Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG
Upaya kesehatan kerja menurut UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan
khususnya pasal 23 tentang kesehatan kerja, menyatakan bahwa kesehatan kerja
harus diselenggarakan disemua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang
mempunyai resiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai
karyawan lebih dari sepuluh.
Pekerja yang berada di sarana kesehatan sangat bervariasi baik jenis maupun
jumlahnya sesuai dengan fungsi sarana kesehatan tersebut, semua pekerja di rumah
sakit dalam melaksanakan tugasnya selalu berhubungan dengan bahaya potensial
yang bila tidak ditanggulangi dengan baik dan benar dapat menimbulkan dampak
negatif terhadap keselamatan dan kesehatannya, yang pada akhirnya akan
menurunkan produktivitas kerja.
Pada hakekatnya kesehatan kerja merupakan penyesuaian antara kapasitas
kerja, beban kerja dan lingkungan kerja, bila bahaya di lingkungan kerja tidak
diantisipasi dengan baik akan menjadi beban tambahan bagi pekerjanya. Khusus
untuk petugas rumah sakit di Instalasi pencucian menerima ancaman kerja potensial
dari lingkungan bila keselamatan kerja tidak diperhatikan dengan tepat.

Faktor bahaya di tempat kerja adalah keadaan yang tidak mungkin dihindari.
Timbulnya kecelakaan kerja serta penyakit kerja dapat mempengaruhi upaya
peningkatan produktivitas dan menyebabkan kerugian baik secara langsung maupun
tidak langsung. Dengan kondisi tersebut maka perlu adanya upaya pengendalian
terhadap faktor bahaya. Upaya pengendalian dilakukan untuk mengurangi resiko
sampai batas-batas yang dapat diterima berdasarkan ketentuan, peraturan dan
standar yang berlaku. Pengendalian resiko dapat dilakukan dengan mengikuti
pendekatan hirarki pengendalian. Hirarki pengendalian adalah suatu urutan-urutan
dalam pencegahan dan pengendalian resiko yang mungkin timbul (Tarwaka, 2008).
Adanya upaya pengendalian secara dini dapat digunakan sebagai :
a. Informasi tentang berbagai jenis bahaya dan resiko yang ada di tempat kerja
beserta tingkat yang potensialnya untuk menimbulkan kecelakaan.
b. Penentu strategi dan jenis pengendalian yang berhubungan dengan peraturan
anggaran K3.
c. Rencana penyusun program keadaan darurat.
d. Penentu strategi dan jenis pengendalian yang berhubungan dengan peraturan
anggaran K3.
e. Rencana penyusun program keadaan darurat.

1
Berdasarkan Depkes RI (2004), Instalasi Laundry merupakan pelayanan
penunjang non medis yang didalamnya terdapat faktor bahaya. Faktor bahaya
tersebut meliputi faktor fisik meliputi kebisingan, penerangan, faktor kimia meliputi
debu dan bahan kimia, faktor biologis seperti jamur, bakteri, dan virus. Faktor
fisiologis seperti konstruksi mesin dan sikap kerja, faktor mental-psikologis seperti
suasana kerja dan hubungan kerja. Faktor bahaya yang tidak dikendalikan dapat
menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja sehingga
mengganggu proses kerja.
Melihat tingginya risiko terhadap gangguan kesehatan di rumah sakit, maka
perlu dilakukan upaya-upaya pencegahan terhadap kejadian penyakit atau traumatik
akibat lingkungan kerja dan faktor manusianya. Salah satu upaya tersebut
diantaranya adalah penggunaan APD. Kemampuan petugas untuk mencegah transmisi
infeksi dan upaya pencegahan infeksi di rumah sakit dan upaya pencegahan adalah
tingkatan pertama dalam pemberian pelayanan bermutu.
Rumah Sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, oleh karena itu rumah Sakit dituntut
untuk dapat memberikan pelayanan yang maksimal.Linen di rumah sakit dibutuhkan
di setiap ruangan, kebutuhan akan linen sangat bervariasi, baik jenis, jumlah maupun
kondisinya.
Alur penggunaan linen cukup panjang, membutuhkan pengelolaan khusus dan
banyak melibatkan tenaga kesehatan dengan bermacam macam klasifikasi. Klasifikasi
tersebut terdiri dari ahli manajemen, teknisi, perawat, petugas cuci, penjahit, petugas
setrika, ahli sanitasi, serta ahli keselamatan dan kesehatan kerja. Untuk mendapatkan
kualitas linen yang baik, nyaman dan siap pakai, diperlukan perhatian khusus, seperti
kemungkinan terjadinya pencemaran infeksi dan efek penggunaan bahan-bahan
kimia.

II. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan kesehatan dan keselamatan kerja…?


2. Bahaya apa saja yang ada di instalasi Laundry…?
3. Bagaimana cara pengendalian bahaya di Instalasi Laundry…?
4. Bagaimana cara pencegahan bahaya di Instalasi Laundry ….?

III. TUJUAN

1. Untuk mengetahui pengertian dan tujuan kesehatan dan keselamatan kerja.


2. Untuk mengetahui Bahaya yang ada di Instalasi Laundry
3. Untuk mengetahui cara Pengendalian bahaya di Instalasi Laundry
4. Untuk Mengetahui cara pencegahan bahaya yang ada di instalasi Laundry

2
BAB II
PEMBAHASAN

I. Instalasi Laundry

Sarana fisik untuk Instalasi Laundry mempunyai persyaratan tersendiri


terutama bangunan misalnya lantai harus kuat, kedap air, tidak berpori, tidak licin,
warna terang, dan mudah dibersihkan. Pertemuan lantai dengan dinding harus
melengkung agar mudah untuk dibersihkan, dan untuk pemasangan peralatan
pencucianyang barusebelum pemasangan,data lengkap SPA (Sarana,Prasarana,Alat)
diperlukan untuk memudahkan koordinasi dan jejaring selama pengoprasiannya.Tata
letak dan hubungan antar ruangan memerlukan perencanaan teknik yang matang
guna memudahkan pengInstalasi an termasuk Instalasi listrik,uap,air panas dan
penunjang lainnya.Sarana fisik Instalasi pencucian terdiri dari beberapa ruang antara
lain :

1. Sarana

1.1. Ruang pencucian trolley


Berfungsi untuk mencuci/membersihkan trolley pengangkut linen kotor dan trolley
pengangkut linen bersih dari ruang pengguna linen dan Instalasi Laundry sendiri.
 Ruangan terbuka dengan luas ruangan 36,36 meter dengan panjang 13,35
meter dan lebar 2,4 meter.
 Dinding pembatas dan pintu menggunakan jeruji besi
 Lantai berwarna terang, tidak berpori dan tidak licin
 Tersedia jenitor (untuk penempatan peralatan kebersihan ruang Laundry)
dan kran air untuk pembersihan trolley

1.2. Ruang chemical


Berfungsi untuk menyimpan chemical yang di amprah dari logistik farmasi,
 Luas ruangan 3 X 3 meter
 Tersedia eye washer
 Pintu yang berventilasi berfungsi untuk pengaturan tata udara ruang
tersebut
 Ruangan kering dan tidak lembab.

1.3. Ruang Penerimaan Linen Kotor


Ruang ini berfungsi untuk menerima linen kotor yang dikirim dari ruangan-
ruangan pengguna linen serta dilakukan proses penimbangan (Kg), penghitungan
(potong) pemilahan linen infeksius dan non infeksius serta pencatatan linen kotor.
Ruang ini memuat :

3
 Meja penerima yaitu untuk pencatatan linen kotor yang masuk baik itu
infeksius maupun non infeksius
 Timbangan duduk
 Sirkulasi udara perlu diperhatikan dengan memasang fan atau exhaust fan
serta penerangan minimal kategori pencahayaan C=100-200 Lux sesuai
pedoman pencahayaan rumah sakit
 Lantai dalam ruang ini tidak boleh dari bahan yang licin, harus kuat, kedap
air, tidak berpori dan berwarna terang.

1.4. Ruang pencucian & pemerasan


Ruangan ini berfungsi untuk kegiatan pencucian dan pemerasan. Khusus untuk
pencucian linen infeksius dibatasi dengan partisi ukuran 4 X 2,5 meter yang
berfungsi untuk membatasi linen infeksius dan non infeksius.
a. Jika Rumah sakit sudah menggunakan mesin pencuci otomatis maka daya
listrik yang diperlukan antara 4,8 - 5 KVA. Petunjuk penggunaan mesin
pencuci harus selalu berada dekat mesin cuci tersebut,agar petugas operator
selalu bekerja sesuai prosedur.
b. Sirkulasi udara perlu diperhatikan dengan memasang exhausfan dan
penerangan minimal kategori pencahayaan C =100-200 Lux sesuai pedoman
pencahayaanRumah Sakit.

1.5. Ruang pengeringandan ruang setrika


Ruangan ini berfungsi untuk kegiatan proses pengeringan, pelipatan dan
penyetrikaan linen serta press linen. Penyetrikaan linen menggunakan Flatwork
Ironers, pressing ironer yang membutuhkan tenaga listrik 3.8 Kva – 4 Kva per alat
atau jenis menggunakan uap dari boiler dengan tekanan kerja sekitar 5 Kg/cm2
dan tenaga listrik sekitar 1 Kva per unit alat.
a. Sirkulasi udara perlu diperlihatkan dengan memasang fan dan exhausfan
b. Penerangan minimal kategori pencahayaan D=200 - 500 Lux sesuai pedoman
pencahayaan rumah sakit.
c. Lantai berwarna terang, tidak licin dan tidak berpori.
d. Ruangan kering dan tidak lembab

1.6. Ruang penyimpanan


Ruangan ini berfungsi untuk menyimpan sirkulasi linen distribusi dengan sistem
FIFO (First in first out). Ruangan ini memuat :

a. Lemari dan rak untuk menyimpan linen


b. Meja administrasi
c. Ruang ini bebas dari debu dan pintu selalu tertutup
d. Ruangan kering dan tidak lembab

4
e. Sirkulasi udara dipertahankan dengan baik dengan memasang air
conditioner, fan dan exhaust fan untuk mempertahankan suhu 22–27°C,
Kelembaban 45-75%RH
f. Penerangan minimal kategori pencahayaan D=200–500Lux sesuai pedoman
pencahayaan Rumah Sakit

1.7. Distribusilinen
a. Meja panjang untuk penyerahan linen bersih kepada pengguna linen
b. Sirkulasi udara dipertahankan dengan baik dengan memasang air
conditioner, fan dan exhaust fan untuk mempertahankan suhu 22 - 27°C,
Kelembaban 45 - 75 %RH
c. Penerangan minimal kategori pencahayaan D=200–500Lux sesuai pedoman
pencahayaan Rumah Sakit

1.8. Gudang linen


Ruangan ini berfungsi untuk menyimpan linen baru untuk didistribusikan ke
ruang pengguna linen yang mengajukan permintaan linen yang dibutuhkan.
a. Ruang ini bebas dari debu dan pintu selalu tertutup
b. Sirkulasi udara dipertahankan dengan baik dengan memasang AC
c. Penerangan minimal kategori pencahayaan D=200–500Lux sesuai pedoman
pencahayaan Rumah Sakit ,
d. Suhu 22 - 27°C
e. Kelembaban 45 - 75 %RH

1.9. Ruang Administrasi


Ruangan ini berfungsi untuk proses manajemen Instalasi Laundry yang digunakan
oleh Kepala Instalasi dan koordinator.
a. Ruang ini bebas dari debu dan pintu selalu tertutup
b. Sirkulasi udara dipertahankan dengan baik dengan memasang AC
c. Penerangan minimal kategori pencahayaan D=200 – 500 Lux sesuai
pedoman pencahayaan Rumah Sakit ,
d. Suhu 22 - 27derajat celcius, Kelembaban 45 - 75 % RH

2. Prasarana
2.1. Mesin-mesin Laundry
A. Mesin cuci
 Mesin cuci BM 10
Mesin cuci ini berfungsi mencuci linen non infeksius dengan menggunakan air
bersih dan uap suhu ±80-90˚C untuk linen putih, suhu ±50-70˚C linen
berwarna dan suhu ±50-60˚C proses bleaching linen berwarna putih. Kapasitas

5
kelistrikan 6000 watt. Rincian pekerjaan pemeliharaan dan maintenancesebagai
berikut :
a. Pelumasan gigi besar : 4 kali/bulan
b. Pelumasan bearing : 2 kali/bulan
c. Periksa electrik motor : 3 kali/bulan
d. Pembersihan body mesin : 22 kali/bulan

 Mesin cuci Wascator FL-224 kapasitas 30 Kg


Mesin cuci ini berfungsi mencuci linen non infeksius dengan menggunakan air
bersih dan uap suhu ±80-90˚C untuk linen putih, suhu ±50-70˚C linen
berwarna dan suhu ±50-60˚C proses bleaching linen berwarna putih. Kapasitas
kelistrikan 1400 watt. Rincian pekerjaan pemeliharaan dan maintenancesebagai
berikut :
a. Membuang air steam pada pipa melalui steam trap : 2 kali/bulan
b. Pelumasan bearing : 2 kali/bulan
c. Pengecekan fanbelt : 2 kali/bulan
d. Pengecekan otomatis elektrik : 4 kali /bulan
e. Pembersihan body mesin : 22 kali/bulan

 Mesin Wascator W1-183 kapasitas 15 Kg


Mesin cuci ini berfungsi mencuci linen non infeksius dengan menggunakan air
bersih dan uap suhu ±80-90˚C untuk linen putih, suhu ±50-70˚C linen
berwarna dan suhu ±50-60˚C proses bleaching linen berwarna putih. Kapasitas
kelistrikan 1900 watt. Rincian pekerjaan pemeliharaan dan maintenance sebagai
berikut :
a. Membuang air steam pada pipa melalui steam trap : 2 kali/bulan
b. Periksa relay kontrol : 4 kali/bulan
c. Periksa 2 buah limit switch : 4 kali/bulan
d. Periksa timer steam : 4 kali/bulan
e. Periksa check valve return : 4 kali/bulan
f. Pengecekan otomatis elektrik : 4 kali/bulan
g. Pelumasan bearing : 2 kali/bulan
h. Periksa fanbelt : 2 kali/bulan
i. Periksa steam trap : 2 kali/bulan
j. Pembersihan body mesin : 22 kali/bulan

 Mesin electrolux W-4330N Kapasitas 30 Kg


Mesin cuci ini berfungsi mencuci linen non infeksius dengan menggunakan air
bersih dan uap suhu ±80-90˚C untuk linen putih, suhu ±50-70˚C linen
berwarna dan suhu ±50-60˚C proses bleaching linen berwarna putih. Kapasitas

6
kelistrikan 4500 watt. Rincian pekerjaan pemeliharaan dan maintenance sebagai
berikut :
a. Periksa elektrik motor : 3 kali/bulan
b. Periksa bearing : 2 kali/bulan
c. Perika elektrik box : 3 kali/bulan
d. Periksa putaran drum : 2 kali/bulan
e. Periksa limit switch : 3 kali/bulan
f. Pembersihan body mesin : 22 kali/bulan

 Mesin Washer electrolux W-3400 H Kapasitas 40 Kg


Mesin cuci ini berfungsi mencuci linen non infeksius dengan menggunakan air
bersih dan uap suhu ±80-90˚C untuk linen putih, suhu ±50-70˚C linen
berwarna dan suhu ±50-60˚C proses bleachinglinen berwarna putih. Kapasitas
kelistrikan 5500 watt. Rincian pekerjaan pemeliharaan dan maintenancesebagai
berikut :
a. Pembersihan pada filter : 22 kali/bulan
b. Pembuangan air steam pada pipa melalui by pass : 22 kali/bulan
c. Periksa fanbelt : 4 kali/bulan
d. Pelumasan bearing dan poli : 2 kali/bulan
e. Periksa elektrik motor : 4 kali/bulan
f. Periksa steam trap : 2 kali/bulan
g. Pembersihan body mesin : 22 kali/bulan

 Mesin cuci double door SB 442


Mesin cuci ini berfungsi mencuci linen non infeksius dengan menggunakan air
bersih dan uap suhu ±80-90˚C untuk linen putih, suhu ±50-70˚C linen
berwarna dan suhu ±50-60˚C proses bleachinglinen berwarna putih. Kapasitas
kelistrikan 5500 watt. Rincian pekerjaan pemeliharaan dan maintenancesebagai
berikut :
a. Pembersihan pada filter : 22 kali/bulan
b. Pembuangan air steam pada pipa melalui by pass : 22 kali/bulan
c. Periksa fanbelt : 4 kali/bulan
d. Pelumasan bearing dan poli : 2 kali/bulan
e. Periksa elektrik motor : 4 kali/bulan
f. Periksa steam trap : 2 kali/bulan
g. Pembersihan body mesin : 22 kali/bulan

B. Mesin Peras
 Mesin Extractor type C-502 A 007 Kapasitas 100 Kg

7
Mesin ini berfungsi untuk memeras linen infeksius yang dicuci secara manual
menggunakan bantuan dorongan uap dan kapasitas kelistrikan 2650 watt.
Rincian pekerjaan pemeliharaan dan maintenancesebagai berikut :
a. Pembersihan steam trap : 2 kali/bulan
b. Membersihkan dump valve : 4 kali/bulan
c. Periksa selang air dari kompressor : 2 kali/bulan
d. Pelumasan bearing : 2 kali/bulan
e. Periksa poli dan fanbelt : 2 kali/bulan
f. Periksa steamer steam : 4 kali/bulan
g. Periksa relay kontrol : 4 kali/bulan
h. Periksa 2 buah limit switch : 4 kali/bulan
i. Periksa timer steam : 4 kali/bulan
j. Periksa check valve return : 4 kali/bulan
k. Pembersihan body mesin : 22 kali/bulan

 Mesin Extractor type C-42 A kapasitas 15 Kg


Mesin berfungsi untuk memeras linen dengankapasitas kelistrikan 5000 watt.
Rincian pekerjaan pemeliharaan dan maintenance sebagai berikut :
a. Periksa elektrik motor : 3 kali/bulan
b. Periksa poli dan fanbelt : 2 kali/bulan
c. Periksa dan pelumasan motor : 2 kali/bulan
d. Pembersihan body mesin : 22 kali/bulan

C. Mesin pengering
 Mesin drying tumbler L36 kapasitas 30 kg
Mesin ini berfungsi untuk mengeringkan linen yang telah dicuci dan diperas
dengan menggunakan kapasitas listrik 1511 watt.. Rincian pekerjaan
maintenance dan pemeliharaan sebagai berikut :
a. Pembersihan pada filter : 22 kali/bulan
b. Pembuangan air steam pada pipa melalui bypass : 22 kali/bulan
c. Periksa fanbelt : 4 kali/bulan
d. Pelumasan bearing dan poli : 4 kali/bulan
e. Periksa elektrik motor : 2 kali/bulan
f. Periksa steam trap : 2 kali/bulan
g. Pembersihan body mesin : 22 kali/bulan

 Mesin I Drying Tumbler TT 600 S Kapasitas 30 Kg


Mesin ini berfungsi untuk mengeringkan linen yang telah dicuci dan diperas
dengan menggunakan kapasitas listrik 1400 watt. Rincian pekerjaan
maintenance dan pemeliharaan sebagai berikut :
a. Pembersihan pada filter : 22 kali/bulan

8
b. Pembuangan air steam pada pipa melalui by pass : 22 kali/bulan
c. Periksa fanbelt dan elektrik motor : 4 kali/bulan
d. Pelumas bearing dan poly : 2 kali/bulan
e. Pembersihan body mesin : 22 kali/bulan
 Mesin drying TT 1000 S Kapasitas 50 Kg
Mesin ini berfungsi untuk mengeringkan linen yang telah dicuci dan diperas
dengan menggunakan kapasitas listrik 3600 watt. Rincian pekerjaan
maintenance dan pemeliharaan sebagai berikut :
a. Pembersihan steamcoil filter condensor : 4 kali/bulan
b. Periksa exhaust outlet ducting : 4 kali/bulan
c. Periksa relay control : 4 kali/bulan
d. Periksa solenoid valve : 4 kali/bulan
e. Periksa check valve return : 4 kali/bulan
f. Periksa steamer steam : 22 kali/bulan
g. Periksa 2 buah limit switch : 4 kali/bulan
h. Periksa timer steam : 4 kali/bulan
i. Pembersihan pada filter : 22 kali/bulan
j. Pembuangan air steam pada pipa melalui bypass : 22 kali/bulan
k. Periksa fanbelt dan elektrik motor : 4 kali/bulan
l. Pelumas bearing dan poly : 2 kali/bulan
m. Pembersihan body mesin : 22 kali/bulan

 Mesin Drying Tumbler Nyborg Type 1000 T Kapasitas 50 Kg


Mesin ini berfungsi untuk mengeringkan linen yang telah dicuci dan diperas
dengan menggunakan kapasitas listrik 4000 watt. Rincian pekerjaan
maintenance dan pemeliharaan sebagai berikut :
a. Pembersihan pada filter : 22 kali/bulan
b. Pembuangan air steam pada pipa melalui bypass : 22 kali/bulan
c. Periksa fanbelt dan elektrik motor : 4 kali/bulan
d. Pelumas bearing dan poly : 2 kali/bulan
e. Periksa steam trap : 2 kali/bulan
f. Pembersihan body mesin : 22 kali/bulan

 Mesin Drying Tumbler Elektrik T Kapasitas 36.1 Kg


Mesin ini berfungsi untuk mengeringkan linen yang telah dicuci dan diperas
dengan menggunakan kapasitas listrik 3600 watt. Rincian pekerjaan
maintenance dan pemeliharaan sebagai berikut :
a. Pembersihan pada filter : 22 kali/bulan
b. Pembuangan air steam pada pipa melalui bypass : 22 kali/bulan
c. Periksa fanbelt dan elektrik motor : 4 kali/bulan
d. Pelumas bearing dan poly : 2 kali/bulan

9
e. Periksa steam trap : 2 kali/bulan
f. Pembersihan body mesin : 22 kali/bulan

D. Mesin Setrika
 Mesin Roll Ironer IM 365/2100 Nr 100821
Mesin ini berfungsi untuk proses setrika linen lebar dan kecil dengan
menggunakan metode manual pelipatan. Kapasitas penggunaan listrik sebesar
3000 Watt. Rincian pekerjaan pemeliharaan dan maintenancesebagai berikut :
a. Pembuangan air steam pada pipa melalui bypass : 22 kali/bulan
b. Pelumasan roda gigi : 4 kali/bulan
c. Periksa elektrik motor dan blower : 4 kali/bulan
d. Periksa bearing dan roll sprayer belt : 2 kali/bulan
e. Pembersihan body mesin : 22 kali/bulan

 Mesin Roll Ironer IM 3316


Mesin ini berfungsi untuk proses setrika linen lebar dan kecil dengan
menggunakan metode manual pelipatan. Kapasitas penggunaan listrik sebesar
13.300 Watt. Rincian pekerjaan pemeliharaan dan maintenance sebagai berikut :
a. Periksa elektrik roll : 4 kali/bulan
b. Periksa sprayer belt : 22 kali/bulan
c. Periksa bearing dan roll sprayer belt : 2 kali/bulan
d. Periksa cotton belt : 2 kali/bulan
e. Pembersihan body mesin : 22 kali/bulan

 Mesin setrika Press Pony


Di Instalasi Laundry ada 2 (dua) unit yang berfungsi untuk press gorden, dan
baju dan celana piyama pasien dengan menggunakan uap suhu ±70-80˚ C dan
kapasitas listrik 1200 watt. Rincian pekerjaan sebagai berikut :
a. Pencucian water padding : 1 kali/bulan
b. Periksa return outlet : 1 kali/bulan
c. Periksa steam working pressure : 1 kali/bulan
d. Periksa tekanan team cunsuntion : 1 kali/bulan
e. Pembersihan of roll dimension : 1 kali/bulan

 Swan Air kompressor A


Alat berfungsi untuk meningkatkan tekanan atau memapatkan fluida gas/udara
guna mendukung operasional mesin cuci, mesin setrika, dan mesin press.
Rincian pekerjaan pemeliharaan dan maintenancesebagai berikut :
a. Ganti oli kompressor : 1 kali/bulan
b. Periksa elektrik motor : 4 kali/bulan
c. Buang air dari tank kompressor : 22 kali/bulan

10
 Swan Air kompressor B
Alat ini berfungsi untuk meningkatkan tekanan atau memapatkan fluida
gas/udara guna mendukung operasional mesin cuci, mesin setrika, dan mesin
press. Rincian pekerjaan pemeliharaan dan maintenance sebagai berikut :
a. Ganti oli kompressor : 1 kali/bulan
b. Periksa elektrik motor : 4 kali/bulan
c. Buang air dari tank kompressor : 22 kali/bulan

2.2. Tata Udara


 Exhaust fan
Alat ini berfungsi untuk menghisap udara di dalam ruangan untuk dibuang
keluar, dan pada saat bersamaan menarik udara segar dari luar ke dalam
ruangan serta mengatur volume udara yang akan disirkulasikan pada ruangan.
Pekerjaan pemeliharaan dan maintenance terdiri dari :
a. Pemeriksaan elektrik motor : 3 kali/bulan
b. Pembersihan body kipas : 4 kali/bulan

 Ducting/Exhaust grill
Alat ini berfungsi untuk mensirkulasikan dan mendistribusikan sejumlah udara
dari suatu ruangan dengan bantuan blower.
Kegiatan pekerjaan maintenance dan pemeliharaan sebagai berikut :
a. Pembersihan selah-selah udara : 3 kali/bulan
b. Pembersihan body : 4 kali/bulan

 Air conditioner
Sebuah alat yang berfungsi untuk mengkondisikan udara, menyejukkan atau
mendinginkan udara, dan mengatur kelembapan udara di dalam ruangan
sehingga terciptanya kondisi udara yang berkualitas, sehat, dan nyaman bagi
tubuh.Untuk perbaikan dan pemeliharaan alat ini Instalasi Laundry
berkoordinasi dengan Instalasi Pemeliharaan dan Sarana serta Bagian Rumah
tangga.

2.3. Kelistrikan
Sebagian besar peralatan mesin cuci, mesin peras, mesin pengerin, mesin setrika,
dan mesin press dan peralatan lainnya yang ada di Instalasi Laundry membutuhkan
daya yang cukup besar sehinggan diperlukan listrik yang sesuai dengan standar
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 24 Tahun 2016 tentang
Persyaratan Teknis Bangunan dan Prasarana Rumah Sakit.

2.4. Air

11
Prasana air untuk Instalasi pencucian memerlukan sedikitnya 40% dari
kebutuhan air di Rumah Sakit atau diperkirakan 200 liter per tempat tidur per
hari.Kebutuhan air untuk proses pencucian dengan kwalitas air bersih sesuai standar
air.Reservoir air dan pompa perlu disiapkan untuk menjaga tekanan air 2 (dua)
Kg/cm. Standar air yang digunakan untuk mencuci mempunyai standar air bersih
berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.416 tahun 1992 tentang penyediaan air
bersih dan air minum. Dengan penekanan tidak adanya polutan di dalam air antara
lain :
a. Hardness - Garam (Calsium, Carbonat dan Chlorida)
 Standar baku mutu : 0 -90 ppm
 Tingginya konsentrasi garam dalam air menghambat kerja bahan kimia
pencuci,sehingga proses pencucian tidak berjalan sebagaimana seharusnya Efek
pada linen dan mesin.
 Garam akan merubah warna linen putih menjadi ke abu abuan dan linen warna
akan cepat pudar ,mesin cuci akan cepat berkerak (scale forming),sehingga
dapat menyumbat saluran saluran air dan mesin

b. Iron-Fe (besi)
 Standar baku mutu :0 - 0,1 ppm
Kandungan zat besi pada air mempengaruhi konsentrasi bahan kimia dan
proses pencucian.
 Linen putih akan menjadi kekuning kekuningan (yellowing)dan linen warna
 akan cepat pudar,mesin cuci akan berkarat.
Kedua polutan tersebut (hardness dan besi) mempunyai sifat alkali sehinggalinen yang
rusak akibat kedua kotoran tersebutharus dilakukan prosespenetralan pH.

2.5. Prasarana Uap


Prasarana uap pada Instalasi pencucian digunakan pada proses
pencucian,pengeringan dan setrika,yakni penggunaan uap panas minimum5kg/cm.
kualitas uap yang baik adalah dengan fraksi kekeringan minimum 70% pada skala
0:1005 dan temperatur ideal 70–90˚celcius. Peralatan untuk suplay uap sebagai
berikut :
 Connection pipa steam A
Alat ini berfungsi untuk mensuplay uap ke mesin-mesin Laundry untuk proses
pencucian, peras, pengeringan, setrika, dan press linen.
Rincian pekerjaan pemeliharaan dan maintenance sebagai berikut :
b. Periksa stop valve : 4 kali/bulan
c. Periksa water mur dan flens : 4 kali/bulan

 Connection pipa PAM air dingin B

12
Alat ini berfungsi untuk mensuplai air bersih ke mesin-mesin Laundry serta alat
lainnya
Rincian pekerjaan pemeliharaan dan maintenance sebagai berikut :
a. Periksa stop valve : 4 kali/bulan
b. Periksa water mur dan flens : 4 kali/bulan

3. Pembagian Jadwal Kerja


Pengaturan Jaga dengan reguler (tanpa shif), dengan jadwal kerja sebagai berikut:
a. Jaga Pagi, Jam : 07.30 – 15.30 Wib (Senin – Kamis)
b. Jaga Pagi, Jam : 07.30 – 16.00 Wib (Jumat)
c. Dinas lembur rutin pada hari Sabtu dilaksanakan pada jam 07.30-14.00 Wib
dengan 6-7 orang petugas (bergiliran 2 kali dalam sebulan dengan pembagian 2
kelompok)
d. Lembur libur nasional, hari raya keagamaan, atau kondisi urgent (gangguan
steam, mesin atau kelistrikan, serta kebutuhan khusus) dikondisikan dengan
menugaskan staf sebanyak 6-7 orang dengan waktu yang ditentukan (10 jam),
atas dasar arahan Kepala Instalasi dan persetujuan Direktur Umum, SDM dan
pendidikan.
e. Waktu istirahat/Ishoma bergantian
 Group I Jam : 11.30 – 12.30 Wib
 Group II Jam : 12.30 – 13.30 Wib
f. Pada saat Instalasi dalam keadaan libur/tidak ada kegiatan (hari libur kerja)
untuk linen di ruangan khususnya linen kotor dikumpulkan pada wadah yang
telah disediakan terdiri dari :
g. Linen infeksius menggunakan kantong kuning berlogo linen infeksius Linen non
infeksius menggunakan trolley linen kotor berwarna kuning

13
4. Tata Laksana Pelayanan

A. Alur Pelayanan

- INSTALASI RAWAT INAP RUANG PENERIMAAN LINEN KOTOR :


- INSTALASI RAWAT JALAN - DITIMBANG → HASIL KILOGRAM
- INSTALASI BEDAH SENTRAL - DIHITUNG → HASIL POTONG
- INSTALASI GAWAT DARURAT - DICATAT DIBUKU PENERIMAAN DAN BUKU EXPEDISI
- INSTALASI TERKAIT LAUNDRY, FORM NCR PADA IRIN, IRJA, IBS, IGD, DLL
PENGGUNAAN LINEN
- RUANG PEMULASARAN
JENAZAH

DIPILAH SESUAI DENGAN :

 TINGKAT KEKOTORAN
 JENIS LINEN
- TEBAL
- TIPIS
 WARNA LINEN
- PUTIH
- HIJAU
- WARNA WARNI
 Linen Infeksius → langsung masuk mesin khusus dengan berikut
kantongnya
 Linen non infeksius → masuk mesin cuci disatukan dengan linen lain
sesuai dengan kapasitas mesin

 MEMISAHKAN LINEN UNTUK DIMASUKAN KEMESIN CUCI SESUAI


KAPASITAS MESIN
 MENENTUKAN CHEMICAL LAUNDRY SESUAI DENGAN WARNA, JUMLAH
KG DARI LINEN YANG AKAN DICUCI
DENGAN JENIS CHEMICAL LAUNDRY YANG BERFUNGSI UNTUK :
 MENGANGKAT NODA BERAT & BERLEMAK/BERMINYAK
 PEMUTIH LINEN PUDAR
 PENCEMERLANG LINEN BERWARNA
 DESINFEKTAN
 MENCEGAH KOTORAN MENEMPEL KEMBALI PADA CUCIAN DAN
- PENGERINGAN
LINEN TIDAK CEPAT PUDAR
- SORTIR
PROSES PENCUCIAN
- PENYETRIKAAN
 BILAS AWAL
- PELIPATAN
 TAHAP PENCUCIAN I, II, III - DISUSUN
 BILAS AKHIR - DIDISTRIBUSIKAN
 PERAS

14
II. Kesehatan dan Keselamata Kerja
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk
upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran
lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan
produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun
kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses
produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan
berdampak pada masyarakat luas. Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja
(KK) di kalangan petugas kesehatan dan non kesehatan kesehatan di Indonesia belum
terekam dengan baik. Jika kita pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di
beberapa negara maju (dari beberapa pengamatan) menunjukan kecenderungan
peningkatan prevalensi. Sebagai faktor penyebab, sering terjadi karena kurangnya
kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja yang kurang memadai.
Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat
pengaman walaupun sudah tersedia. Dalam penjelasan undang-undang nomor 23
tahun 1992 tentang Kesehatan telah mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja
harus melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan
pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan disekitarnya.
Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuan hidupnya.
Dalam bekerja Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan faktor yang sangat
penting untuk diperhatikan karena seseorang yang mengalami sakit atau kecelakaan
dalam bekerja akan berdampak pada diri, keluarga dan lingkungannya. Salah satu
komponen yang dapat meminimalisir Kecelakaan dalam kerja adalah tenaga
kesehatan. Tenaga kesehatan mempunyai kemampuan untuk menangani korban
dalam kecelakaan kerja dan dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk
menyadari pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja. Dalam Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2003 tentang Kesehatan, Pasal 23 dinyatakan bahwa upaya
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus diselenggarakan di semua tempat kerja,
khususnya tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit
penyakit atau mempunyai karyawan paling sedikit 10 orang. Jika memperhatikan isi
dari pasal di atas maka jelaslah bahwa Rumah Sakit (RS) termasuk ke dalam kriteria
tempat kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak
kesehatan, tidak hanya terhadap para pelaku langsung yang bekerja di RS, tapi juga
terhadap pasien maupun pengunjung RS. Sehingga sudah seharusnya pihak pengelola
RS menerapkan upaya-upaya K3 di RS.
Potensi bahaya di RS, selain penyakit-penyakit infeksi juga ada potensi bahaya-
bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di RS, yaitu kecelakaan
(peledakan, kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi listrik, dan
sumber-sumber cidera lainnya), radiasi, bahan-bahan kimia yang berbahaya, gas-gas
anastesi, gangguan psikososial dan ergonomi. Semua potensi bahaya tersebut di atas,

15
jelas mengancam jiwa dan kehidupan bagi para karyawan di RS, para pasien maupun
para pengunjung yang ada di lingkungan RS.
Kesehatan kerja merupakan sebuah bentuk dari adanya jaminan kesehatan
yang di berikan pada seseorang pada saat sedang melakukan sebuah pekerjaan.
Menurut Suma’mur, definisi kesehatan kerja sebagai sebuah spesialisasi yang terdapat
di dalam ilmu kesehatan. Hal ini agar masyarakat pekerja dapat memperoleh derajat
kesehatan yang optimal, baik fisik ataupun mental dan juga sosial dengan berbagai
usaha-usaha preventif dan juga kuratif terhadap berbagai jenis penyakit dan berbagai
gangguan-gangguan kesehatan yang bisa terjadi karena diakibatkan oleh faktor-faktor
pekerjaan atau lingkungan kerja. Ada banyak sekali tujuan kesehatan kerja yang di
tujukan kepada para pekerja ini. Hal ini menjadi hal yang sangat penting khususnya
bagi mereka yang memiliki pekerjaan dengan resiko yang tinggi. Maka dari itu,
memberikan jaminan kesehatan kerja adalah tujuannya, dengan adanya kesehatan
kerja ini tentunya akan lebih menjamin bagaimana kondisi kesehatan seseorang
ataupun memberikan jaminan apabila seseorang pekerja bisa saja mengalami
kecelakaan ataupun terluka ketika melakukan pekerjaannya.Tujuan dari kesehatan
kerja yaitu untuk menciptakan lingkungan kerja yang nyaman dan aman. Dengan
adanya kesehatan kerja ini tentunya dapat membuat para pekerja menjadi lebih
nyaman dan leluasa dalam menjalankan tugas mereka tanpa adanya rasa khawatir
untuk hal-hal yang tidak di inginkan terjadi
Keselamatan kerja menurut World Health Organization, kesehatan kerja
merupakan sebuah upaya yang bertujuan untuk dapat peningkatan dan juga
pemeliharaan terhadap derajat kesehatan baik secara fisik, mental ataupun sosial bagi
pekerja untuk semua jenis pekerjaan yang di lakukan

III. Infeksi Nasokomial


1. Pengertian
Infeksi adalah peristiwa masuk dan penggandaan mikroorganisme di dalam
tubuh pejamu yang mampu menyebabkan sakit (Perry & Potter, 2005; Linda Tietjen,
2004). Infeksi nasokomial adalah infeksi yang diperoleh ketika seseorang dirawat di
rumah sakit. Infeksi nasokomial dapat terjadi setiap saat dan di setiap tempat di
rumah sakit. Untuk mencegah dan mengurangi kejadian infeksi nasokomial serta
menekan angka infeksi ke tingkat serendah-rendahnya, perlu adanya upaya
pengendalian infeksi nasokomial. Pengendalian infeksi nasokomial bukan hanya
tanggung jawab pimpinan rumah sakit atau dokter/perawat saja tetapi tanggung
jawab bersama dan melibatkan semua unsure/profesi yang ada di rumah sakit.

2. Batasan
Suatu infeksi sebagai infeksi nasokomial apabila :
a. Waktu mulai dirawat tidak ditemukan tanda-tanda infeksi dan tidak sedang
dalam masa inkubasi infeksi tersebut.

16
b. Waktu timbul sekurang-kurangnya 3 x 24 jam sejak mulai dirawat
c. Infeksi terjadi pada pasien dengan masa perawatan lebih lama dari masa
inkubasi
d. Infeksi terjadi setelah pasien pulang dan dapat dibuktikan berasal dari
rumah sakit

3. Sumber Infeksi
Yang merupakan sumber infeksi adalah :
a. Petugas rumah sakit (prilaku) :
 Kurang atau tidak memahami cara-cara penularan penyakit
 Kurang atau tidak memperhatikan kebersihan
 Kurang atau tidak memperhatikan teknik aseptik dan antiseptik
 Menderita suatu penyakit
 Tidak mencuci tangan sebelum atau sesudah melakukan pekerjaan

b. Alat-alat yang dipakai (alat kedokteran/kesehatan, linen dan lainnya)


 Kotor atau kurang bersih/tidak steril
 Rusak atau tidak layak pakai
 Dipakai berulang-ulang
 Lewat batas waktu pemakaian

c. Pasien
 Kondisi yang sangat lemah (gizi buruk)
 Kebersihan kurang
 Menderita penyakit kronik/menahun
 Menderita penyakit menular/infeksi

d. Lingkungan
 Tidak ada sinar (matahari, penerangan) yang masuk
 Ventilasi/sirkulasi udara kurang baik
 Ruangan lembab
 Banyak serangga

Untuk mencegah/mengurangi terjadinya infeksi nasokomial, perlu diperhatikan:


a. Petugas :
 Bekerja sesuai dengan Standar prosedur operasional (SOP) untuk
pelayanan
 Memperhatikan aseptic dan antiseptic
 Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan
 Bila sakit berobat

17
b. Alat-alat :
 Perhatikan kebersihan (alat-alat Laundry, trolley untuk transportasi linen)
 Penyimpanan linen yang benar dan perhatikan batas waktu penyimpanan
(FIFO)
 Linen yang rusak segera diganti (afkir)

c. Ruangan/lingkungan :
 Tersedia air yang mengalir untuk cuci tangan
 Penerangan cukup
 Ventilasi/sirkulasi udara baik
 Perhatikan kebersihan dan kelembaban ruangan
 Pembersihan secara berkala
 Lantai kering dan bersih.

4. Faktor-faktor yang sering menimbulkan terjadinya infeksi


a. Banyaknya pasien yang dirawat di rumah sakit yang dapat menjadi sumber
infeksi bagi lingkungan dan pasien lain
b. Adanya kontak langsung antara pasien satu dengan pasien lainnya
c. Adanya kontak langsung antara pasien dengan petugas rumah sakit yang
terinfeksi
d. Penggunaan alat-alat yang terkontaminasi
e. Kurangnya perhatian tindakan aseptic dan antiseptik
f. Kondisi pasien yang lemah

5. Pencegahan
Untuk mencegah/mengurangi terjadinya infeksi nasokomial, perlu diperhatikan:
d. Petugas :
 Bekerja sesuai dengan Standar prosedur operasional (SOP) untuk
pelayanan
 Memperhatikan aseptic dan antiseptic
 Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan
 Bila sakit berobat

e. Alat-alat :
 Perhatikan kebersihan (alat-alat Laundry, trolley untuk transportasi
linen)
 Penyimpanan linen yang benar dan perhatikan batas waktu penyimpanan
(FIFO)
 Linen yang rusak segera diganti (afkir)

f. Ruangan/lingkungan :

18
 Tersedia air yang mengalir untuk cuci tangan
 Penerangan cukup
 Ventilasi/sirkulasi udara baik
 Perhatikan kebersihan dan kelembaban ruangan
 Pembersihan secara berkala
 Lantai kering dan bersih.

IV. Potensi Bahaya Pada Instalasi Laundry


1. Bahaya Mikrobiologi
Bahaya mikrobiologi adalah penyakit atau gangguan kesehatan yang
diakibatkan oleh mikroorganisme hidup seperti bakter, virus, riketsia, parasit dan
jamur. Petugas Laundry yang menangani linen kotor senantiasa kontak dengan
bahan dan menghirup udara yang tercemar kuman patogen. Menurut penelitian
menunjukkan bahwa jumlah total bakteri meningkat 50 kali selama periode waktu
sebelum cucian mulai diproses. Contoh mikroorganisme yaitu :
a. Mycobacterium tuberculosis
Mycobacterium tuberculosis adalah penyebab tuberculosis dan paling sering
menyerang paru-paru. Penularannya melalui percikan atau dahak penderita.
Pencegahannya :
 Meningkatkan pengertian dan kepedulian petugas rumah sakit terhadap
TBC dan penularannya,
 Mengupayakan ventilasi dan pencahayaan yang baik dalam ruangan
Laundry
 Menggunakan alat pelindung diri sesuai dengan ruangan dan jenis
pekerjaan
 Melakukan tindakan dekontaminasi, desinfeksi dan sterilisasi terhadap
bahan dan alat yang digunakan
 Secara teknis setiap petugas harus melaksanakan tugas dan pekerjaannya
sesuai dengan Standar operasional Prosedur.

b. Virus Hepatitis B
Selain manifestasi sebagai hepatitis B akut dengan segala komplikasinya, lebih
penting dan berbahaya lagi adalah manifestasi dalam bentuk sebagai pengidap
(carrier) kronik, yang dapat merupakan sumber penularan bagi lingkungan.
Penularan dapat melalui darah dan cairan tubuh lainnya.
Pencegahannya :
 Meningkatkan pengetahuan dan kepedulian petugas rumah sakit terhadap
penyakit hepatitis B dan penularannya
 Memberikan vaksinasi kepada petugas
 Menggunakan APD sesuai SPO

19
 Melakukan tindakan dekontaminasi, desinfeksi, dan sterilisasi terhadap
bahan dan peralatan yang dipergunakan terutama bila terkena bahan infeksi
 Secara teknik setiap petugas harus melaksanakan tugas sesuai SPO

c. Virus HIV (Human Immunodeficiency virus)


Penyakit yang ditimbulkannya disebut AIDS (acquired immunodeficiency
syndrome)
Virus HIV menyerang target sel dalam jangka waktu lama. Jarak waktu
masuknya virus ke dalam tubuh sampai timbulnya AIDS tergantung pada daya
tahan tubuh seseorang dan gaya hidup sehatnya. HIV dapat hidup dalam darah,
cairan vagina, cairan sperma, air susu ibu, sekreta dan ekskreta tubuh.
Penularannya melalui darah, jaringan, sekreta, ekskreta tubuh, yang
mengandung virus dan kontak langsung dengan kulit yang terluka
Pencegahannya :
 Linen yang terkontaminasi berat di tempatkan di kantong plastik keras berisi
desinfektan, berlapis ganda, tahan tusukan, kedap air dan berwarna khusus
serta diberi label bahan menular/AIDS selanjutnya dibakar.
 Menggunakan APD lengkap sesuai ruangan dan jenis pekerjaannya.

2. Bahaya fisika
a. Debu

Pada Instalasi Laundry debu dapat berasal dari bahan linen itu sendiri. Debu
linen yang sesuai adalah 0,2 miligram/m3. Efek pada kesehatan adalah
mekanisme penimbunan debu dalam paru-paru dapat terjadi dengan menarik
napas sehingga udara yang mengandung debu masuk ke dalam paru-paru. Pada
pemajanan yang lama dapat terjadi pneumoconiosis, dimana partikel debu
dijumpai di paru-paru dengan gejala sukar bernafas. Pneumoniconiosis yang
disebabkan oleh serat kain/linen/kapas disebut bisinosis. Gejalanya hampir
sama dengan asthma yang disebut Monday chest tightness atau Monday fever,
karena gejala terjadi pada hari pertama kerja setelah libur yaitu senin, sering
gejala hilang pada hari kedua dan bila pemaparan berlanjut maka gejala akan
semakin berat.
Pengendaliannya :
 Pencegahan terhadap sumber : diusahakan agar debu tidak keluar dari
sumbernya dengan mengisolasi sumber debu
 Memakai APD sesuai SPO
 Ventilasi yang baik
 Dengan alat exhauster

20
3. Bahaya Bahan Kimia
Bahan-bahan kimia yang ada di unit Laundry berasal dari detergen,
desinfektan, zat pemutih, alkali, bleach, sour, dan softener. Tingkat resiko yang
diakibatkan tergantung dari lama pernapasan atau lama pemajanan. Meskipun zat
kimia sangat toxic sudah dilarang dan dibatasi pemakaiannya, pemajanan terhadap
zat kimia yang membahayakan tidak dapat dielakkan (Depkes RI, 2004).
a. Alkali
1. Fungsi bubuk : penambah sifat alkali
2. Sifat : Bila terkena panas akan terkomposisi menjadi gas yang mungkin yang
mungkin beracun dan iritasi tapi tidak mudah terbakar
3. Bahaya :
 Iritasi pada mata dan kulit
 Bila terhirup akan mengakibatkan edema paru
 Bila tertelan menyebabkan kerusakan hebat pada selaput lendir
4. Pertolongan pertama :

 Mata : cuci secepatnya dengan air sebanyak-banyaknya


 Kulit : cuci kulit secepatnya dengan air, ganti pakaian yang
terkontaminasi
 Terhirup : Jauhkan dari jangkauan
 Tertelan : cuci mulut, minum air atau susu
5. Tindakan pencegahan :

 Control teknis, gunakan ventilasi yang cukup


 Pemakaian APD sesuai dengan ruangan dan jenis pekerjaan
 Penyimpanan dalam wadah tertutup, kondisi kering, ventilasi baik,
jauhkan dari asam dan suhu yang ekstrim

b. Deterjen
1. Fungsi : deterjen atau sabun cuci
2. Sifat : bila terkena panas akan terkomposisi menjadi gas yang mungkin
beracun dan iritasi, tidak mudah terbakar
3. Bahaya :
 Iritasi mata dan kulit
 Bila terhirup menyebabkan edema paru
 Bila tertelan menyebabkan kerusakan selaput lendir
4. Pertolongan pertama
 Mata : cuci secepatnya dengan air yang banyak
 Kulit : cuci dengan air dan ganti pakaian yang terkontaminasi
 Terhirup : pindahkan dan jauhkan
 Tertelan : bersihkan bahan kimia dari mulut dan minum 1-2 gelas air
atau susu

21
5. Tindakan pencegahan
 Memakai APD sesuai dengan ruangan dan jenis pekerjaannya
 Penyimpanan dan pengangkutan : simpan di tempat aslinya,
menggunakan wadah tertutup, kondisi kering, ventilasi yang baik,
jauhkan dari asam dan suhu yang ekstrim

c. Emulsifier
1. Fungsi : cairan pengemulsi lemak atau minyak
2. Sifat : rusak oleh sinar matahari, stabil dan tidak mudah terbakar
3. Bahaya :
 Iritasi mata dan kulit
 Bila terhirup menyebabkan iritasi
 Bila tertelan menyebabkan iritasi
4. Pertolongan pertama
 Mata : Aliri dengan air selama 15 menit
 Kulit : cuci dengan air
 Terhirup : pindahkan dan jauhkan dari sumber
 Tertelan : cuci mulut, minum air atau susu 1-2 gelas dan jangan
berusaha untuk muntah
5. Tindakan pencegahan :
 Pemakaian APD sesuai dengan ruangan dan jenis pekerjaannya
 Penyimpanan dan pengangkutan : simpan di tempat sejuk dan kering,
jauhkan dari sinar matahari langsung dan sumber panas

d. Oksigen bleach
1. Fungsi : bubuk pemutih beroksigen
2. Sifat : bereaksi dengan bahan pereduksi, tidak mudah terbakar, beracun
untuk ikan (dilarutkan dulu sebelum dibuang ke selokan atau sumber air)
3. Bahaya :
 Iritasi berat pada mata
 Rasa terbakar pada kulit
 Bila terhirup menyebabkan iritasi dan edema paru
 Bila tertelan menyebabkan rasa terbakar
4. Pertolongan pertama :
 Mata : cuci secepatnya dengan air
 Kulit : cuci kulit secepatnya dengan air, ganti pakaian yang
terkontaminasi
 Terhirup : pindahkan dari sumber
 Tertelan : cuci mulut, minum 1-2 gelas air atau susu
5. Tindakan pencegahan :
 Memakai APD sesuai dengan ruangan dan jenis pekerjaan

22
 Penyimpanan dan pengangkutan : simpan ditempat sejuk dan kering,
jauhkan dari asam dan sumber panas

e. Chlorine Bleach
1. Fungsi : Pemutih pakaian
2. Sifat : bereaksi dengan asam akan mengeluarkan gas khlorine dengan cepat,
tidak mudah terbakar
3. Bahaya :
 Iritasi berat pada mata dan rasa terbakar pada kulit
 Bila terhirup menyebabkan iritasi saluran pernafasan, asthma, edema
paru dan kanker paru
 Bila tertelan menyebabkan rasa terbakar
4. Pertolongan pertama :
 Mata : cuci secepatnya dengan air
 Kulit : cuci kulit secepatnya dengan air, ganti pakaian yang
terkontaminasi
 Terhirup : pindahkan dari sumber
 Tertelan : cuci mulut, minum 1-2 gelas air atau susu
5. Tindakan pencegahan :
1. Memakai APD sesuai dengan ruangan dan jenis pekerjaan
2. Penyimpanan dan pengangkutan : simpan ditempat sejuk dan kering,
jauhkan dari asam dan sumber panas

f. Sour atau Penetral


1. Fungsi : bubuk pengasam atau penetralisir
2. Sifat : bereaksi dengan asam akan mengeluarkan sulfur chloride, tidak
mudah terbakar
3. Bahaya :
 Iritasi berat pada mata dan kulit
 Bila terhirup menyebabkan iritasi
 Bila tertelan menyebabkan iritasi
1. Pertolongan pertama :
 Mata : cuci secepatnya dengan air
 Kulit : cuci kulit secepatnya dengan air, ganti pakaian yang
terkontaminasi
 Terhirup : pindahkan dari sumber
 Tertelan : cuci mulut, minum 1-2 gelas air atau susu
2. Tindakan pencegahan :
 Memakai APD sesuai dengan ruangan dan jenis pekerjaan
 Penyimpanan dan pengangkutan : simpan ditempat sejuk dan kering,
jauhkan dari asam dan sumber panas

23
g. Softener
1. Fungsi : cairan pelunak dan pelembut kain
2. Sifat : stabil, tidak mengandung bahan berbahaya, tidak mudah terbakar
3. Bahaya :
 Iritasi berat pada mata dan kulit
 Bila terhirup menyebabkan iritasi
 Bila tertelan menyebabkan iritasi
4. Pertolongan pertama :
 Mata : cuci secepatnya dengan air
 Kulit : cuci kulit secepatnya dengan air, ganti pakaian yang
terkontaminasi
 Terhirup : pindahkan dari sumber
 Tertelan : cuci mulut, minum 1-2 gelas air atau susu
5. Tindakan pencegahan :
 Memakai APD sesuai dengan ruangan dan jenis pekerjaan
 Penyimpanan dan pengangkutan : simpan ditempat sejuk dan kering,
jauhkan dari suhu ekstrim

24
Tabel. 1 Chemical Laundry
N NAMA
KOMPOSISI KADAR SIFAT FISIK FUNGSI DOSIS DAMPAK PENANGANAN
O BAHAN
Produk yang 1. Menyebabkan
Non Ionic 1. Tutup rapat ditempat yang sejuk dan
1 8,70% diformulasikan iritasi terutama
Surfactant berventilasi baik
untuk proses pada kulit sensitif
Organic emulsifikasi dan 2. Berbahaya jika 2. Jika terkena mata, segera bilas dengan air
2 2,30% Cairan
Solvent membantu daya tertelan dan dapatkan pertolongan medis segera
BC-00 tidak 3-8 ml/kg
1 Iritasi cuci deterjen
(Emulsifier) berwarna cucian 3. Jika terkena kulit (teutama kulit sensitif)
dengan cara 3. Menyebabkan
(PH 10-11) bilas dengan air
Inert mengangkat iritasi pada mata
3 88,50%
Ingredient kotoran 4. Gunakan sarung tangan
khususnya minyak
dan lemak 5. Jika tertelan, bilas mulut dengan air
1. Menyebabkan
Alkali 1. Tutup rapat ditempat yang sejuk dan
1 39,60% Mengandung iritasi, terutama
Compound berventilasi baik
bahan alkali untuk pada kulit sensitif
Dispersing Cairan meningkatkan 1-10 2. Berbahaya jika 2. Jika terkena mata, segera bilas dengan air
L-BUILDER 2 3,90% kuning daya kerja deterjen ml/Kg
2 Agent Korosif tertelan dan dapatkan pertolongan medis segera
(Alkali) kecoklatan sehingga kotoran cucian
(PH 12-13) yang terdapat pada kering 3. Menyebabkan 3. Jika terkena kulit (teutama kulit sensitif)
Inert cucian mudah iritasi pada mata bilas dengan air
3 56,50%
Ingredient dibersihkan 4. Gunakan sarung tangan
5. Jika tertelan, bilas mulut dengan air
1. Menyebabkan
Non Ionic 1. Tutup rapat ditempat yang sejuk dan
1 8,70% iritasi terutama
Surfactant berventilasi baik
pada kulit sensitif
Deterjen rendah 2. Jika terkena mata, segera bilas dengan air
Organic busa yang 2. Berbahaya jika
L-SOAP 2 2,30% Cairan dan dapatkan pertolongan medis segera
Solvent mengandung 2-7 ml/Kg tertelan
(Detergen berwarna
3 Iritasi bahan aktif cucian 3. Jika terkena kulit (terutama kulit sensitif)
rendah putih susu
digunakan untuk kering bilas dengan air
busa) (PH 11-12) 3. Menyebabkan
pencucian secara
Inert iritasi pada mata
3 88,50% mekanik
Ingredient 4. Gunakan sarung tangan
5. Jika tertelan, bilas mulut dengan air

25
1. Menyebabkan
1. Tutup rapat ditempat yang sejuk dan
iritasi terutama
berventilasi baik
Korosif Cairan Berfungsi sebagai pada kulit sensitif
L-Chloro bening desinfektan dan 2. Berbahaya jika 2. Jika terkena mata, segera bilas dengan air
Zat aktif (as 2-5 ml/kg tertelan dan dapatkan pertolongan medis segera
4 Bleach 1 7% kekuningan penghilang noda
Cl2) cucian 3. Jika terkena kulit (terutama kulit sensitif)
Desinfektan (PH 9,8- organik pada 3. Menyebabkan
Oksidis 10,8) cucian linen putih iritasi pada mata bilas dengan air
ing 4. Gunakan sarung tangan
5. Jika tertelan, bilas mulut dengan air
1. Menyebabkan
Ionarganic 1. Tutup rapat ditempat yang sejuk dan
1 16,20% iritasi terutama
Acid berventilasi baik
pada kulit sensitive
Cairan
Penetral sisa alkali 2. Berbahaya jika 2. Jika terkena mata, segera bilas dengan air
L-SOUR bening
pada proses 2-4 ml/kg tertelan dan dapatkan pertolongan medis segera
5 (Penetralisir Korosif tidak
pencucian cucian
sisa alkali) Inert berwarna 3. Menyebabkan 3. Jika terkena kulit (terutama kulit sensitif)
2 83,80% sebelumnya
Ingredient (PH 02-03) iritasi pada mata bilas dengan air
4. Gunakan sarung tangan
5. Jika tertelan, bilas mulut dengan air
Cationic 1. Berbahaya jika 1. Tutup rapat ditempat yang sejuk dan
1 Cairan
BC-66 Surfactant Pelembut kain tertelan berventilasi baik
berwarna 3-5 ml/kg
6 (Pelembut 3,50% katun dan sintetis 2. Jika terkena mata, segera bilas dengan air
Inert biru (PH cucian 2. Menyebabkan
kain) 2 yang berparfum dan dapatkan pertolongan medis segera
Ingredient 5,5-7) iritasi pada mata
3. Jika tertelan, bilas mulut dengan air
Membersihkan dan 1. Menyebabkan
Anionic 1. Tutup rapat ditempat yang sejuk dan
1 5% membunuh kuman iritasi terutama
Surfactant berventilasi baik
Cairan pada kulit sensitif
pada semua tipe
SUPERPINE Aromatic berwarna 2. Berbahaya jika 2. Jika terkena mata, segera bilas dengan air
2 4,50% linen putih dan
(Membersih Hydrocarbon bening, tertelan dan dapatkan pertolongan medis segera
berwarna, 5-20
7 kan dan Iritasi kuning
disarankan kg/cucian
Membunuh Organic sampai 3. Menyebabkan 3. Jika terkena kulit (teutama kulit sensitif)
3 10% digunakan pada
kuman) Solvent kecoklatan iritasi pada mata bilas dengan air
proses pre wash
(PH 9-10)
4 Inert dengan suhu maks 4. Gunakan sarung tangan
80,50% 60 derajat celcius
Ingredient 5. Jika tertelan, bilas mulut dengan air

26
4. Bahaya Fisik
Beberapa bahaya fisik di Instalasi Laundry Rumah Sakit adalah :
1. Kebisingan
Kebisingan ditempat kerja adalah semua bunyi yang tidak dikehendaki yang
bersumber dari mesin-mesin yang bergerak yang berada ditempat kerja (Suma’mur,
1996). Nilai Ambang Batas ditempat kerja adalah nilai rata-rata yang dapat
diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan
dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu yang tidak melebihi 8 jam sehari atau 40
jam seminggu. Ketentuan tersebut sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Tenaga
Kerja No : KEP-51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat
Kerja. Sumber berasal dari mesin-mesin Laundry, pajanan bising yang terjadi lama
membuat efek kumulatif yang bertingkat dan menyebabkan gangguan pendengaran
berupa noise induce hearing loss (NIHL)
Pencegahan :
 Untuk media : disain akustik menggunakan alat peredam suara untuk
mengurangi bising yang ditimbulkan oleh mesin-mesin tersebut, mengasorbsi
dan mengurangi pantulan bising secara akustik pada dinding, langit-langit
dan lantai, dan menutup sumber bising dengan barrier.
 Untuk pekerja : Menggunakan APD (ear plug atau ear muff), mempunyai
sarana ruang isolasi/ruang istirahat, rotasi pekerja untuk periode waktu
tertentu antara lingkungan kerja yang bising dengan yang tidak bising, dan
pengendalian secara admistratif dengan menggunakan jadwal kerja.

2. Pencahayaan
Menurut Suma’mur (1996) Pencahayaan yang baik memungkinkan tenaga kerja
melihat objek-objek yang dikerjakannya secara jelas dan cepat. Penerangan yang
memadai memberikan kenyamanan pada tenaga kerja. Sehingga tidak
menimbulkan gangguan atau kelelahan pengelihatan selama bekerja. Apabila
penerangan kurang maka akan menimbulkan kelelahan mata yang dapat
mengakibatkan :
a. Banyak terjadi kelelahan
b. kualitas kerja rendah dan produktivitas menurun
c. Kecelakaan kerja
Pencahayaan di Instalasi Laundry sangatlah penting karena berhubung
dengankeselamatan pekerja, peningkatan pencermatan, kesehatan yang lebih baik,
suasana nyaman. Petugas yang terpajan gangguan pencahayaan akan mengeluh
kelelahan mata dan keluhan lain berupa konjungtivitis (iritasi), ketajaman
penglihatan terganggu, akomodasi dan konvergen terganggu, serta sakit kepala,
untuk menghindari terjadinya gangguan pada mata, maka pencahayaan harus
disesuaikan dengan Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 Tahun1964 tentang
syarat-syarat kesehatan, kebersihan serta penerangan dalam tempat kerja, untuk

27
membedakan bahan yang kasar (linen, pakaian, sprei dan selimut) intensitas
penerangannya minimal 200 lux.

3. Suhu
Suhu tubuh manusia dipertahankan hampir menetap atau mendekati
normal oleh suatu sistem pengatur suhu tubuh yang sempurna sehingga manusia
dapat menyesuaikan diri dengan perubahan suhu yang terjadi di luar tubuhnya.
Suhu menetap ini sebagai akibat dari metabolisme dan pertukaran panas antara
tubuh dan lingkungan sekitarnya. Panas yang diakibatkan metabolisme sangat
tergantung dari kegiatan tubuh. Kemampuan untuk menyesuaikan diri pada
batasnya yaitu tubuh manusia masih dapat menyesuaikan dirinya dengan
temperatur luar jika perubahan dari temperatur luar tidak lebih dari 20% untuk
kondisi panas dan 35% untuk kondisi dingin.
Seorang karyawan akan mampu bekerja efisien dan produktif bila
lingkungan tempat kerjanya nyaman atau dapat dikatakan efisien kerja optimal
dalam daerah nikmat kerja, tidak dingin dan tidak panas. Suhu yang tinggi
merupakan beban kerja tambahan dan sangat berpengaruh bila tenaga kerja
tersebut melakukan kerja fisik. Apabila suhu di ruang kerja mencapai 40°C dan
menggunakan peralatan yang panas dapat menyebabkan keluarnya banyak
keringat yang mempercepat timbulnya kelelahan, dapat berakibat menurunnya
kemampuan kerja dan produktivitas kerja (Suma’mur, 1996).
Berdasarkan Kepmenkes No. Kep. 1405/Menkes/SK/XI/2002 Tentang
Persyaratan dan Tata Cara Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Kerja
Perkantoran dan Industri.
Nilai standart untuk suhu yaitu 18-28°C. Tata cara pelaksanaan yaitu :
1. Tinggi langit-langit dari lantai minimal 2,5 m.
2. Bila suhu udara >28°C perlu menggunakan alat penata udara seperti AC,
kipas angin, exhaust fan
3. Bila suhu udara luar <18°C perlu menggunakan pemanas ruang.

4. Listrik
Kecelakaan tersengat listrik dapat terjadi pada petugas Laundry oleh
karena dukungan pengetahuan listrik yang belum memadai. Pada umumnya yang
terjadi di rumah sakit adalah kejutan listrik micrishick yang mengalir ke badan
petugas melalui sistem peralatan yang tidak baik.
 Efek kesehatan :
1. Tersengat listrik
2. Kaku pada otot di tempat yang tersengat listrik
 Pengendalian
1. Pengukuran jaringan atau Instalasi listrik
2. Pemasangan pengaman atau alat pengamanan sesuai dengan ketentuan

28
3. Pemasangan tanda-tanda bahaya dan indikator
4. Penempatan pekerja sesuai dengan ketrampilan
5. Memakai sepatu atau sandal yang sesuai dengan standar keamanan
(APD)

5. Getaran
Getaran atau vibrasi adalah faktor fisik yang ditimbulkan oleh subyek
dengan getaran isolasi. Vibrasi yang terjadi dapat lokal atau seluruh tubuh.
Mesin cuci yang bergetar dapat memajani petugas melalui transmisi atau
penjalaran, baik getaran yang mengenai seluruh tubuh, ataupun setempat
yang merambat melalui tangan atau lengan operator.
 Efek kesehatan
1. Pada sistem peredaran darah dapat terjadi kesemutan dan parese
2. Terhadap sistem tulang : sendi dan otot dapat terjadi gangguan
osteoarticular yaitu gangguan pada sendi jari tangan
3. Terhadap sistem saraf : dapat terjadi parastesi, menurunnya sensitifitas,
gangguan kemampuan membedakan atrofi
 Pengendalian
1. Terhadap sumber diusahakan menurunkan getaran dengan bantalan
anti vibrasi atau isolator dan pemeliharaan mesin yang baik
2. Terhadap pekerja : tidak ada pelindung khusus hanya dianjurkan
menggunakan sarung tangan untuk menghangatkan tangan dan
perlindungan gangguan vaskuler.

6. Panas
Panas dirasakan bila suhu udara di atas suhu nyaman (26-28˚C) dengan
kelembaban antara 60-70%. Pada Instalasi Laundry panas yang terjadi adalah
panas lembab.
 Efek pada kesehatan
1. Heat syncope (pingsan karena panas)
2. Heat disorder kumpulan gejala yang berhubungan dengan kenaikan
suhu tubuh dan mengakibatkan kekurangan cairan tubuh seperti :
a. Heat stress atau heat exhaustion : terasa panas dan tidak nyaman,
tekanan darah menurun menyebabkan gejala pusing dan mual
b. Heat cramps : spasme otot yang disebabkan cairan dengan elektrolit
yang rendah masuk ke dalam otot, akibat banyak cairan tubuh yang
keluar melalui keringat sedangkan penggantinya hanya air minum
biasa tanpa elektrolit
c. Heat stroke : disebabkan kegagalan bekerja dalam mengatur
pengeluaran keringat, suhu tubuh dapat mencapai 40˚C

29
 Pengendalian
1. Isolasi peralatan yang menimbulkan panas
2. Menyempurnakan ventilasi yang ditempatkan di atas sumber panas
yang bertujuan menarik udara panas keluar ruangan dapat digunakan
kipas angin ruangan.
3. Menyediakan persediaan air minum yang cukup dan memenuhi syarat
dekat tempat kerja dan kalau perlu sediakan ekstra salt
4. Hindarkan petugas yang harus bekerja di lingkungan panas apabila
berbadan gemuk, dan berpenyakit kardiovaskuler.
5. Pengaturan waktu kerja dan istirahat

7. Faktor fisiologis
Hubungan tenaga kerja dalam sikap dan interaksinya terhadap sarana kerja
akan menentukan efisiensi, efektivitas, dan produktivitas kerja di setiap jenis
pekerjaan. Posisi tubuh yang salah atau tidak alamiah dapat menimbulkan
kesulitan dalam melaksanakan kerja, mengurangi ketelitian, dan mudah lelah
sehingga kerja menjadi kurang efisien. Hal ini dalam jangka panjang dapat
menyebabkan gangguan fisik dan psikologi (Depkes RI, 2004)
Faktor fisiologis dapat dikatakan juga suatu ergonomi yaitu penerapan
teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang
digunakan baik dalam beraktivitas maupun istirahat dengan kemampuan dan
keterbatasan manusia fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara
keseluruhan menjadi lebih baik (Tarwaka, 2004). Gejala penyakit sehubungan
dengan alat gerak yaitu : persendian, jaringan otot, saraf, dan penbuluh darah (low
back pain).
 Pengendalian
1. Mengangkat beban berat
Tubuh manusia mampu mengangkat beban seberat kira-kira 50 kg
untuk laki-laki, dan 40 kg untuk perempuan. Bila berat badan yang
akan diangkat lebih dari setengah dari beban si pengangkat maka beban
harus dibagi menjadi dua. Apabila beban tidak dapat dibagi maka
hendaknya beban diangkat secara beramai-ramai.
2. Posisi duduk
Tinggi alas duduk sebaiknya antara 38 sampai 48 cm, kursi harus stabil
dan tidak goyang atau bergerak, dan kursi harus memungkinkan cukup
kebebasan bagi gerakan petugas.
3. Posisi berdiri
Berdiri tidak lebih dari 6 jam.
8. Faktor Psikologis
Berdasarkan Depkes RI (2004), faktor psikologis ini mempunyai peranan
besar dalam menimbulkan kelelahan. Sering kali tenaga kerja tidak mengerjakan

30
apapun juga, tetapi mereka merasa lelah. Hal ini mungkin disebabkan adanya
konflik mental. Konflik mental mungkin didasarkan atas pekerjaan sendiri, teman
sekerjanya, atasannya, atau karena kejadian di rumah dan dalam kehidupan di
masyarakat. Dengan adanya konflik mental tersbut lama kelamaan akan
menimbulkan stres kerja. Stres yaitu ancaman fisik dan psikologis dari faktor
lingkungan terhadap kesejahteraan individu. Stres dapat disebabkan oleh :
 Tuntutan pekerjaan
Beban kerja yang berlebih maupun yang kurang, tekanan waktu, tanggung
jawab yang berlebih maupun kurang.
 Dukungan dan kendala
Hubungan yang tidak baik dengan atasan, teman sekerja, adanya berita
yang tidak dikehendaki, adanya kesulitan keuangan.

9. Kebakaran
Kebakaran dapat terjadi apabila terdapat 3 (tiga) unsur secara bersama-
sama. Unsur tersebut adalah zat asam, bahan yang mudah terbakar dan panas
 Penanggulangan
1. Adanya sistem penyimpanan yang baik terhadap bahan yang mudah
terbakar
2. Pengawasan terhadap kemungkinan timbulnya kebakaran dilakukan
secara terus-menerus.
3. Jalur evakuasi
4. Perlengkapan pemadam dan penanggulangan kebakaran disertai
pengecekan rutin alat pemadam api ringan baik tabung maupun
Hydrant
5. Pelatihan seluruh pegawai tentang penanggulangan kebakaran di
tempat kerja dan bagaimana cara penggunaan alat pemadam api
ringan, cara penyelamatan personil dan berkas serta pengetahuan
tentang jalur evakuasi

10.Terpeleset atau Terjatuh


Faktor ini sangat mungkin terjadi di Instalasi Laundry yang disebabkan oleh
lantai licin, tersandung benda serta faktor kelelahan yang menyebabkan : fraktur,
dislokasi, salah urat dan memar.
 Pengendalian dan penanggulangan :
1. Hindari penggunaan sepatu/sandal hak tinggi, sol sepatu yang rusak
atau memakai tali sepatu yang longgar
2. Kontruksi lantai harus rata dan bukan dan sedapat mungkin dibuat
dari bahan yang tidak licin
3. Lantai harus selalu dibersihkan dari kotoran seperti : pasir, debu,
minyak yang memudahkan terpeleset

31
4. Lantai yang cacat misalnya banyak lubang atau permukaan diberi
tanda dan harus segera diperbaiki.

V. Pengendalian Faktor Bahaya


Pengendalian terhadap faktor bahaya pada Instalasi Laundry bertujuan
mengurangi timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja serta kerugian yang
tidak diharapkan (Tarwaka, 2008). Upaya pengendalian tersebut dapat dilakukan
sebagai berikut :
1. Eliminasi
Pengendalian secara eliminasi merupakan pengendalian resiko yang bersifat
permanen.Eliminasi adalah cara pengendalian resiko bahaya yang paling baik,
karena resiko terjadinya kecelakaan dan sakit akibat potensi bahaya ditiadakan
(Tarwaka, 2008).
2. Substitusi
Substitusi adalah menggantikan bahan-bahan dan peralatan yang lebih berbahaya
dengan bahan-bahan dan peralatan yang kurang berbahaya atau lebih aman
sehingga pemaparannya selalu dalam batas yang masih dapat diterima (Tarwaka,
2008). Menurut Suma’mur (1996), substitusi adalah mengganti bahan yang lebih
bahaya dengan bahan yang kurang bahaya atau tidak berbahaya sama sekali.
3. Engineering
Pengendalian secara engineering dapat dilakukan dengan merubah struktur objek
kerja untuk mencegah seseorang terpapar kepada potensi bahaya, seperti
pemberian pengaman mesin, pembuatan struktur pondasi mesin dengan cor
beton, pemberian alat bantu mekanik, pemberian obsorber suara pada dinding
ruang mesin yang menghasilkan kebisingan tinggi.
Pada pengendalian engineering dapat juga dilakukan dengan ventilasi umum
(Tarwaka, 2008)
4. Administrasi
Administrasi dilakukan dengan menyediakan suatu sistem kerja yang dapat
mengurangi kemungkinan seseorang terpapar potensi bahaya. Metode ini
meliputi;rekritmen tenaga kerja baru sesuai dengan jenis pekerjaan yang
ditangani, pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat, rotasi kerja untuk
mengurangi kebosanan dan kejenuhan, penerapan prosedur kerja dan pengaturan
kembali jadwal Kerja (Tarwaka, 2008).
5. Alat Pelindung Diri
Alat Pelindung Diri (APD) secara umum merupakan sarana pengendalian yang
digunakan untuk jangka pendek dan bersifat sementara mana kala sistem
pengendalian yang lebih permanen belum dapat diimplementasikan. APD
merupakan pilihan terakhir dari suatu sistem pengendalian resiko ditempat kerja
(Tarwaka, 2008).

32
Alat pelindung diri (APD) merupakan suatu alat yang dipakai untuk melindungi
diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja, dimana secara teknis
dapat mengurangi tingkat keparahan dari kecelakaan kerja yang terjadi. Peralatan
pelindung diri tidak menghilangkan atau pun mengurangi bahaya yang ada.
Peralatan ini hanya mengurangi jumlah kontak dengan bahaya dengan cara
penempatan penghalang antara tenaga kerja dengan bahaya (Suma’mur, 2009).
a. Pemeriksaan kesehatan kerja sebelum bekerja (pada saat penerimaan pegawai
baru) dan pemeriksaan kesehatan berkala setiap 1 tahun sekali.
b. Pemberian imunisasi
c. Pekerja yang memiliki permasalahan dengan kulit misalnya : luka-luka, ruam,
kondisi kulit eksfoliatif tidak boleh melakukan proses pencucian
d. Pemakaian alat pelindung diri sesuai dengan area tugas dan jenis pekerjaan,
antara lain :
1. Ruangan Pencucian menggunakan :
a. Tutup kepala : Melindungi kepala dari kotoran debu atau tangkapan
mesin-mesin berputar.
Cara perawatannya : tutup kepala ini bersifat disposibble atau sekali
pakai, setelah penggunaan, langsung dibuang ke dalam tempat sampah
medis (plastik kuning)
b. Tutup Telinga (Ear muff) frekuensi 2800–4000Hz sampai 42dB (35–45
dB) Untuk frekuensi biasa 25-30dB. Untuk keadaan khusus dapat
dikombinasikan antara tutup telinga dan sumbat telinga sehingga dapat
atenuasi yang lebih tinggi ; tapi tak lebih dari 50dB,karena hantaran
suara melalui tulang masih ada.
Cara perawatannya : Sumbat telinga yang telah selesai digunakan
dibersihkan dengan kain lap yang bersih, basah dan hangat, kemudian
keringkan dengan kain lap yang bersih dan kering, setelah itu simpan
ke dalam kotak dan disimpan di lemari penyimpanan yang kering dan
bebas dari lembab.
c. masker : Memberikan perlindungan terhadap sumber-sumber bahaya
seperti : Kekurangan oksigen, Pencemaran oleh partikel (debu, asap,
Pencemaran oleh gas atau uap
Cara Perawatannya : Penyimpanan masker harus terjamin sehingga
terhindar dari debu, kondisi yang ekstrim (terlalu panas atau terlalu
dingin), kelembaban atau kemungkinan tercemar bahan-bahan kimia
berbahaya. Masker ini bersifat disposibble atau sekali pakai, setelah
penggunaan masker langsung dibuang ke dalam tempat sampah medis
(plastik kuning)
d. Kacamata safety atau kacamata pelindung gunanya : untuk
menghindari percikan bahan kimia, partikelir debu dan uap panas.
Cara perawatannya :

33
Kacamata safety dijaga keadaannya dengan pemeriksaan rutin yang
menyangkut cara penyimpanan, kebersihan serta kondisinya oleh
manajemen lini. Apabila dalam pemeriksaan tersebut ditemukan
kacamata safety yang kualitasnya tidak sesuai persyaratan maka alat
tersebut ditarik serta tidak dibenarkan untuk dipergunakan.
e. Apron : untuk menghindari percikan bahan kimia, kotoran dan cairan
tubuh yang terdapat dari linen dan lainnya
f. Sarung tangan : untuk menghindari iritasi pada kulit karena
bersentuhan langsung dengan bahan kimia, menghindari dari tersengat
listrik, uap panas dan getaran langsung dari mesin.
Cara perawatannya :
Sarung tangan dijaga keadaannya dengan pemeriksaan rutin yang
menyangkut cara penyimpanan, kebersihan serta kondisinya oleh
manajemen lini. Apabila dalam pemeriksaan tersebut ditemukan sarung
tangan yang kualitasnya tidak sesuai persyaratan maka alat tersebut
ditarik serta tidak dibenarkan untuk dipergunakan. Penyimpanan
sarung tangan harus terjamin sehingga terhindar dari debu, kondisi
yang ekstrim (terlalu panas atau terlalu dingin), kelembaban atau
kemungkinan tercemar bahan-bahan kimia berbahaya.
g. Sarung kaki/sepatu kerja/sepatu boot : menghindari tergelincir,
tertusuk benda tajam, tersengat listrik, dan menghindari dari iritasi
karena bersentuhan langsung dengan bahan kimia.
Cara Perawatannya :
Sepatu safety dijaga keadaannya dengan pemeriksaan rutin yang
menyangkut cara penyimpanan, kebersihan serta kondisinya oleh
manajemen lini. Apabila dalam pemeriksaan tersebut ditemukan sepatu
safety yang kualitasnya tidak sesuai persyaratan maka alat tersebut
ditarik serta tidak dibenarkan untuk dipergunakan.

2. Ruangan pengeringan dan pelipatan :


a. Tutup kepala : Melindungi kepala dari kotoran debu atau tangkapan
mesin-mesin berputar.
Cara perawatannya : tutup kepala ini bersifat disposibble atau sekali
pakai, setelah penggunaan, langsung dibuang ke dalam tempat sampah
medis (plastik kuning)
b. Tutup Telinga (Earmuff) frekuensi 2800–4000 Hz sampai 42 dB (35–45
dB) Untuk frekuensi biasa 25-30 dB. Untuk keadaan khusus dapat
dikombinasikan antara tutup telinga dan sumbat telinga sehingga dapat
atenuasi yang lebih tinggi; tapi tak lebih dari 50 dB, karena hantaran
suara melalui tulang masih ada.

34
Cara perawatannya : Sumbat telinga yang telah selesai digunakan
dibersihkan dengan kain lap yang bersih, basah dan hangat, kemudian
keringkan dengan kain lap yang bersih dan kering, setelah itu simpan ke
dalam kotak dan disimpan di lemari penyimpanan yang kering dan bebas
dari lembab.
c. Masker : Memberikan perlindungan terhadap sumber-sumber bahaya
seperti : Kekurangan oksigen, Pencemaran oleh partikel (debu, asap,
Pencemaran oleh gas atau uap
Cara Perawatannya : Penyimpanan masker harus terjamin sehingga
terhindar dari debu, kondisi yang ekstrim (terlalu panas atau terlalu
dingin), kelembaban atau kemungkinan tercemar bahan-bahan kimia
berbahaya. Masker ini bersifat disposibble atau sekali pakai, setelah
penggunaan masker langsung dibuang ke dalam tempat sampah medis
(plastik kuning)
d. Sarung tangan : untuk menghindari iritasi pada kulit karena
bersentuhan langsung dengan tersengat listrik, uap panas dan getaran
langsung dari mesin.
Cara perawatannya :
Sarung tangan dijaga keadaannya dengan pemeriksaan rutin yang
menyangkut cara penyimpanan, kebersihan serta kondisinya oleh
manajemen lini.
Apabila dalam pemeriksaan tersebut ditemukan sarung tangan yang
kualitasnya tidak sesuai persyaratan maka alat tersebut ditarik serta
tidak dibenarkan untuk dipergunakan. Penyimpanan sarung tangan
harus terjamin sehingga terhindar dari debu, kondisi yang ekstrim
(terlalu panas atau terlalu dingin), kelembaban atau kemungkinan
tercemar bahan-bahan kimia berbahaya.
e. Sarung kaki/Sandal kerja (tertutup) : menghindari tergelincir, tertusuk
benda tajam, tersengat listrik
Cara Perawatannya :
Sandal kerja dijaga keadaannya dengan pemeriksaan rutin yang
menyangkut cara penyimpanan, kebersihan serta kondisinya oleh
manajemen lini. Apabila dalam pemeriksaan tersebut ditemukan Sandal
kerja yang kualitasnya tidak sesuai persyaratan maka alat tersebut
ditarik serta tidak dibenarkan untuk dipergunakan.

3. Ruangan distribusi :
a. Tutup kepala : Melindungi kepala dari kotoran debu atau
Cara perawatannya : tutup kepala ini bersifat disposible atau sekali
pakai, setelah penggunaan, langsung dibuang ke dalam tempat sampah
medis (plastik kuning)

35
b. masker : Memberikan perlindungan terhadap sumber-sumber bahaya
seperti : Kekurangan oksigen, Pencemaran oleh partikel (debu, asap,
Pencemaran oleh gas atau uap
Cara Perawatannya : Penyimpanan masker harus terjamin sehingga
terhindar dari debu, kondisi yang ekstrim (terlalu panas atau terlalu
dingin), kelembaban atau kemungkinan tercemar bahan-bahan kimia
berbahaya. Masker ini bersifat disposibble atau sekali pakai, setelah
penggunaan masker langsung dibuang ke dalam tempat sampah medis
(plastik kuning)
f. Sarung kaki/sandal kerja : menghindari tergelincir, tertusuk benda
tajam, tersengat listrik,
Cara Perawatannya :
sandal kerja dijaga keadaannya dengan pemeriksaan rutin yang
menyangkut cara penyimpanan, kebersihan serta kondisinya oleh
manajemen lini. Apabila dalam pemeriksaan tersebut ditemukan sandal
kerja yang kualitasnya tidak sesuai persyaratan maka alat tersebut
ditarik serta tidak dibenarkan untuk dipergunakan

4. Ruangan pelipatan linen bayi :


a. Tutup kepala : Melindungi kepala dari kotoran debu
Cara perawatannya : tutup kepala ini bersifat disposibble atau sekali
pakai, setelah penggunaan, langsung dibuang ke dalam tempat sampah
medis (plastik kuning)
b. masker : Memberikan perlindungan terhadap sumber-sumber bahaya
seperti : Kekurangan oksigen, Pencemaran oleh partikel (debu, asap,
Pencemaran oleh gas atau uap
Cara Perawatannya : Penyimpanan masker harus terjamin sehingga
terhindar dari debu, kondisi yang ekstrim (terlalu panas atau terlalu
dingin), kelembaban atau kemungkinan tercemar bahan-bahan kimia
berbahaya. Masker ini bersifat disposibble atau sekali pakai, setelah
penggunaan masker langsung dibuang ke dalam tempat sampah medis
(plastik kuning)
c. Apron : untuk menghindari baju dari kotoran debu, serat linen, dan
lainnya
d. Sarung tangan : untuk menjaga kebersihan linen
Cara perawatannya :
Sarung tangan dijaga keadaannya dengan pemeriksaan rutin yang
menyangkut cara penyimpanan, kebersihan serta kondisinya oleh
manajemen lini.
Apabila dalam pemeriksaan tersebut ditemukan sarung tangan yang
kualitasnya tidak sesuai persyaratan maka alat tersebut ditarik serta

36
tidak dibenarkan untuk dipergunakan.Penyimpanan sarung tangan
harus terjamin sehingga terhindar dari debu, kondisi yang ekstrim
(terlalu panas atau terlalu dingin), kelembaban atau kemungkinan
tercemar bahan-bahan kimia berbahaya.
e. Sarung kaki/Sandal kerja : menghindari tergelincir, tertusuk benda
tajam, tersengat listrik, dan menghindari dari iritasi
Cara Perawatannya :
Sandal kerja dijaga keadaannya dengan pemeriksaan rutin yang
menyangkut cara penyimpanan, kebersihan serta kondisinya oleh
manajemen lini. Apabila dalam pemeriksaan tersebut ditemukan sandal
kerja yang kualitasnya tidak sesuai persyaratan maka alat tersebut
ditarik serta tidak dibenarkan untuk dipergunakan

Tabel 2. Klasifikasi APD sesuai dengan Proses Pekerjaan

NO PROSES PEKERJAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD)


1 Penerimaan, Penimbangan, Tutup Kepala, masker, apron plastik, sarung
Pemilahan tangan panjang, sepatu boot
2 Pencucian, Pemerasan Tutup Kepala, tutup telinga (ear muff) masker,
kaca mata pelindung, apron plastik, sarung
tangan panjang, sepatu boot
3 Pengeringan Tutup Kepala, tutup telinga (ear muff) masker,
sarung tangan panjang, Sandal tertutup
4 Pernyetrikaan/Pengepresan Tutup Kepala, tutup telinga (ear muff) masker,
sarung tangan bahan kaos/katun halus, Sandal
tertutup
5 Pelipatan Tutup Kepala, tutup telinga (ear muff) masker,
kaca mata pelindung, apron linen, sarung
tangan bahan kaos/katun halus, sandal
tertutup
6 Penyimpanan dan Tutup Kepala, masker, Sandal tertutup
Distribusi linen bersih
7 Penjahitan Tutup Kepala, masker, Apron linen, Sandal
tertutup
8 Pengambilan Chemical Tutup Kepala, tutup telinga (ear muff) masker,
kaca mata pelindung, apron plastik, sarung
tangan panjang, sepatu boot

37
BAB IV
PENUTUP

I. Kesimpulan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk
menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan,
sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja
Bahaya yang dihadapi di Instalasi Laundry RSUP Persahabatan sangat
beragam diantaranya yaitu : Bahaya Biologi, kimia, fisika, dan fisik (Kebisingan,
Pencahayaan, Suhu, Listrik, Getaran, Kebakaran, Psikologis, fisiologis, terpeleset dan
resiko jatuh).
Pengendalian potensial bahaya tenaga kerja yang ada di Instalasi Laundry RSUP
persahabatan terbagi dalam klasifikasi ruangan atau area kerja antara lain :
1. Ruang Penerimaan linen kotor (penimbangan, pemilahan)
2. Ruang Pencucian
3. Ruang Pengeringan dan pelipatan, setrika
4. Ruang press linen
5. Ruang distribusi dan penyimpanan linen
6. Ruang Penjahitan
7. Ruang pelipatan linen bayi

II. Saran
1. Pemantauan terhadap resiko bahaya pada lingkungan kerja Instalasi Laundry
sebaiknya dilakukan secara berkala
2. Pemantauan terhadap penempatan bahan kimia/chemical laundry dan
memperhatikan prinsip penyimpanan B3
3. Mengarahkan karyawan Instalasi Laundry untuk bekerja menurut standar
operasional prosedur yang ada di Instalasi Laundry
4. Edukasi rutin karyawan Instalasi Laundry untuk bekerja menurut prinsip PPI
5. Edukasi rutin mengenai pentingnya penggunaan alat pelindung diri
6. Setiap karyawan instalasi laundry wajib menggunakan Alat pelindung diri jika
bekerja menurut area kerja masing-masing

38

Anda mungkin juga menyukai