Anda di halaman 1dari 2

Peran Perawat Dalam Bencana Sebelum, Saat dan Setelah Bencana

A. Definisi Bencana (Disaster)


Bencana adalah peristiwa/kejadian pada suatu daerah yang mengakibatkan kerusakan ekologi,
kerugian kehidupan manusia serta memburuknya kesehatan dan pelayanan kesehatan yang
bermakna sehingga memerlukan bantuan luar biasa dari pihak luar (Depkes RI). Dalam konsep
penanganan bencana seorang perawat harus dapat mempertahankan konsistensi dan
idealismenya dalam meletakkan posisi perawat dan konsep keperawatan dalam fase sebelum,
saat maupun sesudah bencana dalam komunitas.

B. Peran Perawat
 Fase Preimpact (sebelum), merupakan warning phase , tahap awal dari bencana. Informasi
didapat dari badan satelit dan meteorologi cuaca. Seharusnya pada fase inilah segala
persiapan dilakukan baik oleh pemerintah, lembaga, dan warga masyarakat. Saat ini
perawat memiliki berbagai jalur pendidikan, mulai dari D3, D4, S1, Spesialis, dan Master.
Namun apa yang ditemui di lapangan masih ada perawat yang bekerja tidak sesuai dengan
keilmuannya. Bila perawat itu adalah S1 maka tugas utamanya adalah peneliti, bila D3
maka tugas utamanya adalah perawat pelaksana. Posisi perawat sendiri dalam manajemen
bencana fase ini adalah sebagai tenaga medis formal yang bekerja dalam disiplin ilmunya
atau tenaga medis informal yang dapat sewaktu-waktu melayani masyarakat.
 Fase Impact (Saat) merupakan fase terjadinya klimaks dari bencana. Inilah saat-saat
dimana manusia sekuat tenaga mencoba untuk bertahan hidup (survive). Fase impact ini
terus berlanjut hingga terjadi kerusakan dan bantuan-bantuan darurat dilakukan. Posisi
perawat dalam manajemen bencana fase impact adalah sebagai bagian dari komunitas
dalam masyarakat yang mampu menjadi katalisator untuk mengatasi persoalan medis dan
non medis pertolongan bencana.
 Fase Postimpact (Setelah) merupakan saat dimulainya perbaikan dan penyembuhan dari
fase darurat, juga tahap dimana masyarakat mulai berusaha kembali pada fungsi
komunitas normal. Secara umum dalam fase postimpact ini para korban akan mengalami
tahap respon psikologis mulai penolakan, marah, tawar-menawar, depresi hingga
penerimaan. Posisi perawat fase ini adalah sebagai team kesehatan yang bekerja sama
dengan lintas sektoral lainnya menangani masalah kesehatan dan sebagai model untuk
penyembuhan trauma masyarakat pasca bencana.

Efendi & Makhfudli, 2009 mengemukakan bahwa peran perawat pada pre, intra dan pasca bencana
meliputi:

Peran Perawat Pada Fase Pre-Impact

 Perawat mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan dalam penanggulangan
bencana untuk setiap fasenya.
 Perawat ikut serta dalam berbagai dinas pemerintahan , organisasi lingkungan, palang merah
nasional, maupun lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam memberikan penyuluhan dan
simulasi persiapan menghadapi ancaman bencana kepada masyarakat.
 Perawat terlibat dalam program promosi kesehatan untuk meningkatkan kesiapan masyarakat
dalam menghadapi bencana yang meliputi hal-hal berikut:
 Usaha pertolongan diri sendiri ( pada masyarakat tersebut)
 Pelatihan pertolongan pertama dalam keluarga seperti menolong anggota keluarga yang
lain.
 Pembekalan informasi tentang bagaimana menyiapkan dan membawa persediaan makanan
dan penggunaan air yang aman.
 Perawat juga dapat memberikan alamat atau nomor telfon darurat, seperti pemadam
kebakaran, rumah sakit dan ambulance.
 Memberi informasi tenpat-tempat alternatif penampungan atau posko-posko bencana.
 Memberikan informasi mengenai peralatan yang disediakan .

Peran Perawat dalam Fase Impact

 Bertindak cepat
 Don’t promise. Perawat seharusnya tidak menjanjikan apapun dengan pasti, dengan maksud
memberikan harapan yang besar bagi para korban.
 Berkonsentrasi penuh terhadap tindakan yang dilakukan.
 Koordinasi dan menciptakan kepemimpinan (coordination and create leadership)
 Untuk jangka yang panjang, mendiskusikan dan merancang master plan of revitalizing dengan
pihak yang terkait, biasanya untuk jangka waktu 30 bulan pertama.

Peran Perawat dalam Fase Post-impact

 Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaan fisik, sosial dan psikologis tertentu.
 Stres psikologis yang terjadi dapat terus berkembang hingga terjadi post-trumatic stress
disorder (PTSD) yang merupakan sindrom dengan tiga kriteria utama. Pertama, gejala trauma
pasti dapat dikenali. Kedua, individu tersebut mengalami gejala ulang traumanya melalui
flashback, mimpi, ataupun peristiwa-peristiwa yang memacunya. Ketiga, individu akan
menunjukkan gangguan fisik. Selain itu, individu dengan PTSD dapat mengalami penurunan
konsentrasi, perasaan bersalah, dan gangguan memori.
 Tim kesehatan bersama masyarakat dan profesi lain yang terkait bekerja sama dengan unsur
lintas sektor menangani masalah kesehatan masyarakat pasca gawat daruratserta
mempercepat fase pemulihan (recovery) menuju keadaan sehat dan aman.

Anda mungkin juga menyukai