Disusun oleh
Jihan Pitri Andinita - SEMESTER V-B
P27833217048
TAHUN AKADEMIK 2019 / 2020
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLTEKKES KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PRODI D - III KESLING KAMPUS MAGETAN
Jl. Tripandita No. 6 Telp : (0351) 895315 Fax : (0351) 891310
E-mail : prodi-kesling-mdn@yahoo.com
MAGETAN
2019
1
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
DAFTAR ISI ii
BAB. I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
DAFTAR PUSTAKA
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
3
dan biologi. Perkiraan jumlah limbah cair = 100 kg kedelai bahan baku akan
B. Permasalahan
Wilayah Kabupaten Kediri terdapat kurang lebih 100 produsen tahu,
dimana yang telah melakukan pengelolaan limbah sekitar 35% saja,
sedangkan sisanya membuang limbah hasil produksi ke saluran umum.
Hal ini disebabkan karena terbatasnya pengetahuan dan kesadaran akan
pentingnya pengelolaan limbah industri.
C. Rumusan Masalah
Apakah EM-4 efektif untuk pembuatan pupuk cair organic dari limbah
cair tahu ?
D. Tujuan
1. Tujuan Umum
4
Dapat mengolah limbah cair tahu menjadi pupuk cair organic
2. Tujuan khusus
a. Membuat pupuk cair dari limbah cair tahu
b. Menganalisis hasil produk pupuk organic
E. Manfaat
1. Menghasilkan teknologi tepat guna yang mudah dan dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat
2. Dapat mengolah kembali limbah cair tahu yang terbuang sia sia
menjadi pupuk yang bermanfaat
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
Limbah cair akan mengakibatkan bau busuk dan bila dibuang disungai
akan menyebabkan tercemarnya sungai tersebut. Limbah cair sisa air tahu yang
tidak menggumpal, potongan tahu yang hancur pada saat proses karena kurang
sempurnanya proses penggumpalan. Limbah cair yang dihasilkan mengandung
padatan tersuspensi maupun terlarut, akan mengalami perubahan fisika, kimia
dan biologi. Perkiraan jumlah limbah cair = 100 kg kedelai bahan baku akan
Pupuk organik merupakan pupuk yang dibuat dari sisa panen, serbuk
gergaji, kotoran hewan, limbah rumah tangga, dan limbah industri. Komposisi
hara dalam pupuk
organik sangat tergantung dari sumbernya. Menurut sumbernya, pupuk organik
dapat diidentifikasi berasal dari pertanian dan non pertanian. Dari pertanian,
dapat berupa sisa panen dan kotoran ternak. Sedangkan dari non pertanian, dapat
berasal dari sampah organik kota, limbah industri, dan sebagainya.
(Suriyadikarta, 2005)
Pupuk organik merupakan pupuk yang berasal dari sisa tanaman, hewan,
atau manusia, seperti pupuk kandang, pupuk hijau, dan kompos yang berbentuk
cair maupun padat. Pupuk organik bersifat bulky dengan kandungan hara makro
dan mikro rendah sehingga diperlukan dalam jumlah banyak. Keuntungan utama
menggunkan pupuk organik adalah dapat dapat memperbaiki kesuburan
7
kimia, fisik, dan biologis tanah, selain sebagai sumber hara bagi tanamn.
(Suriyadikarta, 2005)
Saat ini, pembuatan pupuk organik hanya dilakukan dalam skala industri
karena minimnya tenaga kerja di pedesaan. Hanya sedikit petani yang dapat
memproduksi kompos untuk memenuhi kebutuhannya. Sebagian petani membeli
kompos dari pabrik lokal maupun kompos impor. Pemakaian pupuk organik
semakin meningkat dari tahun ke tahun, sehingga diperlukan regulasi atau
peraturan mengenai persyaratan yang harus dipenuhi oleh pupuk organik agar
memberikan manfaat maksimal bagi pertumbuhan tanaman dan di sisi lain tetap
menjaga kelestarian lingkungan. (Suriyadikarta, 2005)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan pupuk organik
adalah sebagai berikut :
a. kandungan air
Bila dibandingkan dengan pupuk anorganik, kadar air dalam pupuk
organik sangat tinggi. Oleh karena itu, diperlukan proses pengeringan
hingga mencapai kadar air 30– 35%.
b. bentuk pupuk
Bentuk pupuk kompos berkaitan dengan cara aplikasinya. Kompos
berbentuk tepung akan sulit diaplikasikan karena mudah hilang
menjadi debu. Banyak petani di Taiwan tertarik pada bentuk granular,
sedangkan peneliti di Jepang mengembangkan formula baru dalam
bentuk pellet untuk mempermudah penanganannya.
c. kematangan kompos
Ada beberapa indikator kematangan kompos, antara lain rasio C/N,
pH, KTK, warna, suhu, dan aroma kompos. Selama proses
pengomposan, bahan organik mentah mengalami proses perombakan
oleh mikroorganisme berupa fungi dan bakteri. Suhu dalam tumpukan
kompos (hip) akan meningkat sejalan dengan aktibitas dekomposisi,
demikian pula kadar total karbon akan menurun, sementara kandungan
nitrogen meningkat. Pada akhir proses pengomposan dimana telah
terbentuk kompos yang matang, suhu akan menurun, dan rasio C/N
menurun. Pemakaian kompos yang kurang matang akan merugikan
8
pertumbuhan tanaman karena pengaruh panas yang tinggi serta adanya
senyawa yang bersifat fitotoksik.
9
(volatile fatty acid) yang terbentuk bila kotoran ternak disimpan
dalam kondisi anaerob. Aerasi yang baik serta pembalikan kompos
secara teratur merupakan tindakan yang sangat penting. Kotoran ternak
banyak mengandung bahan aditif yang berasal dari pakan ternak,
terutaman jenis unggas. (Suriyadikarta, 2010)
10
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan jenis penelitian eksperimental
laboratoris. Tahapan dari penelitian ini meliputi mencari sumber materi mengenai
proses fermentasi limbah cair tahu, mencari penelitan sejenis, menentukan variabel,
persiapan percobaan, melakukan percobaan, analisa parameter N, P, K, data yang
diperoleh dibuat tabel dan grafik hasil analisa, dan membuat kesimpulan. Bahan
fermentasi adalah limbah cair tahu yang diambil dari pabrik tahu yang beralamatkan
Dusun Klagen, Desa Tropodo, Kecamatan Krian, Kabupaten Sidoarjo. Starter untuk
fermentasi limbah cair tahu yang digunakan dalam penelitian ini adalah filtrat
campuran kulit pisang dan kubis. Dan menggunakan komposer EM4 (Effective
Microorganism 4). Proses pembuatan starter kulit pisang dan kubis ada di prosedur.
Volume limbah tahu yang digunakan untuk setiap percobaan adalah 500 ml dan
filtrat kulit pisang dan kubis adalah 100 ml . Fermentasi akan dilakukan secara
anaerob. Pemeriksaan pupuk organik cair yang dilakukan adalah : kadar Nitrogen
(N), Diphosphorus Pentaoksida (P2O5), Kalium Dioksida (K2O) yang akan kami
lakukan di laboratorium PT Sucofindo Surabaya.
B. Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan adalah jerican plastik 1 L, selang infus, neraca analitik,
gelas ukur, saringan, blender dan baskom.
Bahan yang digunakan adalah limbah cair tahu, kulit pisang, kubis, EM4 dan
Air.
C. Variabel Percobaan
Lama Fermentasi : 4 jam, 5 hari, 10 hari dan 15 hari
Variasi Penambahan EM4 dalam starter kulit pisang dan kubis :
D. Prosedur Penelitian
Persiapan Starter
11
o Menyiapkan limbah kulit pisang dan kubis masing – masing 500
gram dirajang, 10 gram gula merah dan air secukupnya. Blender
sampai dengan halus dan saring untuk diambil filtratnya, ukur
menggunakan gelas ukur filtrat yang sudah didapatkan dan ditambah
dengan air hingga volume 500 ml. Kemudian dicampurkan dengan
EM4 sesuai dengan variabel percobaan diatas.
Percobaan Fermentasi
o 500 ml limbah cair tahu ditambah dengan campuran EM4 dan starter
dengan perbandingan 10 ml EM4 dan 100 ml starter, dimasukkan
jerican plastik yang tersambung dengan selang infus dan ditutup
rapat. Setelah 4 jam, diambil sampel sebanyak 20 ml melalui selang
infus untuk melakukan analisa N, P, K. kemudian diamkan kembali
hingga hari ke 5, 10 dan 15. Dengan cara yang sama seperti diatas
dilakukan untuk variabel perbandingan EM4 dan starter yang lain :
20 ml/100 ml; 30 ml/100 ml; 40 ml/100 ml dan 50 ml/100 ml.
Pemeriksaan Kadar K2O
o Mengacu pada AOAC 20th Ed., 2016, Method 965.09
Pemeriksaan Kadar P2O5
o Mengacu pada AOAC 20th Ed., 2016, Method 957.02 & 958.01
Pemeriksaan Kadar Nitrogen
o Mengacu pada AOAC 20th Ed., 2016, Method 978.02
Skema Percobaan
12
Gambar 1. a) Persiapan Starter, b)Skema Percobaan.
Sampel pada penelitian ini adalah limbah cair tahu yang belum difermentasikan
diambil pada proses pengolahan tahu yang menghasilkan limbah cair mulai dari
pencucian, perendaman, penggilingan, perebusan kedelai, penyaringan,
penggumpalan, sebelum di buang ke sungai, dan sudah difermentasikan yaitu
diambil pada hari ke-10 dan hari ke-14. Data hasil penelitian dari hasil uji
laboratorium dianalisis menggunakan metode deskriptif dengan tabel, grafik dan
narasi yang menggambarkan secara menyeluruh sebelum dan sesudah limbah cair
tahu diolah menjadi pupuk organik cair.
Penelitian tahap kedua diawali dengan tahap penyemaian, menyiapkan media
berupa pasir sungai kering dan arang sekam dengan perbandingan 1:1 lalu diaduk
sampai rata. Benih yang sudah siap, ditebarkan diatas permukaan media yang telah
tercampur secara merata, kemudian ditutup dengan media semai tipis-tipis (3-5
mm). Setelah itu, diberikan nutrisi hasil fermentasi limbah cair tahu menggunakan
EM4 secukupnya dengan cara disemprotkan pada media semai. Setelah selesai,
permukaan media semai ditutup dengan kertas tissue yang telah dibasahi dengan
air. Penyiraman setiap pagi dan sore hari serta merawat benih sampai siap dipindah
tanamkan ke polybag.
Benih sawi yang telah berumur 14 hari dipindah tanamkan ke media tanam
arang sekam pada polybag dengan ukuran 30 x 30 cm dan disusun menurut
rancangan yang telah dibuat. Setelah dipindah tanamkan, media tanam segera
disiram dengan air hingga cukup basah atau memenuhi kapasitas lapang, yaitu
sekitar ± 480 ml. Pada penelitian ini menggunakan 4 (empat) perlakuan yaitu
konsentrasi 20%, 30%, 40%, dan perlakuan kontrol yang menggunakan nutrisi
13
standar AB mix, masing-masing perlakuan dilakukan sebanyak 5 (lima) kali
pengulangan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
14
A. HASIL
15
Pada tabel 2 dapat diketahui bahwa nilai N, P, K, C-organik dan Fe sebelum dan
setelah pengomposan terlihat yaitu nilai N turun menjadi 0,47% dihari ke-10, dan
mengalami kenaikan di hari ke-14 yaitu 0,50%, nilai P mengalami penurunan di
hari ke-10 dan 14 yaitu 0,03%, 0,02%, nilai K mengalami kenaikan pada hari ke-
10 yaitu 0,10% dan naik juga pada hari ke- 14 menjadi 0,52%, nilai C-
Organik mengalami penurunan di hari ke-10 menjadi 1,36% dan turun juga
pada hari ke-14 menjadi 1,27%, nilai Fe naik pada hari ke-10 yaitu 32 ppm dan
juga mengalami penurunan pada hari ke-14 menjadi 7 ppm.Hasil penelitian
nilai N,P,K dan C-Organik belum sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian No
70 tahun 2011 tentang persyaratan minimal pupuk organik cair. tetapi memenuhi
syarat untuk digunakan pada tanaman,namun tidak untuk diperdagangkan
sedangkan nilai fe sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian No 70 tahun 2011
pada pengomposan hari
B. PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan prinsipnya untuk mengurangi tingkat pencemaran yang
dihasilkan dari aktivitas industri rumah tangga khususnya industri tahu yang
menghasilkan bahan buangan limbah salah satunya adalah limbah cair mengandung
senyawa organik yang tinggi dan senyawa phatogen lainnya jika di buang tanpa
diolah terlebih dulu akan mempengaruhi lingkungan. Sehingga dengan mengurangi
pencemaran pada lingkungan tersebut.
Penelitian ini dilakukan pada pukul08.00 WITA pada hari jumad tanggal
23 Maret 2018, sampel awal diambil pada industri tahu yang berada di Kelurahan
Tompobalang Kec. Sombaopu Kab. Gowa sebanyak 1200 ml dan 10.000 ml. 600
ml untuk diperiksa nilai BOD, COD dan TSS, dan 600 ml dibawa ke Balai
Pengkajian Tekhnologi Pertanian Sulawesi Selatan untuk diperiksa nilai N, P, K,C-
organik sebelum diolah serta 10.000 ml dibawa ke Balai Pelatihan Pertanian
Batangkaluku, pukul 10.00 WITA limbah cair tahu diolah menjadi pupuk organik
cair pada dua wadah dengan masing- masing wadah sebanyak 5000 ml. Limbah cair
tahu diolah denganpenambahan 5% EM-4,yang diawali dengan pencairangula
merah dengan perbandingan 1:1 yaitu 5% EM-4 yang digunakan sama dengan 5%
16
gula merah yang telah dicairkan. Selanjutnya dilakukan proses fermentasi yaitu
siapkan 2 buah wadah fermentasi dengan masing-masing volume dengan
perbandingan 20:1 (5%), yaitu sebanyak250 ml EM-4, dan 5000 ml limbah cair
tahu.
Menurut Nur, EM-4 merupakan bahan yang membantu mempercepat
proses pembuatan pupuk organik dan meningkatkan kualitasnya. Untuk
mempercepat proses pengomposan dengan bantuan effective microorganisms (EM4)
berlangsung secara anaerob, dengan metode ini,bau yang dihasilkan ternyata dapat
hilang bila proses berlangsung dengan baik. Selain itu, EM-4 juga bermanfaat
memperbaiki struktur dan tekstur tanah menjadi lebih baik serta unsur hara yang
dibutuhkan tanaman. Dengan demikian penambahan EM-4 akan membuat tanaman
menjadi lebih subur, sehat, dan relatif tahan terhadap serangan hama dan
penyakit.
Limbah cair industri tahu bersifat ofensif dan mampu memberikan akibat
buruk pada lingkungan ambiennya, hal itu dikarenakan karakteristik effluent
limbah cair tahu yang panas, asam, dan mengandung bahan organik yang tinggi,
12
karena sifat inilah kandungan oksigen terlarutnya juga nol. Berdasarkan
limbah cair tahu sebelum pengolahan memiliki kadar BOD, COD dan TSS yaitu
3.757,19 mg/l, 7.529,50 mg/l dan 1.067 mg/l, dan setelah pengomposan pada hari
ke-10 terlihat mengalami kenaikan kadar BOD, COD, dan TSS mencapai 9.786,60
mg/l, 19.523,80 mg/l, dan 1.067 mg/l, hal ini dikarenakan udara atau O2yang
masuk sedikitsehingga tidak ada oksigen yang terlarut didalamnya sedangkan pada
pengomposan hari ke-14 nilai BOD, COD, dan TSS turun menjadi 4.868,64
mg/l, 9.786.60 mg/l dan TSS 676 mg/l, hal ini dikarenakan pada hari ke-10
mengalami pengadukan sehingga memungkinkan udara dapat masuk kedalamnya.
Hasil penelitian ini, parameter limbah cair tahu yang terbilang rendah terlihat
sebelum mengalami pengomposan namun masih tetap melebihi bakumutu kualitas
limbah cair tahu yang telah ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup No 5
tahun 2014.
17
Limbah cair tahu tanpa pengolahan akan menimbulkan bau, hal ini di
jumpai oleh studi kasus pada penduduk Rt.22 Rw. 04 di kelurahan Mulyojati
kota Metro yaitu limbah cair tahu yang tidak diolah dan dibuang kesungai
menimbulkan bau yang tidak sedap serta menjadikan air berwarna hitam (13).
Selain mengandung bahan polutan yang mencemari lingkungan limbah cair tahu
mengandung unsur hara yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk. Hasil penelitian
ini dapat dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hikmah, tentang
pengaruh pemberian limbah cair tahu pada tumbuhan kacang hijau, bahwa
berpengaruh sangat nyata terhadap berat uji kering pada panen 1, panen 2 dan
panen 3 (14). Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Demak bahwa pengaruh
pemberian limbah cair tahu berpengaruh tinggi terhadap laju pertumbuhan
tanaman Spathiphyllum Floribundum.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
18
memenuhi unsur hara. Kadar zat besi telah memenuhi persyaratan minimal
pupuk organik cair. Hasil pemeriksaan kualitas limbah cair tahu yaitu BOD,
COD dan TSS yang diperoleh dari hasil pengolahan menjadi pupuk organik cair
pada pengomposan hari ke-10 dan hari ke-14 belum memenuhi standar baku mutu
buangan limbah industri kedelai (tahu). Upaya untuk meningkatkan kadar
Nitrogen, Posfor, Kalium pada limbah cair tahu sebaiknya ditambahkan dengan
bahan organik lain yaitu sabut kelapa. Untuk meningkatkan kadar C- organik pada
limbah cair tahu sebaiknya ditambahkan kotoran sapi. Petani yang berada di
kelurahan Tompobalang Kecamatan Sombaopu Kab. Gowa bisa memanfaatkan
limbah cair tahu sebagai alternatif pupuk yang ramah lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
19
Tri Handayani1, Muhammad Alfa Niam2
2018. Pemanfaatan limbah tahu sebagai pupuk cair organik dan es krim
untuk meningkatkan pendapatan dan pengembangan produk
20
21