Anda di halaman 1dari 53

MODUL KEPANITERAAN KLINIK

PROFESI DOKTER GIGI

KESEHATAN GIGI ANAK DAN MALOKLUSI

SEMESTER VIII – X
TAHUN AJARAN 2013 – 2014

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

i
Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Hang Tuah Surabaya

MODUL KEPANITERAAN KLINIK


PROFESI DOKTER GIGI

KESEHATAN GIGI ANAK DAN MALOKLUSI

Disusun oleh :
Istien Wardani,drg.,Sp.KGA
Arya Brahmanta,drg.,Sp.Ort

SEMESTER VIII – X
TAHUN AJARAN 2013 – 2014

Dipakai untuk kalangan sendiri

ii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan Puji Syukur kehadirat Allah Yang Maha
Pengasih dan Penyayang, maka atas perkenan-Nya Modul
Kepaniteraan Klinik “ Kesehatan Gigi Anak Dan Maloklusi ” di
lingkungan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hang Tuah
Tahun Ajaran 2013-2014 dapat disusun.
Modul ini merupakan panduan pelaksanaan pendidikan
dokter gigi pada tahap pendidikan profesi di Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Hang Tuah yang bersisi matriks kompetensi yang
harus dicapai oleh mahasiswa sehingga diharapkan dapat
digunakan sebagai acuan bagi mahasiswa dalam menjalankan
proses pembelajaran.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih
kepada tim yang telah menyusun dan membantu penyusunan
modul ini. Semoga modul ini dapat bermanfaat bagi kelancaran
pendidikan tahap profesi di lingkungan Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Hang Tuah dan dapat digunakan sebagaimana
mestinya.

Surabaya, Desember 2013

Penyusun

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Dasar


Dengan memanjatkan nama Allah Yang Maha Pengasih
dan Penyayang atas perkenannya, buku modul ini dibuat dengan
maksud memberi tuntunan bagi mahasiswa, dosen pembimbing
klinik, dan pihak yang berkepentingan untuk dapat memperoleh
informasi yang benar sehingga proses pendidikan profesi dapat
berjalan dengan baik pada saat bekerja di Klinik .
Modul ini hanya memuat teori yang diperlukan, ringkasan
tahap dan cara melakukan pekerjaan klinik, serta tata tertib yang
harus dipatuhi mahasiswa. Sehingga masih banyak hal-hal yang
mungkin belum termuat dalam modul ini. Oleh karena itu,
diwajibkan kepada para mahasiswa untuk membaca buku yang
lebih lengkap isinya seperti yang dianjurkan para Dosen .
Dalam tahap profesi dokter gigi, mahasiswa melakukan
praktek klinik di Rumah Sakit Gigi Dan Mulut Pendidikan.
Pengawasan dan bimbingan dilakukan oleh dokter gigi spesialis,
dan dalam menjalankan praktek klinik di RSGMP,pendidikan
dokter gigi muda memperoleh pengalaman belajar klinik secara
nyata sesuai standard kompetensi yang harus dipenuhi oleh
seorang dokter gigi.
Ucapan terimakasih kami tujukan pada semua pihak yang
telah memungkinkan terwujudnya modul ini, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Sebagai penutup, kami selalu menanti
saran dan kritik dari semua pihak untuk perbaikan isi buku ini.

1
1.2 Kompetensi

Domain I : Profesionalisme
Melakukan praktek di bidang kedokteran gigi sesuai dengan
keahlian, tanggung jawab, kesejawatan, etika dan hukum yang
relevan.
1. Etik dan Jurisprudensi (C3,P5,A4)
1.1. Menerapkan etika kedokteran gigi serta hukum yang
berkaitan dg praktik kedokteran gigi secara professional
1.1.1. Menerapkan etika kedokteran gigi secara
professional (C3,P3,A4)
1.1.2. Menjaga kerahasiaan profesi dalam hubungannya
dengan teman sejawat, staf dan pasien
(C3,P3,A3)
1.1.3. Membedakan hak dan kewajiban dokter dan
pasien (C3,P3,A4)
1.2. Melakukan pelayanan kesehatan gigi dan mulut sesuai
dengan kode etik
1.2.1. Memberikan pelayanan kedokteran gigi yang
manusiawi dan komprehensif (C3,P5,A5)
1.2.2. Menjaga hubungan terbuka dan jujur serta saling
menghargai dengan pasien, pendamping pasien
dan sejawat (C3,P3,A3)
1.2.3. Memperkirakan keterbatasan kemampuan diri
untuk kepentingan rujukan (C3,P3,A4)
1.3. Memahami masalah-masalah yang berhubungan dengan
hukum yg berkaitan dengan praktik kedokteran gigi

2. Analisis informasi kesehatan secara kritis, ilmiah dan


efektif (C4,P3,A3)
2.1. Menganalisis secara kritis kesahihan informasi

2
2.1.1. Menggunakan teknologi ilmiah mutakhir untuk
mencari informasi yang sahih secara professional
dari berbagai sumber (C3,P3,A3)
2.1.2. Menggunakan teknologi ilmiah mutakhir untuk
menilai informasi yang sahih secara professional
dari berbagai sumber (C3,P3,A3)
2.2. Mengelola informasi kesehatan secara ilmiah, efektif,
sistematis, dan komprehensif
2.2.1. Menyusun karya ilmiah sesuai dengan konsep,
teori, dan kaidah penulisan ilmiah (C3,P3, A3)
2.2.2. Menyajikan karya ilmiah kesehatan secara lisan
dan tertulis (C3,P3,A3)
2.3. Berfikir kritis dan alternative dalam mengambil keputusan
2.3.1. Menyusun pemecahan masalah berdasarkan
prioritas (C3, P3,A3)
2.3.2. Menilai kualitas produk dan teknologi kedokteran
gigi (C4, P3,A3)
2.4. Menggunakan pendekatan evidence based dentistry
dalam pengelolaan kesehatan gigi dan mulut
2.4.1. Menapis sumber rujukan yang sahih untuk
kepentingan peningkatan kualitas pelayanan
kesehatan gigi dan mulut (C3,P3,A3)
2.4.2. Menggunakan informasi kesehatan secara
professional untuk kepentingan peningkatan
kualitas pelayanan kesehatan gigi dan mulut
(C3,P3,A3)

3. Komunikasi (C3, P3, A3)


3.1. Melakukan komunikasi, informasi, dan edukasi secara
efektif dan bertanggung jawab baik secara lisan maupun
tertulis dengan pasien, keluarga atau pendamping pasien

3
serta masyarakat, teman sejawt dan profesi kesehatan
lain yang terkait
3.1.1. Berdialog dengan pasien dalam kedudukan yang
setara (C3,P3,A3)
3.1.2. Bersikap empati terhadap pasien akan keluhan
kesehatan gigi dan mulut yang mereka
kemukakan ( C3,P3,A3)
3.1.3. Menuliskan surat rujukan pasien kepada sejawat
dan atau penyelenggara kesehatan lain jika
diperlukan sesuai dengan standar prosedur
operasional yg berlaku (C3,P3,A3)
3.1.4. Berdialog dengan teman sejawat, praktisi
kesehatan, dan praktisi lain terkait (C3,P3,A3)

4. Hubungan sosio cultural dalam bidang kesehatan gigi


dan mulut (C3,P3,A3)
4.1. Mengelola dan menghargai pasien dengan
keanekaragaman sosial, ekonomi, budaya, agama dan ras
melalui kerjasama dengan pasien dan berbagai fihak
terkait untuk menunjang pelayanan kesehatan gigi dan
mulut yang bermutu.
4.1.1. Memahami adanya keanekaragaman
sosial,ekonomi, budaya, agama dan ras
berdasarkan asal usul pasien (C2, P2, A2).
4.1.2. Memperlakukan pasien secara manusiawi tanpa
membeda-bedakan satu sama lainnya (C3, P3,
A3).
4.1.3. Bekerja sama dengan berbagai pihak terkait untuk
menunjang peningkatan kesehatan gigi dan mulut
(C2, P3, A3).

4
Domain II : Penguasaan Ilmu Pengetahuan Kedokteran dan
Kedokteran Gigi
Memahami ilmu kedokteran dasar dan klinik, kedokteran gigi dasar
dan klinik yang relevan sebagai dasar profesionalisme serta
pengembangan ilmu kedokteran gigi.

5. Ilmu Kedokteran Dasar (C3, P3, A4)


5.1. Mengintegrasikan ilmu pengetahuan biomedik yang
relevan sebagai sumber keilmuan dan berbagai data
penunjang untuk diagnosis dan tindakan medik
kedokteran gigi
5.1.1. Mengintegrasikan ilmu biomedik yang relevan
dengan bidang kedokteran gigi untuk menegakkan
Diagnosis, menetapkan prognosis dan
merencanakan tindakan medik Kedokteran Gigi
(C3, P3, A4).
5.1.2. Menghubungkan morfologi makroskopis,
mikroskospis dan topografi organ, jaringan
penyusun sistem tubuh manusia secara terpadu,
sebagai landasan pengetahuan untuk diagnosis ,
prognosis dan merencanakan tindakan medik
kedokteran gigi (C3, P3, A4).
5.1.3. Memahami proses tumbuh kembang
dentokraniofasial pranatal dan pascanatal (C2 ,P3,
A3).
5.1.4. Memahami proses penyakit/ kelainan yang
meliputi, infeksi, dan non infeksi (C2 , P2, A3).
5.1.5. Memahami obat-obat yang digunakan untuk
penyakit gigi dan mulut, termasuk efek samping
dan interaksinya (C2, P3,A4).
5.1.6. Memahami penggunaan dan bahaya sinar X (C2,
P3, A4).

5
6. Ilmu Kedokteran Klinik (C4, P3, A4)
6.1. Memahami ilmu kedokteran klinik yang relevan sebagai
pertimbangan dalam melakukan perawatan gigi dan mulut
pada pasien medic kompromis
6.1.1. Menghubungkan tatalaksana kedokteran klinik
untuk mengembalikan fungsi optimal sistem
stomatognati (C4, P3, A4).
6.1.2. Memahami kelainan/penyakit sistemik yang
bermanifestasi di rongga mulut pada pasien medik
kompromis (C2, P3, A4).
6.1.3. Memahami cara pengelolaan pasien dengan
kelainan/penyakit sistemik yang bermanifestasi di
rongga mulut pada pasien medik terkompromis
secara holistik dan komprehensif (C2, P2, A2 ).
6.1.4. Memahami cara merujuk pasien medik kompromis
secara professional (C2, P3, A4).

7. Ilmu Kedokteran Gigi Dasar (C4, P4, A4)


7.1. Memahami prinsip ilmu kedokteran gigi dasar mencakup:
Biologi Oral, Bio- Material dan Teknologi Kedokteran Gigi
untuk menunjang keteram-pilanpreklinik dan klinik, serta
penelitian bidang kedokteran gigi.
7.1.1. Memahami ilmu-ilmu kedokteran gigi dasar untuk
pengembangan ilmu kedokteran gigi dasar dan
klinik (C2, P4, A4).
7.1.2. Menganalisis hasil penelitian kedokteran gigi
dasar yang berkaitan dengan kasus medik dental
dan disiplin ilmu lain yang terkait (C4, P3, A4).
7.1.3. Memahami prinsip ilmu kedokteran gigi dasar
untuk menunjang keterampilan preklinik dan klinik,
serta penelitian bidang kedokteran gigi, meliputi :

6
Biologi Oral, Biomaterial Kedokteran Gigi,
Radiologi Kedokteran Gigi (C2, P3, A4).

Domain III : Pemeriksaan Fisik Secara Umum dan Sistem


Stomatognatik
Melakukan pemeriksaan, mendiagnosis dan menyusun rencana
perawatan untuk mencapai kesehatan gigi dan mulut yang prima
melalui tindakan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

8. Ilmu Kedokteran Gigi Klinik (C4, P3, A4)


8.1. Memahami prinsip ilmu kedokteran gigi klinik sebagai
dasar untuk melakukan pelayanan klinis kesehatan gigi
dan mulut yg efektif dan efisien
8.1.1. Memahami prinsip pelayanan klinis kesehatan gigi
dan mulut yang meliputi tindakan promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif (C2, P3, A4).
8.1.2. Menghubungkan berbagai tatalaksana kedok-
teran gigi klinik untuk membantu dalam
memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut
dalam mengembalikan fungsi optimal sistem
stomatognatik (C4, P3, A4).
9. Pemeriksaan Pasien (C4, P3, A4)
9.1. Melakukan pemeriksaan fisik secara umum dan sistem
stomatognatik dengan mencatat informasi klinis,
laboratories, radiologis, psikologis dan sosial guna
mengevaluasi kondisi medik pasien
9.1.1. Melakukan pemeriksaan fisik secara umum dan
sistem stomatognatik (C1, P2,A2)
9.1.2. Menerapkan pemeriksaan komprehensif sistem
stomatognatik dengan m emperhatikan kondisi
umum (C3,P3,A4)

7
9.1.3. Menentukan pemeriksaan penunjang laboratories
yang dibutuhkan (C4,P4,A4)
9.1.4. Menginterpretasikan hasil pemeriksaan
laboratories ( C4,P3,A3)
9.1.5. Menentukan pemeriksaan penunjang radiologi
intra oral dan ekstra oral yang dibutuhkan (C4, P4,
A4)
9.1.6. Menghasilkan radiograf dengan alat foto sinar X
intra oral (C3, P3, A3)
9.1.7. Menginterpretasikan hasil pemeriksaan radiologi
intra oral dan ekstra oral secara umum (C4,P3,A3)
9.1.8. Menganalisis kondisi fisik, psikologis, dan sosial
melalui pemeriksaan klinis ( C4,P3,A3)
9.2. Mengenal dan mengelola perilaku pasien secara
professional
9.2.1. Menerapkan sikap saling menghargai dan saling
percaya melalui komunikasi yang efektif dan
efisien dengan pasien dan/atau pendamping
pasien (C3,P2,A3)
9.2.2. Menganalisis perilaku pasien yang memerlukan
perawatan khusus secara professional
(C4,P3,A4)
9.2.3. Mengidentifikasi kondisi psikologis dan sosial
ekonomi pasien berkaitan dengan
penatalaksanaan lebih lanjut (C1,P4,A3)
9.3. Menggunakan rekam edik sebagai acuan dasar dalam
melaksanakan perawatan gigi dan mulut
9.3.1. Membuat rekam medic secara akurat dan
komprehensif ( C1,P3,A4)
9.3.2. Mengelola rekam medic sebagai dokumen legal
dengan baik (C3, P3,A4)

8
9.3.3. Merencanakan perawatan medic kedokteran gigi
berdasarkan catatan medic yang tertulis pada
rekam medic (C3,P3,A4)

10. Diagnosis (C4, P4, A4)


10.1. Menegakkan diagnosis dan menetapkan prognosis
penyakit/ kelainan gigi dan mulut melalui interpretasi,
analisis, dan sintesis hasil pemeriksaan pasien
10.1.1. Menegakkan diagnosis sementara dan diagnosis
kerja berdasarkan analisis hasil pemeriksaan
riwayat penyakit, temuan klinis, temuan
laboratories, temuan radiografis, dan temuan alat
bantu yang lain (C4, P4, A4)
10.1.2. Memastikan penyimpangan dalam proses tumbuh
kembang yang mengakibatkan maloklusi
(C3,P4,A3)
10.1.3. Menjelaskan keadaan akibat kelainan oklusal dan
gangguan fungsi mastikasi dan kondisi yang
memerlukan perawatan ( C4,P4,A4)
10.1.4. Mengidentifikasi kelainan oromaksilofasial
(C4,P4,A4).
10.1.5. Menjelaskan hubungan kebiasaan buruk pasien
dengan adanya kelainan oromaksilofasial (C2,
P3,A2)
10.1.6. Membedakan kelainan dental, skeletal atau fasial
yang berhubungan dengan gangguan tumbuh
kembang, fungsi, dan estetik (C4,P4,A4)

11. Rencana Perawatan (C4,P3,A3)


11.1. Mengembangkan, mempresentasikan, dan
mendiskusikan rencana perawatan yang didasarkan pada
kondisi, kepentingan dan kemampuan pasien

9
11.1.1. Menganalis derajat risiko penyakit gigi dan mulut
(C4,P3,A2)
11.1.2. Merencanakan pengelolaan ketidaknyamanan dan
kecemasan pasien yang berkaitan dengan
pelaksanaan perawatan
11.1.3. Merencanakan pelayanan preventif berdasarkan
analisis risiko penyakit (C3,P3,A3).
11.1.4. Merencanakan perawatan dengan memperhatikan
kondisi sistemik pasien (C3,P3,A3).
11.1.5. Mengembangkan rencana perawatan yang
komprehensif dan rasional berdasarkan diagnosis
(C3,P3,A3).
11.1.6. Menjelaskan temuan, diagnosis dan perawatan
pilihan, ketidak nyamanan dan resiko perawatan
untuk mendapat persetujuan melakukan
perawatan (C2,P3,A3).
11.1.7. Menjelaskan tanggung jawab pasien, waktu yang
dibutuhkan, langkah-langkah perawatan, dan
perkiraan biaya perawatan (C2,P2,A3).
11.1.8. Bekerjasama dengan profesi lain untuk
merencanakan perawatan yang akurat(C4,P3,A3).
11.2. Menentukan rujukan yangsesuai yang berkaitan
dengan pelaksanaan perawatan (C3,P3,A3).
11.2.1. Membuat surat rujukan kepada spesialis bidang
lain terkait dengan penyakit/ kelainan pasien
(C3,P3,A3).
11.2.2. Mampu melakukan rujukan kepada yang lebih
kompeten sesuai dengan bidang terkait
(C3,P3,A3).

10
12. Pengelolaan Sakit dan Kecemasan (C4, P4, A4)
12.1. Mengendalikan rasa sakit dan kecemasan pasien
disertai sikap empati.
12.1.1. Meresepkan obat-obatan secara benar dan
rasional (C3,P3,A3).
12.1.2. Mengatasi rasa sakit, rasa takut dan ansietas
dengan pendekatan farmakologik dan non
farmakologik (C3,P3,A3).

Domain IV : Pemulihan Fungsi Sistem Stomatognatik


Melakukan tindakan pemulihan fungsi sistem stomatognatik
melalui penatalaksanaan klinik.
13. Tindakan Medik Kedokteran Gigi (C4, P5, A4)
13.3 Melakukan perawatan ortodonti pada pasien anak dan
dewasa
13.3.1 Melakukan pencegahan maloklusi
dental(C3,P4,A3).
13.3.2 Memastikan faktor-faktor yang mempengaruhi
hasil perawatan (C3,P4,A3).
13.3.3 Melakukan perawatan maloklusi dental(C3,P4,A4).
13.6 Melakukan perawatan kelainan sendi
temporomandibular dan oklusi dental
13.6.1 Melakukan terapi kelainan oklusi dental yang
sederhana (C3,P3,A3).
13.9 Bekerja dalam tim secara efektif dan efisien untuk
mencapai kesehatan gigi dan mulut yang prima
13.9.1 Bekerja sama secara terintegrasi diantara berbagai
bidang ilmu kedokteran gigi dalam melakukan
pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang prima
(C3,P3,A3).
13.9.2 Melaksanakan kerjasama dalam tim secara
professional (C3,P3,A3).

11
13.9.3 Melakukan rujukan kepada sejawat yang lebih
kompeten secara interdisiplin dan intradisiplin
(C3,P3,A3)

13.7 Tujuan Pembelajaran


Mahasiswa mampu memenuhi kompetensi.
1. Mampu melakukan praktik di bidang kedokteran gigi dan
mulut sesuai dengan keahlian, tanggung jawab,
kesejawatan, etika dan hukum yang relevan.
2. Mengendalikan rasa sakit dan kecemasan pasien disertai
sikap empati
3. Melakukan perawatan konservasi yang sederhana pada
gigi sulung dan permanen.
4. Mampu menegakkan diagnosis sementara dan diagnosis
kerja berdasarkan analisis hasil pemeriksaan riwayat
penyakit, temuan klinis, temuan laboratoris, radiografis,
dan temuan alat bantu yang lain
5. Mampu memastikan lokasi, perluasan, etiologi karies dan
kelainan periodontal serta kerusakannya
6. Mampu membedakan antara pulpa yang sehat dan tidak
sehat
7. Mampu menjelaskan keadaan kehilangan gigi yang
memerlukan tindakan rehabilitative
8. Mampu menjelaskan hubungan kebiasaan buruk pasien
dengan adanya kelainan oromaksilofasial
9. Mampu merencanakan pengelolaan ketidaknyamanan
dan kecemasan pasien yang berkaitan dengan
pelaksanaan perawatan
10. Mampu merencanakan pelayanan preventif berdasarkan
analisis risiko penyakit
11. Mampu mengatasi rasa sakit, rasa takut dan ansietas
dengan pendekatan farmakologik dan non farmakologik

12
12. Mampu mempersiapkan gigi yang akan di restorasi sesuai
dengan indikasi anatomi, fungsi dan estetik
13. Mampu membuang jaringan karies dengan
mempertahankan vitalitas pulpa pada gigi sulung
14. Mampu memilih jenis restorasi pasca perawatan saluran
akar yang sesuai dengan indikasinya
15. Mampu membuat restorasi dengan bahan-bahan restorasi
yang sesuai indikasi pada gigi sulung dan permanen
16. Mampu mempertahankan vitalitas pulpa dengan obat-
obatan dan bahan kedokteran gigi pada gigi sulung yang
vital dan non vital
17. Mampu melakukan perawatan saluran akar pada gigi
sulung dan permanen yang vital dan non vital
18. Mampu menindaklanjuti hasil perawatan saluran akar
19. Mampu melakukan pencabutan gigi sulung dan permanen
20. Mampu melaksanakan kerjasama dalam tim secara
professional
21. Dokter gigi muda dapat mencocokkan oklusi model
dengan oklusi pasien dengan cara memproyeksikan garis
median muka pasien pada model
22. Dokter gigi muda dapat melakukan analisis kasus pasien
yang dirawat setelah mengisi data pada kartu status
pasien sesuai dengan analisis umum, lokal, model,
fungsional, sefalometri
23. Dokter gigi muda mampu melakukan kegiatan ketrampilan
klinik meliputi : mencetak, insersi, aktivasi, membuat
desain konstruksi peranti ortodonti pada kartu status dan
model kerja serta menyiapkan pegas dan cengkeramnya
24. Dokter gigi muda mempunyai penguasaan teori pada
analisis kasus, analisis sefalometri, dan kontrol

13
13.8 Karakteristik Mahasiswa
1. Sarjana Kedokteran Gigi
2. Telah melalui tahap pembekalan umum (Panum)

13.9 Strategi Pengajaran & Pengalaman Pembelajaran


1. Pre-assessment (PANUM)
- Tutorial (2 skenario) : 4 X pertemuan
- Pretest : - kognitif : minikuis
psikomotor: OSCE, Minicex
2. Dental-site teaching (8 kali) (diharuskan dalam bulan
kedua)
– Plat aktif
– Plat ekspansi
– Alat fungsional
3. Tutorial
– Skenario kasus ( 4 skenario (8 x pertemuan ))
– Integrasi Ortoperio, ortopedo
4. Diskusi kelompok (CLINICAL PROSES)
– Case report (2 kasus ) (retainer)
– Referat (2 kasus )
5. Self directing learning (MANDIRI)

13.10 Evaluasi
Evaluasi Hasil Studi dilakukan dengan cara penilaian
terhadap nilai sikap, proses dan hasil ujian: teori,
praktikum / keterampilan / kerja lapangan / karya ilmiah.

13.10.1 Syarat Diikutsertakan Dalam Evaluasi


Untuk dapat diikutsertakan dalam evaluasi, mahasiswa :
1. Memenuhi persyaratan administrasi

14
2. Mengikuti seluruh kegiatan profesi yang meliputi
praktikum klinik, diskusi.
3. Memenuhi semua requirement klinik.

13.10.2 Penilaian
Evaluasi Hasil Profesi dilakukan dengan cara penilaian
terhadap beberapa aspek :
1. A : Attitude (kehadiran, kebersihan, kerapian, perilaku,
etika, komunikasi dan empati)
2. P: Psikomotor (keterampilan penatalaksanaan pasien)
3. C: Cognitif (pengetahuan / penguasaan teori)

Skor Nilai
Penilaian adalah menggunakan sistem nilai huruf dengan
kriteria sebagai berikut :
Sebutan
Nilaiangka Nilaihuruf Bobot
X ≥ 80 A 4,0 LULUS
76 ≤ X < 80 A- 3,7 (KOMPETEN)

71 ≤X<76 B+ 3,3
66 ≤ X<71 B 3,0
62 ≤X < 66 B- 2,7 TIDAK LULUS
59 ≤X <62 C+ 2,3 (TIDAK
KOMPETEN)
56≤ X <59 C 2,0
45 ≤X <56 D 1,0
X < 45 E 0

15
Selain itu digunakan juga penilaian dengan huruf K
K = Kosong, tidak ada nilai, bagi mahasiswa yang tidak
mengikuti dan menyelesaikan seluruh
Kegiatan klinik dan kerja lapangan.

Nilai Batas Lulus


Nilai batas lulus Ujian Klinik adalah B
Nilai batas lulus Ujian Komprehensif adalah B

Pembobotan Skor Blok


Pembobotan skor blok adalah sebagai berikut :
NO Unsur Prosentase

1. A = Attitude 10%

2. P = Psikomotor 65%

3. C = Cognitif 25 %

NilaiAkhir 100 %

13.11 Sarana Penunjang:


1. Ruang diskusi
2. Dental unit
3. Light illuminator/ box
4. LCD
5. Komputer
6. Perpustakaan

16
13.12 Tata Tertib
1. Pada waktu bekerja di klinik, rambut harus
berpotongan rapi . Untuk mahasiswi yang berambut
panjang, diikat rapi. Mahasiswa harus memakai jas
praktikum, bersih; serta memakai tanda pengenal;
bersepatu tertutup (tidak sepatu sandal, tidak sepatu
olah raga); dan tidak boleh memakai rok /celana
jeans/leging, pakaian ketat, kaos oblong, kaos
berkerah.
2. Sebelum mulai bekerja di klinik, mahasiswa harus:
i. Lulus pre test
ii. Selesai periksa alat lengkap (tidak boleh saling
meminjam)
3. Mahasiswa wajib mengisi daftar hadir 2 kali; saat
mulai dan selesai klinik.
4. Mahasiswa yang absen lebih dari 25% tanpa alasan
yang jelas, akan diberi tindakan.
5. Sebelum memanggil penderita, alat-alat harus sudah
disterilkan dan sudah disiapkan di atas meja alat.
6. Sebelum melakukan tindakan perawatan mahasiswa
operator harus lapor kepada instruktur.
7. Mahasiswa wajib mengisi kartu status umum
(odontogram) sebelum mengisi kartu status ikga
8. Jangan meninggalkan penderita dengan alat
(misalnya file) di mulut.
9. Dalam perjanjian dengan penderita, usahakan
perawatan sesuai dengan waktu yang sudah
dijanjikan dan rencana pekerjaan yang akan
dilakukan.
10. Pada waktu merawat penderita, mahasiswa harus
memakai sarung tangan, masker, alas dada penderita.

17
11. Selama jam klinik, tidak diperkenankan meninggalkan
ruangan, kecuali dengan ijin instruktur.
12. Kartu status penderita dan buku nilai tidak boleh
dibawa pulang.
13. Pengambilan dan pengembalian status harus lapor
petugas.
14. Tanda tangan instruktur dan stempel di kartu status
dan buku nilai, hanya akan diberikan apabila
mahasiswa telah menyelesaikan administrasi
pembayaran pekerjaan yang dilakukan, dengan bukti
kuitansi.
15. Setiap mahasiswa wajib meminta tanda tangan
instruktur pada lembar :
i. Kuitansi pembayaran ( setiap selesai 1 macam
perawatan)
ii. Kartu status ( setiap selesai 1 macam pekerjaan)
iii. Odontogram ( setelah indikasi, dan setelah selesai
pekerjaan pada hari tsb. )
iv. Buku nilai ( sesuai tahap yang tercantum di buku)
16. Mahasiswa wajib lapor kepada instruktur sebelum
mengerjakan pasien dan setiap tahapan pekerjaan
yang dilakukan.
17. Mahasiswa harus ikut menjaga kebersihan ruang
kerja beserta alat-alatnya.
18. Bekerjasama yang baik antar teman dan dengan
chair side.

13.13 Integrasi ;
Ilmu Kedokteran Gigi Anak dan Ilmu Ortodonsia

18
13.14 Requirement :
No Jenis Pekerjaan Macam Pekerjaan yang dinilai Jumlah
1. PEDODONSIA Diskusi diagnosa 2
(KEDOKTERAN Dental Health Education 1
GIGI ANAK) Topikal aplikasi 2
Fissure sealant 2
Tumpatan amalgam klas 1 1
Tumpatan amalgam klas 2 1
Tump glassionomer klas 3 1
PRR (Preventive Resin Restoration) tipe B / C 1
Pulpectomy 1
Inlay 1
SSC (Stainless Stell Crown) 1
Perhitungan Space Maintener dan diskusi 1
Ekstraksi 3
Pulpotomy 1
2. ORTODONSIA Kasus (1 kasus sukar & 1 kasus ringan atau 2 kasus 2
moderate )
Diagnosa umum s/d sefalometri 2
Skills :
- Mencetak
- Insersi alat baru / ganti disain
- Aktivasi
- Reparasi
- Merawat pasien mhs lain 2
Penguasaan teori 2
Analisis kasus 1
Piranti fungsional lepasan (diskusi/perawatan) 2
Kemajuan perawatan (penilaian : index icon)

13.15 Daftar Nama Pengampu


1. Istien Wardani, drg.,Sp.KGA
2. Eriza Juniar,drg.,Sp.KGA
3. Ayulistya Paramita, drg., Sp.KGA
4. Dyah Ayu Retnowulan, drg., Sp.KGA
5. Jimmy Prasetyo, drg.,MSi
6. Ratna Hartati, drg.,MS.,Sp Ort
7. Lisdiana Tandjung, drg.,MAP
8. Robianto Muljosumarto, drg
9. Noengki Prameswari, drg.,M.Kes
10. Arya Brahmanta, drg.,Sp Ort
11. Budi Handayani, drg.,Sp.Ort

19
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KARIES GIGI ANAK


Seperti kita ketahui bahwa gigi sulung yang karies perlu
dilakukan perawatan, karena :
o Untuk menghilangkan penyakit dan memulihkan
kesehatan
o Mencegah rasa sakit  pulpitis, abses dll
o Menghindari infeksi yang terjadi setelah terbukanya
atap pulpa karena karies
o Menyediakan ruang yang cukup untuk erupsi gigi
permanen nantinya  mencegah
o tanggal prematur
o Memelihara fungsi mastikasi

Anak bukanlah Miniatur orang dewasa


Perawatan Gigi Anak tidak sama dengan Orang
Dewasa
Perlu pendekatan / keahlian khusus dalam hal :
1. Management
2. Diagnosis yang berbeda dengan
orang dewasa
3. Rencana Perawatan
Restorasi gigi sulung berbeda dengan gigi dewasa, hal ini
disebabkan karena morfologi anatomi gigi sulung berbeda
dengan gigi permanen yaitu :
1. Mahkota yang cembung dan servikal jelas
2. Bidang oklusal sempit
3. Servikal ke apeks menonjol
4. Enamel tipis

1
5. Tanduk pulpa tinggi
6. Saluran akar kecil
7. Dasar pulpa tipis
8. Benih gigi permanen yg akan tumbuh
9. Inklinasi prisma enamel berbeda

Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan sebelum


melakukan restorasi geligi sulung :
 Usia anak
 Derajat keparahan karies
 Kondisi gigi & tulang penyangga dilihat dari foto
rontgen
 Waktu normal gigi tanggal
 Efek bila gigi tsb dicabut atau dipertahankan bagi
kesehatan anak
 Pertimbangan ruang pada rahang

2
Karies gigi merupakan salah satu masalah
kesehatan gigi dan mulut yang sering kita jumpai di
masyarakat saat ini, penyakit ini dapat terjadi pada semua
usia, baik balita, anak- anak, remaja, maupun orang
dewasa. Karies gigi merupakan suatu penyakit yang
terjadi pada jaringan keras gigi (email dan dentin) dan
diawali dengan demineraliasasi komponen anorganik gigi
dan kemudian diikuti dengan hancurnya matriks organic
gigi.
Ada empat faktor utama yang sangat berpengaruh
terjadinya karies; antara lain: gigi, mikroorganisme
(terutama jenis streptokokus mutans, atau laktobasilus),
lingkungan (substrat) dan waktu. Jika tidak ada interaksi
antara keempat faktor tersebut, maka karies gigi tidak
akan terjadi. Proses terjadinya karies gigi dimulai dengan
adanya plak pada permukaan gigi, dimana gula dari sisa
makanan dan bakteri akan menempel pada waktu tertentu
dan berubah menjadi asam laktat yang akan menurunkan
pH mulut menjadi kritis (sekitar pH 5,5) dan menyebabkan
demineralisasi email, yang akan berlanjut menjadi karies
gigi.
Early Childhood Caries merupakan keadaan gigi
karies pada anak kecil dan prasekolah yang meminum
minuman yang mengandung gula dengan menggunakan
botol dengan waktu paparan yang lama (seperti ketika
tidur siang atau tidur malam).
Karies yang terjadi pada gigi anak ini dapat
menimbulkan rasa sakit / nyeri, maka anak akan
kehilangan selera makan dan kadang dapat terjadi
demam serta proses mengunyah makanan akan
terganggu. Dalam hal ini, secara tidak lansung, karies
pada anak akan mempengaruhi proses tumbuh kembang

3
dan pertumbuhan gigi permanen anak. Apabila dibiarkan
proses karies ini dapat cepat meluas mengenai seluruh
gigi sehingga keadaan menjadi lebih parah dengan akibat
lanjut yaitu pulpa nekrosis dan kelainan jaringan
periapikal.
Terjadinya Early Childhood Caries tersebut dapat
dicegah lebih awal melalui pemahaman dan peran serta
orang tua terutama ibu dalam memelihara kesehatan gigi
anak. Salah satu tindakan pencegahan yang mudah dan
banyak dilakukan adalah tindakan penyikatan gigi anak
setiap hari, dengan tujuan menjaga kebersihan gigi dan
mulutnya.

Diagnosis karies gigi dan penanganannya :


1. Pulpitis Reversible yaitu peradangan pulpa awal
sampai sedang akibat rangsangan dan dapat kembali
sehat
Anamnesa
 Biasanya nyeri bila minum panas, dingin, asam
dan asin
 Nyeri tajam singkat tidak spontan, tidak terus
menerus
 Rasa nyeri hilang setelah rangsangan dihilangkan
Pemeriksaan Objektif
- Ekstra oral : Tidak ada kelainan
- Intra oral :
o Perkusi (-)
o Druk (-)
o Karies mengenai enamel, dentin
o Jaringan lunak / gingival : normal
o Pulpa belum terbuka
o Test vitalitas (+)

4
2. Pulpitis Irreversible yaitu peradangan pada pulpa
yang sudah berlangsung lama dan tidak dapat
kemballi sehat
Anamnesa
 Gigi sebelumnya pernah sakit
 Rasa sakit dapat hilang timbul secara spontan
 Nyeri tajam menyengat, bila ada rangsangan
seperti; panas, dingin, asam, manis
 Penderita masih bisa menunjukkan gigi yang
sakit
 Nyeri tajam spontan yang berlangsung terus-
menerus menjalar kebelakang telinga
Pemeriksaan Objektif
- Ekstra oral : tidak ada kelainan
- Intra oral :
o Perkusi (+) / (-)
o Druk (-)
o Jaringan lunak / gingival : normal
o Karies mengenai enamel, dentin, kadang
perforasi pulpa
o Pulpa terbuka / tidak terbuka
o Test vitalitas (+)

3. Gangren Pulpa yaitu kematian pada pulpa oleh


karena karies
Anamnesa
- Gigi sebelumnya pernah sakit
- Rasa sakit (-) / (+)
- Pemeriksaan Objektif
- Ekstra oral :
o Normal / abnormal

5
o Abses (+) / (-)
- Intra oral :
o Perkusi (+) / (-)
o Druk (+) / (-)
- Jaringan lunak / gingival : normal / abnormal
o Fistula (+) / (-)
o Karies profunda
o Pulpa terbuka / tidak terbuka
o Test vitalitas (-)

4. Gangren Radix yaitu sisa akar gigi


Anamnesa
- Gigi sebelumnya pernah sakit / tidak
- Rasa sakit (-) / (+)
Pemeriksaan Objektif
- Ekstra oral :
* normal / abnormal
* abses (+) / (-)
- Intra oral :
* Jaringan lunak / gingival : normal / abnormal
* Fistula (+) / (-)

2.1.1 MACAM PERAWATAN :


1. Endodontik : Tujuan dasar dari perawatan
endodontik pada anak mirip dengan pasien dewasa,
yaitu untuk meringankan rasa sakit dan mengontrol
sepsis dari pulpa dan jaringan periapikal sekitarnya
serta mengembalikan keadaan gigi yang sakit agar
dapat diterima secara biologis oleh jaringan
sekitarnya. Ini berarti bahwa tidak terdapat lagi
simtom, dapat berfungsi dengan baik dan tidak ada
tanda-tanda patologis yang lain. Faktor pertimbangan

6
khusus diperlukan pada saat memutuskan rencana
perawatan yang sesuai untuk gigi geligi sulung yaitu
untuk mempertahankan panjang lengkung rahang.
2. Pulp Capping. Pulp Capping didefinisikan sebagai
aplikasi dari satu atau beberapa lapis bahan
pelindung di atas pulpa vital yang terbuka dan bahan
yang biasa digunakan untuk pulp capping ini adalah
kalsium hidroksida karena dapat merangsang
pembentukan dentin sekunder secara efektif
dibandingkan bahan lain. Tujuan pulp capping adalah
untuk menghilangkan iritasi ke jaringan pulpa dan
melindungi pulpa sehingga jaringan pulpa dapat
mempertahankan vitalitasnya. Dengan demikian
terbukanya jaringan pulpa dapat terhindarkan.
3. Pulpotomi. Pulpotomi adalah pembuangan pulpa
vital dari kamar pulpa kemudian diikuti oleh
penempatan obat di atas orifis yang akan
menstimulasikan perbaikan atau memumifikasikan
sisa jaringan pulpa vital di akar gigi. Pulpotomi
disebut juga pengangkatan sebagian jaringan pulpa.
Biasanya jaringan pulpa di bagian korona yang
cedera atau mengalami infeksi dibuang untuk
mempertahankan vitalitas jaringan pulpa dalam
saluran akar . Pulpotomi dapat dipilih sebagai
perawatan pada kasus yang melibatkan kerusakan
pulpa yang cukup serius namun belum saatnya gigi
tersebut untuk dicabut, pulpotomi juga berguna untuk
mempertahankan gigi tanpa menimbulkan simtom
khususnya pada anak-anak.
4. Pulpektomi. Pulpektomi adalah pengangkatan
seluruh jaringan pulpa. Pulpektomi merupakan
perawatan untuk jaringan pulpa yang telah

7
mengalami kerusakan yang bersifat irreversible atau
untuk gigi dengan kerusakan jaringan keras yang
luas. Indikasi perawatan pulpektomi pada anak
adalah gigi yang dapat direstorasi, tidak ada
gambaran patologis dengan resorpsi akar tidak lebih
dari dua pertiga atau tiga perempat.
5. Pembuatan Restorasi. Alat restorasi yang dapat
digunakan untuk perawatan Early Childhood Caries
adalah cemen glass ionomer, composit resin strip
crown, dan mahkota stainless steel. Anak-anak
dengan keadaan seperti ini adalah mungkin untuk
dilakukan preparasi kavitas kelas III dan kelas IV.
Semen glass ionomer dan resin komposit dapat
digunakan untuk restorasi lesi-lesi kelas III pada gigi
permanent anterior dan gabungan resin komposit dan
glass ionomer (compomer/compoglass) juga dapat
digunakan untuk lesi kelas IV. Sedangkan mahkota
stainless steel digunakan untuk lesi karies pada gigi
posterior .
6. Semen Glass Ionomer. Semen glass ionomer
terbentuk karena reaksi antara bubuk kaca alumino
silikat yang khusus dibuat dengan asam poliakrilat.
Setelah tercampur pasta semen ini ditumpatkan ke
dalam kavitas pada saat bahan ini belum mengeras.
Semen glass ionomer yang berisi logam perak dalam
bubuknya telah dikembangkan serta dikenal dengan
nama generiknya yaitu cermet. Semen semacam ini
mempunyai ketahanan terhadap abrasi dan bersifat
radiopak. Semen glass ionomer sebaiknya tidak
digunakan sebagai alat restorasi untuk kerusakan gigi
yang luas karena kurang kuat menerima daya kunyah
yang berlebih.

8
7. Mahkota Stainless steel. Mahkota stainless steel
merupakan restorasi yang ideal untuk gigi molar
sulung yang terserang karies yang luas yang tidak
mungkin dilakukan preparasi kavitas untuk
penumpatan amalgam. Mahkota stainless steel
tersedia dalam berbagai ukuran yang khususnya
berguna untuk restorasi gigi-geligi dengan karies
yang luas. Mahkota stainless steel diindikasikan
untuk gigi anak dengan rampan karies yang
melibatkan tiga atau lebih permukaan, gigi molar
sulung yang telah dilakukan perawatan pulpa,
malformasi gigi seperti hipoplasti email, dan pasien
handicapped dengan masalah kebersihan mulut.
8. Tumpatan Amalgam
a. Preparasi klas I :
o Outline form.
o Axial wall // buccal wall atau lingual wall.
o Dinding pulpa datar dan halus ┴ sumbu
gigi.
o Cavosurface margin tajam tanpa bevel.
o Basis dengan bahan Zn PO4
o Tumpat.
o Cek oklusi dan beri instruksi pada penderita.
o Pulas (setelah 24 jam).
o Catatan : Round bur untuk menembus dan
memperdalam kavitas fissure bur untuk
melebarkan kavitas dan membentuk dinding
tegak inverted bur untuk membuat retensi.
o Ingat prinsip-prinsip preparasi : outline
form,resistance form, retention form,
extention for prevention, convenience form

9
b. Preparasi klas II :
o Outline form.
o Dibuat box pada permukaan proksimal
dengan fissure bur ke arah bukal dan
lingual dengan sudut 900, dinding bukal
dan lingual pada proksimal box bentuknya
konvergen.
o Isthmus lebarnya 1/3 oklusal arah bukal
lingual agar tumpatan tahan terhadap
pengunyahan.
o Buat dovetail.
o Cavo surface margin tajam tanpa bevel.
o Axio pulpo line angle dibevel.
o Pemasangan matriks dan retainer
o Basis Zn PO4

10
c. Tumpatan GIC (Preparasi klas III)
o Kavitas dibuka dari palatinal / lingual
dengan round bur dan dilebarkan dengan
fissure bur.
 Dovetail : bagian labial / palatinal ke arah
gingival
 bagian bukal / lingual
o Retensi berbentuk groove pada dinding
bukal dengan round bur kecil.
o Basis.
o Tumpatan : komposit, GIC (gunakan
celluloid strip).
o Pulas.

d. Tumpatan Komposit.
o Outlineform.
o Pengambilan jaringan karies mengikuti
kaidah preparasi, pulas menggunakan
brush dan pumice

11
o Bevel pada cavo surface margin.
o Etsa bagian bevel
o Bonding pada bagian yang dipreparasi
,polimerisasai.
o Aplikasi bahan komposit, polimerisasi.
o Cek oklusi menggunakan articulating paper,
pulas , selesai.

e. Preventive Resin Restoration (PRR)


i. Tipe A
 Pengambilan jaringan karies mengikuti
kaidah preparasi
 Bevel pada cavo surface margin.
 Pulas menggunakan brush dan pumice
 Etsa pada bagian bevel beserta pit dan
fissure
 RA : pit dan fissure oklusal dan palatal
groove
 RB : pit dan fissure oklusal dan bucal
groove
 Aplikasi bahan sealant, polimerisasi.
 Cek oklusi, pulas, selesai.
ii. Tipe B
 Pengambilan jaringan karies mengikuti
kaidah preparasi
 Bevel pada cavo surface margin.
 Pulas menggunakan brush dan pumice
 Basis dengan ZnPO4
 Etsa pada bagian bevel beserta pit dan
fissure.
 Aplikasi bahan komposit, polimerisasi.

12
 Aplikasi bahan sealant pada pit dan
fissure yang tidak terkena karies.
 Cek oklusi, pulas, selesai.
iii. Tipe C
 Pengambilan jaringan karies mengikuti
kaidah preparasi
 Bevel pada cavo surface margin.
 Pulas menggunakan brush dan pumice
 Aplikasi sub base dan basis
 Etsa pada bagian bevel beserta pit dan
fissure.
 Aplikasi bahan komposit, polimerisasi.
 Aplikasi bahan sealant pada pit dan
fissure yang tidak terkena karies.
 Cek oklusi, pulas, selesai.

f. Tumpatan Tuang Inlay


 Outlineform.
 Pengambilan jaringan karies mengikuti
kaidah preparasi.
 Bevel pada cavo surface margin.
 Basis
 Cetak sebagian beserta antagonis, kirim ke
lab.
 Pasang coba, cek oklusi.
 Insersi dengan Fuji I

g. Pulpotomi
 Pembuatan foto untuk diagnosa dan
rencana perawatan.
 Lakukan devitalisasi untuk gigi yang masih
vital.

13
 Presterilisasi untuk gigi yang non vital.
 Open bur, mengambil atap pulpa, mencari
orifice.
 Pengambilan jarigan yang terinfeksi dari
ruang pulpa, irigasi, sterlisasi ruang pulpa.
 Sterilisasi ulang sampai kapas kering dan
tidak berbau.
 Pengisian dengan pasta antiseptik untuk
pulpotomi, foto.
 Basis.
 Kontrol 2 minggu kemudian apabila tidak
ada keluhan, dapat ditumpat tetap.

h. Pulpektomi
 Pembuatan foto untuk diagnosa dan
rencana perawatan.
 Lakukan devitalisasi untuk gigi yang masih
vital.
 Untuk gigi non vital lakukan pre sterilisasi.
 Open bur, mengambil atap pulpa, mencari
orifice.
 DWF ; tentukan panjang kerja.
 Preparasi saluran akar dengan , file, irigasi,
foto preparasi.
 Sterilisasi memakai paper point, obat,
kapas steril, tumpat sementara.
 Sterilisasi ulang, sampai paper point kering
dan tidak berbau.
 Pengisian dengan pasta Zn Oxide Eugenol.
 Foto pengisian.
 Basis Zn PO4

14
 Kontrol 2 minggu kemudian, apabila tidak
ada keluhan, dapat ditumpat tetap.

i. Stainless Steel Crown


 Preparasi daerah oklusal mengikuti bentuk
anatomi gigi.
 Bagian proksimal dibebaskan.
 Apabila bentuk mahkota gigi hilang,
sebelumnya bisa ditambal dengan GIC.
 Bagian servikal, preparasi masuk saku
gusi.
 Cari SSC yang sesuai, kemudian dibentuk
dengan gunting atau stone.
 Bagian servikal di crimping, pasang coba,
gingiva tidak boleh terlalu tertekan,SSC
stabil, cek oklusi.
 Insersi.

15
16
2.1.2 PENGISIAN KARTU STATUS
 Sebelum mengisi kartu status (diagnosa), penderita
ditanya dulu mengenai kesanggupannya untuk
dilakukan perawatan (lamanya, biaya).
 Kartu diisi lengkap sesuai dengan petunjuk yang
ada.
 Sebelum melakukan perawatan harus selalu ijin
kepada instruktur.
 Setiap kali selesai melakukan perawatan, harus
minta tanda tangan instruktur hari itu juga.
 Setelah perawatan selesai, harus ada bukti kuitansi
pembayaran yang di tanda tangani instruktur,
setelah itu baru bisa mendapat nilai
Nomor Kartu : diisi oleh petugas
Tanggal : tanggal penderita pertama kali datang
Nama Penderita : nama lengkap penderita
Tanggal lahir/umur : diisi lengkap; berhubungan dg cara menangani anak
Alamat : diisi lengkap (diperlukan bila memanggil kembali)
Telepon : diisi bila ada, untuk memudahkan menghubungi
Jenis Kelamin : laki-laki / perempuan
Orang tua/pengantar : nama bapak/pengantar (misalnya ayah, ibu, paman)
Dokter : diisi bila dikerjakan oleh dokter
Mahasiswa : diisi nama mahasiswa yang membuat diagnosa
Dikirim oleh : diisi bila penderita dating atas konsul dari bagian lain
Dikirim ke : diisi bila penderita dikonsulkan ke bagian lain

Catatan Medis
1-3 : ditanyakan pada orang tua penderita. Hal ini berhubungan
dengan obat yang diberikan oleh dokter yang merawat selama
penderita sakit sehingga obat untuk gigi yang sakit tidak
berinteraksi berlawanan dengan obat sebelumnya
4.1-4.13 : ditanyakan kepada orang tuanya, banyak berhubungan dengan
Ilmu Kedokteran Gigi Anak (pelajari hubungannya)
5 : temperatur : normal (N) / ↑
6 : nafsu makan : normal (N) / ↓
7-8 : makan permen, kue : ya (+) / tidak (-)
9 : makan sambil tidur : ya (+) / tidak (-)
10 : jelas
11 : kebiasan-kebiasaan : ya (+) / tidak (-)
12 : pernah (+) / tidak (-); bila pernah sebutkan dimana
13 : pernah (+) / tidak (-); bila pernah sebutkan kapan, sakit apa

17
14 : diisi setelah selesai pengisian status
(+) bila mau diperiksa/didiagnosa
(-) bila tidak mau diperiksa/didiagnosa

Pemeriksaan Rongga Mulut


1. Keadaan jaringan lunak
1.1 bibir/mukosa mulut : diisi N atau bila ada kelainan, sebutkan
apa, regio mana
1.2 gingivitis : (-) / (+) regio…………..
1.3 retraksi gingiva : (-) / (+) regio…………..
1.4 lidah : N / kelainan (sebutkan)
1.5 fistula : (-) / (+) regio…………
2. Hygiene mulut : pilih yang benar ( indeks OHI-s)
2.1 karang gigi : (-) / (+) regio……….
2.2 sikat gigi : berapa kali sehari
3. Oklusi
3.1 garis median normal : (+) / (-) bergeser ke …, …mm
3.2 gigi muka protrusi/berdesakan : (+)/(-) / (+) / (-)
3.3 klas I : (+) / (-) tipe 1-5 sebutkan
3.4 klas II : (+) / (-)
3.5 klas III : (+) / (-)
3.6 gigitan silang : (-) / (+) regio………
3.7 gigitan terbuka : (-) / (+) diisi regio mana baik yang
disebabkan pencabutan atau
erupsi sebagian. Hal ini
berhubungan dengan kebiasaan
jelek
3.8 gigitan dalam : (+) / (-)

4. X- ray photo : dilakukan bila dibutuhkan untuk menegakkan diagosa dan


menentukan rencana perawatan.

5. Perawatan gigi sebelumnya : ditulis telah dilakukan perawatan apa saja terhadap
giginya, sebelum datang ke Klinik IKGA UHT

Keadaan gigi : Indeks karies


DMF (untuk gigi permanen)
D (Decay) : untuk gigi karies, yang masih bisa dilakukan tumpatan tetap
M (Missing) : untuk gigi yang sudah dilakukan pencabutan
F (Filling) : untuk gigi yang telah ditumpat tetap dan tidak ditemukan
karies sekunder
def (untuk gigi sulung)
d (decay) : untuk gigi karies, yang masih bisa dilakukan tumpatan tetap
e (exfoliatif) : untuk gigi yang diindikasikan ekstraksi, yang rusak ok karies
f (filling) : untuk gigi yang telah ditumpat tetap dan tidak ditemukan
karies sekunder

18
Pada gambar, digambarkan satu-persatu gigi-gigi yang :
Decay : O
Filling : ●
Hilang : X
Sisa akar : V
Belum erupsi : B
Persistensi : PS
Gigi goyang : °...
Karang gigi : www
Digambar dengan tinta merah, lengkap dengan lokasi karies.

6. Keluhan gigi : penderita datang ke Klinik IKGA dengan keluhan apa,


ditanyakan ke orang tuanya.
7. Kelenjar : diperiksa oleh operator, N / pembengkakan
8. Diagnosa : semua gigi dengan kelainan, ditentukan diagnosanya, ditulis
urut mulai dari yang ringan. Contoh : 53 pulpitis reversible,
84 pulpitis irreversible, 75 gangren pulpa. Jika ada perubahan
diagnosa, ditulis di kolom kanan beserta tanggal dan paraf
instruktur.
9. Rencana Perawatan
Dimulai dari tindakan promotif, preventif ,perawatan yang paling ringan sampai berat.
- Selebaran pada orang tua, harus diberikan kepada orang tua yang pertama kali
mengantar anaknya ke RSGM UHT.
- Perawatan gigi dari diagnosa ringan  berat
- Contoh
o Bila ada perawatan pulpa, restorasi tetapnya apa?
o Bila ada pencabutan, space management nya apa?
o X-ray photo dilakukan bila perlu.

19
2.2 MALOKLUSI
Diagnosis di bidang ortodontik dapat dianggap sebagai
suatu pengumpulan dan interpretasi data klinis untuk
menetapkan ada tidaknya maloklusi. Diagnosis
merupakan langkah sebelum merencanakan perawatan
ortodontik.
Untuk menentukan diagnosis diperlukan beberapa analisis
yaitu: analisis umum, analisis lokal, analisis fungsional,
analisis model dan analisis sefalometri. Dalam
menentukan Diagnosis Ortodontik, Klasifikasi Maloklusi
yang digunakan yaitu Klasifikasi Angle.

Klasifikasi Maloklusi menurut Angle


Angle berpendapat bahwa M1 merupakan kunci oklusi,
karena itu dia membuat klasifikasi relasi lengkung gigi
atas dan bawah pada bidang sagital berdasarkan relasi
M1 (relasi anteroposterior M1 atas dan bawah). Bila
mesiobucal cusp M1 atas terletak pada bucal groove M1
bawah dan mesiopalatal cusp M1 atas terletak pada fosa
sentral M1 RB disertai dengan gigi-gigi yang tersusun rapi
dalam garis oklusi yang baik, maka keadaan ini disebut
oklusi yang normal. Relasi lengkung seperti ini disebut
juga neutroklusi.

Menurut Angle, maloklusi dibagi dalam 3 kelas:

1. Maloklusi kelas I Angle

20
Relasi M1 normal tapi garis oklusi tidak normal karena
letak gigi-gigi yang malposisi, rotasi atau penyebab
lainnya sehingga terlihat berdesakan, gigitan terbuka
anterior dll.

2. Maloklusi kelas II Angle

Div.1 Div.2
M1 bawah terletak relatif lebih ke distal dari normal. Jadi
cusp mesiobucal M1 atas kontak dengan M1 bawah pada
bagian yang lebih ke anterior dari bucal groove M1 bawah.
Lengkung bawah terletak minimal setengah lebar cusp
lebih ke distal dari pada normal. Pada relasi kelas II yang
sesungguhnya, cusp distobucal M1 atas terletak pada
bucal groove M1 bawah. Relasi ini disebut distoklusi.
Maloklusi Kelas II dibagi dalam 2 divisi:

21
Divisi 1: insisivi atas proklinasi atau bila insisivi atas
inklinasinya normal, tetap terdapat jarak gigit dan tumpang
gigit yang bertambah.
Divisi 2: insisivi sentral atas retroklinasi. Kadang-kadang
insisivi lateral proklinasi, miring ke mesial atau rotasi
mesiolabial. Jarak gigit biasanya normal atau sedikit
bertambah. Tumpang gigit bertambah.
Dapat juga keempat insisivi atas retroklinasi dan kaninus
terletak di bukal.

3. Maloklusi kelas III Angle

Lengkung bawah minimal selebar satu cusp lebih ke


mesial daripada lengkung geligi atas dibanding relasi yang
normal. Cusp mesiobucal M1 atas kontak dengan M1
bawah pada bagian yang terletak lebih posterior daripada
bucal groove M1 bawah dan terdapat gigitan silang
anterior. Ini disebut true prognatism. Relasi seperti ini
disebut juga mesioklusi.
Pseudo prognatism adalah keadaan dimana sebenarnya
relasi anterior edge to edge tapi karena terjadi gerakan
mandibula ke depan terjadi relasi seperti kelas III yaitu
gigitan silang anterior.
22
Pada penderita dengan kehilangan prematur molar sulung
RB, M1 akan condong / bergerak kemesial, untuk
menentukan klasifikasinya harus dibayangkan posisi asli
M1 sebelum bergeser.
Perlu dilakukan foto wajah ekstra oral pasien, agar
diketahui bentuk wajah serta profil sebelum dilakukan
perawatan. Selain itu juga harus melakukan foto intra oral
dari pasien untuk menunjang langkah selanjutnya, yaitu
menentukan skor ICON.

23
Foto rontgen
Sebelum dilakukan perawatan, perlu dilakukan foto
rontgen. Foto rontgen yang diperlukan untuk
perawatan ortodontik yaitu foto periapikal, panoramik
dan sefalometri. Foto periapikal, panoramik dan
sefalometrik dilaksanakan dengan seijin instruktur,
pelaksanaan rontgen foto disertai surat rujukan.

Mencetak model studi


Pekerjaan mencetak model studi dilakukan setelah
gigi dan rongga mulut bersih (setelah scaling). Setiap
mencetak Dokter gigi muda diberi kesempatan 2 X per
rahang. Nilai yang didapat Dokter gigi muda untuk
mencetak berdasarkan hasil cetakan yang tercetak
bentuk anatomisnya,harus jelas, tidak porous dan

24
berdasarkan berapa kali Dokter gigi muda mencetak.
Nilai mencetak didapatkan saat Dokter gigi muda
mencetak model studi, mencetak model kerja, model
untuk ganti desain peranti dan mencetak model
progress.
Penetapan oklusi dan garis median
Dokter gigi muda melakukan pemeriksaan oklusi dan
garis median pada model yang belum dibasis
disesuaikan dengan kondisi intraoral pasien dan garis
median wajah pasien. Diberi tanda pada relasi molar
dan kaninus dan tanda pada garis median jika ada
pergeseran terhadap garis median wajah.
Insersi peranti
Insersi peranti dilakukan bila seluruh perawatan
pendahuluan telah selesai dan rongga mulut
penderita dalam keadaan bersih dari debris dan
kalkulus. Cengkram, pegas dan lempeng akrilik harus
terletak baik dan retentif.
Aktivasi
Peranti yang digunakan diaktivasi sesuai dengan
ketentuan yang tertulis pada kuliah. Dokter gigi muda
melakukan aktivasi pada pegas setiap 2 minggu sekali
dan selalu membawa model studi serta model kerja.

25
Perawatan pasif/ Pasif Observasi
Penderita dengan perawatan pasif / pasif observasi
tetap diobservasi 2 minggu sekali. Setiap pengerjaan
observasi mendapat nilai observasi maksimal 60 dan
kontrol dilakukan setiap 6 minggu sekali
Reparasi peranti
Reparasi dilakukan bila peranti pecah / putus atau
menambah komponen aktif lainnya ataupun peranti
tidak cocok lagi. Mulai mencetak sampai dengan
insersi reparasi, hanya mendapat satu nilai pada
kolom lembar nilai insersi peranti. Reparasi peranti
dan ganti desain yang mendapat nilai dalam satu
semester maksimal 2 kali per pasien dan nilai yang
didapat yaitu nilai insersi
Kontrol
Kontrol adalah diskusi yang meliputi : ringkasan,
rencana perawatan, perawatan yang telah dilakukan,
hasil yang telah dicapai dan apa yang akan dilakukan
pada saat itu, serta penggantian desain peranti bila
diperlukan. Dokter gigi muda melakukan kontrol
minimal setelah 2 X aktivasi
Kemajuan perawatan
Adalah kemajuan hasil perawatan yang telah
dilakukan ditunjukkan dengan model progress yang
dibandingkan dengan model studi. Pada akhir minggu
ke 20 (2 minggu sebelum minggu ke 20), Dokter gigi
muda diwajibkan melakukan cetak progres penderita
untuk melihat kemajuan perawatan
Kemajuan perawatan dihitung dengan indeks ICON

Dihitung

26
Sebelum prwtan (pd model studi saat Analisis Kasus) Sesudah(pd model progress)

Skor Bobot Hasil Skor Bobot Hasil


1. Komponen estetik (foto) ..... 7 .... .... 7 .....
2. Tumpang Gigit (tabel) ..... 4 .... .... 4 .....
3. Gigitan Silang (tabel) ..... 5 ..... .... 5 .....
4. Relasi Gigi Post (tabel) ...... 3 ..... .... 3 .....
5. Berdesakan/ diastema(tabel) ...... 5 ..... .... 5 ......
______________________________________________________________________
Kebutuhan perawatan (Treatment need):min 43 Hasil perawatan (Outcome)
Acceptability):maks 31
Kompleksitas (Complexity):Kemajuan Perawatan (degree of improvement): >-1

Penilaian komponen estetik

Gambar Aesthethic komponen,terdiri dari 10 foto


menunjukkan tingkat penampilan estetik (Brook dan Shaw, 1989).

27
Penilaian tumpang gigit, gigitan silang, Relasi Gigi
Posterior, Berdesakan/diastema berdasarkan protocol :
Component Score 0 1 2 3 4 5

Aesthetic 1-10 using


AC
Upper arch Score only < 2mm 2.1 – 5 5.1 – 9 9.1 – 13 13.1 – > 17
crowding the highest mm mm mm 17 mm mm /
trait either impacte
spacing or d
crowding
Upper spacing Up to 2.1 – 5 5.1 – 9 >9 mm
2mm mm mm
Cross bite Transverse No Crossbite
relationship crossbite present
of cusp to
cusp or
worse
Incisor open Score only Complete < 1mm 1.1 – 2.1- 4 > 4mm
bite the highest bite 2mm mm
trait either
open bite
Incisor overbit Lower incisor Up to 1/3 1/3 – 2/3 2/3 up Fully
e coverage tooth coverage to full covered
covered
Buccal Left and right Cusp to Any cusp Cusp to
segment added embrasure relation up cusp
antero- together relationshi to but not relation
posterior p. Class including ship
I,II and III cusp to
cusp

28
Cara menghitung kebutuhan perawatan dan hasil perawatan :
Ditentukan berdasarkan penilaian diatas, dikalikan dengan bobot,
kemudian dijumlah.

Cara menghitung kompleksitas perawatan : berdasarkan tabel :

Penilaian Skor
Kompleksitas
Mudah Kurang dari 29
Ringan 29-50
Moderat 51-63
Sukar 64-77
Sangat sukar Lebih dari 77

Cara menghitung kemajuan perawatan :

Dengan rumus:nilai kebutuhan perawatan – (4 X nilai Hasil


perawatan). Hasilnya harus >-1

Penilaian Derajat Skor


Perubahan
Terjadi perubahan yang > -1
besar
Sangat berubah -25 sampai -1
Cukup berubah -53 sampai -26
Sedikit berubah -85 sampai – 54
Tidak berubah / jadi jelek < -85

29
DAFTAR PUSTAKA
1. Kowash, M., dan M. Duggal. 2001. Prevention of Nursing
Caries. http://www.eufic.org. 6 Mei 2010. 15:47.
2. Wei, S. H. Y. 1988. Dental Caries : Etiology,
Pathogenesis, Clinical Manifestations and
Managements. Pediatric Dentistry : Total Patient Care.
Philadelphia: Lea & Febriger.
3. Sjuhada, 2003. Indonesian e-dental information:
Perawatan gigi anak.http://www.sjuhada.cbj.net.
4. Cataldo, J. L. 1998. Breastfeeding and Dental Health.
http://www.breastfeeding.org. 6 Mei 2010. 15:21 WIB.
5. Ayhan, H. 1996. Influencing factor of nursing caries. The
Journal of Clinical Pediatric Dentistry. Vol 20:4, 313-6.
6. Hattab, F. N., M. A. O. Al-Omari., B. A. Manison, dkk.
1999. The prevalence of nursing caries in one to four
years old children in Jordan. Journal of Dentistry for
Children.Jan-Feb, 53-58.
7. Schuurs, A. H. B., W. R. Moorer, B. P. Andersen., dkk.
1992. Patologi gigi-geligi :Kelainan-kelainan Jaringan
Keras Gigi. Diterjemahkan oleh S. Suryo. Yogyakarta
Gadjah Mada University Press.
8. McDonald, R. E., dan D. R. Avery. 2000. Dentistry for the
child and adolescent. 7th edition. St. Louis : The C. V.
Mosby Company.
9. Cameron, A. C., dan R. P. Widmer. 2003. Handbook of
Pediatric Dentistry. St. Louis. The C. V. Mosby Company.
10. Bence, R. 1990. Buku Pedoman Endodontik Klinik.
Diterjemahkan dari Handbook of Clinical Endodontics oleh
E. H. Sundoro. Jakarta : Penerbit UI.
11. Welbury, R. R. 2001. Paediatric Dentistry. 2nd edition.
New York : Oxford University Press

30
12. Kennedy, D. B. 1992. Konservasi Gigi Anak.
Diterjemahkan dari Paediatric Operative Dentistry oleh N.
Sumawinata dan S. H. Sumartono. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
13. Finn, S. B. 2003. Clinical Pedodontics. 4th edition.
Philadelphia : W. B.Saunders
14. Bishara S. 2001. Text Book of Orthodontics. 1st edition.
W.B. Saunders Company
15. English J. 2009. Orthodontic Review. 1st edition. Mosby
Elsevier.Missouri
16. Proffit W.R., Fields H.W.,Jr., Sarver D.M. 2007. 4th edition.
Contemporary Orthodontics. Mosby Elsevier
17. Rahardjo P. 2009. Ortodonti Dasar. 1st edition. Airlangga
University Press.
18. Rahardjo P. 2008. Diagnosis Ortodontik. 1st edition.
Airlangga University Press
19. Rakosi T, Graber T. 2010. Orthodontic and Dentofacial
Orthopedic Treatment. 1st edition. Georg Thieme Verlag.
Stuttgart.
20. Graber TM, Vanarsdall RL, Katherine WL. 2005. 4 th
edition. Mosby Elsevier. Missouri.
21. Kusnoto Hendra. 1990. Penggunaan Cephalometri
Radiografi dalam bidang Orthodonti. Universitas Trisakti
22. Daniel C, Richmond S, 2000. The development of The
Index of Complexity, Outcome, and Need (ICON) .
Journal of Orthodontics vol.27. pp 149 – 162
23. Firestone AR, Beck FM, Beglin FM, Vig KW, 2002. Validity
of the Index Complexity, Outcome, and Need in
determining orthodontic treatment need. Angle Orthod 72
no 1 pp 15-20.

31

Anda mungkin juga menyukai