Anda di halaman 1dari 6

MEKANIKA

Usaha dan Energi

Usaha dan energi sebenarnya merupakan ungkapan yang sering digunakan


dalam percakapan sehari-hari. Usaha yang dalam kehidupan sehari-hari sering
disebut kerja merupakan segala kegiatan untuk mencapai tujuan tidak
memperdulikan apakah tujuan tersebut tercapai atau tidak selama orang sudah
melakukan kegiatan dapat dikatakan bahwa orang tersebut sudah berusaha atau
bekerja sedangkan energi atau orang menyebutnya dengan tenaga adalah
kemampuan untuk melakukan usaha atau kerja. Oleh karena itu, kita sering
menyebut seseorang yang banyak melakukan kegiatan dan seakan-akan tanpa
lelah sebagai orang yang energik.
Dalam fisika, usaha merupakan proses perubahan energi dan usaha ini selalu
dihubungkan dengan gaya (F) yang menyebabkan perpindahan (s) suatu benda.
Dengan kata lain, bila ada gaya yang menyebabkan perpindahan suatu benda,
maka dikatakan gaya tersebut melakukan usaha terhadap benda. Usaha yang
dilakukan oleh gaya konstan adalah hasil kali skalar vektor gaya dan vektor
perpindahan benda, hasil kali komponen gaya dalam arah gerakan dan besar
perpindahan titik tangkap gaya tersebut :

W=F cos θ Δx = Fx Δx
dengan θ adalah sudut antara vektor gaya dan vektor perpindahan benda (Sutrisno,
1997).
Energi sering menjadi pokok bahasan setiap hari, namun tak banyak orang
yang memahami konsep dasar energi. Energi dapat ditinjau dari 3 sudut pandang,
yaitu : biologis, fisika dan kimia. Bahasan selanjutnya dibatasi pada konsep energi
ditinjau dari ilmu fisika.
Ilmu Fisika memandang energi sebagai sebuah proses perubahan dan tubuh
manusia merupakan media perubahan tersebut. Tubuh manusia berinteraksi
dengan benda lain di alam ini dalam gaining and loosing. Posisi dan gerakan
tubuh mempengaruhi keseimbangan energi tubuh. Pada posisi dan gerakan
tertentu energi lebih besar dari kondisi lain.
 Kondisi: Statis vs Dinamis
Pada kondisi statis sebuah benda memiliki potensi energi tersimpan yang
bergantung pada besar massa, gaya tarik gravitasi dan perbedaan ketinggian.
Energi yang tersimpan pada sebuah benda diam disebut dengan energi
potensial (Ep). Pada tubuh manusia, Ep bersifat relative karena pengertian
diam dapat dikenakan pada tubuh secara utuh, sebagian anggota gerak, organ
tubuh atau bahkan molekul penyusun tubuh manusia.
Ep = m.g.h, dimana m: massa; g: gaya gravitasi; h: perbedaan ketinggian
Pada kondisi tertentu tubuh kehilangan sebagian massanya, seperti saat
berenang, terutama di air asin. Saat berenang tubuh mendapatkan gaya dorong
yang arahnya berlawanan dengan gaya gravitasi. Selain itu, kerapatan molekul
air menentukan massa jenis air yang jauh lebih besar dari udara.
Manusia yang tegak berdiri memiliki perbedaan Ep pada tiap organya. Hal
ini disebabkan oleh perbedaan posisi ketinggian dari dasar, misalnya Ep otak
jauh lebih besar dibandingkan dengan Ep yang dimiliki patella. Sebaliknya bila
manusia tidur terlentang, maka Ep tiap organ adalah sama karena tidak terdapat
perbedaan ketinggian (Ep = 0). Dengan demikian manusia memiliki potensi
yang lebih besar saat berdiri daripada tidur.
Energi potensial (Ep) juga dimiliki oleh benda yang memiliki kelenturan
(elastisitas). Semakin kaku sebuah benda, semakin besar potensi energi yang
tersimpan dalam benda tersebut. Bila kita mampu memaksimalkan regangan
pada benda yang memiliki kelenturan maka semakin besar energi potensialnya.
Dengan demikian besar Ep pada benda yang lentur tergantung pada konstanta
kelenturan dan perbedaan panjang akibat regangan.
Ep = ½. k. x2, dimana k: konstanta kelenturan dan x: perbedaan panjang
Tubuh manusia memiliki beberapa jaringan yang memiliki kelenturan
(elastisitas), seperti : otot, kulit, dan tulang rawan. Sifat dari jaringan tersebut
adalah memiliki gaya recoil, yaitu gaya yang memiliki kecenderungan kembali
pada kondisi awal (seperti pegas). Gaya recoil sangat bergantung pada
konstanta kelenturan dan besar regangan
Gerakan yang menyebabkan perubahan posisi menandai kondisi dinamis.
Kondisi dinamis tubuh manusia tidak hanya dipandang dari perubahan posisi
tubuh, namun juga dapat dipandang dari perubahan posisi anggota gerak, organ
tubuh atau bahkan molekul tubuh. Benda yang bergerak dan berubah posisinya
memiliki energi kinetik (Ek). Ek bergantung pada besar massa dan kecepatan
gerak benda berpindah posisi.
Ek = ½ m v2 , dimana m: massa dan v: kecepatan gerakan
Bentuk lain dari energi kinetik adalah energi alir darah dan energi termal
tubuh. Ek yang muncul dari energi termal berasal dari tumbukan molekul gas
yang bergerak tak beraturan akibat pemanasan (Bartlertt, 1997).
 Proses: Gaining vs Loosing
Tubuh manusia merupakan media bagi perubahan bentuk energi. Energi
kimia berupa adenosine triphospat (ATP) dirubah menjadi energi potensial
otot saat melepas salah satu ikatan fosfatnya. Tubuh yang bergerak tidak
kehilangan energi potensialnya, justru besar energinya ditambah oleh energi
kinetik yang muncul dari kecepatan gerakan tersebut.
Tubuh akan selalu memperoleh dan kehilangan energi, karena tubuh
manusia kontak dengan molekul dari benda lain di alam semesta. Dengan
demikian energi di dalam tubuh manusia tidak bersifat absolut, namun relatif
dan bergantung pada kondisi lingkungan sekitar. Selama proses gaining dan
loosing ini seimbang maka tubuh manusia akan selalu sehat. Keseimbangan
tersebut diperlukan untuk menjaga besaran fisiologis tubuh, seperti suhu 37
derajat celcius (Bartlett, 1997).
a. Hukum Kekekalan Energi
Hukum kekekalan energi tidak mengenal awal dan akhir sebuah energi,
bagaimana diciptakan dan ditiadakan. Hukum ini menjelaskan bahwa energi
akan selalu berubah dalam bentuk dan besaranya. Hal inilah yang
menyebabkan berbagai persamaan energi selalu berakhir dengan bilangan
konstan atau nol (0).
Σ (Ep + Ek) = 0, P.V = C, ΔQ = 0
Perubahan energi dari suatu bentuk menjadi bentuk yang lain selalu sama
besarnya antara awal proses dan akhir proses. Peningkatan salah satu bentuk
atau komponen energi akan selalu disertai dengan penurunan bentuk atau
komponen lain dari energi tersebut. Dengan demikian ilmu Fisika tak pernah
mengenal perubahan besar energi, karena selalu konstan setiap waktu
(Sutrisno, 1997).
b. Ukuran Energi Tubuh
Besarnya energi tubuh ditentukan dalam berbagai besaran dan ukuran
variabel. Sebagian besar buku Fisika menyatakan energi dalam satuan joule,
namun ada pula yang menyatakan energi dalam skala kalori. Kesetaraan antara
joule dan kalori ditunjukkan oleh besaran 1 kalori = 4,2 joule.
Beberapa buku fisiologi dan biokimia menyatakan potensi energi tubuh
dalam jumlah adenosine triphosphat (ATP).1 ATP memiliki 2 ikatan berenergi
tinggi yang bila terlepas akan membebaskan sejumah besar energi yang diubah
dalam bentuk apapun. Jumlah ATP belum dapat diukur, namun gejala
kurangnya ATP dapat diamati sebagai kelainan tubuh, seperti : muscle
cramping.
Alat dan metode pengukuran energi tubuh juga belum terstandarisasi. Hal
ini menyulitkan di dalam penentuan potensi energi seorang manusia. Alat dan
metode yang saat ini sering digunakan adalah kalorimetri melalui metode
pemeriksaan metabolisme basal dan kerja (Carr, 1997).
c. Energi Termal
Energi termal suatu zat adalah energi kinetik total dari atom dan molekul
penyusun zat yang bergerak secara acak akibat pemanasan. Energi kinetik
termal dapat berupa penambahan atom, rotasi, resonansi & translasi. Sebagai
contoh adalah saat air yang mendidih memiliki gerakan molekul yang tak
beraturan dan saling bertumbukan.
Energi kinetik termal rata-rata dari gerakan atom dan molekul penyusun zat
tertentu disebut dengan suhu. Suhu dikenal luas sebagai variabel penentu
temperatur benda dan dunia medis menggunakan suhu untuk membantu
mengakan diagnosa demam. Suhu diukur dengan alat yang disebut dengan
termometer.
Prinsip kerja termometer adalah pemuaian dan penyusutan dari air raksa
yang diletakan dalam tabung kapiler tertutup. Pemuaian air raksa menunjukan
peningkatan suhu, sedangkan penyusutan menunjukan penurunan suhu. Sampai
saat ini kita mengenal 4 macam termometer, yaitu : kelvin, celcius, farenheit,
dan reamur. Persamaaan dari setiap termometer adalah kesepakatan penentuan
skala maksimal dan minimal. Skala maksimal ditandai oleh perubahan air
menjadi uap, sedangkan skala minimal ditandai oleh perubahan air menjadi es.
Perbedaan antara satu termometer dengan yang lain terletak pada jumlah
skalanya dan nilai derajat skala maksimal dan minimal. Untuk termometer
kelvin dan celcius memiliki 100 skala, sedangkan reamur 80 skala dan
farenheit 180 skala. Hanya celcius dan reamur yang memulai skala minimal
dengan nol derajat, sedangkan kelvin memiliki skala minimal 273 derajat dan
farenheit 212 derajat.

Suhu ekstrim ditemukan pada nol derajat kelvin dimana tak ditemukan lagi
organisme yang mampu bertahan hidup pada suhu tersebut. Suhu nol derajat
kelvin disebut dengan nol absolut.
Tubuh manusia berupaya untuk mempertahankan suhu pada lingkungan
internal. Manusia memiliki mekanisme pengaturan suhu tubuh yang
diperankan oleh hypothalamus. Hypothalamus berfungsi sebagai thermostat
dan reseptor yang sensitif terhadap perubahan suhu. Suhu tubuh dipertahankan
konstan pada 37 derajat celcius.
Saat tubuh kehilangan panas atau memperoleh panas dari lingkungan
eksternal dapat mempengaruhi reseptor panas dingin di kulit dan
hypothalamus. Hal ini akan direspon dengan perubahan aliran darah perifer
(vasokontsriksi atau vasodilatasi), produksi keringat, gerakan tubuh tertentu
seperti mengigil dan frekuensi napas. Tubuh yang keliru merespon perubahan
suhu sekitar akan mengalami demam.
Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan pada beberapa tempat, seperti di
dalam mulut, ketiak dan per rektal. Pemukuran per pektal mewakili suhu inti
tubuh dan memiiki perbedaan antara 0,1 s/d 0.2 derajat dengan di ketiak. Suhu
inti tubuh diyakini membentuk poros antara otak dan jantung (Bartlett, 1997).

DAFTAR PUSTAKA
Bartlett, Roger. 1997. Introduction to Sports Biomechanics. London: an imprint of
Chapman & Hall.
Carr, Gerry. 1997. Mechanics of Sport, A Practitioner’s Guide. New York:
Champaign, IL.
Sutrisno. 1997. Fisika Dasar (Edisi kelima). Jakarta. Penerbit Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai