Anda di halaman 1dari 4

TEMU ILMIAH IPLBI 2012

PENDEKATAN ARSITEKTUR ANTROPOLOGI UNTUK KASUS


PENELITIAN KOMPARATIF ARSITEKTUR-PEMUKIMAN
(SETTLEMENT-ARCHITECTURE) MINANGKABAU DAN KERALA
Indah Widiastuti

Sejarah Teori dan Kritik Arsitektir/ Program Studi Arsitektur, Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan kebijakan,
Institut Teknologi Bandung.

Abstrak

Materi artikel ini membahas aspek metoda yang diambil dari penelitian yang memeperbandingkan
konsep pemukiman tradisional-vernakuler masyarakat berkekerabatan matrilinial di India Selatan
dan Minangkabau, Tara-Nayar dan Nagari. Metodologi yang digunakan diramu dari kombinasi
metoda Anthropo-Arch dan Analisis Kontrol Teritori. Dalam metodologi ini istilah-istilah seperti
habitat, arsitektur-pemukiman dan konsep Kontrol Teritori digunakan sebagai istilah alternatif dari
arsitektur, bangunan dan pemukiman.

Kata-kunci : metoda, etnografi, antropologi, arsitektur-pemukiman, metoda Antrhopo-Arch, anlisis Kontrol


Teritori

Metodologi ini digunakan dalam penelitian Metoda Perbandingan dilakukan berdasar pada
perbandingan arsitektur-pemukiman masyarakat kesamaan prinsip organisasi sosial tradisional
berkekerabatan matrilineal di Minangkabau dengan aspek khusus pewarisan mengikuti garis
Indonesia dan Kerala, India. Penelitian ini ibu (matrilinial). Pemilihan kedua kasus ini juga
ditujukan untuk menyelidiki pengaruh dilakukan untuk membuka dikursus
kekerabatan matrilinial pada lingkungan binaan. perbandingan arsitektur India dan Indonesia
Penelitian ini menggunkan kombinasi dari dua dari kaca mata budaya vernakuler. Penelitian ini
metoda yaitu Metodo Antropho-Arch, yang dibuat untuk menyumbangkan perspektif
dicetuskan oleh Nold Egenter (1992) dengan berbeda dari yang selama ini berkembang
analisis Kontrol Teritori Habitat yang dicetuskan mengenai kaitan arsitektur India dan Indonesia
oleh N.J Habraken (1995). Metoda Antropo-Arch yang selalu diasumsikan sebagai sumber
adalah metoda investigasi untuk arsitektur gagasan dan pengetahuan arsitektur di
dengan menggunakan kiat-kiat etnografi untuk Nusantara. Konsep Tara sendiri adalah
memahami permasalahan atau realita fisik dari representasi budaya bermukim masyarakat
arsitektur atau pemukiman. Metoda Antrhopo- Dravida India Selatan yang lebih bersesuaian
Arch dilakukan melalui dua tahap penyelidikan dengan budaya arsitektur Indonesia dan oleh
yang kemudian akan saling dikorelasikan yaitu, sebagian masyarakat Kerala dianggap sebagai
Arsitektur-Antropologi (Architectural warisan budaya Pra-Hindu yang tak dapat
Anthropology) dan Riset habitat (Habitat disamakan dengan budaya berhuni india
Research). Tahap Arsitektur Antropologi adalah lainnya.
dasar pengambilan data dari lapangan,
sedangkan Riset habitat adalah analisa yang Pengantar
dilakukan berdasarkan data-data Riset arsitektur
Antropologi untuk membangun gagasan holistik Salah satu harapan dari upaya pengembangan
mengenai budaya berhuni, yang dalam hal ini metodologi penelitian arsitektur adalah untuk
difokuskan pada karakter masyarakat matrilinial. mencoba memahami fenomena arsitektur secara

Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2012 | 77


Pendekatan Arsitektur Antropologi Untuk Kasus Penelitian Komparatif Arsitektur-Pemukiman (Settlement-Architecture) Minangkabau dan
Kerala
holistik serta cara untuk membangun sistem dari masyarakat matrilinial. Namun sifatnya
penelitian yang mengedepankan arsitektur menjadi lebih kritis karena perangkat
sebagai instrument analisis, yang selama ini metodologisnya dirancang untuk tidak terjebak
selalu diambil alih oleh etnografi. Gagasan pada konvensi struktural tradisional yang
mengenai arsitektur atau lingkungan binaan normatif namun tetap pada penyelidikan atas
sebagai unit budaya berhuni bisa ditelusuri dari konstelasi sosial yang nyata yang membuahkan
wacana House-Society yang diselidiki oleh sistem adat. Sekalipun aspek sosial kekerabatan
sarjana Strukturalis terkemuka. Levi Straus juga dan adat merupakan fokus dari investigasi
Habitus oleh Peter Bordieu dan Nold Egenter sinkronik, aspek diakronik juga penting untuk
dengan konseptualisasi empat tipe habitat memahami berbagai konteks sejarah sosial yang
(ruang semantik, ruang domestik, arsitektur- melatarbelakanginya. Aspek-aspek tersier
pemukiman dan ruang urban). Konseptualisasi seperti mitologi dan ekonomi tidak dapat
gagasan tersebut mengarah pada kritik terhadap diabakan namun secara praktis dan taktis
istilah-istilah seperti arsitektur, bangunan, kota terkondensasikan dalam perangkat investigasi.
yang kemudian dipandang terlalu parsial dan
teknis kernanya perlu diganti dengan istilah Penelitian ini berseifat eksploratori dengan
yang lebih holistik – paradigm habitat. menggunakan pendekatan etnografi dan
komparasi. Metoda etnografi yang digunakan
Paradigma habitat mendudukan aspek arsitektur adalah Anthropo-Arch yang terdiri atas dua
sejarah dan budaya berhuni sebagai kesatuan tahap yaitu metoda Antropologi-Arsitektur dan
yang tak dapat dipisah-pisahkan. Nold Egenter Riset-Habitat. Salah satu implikasi dari
menggagas “toposemantik” sebagai prinsip- metodologi ini adalah peninjauan ulang
prinsip berulang yang ditemukan di setiap terhadap definisi konseptual arsitektur yang
lapisan atau tingkatan konsep lingkungan binaan bersifat mendeskripsikan bangunan, lansekap,
yang kemudian dipandang sebagai kunci rumus- pemukiman dan detil secara individual secara
keholistikan lingkungan binaan. Habraken parsial. Sebagai gantinya adalah definisi
dengan metoda analisis Kontrol Teritori konseptual arsitektural yang holistik. Dalam riset
menjadikan situasi teritori yang terkontrol ini istilah Arsitektur-Pemukiman diambil untuk
sebagai indikator keutuhan sebuah unit habitat. mengkonseptualisasikan sebuah organisasi
horizontal yang kemdian diproyeksikan terhadap
Untuk mendukung argumentasi ini, studi lansekap dalam berbagai skala, mulai dari
pustaka dan pengamatan awal dilakukan untuk rumah, pemukiman hingga geografi budaya.
member pemahaman umum mengenai Definisi seperti ini mengasumsikan adanya
arsitektur dan organisasi sosial masyarakat di kontinuitas prinsip dari elemen terkecil habitat
kedua konsep terkait. Aspek pertama yang dikaji ke elemen terbesar. Konteks definisi ini tidak
adalah aspek sosial-historis dari sistem sama dengan konsep rumah sebagai elemen
kekerabatan. Aspek kedua adalah sistem Nagari dari pemukiman. Dalam pengertian arsitektur-
dan Tara-Nayar itu sendiri dan pada akhirnya pemukiman, bangunan adalah funsgi lingkungan
adalah sistem ekologi yang memungkinkan binaan dan budaya bermukim.
konsep ini terwujud.
Komponen investigasi diturunkan dari kerangka
Kajian ini bersifat kritis dan tidak menjadikan pikir yang memperlihatkan hubungan saling
nilai-nilai tradisional-konservatif sebagai mempengaruhi antatra organisasi sosial
panduan. Sebaliknua, nlai-nilai tersebut menjadi kekerabatan yang bertumpu pada pewarisan
konteks yang akan dikritisi. matrilinial, karakter lingkungan tropis basah dan
sistem pertanian padi (Gambar 1). Data
Metode investigasi Antroplogi-Arsitektur dibagi menjadi
empat lapisan unit analisis: rumah inti dan
Penelitian ini dengan bersifat Strukturalis karena
keluarga inti, rumah keluarga dan keluarga
konesekuensi dari tujuan penelitian adalah
besar, pemukiman dan komunitasnya dan
mengkonstruksi konsep organisasi-sosial spasial
78 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2012
Indah Widiastuti
persekutuan beberapa pemukiman dan keluarga asli untuk menjamin keterperolehan
masyarakatnya. Investigasi dilakukan dengan data-data antropologis arsitektur yang lengkap
teknik wawancara dan pengamatan lapangan. dan kasus yang direkomendasikan oleh oleh
Data diambil dari 5 buah pemukiman, dua buah pakar-pakar arsitektur terkait.
di Minangkabau, tiga buah di Kerala dan dari
masing-masingya diambil 4 buah rumah Elemen investigasi dikelompokan ke dalam dua
keluarga. tingkatan lingkup sistem habitat (pemukiman
dan lansekap) serta artefak fisik bangunannya.
Investigasi juga dilakukan lewat wawancara
terhadap para ahli bangunan lokal.

Metode Analisis Data

Semua data-data yang digali lewat tahap


Arsitektur-Antropologi dianalisis ditabulasikan
dan kemudian darinya kesimpulan normatif
diturunkan untuk memperoleh karakter khas
dari masing-masing unit unit analisis Kerala dan
Gambar 1. Kerangka Organisasi Sosial Spasial Minangkabau. Kemudian Riset Habitat dilakukan
Budaya Bermukim Masyarakat Matrilineal untuk memperoleh kesimpulan karakter
teritorialitas, batas dan obyek dari arsitektu-
Data-data Antropologi-Arsitektur kemudian akan pemukiman (Gambar 2). Dari sini organisasi
diolah lewat Riset-Habitat guna memperoleh sosial-spasialpun dapat dirumuskan dan
proyeksi mengenai budaya berhuni dengan kemudian diperbandingkan seperti terlihat pada
teritori dan distribusi spasialnya. Pada titik ini skema hirarki pada (Gambar 3).
analisis Kontrol Teritori dari Habraken digunakan
untuk mengkonstruksikan refleksi spasial desain
dan pertukangan konsep arsitektur dan
pemukiman tersebut.

Kedua operasi metodologis Anthropo-Arch dan


Kontrol teritori dilakukan secara terpisah
terhadap masing-masing konsep Nagari dan
Tara-Nayar secara bertahap yang kemudian
pada tahap tiga akan diperbandingkan dan
keempat kemudian diinterpertasikan. Proses Gambar 2. Contoh Analisis territorial Kontrol pada
interpertasi dipahami sebagai proses formulasi salah satu kasus.
aspek toposemantik yaitu upaya memperoleh
konstruksi dan sistem operasional organisasi
sosial-spasial dari masyarakat berkekerabatan
matrilinial yang melahirkan konsep pemukiman
tradisional Nagari dan Tara-Nayar.

Metode Pengumpulan Data

Data dipilih secara purposive sampling dengan


mempertimbangkan aspek-aspek yang
menjamin validitas, seperti keotentikan
pemukiman yang dipilih dalam kaitannya
dengan kemampuanya menjadi reprsentasi
Gambar 3. Struktur Hirarkis Sistem Habitat
pemukiman tradisional-vernakuler Minangkabau
Tradisional.
dan Kerala seluas mungkin, masih adanya
Jurnal SAPPK No.1 | 79
Pendekatan Arsitektur Antropologi Untuk Kasus Penelitian Komparatif Arsitektur-Pemukiman (Settlement-Architecture) Minangkabau dan
Kerala
Analisis dan Interpretasi pusat, hirarki dan kohesivitas spasial yang
relative kian tidak formal dan kaku. Secara tidak
Seperti halnya kesulitan yang dihadapi oleh Levi langsung kesimpulan penelitian bersifat kritis
Straus ketika meneliti konsep Numayma pada terhadap aturan normatif tradisional yang
sistem organisasi sosial masyarakat Kwakutl mengkaitkan kekerabatan matrilineal dengan
Eskimo, dari penelitian ini dapat disimpulkan karakter pemukiman Nagari dan Tara-Nayar.
terlebih dahulu bahwa istilah pewarisan Signifikansi konsep pewarisan di tangan wanita
matrilinial ternyata tidak sepenuhnya dapat lebih berkaitan dengan preservasi properti.
mererpsentasikan konsep organisasi sosial Dalam konteks ini rumah adalah sebuah fungsi
tradisional dibalik konsep sistem Nagari dan pemukiman dan bukanya elemen dari
Tara-Nayar. Pewarisan matrilinial hanya bagian pemukiman.
dari keseluruhan konstelasi organisasi sosial-
spasial Nagari dan Tara-Nayar yang secara Dari aspek Metodologis kombinasi metodologi
simultan merupakan perwujudan dari Anthropo-Arch, Analisis Kontrol teritori dan
manajemen properti milik sebuah klan (suku). kajian komparatif menginspirasikan sebuah
Selain pewarisan kepada keturunan garis strategi yang bersifat mempertemukan
wanita, kekuasaan manajerial ditangan lelaki investigasi mikro antropologi arsitektur dan
tertua dan musyawarah tetua adat sebagai investigasi makro keruangan. Metodologi ini
institusi pengambilan keputusan juga tak kalah kiranya akan dapat digunakan untuk menyelidiki
pentingnya. Sebagai konsekuensi implikasi dari budaya berhuni dan lansekap tradisional atau
pranata ini adalah bahwa wanita merupakan vernakuler pra-Kolonial di Indonesia terutama
penanda sebuah properti. Posisi, translasi dan yang masih menjadikan rumah sebagai unit
personanya menentukan dinamika, penyebaran terkecil sebuah organisasi sosial dan budaya
dan penyusutan properti dan komunitas. bermukim dengan sesedikit mungkin terjebak
Institusi keagamaan secara politis menjadi salah pada aspek normatif-konsevatif dari prinsip-
satu basis kohesifitas dan sustainabilitas konsep prinsip adat terkait.
manajemen ini.
Di sisi lain orientasi terhadap pengkonstruksian
Dari ke 5 kasus pemukiman-komunitas dan 20 sebuah struktur memang menyebabkan metoda
kasus bangunan-keluarga. Nagari di ini memiliki kecenderungan reduktif dan
Minangkabau menunjukan merupakan model generalis, yang mungkin masih dapat diatasi
konsep matrilinial yang masih terselngara relatif dengan elaborasi investigasi lebih mendalam
konsisten dibandingkan Tara-Nayar di Kerala. yang tentunya harus fleksibel terhadap waktu.
Secara spasial semakin tinggi intensitas
matrilinial kesadaran akan batas teritorial, pusat, Daftar Pustaka
simbolisasi dan kohesifitas spasial menjadi lebih
Egenter, N (1990), Habitat Anthropology and The
kecil dan organik. Pranata organisasi di Nagari
Anthropological Definition of Materal Culture - On
memang menunjukan karakter yang lebih
the way towards an anthropological prehistory’,
organik dibandingkan Tara-Naya yang jauh lebih Prosiding. Gothenburg. Contr. Conf., Switzerland,
rigid. Kohesifitas sosial masyarakat Minangkabau 1990,
dan integritasnya budayanya jauh lebih
tinggi.Namun salah satu akibat dari sifatnya Habraken, N.J (1987), Control Hierarchies in Complex
yang lebih formal sistem pengetahuan arsitektur Artifacts, Prosiding .Amer. Contr. Boston,
di Kerala lebih terkodifikasi daripada di Massachusetts,
Minangkabau.
widiastuti, Indah (2010) Critical Study of Vernacular
Settlement-Architecture of Kerala in India and
Kesimpulan
Minangkabau in West Sumatera, Indonesia , PhD
Dissertation, SAP- Anna university, Chennai
Secara langsung refleksi karakter matrilineal
yang kuat pada sistem habitat ditandai secara
relatif dengan karakter spasial batas teritori,
80 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2012

Anda mungkin juga menyukai