Anda di halaman 1dari 21

TUGAS

MATA KULIAH TEKNOLOGI TEPAT GUNA


” PEMANFAATAN LIMBAH CAIR PABRIK TAHU SEBAGAI PUPUK CAIR
ORGANIK”

Disusun oleh
Jihan Pitri Andinita - SEMESTER V-B
P27833217048
TAHUN AKADEMIK 2019 / 2020

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLTEKKES KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PRODI D - III KESLING KAMPUS MAGETAN
Jl. Tripandita No. 6 Telp : (0351) 895315 Fax : (0351) 891310
E-mail : prodi-kesling-mdn@yahoo.com
MAGETAN
2019

1
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL i
DAFTAR ISI ii

BAB. I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA


A. Pengertian Industri tahu 3
B. Pengertian Pupuk Organik
4
BAB III METODE PENELITIAN
A. Alat dan Bahan Penelitian 8
B. Variabel Percobaan
C. Prosedur Penelitian 8
9

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Wilayah Kabupaten Kediri terdapat kurang lebih 100 produsen tahu,


dimana yang telah melakukan pengelolaan limbah sekitar 35% saja,
sedangkan sisanya membuang limbah hasil produksi ke saluran umum. Hal ini
disebabkan karena terbatasnya pengetahuan dan kesadaran akan pentingnya
pengelolaan limbah industri. Sarana dan prasarana pengelolaan limbah yang
masih jauh dari kata cukup untuk mewadahi hasil produksi para produsen
industri tahu ini menjadi pemicu semakin rusaknya ekosistem alam.
Wilayah Kecamatan Ngadiluwih menjadi wilayah yang secara ekonomi
dapat dikatakan berkembang. Banyak produsen makanan, minuman bahkan jasa
yang bermunculan. Produsen tahu diwilayah ini pada tahun 2015 sekitar 50 unit
home industry. Kebanyakan produsen memproduksi secara mandiri dan individu,
dimana hasil produksinya langsung dipasarkan melalui direct selling. Produsen
tahu diwilayah Ngadiluwih dikarenakan memproduksi secara sederhana
sehingga kurang memperhatikan penanganan limbah hasil olahan tersebut.
Limbah hasil produksi tahu terdiri dari 2 macam, yaitu limbah padat dan limbah
cair. Limbah padat atau yang biasa disebut ampas tahu biasa digunakan sebagai
pakan ternak, sedangkan limbah cair hasil produksi tahu langsung dibuang ke
saluran pembuangan tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu. Limbah cair
yang dibuang berpotensi mencemari lingkungan karena masih terdapat
kandungan protein dan senyawa karbohidat yang dapat terfermentasi dan
menimbulkan bau yang tidak sedap.
Limbah cair akan mengakibatkan bau busuk dan bila dibuang disungai
akan menyebabkan tercemarnya sungai tersebut. Limbah cair sisa air tahu yang
tidak menggumpal, potongan tahu yang hancur pada saat proses karena kurang
sempurnanya proses penggumpalan. Limbah cair yang dihasilkan mengandung
padatan tersuspensi maupun terlarut, akan mengalami perubahan fisika, kimia

3
dan biologi. Perkiraan jumlah limbah cair = 100 kg kedelai bahan baku akan

menimbulkan 1,5–2m3 limbah cair (Auliana, 2012).


Sehubungan dengan itu limbah cair industri tahu dapat diolah
kembali atau daur ulang menjadi pupuk organik dikarekan limbah cair tahu
mengandung senyawa-senyawa organik yang bisa dimanfaatkan untuk
menyuburkan tanaman, senyawa tersebut adalah protein sebesar 40 – 60%,
karbohidrat sebesar 25 – 50%, lemak berkisar 8 – 12%, dan sisanya berupa
kalsium, besi, fosfor, dan vitamin (3). Penelitian yang sama dilakukan oleh
Liandari menunjukkan bahwa kandungan dalam limbah cair tahu dapat di
gunakan untuk pupuk organik cair dengan uji penelitian pendahuluan yaitu
diantaranya dengan menganalisis kandungan unsur hara yang terdapat
limbah cair tahu murni berupa N total 0,66%, P2O5 (Posfor ) 222,16%
ppm dan K2O( Kalium) yaitu 0,042% (4).
Penambahan EM-4 (Effektive Microorganisme 4) merupakan salah satu
cara yang efektif dalam mempercepat proses pembuatan pupuk organik, selain
itu stimulator EM-4 juga dapat meningkatkan kualitas dari pupuk yang
dihasilkan, hal ini di buktikan oleh Sutrisno et al., 2014 melakukan uji
proses fermentasi dari limbah cair industri tahu menggunakan EM-4 dengan
perbandingan 1/20 (5%), yaitu sebanyak 648 ml EM-4 aktif dan 8.640 ml

B. Permasalahan
Wilayah Kabupaten Kediri terdapat kurang lebih 100 produsen tahu,
dimana yang telah melakukan pengelolaan limbah sekitar 35% saja,
sedangkan sisanya membuang limbah hasil produksi ke saluran umum.
Hal ini disebabkan karena terbatasnya pengetahuan dan kesadaran akan
pentingnya pengelolaan limbah industri.
C. Rumusan Masalah
Apakah EM-4 efektif untuk pembuatan pupuk cair organic dari limbah
cair tahu ?

D. Tujuan
1. Tujuan Umum

4
Dapat mengolah limbah cair tahu menjadi pupuk cair organic
2. Tujuan khusus
a. Membuat pupuk cair dari limbah cair tahu
b. Menganalisis hasil produk pupuk organic
E. Manfaat
1. Menghasilkan teknologi tepat guna yang mudah dan dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat
2. Dapat mengolah kembali limbah cair tahu yang terbuang sia sia
menjadi pupuk yang bermanfaat

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Industri tahu

Industri Tahu merupakan salah satu industri pangan dengan menghasilkan


sumber protein dengan bahan dasar dari kacang kedelai yang sangat digemari
oleh masyarakat Indonesia. Industri tersebut berkembang pesat sejalan dengan
peningkatan jumlah penduduk. Namun disisi lain industri ini menghasilkan
limbah cair yang berpotensi mencemari lingkungan dan merupakan salah satu
industri yang menghasilkan limbah organik.
Proses pengolahan tahu dapat menghasilkan dua jenis limbah yaitu
limbah padat dan limbah cair. Limbah padat berupa ampas tahu telah dapat
ditanggulangi dengan memanfaatkannya sebagai bahan pembuatan oncom atau
bahan makanan ternak. Sedangkan limbah cair pada proses produksi tahu berasal
dari proses pencucian kedelai, perendaman, perebusan, penyaringan,
pengepresan, dan pencetakan tahu serta pencucian alat dan lantai masih
mengalami potensi pada pencemaran lingkungan.
Limbah cair tahu ini dapat menimbulkan pencemaran yang cukup
berat jika tidak dilakukan pengolahan sebelum dibuang, karena mengandung
polutan organik yang cukup tinggi, polutan organik yang dibuang jika di biarkan
akan menimbulkan bau busuk, bau tersebut berasal dari bau hidrogen
sulfida dan amonia yang berasal dari proses pembusukan protein serta bahan
organik lainya, dan dapat mengganggu kesehatan terutama pada organ
penciuman.
Zat organik yang terdapat pada limbah Industri tahu juga memiliki
kandungan buangan limbah yang melebihi baku mutu yang di tetapkan, yaitu
kandungan BOD sebesar 4.856 mg/l dan COD sebesar 9.729 mg/l (1). Limbah
buangan yang melebihi baku mutu selain berdampak pada manusia juga
berdampak pada lingkungan yaitu pencemaran limbah bagi biota di perairan.

6
Limbah cair akan mengakibatkan bau busuk dan bila dibuang disungai
akan menyebabkan tercemarnya sungai tersebut. Limbah cair sisa air tahu yang
tidak menggumpal, potongan tahu yang hancur pada saat proses karena kurang
sempurnanya proses penggumpalan. Limbah cair yang dihasilkan mengandung
padatan tersuspensi maupun terlarut, akan mengalami perubahan fisika, kimia
dan biologi. Perkiraan jumlah limbah cair = 100 kg kedelai bahan baku akan

menimbulkan 1,5–2m3 limbah cair (Auliana, 2012).


Limbah padat (ampas tahu) merupakan hasil sisa perasan bubur kedelai.
Ampas ini mempunyai sifat cepat basi dan berbau tidak sedap kalau tidak segera
ditangani dengan cepat. Ampas tahu akan mulai menimbulkan bau yang tidak
sedap 12 jam setelah dihasilkan (Lies Suprapti, 2005). Limbah padat atau
disebut ampas yang dihasilkan belum dirasakan memberikan dampak negatif
terhadap lingkungan karena dapat dimanfaatkan untuk makanan ternak sapi,
Ampas tahu masih layak dijadikan bahan pangan karena masih mengandung
protein sekitar 5%.
B. Pupuk Organik

Pupuk organik merupakan pupuk yang dibuat dari sisa panen, serbuk
gergaji, kotoran hewan, limbah rumah tangga, dan limbah industri. Komposisi
hara dalam pupuk
organik sangat tergantung dari sumbernya. Menurut sumbernya, pupuk organik
dapat diidentifikasi berasal dari pertanian dan non pertanian. Dari pertanian,
dapat berupa sisa panen dan kotoran ternak. Sedangkan dari non pertanian, dapat
berasal dari sampah organik kota, limbah industri, dan sebagainya.
(Suriyadikarta, 2005)
Pupuk organik merupakan pupuk yang berasal dari sisa tanaman, hewan,
atau manusia, seperti pupuk kandang, pupuk hijau, dan kompos yang berbentuk
cair maupun padat. Pupuk organik bersifat bulky dengan kandungan hara makro
dan mikro rendah sehingga diperlukan dalam jumlah banyak. Keuntungan utama
menggunkan pupuk organik adalah dapat dapat memperbaiki kesuburan

7
kimia, fisik, dan biologis tanah, selain sebagai sumber hara bagi tanamn.
(Suriyadikarta, 2005)
Saat ini, pembuatan pupuk organik hanya dilakukan dalam skala industri
karena minimnya tenaga kerja di pedesaan. Hanya sedikit petani yang dapat
memproduksi kompos untuk memenuhi kebutuhannya. Sebagian petani membeli
kompos dari pabrik lokal maupun kompos impor. Pemakaian pupuk organik
semakin meningkat dari tahun ke tahun, sehingga diperlukan regulasi atau
peraturan mengenai persyaratan yang harus dipenuhi oleh pupuk organik agar
memberikan manfaat maksimal bagi pertumbuhan tanaman dan di sisi lain tetap
menjaga kelestarian lingkungan. (Suriyadikarta, 2005)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan pupuk organik
adalah sebagai berikut :

a. kandungan air
Bila dibandingkan dengan pupuk anorganik, kadar air dalam pupuk
organik sangat tinggi. Oleh karena itu, diperlukan proses pengeringan
hingga mencapai kadar air 30– 35%.
b. bentuk pupuk
Bentuk pupuk kompos berkaitan dengan cara aplikasinya. Kompos
berbentuk tepung akan sulit diaplikasikan karena mudah hilang
menjadi debu. Banyak petani di Taiwan tertarik pada bentuk granular,
sedangkan peneliti di Jepang mengembangkan formula baru dalam
bentuk pellet untuk mempermudah penanganannya.
c. kematangan kompos
Ada beberapa indikator kematangan kompos, antara lain rasio C/N,
pH, KTK, warna, suhu, dan aroma kompos. Selama proses
pengomposan, bahan organik mentah mengalami proses perombakan
oleh mikroorganisme berupa fungi dan bakteri. Suhu dalam tumpukan
kompos (hip) akan meningkat sejalan dengan aktibitas dekomposisi,
demikian pula kadar total karbon akan menurun, sementara kandungan
nitrogen meningkat. Pada akhir proses pengomposan dimana telah
terbentuk kompos yang matang, suhu akan menurun, dan rasio C/N
menurun. Pemakaian kompos yang kurang matang akan merugikan

8
pertumbuhan tanaman karena pengaruh panas yang tinggi serta adanya
senyawa yang bersifat fitotoksik.

d. Kombinasi bahan dasar kompos.


Pabrik kompos di Asia pada umumnya memproduksi kompos dari
beberapa macam bahan dasar, seperti kombinasi antara limbah
agroindustri dan kotoran ternak. Akibatnya, tipe dan kualitas kompos
yang dihasilkan sering berubah – ubah sehingga menyulitkan produsen
menstandarisasi produknya dan pemberian informasi dalam label yang
tepat.
e. Bahan beracun.
Masalah utama dalam produksi kompos adalah hadirnya logam / bahan
beracun berbahaya bagi kesehatan manusia dan pertumbuhan tanaman.
Bahan dasar kompos yang banyak digunakan dan mengandung bahan
berbahaya adalah sampah kota dan limbah cair (sewage sludge). Logam
berat yang sering terdapat dalam bahan tersebut adalah Cd, Pb, dan Cr.
Unsur – unsur ini akan terserap oleh tanaman dan termakan manusia dan
akhirnya mengkontaminasi seluruh rantai makanan. Untuk kondisi di
Indonesia, kriteria tentang kandungan logam berat dalam pupuk organik
ditentukan dalam Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 2 bulan
Februari 2006.
f. Patogenitas.
Pupuk organik dapat membawa pathogen dan telur serta serangga yang
menganggu tanaman. Pupuk kandang seringkali mengandung benih
bulma atau bibit penyakit pada manusia. Pupuk kandang juga
mempunyai bau yang tidak enak bagi lingkungan, meskipun tidak
beracun. Sedangkan pupuk hijau mungkin menimbulkan alleopati bagi
tanaman pokok.
g. Kotoran ternak.
Kotoran ternak yang dikomposkan menimbulkan masalah keracunan
spesifik. Senyawa fitotoksik seperti asam lemak yang mudah menguap

9
(volatile fatty acid) yang terbentuk bila kotoran ternak disimpan
dalam kondisi anaerob. Aerasi yang baik serta pembalikan kompos
secara teratur merupakan tindakan yang sangat penting. Kotoran ternak
banyak mengandung bahan aditif yang berasal dari pakan ternak,
terutaman jenis unggas. (Suriyadikarta, 2010)

10
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan jenis penelitian eksperimental
laboratoris. Tahapan dari penelitian ini meliputi mencari sumber materi mengenai
proses fermentasi limbah cair tahu, mencari penelitan sejenis, menentukan variabel,
persiapan percobaan, melakukan percobaan, analisa parameter N, P, K, data yang
diperoleh dibuat tabel dan grafik hasil analisa, dan membuat kesimpulan. Bahan
fermentasi adalah limbah cair tahu yang diambil dari pabrik tahu yang beralamatkan
Dusun Klagen, Desa Tropodo, Kecamatan Krian, Kabupaten Sidoarjo. Starter untuk
fermentasi limbah cair tahu yang digunakan dalam penelitian ini adalah filtrat
campuran kulit pisang dan kubis. Dan menggunakan komposer EM4 (Effective
Microorganism 4). Proses pembuatan starter kulit pisang dan kubis ada di prosedur.
Volume limbah tahu yang digunakan untuk setiap percobaan adalah 500 ml dan
filtrat kulit pisang dan kubis adalah 100 ml . Fermentasi akan dilakukan secara
anaerob. Pemeriksaan pupuk organik cair yang dilakukan adalah : kadar Nitrogen
(N), Diphosphorus Pentaoksida (P2O5), Kalium Dioksida (K2O) yang akan kami
lakukan di laboratorium PT Sucofindo Surabaya.
B. Alat dan Bahan Penelitian
 Alat yang digunakan adalah jerican plastik 1 L, selang infus, neraca analitik,
gelas ukur, saringan, blender dan baskom.
 Bahan yang digunakan adalah limbah cair tahu, kulit pisang, kubis, EM4 dan
Air.
C. Variabel Percobaan
 Lama Fermentasi : 4 jam, 5 hari, 10 hari dan 15 hari
 Variasi Penambahan EM4 dalam starter kulit pisang dan kubis :

D. Prosedur Penelitian

 Persiapan Starter

11
o Menyiapkan limbah kulit pisang dan kubis masing – masing 500
gram dirajang, 10 gram gula merah dan air secukupnya. Blender
sampai dengan halus dan saring untuk diambil filtratnya, ukur
menggunakan gelas ukur filtrat yang sudah didapatkan dan ditambah
dengan air hingga volume 500 ml. Kemudian dicampurkan dengan
EM4 sesuai dengan variabel percobaan diatas.
Percobaan Fermentasi
o 500 ml limbah cair tahu ditambah dengan campuran EM4 dan starter
dengan perbandingan 10 ml EM4 dan 100 ml starter, dimasukkan
jerican plastik yang tersambung dengan selang infus dan ditutup
rapat. Setelah 4 jam, diambil sampel sebanyak 20 ml melalui selang
infus untuk melakukan analisa N, P, K. kemudian diamkan kembali
hingga hari ke 5, 10 dan 15. Dengan cara yang sama seperti diatas
dilakukan untuk variabel perbandingan EM4 dan starter yang lain :
20 ml/100 ml; 30 ml/100 ml; 40 ml/100 ml dan 50 ml/100 ml.
Pemeriksaan Kadar K2O
o Mengacu pada AOAC 20th Ed., 2016, Method 965.09
Pemeriksaan Kadar P2O5
o Mengacu pada AOAC 20th Ed., 2016, Method 957.02 & 958.01
Pemeriksaan Kadar Nitrogen
o Mengacu pada AOAC 20th Ed., 2016, Method 978.02

Skema Percobaan

12
Gambar 1. a) Persiapan Starter, b)Skema Percobaan.
Sampel pada penelitian ini adalah limbah cair tahu yang belum difermentasikan
diambil pada proses pengolahan tahu yang menghasilkan limbah cair mulai dari
pencucian, perendaman, penggilingan, perebusan kedelai, penyaringan,
penggumpalan, sebelum di buang ke sungai, dan sudah difermentasikan yaitu
diambil pada hari ke-10 dan hari ke-14. Data hasil penelitian dari hasil uji
laboratorium dianalisis menggunakan metode deskriptif dengan tabel, grafik dan
narasi yang menggambarkan secara menyeluruh sebelum dan sesudah limbah cair
tahu diolah menjadi pupuk organik cair.
Penelitian tahap kedua diawali dengan tahap penyemaian, menyiapkan media
berupa pasir sungai kering dan arang sekam dengan perbandingan 1:1 lalu diaduk
sampai rata. Benih yang sudah siap, ditebarkan diatas permukaan media yang telah
tercampur secara merata, kemudian ditutup dengan media semai tipis-tipis (3-5
mm). Setelah itu, diberikan nutrisi hasil fermentasi limbah cair tahu menggunakan
EM4 secukupnya dengan cara disemprotkan pada media semai. Setelah selesai,
permukaan media semai ditutup dengan kertas tissue yang telah dibasahi dengan
air. Penyiraman setiap pagi dan sore hari serta merawat benih sampai siap dipindah
tanamkan ke polybag.
Benih sawi yang telah berumur 14 hari dipindah tanamkan ke media tanam
arang sekam pada polybag dengan ukuran 30 x 30 cm dan disusun menurut
rancangan yang telah dibuat. Setelah dipindah tanamkan, media tanam segera
disiram dengan air hingga cukup basah atau memenuhi kapasitas lapang, yaitu
sekitar ± 480 ml. Pada penelitian ini menggunakan 4 (empat) perlakuan yaitu
konsentrasi 20%, 30%, 40%, dan perlakuan kontrol yang menggunakan nutrisi

13
standar AB mix, masing-masing perlakuan dilakukan sebanyak 5 (lima) kali
pengulangan.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

14
A. HASIL

Penelitian ini dilakukan di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP)


Batangkaluku Kab. Gowa. Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Batangkaluku
bertempat di Jl. Malino Km 3Sungguminasa Kab. Gowa, Balai
Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Batangkaluku ini merupakan perwujudan
kesiapan BBPP Batangkaluku dalam rangka optimalisasi tugas dan fungsi
sebagai lembaga pelatihan pertanian. Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP)
Batangkaluku merupakan salah satu UPT Badan Penyuluhan dan Pengembangan
Sumberdaya Manusia Pertanian berperan penting dalam meningkatkan kapasitas
sumberdaya manusia pertanian melalui pelatihan. Penelitian ini mengacu pada
konsep pengolahan limbah adalah mendaur ulang limbah menjadi nilai yang
bermanfaat salah satunya adalah limbah cair industri tahu merupakan limbah
cair yang mengandung senyawa organik yang tinggi dan merupakan bahan polutan
yang memasuki badan air tanpa pengolahan akan mempengaruhi lingkungan.
Limbah cair tahu mengandung kadar BOD, COD, TSS, dan pH yang
melebihi baku mutu bahan buangan yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup. Penelitian ini mengolah limbah cair industri tahu menjadi
pupuk organik cair dengan penambahan 5% EM-4 yang difermentasikan selama
10 hari dan 14 hari.

Gambar 2 Nilai N, P, K, C-Organik, Sebelum dan Setelah Pengomposan

15
Pada tabel 2 dapat diketahui bahwa nilai N, P, K, C-organik dan Fe sebelum dan
setelah pengomposan terlihat yaitu nilai N turun menjadi 0,47% dihari ke-10, dan
mengalami kenaikan di hari ke-14 yaitu 0,50%, nilai P mengalami penurunan di
hari ke-10 dan 14 yaitu 0,03%, 0,02%, nilai K mengalami kenaikan pada hari ke-
10 yaitu 0,10% dan naik juga pada hari ke- 14 menjadi 0,52%, nilai C-
Organik mengalami penurunan di hari ke-10 menjadi 1,36% dan turun juga
pada hari ke-14 menjadi 1,27%, nilai Fe naik pada hari ke-10 yaitu 32 ppm dan
juga mengalami penurunan pada hari ke-14 menjadi 7 ppm.Hasil penelitian
nilai N,P,K dan C-Organik belum sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian No
70 tahun 2011 tentang persyaratan minimal pupuk organik cair. tetapi memenuhi
syarat untuk digunakan pada tanaman,namun tidak untuk diperdagangkan
sedangkan nilai fe sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian No 70 tahun 2011
pada pengomposan hari

B. PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan prinsipnya untuk mengurangi tingkat pencemaran yang
dihasilkan dari aktivitas industri rumah tangga khususnya industri tahu yang
menghasilkan bahan buangan limbah salah satunya adalah limbah cair mengandung
senyawa organik yang tinggi dan senyawa phatogen lainnya jika di buang tanpa
diolah terlebih dulu akan mempengaruhi lingkungan. Sehingga dengan mengurangi
pencemaran pada lingkungan tersebut.

Penelitian ini dilakukan pada pukul08.00 WITA pada hari jumad tanggal
23 Maret 2018, sampel awal diambil pada industri tahu yang berada di Kelurahan
Tompobalang Kec. Sombaopu Kab. Gowa sebanyak 1200 ml dan 10.000 ml. 600
ml untuk diperiksa nilai BOD, COD dan TSS, dan 600 ml dibawa ke Balai
Pengkajian Tekhnologi Pertanian Sulawesi Selatan untuk diperiksa nilai N, P, K,C-
organik sebelum diolah serta 10.000 ml dibawa ke Balai Pelatihan Pertanian
Batangkaluku, pukul 10.00 WITA limbah cair tahu diolah menjadi pupuk organik
cair pada dua wadah dengan masing- masing wadah sebanyak 5000 ml. Limbah cair
tahu diolah denganpenambahan 5% EM-4,yang diawali dengan pencairangula
merah dengan perbandingan 1:1 yaitu 5% EM-4 yang digunakan sama dengan 5%

16
gula merah yang telah dicairkan. Selanjutnya dilakukan proses fermentasi yaitu
siapkan 2 buah wadah fermentasi dengan masing-masing volume dengan
perbandingan 20:1 (5%), yaitu sebanyak250 ml EM-4, dan 5000 ml limbah cair
tahu.
Menurut Nur, EM-4 merupakan bahan yang membantu mempercepat
proses pembuatan pupuk organik dan meningkatkan kualitasnya. Untuk
mempercepat proses pengomposan dengan bantuan effective microorganisms (EM4)
berlangsung secara anaerob, dengan metode ini,bau yang dihasilkan ternyata dapat
hilang bila proses berlangsung dengan baik. Selain itu, EM-4 juga bermanfaat
memperbaiki struktur dan tekstur tanah menjadi lebih baik serta unsur hara yang
dibutuhkan tanaman. Dengan demikian penambahan EM-4 akan membuat tanaman
menjadi lebih subur, sehat, dan relatif tahan terhadap serangan hama dan
penyakit.
Limbah cair industri tahu bersifat ofensif dan mampu memberikan akibat
buruk pada lingkungan ambiennya, hal itu dikarenakan karakteristik effluent
limbah cair tahu yang panas, asam, dan mengandung bahan organik yang tinggi,
12
karena sifat inilah kandungan oksigen terlarutnya juga nol. Berdasarkan
limbah cair tahu sebelum pengolahan memiliki kadar BOD, COD dan TSS yaitu
3.757,19 mg/l, 7.529,50 mg/l dan 1.067 mg/l, dan setelah pengomposan pada hari
ke-10 terlihat mengalami kenaikan kadar BOD, COD, dan TSS mencapai 9.786,60
mg/l, 19.523,80 mg/l, dan 1.067 mg/l, hal ini dikarenakan udara atau O2yang
masuk sedikitsehingga tidak ada oksigen yang terlarut didalamnya sedangkan pada
pengomposan hari ke-14 nilai BOD, COD, dan TSS turun menjadi 4.868,64
mg/l, 9.786.60 mg/l dan TSS 676 mg/l, hal ini dikarenakan pada hari ke-10
mengalami pengadukan sehingga memungkinkan udara dapat masuk kedalamnya.

Hasil penelitian ini, parameter limbah cair tahu yang terbilang rendah terlihat
sebelum mengalami pengomposan namun masih tetap melebihi bakumutu kualitas
limbah cair tahu yang telah ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup No 5
tahun 2014.

17
Limbah cair tahu tanpa pengolahan akan menimbulkan bau, hal ini di
jumpai oleh studi kasus pada penduduk Rt.22 Rw. 04 di kelurahan Mulyojati
kota Metro yaitu limbah cair tahu yang tidak diolah dan dibuang kesungai
menimbulkan bau yang tidak sedap serta menjadikan air berwarna hitam (13).
Selain mengandung bahan polutan yang mencemari lingkungan limbah cair tahu
mengandung unsur hara yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk. Hasil penelitian
ini dapat dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hikmah, tentang
pengaruh pemberian limbah cair tahu pada tumbuhan kacang hijau, bahwa
berpengaruh sangat nyata terhadap berat uji kering pada panen 1, panen 2 dan
panen 3 (14). Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Demak bahwa pengaruh
pemberian limbah cair tahu berpengaruh tinggi terhadap laju pertumbuhan
tanaman Spathiphyllum Floribundum.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Penelitian ini menyimpulkan bahwa pengolahan limbah cair tahu menjadi


pupuk organik cair dengan Penambahan Efektifitas Mikroorganisme EM-4 4,
berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No 70 tahun 2011 dan kualitas buangan
limbah menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 5 tahun 2014
ditemukan bahwa kadar N-total (0,47%), Kadar Posfor (0,03%), kadar Kalium
(0,10%) dan kadar C-Organik (1,36%), namun belum memenuhi persyaratan
minimal pupuk organik cair tetapi sudah bisa digunakan pada tanaman karena telah

18
memenuhi unsur hara. Kadar zat besi telah memenuhi persyaratan minimal
pupuk organik cair. Hasil pemeriksaan kualitas limbah cair tahu yaitu BOD,
COD dan TSS yang diperoleh dari hasil pengolahan menjadi pupuk organik cair
pada pengomposan hari ke-10 dan hari ke-14 belum memenuhi standar baku mutu
buangan limbah industri kedelai (tahu). Upaya untuk meningkatkan kadar
Nitrogen, Posfor, Kalium pada limbah cair tahu sebaiknya ditambahkan dengan
bahan organik lain yaitu sabut kelapa. Untuk meningkatkan kadar C- organik pada
limbah cair tahu sebaiknya ditambahkan kotoran sapi. Petani yang berada di
kelurahan Tompobalang Kecamatan Sombaopu Kab. Gowa bisa memanfaatkan
limbah cair tahu sebagai alternatif pupuk yang ramah lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

Haerun, R. 2017. Efisiensi


Pengolahan Limbah Cair Industri

PERMENTAN No 70 Tahun 2011. Tentang Persyaratan Teknis


Minimal Pupuk Cair Organik

Winda Samsudin1, Makmur Selomo2, Muh. Fajaruddin Natsir2


2018. Pengolahan limbah cair industri tahu menjadi pupuk organik cair
dengan penambahan effektive mikroorganisme-4 (em-4)

19
Tri Handayani1, Muhammad Alfa Niam2
2018. Pemanfaatan limbah tahu sebagai pupuk cair organik dan es krim
untuk meningkatkan pendapatan dan pengembangan produk

Sitti saenab1, mimien henie irawati al muhdar2, fatchur rohman2, arifah


novia arifin1
2018. Pemanfaatan limbah cair industri tahu sebagai pupuk organik cair
(poc) guna mendukung program lorong garden (longgar) kota makassar

Agung Rasmito, Aryanto Hutomo, Anjang Perdana Hartono


2019. Pembuatan pupuk organik cair dengan cara fermentasi limbah cair tahu,
starter filtrat kulit pisang dan kubis, dan bioaktivator em4.

Aris Sutrisno*, Evie Ratnasari, Herlina Fitrihidajati


2015. Fermentasi limbah cair tahu menggunakan em4
Sebagai alternatif nutrisi hidroponik dan aplikasinya
pada sawi hijau (brassica juncea var. Tos

20
21

Anda mungkin juga menyukai