Anda di halaman 1dari 7

Civil Engineering and Environmental Symposium 2019 Semarang, 1 Mei 2019

Alternatif Rumah Tetap Yang Lebih Aman Bagi Masyarakat Berpenghasilan


Rendah di Kabupaten Timor Tengah Selatan

Seprianus Kristanto Tualaka


Magister Teknik Pengelolaan Bencana Alam
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, INDONESIA
beta_tanto@yahoo.ac.id

Iman Satyarno
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, INDONESIA
imansatyarno@ugm.ac.id

Achmad Dunaedi
Departemen Teknik Arsitektur dan Perencanaan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, INDONESIA
achmaddjunaedi@ugm.ac.id

Ashar Saputra
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, INDONESIA
saputra@ugm.ac.id

INTISARI

Di seluruh Indonesia terdapat 7,6 juta rumah tidak layak huni yang membutuhkan penanganan berupa peningkatan
kualitas, dengan 57.000 unit di antaranya berada di kabupaten Timor Tengah Selatan Propinsi NTT. Untuk
mengatasi hal ini, pemerintah meluncurkan program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS), yaitu program
bantuan perumahan bagi masyarakat kurang mampu. Dalam pelaksanaannya, seringkali pembangunan rumah
mengabaikan aspek teknis sehingga rawan terhadap bencana, terutama gempa bumi. Penelitian ini bertujuan untuk
menilai kerentanan bangunan rumah pada program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) dengan
menggunakan teknik Rapid Visual Screening (RVS). Berdasarkan hasil penelitian terhadap kerentanan bangunan
rumah BSPS di Kelurahan Nonohonis dan Kelurahan Niki-niki, didapati nilai kerentanan bangunan sedang, 35-
70% sebanyak 14 unit, dan 70-100% sebanyak hanya 12 unit. Faktor yang mempengaruhi nilai kerentanan
bangunan antara lain tidak maksimalnya perkuatan pada struktur bangunan. Secara umum, masyarakat hanya
mengutamakan aspek fungsional rumah, tanpa mengindahkan kaidah teknis, misalnya tidak menggunakan sloof.
Melalui penelitian ini, penulis mengidentifikasi rumah yang aman dan mudah dikerjakan, yaitu Rumah Instan Baja
(RISBA), berupa penggunaan baja kanal sebagai struktur utama bangunan. Material ini dipadukan dengan pelepah
daun gewang (bebak, bahasa lokal TTS) sebagai penutup dinding.

Kata kunci: BSPS, Rapid Visual Screening (RVS), gempa bumi, rumah sederhana, Rumah Instan Baja.

1 PENDAHULUAN membangun 225 unit rumah. Konstruksi yang


digunakan adalah rumah permanen dan rumah semi
Undang-Undang Nomor 1 tahun 2011 tentang permanen. Rumah permanen adalah rumah temboka
Perumahan dan Kawasan Permukiman dengan struktur beton. Sedangkan rumah semi
mengamanatkan bahwa negara bertanggung jawab permanen adalah rumah sederhana dengan konstruksi
melindungi segenap bangsa Indonesia melalui kayu dan berdinding pelepah daun gewang. Dalam
penyelenggaraan perumahan dan kawasan pelaksanaannya, penulis menemukan dibangun
permukiman agar masyarakat mampu bertempat dengan mengabaikan kaidah teknis, seperti kedalaman
tinggal serta menghuni rumah yang layak dan pondasi yang tidak sesuai, tidak menggunakan sloof,
terjangkau di dalam perumahan yang sehat, aman, ukuran besi salah, tidak menggunakan ikatan angin
harmonis, dan berkelanjutan di seluruh wilayah pada kuda-kuda, maupun beton yang keropos. Hal ini
Indonesia.. menyebabkan kondisi rumah sangat rentan terhadap
Pada tahun 2018, pemerintah Kabupaten Timor bencana gempa bumi.
Tengah Selatan memberikan subsidi untuk

VI-43
Yogyakarta, 1 Mei 2019 Civil Engineering and Environmental Symposium 2019

pinggiran Lempeng Asia Tenggara sebagai bagian


dari Lempeng Eurasia.

Gerakan penumpuan lempeng-lempeng aktif tersebut


akan membebaskan sejumlah energi yang telah
terkumpul sekian lama. Peristiwa tersebut
menyebabkan gempa bumi dengan nilai besaran yang
beragam (Kertapati, 2006). Kabupaten TTS sendiri
berada di daerah yang memiliki kerentanan tinggi
terhadap gempa bumi.

Gambar 1. Rumah tidak layak huni di Kabupaten TTS


(sumber : Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan
Permukiman Kabupaten TTS).

Gambar 3. Peta zonasi gempabumi di Indonesia (sumber :


Kementerian Pekerjaan Umum).

Berdasarkan nilai spektral percepatan dar resiko


gempa bumi yang diunduh dari http://puskim.pu.go.id,
kabupaten TTS berada pada wilayah seismik sangat
tinggi, dengan nilai Ss=1,047 dan nilai S1=0,296.
Gambar 2. Rumah dengan konstruksi semi permanen
(sumber : Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan
Permukiman Kabupaten TTS).

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah melakukan


penilaian kerentanan rumah tetap sederhana pada
program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya
(BSPS) di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS),
dan mengidentifikasi konstruksi rumah yang aman
bagi masyarakat berpenghasilan rendah di Kabupaten
TTS, baik secara struktur maupun penggunaan
material lokal.
Gambar 4. Respon Spektral Kabupaten TTS (sumber :
1.1 Gempa Bumi Puskim Pekerjaan Umum).
Wilayah Indonesia yang luasnya sekitar 5000km²
membentang dari barat pada 95° BT sampai ke tmur 1.2 Kerentanan Rumah Masyarakat Terhadap Gempa
pada sekitar 140° BT, dan dari utara pada 6° LU Bumi.
sampai ke selatan pada 11° LS. Kepulauan Indonesia Satyarno (2011), menekankan pentingnya
berada di katulistiwa, dan secara tektonk pada membangun rumah yang lebih aman terhadap gempa
posisi/pertemuan empat lempeng kerak bumi aktif, bumi. Dalam penelitiannya, kualitas struktur sangat
yaitu Lempeng Samudera Hindia-Australia di selatan berpengaruh terhadap kerentanan bangunan. Terdapat
yang bergerak ke utara dan Lempeng Pasifik, serta beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas struktur,
Lempeng Renik Filipina di bagian timur yang antara lain kualitas material yang rendah (seperti
bergerak ke barat dan keduanya menumpu di bawah penggunaan pasir yang tercampur lumpur, maupun
penggunaan campuran air, semen pasir dan agregat

VI-44
Civil Engineering and Environmental Symposium 2019 Semarang, 1 Mei 2019

yang tidak seimbang), kurangnya perkuatan pada detil 2.2 Rumah Yang Lebih Aman ( Dengan Perkuatan
(misalnya tidak ada angkur pada pertemuan kolom Kayu).
dan sloof, maupun penggunaan besi yang berukuran Sedangkan pada bangunan rumah dengan perkuatan
terlalu kecil), serta dibangun pada tanah yang tidak kayu, terdapat penanganan yang berbeda. Secara garis
stabil, yang dapat berakibat terjadinya longsor, besar, terdapat 4 hal yang harus diperhatikan dalam
walaupun telah dibangun dengan konstruksi yang pengerjaan bangunan dengan perkuatan kayu, yaitu
benar. (Boen dkk, 2009) :
a. Mutu bahan bangunan
2 PEMBAHASAN b. Detail sambungan
c. Mutu pekerjaan
2.1 Rumah Yang Lebih Aman (Tembokan)
d. Kayu harus anti rayap.
Parameter yang digunakan untuk mengukur
kerentanan rumah adalah parameter yang terdapat
dalam Persyaratan Pokok Membangun Rumah Yang
Lebih Aman (Boen dkk, 2009), yang antara lain terdiri
dari :
a. bahan bangunan;
b. struktur utama, yaitu pondasi, dinding, beton
bertulang dan kuda-kuda kayu;
c. ikatan antar struktur utama
d. pengecoran beton

Gambar 6. Persyaratan rumah yang lebih aman dengan


perkuatan kayu.

2.3 Rapid Visual Screening (RVS).


Penilaian kerentanan dilakukan pada 26 unit rumah,
yang terdiri atas 21 rumah permanen dan 5 rumah
semi permanen. Berdasarkan penilaian kerentanan,
terdapat 14 unit rumah yang memiliki kerentanan
Gambar 5. Persyaratan Rumah Yang Lebih Aman tipe sedang (35-70%), dan 12 unit memiliki kerentanan
Tembokan. relatif tinggi (70-100%).

Beberapa faktor penyebab nilai kerentanan sedang


adalah adalah proses pembangunan rumah yang
mengabaikan kualitas struktur, seperti tidak

VI-45
Yogyakarta, 1 Mei 2019 Civil Engineering and Environmental Symposium 2019

menggunakan sloof, penggunaan besi yang tidak mementingkan fungsi rumah daripada aspek
sesuai standar, keroposnya kualitas beton, campuran keamanannya. Penggunaan material yang berat, tanpa
mortar yang tidak sesuai, tidak ada ikatan angin, serta perkuatan struktur yang memadai menyebabkan
kualitas kayu yang rendah. mayoritas rumah rumah rentan terhadap gempa bumi.

Gambar 9. Jenis pengamatan pada formulir RVS.

Gambar 10. Jenis pengamatan pada formulir RVS

Gambar 7. Formulir evaluasi bangunan sederhana


tipikal tembokan.

Gambar 11. Kondisi rumah dengan perkuatan kayu.

Gambar 8. Nilai kerentanan bangunan.

Secara umum, karena dikerjakan sendiri, masyarakat


tidak memahami pentingnya struktur bangunan.
Ketiadaan dana juga menjadi kendala membangun
rumah yang lebih aman. Masyarakat lebih

VI-46
Civil Engineering and Environmental Symposium 2019 Semarang, 1 Mei 2019

Gambar 12. Kondisi rumah tembokan Gagasan dasar pengembangan RISBA adalah
membangun kembali rumah yang rusak karena
Selain itu, proses pembangunan rumah juga lebih gempa, yang bisa dibangun dengan cepat, struktur
lama. Dari 60 unit rumah yang dikerjakan di 2 utama awet, aman, dan mengurangi potensi timbulnya
kelurahan, hanya 26 yang selesai pada saat penelitian korban pada kejadian gempa yang akan datang. Selain
ini dikerjakan. itu, rumah RISBA juga didesain agar menjadi
nyaman.
2.4 Alternatif Rumah Yang Lebih Aman
Gagasan ini sejalan dengan prinsip membangun
Sebagai alternatif rumah yang lebih aman, penulis kembali dengan lebih baik (build back better) dan
memfokuskan penelitian pada rumah dengan sesuai dengan kaidah mitigasi bencana.
perkuatan kayu, yang dapat dikembangkan menjadi
rumah tumbuh. Rumah jenis ini adalah Rumah Instan Beberapa keuntungan penggunaan baja CNP sebagai
Baja (RISBA), yang dipadukan dengan material lokal struktur utama bangunan Rumah Instan Baja, antara
yaitu pelepah daun gewang (bebak). Rumah Instan lain (Tim Peduli Bencana UGM, 2018) :
Baja (RISBA) merupakan rumah sederhana yang
dapat dikerjakan secara cepat, yang dikembangkan 1. Keseluruhan material yang digunakan pada
oleh Tim Peduli Bencana Fakultas Teknik Universitas struktur RISBA menggunakan bahan-bahan siap
Gadjah Mada Jogjakarta (UGM). RISBA juga pakai yang sudah tersedia di pasaran. Bahan
merupakan tipe rumah yang dibangun bagi struktur utama adalah profil CNP.
masyarakat korban gempa di Nusa Tenggara Barat
(NTB) tahun 2018. RISBA dicetuskan dari pemikiran
untuk memberikan alternatif bangunan rumah
terutama di daerah yang harus melakukan rekonstruksi
pasca bencana (Tim peduli bencana Universitas
Gadjah Mada, 2018).

Gambar 14. Baja kanal CNP

2. Cepat, selesai dalam 5 hari. Berdasarkan simulasi


riil di lapangan, bangunan rumah RISBA dengan
ukuran 6m x 6m selesai dalam waktu 5 hari dengan
jumlah tenaga kerja 5 orang per hari. Struktur
RISBA yang ringan tidak memerlukan pondasi
sebagaimana struktur bangunan yang berat.
3. Awet, dapat bertahan sampai 40 tahun Struktur
utama RISBA yang dibuat dari baja CNP bisa awet
karena dalam pelaksanaannya akan dilapisi dengan
bahan lapisan anti karat minimal 2 lapis.
4. Aman, tahan terhadap gempa. Rumah RISBA
adalah struktur yang aman dan mengurangi potensi
timbulnya korban jiwa pada kejadian gempa. Baja
bersifat liat dan ulet, tidak getas, sehingga tidak
mudah patah akibat beban gempa. Dalam
perhitungan secara numerik dengan pemodelan
komputer, rumah RISBA akan bertahan ketika
menerima beban gempa berupa percepatan tanah
lebih dari 1g. Hal ini karena selain bahan baja yang
bersifat ulet, rumah RISBA merekomendasikan
penggunaan bahan dinding yang ringan serta
rangka dan penutup atap yang ringan.
5. Nyaman, tidak panas. RISBA menggunakan atap
Gambar 13. Tahapan pemasangan RISBA (sumber : Tim dengan sudut kemiringan atap yang besar sehingga
peduli bencana Universitas Gadjah Mada, 2018).

VI-47
Yogyakarta, 1 Mei 2019 Civil Engineering and Environmental Symposium 2019

ruang udara di bawah penutup atap cukup besar dipasang, rumah dengan konstruksi ini mengurangi
dan bisa menahan panas dari atap. penggunaan dengan kayu. Pemakaian baja, juga relatif
6. Mudah dikerjakan. Struktur baja CNP disambung mudah dalam pengerjaan. Walaupun rumah jenis ini
dengan cara di-las listrik. Las menggunakan api tidak memerlukan pondasi, penulis tetap
tidak diperbolekan. Metode pengelasan listrik menggunakan pondasi dengan pertimbangan suatu
dipilih karena sederhana, sudah banyak dikuasai saat dapat menjadi rumah tumbuh seiring dengan
oleh masyarakat, sehingga tidak sulit mencari alat peningkatan ekonomi keluarga yang membangunnya.
dan bahannya (Tim peduli bencana Universitas
Gadjah Mada, 2018).

Gambar 15. Rumah RISBA di Lombok (sumber : Tim Gambar 17. Kombinasi baja dan dinding bebak pada rumah
Peduli Bencana Fakultas Teknik UGM, 2018). sederhana.

Pada dinding, dipadukan dengan pelepah daun


gewang (bebak, bahasa lokal NTT). Sejak dahulu,
masyarakat NTT telah memanfaatkan pelepah gewang
sebagai dinding rumah dan pagar, karena sangat kuat
dan tahan lama (Hengky Novarianto, Balit Palma,
2015).

Gambar 18. Kombinasi baja dan dinding bebak pada rumah


sederhana.

REFERENSI
Boen, T., Suprobo, P., Pribadi, K.S., Irmawan, M.,
Satyarno, I., Saputra, A., 2009, Key
Requirment of Safer Houses, Department of
Public Work, Indonesia and JICA Japan.

Engkon, K., Kertapati., 2006, Aktifitas Gempa Bumi


di Indonesia, Pusat Survey Geologi, Badang
Gambar 16. Pelepah daun gewang (bebak) sebagai penutup Geologi, Departemen Energi dan Sumber
dinding. Daya Mineral, Jakarta.

3 KESIMPULAN Perdana, Intan., P., 2017. Evaluasi Kerentanan


Program bantuan perumahan bagi masyarakat Bangunan Rumah Masyarakat Terhadap
prasejahtera terus diadakan setiap tahun. Disisi lain, Gempa Bumi di Desa Wisata Bugisan
kebutuhan rumah sederhana yang aman terhadap Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten,
gempa tidak dapat diabaikan, karena Indonesia Magister Teknik Universitas Gadjah Mada.
merupakan negara dengan ancaman gempa bumi yang
tinggi. Penggunaan baja yang dipadukan dengan Satyarno, Iman, 2011. Evaluasi Visual Secara Cepat
material lokal diharapkan dapat menjawab Pada Bangunan Sebagai Upaya Mitigasi.
permasalahan-permasalahan ini. Selain mudah Prosiding Seminar Mitigasi Bencana Alam

VI-48
Civil Engineering and Environmental Symposium 2019 Semarang, 1 Mei 2019

dan Ulang Tahun ke 10 Program Pendidikan


Bencana di MPBA FT UGM, 13 September
2011, Yogyakarta.

Standar Nasional Indonesia Nomor 03-1729-2002


Tentang Tata Cara Perencanaan Bangunan
Baja Untuk Bangunan Gedung.

VI-49

Anda mungkin juga menyukai