Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat tuhan yang maha esa yang telah melimpahkan rahmat
serta hidayah dan inayah-nya kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
tentang International Civil Aviation Organization . Makalah ini saya susun berdasarkan tugas
yang diberikan oleh dosen pengampu, serta saya mengucapkan syukur atas kaunia Tuhan
YME atas rahmatnya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.Makalah ini disusun
dengan harapan dapat menambah ilmu pengetahuan bagi para pembaca.
Saya menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, saya
mohon saran dan kritikan dari para pembaca agar lebih baik lagi dalam pembuatan makalah
untuk kedepannya.

Yogyakarta, 4 November 2017

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan masalah......................................................................... 2
C. Tujuan........................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah ICAO.............................................................................. 3
B. Identifikasi ICAO........................................................................ 4
C. Klasifikasi.................................................................................... 4
D. Landasan hukum.......................................................................... 5
E. Amandemen konvensi.................................................................. 5
F. Struktur organisasi....................................................................... 6
G. Faktor yang mempengaruhi keselamatan dan keamanan............ 20
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................... 26
B. Saran............................................................................................. 26
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 27
LAMPIRAN......................................................................................................... 28

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Di era sekarang ini dengan persaingan bisnis yang semakin ketat, tentu harus
didukung oleh sarana transportasi yang aman dan mendukung termasuk transportasi
udara. Kebutuhan akan pelayanan transportasi bersifat sangat kualitatif dan mempunyai ciri
yang berbeda-beda sebagai fungsi dari waktu, tujuan perjalanan, frekuensi, jenis kargo yang
diangkut, dan lain-lain. Pelayanan transportasi yang tidak sesuai dengan kebutuhan akan
pergerakan menyebabkan sistem transportasi tersebut tidak berguna. Kebutuhan akan
pergerakan bersifat sebagai kebutuhan turunan. Pergerakan terjadi karena adanya proses
pemenuhan kebutuhan. Untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, maka diperlukanlah
sarana transportasi udara yang memiliki standard pelayanan dan keselamatan
yang optimal. Untuk menunjang hal tersebut Indonesia pada tanggal 1 Mei 2004 telah resmi
menjadi anggota ICAO (International Civil Aviation Organitation ). Dengan masuknya
Indonesia menjadi anggota ICAO Indonesia aktif dalam Pelaksanaan misi ICAO di berbagai
penerbangan sipil dunia sehingga dengan begitu indonesia akan memiliki dampak positif di
berbagai pelaksanaan peraturan baik dalam bentuk pembinaan, pengawasan, pencerahan,
pendidikan maupun kerjasama pelatihan bagi komunitas penerbangan domestik.
Dengan meningkatnya keselamatan penerbangan di dalam negeri maka akan
mendorong peningkatan demand transportasi udara sehingga nanti akan mendukung
terciptanya suatu pertumbuhan perekonomian bangsa sehingga tingkat keselamatan terjamin.
Selain itu, kita harus yakin bahwa suatu saat nanti Indonesia juga dapat menjadi pelaku yang
diandalkan di pasar penerbangan internasional. Singapore Airlines merupakan salah satu
negara yang menjadi operator penerbangan negara yang menerbangi 62 kota di 35 negara dan
di 6 benua.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud organisasi ICAO?
2. Bagaimana sejarah ICAO?
3. Apa tujuan dari ICAO di bentuk?
4. Mengapa ICAO harus ada?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah ICAO
ICAO lahir didahului dengan terbentuknya “panitia persiapan pembentukan ICAO”
yang terkenal dengan PICAO (Provisional Civil Aviation Organization).
1. PICAO terbentuk resmi tanggal 6 Juni 1945 di Montreal Canada.
2. Berfungsi sampai dengan tanggal 4 April 1947.
3. ICAO resmi terbentuk tanggal 4 April 1947, di Montreal Canada.
4. Menjadi badan dibawah PBB tanggal 13 Mei 1947.
5. Setiap negara anggota PBB (negara yang merdeka dan berdaulat) dapat menjadi anggota
ICAO.
International Civil Aviation Organization (ICAO) adalah badan dibawah Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) yang kegiatannya menyiapkan peraturan penerbangan sipil
internasional, melakukan distribusi dan melakukan pemantauan serta evaluasi terhadap
penerapannya. ICAO lahir dari negara-negara sekutu Amerika, tepatnya pada tanggal 01
November 1944 sampai dengan 07 Desember 1944 (selama lima minggu), 52 (lima puluh
dua) negara-negara sekutu Amerika berkumpul di Chicago :
1. Mengadakan komperensi yang dikenal sebagai Chicago Conference 1944.
2. Membahas masalah-masalah penerbangan sipil yang harus diselesaikan pada akhir masa
perang dunia
B. Identifikasi ICAO
1. Klasifikasi
a) Organisasi Permanen, ICAO merupakan organisasi permanen yaitu organisasi yang
didirikan untuk jangka waktu yang tak terbatas. Sepanjang penerbangan di udara masih di
lakukan oleh Negara-negara maka ICAO ini akan tetap ada sebagai standarisasi penerbangan
sipilnya.
b) Organisasi Publik, ICAO merupakan organisasi public yang didirikan atau anggotanya
adalah pemerintah ( intergoermental ) yang memenuhi syarat-syarat yang sebagai mana
ditentukan diantaranya.
c) Organisasi ICAO ini didirikan berdasarkan Perjanjian Internasional,
d) Organisasi ICAO mempunyai alat perlengkapan (organ) yang disebut Majelis yang
tercantum dalam pasal 43 konvensi Chicago 1944.
e) Hukum yang berlaku untuk ICAO adalah konvensi Chicago sebagai hukum Internasional
untuk Negara-negara anggota ICAO.
Dilihat dari keanggotaannya, ICAO dibagi menjadi beberapa:
a) ICAO termasuk kedalam organisasi internasional yang bersifat Universal yaitu organisasi
yang keanggotaannya terdiri dari Negara-negara tanpa membedakan sistem pemerintahannya
atau sistem ekonominya.
b) ICAO meruapakan organisasi Internasional yang terbentuk karena adanya kepentingan
pokok yaitu adanya kerja sama dalam level internasional dalam bidang perhubungan udara.
c) ICAO adalah organisasi Internasioal yang heterogenitas, karena Negara - negara yang
tergabung di dalam organisasi ini terdiri dari berbagai Negara yang berbeda pandangan
politik, ekonomi, kebudayaan dan tingkat perkembangannya.
2. Landasan Hukum
Yang menjadi dasar organisasi internasional ICAO adalah konvensi Chicago tahun
1944 Sebagai sumber hukum udara International sampai sekarang.Status Konvensi Chicago
1944 diantaranya adalah :
a) Merupakan Konvensi Penerbangan Sipil Internasional yang sangat berpengaruh.
b) Merupakan sumber hukum internasional dibidang penerbangan sipil.
c) Secara moral mengikat setiap negara anggota PBB (negara merdeka dan berdaulat), melalui
instrumen “Ratifikasi” atau “Adhere”(penundukan diri).

3. Amandemen Konvensi
Dasar hukum mengenai amandemen konvensi diatur dalam pasal 94 konvensi
Chicago 1944 yang berbunyi :
a) Setiap amandemen yang diusulkan terhadap Konvensi ini harus disetujui oleh dua pertiga
suara Majelis dan kemudian mulai berlaku sehubungan Negara yang telah meratifikasi
amandemen tersebut apabila disahkan dengan jumlah kontraktor Serikat yang ditetapkan oleh
Majelis. Jumlah sehingga ditentukan tidak boleh kurang dari dua pertiga dari jumlah total
kontrak Serikat.
b) Jika dalam pendapatnya amandemen adalah alam rupa untuk membenarkan kursus ini,
Majelis merekomendasikan adopsi resolusi dapat menetapkan bahwa setiap negara yang
belum meratifikasi dalam jangka waktu tertentu setelah amandemen telah diberlakukan wajib
gencatan kemudian untuk menjadi anggota Organisasi dan pihak pada Konvensi.
Pasal 90 Adopsi dan amendemen Lampiran
a) “Adopsi oleh Dewan Lampiran dimaksud dalam Pasal 54, huruf (l), akan meminta suara
dari dua pertiga dari Dewan pada pertemuan yang disebut untuk tujuan itu dan kemudian
akan disampaikan oleh Dewan untuk setiap kontrak Negara. Setiap Lampiran tersebut atau
perubahan suatu Lampiran wajib menjadi efektif dalam waktu tiga bulan setelah penyerahan
kepada kontraktor Serikat atau pada akhir periode tersebut lebih lama sebagai Dewan
mungkin meresepkan, kecuali sementara itu mayoritas kontraktor Serikat mendaftar mereka
ketidaksetujuan dengan Dewan.”
b) “Dewan akan segera memberitahukan kepada semua kontrak Serikat dari berlakunya setiap
Annex atau amandemen dalamnya.”
Pasal 90 Adopsi dan amendemen Lampiran
a) “adopsi oleh Dewan Lampiran dimaksud dalam Pasal 54, huruf (l), akan meminta suara
dari dua pertiga dari Dewan pada pertemuan yang disebut untuk tujuan itu dan kemudian
akan disampaikan oleh Dewan untuk setiap kontrak Negara. Setiap Lampiran tersebut atau
perubahan suatu Lampiran wajib menjadi efektif dalam waktu tiga bulan setelah penyerahan
kepada kontraktor Serikat atau pada akhir periode tersebut lebih lama sebagai Dewan
mungkin meresepkan, kecuali sementara itu mayoritas kontraktor Serikat mendaftar mereka
ketidaksetujuan dengan Dewan.”
b) “Dewan akan segera memberitahukan kepada semua kontrak Serikat dari berlakunya
setiap Annex atau amandemen dalamnya.”

4. Struktur Organisasi
1. The Assembly (Sidang Umum)
Mengadakan pertemuan 3 Tahun sekali Pertemuan tambahan diadakan sewaktu-
waktu.
2. The Council (Dewan Harian)
(Sebagai Badan tetap dan bertanggung jawab kepada Sidang Umum) Komposisi
anggota terdiri dari 33 Negara Dipilih oleh Sidang Umum untuk waktu 3 Tahun
3. The Air Navigation Commision
Komposisi terdiri dari 15 anggota (atas kesepakatan Dewan Harian)Anggota terdiri
dari nominasi tiap negara anggota. Anggota memiliki kualifikasi dan pengalaman di bidang
penerbangan.

Setiap negara memiliki suatu sistem penerbangan dimana sistem penerbangan ini
guna untuk mempermudah perjalanan jarak jauh hingga terasa dekat. Namun dalam
operasinya setiap bandara membutuhkan manajemen keselamatan yang baik demi menjaga
kenyamanan penumpang. Oleh karena itu, di buatlah organisasi penerbangan yang beguna
untuk membahas segala yang berhubungan dengan penerbangan baik itu tingkat keselamatan,
pengoperasiannya serta hukum dalam penerbangan. Sehingga di buatlah organisasi
internasional yang nantinya sangat berperan dalam mengendalikan serta mengawasi maupun
membahas tentang sistem penerbangan dunia.
Organisasi penerbangan dunia ada 3 organisasi:
1. ICAO (International Civil Aviation Organization)
Sebuah lembaga perserikatan bangsa-bangsa dimana lembaga ini mengembangkan
teknik dan prinsip navigasi udara internasional serta dapat menbantu perkembangan
perencanaan dan pengembangan angkutan udara internasional untuk memastikan
pertumbuhannya lancar dan aman jika di gunakan. Lembaga ini secara resmi mulai berdiri
pada tanggal 4 april 1947.
Kebijakan ICAO ada di dalam 18 Annex dan berbagai dokumen lainnya yang berasal
dari turunan suatu keputusan yang di ambil dalam sidang umum dan sidang council, sidang
ini adalah sidang tentang kebijakan – kebijakan yang berlandaskan tentang kebenaran –
kebenaran ilmiah yang dapat dipertanggung jawabkan. 18 Annex konvensi chicago 1944
berdasrkan standar kelayakan yang di tunjukkan kepada seluruh anggota ICAO untuk
menjamin keselamatan penerbangan internasional,Annex ini juga menjadi landasan-landasan
ICAO untuk membentuk International Standart and Recommended Proctices (ISRPs/SARPs)
delapan belas Annex tersebut adalah:
1. Annex 1 - Personal Licensing merupakan peraturan tentang izin bagi awak pesawat dalam
mengatur lalu lintas udara dan personil pesawat udara.
2. Annex 2 - Rules of The Air merupakan suatu aturan-aturan yang berkaitan dengan
penerbangan secara visual dan penerbangan dengan menggunakan instrument.
3. Annex 3 - Meterological Service for International Air Navigation merupakan sebuah
ketentuan mengenai layanan meteorologikal bagi navigasi internasional dan pemberitahuan
hasil observasi meteorology dari pesawat udara.
4. Annex 4 - Aeronautical Charts merupakan peraturan tentang spesifikasi peta aeronautical
yang digunakan dalam penerbangan internasional.
5. Annex 5 - Units of Measurement to be Used in Air and Ground Operation merupakan
ketentuan mengenai satuan-satuan ukuran yang digunakan dalam penerbangan.
6. Annex 6 - Operation Aircraft merupakan suatu aturan yang mengatur tentang spesifikasi
yang akan menjamin keselamatan dalam penerbangan diseluruh dunia yang berada pada
tingkat keamanan diatas tingkat minimum yang telah ditetapkan.
7. Annex 7 - Aircraft Nationality and Registration Marks merupakan persyaratan-persyaratan
umum untuk membuat pendaftaran dan identifikasi pesawat udara.
8. Annex 8 - Airworthiness of Aircraft merupakan pengaturan tentang standar kelayakan udara
dan pemeriksaan pesawat udara berdasarkan prosedur yang seragam.
9. Annex 9 – Facilitation merupakan suatu ketentuan mengenai standar fasilitas-fasilitas
Bandar udara yang akan menunjang kelancaran dan masuknya pesawat udara, penumpang
dan cargo di Bandar Udara.
10. Annex 10 - Aeranutical Communications merupakan suatu aturan yang mengatur tentang
prosedur standar, sistem, dan peralatan komunikasi.
11. Annex 11 - Air Traffic Service merupakan suatu yang memuat tentang pengadaan dan
pengawasan terhadap lalu lintas udara, informasi penerbangan dan layanan pemberitahuan
serta peringatan mengenai keadaan bahaya.
12. Annex 12 - Search and Rescuce merupakan suatu yang memuat ketentuan tentang
pengorganisiran dan pemberdayaan fasilitas dalam mendukung pencarian pesawat yang
hilang.
13. Annex 13 - Aircraft Accident Investigation merupakan sebuah ketentuan tentang
keseragaman dan pemberitahuan investigasi, dan laporan mengenai kecelakaan pesawat.
14. Annex 14 – Aerodrome merupakan ketentuan tentang spesifikasi dan desain dan kegiatan
dibandar udara.
15. Annex 15 - Aeronautical Information merupakan metode untuk mengumpulkan cara
penyebaran informasi yang dibutuhkan dalam operasional dalam penerbangan.
16. Annex 16 - Enviromental Protectum merupakan suatu yang memuat ketentuan mengenai
sertifikat ramah lingkungan, pengawasan terhadap kebisingan yang ditimbulkan oleh emisi
dari mesin udara.
17. Annex 17 - Enviromental Protectum merupakan ketentuan mengenai perlindungan keamanan
penerbangan sipil internasional dari tindakan melawan hukum.
18. Annex 18 - The Safe Transport of Dangerous Godds by Air merupakan suatu aturan yang
mengatur tentang tanda, cara mengepak, dan pengangkutan cargo yang berbahaya.
Dalam Global Aviation Safety Plan (GASP) target yang ingin dicapai ICAO adalah
mengurangi jumlah kecelakaanfatal diseluruh Negara, mengurangi secara signifikan angka
kecelakaan (accident rates) terutama dikawasan yang angka kecelakaannya tinggi, berupaya
agar pada akhir tahun 2011 tidak ada satu kawasan yang angka kecelakaannya dua kali angka
kecelakaan seluruh dunia. Yang harus dibuat dan ditetapkan Negara dan dilakukan upaya-
upaya pencapaiannya adalah an acceptable level of safety, jumalah kecelakaan yang bias
diterima dalam sekian ribu atau juta kali penerbangan.
Untuk mengetahui kepatuhan Negara terhadap standar-standar yang telah ditetapkan,
ICAO membuat program Universal Safety Oversigh Safety Audit (ASOAP) . Hasil audit
ICAO merupakan dokumen yang sangat kuat (powerfull) untuk memaksa Negara anggota
ICAO mematuhi standar keamanan dan keselamatan penerbangan.Tujuan dari ICAO adalah:
1. Menjamin perkembangan penerbangan sipil internasional yang aman dan teratur di seluruh
dunia
2. Mendorong seni-seni rancangan dan pengoperasian pesawat untuk tujuan- tujuan damai.
3. Mendorong pembangunan usaha penerbangan, bandara, dan fasilitas- fasilitas navigasi
udara bagi penerbangan internasional.
4. Memenuhi kebutuhan masyarakat dunia akan tersedianya transportasi udara yang aman,
teratur, efisien, dan ekonomis.
5. Mencegah pemborosan ekonomi yang disebabkan oleh persaingan tidak sehat.
6. Menghindari diskriminasi antara negara-negara yang ambil bagian.
7. Meningkatkan keamanan penerbangan dalam navigasi udara internasional.
8. Meningkatkan secara umum perkembangan seluruh aspek aeromatika sipil
internasional.
Sebelum membahas tentang keselamatan penerbangan (Safety Aviation) sebaiknya
memahami organisasi yang menciptakan peraturan jaminan keselamatan bagi penerbangan di
dunia, Catatan sejarah adalah ditandatanganinya The Chicago Convention pada tanggal 7
Desember 1944 oleh 52 negara yang dikenal sebagai “the founding members”. Konvensi
inilah yang kemudian mengamanatkan pembentukan sebuah organisasi penerbangan sipil
dunia. Selanjutnya ICAO menetapkan tanggal tersebut sebagai Hari Penerbangan Sipil
Dunia. Organisasi penerbangan dunia yang termasuk di dalam PBB yang di sebut
ICAO adalah badan dibawah PBB yang kegiatannya menyiapkan peraturan penerbangan
sipil internasional, yang melakukan distribusi dan melakukan pemantauan serta evaluasi
terhadap penerapannya. ICAO di buat oleh negara-negara sekutu Amerika, tepatnya pada
tanggal 01 November 1944 sampai dengan 07 Desember 1944, oleh 52 negara-negara sekutu
Amerika berkumpul di Chicago mereka mengadakan konverensi yang dikenal sebagai
“Chicago Conference 1944”. Membahas masalah-masalah penerbangan sipil yang harus di-
selesaikan pada akhir masa perang dunia.
Konvensi Chicago 1944 menjadi cikal bakal lahirnya ICAO pada tahun 1947. Sifat
peraturan hasil Konperensi Chicago adalah (SARPs) Standard And Recommended Practice,
yang artinya ada peraturan yang merupakan keharusan/”mandatory” dan ada peraturan yang
hanya bersifat “recommended”/direkomendasikan. Konvensi Chicago 1944 : Merupakan
Konvensi Penerbangan Sipil Internasional yang sangat berpengaruh, Merupakan sumber
hukum internasional dibidang penerbangan sipil, Secara moral mengikat setiap negara
anggota PBB (negara yang merdeka dan berdaulat), melalui instrumen “Ratifikasi” atau
“Adhere”(penundukan diri). Organisasi yang terdiri dari sidang umum (general assembly),
dewan harian (council), dan badab-badan lain yang dipandang perlu dan bertujuan
untuk membahas 3 konsep sebagai berikut :
1. Konsep internasionalisasi yang disarankan Australia dan Selandia Baru.
2. Konsep Amerika yang bebas untuk semua. Konsep persaingan bebas
atau free enterprise.
3. Konsep intermedier inggris yang menyangkut pengaturan dan pengawasan.
Tujuan konferensi Penerbangan Sipil Internasional tampak dengan jelas
pada pembukaan konvensi Penerbangan Sipil Internasional yang ditandatangani di Chicago
pada tahun 1944. Dalam hal ini dimanfaatkan untuk meningkatkan persahabatan, memelihara
perdamaian dan saling mengerti antar bangsa, saling mengunjungi masyarakat dunia dan
dapat mencegah dua kali perang dunia yang sangat mengerikan, dapat digunakan untuk
kerjasama antar bangsa yang dapat memelihara perdamaian dunia. Oleh karena itu, negara-
negara peserta konferensi sepakat mengatur prinsip-prinsip dasar Penerbangan Sipil
Internasional, menumbuh kembangkan Penerbangan Sipil yang aman, lancar, teratur dan
memberi kesempatan yang sama kepada Negara anggota untuk menyelenggarakan angkutan
Udara Internasional dan mencegah adanya persaingan yang tidak sehat. Pasal 1 konvensi
Chicago mengakui bahwa setiap negara berdaulat mempunyai kedaulatan yang utuh dan
penuh atas ruang diatas wilayahnya.
Kosekuensi prinsip kedaulatan di udara tersebut adalah tidak ada pesawat udara yang
terbang melalui ruang udara nasional Negara anggota tanpa memperoleh izin terlebih dahulu
betapa tinggi atau rendahnya pesawat umelakukan penerbangan
Berdasarkan prinsip kedaulatan diudara tersebut, pesawat udara asing bersama dengan
awak pesawat udara, penumpangnya tetap harus mematuhi hukum dan regulasi nasional
Negara tempat pesawat udara tersebut melakukan penerbangan. Konsekuensi kedaulatan
diudara tersebut tampak dari ketentuan-ketentuan mengenai cabotace yaitu pengawasan
pesawat udara tanpa awak pesawat udara, kewenangan menetapkan daerah terlarang
(prohibited area), penetapan Bandar udara (airport) yang boleh didarati oleh penerbangan
internasional, izin masuk Negara anggota-anggota, pencarian dan pertolongan serta
pendaratan dan tinggal landas, bantuan dalam hal pesawat udara menghadapi bahaya dan
terakhir investigasi menghadapi bahaya serta investigasi kecelakaan pesawat udara.
Adapum bahasa yang dipergunakan ICAO dalam penerbitan dan penyebaran regulasi
di bidang penerbangan sipil adalah (Inggris, Perancis, Spanyol, Arab, China dan
Rusia). Sebagai penerapan peraturan internasional, peraturan yang dibuat oleh negara
anggota minimum standard dengan ICAO, sedangkan untuk alasan / pertimbangan keamanan
dan keselamatan, negara anggota dapat membuat peraturan nasional relatif lebih
ketat. Peraturan produk negara anggota dan penerapannya, dilaporkan/di informasikan
kepada ICAO. Peraturan produk ICAO bersifat universal. Keanggotaan ICAO terbuka bagi
Negara-negara yang berdaulat.

Keselamatan Penerbangan adalah suatu keadaan terpenuhinya


persyaratan keselamatan dan pemanfaatan wilayah udara, pesawat udara, Bandar
udara, angkutan udara, navigasi penerbangan, serta fasilitas penunjang dan fasilitas umum
lainnya. Keamanan dan keselamatan dalam sebuah penerbangan sipil sangatlah penting
dan tergantung pula pada keamanan dari bandar udara yang memberangkatkan pesawat
tersebut. Mengingat banyaknya ancaman dari tindakan gangguan melawan hukum baik saat
pesawat di darat maupun di udara. aturan aturan di berbagai Undang Undang mulai dari UU
No2 thn 1976, UU No 1 thn 2009 yg merupakan revisi dari UU No.15 thn 1992 mengatur
tentang penerbangan sipil di dalam negeri, mulai dari standar keamanan dan keselamatan
sebuah pesawat terbang, standar keamanan dan keselamatan sebuah bandar udara sipil, serta
tentang tata cara pemeriksaan keamanan di dalam sebuah bandar udara sipil.

Gabungan sumber daya manusia dan materil yang digunakan untuk melindungi
penerbangan sipil dari tindakan gangguan melawan hukum. Suatu keadaan yang memberikan
perlindungan kepada penerbangan dari tindakan melawan hukum melalui keterpaduan
pemanfaatan sumber daya manusia fasilitas dan prosedur. Keselamatan merupakan prioritas
utama dalam dunia penerbangan, tidak ada kompromi dan Keselamatan dalam sebuah
penerbangan sipil sangatlah tergantung pula pada keamanan dari Bandar udara yang
memberangkatkan pesawat tersebut. Mengingat banyaknya ancaman dari tindakan gangguan
melawan hukum baik saat pesawat di darat maupun di udara. ICAO mengeluarkan beberapa
aturan untuk menjaga keamanan serta keselamatan sebuah penerbangan juga bandar udara
sipil dari tindakan melawan hukum.
Dalam hal ini hanya ada dua kategori dalam standar keselamatan penerbangan global,
yaitu kategori 1 pass ( lulus ), dan kategori 2 failure ( tidak lulus ). Bila regulator atau otoritas
penerbangan suatu negara tidak kompeten, maka seluruh maskapai penerbangan di negara itu
pun praktis tidak terjamin keamanannya. Akan tetapi sebaliknya, jika regulator negara itu
lulus atau masuk kategori 1, tapi ditemukan adanya pelanggaran berat pada salah satu atau
beberapa airlines di negara tersebut, maka yang terkena sanksi hanya maskapai yang
melanggar.
Langkah konkrit sesuai dengan ketentuan ICAO bahwa badan ini secara resmi mulai
berdiri pada tanggal 4 April 1947, sebagai kelanjutan dari PICAO (Provisional International
Civil Aviation Organization), yang mulai berfungsi setelah konvensi Chicago 1944, Maksud
dan tujuan dari ICAO adalah untuk mengembangkan prinsip-prinsip dan tehnik-tehnik
navigasi udara internasional dan membina perencanaan dan perkembangan angkutan udara
internasional.
Keselamatan Penerbangan adalah suatu keadaan terpenuhinya persyaratan
keselamatan dalam pemanfaatan wilayah udara, pesawat udara, bandar udara,angkutan
udara, navigasi penerbangan, serta fasilitas penunjang dan fasilitas umum lainnya . Pada
penerbangan baik militer maupun sipil, keselamatan penerbangan diselenggarakan
oleh pemerintah.
1. Tujuan serta sasaran yang hendak dicapai oleh ICAO dalam pasal 44 dari konfensi
Chicago adalah sebagai berikut : Menjamin pertumbuhan yang teratur dan aman bagi
penerbangan sipil internasional diseluruh dunia.
a) Mencegah pemborosan ekonomis yang disebabkan oleh persaingan yang tidak sehat .
b) Mencegah adanya diskriminasi diantara negara-negara anggota
c) Mendorong agar perekayasaan pembuatan pesawat terbang serta pengoperasiannya
dimaksudkan untuk tujuan damai.
d) Mendorong dibangunnya fasilitas bantuan navigasi udara secara internasional bagi
keselematan penerbangan.
e) Mendorong pembangunan dan pengembangan jalur-jalur penerbangan, bandara, dan
fasilitas nya navigasi udara bagi penggunaan penerbangan sipil internasional.
f) Secara umum mendorong pembangunan dan pengembangan semua aspek dari penerbangan
sipil internasional.
Pada penerbangan baik militer maupun sipil, keselamatan penerbangan
diselenggarakan oleh pemerintah.Industri penerbangan adalah industri global. Keselamatan
merupakan prioritas utama di dunia penerbangan. Kiblat industri yang syarat teknologi tinggi
ini adalah ke Barat (AS dan Eropa Barat), tempat pesawat terbang dilahirkan dan dibesarkan
selama lebih dari 100 tahun ini.
Badan Penerbangan Federal AS, FAA, yang memandu industri penerbangan AS, menjadi
acuan bagi otoritas penerbangan sipil pada semua negara di dunia. Tugas dan tanggung jawab
yang diberikan Kongres AS kepada FAA pada saat diresmikannya tahun 1958 ini
menjelaskan mengenai apa itu keselamatan penerbangan dan apa tugas dan tanggung jawab
regulator atau otoritas penerbangan suatu negara. Kongres AS menugaskan FAA untuk
memastikan derajat keselamatan yang paling tinggi dalam penerbangan (to assure the highest
degree of safety in flight). FAA bertanggung jawab memberikan nasihat, bimbingan, dan
pengawasan (advice, guidance, oversight) dalam bidang keselamatan kepada industri
penerbangan AS.

Ada dua unsur yang memberikan kontribusi pada keselamatan penerbangan.


a) Unsur Pertama, pesawat terbangnya sendiri, bagaimana pesawat itu didesain, dibuat, dan
dirawat. Kedua, sistem penerbangan negara, airport, jalur lalu lintas udara, dan air traffic
controls. Ketiga, airlines flight operations yang berkaitan dengan pengendalian dan
pengoperasian pesawat di airlines. Dengan demikian tanggung jawab regulator penerbangan
suatu negara adalah memastikan keselamatan penerbangan pada tingkat yang tertinggi pada
ketiga unsur tersebut. Itulah sebabnya ketika terjadi kecelakaan beruntun awal 2007 lalu,
FAA menjatuhkan penilaiannya kepada regulator atau otoritas penerbangan Indonesia, bukan
kepada maskapai penerbangannya.
Kategori dua Penilaian ini diberikan oleh FAA pada 16 April 2007, satu bulan setelah
kecelakaan pesawat Boeing 737-400 Garuda di Yogyakarta. FAA menurunkan peringkat
kompetensi regulator penerbangan sipil Indonesia ke kategori dua, yaitu a failure atau tidak
lulus karena tidak memenuhi standard ICAO. Dengan kata lain tidak bisa menjamin
keselamatan penerbangannya.

Penyelenggaraan transportasi udara tidak dapat dilepaskan dari pertumbuhan ekonomi


masyarakat pengguna jasa transportasi udara yang dilayani dan juga kecenderungan
perkembangan ekonomi global. Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang semakin
membaik, peran Pemerintah yang semula sebagai penyedia jasa dan pelaku kegiatan
ekonomi, akan berubah peran menjadi sebagai regulator. Sebagai regulator, Pemerintah hanya
bertugas menerbitkan berbagai aturan, melaksanakan sertifikasi dan pengawasan guna
menjamin terselenggaranya transportasi udara yang memenuhi standar keselamatan
penerbangan. Pemerintah telah mempunyai Program Nasional Keamanan Penerbangan Sipil
(National Civil Aviation Security Programme) yang bertujuan untuk keamanan dan
keselamatan penerbangan, keteraturan dan keberlanjutan penerbangan sipil di Indonesia
dengan memberikan perlindungan terhadap penumpang, awak pesawat udara, pesawat udara,
para petugas di darat dan masyarakat, dan instalasi di kawasan bandar udara dari tindakan
melawan hukum.
Terkait dengan keamanan dan keselamatan penerbangan di Indonesia, Pemerintah telah
menetapkan peraturan perundang-undangan antara lain: a) Undang-Undang Nomor 15 Tahun
1992 tentang Penerbangan; b) PP Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan
Penerbangan; c) Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 18 Tahun 2002 tentang Civil
Aviation Safety Regulation (CASR) part 135; d) Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 2
Tahun 2002 tentang Civil Aviation Safety Regulation (CASR) Peraturan Menteri
Perhubungan lainnya yang berkaitan dengan keselamatan dan keamanan penerbangan; f)
Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara yang berkaitan dengan keselamatan dan
keamanan penerbangan. Sebagai langkah konkrit ke depan sesuai dengan ketentuan ICAO
yang baru, Pemerintah telah memberlakukan Sistem Manajemen Keselamatan (Safety
Management System/ SMS) di bidang penerbangan. Sistem Manajemen Keselamatan (SMS)
adalah suatu sistem monitoring yang berupa tim atau organisasi di dalam suatu perusahaan
penerbangan yang memiliki tugas dan tanggung jawab yang memonitor kinerja keselamatan
dari perawatan dan pengoperasian serta memprediksi suatu bahaya, menganalisa resiko dan
melakukan tindakan pengurangan resiko tersebut dengan membahas perihal keselamatan
secara berkala yang dipimpin oleh Presiden Direktur Perusahaan Penerbangan sebagai
pemegang komitmen safety. Pemerintah melakukan revisi Peraturan Pemerintah dan
Peraturan Keselamatan Penerbangan/CASR untuk memasukkan persyaratan Sistem
Manajemen Keselamatan berupa tanggung jawab keselamatan oleh
Presiden Direktur, sistem mengidentifikasi bahaya, menganalisa resiko dan
tindaklanjut mengurangi resiko, kewajiban melakukan evaluasi keselamatan secara berkala,
indikator keselamatan, internal evaluasi, emergency response plan yang dituangkan dalam
safety manual airline.
C.Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keselamatan dan keamanan
Dalam dunia penerbangan, terdapat tiga hal yang saling berkaitan, yaitu keamanan,
keselamatan dan kecelakaan atau bencana penerbangan. Menurunnya tingkat keamanan dan
keselamatan ini dapat mengakibatkan terjadinya bencana penerbangan, sehingga keamanan
dan keselamatan penerbangan saling terkait dan sulit untuk dipisahkan, untuk itu pengunaan
rumusan penggenai keselamatan penerbangan relatif sering diikuti dengan “keamanan” juga.
Sementara itu menurut E. Suherman, ada berbagai faktor yang yang akhirnya berkombinasi
menentukan ada atau tidaknya keselamatan penerbangan, yaitu: pesawat udara, personel,
prasarana penerbangan, operasi penerbangan dan badan-badan pengatur.
Mengenai pesawat udara terdapat hal-hal yang paling relevan dengan keselamatan
yaitu: desain dan konstruksi yang memenuhi aspek crashworthiness yang merupakan sifat-
sifat pesawat yang sedemikian rupa sehingga saat terjadi kecelakaan yang seharusnya
survivable tidak didapati penumpang yang terluka parah, selanjutnya adalah kelaikudaraan
yang berkenaan pada saat pengoperasian pesawat, dan yang ketiga adalah perawatan pesawat.
Kemudian berkenaan dengan personel atau awak pesawat, adanya pendidikan dan latihan,
lisensi, kesehatan serta batas waktu terbang, menjadi upaya yang penting sebagai antisipasi
dan optimalisasi kesiapan terbang.
Prasarana berupa bandar udara dengan segala alat bantu, dari mulai navigasi yang
menggunakan alat mutakhir hingga ruang tunggu yang nyaman bagi calon penumpang.
Kriteria alat dan fasilitas dari bandar udara akan menentukan klasifikasi baik buruknya atas
badar udara. Selain bandar udara juga ada prasarana lainnya adalah rambu-rambu lalu-lintas
udara dan alat bantu navigasi di luar pelabuhan udara yang perlu diperhatikan perawatanya.
Selain itu prasarana juga sangat berhubungan dengan keamanan, upaya-upaya pencegahan
tindak pidana hendaknya dilakukan melalui sistem penjagaan yang ketat di bandar udara. ·
Selain faktor tersebut, masih ada faktor lingkungan atau alam. Seperti cuaca yang tidak
menentu sebagai akibat perubahan iklim juga merupakan faktor yang kuat dalam terjadinya
kecelakaan penerbangan. Prof. Oetarjo Diran menyebutkan: “the aviation system is a typical
complex an interactive socio-technical-environmental system”. K. Martono juga
menambahkan bahwa kecelakaan terdiri dari berbagai faktor yaitu manusia (man), pesawat
udara (machine), lingkungan (environment) penggunaan pesawat udara (mission), dan
pengelolaan (management).

http://www.ilmuterbang.com/artikel-mainmenu-29/peraturan-penerbangan-mainmenu-81/19-
peraturan-penerbangan-umum/754-apa-artinya-icao

https://id.wikipedia.org/wiki/Otoritas_penerbangan_sipil

https://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi_Penerbangan_Sipil_Internasional

Anda mungkin juga menyukai