Ali Gufron
Balai Pelestarian Nilai Budaya Bandung
Jalan Cinambo No. 136 Ujungberung - Bandung
e-mail: uunhalimah76@gmail.com
Naskah Diterima: 30 Agustus 2017 Naskah Direvisi: 27 Oktober 2017 Naskah Disetujui: 21 November 2017
Abstrak
Artikel ini bertujuan menguraikan bagaimana tradisi hahiwang berkembang pada
masyarakat 16 marga di Kabupaten Pesisir Barat, Lampung, yang dibagi menjadi empat bagian.
Bagian pertama membahas hahiwang sebagai salah satu bentuk tradisi lisan. Bagian kedua
membahas sistem kekerabatan yang bersifat patrilineal dan konsep patriarki pada masyarakat
Pesisir Barat. Bagian ketiga membahas tentang bentuk dan struktur hahiwang. Dan, bagian
terakhir membahas hahiwang dan dominasi laki-laki. Metode penelitian yang digunakan adalah
deskriptif kualitatif. Adapun teknik untuk menjaring data dan informasi adalah wawancara dan
observasi. Hasilnya, menunjukkan bahwa hahiwang lahir akibat dominasi patriarki yang
mensubordinasikan perempuan Lampung Saibatin dalam bentuk aturan adat. Hahiwang
merupakan ungkapan pengalaman dan perasaan jiwa perempuan Lampung Saibatin atas
ketidakberdayaannya dalam menghadapi dominasi laki-laki. Hahiwang tidak bertujuan untuk
menggulingkan kekuasaan patriarki, melainkan hanya sebagai ungkapan atas ketertindasan
perempuan dalam bentuk ratapan yang dilantunkan. Namun dalam perkembangan selanjutnya,
hahiwang dieksploitasi kaum patriaki menjadi sarana siar agama, pelengkap begawi adat, dan
bahkan penarik simpatisan dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah.
Kata kunci: hahiwang, perempuan, tradisi lisan, sistem kekerabatan, patriarki.
Abstract
This article aims to describe how the hahiwang tradition which develops in a community of
16 clan in West Coast District, Lampung, which is divided into four parts. The first part discusses
hahiwang as one form of oral tradition. The second section discusses the patrilineal kinship
system and the patriarchal concept of the West Coast community. The third section deals with the
shape and structure of hahiwang. And, last part discusses hahiwang and male domination. The
research method used is descriptive qualitative. The techniques getting the data and information
are used interviews and observation. The result shows that hahiwang were born due to patriarchal
dominance that subordinating Lampung Saibatin women in the form of custom rules. Hahiwang is
an expression of experience and feelings of the female soul of Lampung Saibatin for his
powerlessness in the face of male domination. Hahiwang does not aim to overthrow patriarchal
rule, but only as an expression of women's oppression in the form of laments sung. However, in
later developments, hahiwang exploited the patriarchs to be a means of religious broadcasting,
supplements of traditional begawi, and even the pullers of sympathizers in the General Election of
Regional Head.
Keywords: Hahiwang, Womens, oral tradition, kinship system, patriarchy.
392 Patanjala Vol. 9 No. 3 September 2017: 391 - 406
perempuan Pesisir Krui. Oleh karena itu, hari besar agama Islam, sedangkan
penelitian tentang hahiwang perlu hahiwang adat berisi ketentuan adat
dilakukan dengan masalah: Bagaimana tentang silsilah, perkawinan, dan lain
bentuk dan struktur hahiwang serta apa sebagainya yang disenandungkan pada
fungsi bagi masyarakat pendukungnya. acara begawi adat. Berdasarkan kedua
Adapun tujuannya adalah untuk bentuk tersebut Kurnia menyimpulkan
menggambarkan bentuk atau strukur bahwa fungsi hahiwang adalah sebagai
hahiwang serta mengetahui fungsi bagi saran dakwah keagamaan serta pengingat
masyarakat khususnya kaum perempuan di orang Lampung akan adat istiadatnya.
16 marga Pesisir Krui. Materi yang akan Seiring perkembangan zaman, fungsi ini
dibahas meliputi: struktur sosial telah bergeser menjadi alat bagi sebagian
masyarakat Pesisir Krui, bentuk dan orang untuk mendapatkan perhatian
struktur hahiwang, sistem kekerabatan publik.
masyarakat Pesisir Krui, dan aturan-aturan Penelitian-penelitian tersebut
dalam sistem kekerabatan yang mengikat menunjukkan bahwa aspek sistem
kaum perempuan berdasarkan prinsip kekerabatan yang bersifat patrilineal tidak
patriarki. menjadi sesuatu yang ditekankan oleh para
Penelitian tentang hahiwang yang peneliti. Fauziah Fattah lebih menekankan
ada di Kebupaten Pesisir Barat masih pada makna filosofis hahiwang yang
belum banyak dilakukan orang. Dari bersumber dari jati diri orang Lampung.
penelusuran literatur hanya ada beberapa Penekanan Kurnia lebih pada fungsi
tulisan yang relatif lengkap membahas hahiwang sebagai sarana berdakwah dan
tentang hahiwang. Salah satunya adalah pengingat orang Lampung akan adat
tulisan Fauzi Fattah pada harian Lampung istiadatnya. Sedangkan penelitian ini lebih
Post terbitan 20 Juli 2013 dengan judul menekankan pada hubungan hahiwang
"Menyingkap Makna Filosofis Hahiwang". dengan dominasi laki-laki yang
Dalam tulisannya Fattah membahas mensubrodinasikan perempuan Lampung
tentang makna filosofis hahiwang berjudul Saibatin.
Janji Sebudi yang berkisah tentang
kekecewaan seorang bujang karena sang B. METODE PENELITIAN
kekasih menikah dengan orang lain. Metode yang digunakan dalam
Menurut Fattah, walau berisi penderitaan penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.
seseorang "Janji Sebudi" juga mengandung Teknik pengumpulan data dan informasi
makna filosofis yang dapat menggunakan wawancara dan observasi.
menggambarkan kehidupan orang Wawancara ditujukan kepada para
Lampung, yaitu: agamis, patuh pada pelantun hahiwang dan tokoh informal
pimpinan adat, rendah hati, sabar, saling yang menguasai adat istiadat Lampung
menghormati, dan kesederhanaan. Saibatin di Pesisir Krui. Melalui
Selain Fattah, ada pula penelitian wawancara dengan para informan yang
dari Kurnia (2010) yang berjudul "Fungsi dilakukan pada pertengahan bulan Juni
Hahiwang pada Ulun Saibatin Krui 2016 dan awal bulan April 2017, diperoleh
Kecamatan Pesisir Tengah Lampung data dan informasi berupa: (1) definisi
Barat". Dalam penelitiannya Kurnia hahiwang; (2) struktur hahiwang; (3)
mendefinisikan hahiwang yang diperoleh pelantunan hahiwang, dan (4) struktur
dari sastrawan Mamak Lawok sebagai serta sistem kekerabatan masyarakat
puisi berbentuk cerita yang dibagi menjadi Pesisir Krui. Sementara, melalui observasi
dua bagian, yaitu hahiwang agama dan diperoleh data tentang lingkungan alam,
adat. Hahiwang agama berisi syariat dan pola pemukiman, dan perilaku masyarakat
ajaran-ajaran Islam yang umumnya Pesisir Barat dalam kehidupan sehari-hari.
disenandungkan saat memperingati hari-
394 Patanjala Vol. 9 No. 3 September 2017: 391 - 406
Selain metode beserta teknik di atas, 17.953 jiwa 4,20%, Pesisir Tengah 18.358
studi literatur (kepustakaan dan atau jiwa (4,29%), Karya Penggawa 14.292
dokumentasi) juga dilakukan dalam jiwa (3,34%), Way Krui 8.328 jiwa 1,95%,
kegiatan ini. Studi literatur dilakukan Krui Selatan 8.531 jiwa 1,99%, Pesisir
dalam rangka memeroleh pengertian atau Utara 8.202 jiwa 1,92%, Lemong 14.365
konsep-konsep yang berkenaan dengan jiwa 3,36%, dan Pulau Pisang dihuni oleh
hahiwang, sistem kekerabatan, patriarki, 1.343 jiwa (0,31%). Sementara jika dilihat
dan gender. Adapun data-data yang berdasarkan golongan usia, maka
berkenaan dengan Kabupaten Pesisir penduduk yang berusia 0-14 tahun ada
Barat, seperti posisi geografis, 54.825 jiwa (34,44%), kemudian yang
kependudukan, pola pemukiman, dan mata berusia 15—54 tahun ada 76.632 jiwa
pencaharian diperoleh dari Badan Pusat (50,83%), dan yang berusia 55 tahun ke
Statistik Kabupaten Pesisir Barat. atas 12.559 jiwa (14,73%). Golongan umur
tersebut secara rinci dapat dilihat pada
C. HASIL DAN BAHASAN tabel di bawah ini.
1. Sekilas tentang Kabupaten Pesisir
Barat Tabel 1. Penduduk Pesisir Barat Berdasarkan
Kabupaten Pesisir Barat secara Golongan Umur
administratif termasuk dalam wilayah
Provinsi Lampung dengan batas geografis No Gol Umur Jumlah Prosentase
sebelah utara dengan Kabupaten Lampung 1. 0-4 18.784 12,98
Barat dan Kabupaten Ogan Komering Ulu 2. 5-9 19.830 13,70
3. 10-14 16.211 11,20
(Provinsi Sumatera Selatan); sebelah timur
4. 15-19 12.190 8,42
dengan Kecamatan Pematang Sawah dan 5. 20-24 10.234 7,07
Kecamatan Semaka; sebelah selatan 6. 25-29 10.883 7,52
dengan Samudera Hindia; dan sebelah 7. 30-34 10.874 7,51
barat berbatasan dengan Kabupaten Kaur 8. 35-39 9.742 6,73
(Provinsi Bengkulu). Kabupaten yang 9. 40-44 8.558 5,91
dibentuk berdasarkan Undang-undang 10. 45-49 7.788 5,38
Nomor 22 Tahun 2012 (Lembaran Negara 11. 50-54 6.363 4,40
Nomor 231, Tambahan Lembaran Negara 12. 55-59 4.596 3,17
Nomor 5364) yang diundangkan tanggal 13. 60-64 3.213 2,22
14. 65-69 2.267 1,57
17 November 2012 ini memiliki luas
15. 70-ke atas 2.183 1,51
wilayah sekitar 2.907,23 km² atau 495.04 144.763 100,00
ha dengan titik koordinat 4° 40’ 0‖ – 6° 0’
0‖ Lintang Selatan dan 103° 30’ 0‖ – 104° Sumber: (BPS Kabupaten Lampung Barat,
50’ 0‖ Bujur Timur (uun-halimah. 2013)
blogspot.co.id).
Penduduk Kabupaten Pesisir Barat Pola pemukiman penduduk Pesisir
berjumlah 144.763 jiwa, dengan jumlah Barat umumnya perumahan berada di
Kepala Keluarga (KK) 33.292. Jika dilihat sekitar jalan, baik itu jalan kabupaten,
berdasarkan jenis kelaminnya, maka kecamatan, maupun desa, berjajar, dengan
jumlah penduduk laki-lakinya mencapai arah menghadap ke jalan (pola
76.240 jiwa dan penduduk berjenis pita/ribbon). Arah rumah yang berada
kelamin perempuan mencapai 68.523 jiwa. bukan di pinggir jalan pun arahnya
Para penduduk ini tersebar di 11 mengikuti yang ada di pinggir jalan.
kecamatan, yaitu Pesisir Selatan dihuni Sebagian besar rumah tersebut masih
oleh 21.762 jiwa (5,09%), Bengkunat berbentuk tradisional yang mengelompok
dihuni oleh 7.620 jiwa (5,61%), Bengkunat dan tersebar secara sporadis. Adapun
Belimbing 24.009 jiwa (5,61%), Ngambur cirinya berupa bangunan semi permanen
berbentuk panggung, menggunakan sumur
Tradisi Lisan Hahiwang… (Ali Gufron) 395
(air tanah) sebagai sumber air minum, dan generasi berikutnya dalam bentuk mitos-
kurang atau belum mendapat pasokan mitos sebagai perwujudan keyakinan yang
listrik. Khusus untuk pasokan listrik, berkembang menjadi identitas kelompok
kabupaten baru ini relatif masih kurang. (Rudito, 2013:3). Menurut mitos tentang
Oleh karena itu, tidak mengherankan asal usul, orang Pesisir Barat berkeyakinan
apabila sering terjadi pemadaman listrik bahwa mereka berasal dari keturunan
secara bergilir. Bahkan, pemadaman Kepaksian Skala Brak/Sekala Beghak yang
hampir terjadi setiap hari dengan jangka lokasinya berada di kawasan lereng
waktu antara beberapa jam hingga Gunung Pesagi (sekarang di sekitar
beberapa hari. Untuk mensiasatinya Kabupaten Lampung Barat). Sebelum
hampir di setiap rumah memasang genset menjadi kepaksian, menurut Masduki
berbahan bakar solar agar tetap menikmati (2006: 23-25), pada abad 15 datang empat
listrik. kelompok masyarakat yang menduduki
Letak Kabupaten Pesisir Barat sekitar Danau Ranau. Di sebelah barat
yang relatif jauh dari ibukota provinsi danau dihuni orang-orang yang datang dari
(Bandarlampung) membuat perekonomian Pagaruyung Sumatera Barat pimpinan
mayoritas penduduknya masih Dipati Alam Padang. Di sisi timur danau,
mengandalkan sektor pertanian untuk kelompok orang-orang Sekala Beghak
memenuhi kebutuhan hidup. Menurut data yang dipimpin Pangeran Liang Batu dan
dari BPS Lampung Barat (Kabupaten Pahlawan Sawangan (berasal dari
Induk) tahun 2013, aktivitas perekonomian Kepaksian Nyekhupa) serta kelompok
mencapai 2,9 triliun yang dibagi menjadi yang dipimpin Raja Singa Jukhu (dari
beberapa kategori lapangan usaha, yaitu: Kepaksian Bejalan Di Way). Sementara
pertanian, kehutanan dan perikanan kelompok terakhir menempati sisi utara
52,90%; pertambangan dan penggalian danau yang dipimpin Umpu Sijadi Helau
5,15%; industri pengolahan 5,37%; yang juga dari Sekala Beghak.
pengadaan air, pengelolaan sampah, Mereka kemudian berbaur dan
limbah dan daur ulang 0,06%; konstruksi membentuk sebuah persekutuan buway
5,09%; perdagangan besar/eceran, reparasi (keturunan) bernama Kepaksian Sekala
mobil, dan sepeda motor 11,23%; Baghak dan membaginya menjadi empat
transportasi dan pergudangan 0,9%; marga atau kebuayan, yaitu: (1) Umpu
penyedia akomodasi dan makan minum Bejalan Di Way memerintah daerah
1,55%; informasi dan komunikasi 1,56%; Kembahang dan Balik Bukit dengan Ibu
jasa keuangan dan asuransi 1,64%; real Negeri Puncak, daerah ini disebut dengan
estate 3,55%; jasa perumahan 0.14%; dan Paksi Bejalan Di Way; (2) Umpu
administrasi pemerintahan, pertanahan dan Belunguh memerintah daerah Belalau
jaminan sosial 5,17%. dengan Ibu Negerinya Kenali, daerah ini
disebut dengan Paksi Buay Belunguh; (3)
2. Struktur Masyarakat Pesisir Barat Umpu Nyerupa memerintah daerah Sukau
Masyarakat Pesisir Barat dengan Ibu Negeri Tapak Siring, daerah ini
merupakan pendukung adat Saibatin disebut dengan Paksi Buay Nyerupa; dan
(Peminggir) yang umumnya bertempat (4) Umpu Pernong memerintah daerah
tinggal di sekitar pantai, mulai dari Krui Batu Brak dengan Ibu Negeri Hanibung,
hingga Kayu Agung (Harsono, 2013:246). daerah ini disebut dengan Paksi Buay
Sebagai sebuah kesatuan sosial, mereka Pernong.
mempunyai struktur tersendiri yang Keempat paksi tersebut mengutus
tercermin dalam kelas-kelas sosial yang lima orang penggawanya (Raja Penyukang
ditentukan berdasarkan asal usul serta Alam, Raja Panglima, Raja Nurakdim,
hubungan kekerabatan. Struktur tersebut Raja Belang, dan Nungkah Nungkeh Dego
dipertahankan dari satu generasi ke Pemasok Rulah) untuk membantu Lumia
396 Patanjala Vol. 9 No. 3 September 2017: 391 - 406
Hermaliza (2011:124), kekerabatan adalah tanah pusaka yang dikuasai oleh kakak
hubungan-hubungan sosial melalui jalur laki-laki tertua (Imron, 2014).
genealogis dan atau perkawinan yang Aturan kekerabatan yang bersifat
terjadi antara seseorang dengan saudara- patrilineal-primogenitur dianut seluruh
saudaranya atau keluarganya (baik marga yang membangun buay dan
keluarga inti maupun luas). Lebih lanjut, kepaksian di Pesisir Barat. Oleh karena itu,
interaksi antarkerabat berdasarkan peran dalam setiap marga kedudukan adat
dan statusnya masing-masing membentuk tertinggi berada pada anak laki-laki tertua
sebuah sistem yang meliputi istilah dari keturunan tertua yang disebut
kekerabatan, keluarga inti, peran dan Penyimbang. Seseorang yang memperoleh
fungsi anggota keluarga, keluarga luas, dan gelar dan status sebagai penyimbang
peran dalam tatanan adat. marga akan sangat dihormati dalam
Sistem kekerabatan dalam suatu masyarakatnya karena menjadi penentu
masyarakat dapat berbentuk unilineal, dalam setiap proses pengambilan
bilateral, dan sistem keturunan ganda. keputusan adat. Sementara kesatuan hidup
Menurut Koentjaraningrat (1985: 129-130) masyarakatnya tercermin dalam ikatan
sistem kekerabatan matrilineal bersama kekerabatan yang menganut sistem
dengan patrilineal termasuk ke dalam keluarga luas (extended family). Ikatan
sistem kekerabatan yang menetapkan garis kekerabatan didasarkan pada hubungan
keturunan berdasarkan satu garis atau keturunan (ikatan darah), ikatan
unilineal. Dalam sistem kekerabatan perkawinan, ikatan mewarei
matrilineal menghitung hubungan (pengangkatan saudara), dan ikatan
kekerabatan melalui garis perempuan berdasarkan pengangkatan anak.
sementara sistem kekerabatan patrilineal Kontruksi sosial berdasar
menetapkan garis keturunan menurut ayah hubungan patrilineal ini mengarah pada
atau laki-laki. Sistem kekerabatan lainnya dominasi kekuasaan laki-laki atau
adalah sistem kekerabatan non unilineal Patriarki. Menurut Wably sebagaimana
yaitu bilineal dan bilateral. Sistem yang dikutip oleh Wiyatmi (2015:7),
kekerabatan bilineal menghitung hubungan patriarki adalah sebuah sistem dari struktur
kekerabatan melalui laki-laki saja untuk sosial yang menempatkan laki-laki dalam
sejumlah hak dan kewajiban tertentu dan posisi dominan, menindas, dan
melalui perempuan saja untuk sejumlah mengeksploitasi perempuan. Patriarki
hak dan kewajiban tertentu pula. muncul sebagai bentuk kepercayaan atau
Sedangkan sistem kekerabatan bilateral ideologi yang menempatkan kedudukan
menghitung hubungan kekerabatan melalui laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan
laki-laki maupun perempuan. melalui lembaga-lembaga sosial, politik,
Pada masyarakat adat Saibatin di dan ekonomi.
Pesisir Barat sistem kekerabatannya ditarik Kultur patriarki di Kepaksian
secara patrilineal mulai dari asal usul Sekala Beghak mempengaruhi struktur
mereka. Adapun penerapannya bersifat sosial masyarakatnya, mulai dari level
primogenitur, yaitu bahwa harta pusaka paling tinggi (Kepaksian) hingga ke level
berupa rumah, pekarangan, sawah dan atau terendah yaitu keluarga. Dalam kehidupan
ladang serta seluruh harta kekayaan sebuah rumah tangga misalnya, laki-laki
keluarga hanya akan diwariskan pada anak ditempatkan sebagai pusat kekuasaan. Bila
laki-laki tertua (sulung). Dengan demikian berasal dari kalangan bangsawan, maka
harta pusaka tidak pecah terbagi-bagi. dialah yang berhak mewarisi gelar
Anak laki-laki lainnya tidak mendapat kebangsawanan ayahnya. Bila dia berasal
warisan dan apabila tetap tinggal di desa dari kalangan kebanyakan, dia berhak
sebagai petani, hanya sebagai penggarap meneruskan garis keturunannya kepada
anak-anaknya. Sebagai pusat kekuasaan,
398 Patanjala Vol. 9 No. 3 September 2017: 391 - 406
laki-laki memiliki kuasa untuk mengambil ragam karya sastra tutur masyarakat
keputusan dalam kerumahtanggaan. Ia Lampung, khususnya masyarakat 16
digambarkan sebagai orang yang kuat, Marga Pesisir Krui. Hahiwang umumnya
jantan, berani, bersifat pelindung, pantang dilantunkan oleh kaum perempuan sebagai
menyerah dan rasional. Sementara ungkapan perasaan jiwa atas situasi yang
perempuan dicitrakan sebagai lemah dihadapinya dalam lantunan khas yang
lembut, emosional, dan selalu menyayat hati. Adapun struktur hahiwang
mengandalkan insting sehingga yang dilantunan itu sama seperti setiap
ditempatkan pada posisi subordinasi yang puisi tradisional lainnya yang terikat oleh
hanya berkiprah di sektor domestik. bentuk dan isi. Dalam hahiwang bentuknya
Berdasarkan konstruksi sosial di terdiri atas bait-bait yang bersajak. Sebuah
atas, Herwanto (2012), menyatakan bahwa bait secara tradisional dibangun oleh
orang tua cenderung memberi kebebasan sejumlah baris dan pola-pola sajak pada
pada anak laki-lakinya untuk melakukan setiap akhir larik. Banyaknya jumlah baris
aktivitas di luar rumah, baik siang maupun pada setiap bait sangat bergantung pada
malam hari serta kegiatan yang cenderung kemampuan seorang dalam
mengukuhkan sifat kelaki-lakiannya mengungkapkan ekspresi jiwanya.
sehingga memungkinkan anak laki-laki Penelaahan pada sejumlah
secara fisiologi, sosiologis maupun hahiwang diperoleh petunjuk (1) pola
psikologis tumbuh sebagai pribadi yang sajak akhir tidak harus sama; bisa saja bait
kuat dan mandiri. Sedangkan terhadap pertama mempunyai pola sajak akhir a-b-
anak perempuan cenderung a-b-a-b, sedangkan bait kedua berpola c-d-
mendiskriminasikan dengan memberi c-d-c-d; dan (2) Jumlah baris pada setiap
pembelajaran yang berkenaan dengan bait tidak selalu sama. Ada yang berjumlah
peran domestiknya untuk menyelesaikan enam baris setiap baitnya, ada pula yang
pekerjaan di lingkungan rumah tangga delapan baris atau empat baris. Berikut
saja. contoh hahiwang yang berjumlah 4 baris
Pembedaan kewajiban dan hak dengan pola sajak a-b-a-b.
antara kedua gender itu melahirkan
ketidakadilan terhadap kaum perempuan Sakik sikam ji nimbang
dalam melakukan kegiatan sosial, Kak kapan ago segai
ekonomi, politik, maupun budaya. Hiwang ni sanak malang
Manifestasinya tercermin dalam berbagai Sikal kilu mahap pai
bentuk ketidakadilan, marginalisasi, dan
subrodinasi peran yang merugikan Hgatong mangedok sai di usung
perempuan. Namun karena telah Ya gila sanak aghuk
berlangsung sejak lama, maka dianggap Apak ni saka lijung
sebagai suatu kebiasaan turun-temurun dan Sisi di tinggal induk
tidak dipersoalkan lagi sebagai tindakan
ketidakadilan dan subordinasi gender. Mangedok daya lagi
Posisi subordiasi ini diterima sebagai Sikam ghatong jak bungkuk
ketentuan adat yang harus ditaati, tetapi di Nyeghahko jama kuti
dalam diri sebagian perempuan timbul Tabikpun di puskam kaunyinna,
suatu "perlawanan". Salah satu bentuknya kalau ya keteghima
adalah muncul tradisi tutur hahiwang.
Lain mak ngaku gila
4. Hahiwang Kindang payu juga mu
a. Struktur Hahiwang Ajo ku kak dia
Sebagaimana disebutkan di atas, Mak santor pengandanmu
hahiwang merupakan satu dari beberapa
Tradisi Lisan Hahiwang… (Ali Gufron) 399
Ngegetas ditekhatas
400 Patanjala Vol. 9 No. 3 September 2017: 391 - 406
oleh Mansour Fakih (1997:7) didefinisikan Barat menganut sistem perkawinan yang
sebagai suatu sifat yang melekat pada mengutamakan jalur lineage atau
kaum laki-laki dan perempuan yang keturunan yang saling berkaitan dari nenek
dikonstruksi secara sosial maupun kultural, moyang yang sama (Masduki, 2006:65).
dalam masyarakat 16 marga Selain itu, perkawinan juga bersifat
Pesisir Krui digunakan untuk membedakan patrilineal dengan adat menetap patrilokal.
hak dan kewajiban dalam melakukan Setelah menikah seorang perempuan harus
kegiatan sosial, ekonomi, politik, maupun masuk dalam marga dan tinggal di
budaya. Perbedaan peran berdasar gender lingkungan keluarga suaminya (mengiyan).
ini terjadi melalui proses sosialisasi norma- Melalui mas kawin atau yang lebih dikenal
norma kultural dan keagamaan yang lama dengan sistem dowry yang nominalnya
dan sangat panjang sehingga seolah-olah antara puluhan hingga ratusan juta rupiah,
telah menjadi kodrat Ilahi. perempuan "diambil" oleh kerabat suami
Bagi perempuan Saibatin Krui, untuk dijadikan sebagai aset tenaga kerja.
mulai dari masa kanak-kanak telah Konsekuensinya, perempuan harus keluar
disosialisasikan berbagai macam nilai dan dari keluarganya sendiri dan memaksanya
norma yang dibentuk oleh budaya menjadi "pelayan" laki-laki. Dia menjadi
patriarki, baik oleh keluarganya sendiri tidak berdaya dan teralineasi karena
(terutama pihak ibu) maupun lingkungan seluruh aktivitas hidupnya hanya
di sekitarnya (kerabat dan para merupakan kelengkapan bagi orang lain.
tetangganya) dengan tujuan agar dapat Ketidakberdayaan perempuan
berinteraksi dengan lingkungan untuk mengkaunter dominasi laki-laki
komunitasnya. Bentuk sosialisasi yang disiasati dengan membangun aktivitas-
dilakukan adalah pembelajaran yang aktivitas tertentu sebagai pengibur diri.
berkenaan dengan peran perempuan dalam Hahiwang merupakan salah satu
menyelesaikan urusan domestik saja. bentuknya. Apabila dihayati lantunannya
Selain itu, anak perempuan juga dibentuk dipenuhi rasa kesedihan yang
sedemikian rupa dengan tidak diberi ruang mencerminkan kenestapaan hati. Hal itu
atau keleluasaan berada di sektor publik, mengindikasikan penderitaan seseorang
sesuai dengan kehendak budaya terhadap satu hal. Seorang informan
masyarakat maupun ajaran agamanya. menceritakan pengalaman hidupnya saat
Hasil sosialisasi konstruksi sosial menikah dahulu. Ia demikian galau, sedih
tentang gender ini mempengaruhi yang teramat mendalam. Terbayang dalam
perkembangan kondisi fisik dan psikis benak pikirannya akan berpisah dengan
kaum perempuan. Mereka menjadi pribadi sanak keluarganya. Malam hari sebelum
yang kurang berani, penurut, rajin, lemah, pernikahan, ia mendatangi sanak keluarga
emosional, dan selalu meminta dilindungi. terdekatnya untuk menyampaikan salam
Akibatnya kehidupan perempuan menjadi perpisahan. Semalaman menangis,
sangat dependen pada laki-laki yang bercucur air mata menyalami satu persatu
dianggap mempunyai posisi lebih tinggi. kerabatnya sambil berhahiwang.
Laki-laki memanfaatkan kebergantungan Seiring waktu hahiwang tidak
ini untuk mengekalkan kekuasaannya hanya digunakan saat masa peralihan saja,
dalam bidang politik, sosial, ekonomi, dan melainkan juga ke segala aspek yang
budaya. Akibatnya timbul berbagai bentuk membentuk pencitraan inferioritas pada
ketidakadilan, marginalisasi, dan diri perempuan. Misalnya, ketika seorang
subrodinasi peran yang merugikan perempuan kawin dengan "Bang Toyib"
perempuan. yang jarang pulang, atau ketika sang suami
Salah satu bentuk ketidakadilan jarang menafkahi (lahir-batin), ia akan
gender tersebut berkaitan dengan pranata berhahiwang juga. Oleh karena sifatnya
perkawinan. Masyarakat Saibatin di Pesisir yang sangat personal, hahiwang biasanya
402 Patanjala Vol. 9 No. 3 September 2017: 391 - 406
4. Internet
"Bahasa Lampung", diakses dari
https://khufronimi9.wordpress.com/ba
hasa-lampung/, tanggal 15 Januari
2017, pukul 00.10 WIB.
Herwanto, AM. 2012. "Diskriminasi Gender
dan Hegemoni Patriarkhi", diakses
dari http://herwanto-a-d-
fisip.web.unair.ac.id/artikel_detail-
68475-UmumDiskriminasi%20
Gender%20dan%20Hegemoni%20Pat