Anda di halaman 1dari 5

AUDIT KLINIS CLINICAL PATHWAY DHF

DI RUMAH SAKIT UMUM METHODIST

BULAN OKTOBER- DESEMBER 2018


Mutu merupakan gambaran dari sifat suatu jasa pelayanan atau kinerja yang
merupakan bagian dari strategi perusahaan dalam rangka mendapatkan keunggulan-
keunggulan yang berkesinambungan. Rumah sakit dituntut untuk senantiasa
melakukan peningkatan mutu pelayanan secara terus menerus. Berdasarkan undang-
undang nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit menjelaskan bahwa untuk
meningkatkan mutu pelayanan, rumah sakit harus memiliki peraturan internal rumah
sakit (hospital by laws) dan peraturan staf medis rumah sakit (medical staff by law).
Peraturan tersebut disusun dalam rangka menyelenggarakan tata kelola perusahaan
yang baik (good corporate governance) dan tata kelola klinis yang baik (good clinical
governance).
Clinical governance merupakan pendekatan secara sistematis untuk
pengelolaan jaminan dan pengendalian mutu pelayanan klinis. Clinical governance
memiliki 4 komponen penting yaitu clinical effectiveness, patient safety, patient focus
dan continuing professional development (Connell L, 2014). Bentuk pelaksanaan
clinical effectiveness adalah clinical pathway. Clinical pathway berfungsi untuk
standarisasi proses perawatan sehingga mengurangi variasi pelayanan dan efisiensi
sumber daya. Clinical pathway juga merupakan salah satu elemen yang dinilai pada
akreditasi rumah sakit. RSU Methodist sudah menerapkan komponen dalam clinical
governance, yaitu clinical effectiveness. Adapun clinical effectiveness mencakup
evidence infomed practice, clinical guideline, dan clinical audit. RSU Methodist
sudah memiliki lima Clinical pathway, salah satunya yaitu DHF.
Audit klinis merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan karena
dengan audit klinis kita bisa mengetahui apakah kita sudah memberikan pelayanan
kepada pasien dengan baik dan disesuaikan dengan standar yang sudah ada atau
kesepakatan standar yang digunakan di rumah sakit. Audit klinik adalah proses siklus
yang dapat diuraikan dalam beberapa tahap. Menurut NHS, proses audit terdiri dari 7
tahapan (Gambar 1), sedangkan Hughes (2012) menjelaskan bahwa proses audit itu
terdiri dari 4 langkah (ditampilkan pada gambar 2). Pada teori Hughes, proses audit
klinik sebagai kegiatan utama yang dilakukan yaitu perencanaan, pengukuran, analisis
hasil temuan, rekomendasi perbaikan dan melakukan perbaikan. Rincian kegiatan
berdasarkan variabel yang akan dinilai adalah pada tahap perencanaan peneliti
memilih topik yang akan diaudit, menetapkan tujuan, menetukan standar. Tahap
pengukuran dilakukan audit mengenai kelengkapan pengisian clinical pathway,
kepatuhan Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) terhadap Clinical Pathway. Hasil
dari variabel tersebut selanjutnya akan dilakukan analisis dan memberikan
rekomendasi sesuai dengan masalah yang ditemukan.

Penentuan topik diambil di RSU Methodist berdasarkan kasus penyakit


terbanyak dalam implementasi clinical pathway yaitu DHF. Berdasarkan data yang
diambil dari rekam medis. Jumlah pasien dengan diagnosa DHF dari Oktober –
Desember 2018 berjumlah 68. Hasil pengukuran menunjukan kepatuhan DPJP
terhadap clinical pathway pada bulan Oktober sebanyak 12.5%, pada bulan
November sebanyak 20.4%, dan pada bulan Desember sebanyak 42.8%. Dengan rata-
rata pencapaian Triwulan sebesar 25.2%. Dimana angka ini masih jauh dibawah
standar nasional yaitu > 80%.
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa rendahnya kepatuhan DPJP
terhadap clinical pathway disebabkan oleh dokter yang merasa terbebani dengan
adanya formulir clinical pathway yang mengharuskan dokter menulis lebih banyak
pada rekam medis. Selain beban dokter ketidakpatuhan pengisian disebabkan karena
kurangnya sosialisasi sehingga beberapa DPJP tidak betul-betul mengetahui adanya
formulir clinical pathway. Selain kendala dalam sosialisasi, diketahui bahwa
responden belum terbiasa sehingga sering lupa, hal ini karena pelaksanaan
penggunaan clinical pathway baru berjalan selama tiga bulan.
Oleh karena itu, sangat perlu dilakukannya monitoring dan evaluasi.
Berdasarkanhasil wawancara, didapatkan bahwa monitoring dari pihak manajemen
tidak ada dan evaluasi belum dilakukan secara optimal, khususnya yang melakukan
evaluasi implementasi clinical pathway yaitu case manager.
Berdasarkan hasil audit ditemukan bahwa dalam implementasi clinical
pathway DHF di RSU Methodist bulan Oktober – Desember 2018, masih terdapat
variasi dalam pemberian terapi/tata laksana yaitu adanya obat tambahan di luar
standar clinical pathway. Variasi ini terjadi karena kondisi pasien yang diharuskan
menggunakan obat tambahan tersebut.
Beberapa hal yang perlu dilakukan oleh rumah sakit adalah memperkuat
clinical pathway dengan melakukan perbaikan kebijakan dengan menambah poin-poin
yang kurang, membuat pedoman yang berisi tentang tata cara mengisi clinical
pathway, monitoring dan evaluasi clinical pathway, melakukan sosialisasi secara
menyeluruh dan disertakan dengan pelatihan khusus clinical pathway, melakukan
monitoring dan evaluasi rutin setiap 3 bulan sekali dan dilakukan feedback.

Medan, 21 Desember 2018


Ketua PMKP

dr. Hadi Putra, M.Kes


Clinical Pathway
Dengue Haemorhagic fever grade I/II

Nama Pasien : ___________________________ Berat Badan : ______kg No. RM : _________


Jenis kelamin : ___________________________ Tinggi Badan : ______cm Lama Hari Rawat : ______ hari
Umur/Tanggal Lahir : ___________________________ Tgl Masuk RS : _________ R.Rawat/Kelas : _________
Diagnosa Masuk RS : ___________________________ Tgl Keluar RS : _________ Rujukan : Ya / Tidak
* Penyakit utama : ___________________________ Kode ICD : _________
* Penyakit penyerta : ___________________________ Kode ICD : _________
* Komplikasi : ___________________________ Kode ICD : _________
* Tindakan : ___________________________ Kode ICD : _________
Kode ICD : _________

HARI PERAWATAN
KEGIATAN URAIAN KEGIATAN KETERANGAN
1 2 3 4 5
1. PEMERIKSAAN KLINIS Asesmen Awal UGD Kalau pasien masuk dari UGD
Asesmen Rawat jalan/Poliklinik Kalau pasien masuk dari poliklinik
Asesmen Awal RI (DPJP)

2. LABORATORIUM Darah rutin


IgM, IgG anti dengue

3. RADIOLOGI/IMAGING
ELEKTROMEDIK

4. KONSULTASI

5. ASESMEN LANJUTAN Asesmen Ulang DPJP Visite dokter


Asesmen perkembangan harian kalau ada kedaruratan medis

6. EDUKASI/INFORMASI Penjelasan Diagnosis oleh DPJP dan dr jaga


Rencana Terapi oleh DPJP
Risiko oleh DPJP
Komplikasi/KTD Oleh DPJP,Dr Jaga, perawat dan didokumentasikan
Prognosa oleh DPJP

7. RENCANA PEMULANGAN
Identifikasi Kebutuhan di rumah oleh DPJP,dr Jaga,perawat
Kebutuhan perawatan suportif oleh DPJP,dr Jaga,perawat

Asesmen awal oleh Ketua Tim, asesmen lanjutan setiap shift, asesmen resiko jatuh dan
Asesmen Keperawatan nyeri
Diagnosa Keperawatan
8. ASUHAN KEPERAWATAN
Intervensi/Tindakan Keperawatan
Implementasi/pelaksanaan
Evaluasi Tergantung masalah keperawatan yang ditemukan.

9.TATA LAKSANA MEDIS


Medikamentosa
Cairan Infus Ringer Laktat Tetesan 30 tts/menit
Obat Oral Paracetamol 500 mg 3x1 Kalau suhu >37,5 derajat Celcius
Ranitidine 2 x 1 tab
Ondansetron 4 mg 3x1

10. DIET/NUTRISI M II tinggi protein peningkatan diet lunak ke diet biasa secara bertahap
Asuhan Gizi asesmen status gizi
monitoring hasil terapi nutrisi
Edukasi gizi ps pulang Pola makan gizi seimbang, makanan bersih dan sehat
monitoring asupan gizi Evaluasi setelah 3 kali makan utama

11.ASUHAN FARMASI Rekonsiliasi obat Dilakukan pertama tama oleh perawat, selanjutnya di konfirmasi oleh Farmasi
Pemantauan DRP pada setiap resep yang dibuat oleh DPJP/dokter jaga
Pemantauan Terapi Obat Pemanatauan interaksi tergantung derajat
Monitoring Efek Samping Obat berdasrkan laporan perawat dan dikonfirmasi Farmasi
Konseling ps pulang sebelum ps pulang

12. REHABILITASI Tirah Baring


Oleh Perawat Mobilisasi Duduk di Tempat tidur hari ke 4 dimulai mobilisasi bertahap
Aktivitas Harian mandiri Tahapan mobilisasi sesuai kondisi pasien
Latihan gerak otot dilakukan diatas tempat tidur

13. EVALUASI Pembuatan Asesmen pulang kriteria pulang terpenuhi, dan kondisi TTV normal
dibedakan pasien yang bisa jalan tanpa bantuan dan pasien jalan dengan
Hasil Tindakan Medis Asesmen Transportasi pulang
bantuan/alatbantu
Hasil Tindakan Keperawatan

14. OUTCOME
Keluhan Mual, muntah hilang
Pemeriksaan Klinis Dalam batas normal Trombosit diatas 100.000
Lama rawat Sesuai PPK 5 hari
Penjelasan mengenai perkembangan dilakukan oleh DPJP

15. RINGKASAN PULANG/ Ringkasan pulang dibuat oleh DPJP


Surat pengantar kontrol dibuat oleh DPJP atau dr. Jaga

VARIANS
TTD/paraf CASE MANAJER

Medan ,_____-_____-__________

Dokter Penanggung Jawab Pelayanan : Perawat Penanggung Jawab :

(_____________________) (___________________________)

Pelaksana Verifikasi (case manajer):

Keterangan :
: Yang harus dilakukan
(______________________) : Bisa ada atau tidak
Beri tanda ( √ )

Anda mungkin juga menyukai