demam saat hamil (-) ketuban hijau (-), bau (-), meconium (-).
Injeksi VIT.K setelah lahir (+)

Pada saat bayi lahir dan tidak langsung menangis, segera dilakukan resusitasi pada bayi,
setelah resusitasi selesai dilakukan bayi mulai menangis sehingga APGAR SKOR menjadi 7.
Kemudian bayi dirawat dalam incubator di PERINA RSUD KOJA. Dalam pemeriksaan fisik
di dapatkan bayi tampak sakit sedang, kesadaran composmentis, berat lahir 1.715 gram,
panjang 42 cm, lingkar kepala 29 cm, lingkar dada 27 cm, lingkar perut 25 cm, lingkar lengan
9 cm, dan ubun-ubun 2x2cm, gerakan hipoaktif, refleks hisap lemah, nadi 137x/menit, napas
58x/menit, suhu 36,8oC, CRT >2 “, sesak (+), nafas cuping hidung (+), retraksi dinding dada
pada bagian subcostal dan intercostal (+), sianotik (+).

Dari hasil pemeriksaan laboratorium yang dilakukan didapatkan hasil darah rutin dan
kimia klinik dalam batas normal. Didapatkan hasil golongan darah B Rhesus Positif,
didapatkan hasil Immatur Total Ratio (NIR) dalam batas normal . Sedangkan untuk hasil
pemeriksaan serologi didapatkan sedikit peningkatan dari C-Reactive Protein (CRP)
kuantitatif dengan nilan 0.33 mg/dL dengan nilai normal < 0.30 mg/dL.

Dari gejala klinis, pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan laboratorium di dapatkan
beberapa diagnosa banding yaitu :

1. Asfiksia neonatorum
Atas Dasar : Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi baru lahir yang gagal
bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Tetapi, menurut American
College of Obstetricans and Gynecologists (ACOG) dan American Academy of
Pediatrics (AAP), seseorang neonatus dikatakan mengalami asfiksia bila memenuhi
kondisi sebagai berikut. a) Nilai apgar menit kelima 0 – 3, b) Adanya asidosis pada
pemeriksaan darah tali pusat (pH < 7,0), c) Gangguan neurologis (misalnya: kejang,
hipotonia atau koma), d) Adanya gangguan sistem multiorgan (misalnya: gangguan
kardiovaskular, gastrointestinal, hematologi, pulmoner, atau system renal).1

13
Sehingga untuk kasus asfiksia neonatorum disingkirkan, karena pada
kasus ini tidak memenuhi salah satu kondisi asfiksia menurut American College of
Obstetricans and Gynecologists (ACOG) dan American Academy of Pediatrics
(AAP).
2. Respiratory Distress Syndrome (RDS)
Atas Dasar : Respiratory Distress Syndrome atau RDS ialah sindrom gawat
napas yang merupakan sekumpulan temuan klinis, radiologis dan histologis yang
terjadi akibat ketidakmaturan paru dengan unit pernapasan yang kecil dan sulit
mengembang dan tidak menyisakan udara diantara usaha napas. RDS mempunyai 2
klasifikasi yaitu, RDS tipe 1 disebabkan karena Hyaline Membrane Disease (HMD)
akibat ketidakmaturan sel pnemosit tipe II dan ketidakmampuan sel tersebut untuk
menghsilkan surfaktan yang memadai. RDS terjadi pada bayi prematur atau kurang
bulan, karena kurangnya produksi surfaktan. Terdapat 4 faktor penting penyebab
defisiensi surfaktan pada RDS yaitu prematur, asfiksia perinatal, maternal diabetes,
maupun seksio sesaria.2 Gejala dan tanda klinis yang ditemui pada RDS adalah :
dispnea , merintih (grunting), takipnea (pernapasan lebih 60x/ menit), retraksi dinding
thoraks dan sianosis. Gejala-gejala ini timbul dalam 24 jam pertama sesudah lahir
dengan derajat yang berbeda, tetapi biasanya RDS sudah nyata pada usia 4 jam.
Tanda yang hampir selalu didapat adalah dispnea yang akan diikuti dengan takipnea,
pernapasan cuping hidung, retraksi dinding thorak, dan sianosis. Diagnosis dini dapat
ditegakkan bila telah ada gambaran sindrom tersebut, terlebih lagi bila disertai dengan
adanya faktor-faktor risiko.1 RDS tipe 2 disebabkan karena Meconium Aspirasi
Syndrome (MAS) sekumpulan gejala yang diakibatkan oleh terhisapnya cairan
amnion mekonial kedalam saluran napas bayi. MAS adalah salah satu penyebab yang
paling sering menyebabkan kegagalan pernapasan pada bayi baru lahir aterm maupun
post-term.Adanya MAS pada cairan amnion jarang di jumpai pada kelahiran preterm.
Pada MAS biasanya terdapat air ketuban berwarna kuning kehijauan kental karena
bercampur dengan mekonium, gagal napas yang mengarah pada peningkatan diameter
anteroposterior, persistent pulmonary hypertenstion of the newborn (PPHN), dan
terjadi kondisi suhu bayi menjadi hipotermi atau bahkan menjadi hipertermi.3
Dari pembahasan mengenai RDS tipe 1 dan 2 yang dapat disingkirkan adalah
RDS tipe 2 karena pada kasus ini air ketuban jernih tidak bercampur dengan
mekonium dan tidak berwarna kuning kehijauan, bayi tidak mengalami gagal napas
yang mengarah pada peningkatan diameter anteroposterior, persistent pulmonary
14
hypertenstion of the newborn (PPHN), hipotermi atau bahkan menjadi hipertermi, dan
juga pada kasus bayi lahir prematur dimana kasus MAS jarang terjadi pada kelahiran
premature. Sehingga yang dapat kita ambil menjadi diagnosa sementara adalah
RDS tipe 1,karena tanda dan gejala klinis yang ditimbulkan sesua dengan RDS tipe 1.
3. Broncho Pulmonar Displasia (BPD)
Atas Dasar : Adalah gangguan paru pada neonatal dengan mengikuti adanya
kegagalan nafas seperti RDS, dan sindrom aspirasi mekonium hal ini biasanya terjadi
pada neonatal yang baru lahir. BPD juga biasanya disebut sebagai penyakit paru
kronis pada bayi prematur. BPD biasanya terjadi pada bayi prematur dan berat badan
lahir sangat rendah. BPD meningkat dengan penurunan berat badan lahir dan
mempengaruhi 30% bayi dengan berat lahir <1000 gram. Insiden BPD dipengaruhi
banyak faktor risiko, yang paling penting adalah kematangan paru. Faktor risiko
utama BPD adalah prematuritas, dan BBLSR. Pada bayi denga BPD yang sudah parah
biasanya dikaitkan dengan pertumbuhan yang buruk, edema paru, dan sesak.4
Untuk kasus BPD disingkirkan karena pada kasus ini bukan yang termasuk
penyakit kronik karena gejala klinis yang ditimbulkan dalam waktu 24 jam
setelah kelahiran, dan pada kasus ini bayi termasuk dalam kategori prematur
dengan BBLR, sedangkan untuk BPD bayi dalam kategori prematur dan BBLSR.
4. Transient Tachypnea Newborn (TTN)
Atas Dasar : Takipnea Transient Newborn (TTN) adalah gangguan pernapasan
pada bayi baru lahir yang berlangsung singkat. Biasanya terjadi sesaat setelah
kelahiran atau beberapa jam setelah kelahiran, namun kurang dari 24 jam. TTN
merupakan penyebab utama dari RDS pada bayi baru lahir. Insiden kejadian TTN
pada bayi cukup bulan sekitar 4.0-5.7% dan untuk bayi kurang bulan sekitar 10.0%.
Meskipun begitu, TTN jarang menyebabkan kematian neonatal.Faktor risiko TTN
bayi lahir secara sectio caesarea (SC), bayi memiliki riwayat asma dalam keluarga,
bayi makrosomia (berat lahir besar (> 4 kg), dan lahir dari ibu yang memiliki riwayat
diabetes. TTN dapat dipastikan dengan menggunakan rontgen dada begitu bayi mulai
menunjukkan gejala. Tujuan rontgen untuk mengetahui adanya cairan dalam paru
bayi. Diagnosa TTN boleh di pastikan setelah menyingkirkan kecurigaan penyebab
lain seperti RDS Tipe 1 dan 2 .Tanda dan gejala klinis bayi bernapas cepat dan dalam
, tampak sesak, dan diikuti oleh suara napas bunyi mirip ngorok, laju napas
>60x/menit bahkan pada kasus-kasus tertentu bisa mencapai 80-100kali napas/menit,

15
kulit bayi tampak membiru karena kesulitan bernapas, terutama kulit disekitar mulut
dan hidung, gejala-gejala ini umumnya tampak dalam 6 jam setelah persalinan.5
Dari pembahasan diatas TTN dapat disingkirkan karena, pada kasus ini
tanda dan gejala klinis yang di timbulkan ada persamaan dan juga perbedaan.
Persamaan pada kasus : sesak, dan napas cepat dan dalam, bayi lahir prematur
secara sectio caesarea (SC), dan kulit bayi tampak membiru karena kesulitan
bernapas, terutama kulit disekitar mulut dan hidung. Perbedaan pada kasus : laju
pernapasan >60x/menit tapi pada kasus didapatkan 58x/menit, tanda dan gejala TTN
umumnya tampak dalam 6 jam setelah persalinan, tetapi pada kasus ini didapatkan 4
jam setelah persalinan.
5. Sepsis Neonatorum
Atas Dasar : Sepsis neonatal adalah suatu penyakit sistemik yang disertai adanya
infeksi bakteremia yang terjadi pada bulan pertama kehidupan. Insidensi sepsis terjadi
sekitar 1-5 per 1000 kelahiran hidup. Kasus ini lebih tinggi untuk bayi dengan
BBLSR yaitu < 1500 gram. Patofisiologi sepsis neonatal di klasifikasikan menjadi 2
sindrom yang relatif berbeda yaitu sepsis onset dini dan sepsis onset lambat. Faktor
risiko pada sepsis adalah bayi dengan prematur dan BBLR. Gejala dan tanda klinis
pada bayi yang mengalami sepsi ialah; sesak napas, kesadaran letargis, hipotermia,
adapun yang memperberat dengan gejala saluran pencernaan seperti muntah , serta
perdarahan saluran cerna yang bisa mengarah ke syok septik.6 Sepsis neonatorum
awitan dini merupakan infeksi perinatal yang terjadi segera dalam 48 jam pertama
atau sebelum 72 jam kehidupan, dan biasa disebabkan oleh mikroorganisme yang
berasal dari ibu saat sebelum (in utero) atau selama proses persalinan.Sepsis
neonatorum onset lambat biasanya muncul setelah umur 72 jam kelahiran.Sepsis
didiagnosis berdasarkan adanya gejala klinis seperti letargi, refleks hisap menurun,
merintih, iritabel, kejang, terdapat gangguan kardiovaskular, gangguan hematologik,
gangguan gastrointestinal, gangguan respirasi, waktu pengosongan lambung
memanjang, dan pemeriksaan laboratorium seperti CRP >10 mg/dL, IT ratio >= 0,25,
leukosit <5000/uL atau >30.000/uL, trombosit <100.000/uL dengan atau tanpa biakan
darah positif.7 Pada pembahasan diatas dapat disingkirkan kecurigaan dari sepsis
neonatorum terutama yang sepsis neonatorum awitan dini (SNAD). Dimana
pembahasan diatas memiliki persamaan dan juga perbedaan yang dapat membantu
untuk menyingkirkan diagnosa sepsis neonatorum.Persamaan pada kasus SNAD
gejala dan tanda klinis yang ditimbulkan sama pada kasus ialah gejala sesak mucul
16
48 jam setelah bayi lahir, bayi terlahir prematur dan bayi berat lahir rendah, refleks
hisap lemah dan merintih. Namun mempunyai banyak perbedaan yaitu : pada sepsis
neonaturum didapatkan adanya gangguan kesadaran letargi, hipotermia,muntah,
perdarahan saluran cerna hingga terjadi syok septik, iritabel, kejang, terdapat
gangguan kardiovaskular, gangguan hematologik. Pada pemeriksaan laboratorium
seperti CRP >10 mg/dL, IT ratio >= 0,25, leukosit <5000/uL atau >30.000/uL,
trombosit <100.000/uL dengan atau tanpa biakan darah positif. Sedangkan pada kasus
tidak terjadi gangguan kesadaran, hipotermia, muntah, perdarahan saluran cerna,
iritabel, gangguan kadiovaskular dan hematologik. Pada kasus pun hasil pemeriksaan
laboratorium dari leukosit dalam batas normal tidak menurun ataupun meningkat
12.550/uL, trombosit dalam batas normal tidak menurun ataupun tidak meningkat
215.000/uL, IT ratio 0.03 dalam batas normal tidak terjadi peningkatan yang disurigai
terjadinya sepsis, dan untuk pemeriksaa CRP terjadi sedikit peningkatan 0.33 mg/dL,
namun tidak masuk dalam kategori sepsis.

17
WORKING DIAGNOSA
1. Neonatus Kurang Bulan (NKB) dengan Kurang Masa Kehamilan (KMK) :
Karena pada kasus neonatus ini didapatkan usia kehamilan 34 minggu dari
pemeriksaan fisik yang sesuai dengan tabel Ballard score dan grafik Lubchenko
Gestational Age yang ada dibawah ini. (tabel 1 dan grafik 1). Menurut definisi
World Health Organitation (WHO) adalah persalinan yang terjadi antara
kehamilan 20 minggu sampai dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu,
dihitung dari hari pertama haid terakhir (HPHT).4

Tabel 1. Ballard Score untuk menentukan masa usia kehamilan4

Total
14

Total
11

Skor = 14+11 =25

18
Grafik 1. Battaglia and Lubchenko Gestational Age ,

untuk menentukan penilaian pertumbuhan bayi4

2. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) : Pada kasus ini berat badan lahir 1.715
gram dan dari pembagian kelompok WHO bayi pada kasus ini masuk dalam
kelompok BBLR. Karena, Menurut World Health Organitation (WHO) definisi
BBLR ialah bayi yang lahir dengan berat ≤ 2500 gram. WHO mengelompokkan
BBLR menjadi 3 macam, yaitu BBLR (1500-2499 gram), BBLSR (1000-1499
gram), BBLER (<1000gram). WHO juga mengatakan bahwa 60-80% dari Angka
Kematian Bayi (AKB) yang terjadi, disebabkan karena BBLR. BBLR memiliki
risiko lebih besar untuk mengalami morbiditas dan mortalitas daripada bayi lahir
yang memiliki berat badan normal. Masa kehamilan yang kurang dari 37 minggu
dapat menyebabkan terjadinya komplikasi pada bayi karena pertumbuhan organ-
organ yang berada dalam tubuhnya kurang sempurna. Kemungkinan rendah,
semakin rendah berat badan bayi, maka semakin penting untuk memantau
perkembangannya di minggu-minggu setelah kelahiran.8

19
3. Respiratory Distress Sydrome (RDS) Tipe 1: Pada kasus ini terdapat tanda dan
gejala klinis yang ditimbulkan yaitu bayi mengalami sesak, nafas cuping hidung,
retraksi dinding dada subcostal dan intercostal, dan sianotik. Tanda dan gejala ini
muncul 4 jam setelah kelahiran. Agar lebih mendukung diagnosa ini terdapat faktor
risiko dari RDS yang ada kasus ini ialah kelahiran prematur, asfiksia perinatal yang
ringan, dan juga cara persalinan dengan sectio caesarea (SC). RDS tipe 1
disebabkan karena Hyaline Membrane Disease (HMD) akibat ketidakmaturan sel
pnemosit tipe II dan ketidakmampuan sel tersebut untuk menghsilkan surfaktan
yang memadai. RDS terjadi pada bayi prematur atau kurang bulan, karena
kurangnya produksi surfaktan. Terdapat 4 faktor penting penyebab defisiensi
surfaktan pada RDS yaitu prematur, asfiksia perinatal, maternal diabetes, maupun
seksio sesaria.2 Gejala dan tanda klinis yang ditemui pada RDS adalah : dispnea ,
merintih (grunting), takipnea (pernapasan lebih 60x/ menit), retraksi dinding
thoraks dan sianosis. Gejala-gejala ini timbul dalam 24 jam pertama sesudah lahir
dengan derajat yang berbeda, tetapi biasanya RDS sudah nyata pada usia 4 jam.
Tanda yang hampir selalu didapat adalah dispnea yang akan diikuti dengan
takipnea, pernapasan cuping hidung, retraksi dinding thorak, dan sianosis.
Diagnosis dini dapat ditegakkan bila telah ada gambaran sindrom tersebut, terlebih
lagi bila disertai dengan adanya faktor-faktor risiko.

PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam/malam

Quo ad fungsional : dubia ad bonam/malam

Quo ad sanationam : dubia ad bonam/malam

20
Parameter yang dibutuhkan dalam pemantauan 4,9,10

1) Ketidakstabilan suhu : BKB memiliki kesulitan untuk mempertahankan suhu


tubuhnya akibat :
a. Hilangnya peningkatan panas
b. Kurangnya lemak subkutan
2) Kesulitan bernafas :
a. Defisiensi surfaktan paru yang mempengaruhi ke PMH
b. Risiko aspirasi akibat belum terkoordinasinya refleks batuk, refleks menghisap
dan refleks menelan
c. Thoraks yang dapat menekuk dan otot respirasi yang lemah
d. Pernapasan yang periodik dan apnea
3) Kelainan gastrointestinal dan nutrisi :
a. Refleks isap dan telan yang buruk terutama sebelum 34 minggu
b. Motilitas usus yang menurun
c. Pengosongan lambung tertunda
d. Pencernaan dan absorbsi vitamin yang larut dalam lemak kurang
e. Defisiensi enzim laktase pada brush border usus
f. Menurunnya cadangan kalsium, fosfor, protein dan zat besi dalam tubuh
g. Meningkatnya risiko NEC
4) Imaturitas hepar :
a. Belum matangnya konyugasi dan ekskresi bilirubin
b. Defisiensi faktor pembekuan yang bergantung pada vit K
5) Imaturitas ginjal :
a. Ketidak mampuan untuk mengekskresi
b. Akumulasi asam anorganik dengan asidosis metabolik
c. Ketidakseimbangan elektrolit, misalnya hiponatremia atau hipernatremia,
hiperkalemia atau glikosuria ginjal
6) Imaturitas imunologis : Risiko infeksi tinggi akibat
a. Tidak banyak transfer igG maternal melalui plasenta selama trimester ke tiga
b. Fagositosis terganggu
c. Penurunan faktor komplemen
7) Kelainan neurologis
a. Refleks hisap dan telan yang imatur

21
b. Penurunan motilitas usus
c. Apnea dan bradikardi berulang
d. Perdarahan intraventrikel dan leukomalasia periventrikel
e. Pengaturan perfusi serebral yang buruk
f. Hypoxic ischaemic encephalopathy (HIE)
g. Retinopati prematuritas
h. Kejang
i. Hipotonia
8) Kelainan kardiovaskular :
a. Patent ductus arteriosus (PDA)
b. Hipotensi atau hipertensi
9) Kelainan hematologi
a. Anemia (onset dini atau lanjut)
b. Hiperbilirubinemia
c. Disseminated intravascular coagulatio (DIC)
d. Hemorrhagic disease of the newborn (HDN)
10) Metabolisme
a. Hipokalsemia
b. Hipoglikemia atau hiperglikemia

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Perinasia. 2014. Asfiksia Neonatorum.


(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31055/4/Chapter%20II.pdf, diunduh
tanggal 31 Agustus 2018).
2. Wahyuni R, Rohani S.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persalinan
Preterm.Ejournal 2017;2(1):61-68
3. Putra TR, Mutiara H. Sindroma Aspirasi Mekonium. J Medula Unilla 2017; 7(1):74-
79
4. Tobing R. Kelainan Kardivaskular pada Sindrom Gawat Nafas Neonatus.Sari Pediatri
Juni 2004; 6(1); 40-46
5. Liu J, MD, PhD, Wang Y, et all. Diagnosis of Neonatal Transient Tachypnea and Its
Differentiation From Respiratory Distress Syndrome Using Lung Ultrasound.
Medicine 2014; 93(27): 1-5
6. Gomella TL, Cunningham MD, Eyal FG. Neonatology Management,Procedure,On-
Call Problems, Disease, and Drugs.Baltimore, Maryland: Mc Graw Hill Education;
2013
7. Roeslani RD, Amir I, Nazrullah MH,Suryani. Penelitian Awal: Fakto Risiko pada
Sepsis Neonatorum Awitan Dini. Sari Pediatri April 2013; 14(2): 363-368
8. Hartiningrum I, Fitriyah N. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Jurnal Biometrika dan
Kependudukan 2018; 7(2) :97-104
9. Gomella TL, Cunningham MD, Eyal FG. Neonatology Management,Procedure,On-
Call Problems, Disease, and Drugs.Baltimore, Maryland: Mc Graw Hill Education;
2013
10. Fox G, Hoque N, Watts T. Oxford Handbook of Neonatology. London: Oxford
University;2017

23

Anda mungkin juga menyukai