a. Akibat infeksi bakteri Berak encer yang berakibat mengeluarkan darah dan lendir biasanya disebabkan oleh bakteri seperti Shigella, C. Jejuni, E. Coli enteroinvasif, dan Salmonella. Mekanisme infeksinya ialah dengan menginvasi mukosa. Pertama, Bakteri masuk melalui makanan atau minuman ke lambung sebagian ada yang mati karena asam lambung dan sebagian lolos bakteri yang lolos masuk ke duodenum. Bakteri berkembang biak di duodenum. Bakteri menginvasi dan merusak sel epitel mukosa. Ini terjadi sebagian besar di kolon dan bagian distal ileum. Invasi kemudian diikuti dengan pembentukan mikroabses dan ulkus superficial yang menimbulkan eritrosit dan leukosit sehingga terdapat pada feses. Bakeri memproduksi enzim mucinase sehingga berhasil mencairkan lapisan lendir dengan menutupi permukaan sel epitel usus bakteri kemudian masuk ke dalam membrane. Bakteri kemudian mengeluarkan toksin yang nantinya akan menghasilkan CAMP. Sehinggan menyebabkan kerusakan jaringan inilah yang menyebabkan BAB berlendir. Peningkatan sekresi air dan elektrolit dan mukosa, yang berfungsi untuk merangsang sekresi cairan usus dibagian kripta villi & menghambat cairan usus dibagian apikal villi Dengan demikian, terjadilah berak encer yang disertai darah dan lendir.Diare mendadak yang disertai darah dan lendir dalam tinja. Pada disentri shigellosis, pada permulaan sakit, bisa terdapat diare encer tanpa darah dalam 6-24 jam pertama, dan setelah 12-72 jam sesudah permulaan sakit, didapatkan darah dan lendir dalam tinja.
Margono, Sri S. Nematoda dalam Gandahusada, S. Ilahude, H. Pribadi, Wita. Parasitologi
Kedokteran Edisi Ketiga. Jakarta: FK UI.
b. Iritasi mukosa usus
Ketika mukosa usus (terutama pada mukosa usus besar) teriritasi, maka dapat menyebabkan sel goblet menjadi lebih aktif. Sel-sel goblet menghasilkan banyak mucus yang berfungsi untuk proteksi mukosa. Ketika mucus jumlahnya terlalu berlebihan, maka dapat muncul dalam feses dan bermanifestasi sebagai feses berlendir Feses yang disertai darah diakibatkan oleh pecahnya pembuluh darah pada dinding saluran cerna. Pembuluh darah pada dinding traktus gastrointestinal mulai terdapat pada lamina propria tunika mukosa namun jumlah pembuluh darah yang banyak ditemukan pada tunika submukosa. Hal ini berarti bahwa jika terdapat ulkus yang mengenai tunika submukosa, maka dapat bermanifestasi sebagai feses disertai darah. Darah dapat bermanisfestasi sebagai melena maupun hematokezia. Darah yang berwarna lebih gelap terjadi akibat oksidasi hemoglobin oleh bakteri usus. Melena atau “darah hitam” menunjukkan bahwa perdarahan saluran cerna terjadi pada bagian usus proximal atau bagian usus distal dengan masa transit yang lama sehingga memberi kesempatan bakteri untuk mengoksidasi hemoglobin. Sedangkan hematokezia atau “darah segar” dapat disebabkan oleh perdarahan saluran cerna bagian distal (misalnya rektum) atau pada proximal usus tetapi dengan masa transit yang singkat sehingga tidak member kesempatan bakteri usus untuk mengoksidasi hemoglobin secara maksimal.
Kumar, vinay, dkk. 2007. Buku Ajar Patologi. Jakarta: EGC