A. kovalen
B. logam
C. ion
D. kovalen koordinat
E. hidrogen
Identifikasi
No. Soal
1 Senyawa ion yang terbentuk antara 19K dengan 17C1
adatah ...
A. K2Cl
B. ClK2
C. KCl2
D. KCl
E. K2Cl2
No. Soal
1 Berikut ini adalah senyawa yang terbentuk melalui beberapa jenis
ikatan kimia.
(1) CO2
(2) KI
(3) NH3
(4) H2O
(5) NaCl
Level Kognitif : L3
No. Soal
1 Senyawa dapat terbentuk melalui ikatan kimia. Diantara atom-atom
seperti 6A, 9B, 11C, 12D, 18E, maka rumus kimia dan jenis ikatan yang
dapat terbentuk adalah….
Level Kognitif : L3
Tujuan:
Setelah mengukuti kegiatan ini, peserta didik diharapkan mampu:
1) menjelaskan kecenderungan suatu unsur untuk mencapai kestabilannya dengan cara
berikatan dengan unsur lain.
2) menggambarkan susunan elektron valensi atom gas mulia (duplet dan oktet) dan
elektron valensi bukan gas mulia (struktur Lewis).
Pendahuluan
Fakta menunjukan bahwa, selain gas mulia, hampir semua unsur yang ada di alam terdapat
sebagai senyawa, artinya unsur tersebut berikatan dengan unsur yang lain dan tidak berdiri
sendiri. Mengapa bisa demikian? Apakah berkaitan dengan susunan elektron valensi?
Unsur golongan gas mulia pada sistem periodik unsur merupakan unsur- unsur yang
stabil dan tidak reaktif, sehingga di alam ditemukan sebagai unsur bebas. Konfigurasi
elektron gas mulia yang tidak reaktif membantu menjelaskan bagaimana atom unsur-
unsur yang reaktif berinteraksi satu dengan yang lain. Konfigurasi elektron seperti gas
mulia dapat dicapai suatu unsur dengan melakukan serah terima elektron dari atom unsur
satu dengan atom unsur yang lain atau dengan menggunakan elektron secara bersama-
sama oleh dua atom atau lebih.
He 2 2 2
Ne 10
Ar 18
Kr 36
Xe 54
Rn 86
2) Berdasarkan tabel, berapakah elektron valensi yang dimiliki oleh unsur- unsur gas mulia
selain unsur helium
…………………………………………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………………………………….
3) Jika konfigurasi elektron yang dimiliki oleh unsur-unsur gas mulia adalah konfigurasi
elektron yang stabil, maka secara umum apa ciri dari konfigurasi elektron yang stabil
tersebut?
……………………………………………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………………………………………..
Suatu unsur dapat mencapai kestabilan konfigurasi elektron gas mulia dengan cara
menangkap atau melepas elektron valensinya sehingga menyamai konfigurasi elektron dari
unsur-unsur gas mulia. Saat suatu unsur melepas elektron valensinya unsur tersebut akan
berubah menjadi ion positif (kation) yang bermuatan sejumlah elektron yang dilepas.
Sementara unsur yang menangkap elektron akan membentuk ion negatif (anion) dengan
muatan sebanyak elektron yang ditangkapnya.
Untuk lebih memahami proses pelepasan atau penangkapan elektron serta pembentukan
ionnya lengkapi tabel berikut :
Melepas/
Konfigurasi menangkap Konfigurasi Lambang
Unsur EV
elektron elektron elektron baru ion
3Li 2, 1 1 2
19K
12Mg
20Ca Melepas 2e 2, 8, 8
13Al Al+3
31Ga
7N 2, 5 Menangkap 3e 2, 8 N3-
15P
8O
16S
9F
35Br
Pertanyaan:
1) Dengan cara apakah unsur-unsur yang memiliki elektron valensi 1 hingga 3 mencapai
kestabilan konfigurasi elektron gas mulia?
……………………………………………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………………………………………..
2) Jenis spesi apa yang terbentuk dari unsur-unsur pada soal nomor 1 saat mencapai
kestabilan elektron gas mulia?
……………………………………………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………………………………………..
3) Dengan cara bagaimana unsur-unsur yang memiliki elektron valensi 5 hingga 7
mencapai kestabilan konfigurasi elektron gas mulia?
……………………………………………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………………………………………..
4) Jenis spesi apa yang terbentuk dari unsur-unsur pada soal nomor 3 saat mencapai
kestabilan elektron gas mulia?
……………………………………………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………………………………………….
5) Bagaimana cara suatu unsur yang memiliki elektron valensi 4 mencapai kestabilan
konfigurasi elektron gas mulia?
……………………………………………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………………………………………..
6) Kesimpulan apa yang dapat Anda nyatakan tentang cara suatu unsur mencapai
kestabilan konfigurasi elektron gas mulia?
……………………………………………………………………………………………………………………………………...
……………………………………………………………………………………………………………………………………...
Be 4
B 5
C 6
N 7 2. 5 5 N
O 8
F 9
Ne 10
Kegiatan 4. Evaluasi
1. Diberikan lambang dari beberapa unsur: 11Na, 35Br, 16S, dan 38Sr.
a. Tuliskan konfigurasi elektron dari tiap unsur tersebut
11Na …………………………………………………………………………………………………………………………….
35Br ……………………………………………………………………………………………………………………………..
16S ……………………………………………………………………………………………………………………………...
38Sr ……………………………………………………………………………………………………………………………..
Tujuan: Setelah selesai melakukan seluruh kegiatan pada LKPD 2 ini, peserta didik
diharapkan mampu:
1) Menjelaskan proses terbentuknya ikatan ion beserta contoh senyawanya
2) Menjelaskan proses terjadinya ikatan kovalen tunggal, ikatan kovalen rangkap dua,
dan ikatan kovalen rangkap tiga beserta contoh molekulnya.
3) Menyusun rumus kimia yang terbentuk antara kation dan anion
4) Menyusun rumus kimia molekul yang dihasilkan dari ikatan kovalen
5) Menggambar struktur Lewis suatu molekul
Pendahuluan
Di alam, unsur-unsur selain unsur-unsur gas mulia selalu ditemukan tidak dalam keadaan
bebas. Dengan kata lain, unur-unsur tersebut ditemukan dalam bentuk senyawa atau berupa
molekul unsur. Senyawa terbentuk jika dua atau lebih atom yang tidak sejenis saling
berinteraksi, sedang molekul unsur terbentuk jika terjadi interaksi antara dua atau lebih atom
unsur yang sama
Interaksi antar atom unsur baik antar unsur sejenis maupun antar unsur tidak sejenis
dihasilkan karena adanya ikatan kimia. Berdasarkan interaksi antar atomnya, ikatan kimia
terbagi menjadi dua jenis yaitu ikatan ionik dan ikatan kovalen.
Ikatan ionik terbentuk karena adanya peristiwa serah terima elektron antara kation (ion
positif) dengan anion (ion negatif). ikatan ionik terjadi jika atom- atom yang bereaksi
memiliki perbedaan harga keelektonegatifan. Ikatan kovalen terjadi akibat pemakaian
bersama pasangan elektron oleh dua atom. Jika dalam membentuk ikatan hanya
menggunakan sepasang elektron, maka disebut dengan ikatan kovalen tunggal, jika dua
pasang elektron digunakan untuk berikatan disebut dengan ikatan kovalen rangkap 2, dan
jika terdapat tiga pasang elektron yang digunakan, maka disebut dengan ikatan kovalen
rangkap 3.
+
-
11 Na : 2. 8. 1 17 Cl : 2. 8. 7 Na+ : 2. 8 Cr : 2. 8. 8
b. 12Mg dengan 8O
Langkah-langkahnya:
Menulis konfigurasi elektron tiap unsur
Konfigurasi elektron dari 12Mg =
Konfigurasi elektron dari 8O =
Menentukan cara unsur mencapai kestabilan konfigurasi elektron gas mulia.
Unsur 12Mg akan memiliki konfigurasi elektron stabil dengan cara ……..........................
elektron, sehingga membentuk ion .................
Unsur 8O akan memiliki konfigurasi elektron stabil dengan cara ……..........................
elektron, sehingga membentuk ion .................
2) Pertanyaan:
a. Berdasarkan kegiatan yang dilakukan pada nomor 1, bagaimana ciri-ciri dari unsur
yang berikatan ionik?
………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………
b. Jika ditinjau dari jenis unsur pembentuknya, pada pembentukan ikatan ionik, jenis
unsur apa yang bertindak sebagai kation dan jenis unsur yang bertindak sebagai
anion?
………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………
2) Beri lubang di tepi tiap lingkaran menggunakan pelubang kertas, banyaknya lubang
yang dibuat bergantung pada elektron valensi, dengan kriteria:
Lingkaran putih 1 lubang
Lingkaran hitam 4 lubang
Lingkaran biru 5 lubang
Lingkaran merah 6 lubang
Lingkaran hijau 7 lubang.
Peletakan lubang sesuai dengan simbol Lewis
3) Sematkan peniti dalam tiap lubang pada lingkaran. Peniti dapat diganti dengan karet
gelang, ilustrasi hasil dari langkah 1 hingga 3 adalah sebagai berikut
4) Dengan menggunakan media lingkaran berpeniti tersebut gambarkan proses
pembentukan ikatan kovalen antara unsur:
a. 1H dengan 9F
Konfigurasi atom H =
Konfigurasi atom F =
Elektron valensi atom H =
Elektron valensi F =
Pilih lingkaran yang sesuai, yaitu lingkaran putih mewakili atom H dan lingkaran
hijau mewakili atom F.
Sematkan peniti yang tidak memiliki pasangan (tunggal) pada lingkaran
putih dengan peniti tunggal pada lingkaran hijau sedemikian hingga kedua
atom memenuhi kaidah duplet dan atau octet
Gambarkan struktur Lewis dari model yang terbentuk (pasangan peniti yang
tidak berikatan atau berjajar menggambarkan PEB sedang yang saling bertaut
menggambarkan PEI)
b. 1H dengan 6C
Konfigurasi atom H =
Konfigurasi atom C =
Elektron valensi atom H =
Elektron valensi C =
Pilih lingkaran yang sesuai, yaitu lingkaran putih mewakili atom H dan lingkaran
hitam mewakili atom C.
Sematkan peniti yang tidak memiliki pasangan (peniti tunggal) pada lingkaran
putih dengan pada tiap peniti tunggal pada lingkaran hitam sedemikian hingga
kedua atom memenuhi kaidah duplet dan atau octet
Gambarkan struktur Lewis dari model yang terbentuk
c. Dengan cara yang sama seperti pada soal a dan b, gambarkan struktur Lewis yang
terbentuk dari ikatan antara 8O dan 8O serta 7N dan 7N
Tabel berikut memuat jenis kation dan anion. Pasangkan kation dan anion tersebut
hingga membentuk rumus kimia senyawa ionik.
Kation
Li+ Ba2+ Al3+
Anion
Cl-
O-2
N-3
Kegiatan 4. Evaluasi
1) Tentukan rumus kimia senyawa dan jenis ikatan yang terbentuk antara
unsur :
a. 38Sr dengan 17Cl
b. 12Mg dengan 7N
2) Gambarkan struktur Lewis dari molekul:
a. CF4
b. O2
Pertanyaan:
1) Berdasarkan hasil percobaan, zat manakah yang memiliki titik leleh lebih tinggi?
Mengapa?
…………………………………………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………………………………….
2) Jika garam dapur merupakan contoh senyawa ionik dan gula pasir sebagai contoh
senyawa kovalen, berdasarkan hasil percobaan, senyawa apa yang memiliki titik leleh
tinggi?
……………………………………………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………………………………………..
3) Diberikan data beberapa jenis senyawa dan titik lelehnya
Rumus senyawa Nama senyawa Titik leleh (oC)
KCl Kalium klorida 770
HCl Asam klorida -85, 01
NH3 Amonia -77, 73
MgF2 Magnesium fluorida 1263
H2O Air 0
CaCO3 Kalsium karbonat 825
CO2 Karbon dioksida -57
AgNO3 Perak nitrat 212
H2SO4 Asam sulfat 10
Ikatan kovalen
Kegiatan 2. Ikatan Logam
Pendahuluan
Logam merupakan unsur yang paling banyak jenisnya dibanding dengan unsur lain. Unsur
logam dapat dipisahkan dari senyawanya melalui proses ekstraksi. Logam juga memiliki
sifat-sifat tertentu seperti keras, dapat ditempa menjadi lembaran tipis, berkilau, memiliki
titik leleh yang tinggi, dan bersifat konduktor. Sifat-sifat yang dimiliki oleh logam diakibatkan
adanya interaksi antar atom logam. Interaksi ini disebut dengan ikatan logam.
Pembentukan ikatan logam dapat dijelaskan melalui salah satu teori yang dikemukakan oleh
Drude dan Lorentz, yaitu teori awan elektron. Menurut teori awan elektron kristal logam
tersusun oleh kation-kation logam yang terpatri di tempat (tidak bergerak) dikelilingi oleh
lautan elektron valensi yang bergerak bebas.
Dengan menggunakan sumber literatur yang direkomendasikan oleh guru Anda, jawablah
pertanyaan-pertanyaan berikut!
1) Bagaimana pengaruh jumlah elektron valensi yang dimiliki atom logam terhadap
kekuatan ikatan logam? Jelaskan!
……………………………………………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………………………………………..
2) Bagaimana pengaruh temperatur terhadap sifat konduktivitas logam? Jelaskan!
……………………………………………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………………………………………..
3) Mengapa logam bersifat liat dan mudah ditempa menjadi lembaran tipis? Jelaskan!
……………………………………………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………………………………………..
4) Jelaskan apa yang menjadi penyebab logam berkilau jika terkena cahaya
……………………………………………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………………………………………..
Kegiatan 3. Evaluasi
1) Diberikan data sifat-sifat fisika beberapa jenis senyawa
Sifat fisika Senyawa A Senyawa B Senyawa C
Wujud pada
Padat Cair Gas
suhu ruang
Konduktivitas
listrik pada Buruk Buruk Buruk
keadaan padat
Konduktivitas
listrik saat
Baik Baik Buruk
berwujud
larutan
Titik leleh Tinggi Rendah Sangat rendah
Berdasarkan data dalam tabel, tentukan jenis ikatan yang terjadi pada tiap senyawa!
……………………………………………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………………………………………..
2) Jelaskan mengapa saat logam ditempa dan diregangkan kekuatan ikatan logamnya
dianggap tidak berubah
……………………………………………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………………………………………..
Kestabilan Konfigurasi Elektron Unsur Gas Mulia dan Simbol Lewis
A. Kestabilan Konfigurasi Elektron Unsur-unsur Gas Mulia
Di alam, sebagian besar unsur tidak ditemukan dalam keadaan bebas, melainkan terikat
dengan unsur lainnya baik unsur sejenis maupun tidak sejenis membentuk senyawa atau
molekul unsur. Namun tidak demikian halnya dengan unsur-unsur gas mulia. Unsur-unsur
gas mulia yang terdiri dari unsur helium, neon, argon, kripton, xenon,dan radon seluruhnya
ditemukan dalam keadaan bebas. Hal ini disebabkan unsur-unsur gas mulia memiliki
konfigurasi elektron yang stabil. Konfigurasi elektron dari unsur- unsur gas mulia dapat
dilihat pada Tabel 4.
Konfigurasi elektron yang dimiliki oleh unsur-unsur selain gas mulia bukanlah
konfigurasi elektron yang stabil, hal inilah yang menyebabkan unsur-unsur tersebut tidak
ditemukan dalam keadaan bebas. Unsur-unsur selain gas mulia dapat memiliki konfigurasi
elektron yang stabil melalui beberapa cara, yaitu: 1) melepaskan elektron valensi membentuk
kation, 2) menangkap elektron membentuk anion, dan 3) memakai pasangan elektron.
bersama dengan unsur lain. Ketiga cara tersebut akan menghasilkan interaksi antar
unsur membentuk ikatan kimia. Atom-atom yang konfigurasi elektronnya sama dengan
konfigurasi elektron unsur helium disebut mengikuti aturan duplet, sedang atom-atom yang
konfigurasi elektronnya sama dengan konfigurasi elektron neon, argon, kripton, xenon,
dan radon disebut mengikuti aturan oktet.
B. Simbol Lewis
Elektron valensi atau elektron yang berada di kulit paling luar dari suatu atom unsur
berpengaruh terhadap sifat kimia unsur tersebut. Selain itu elektron valensi juga terlibat
dalam pembentukan ikatan kimia. Konsep elektron valensi dikenalkan oleh Gilbert Newton
Lewis, seorang ahli kimia berkebangsaan Amerika Serikat, pada awal abad ke-20.
Konsep elektron valensi yang dikemukakan oleh Lewis memberi gambaran bagaimana suatu
unsur membentuk suatu ikatan. Susunan elektron valensi dari atom suatu unsur
dilambangkan dengan tanda titik (). Simbol Lewis merupakan lambang unsur yang disertai
dengan tanda titik yang menunjukkan jumlah elektron valensinya. Untuk atom yang
memiliki elektron valensi kurang atau sama dengan 4, tanda titik ditempatkan satu persatu
pada tiap sisi lambang unsur. Jika elektron valensi atom lebih dari 4 maka di beberapa sisi
lambang unsur diberi sepasang tanda titik. Gambar 3
menunjukkan simbol Lewis dari unsur-unsur golongan IA hingga VIIIA
Simbol Lewis Li Be B C N O F Ne
Golongan IA IIA IIIA IVA VA VIA VIIA VIIA
Gambar 3 Simbol Lewis dari unsur-unsur golongan utama
Simbol Lewis digunakan untuk menggambarkan bagaimana suatu atom berikatan dengan
atom lainnya menggunakan elektron valensinya.
A. Ikatan Ionik
Ikatan ionik terbentuk akibat adanya gaya elektrostatik antara ion positif (kation) dan
ion negatif (anion). Ion-ion yang membentuk ikatan ionik dapat berupa ion monoatomik (ion
yang hanya terdiri dari satu jenis atom) dan ion poliatomik (ion yang tersusun oleh lebih dari
satu jenis atom). Ion monoatomik merupakan bentuk ion yang paling sederhana. Interaksi
antara kation dan anion menghasilkan senyawa ionik.
Berdasarkan jenis kation dan anion penyusunnya, senyawa ionik terbagi menjadi empat jenis
yaitu:
1) Senyawa ionik sederhana (tersusun oleh kation logam dan anion nonlogam)
Senyawa ionik sederhana terbentuk dari kation dan anion monoatomik dengan syarat
kation dan anion yang berinteraksi memiliki perbedaan keelektonegatifan lebih besar
dari 1, 7 pada skala Pauling. Oleh karena itu senyawa ionik jenis ini tersusun oleh
kation logam-logam yang sangat aktif, yaitu logam-logam golongan IA dan IIA, sedang
anionnya berupa anion nonlogam dari golongan VIA ,VIIA, dan nitrogen.
Contoh: NaCl, CaO, KBr, MgF2, Ca3N2
2) Senyawa ionik yang tersusun oleh kation sederhana dan anion poliatom
Contoh: KNO3 , CaSO4, Na2CO3
3) Senyawa ionik yang tersusun oleh kation poliatomik dan anion monoatomic
Contoh: NH4Cl dan NH4Br
4) Senyawa ionik yang tersusun oleh kation dan anion poliatomik
Contoh: NH4NO3, (NH4)2SO4
Pada umumnya senyawa ionik dapat diperoleh melalui reaksi dekomposisi berganda dari dua
jenis larutan. Contohnya adalah NaCl (garam dapur) yang diperoleh dari reaksi antara asam
klorida (HCl) dan Natrium hidroksida (NaOH) sesuai dengan persamaan reaksi:
Pada pembentukan NaCl terjadi transfer satu elektron dari atom logam (Na) menuju
atom nonlogam (Cl), seperti yang digambarkan berikut ini:
Na + Cl [Na] + + [ Cl ]
Pembentukan senyawa MgO melibatkan transfer dua elektron valensi dari atom Mg ke
atom O. Proses transfernya adalah sebagai berikut
Mg + O Mg 2+
+ O 2-
Sedangkan perubahan konfigurasi elektron pada pembentukan MgO dalam fase gas
ditampilkan pada Gambar 5.
2+ 2-
B. Ikatan Kovalen
Unsur-unsur yang tidak mampu melakukan serah terima elektron dengan unsur lainnya akan
menggunakan pasangan elektron bersama membentuk suatu ikatan. Ikatan yang dihasilkan
dari pemakaian pasangan elektron secara bersama dikenal dengan nama ikatan kovalen.
Unsur-unsur yang bergabung menggunakan ikatan kovalen akan menghasilkan molekul.
Jika unsur-unsur penyusunnya sejenis disebut dengan molekul unsur, contohnya: O2, H2, dan
P4. Sedangkan jika unsur-unsur penyusunnya tidak sejenis disebut dengan molekul senyawa,
seperti: H2O, CO2, dan NH3.
Berdasarkan jumlah pasangan elektron yang digunakan untuk membentuk ikatan, ikatan
kovalen dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu: ikatan kovalen tunggal, ikatan kovalen rangkap
dua, dan ikatan kovalen rangkap 3. Banyaknya jumlah ikatan kovalen memberikan pengaruh
kepada kekuatan ikatan dari suatu unsur dengan unsur lainnya. Artinya kekuatan ikatan
kovalen rangkap tiga lebih besar jika dibandingkan dengan kekuatan ikatan kovalen rangkap
dua dan ikatan kovalen tunggal. Ketiga jenis ikatan kovalen tersebut terbentuk jika masing-
masing atom menyumbangkan elektron valensinya untuk digunakan berikatan. Terdapat jenis
ikatan kovalen yang lain, yaitu ikatan kovalen koordinasi. Ikatan kovalen koordinasi
terbentuk jika pasangan elektron yang digunakan untuk berikatan hanya berasal dari salah
satu atom.
Proses pembentukan ikatan kovalen melibatkan elektron valensi dari atom- atom unsur. Oleh
karena itu untuk menggambarkan proses pembentukan ikatan kovalen digunakan simbol-
simbol Lewis dari unsur yang menjadi penyusun molekul. Berikut ini diberikan gambaran
tentang proses pembentukan ikatan kovalen.
1) Ikatan kovalen tunggal
Ikatan kovalen tunggal terbentuk jika terdapat sepasang elektron yang digunakan bersama
oleh dua buah atom. Sepasang elektron tersebut berasal dari masing-masing atom yang
menyumbang 1 elektron valensinya. Pada pembahasan ini akan diberikan contoh
pembentukan ikatan kovalen dari: H 2, HF, H2O, CH4, dan NH3 seperti ditampilkan pada
Gambar 6.
Gambar 6 Proses pembentukan ikatan kovalen tunggal pada molekul HF, H 2O, NH3, dan CH4
(sumber: dokumen pribadi)
Ikatan kovalen rangkap dua terjadi jika terdapat dua pasang elektrokn yang digunakan
secara bersama membentuk ikatan. Sebagai contohnya adalah ikatan yang terdapat pada
molekul O2 seperti yang disajikan pada Gambar 7.
O O O O atau O O
Gambar 7 Skema pembentukan ikatan kovalen rangkap dua pada molekul O 2
(sumber: dokumen pribadi)
Ikatan kovalen rangkap tiga terbentuk jika terdapat tiga pasangan elektron yang digunakan
untuk berikatan antar atom. Ikatan ini memiliki ukuran lebih pendek daripada ikatan
kovalen rangkap dua maupun ikatan kovalen tunggal. Oleh karena itu ikatan kovalen
rangkap tiga lebih sulit diputus, jika dibanding kedua jenis ikatan kovalen lainnya. Proses
pembentukan ikatan kovalen rangkap tiga dapat diamati pada ikatan antar atom N dalam
molekul N2 yang disajikan pada Gambar 8.
N N N N atau
N N
Ikatan kovalen koordinasi terjadi jika pasangan elektron yang digunakan untuk berikatan
berasal hanya berasal dari salah satu atom. Sebagai contohnya adalah reaksi antara amonia
(NH3) dan Boron trifluorida (BF) menghasilkan senyawa aminatrifluoroboron atau
azanatrifluoroboron (NH3 - BF3). Proses pembentukan ikatan kovalen pada senyawa
tersebut.
ditampilkan pada Gambar 9
H F H F H F
H N B F H N B F atau H N B F
H F H F H F
Berdasarkan pada gambar , pasangan elektron yang digunakan untuk berikatan adalah
berasal dari atom N. Untuk membedakan penulisan struktur Lewis dari senyawa yang
mengandung ikatan kovalen koordinasi dan ikatan kovalen biasa, maka pasangan elektron
yang digunakan untuk berikatan diganti dengan tanda panah yang mengarah dari atom yang
memiliki pasangan elektron.
Penjelasan tentang pembentukan ikatan kovalen yang telah diuraikan menjelaskan
bagaimana pembentukan ikatan kovalen yang mengikuti kaidah oktet. Namun ada beberapa
molekul dalam pembentukan ikatan kovalen tidak memenuhi aturan oktet. Oleh karena itu
pembentukan ikatan kovalen memiliki aturan-aturan tertentu. Aturan-aturan sederhana
pembentukan ikatan kovalen meliputi:
Ikatan kovalen dibentuk oleh dua atom baik atom sejenis maupun tidak sejenis,
dengan cara menggunakan pasangan elektron secara bersama.
Atom hidrogen selalu memenuhi aturan duplet (menyamai konfigurasi elektron
helium).
Unsur-unsur periode dua yang elektron valensinya kurang dari empat (Be, dan B)
saat membentuk ikatan kovalen tidak harus memenuhi kaidah oktet (elektron valensinya
boleh kurang dari delapan), sedangkan unsur- unsur yang elektron valensinya empat
hingga tujuh memenuhi aturan oktet.
Unsur-unsur pada periode 3 atau lebih, kulit terluarnya boleh terisi lebih dari 8 elektron
dan tidak harus memenuhi aturan oktet.
C. Struktur Lewis
Struktur Lewis berbeda dengan simbol Lewis. Jika simbol Lewis merupakan lambang unsur
disertai tanda titik yang menyatakan jumlah elektron valensinya, dan ditempatkan pada
keempat sisi lambang unsur, maka struktur Lewis merupakan gabungan dari simbol-
simbol Lewis atom unsur yang membentuk suatu molekul, seperti yang ditampilkan pada
Gambar 5 hingga Gambar 8.
Pada struktur Lewis, pasangan elektron yang digunakan untuk berikatan disebut dengan PEI
(pasangan elektron ikatan, sedangkan pasangan elektron yang tidak digunakan berikatan
disebut PEB (pasangan elektron bebas). Gambar 10 berikut menunjukkan PEI dan PEB
dalam struktur Lewis ammonia (NH3)
H
H N PEB
H
PEI
Gambar 10 Struktur Lewis Amonia (sumber: dokumen pribadi)
Merujuk pada Effendy (2016), Penulisan struktur Lewis dari suatu molekul atau ion
dilakukan dengan langkah-langkah berikut:
Menentukan atom pusat dari molekul atau ion poliatomik
Menghitung bilangan koordinasi (BK) atom pusat, jumlah PEI dan PEB.
Bilangan koordinasi atom pusat ditentukan dengan menggunakan rumusan:
BK atom = ½ (jumlah elektron valensi atom pusat + elektron yang
disumbang oleh substituen – muatan)
Jumlah PEI = banyaknya substituen
Jumlah PEB = BK – PEI
Menuliskan kerangka struktur Lewis
Menambahkan elektron pada substituen (atom yang terikat) selain atom hidrogen
sehingga substituen tersebut memenuhi aturan octet
Contoh:
Diketahui nomor atom H =1; C = 6; N= 7; P =15; F =9. Tuliskan struktur Lewis dari: 1) PH3,
2) CF4 , 3) NH4+
1) PH3
Atom pusat = P
Elektron valensi atom P = 5
Jumlah substituen = 3
Muatan = 0
BK atom P = ½ (5 + 3 – 0) = ½ x 8 = 4
PEI = jumlah substituen = 3
PEB = BK – PEI = 4 – 3 = 1
Kerangka struktur Lewis:
H P H
H
2) CF4
Atom pusat = C
Elektron valensi atom pusat = 4
Jumlah substituen = 4
Muatan = 0
BK atom pusat = ½ (4 + 4 – 0) = 4
PEI = jumlah substituen = 4
PEB = BK – PEI = 4 – 4 = 0
Kerangka struktur Lewis
F
F C F
F C F
3) NH4+
Atom pusat = N
Elektron valensi atom pusat = 5
Jumlah substituen = 4
Muatan = 1
BK atom pusat = ½ (5 + 4 – 1) = ½ (8) = 4
Jumlah PEI = jumlah substituen = 4
Jumlah PEB = BK – PEI = 4 – 4 = 0
Kerangka struktur Lewis
H
+
H N H
Senyawa ionik dan senyawa kovalen memiliki karakteristik berbeda. Sebagai contohnya
adalah garam dapur dan gula pasir. Garam dapur atau NaCl memiliki titik leleh lebih besar
daripada gula, larutan garam dapur dapat menghantar listrik, sedang larutan gula tidak
menghantar arus listrik. Perbandingan sifat-sifat dari senyawa ionik dan senyawa kovalen
secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 5. Perbandingan sifat senyawa ionik dan senyawa kovalen
(sumber: Whitten, 2014)
No Senyawa ionik Senyawa kovalen
1 Pada suhu kamar berwujud padat Pada suhu kamar memiliki wujud yang
dengan titik leleh > 400oC bervariasi dari gas, cair, maupun padat,
dengan titik leleh < 300oC
2 Umumnya larut dalam air atau pelarut Beberapa jenis senyawa tidak larut
polar lainnya dalam air tetapi larut pada pelarut
nonpolar
3 Leburannya dapat menghantar arus listrik Leburannya tidak menghantar arus
listrik
4 Larutannya merupakan penghantar arus Larutannya umumnya penghantar
listrik yang baik
5 Biasanya terbentuk dari dua jenis unsur Terbentuk dari dua jenis unsur yang
yang memiliki beda keelektronegatifan memiliki beda keelektronegatifan kecil
besar (> 1,7 pada skala Pauling) bahkan mendekati 0
A. Ikatan Logam
Teori awan elektron atau dikenal juga dengan teori elektron bebas merupakan salah
satu teori yang menjelaskan bagaimana interaksi antar atom-atom logam. Teori awan
elektron dikemukakan oleh Drude dan Lorentz. Menurut teori ini logam digambarkan
sebagai kumpulan dari ion-ion logam yang berbentuk bola-bola keras yang tersusun secara
teratur dan berulang, dengan elektron-elektron valensi dari atom logam menyebar di
sekeliling ion logam membentuk awan elektron. Sebagai analogi dapat digunakan bola-bola
kelereng yang dimasukkan dalam suatu wadah berisi air. Kelereng dianggap sebagai ion
atom logam, sedang air sebagai awan elektron. Saat logam dikenai beda potensial, awan-awan
elektron tersebut dianggap bergerak secara bebas. Sebagai contoh adalah logam aluminium.
Menurut teori awan elektron, logam aluminium dianggap terdiri dari ion-ion Al3+ yang
tersusun secara beraturan dan berulang. Sedangkan elektron valensi yang dimiliki oleh
logam aluminium membentuk awan elektron yang terletak di sekitar ion-ion Al3+.
Berdasarkan teori awan elektron, ikatan logam didefinisikan sebagai gaya tarik antara ion-
ion logam yang bermuatan positif dengan awan elektron yang bermuatan negatif yang
terbentuk dari elektron valensi atom-atom logam. Kekuatan ikatan logam bergantung pada
ukuran jarak antara inti kation dengan awan elektron, semakin kecil jaraknya semakin kuat
ikatan logamnya. Sebagai contohnya adalah perbandingan kekuatan ikatan logam antara
logam Na, Mg, dan Al.
Logam Na, Mg, dan Al merupakan logam yang terletak dalam satu periode. Menurut teori
awan elektron, ketiganya berbentuk kation yaitu Na+, Mg2+, dan Al3+. Ketiga kation ini
memiliki kesamaan dalam jumlah elektron, tetapi muatan intinya berbeda. Muatan inti Na+ <
Mg2+ < Al3+, akibatnya ukuran jari- jarinya menjadi Na+ > Mg2+ > Al3+. Jika ukuran jari-jari
kation kecil maka jarak antara inti kation dengan awan elektron juga kecil, sehingga kekuatan
ikatan logam Na < Mg < Al.
B. Sifat-sifat Logam
Logam memiliki sifat-sifat yang menjadikannya sebagai jenis unsur paling banyak
diaplikasikan dalam kehidupan. Sifat-sifat logam yang akan dibahas adalah: 1) sifat dapat
ditempa dan diregangkan, 2) titik leleh, 3) konduktivitas listrik dan panas, dan 4)
kilau logam.
Menurut teori awan elektron, pada saat logam ditempa atau diregangkan ion- ion logam akan
mengalami pergeseran secara teratur. Sedangkan distribusi dari awan elektron yang berada
di sekeliling ion-ion logam turut menyesuaikan dengan posisi ion-ion logam. Sehingga pada
saat ditempa dan diregangkan kekuatan logam dianggap tidak berubah.
Semua logam merupakan konduktor listrik dan panas yang baik. Menurut teori awan elektron
sifat konduktivitas yang dimiliki oleh logam disebabkan awan elektron yang berada di
sekililing ion logam bergerak secara bebas dan dinamis (mobil). Pada saat tidak dikenai beda
potensial, awan elektron dianggap bergerak ke segala arah dengan jumlah yang sama. Namun,
saat dikenai beda potensial yang tersusun oleh elektrode positif dan elektrode negatif yang
posisinya berlawanan, elektron-elektron lebih banyak yang bergerak ke arah elektrode positif
dibanding di elektode negatif. Dengan terjadinya perbedaan jumlah elektron pada kedua
elektrode menjadikan timbulnya arus listrik. Kenaikan temperatur pada logam akan
menghambat aliran listrik, sebab kenaikan temperatur akan meningkatkan energi kinetik dari
ion logam Peningkatan energi kinetik menjadikan vibrasi ion logam semakin cepat sehingga
menghalangi aliran awan elektron yang berakibat hantaran listrik terhambat.
Kemudahan pergerakan awan elektron juga menjelaskan sifat daya hantar panas pada logam.
Jika salah satu ujung logam dikenai panas, awan elektron akan mendapat tambahan energi
panas. Dengan sifatnya yang mudah bergerak, energi panas yang mengenai awan elektron
akan disebarkan ke seluruh permukaan logam.
4) Kilau logam
Emas merupakan salah satu jenis logam yang banyak diaplikasikan pada pembuatan
perhiasan. Hal tersebut disebabkan logam emas memiliki kilau yang dianggap menarik bagi
sebagian besar orang. Logam lainnya juga memiliki kilau tertentu. Aluminium dan besi juga
memiliki kilau, namun karena adanya pengaruh dari oksigen dalam udara, menyebabkan
kedua logam tersebut mudah kusam.
Kilau yang dimiliki logam disebabkan oleh pantulan sinar tampak. Saat logam dikenai sinar,
elektron-elektron bebas yang berupa awan elektron akan bervibrasi sesuai dengan frekuensi
dari sinar yang mengenainya. Elektron yang bervibrasi tersebut akan memantulkan
kembali sinar yang mengenainya tersebut. Hal inilah yang menyebabkan logam berkilau saat
terkena sinar. Logam memiliki tiga macam kilau yaitu kilau emas, kilau perak, dan kilau
tembaga. Gambar 13 menunjukkan logam-logam yang mewakili dari tiap kilau yang
dimiliki logam
Gambar 13 Logam emas, perak, dan tembaga yang mewakili kilau yang dimiliki logam
(sumber: sciencephoto library)
Sifat-sifat yang dimiliki oleh logam dapat menjadi kelebihan sekaligus kelemahan dari logam
tersebut. Sebagai contohnya adalah logam besi. Besi memiliki keunggulan seperti keras, titik
leleh tinggi, dan melimpah. Namun besi memiliki kelemahan yang fatal yaitu mudah
mengalami korosi. Untuk mengatasi korosi pada besi, dibuatlah paduan logamnya yang
dikenal dengan baja tahan karat (stainless steel).
Stainless steel merupakan jenis paduan yang tersusun oleh unsur besi, nikel, kromium,
mangan, dan karbon. Susunan atom pada stainless steel diilustrasikan seperti pada Gambar
14. Paduan ini banyak digunakan untuk peralatan memasak dan peralatan makan.
Namun meskipun baja ini tergolong sebagai tahan karat, jika terlalu sering terpapar oleh zat
yang bersifat asam seperti jus dan cuka, maka lama kelamaan logam-logam penyusunnya
akan terkikis. Sehingga dimungkinkan dapat mengkontaminasi makanan.
Atom nikel
Atom karbon
Logam yang juga sering dipadukan dengan logam lainnya adalah emas, tembaga, dan
aluminium. Emas merupakan jenis logam mulia yang memiliki sifat tahan karat dan mudah
dibentuk, selain itu juga memiliki kilau yang menarik. Tetapi dalam keadaan murni emas
merupakan logam yang lunak, sehingga jika digunakan untuk membuat perhiasaan dirasa
kurang terlihat kokoh. Agar terlihat lebih kokoh maka emas dipadukan dengan perak atau
tembaga. Masih banyak lagi contoh paduan yang diaplikasikan pada kehidupan sehari-hari
seperti perunggu, kuningan, galvalum, hastelloy, duralumin, dan emas putih.
Ikatan yang terbentuk antara atom-atom dalam senyawa biner dapat memberikan informasi
tentang perbedaan harga keelektronegatifan. Atom yang memiliki harga kelektronegatifan
artinya memiliki ENtinggi sedangkan atom yang kelektronegatifitasnya kecil dianggap
memiliki ENrendah. Perpaduan antara harga ENtinggi dan ENrendah antara atom-atom dapat
memprediksi jenis ikatan yang terbentuk seperti yang ditampilkan pada Tabel 6
Tabel 6 Aturan untuk menentukan jenis ikatan pada senyawa biner
ENtinggi ENrendah Jenis ikatan
2,3 2,3 Ikatan logam
2,3 1,6 Ikatan kovalen
2,3 < 1,6 Ikatan ionik
Sebagai contoh senyawa NaCl, AlCl3, dan CuAg. Harga kelektronegatifan tiap atom
ditampilkan pada Tabel 7 berikut
Tabel 7 Harga Kelektronegatifan beberapa atom unsur
Atom Harga keelektronegatifan
Na 0, 93
Al 1, 61
Cl 3, 16
Cu 1, 9
Ag 1, 93
Berdasarkan data harga keelektronegatifan yang ditampilkan pada Tabel 7, maka senyawa
NaCl, AlCl3, dan CuAg dapat ditentukan jenis ikatannya seperti yang dipaparkan pada Tabel 8.
Jenis ikatan yang terbentuk pada suatu senyawa biner dapat juga menentukan jenis
senyawanya. Jika ikatan yang terbentuk adalah ikatan ionik, maka senyawanya adalah
senyawa ionik. Jika ikatan yang terbentuk adalah ikatan kovalen, maka senyawanya adalah
senyawa kovalen. Dan jika ikatan yang terbentuk adalah ikatan logam, maka senyawanya
berupa paduan (aloi)
PENGEMBANGAN PENILAIAN
A. Pembahasan Soal-soal
Bagian pembahasan soal-soal ini berisi tentang pembahasan soal-soal UNAS dan USBN kimia
yang telah ditampilkan pada bagian contoh-contoh soal. Cara atau metode pembahasan soal
yang digunakan tidak bersifat mengikat, artinya cara ini hanya merupakan suatu alternatif.
Guru dapat menggunakan metode lain sesuai dengan kebutuhan siswa.
A. K2Cl
B. ClK2
C. KCl2
D. KCl
E. K2Cl2
Pada soal yang diketahui adalah dua buah unsur yaitu 19K dan 17Cl. Yang ditanyakan adalah
rumus kimia senyawa ion yang terbentuk antara 19K dan 17Cl.
Dalam penyelesaian soal no. 2 perlu dilakukan langkah-langkah berikut:
Menuliskan konfigurasi masing-masing unsur
Konfigurasi elektron dari:
19K = 2. 8. 8. 1
17Cl = 2. 8. 7
Menentukan cara unsur-unsur memenuhi kaidah oktet (menyamai konfigurasi
elektron gas mulia)
Unsur K memenuhi kaidah oktet jika melepas elektron valensinya membentuk ion
K+
Unsur C memenuhi kaidah oktet dengan menangkap satu elektron membentuk ion
Cl-
Menggabungkan kedua unsur melalui proses serah terima electron
K(g) → K+(g) + e
Cl(g) + e → Cl- (g)
K(g) + Cl(g) → K+Cl- (g)
Menyusun rumus kimia senyawa ion yang terbentuk (kation ditulis sebelum anion)
K+Cl- = KCl