Anda di halaman 1dari 5

Analisis SWOT

Pelayanan Survei Pengukuran dan Pemetaan


Sebagai Pendukung Kegiatan Pendaftaran Tanah di Indonesia
Oleh : Fahmi CMD Widodo

Pendaftaran Tanah di Indonesia


Kegiatan pendaftaran tanah merupakan salah satu amanat UUPA untuk menjamin
kepastian hukum dan menciptakan kesejahteraan rakyat. Indonesia menganut sistem
pendaftaran tanah model Torrens (seorang administrator pelabuhan yang mengembangkan
sistem pendaftaran kapal-kapal di pelabuhan). Sistem Torrens adalah sistem pendaftaran
tanah pasif, artinya apabila seseorang memiliki sebidang tanah maka dia harus
mendaftarkan tanahnya agar dilekati namanya di atas bidang tanah tersebut.
Organisasi pelaksana pendaftaran tanah di Indonesia adalah Badan Pertanahan
Nasional Republik Indonesia (PP 10/2006). Salah satu tujuan pendaftaran tanah adalah
untuk menghimpun dan menyediakan informasi yang lengkap mengenai bidang-bidang
tanah sehingga tercipta suatu keadaan yang menjamin kepastian hukum bagi pemegang
hak. Kepastian hukum dimaksud bermakna informasi yang tercantum dalam sertipikat harus
diterima sebagai data yang benar, sepanjang informasi dalam sertipikat tersebut belum
dibuktikan sebaliknya oleh pihak lain dalam kurun waktu 5 tahun sejak sertipikat tersebut
dikeluarkan (PP 24/1997 – pasal 32 ayat 1).
Dengan dilaksanakannya pendaftaran tanah maka diharapkan terbangun suatu pusat
informasi mengenai bidang-bidang tanah yang mencakup informasi fisik (aspek spasial) dan
informasi yuridis (aspek subyek hak dan legalitas) sehingga dapat dimanfaatkan oleh pihak-
pihak yang berkepentingan. Terbangunnya pusat informasi bidang tanah merupakan salah
satu indikasi terwujudnya tertib administrasi bidang pertanahan.

Pelayanan Survei Pengukuran dan Pemetaan


Sebagai pendukung terciptanya pendaftaran tanah yang baik, maka perlu
diselenggarakan akuisisi data fisik (spasial). Kegiatan akuisisi data fisik dalam ranah BPN-RI
tercakup dalam kegiatan survei pengukuran dan pemetaan. Pendaftaran tanah yang baik
salah satunya tercermin dalam kemampuannya menjamin kepastian hukum. Pelaksanaan

1
survei pengukuran dan pemetaan yang baik tentunya akan menjamin kepastian hukum dari
produk hukum yang dihasilkan.
Standar baku pelayanan survei pengukuran dan pemetaan diatur dalam PP 24/1997
dan PMNA 3/1998. Jenis dan tarif pelayanan yang diselenggarakan BPN-RI ditetapkan dalam
PP 13/2010.

Analisis Kekuatan / Strength


1. Organisasi pemerintah memiliki basis yang kuat, baik dari aspek kelembagaan maupun
dari aspek legal formal.
2. Memiliki sumberdaya keuangan dan perangkat yang memadai.
3. Penggunaan teknologi informasi telah cukup lama (LOC dimplementasikan sekitar tahun
1996) diaplikasikan dalam pelayanan pertanahan di level kantor pertanahan.
4. Pemahaman dan pengalaman kerja pengukuran dan pemetaan telah mengakar karena
sejak tahun 1960 (dengan nama lembaga yang berganti-ganti) merupakan pelaksana
tugas-tugas pengukuran dan pemetaan skala besar.

Analisis Kelemahan / Weakness


1. Sistem pendaftaran menganut sistem Torrens, dimana hanya bidang tanah yang dimohonkan
oleh pemilik saja yang didaftar dan tentunya sebanding dengan yang dipetakan. Sehingga bidang
tanah yang telah dipetakan masih jauh dari jumlah keseluruhan bidang tanah.
2. Budaya birokrasi yang kurang handal, sebagaimana juga dialami umumnya oleh lembaga
pemerintah lainnya.
3. Penguasaan dan implementasi teknologi kurang merata.
4. Daya dukung infrastruktur yang kurang merata.

Analisis Peluang / Opportunity


1. Merupakan lembaga pemerintah yang melaksanakan fungsi dan tugas pokok pemetaan skala
besar, sehingga dukungan pemerintah sangat memadai.
2. Harapan masyarakat yang besar terhadap BPN RI untuk terselenggaranya pelayanan bidang
pertanahan yang handal dan dapat dipercaya.
3. Teknologi pengukuran dan pemetaan saat ini cukup memadai untuk program pemetaan
menyeluruh wilayah Indonesia.

2
Analisis Ancaman / Threat
1. Era transparansi dan demokrasi menjadikan kontrol masyarakat sangat mudah dan kritis.
Masyarakat dapat dengan mudah memantau dan menuntut apabila dirasa pelayanan
kurang memuaskan.
2. Mendekati tahun 2014 adalah tahun politis dimana sering dialami beban kerja di luar
kewajaran karena mengejar target prestasi.

Matrik SWOT .......

3
Matrik SWOT
Strength Weakness
Internal 1. Organisasi pemerintah memiliki basis 1. Sistem pendaftaran menganut sistem
yang kuat, baik dari aspek Torrens, dimana hanya bidang tanah
kelembagaan maupun dari aspek legal yang dimohonkan oleh pemilik saja
formal. yang didaftar dan tentunya sebanding
2. Memiliki sumberdaya keuangan dan dengan yang dipetakan. Sehingga
perangkat yang memadai. bidang tanah yang telah dipetakan
3. Penggunaan teknologi informasi telah masih jauh dari jumlah keseluruhan
cukup lama (LOC dimplementasikan bidang tanah.
sekitar tahun 1996) diaplikasikan dalam 2. Budaya birokrasi yang kurang handal,
pelayanan pertanahan di level kantor sebagaimana juga dialami umumnya
pertanahan. oleh lembaga pemerintah lainnya.
4. Pemahaman dan pengalaman kerja 3. Penguasaan dan implementasi
pengukuran dan pemetaan telah teknologi kurang merata.
mengakar karena sejak tahun 1960 4. Daya dukung infrastruktur yang kurang
(dengan nama lembaga yang berganti- merata.
ganti) merupakan pelaksana tugas-
Eksternal tugas pengukuran dan pemetaan skala
besar.

Opportunity S-O W-O


1. Merupakan lembaga pemerintah yang 1. Mengoptimalkan operasional yang 1. Memanfaatkan teknologi informasi
melaksanakan fungsi dan tugas pokok selama ini sudah berjalan baik. yang terbaru dalam rangka
pemetaan skala besar, sehingga 2. Meningkatkan efektifitas teknologi percepatan pemetaan bidang tanah
dukungan pemerintah sangat yang tepat guna dan efisiensi seluruh wilayah Indonesia.
memadai. anggaran. 2. Memberdayakan peran masyarakat
2. Harapan masyarakat yang besar dalam pemetaan bidang tanah
terhadap BPN RI untuk seluruh Indonesia.
terselenggaranya pelayanan bidang 3. Mengoptimalkan penggunaan
pertanahan yang handal dan dapat anggaran untuk pemerataan
dipercaya. penguasaan ilmu dan teknologi.
3. Teknologi pengukuran dan pemetaan
saat ini cukup memadai untuk program
pemetaan menyeluruh wilayah
Indonesia.

Threat S-T W-T


1. Era transparansi dan demokrasi 1. Memanfaatkan teknologi informasi 1. Membangun pola karier yang jelas
menjadikan kontrol masyarakat sangat untuk meraih kepercayaan masyarakat dan berimbang antara hak dan
mudah dan kritis. Masyarakat dapat sekaligus memuaskan pembuat kewajiban untuk meningkatkan etos
dengan mudah memantau dan kebijakan. kerja.
menuntut apabila dirasa pelayanan 2. Mengupayakan pendekatan politis
kurang memuaskan. untuk meningkatkan daya dukung
2. Mendekati tahun 2014 adalah tahun perangkat keras dan infrastruktur.
politis dimana sering dialami beban
kerja di luar kewajaran karena
mengejar target prestasi untuk
keperluan politis.

4
KESIMPULAN
Berdasar matrik SWOT di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Mengoptimalkan operasional yang selama ini sudah berjalan baik.
2. Meningkatkan efektifitas teknologi yang tepat guna dan efisiensi anggaran.
3. Memanfaatkan teknologi informasi yang terbaru dalam rangka percepatan pemetaan
bidang tanah seluruh wilayah Indonesia.
4. Memberdayakan peran masyarakat dalam pemetaan bidang tanah seluruh Indonesia.
5. Mengoptimalkan penggunaan anggaran untuk pemerataan penguasaan ilmu dan
teknologi melalui kursus-kursus atau diklat fungsional.
6. Memanfaatkan teknologi informasi untuk meraih kepercayaan masyarakat sekaligus
memuaskan pembuat kebijakan.
7. Membangun pola karier yang jelas dan berimbang antara hak dan kewajiban untuk
meningkatkan etos kerja.
8. Mengupayakan pendekatan politis untuk meningkatkan daya dukung perangkat keras
dan infrastruktur.

Anda mungkin juga menyukai