1
survei pengukuran dan pemetaan yang baik tentunya akan menjamin kepastian hukum dari
produk hukum yang dihasilkan.
Standar baku pelayanan survei pengukuran dan pemetaan diatur dalam PP 24/1997
dan PMNA 3/1998. Jenis dan tarif pelayanan yang diselenggarakan BPN-RI ditetapkan dalam
PP 13/2010.
2
Analisis Ancaman / Threat
1. Era transparansi dan demokrasi menjadikan kontrol masyarakat sangat mudah dan kritis.
Masyarakat dapat dengan mudah memantau dan menuntut apabila dirasa pelayanan
kurang memuaskan.
2. Mendekati tahun 2014 adalah tahun politis dimana sering dialami beban kerja di luar
kewajaran karena mengejar target prestasi.
3
Matrik SWOT
Strength Weakness
Internal 1. Organisasi pemerintah memiliki basis 1. Sistem pendaftaran menganut sistem
yang kuat, baik dari aspek Torrens, dimana hanya bidang tanah
kelembagaan maupun dari aspek legal yang dimohonkan oleh pemilik saja
formal. yang didaftar dan tentunya sebanding
2. Memiliki sumberdaya keuangan dan dengan yang dipetakan. Sehingga
perangkat yang memadai. bidang tanah yang telah dipetakan
3. Penggunaan teknologi informasi telah masih jauh dari jumlah keseluruhan
cukup lama (LOC dimplementasikan bidang tanah.
sekitar tahun 1996) diaplikasikan dalam 2. Budaya birokrasi yang kurang handal,
pelayanan pertanahan di level kantor sebagaimana juga dialami umumnya
pertanahan. oleh lembaga pemerintah lainnya.
4. Pemahaman dan pengalaman kerja 3. Penguasaan dan implementasi
pengukuran dan pemetaan telah teknologi kurang merata.
mengakar karena sejak tahun 1960 4. Daya dukung infrastruktur yang kurang
(dengan nama lembaga yang berganti- merata.
ganti) merupakan pelaksana tugas-
Eksternal tugas pengukuran dan pemetaan skala
besar.
4
KESIMPULAN
Berdasar matrik SWOT di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Mengoptimalkan operasional yang selama ini sudah berjalan baik.
2. Meningkatkan efektifitas teknologi yang tepat guna dan efisiensi anggaran.
3. Memanfaatkan teknologi informasi yang terbaru dalam rangka percepatan pemetaan
bidang tanah seluruh wilayah Indonesia.
4. Memberdayakan peran masyarakat dalam pemetaan bidang tanah seluruh Indonesia.
5. Mengoptimalkan penggunaan anggaran untuk pemerataan penguasaan ilmu dan
teknologi melalui kursus-kursus atau diklat fungsional.
6. Memanfaatkan teknologi informasi untuk meraih kepercayaan masyarakat sekaligus
memuaskan pembuat kebijakan.
7. Membangun pola karier yang jelas dan berimbang antara hak dan kewajiban untuk
meningkatkan etos kerja.
8. Mengupayakan pendekatan politis untuk meningkatkan daya dukung perangkat keras
dan infrastruktur.