Anda di halaman 1dari 17

Tuti Mutia: Religiusitas Naskah Drama Kapai-Kapai…(84-100)

RELIGIUSITAS NASKAH DRAMA KAPAI-KAPAI


KARYA ARIFIN C NOER
(Dialog Tokoh, Kakek dan Koor)

Tuti Mutia
e-mail: Tutimutia3@gmail.com

Abstract. The purpose of this study was to describe the values contained in the
Religion plays Kapai-kapai Arifin C Noer work. The method used in this study is
deskriptif analysis method. The subject of this study, that the play wright Relgiusitas
Kapai-kapai Arifin C. Noer's work, and as the object of study is a play Kapai-kapai.
Data collection techniques in this study using the method of determining the unit of
analysis, data recording, and the process of inference and analysis.The results can
be the authors conclude that religiosity in a play Kapai-kapai Arifin C. Noer's work
includes: First, authentic religiosity or religiousness is directly coming from the
heart. Includes prosecution toward better, please help and spiritual attitudes
(conscience), seen very clearly in Abu dialogue and Grandfather. Both religiosity
religious or indirectly in response to God, man passes through a particular religion
is formal and official. Clearly visible on the dialog Grandfather and Abu. The level
of religiosity Grandfather has more value than Abu. According Abu happy to be
gained when we merge with God. In essence, religiosity was looking nature of God.
If you want to know God then had to go into it (religion), then just know God.

Keywords. Religiosity, dialogue

PENDAHULUAN tercermin dalam tokoh cerita, baik


Salah satu jenis karya sastra yang melalui deskripsi pikiran, maupun
menarik untuk dikaji ialah drama. perilaku tokoh.
Pengkajian terhadap salah satu genre Naskah drama Kapai-kapai karya
karya sastra tersebut dimaksudkan selain Arifin C Noer tentunya tidak lepas dari
untuk mengungkapkan nilai estetis dari konteks sejarah yang
jalinan keterikatan antar unsur melatarbelakanginya. Saparadi Joko
pembangunan karya sastra tersebut, juga Damono mengemukakan, sastra
diharapkan dapat mengambil nilai-nilai menampilkan gambaran kehidupan; dan
amanat di dalamnya. Nilai-nilai amanat kehidupan itu sendiri adalah suatu
itu merupakan nilai-nilai universal yang kenyataan sosial. Sehingga dapat
berlaku bagi siswa seperti nilai moral, disimpulkan kehidupan itu menyangkut
etika, dan religi. Nilai-nilai amanat itu hubungan antarmasyarakat,

Jurnal Edukasi Kultura 84


Tuti Mutia: Religiusitas Naskah Drama Kapai-Kapai…(84-100)

antarmanusia, manusia dengan Tuhan, mengerjakan sholat Jumat padahal


dan antarperistiwa yang terjadi dalam mereka tahu hukumnya wajib dan hanya
batin seseorang. dikerjakan seminggu sekali. tetapi
Naskah Kapai-kapai mereka dengan santai dan tetap lebih
menceritakan kondisi buruk yang gemar melakukan rutinitas mereka dari
dialami Abu sebagai tokoh utama yang pada melakukan kewajiban yang telah
diceritakan. Kondisi kemiskinan dan diperintahkan Tuhan kepada mereka.
penderitaan yang tidak saja Dari peristiwa itu, tidak menutup
dilatarbelakangi kebodohan Abu dalam kemungkinan tokoh Abu ada pada pada
menyikapi hidup dan kehidupannya, zaman sekarang. dan banyak Abu
tetapi kondisi sosial yang dengan beragam bentuk dan tujuan.
menghimpitnya. Keterlenaan Abu dalam Zaman sekarang pemuda-pemudi
mimpi-mimpinya, minimnya lebih memilih untuk tidak datang ke
pemahaman religiusitas, kebodohan mesjid, sebab tempat-tempat hiburan
dalam berpikir dan bersikap, dan dan pertunjukan yang menarik seperti
keadaan zaman yang tidak night-night club, café, mall, konser-
menguntungkan bagi status sosial seperti konser band sangat tidak memungkinkan
Abu, menjadi latar belakang untuk mereka mengahadiri upacara
ketidakkuasaannya tokoh utama ini keagamaannya. Dengan kata lain,
mengatasi keadaan, sehingga keadaan orang-orang mencari pelepasan
fakir membuat seseorang menjadi kufur. kebutuhan spiritualnya, bukan lagi di
Di Indonesia memang mayoritas tempat-tempat ibadah, malainkan di
penganutnya beragama Islam, dan tempat hiburan.
boleh dikatakan kebanyakan orang Itu sebuah kenyataan hakiki,
beragama kurang memenuhi kebutuhan bahwa manusia sebetulnya ingin
spiritualnya kepada agama (Tuhan) mencari pemenuhan kebutuhan ritus.
yang dipercayai. Kenyataan ini dapat Akan rasa kebersamaan. karena, mesjid
kita lihat di jalan-jalan raya, supir-supir sudah tidak lagi sebagai lembaga
angkot, tukang-tukang becak, pedagang- kebersamaan, maka yang ada di tempat-
pedagang, bahkan tidak menutup tempat hiburan dan yang sejenisnya.
kemungkinan mahasiswa pada hari Potret inilah yang sedang kita dihadapi
Jumat masih banyak yang tidak saat ini.

Jurnal Edukasi Kultura 85


Tuti Mutia: Religiusitas Naskah Drama Kapai-Kapai…(84-100)

Jadi masalah kesadaran Agama yang muncul dalam


beragama terlalu dimudahkan seolah- Kapai-kapai adalah agama yang
olah masalah sahadat, atau masalah mendapat warna mistik dan kesufian.
ketika dia sudah mengaku Islam, Agama yang menganggap bahwa hidup
kemudian selesai. Tugas orang adalah beban jasmani. Naskah drama ini
beragama bukan hanya itu. kalau sangat ideal untuk bahan pembelajaran
sekedar mengaku Islam, siapapun bisa. karena di dalam naskah drama Kapai-
Jangankan Islam, sebenarnya secara kapai ini pengarang memiliki tujuan
alamiah pun orang sudah dikatakan yang untuk di sampaikan kepada
muslim, walaupun dia belum Islam. Ini pembaca. Naskah drama ini juga banyak
masalahnya direfleksikan dalam tingkah mengandung pesan dan nasihat luhur.
lakukanya yang moralis. Jadi kita Apabila pembaca mampu mengambil
jangan melihat Islam secara fomalitas. pesan dan amanat ini maka ia akan
Orang banyak beragama (Islam), tetapi berhasil dalam menjalani hidup.
tindakannya bukan mencerminkan Fokus penelitian ini adalah
seorang yang Islami dan beragama. religiusitas pada dialog Abu dan Kakek.
Maka itu, ada hal-hal yang lebih Dalam mengkaji sebuah karya sastra,
mendasar dari itu, dari syariat secara seorang peneliti dihadapkan pada cara-
formalitas, yakni bagaimana cara beragam. Cara tersebut dapat
menemukan hakikat keberagamaan kita, berupa teori, pendekatan dan metodologi
tentang Tuhan, tentang pemenuhan yang telah ada sebelumnya. Ada yang
kebutuhan spiritual, sebagai makhluk menggunakan salah satu dari ketiganya,
religius. ada juga yang mengkombinasikan ketiga
Itu sebabnya, seseorang itu unsur tersebut. Penelitian ini merupakan
bukan saja aktif dalam kemasyarakatan, penelitian berbasis analisis deskriptif,
tetapi bagaimana dia dapat memberi artinya data-data yang telah terkumpul
bentuk kepada masyarakat tersebut. dari dokumentasi dipaparkan dengan
Dengan kata lain, seorang itu bukan memberikan analisis-analisis kemudian
saja hidup beragama, tetapi juga dia diambil kesimpulan akhir. Maka sesuai
dapat membentuk pribadinya sehingga dengan penjelasan tersebut penulis
benar-benar religius yang selalu butuh mengajukan penelitian dengan judul
Tuhan.

Jurnal Edukasi Kultura 86


Tuti Mutia: Religiusitas Naskah Drama Kapai-Kapai…(84-100)

“Religiusitas Naskah Drama Kapai- berarti ‘memeriksa lagi, menimbang,


kapai karya Arifin C Noer”. merenungkan keberatan hati nurani’.
Manusia religius secara sederhana
PEMBAHASAN agaknya dapat diartikan sebagai manusia
Formulasi pengertian religiusitas yang berhati nurani serius, taat, soleh,
sering terjadi kekeliruan. Kekeliruan dan teliti dalam pertimbangan batin. Jika
yang paling mendasar ialah bahwa demikian halnya, kata religius belum
religiusitas sering dibedakan dengan mengacu pada konteks agama tertentu.
agama sehingga religiusitas dianggap Namun, apabila pada kata religius
sebagai representasi sikap orang yang diimbuhkan kata islam, misalnya,
tidak beragama. Padahal, apabila dikaji sehingga menjadi religius Islam.
lebih mendalam, religiusitas sangat Pengertian religious di sini menjadi lebih
koheren dengan agama karena keduanya tegas, yaitu mengacu pada keyakinan,
sama-sama berorientasi pada tindakan berhati nurani, dan saleh menurut norma
penghayatan yang intens terhadap Yang atau ajaran agama Islam.
Tunggal, Yang di Atas, atau Sang Religusitas cenderung
Pencipta (Tuhan). Oleh karena itu, ketika melahirkan dua sikap atau cara
membahas aspek religiusitas dalam penghayatan keberagamaan yang
sastra, orang cenderung membatasi data berbeda. meskipun tujuan dan
hanya pada karya-karya yang di orientasinya sama, yaitu mendekatkan
dalamnya terdapat ungkapan yang diri kepada Tuhan (Allah SWT). Sikap
menunjuk agama (tertentu) saja. yang pertama, yaitu religiusitas otentik,
Religi diartikan lebih luas dipandang sebagai suatu sikap
daripada agama. Konon kata religi keberagaman secara langsung, yang
menurut asal kata berarti ikatan atau berpangkal pada hati nurani atau
pengikat diri. Dari sini pengertiannya kedekatan rohaniahnya. Mangunwijaya
lebih pada masalah personalitas, hal mengatakan bahwa salah satu ciri
yang pribadi. Oleh karena itu, ia lebih religiusitas otentik adalah “penuntutan
dinamis karena lebih menonjolkan manusia kearah segala makna yang
eksisensi sebagai manusia. Menurut baik”. Sementara itu, sikap yang kedua,
sitanggang, kata religiusitas berasal adari yaitu religiusitas-agamis, dipandang
religio atau relego (bahasa latin) yang sebagai suatu sikap keberagamaan secara

Jurnal Edukasi Kultura 87


Tuti Mutia: Religiusitas Naskah Drama Kapai-Kapai…(84-100)

tidak langsung karena dalam yang menitik beratkan kehidupan agama


menanggapi Tuhan, manusia melewati sebagai pemecahan persoalan.
jalur agama tertentu yang bersifat formal Jenis ajaran religius itu sendiri
dan resmi. Hal tersebut misalnya dapat mencakup masalah yang tidak terbatas
dilakukan dengan cara sembahyang, dan mencakup semua persoalan hidup
puasa, atau dengan cara lain yang semu dan kehidupan, seluruh persoalan hidup
itu telah diatur oleh atau yang telah dan kehidupan dapat dibedakan menjadi:
menjadi semcam ‘dogma’ bagi para persoalan hubungan manusia dengan diri
penganut agama tersebut. sendiri, persoalan hubungan manusia
Dalam religiusitas yang otentik dengan manusia lain dalam lingkup
diperkenalkan juga sebuah religiusitas sosial lingkungan alam, dan persoalan
yang praktis. Religiusitas yang praktis hubungan manusia dengan Tuhannya.
yaitu pasal religusitas manusia yang Religiusitas dalam sebuah karya
utuh, yakni kesadaran untuk beramal, sastra, pada dasarnya mempertanyakan
menolong orang lain. Teristimewa pertanyaan-pertanyaan yang religius
menolong mereka yang saling menderita pada karya tersebut, dan
atau tersungkur di dalam lembah nista; mengungkapkan nilai religiusitas yang
yang dibuat sendiri oleh kesalahan ada dalam karya. Karena setiap karya
sendiri, atau karena kesalahan pihak luar. sastra yang berkualitas selalu berjiwa
Untuk kreteria-kreteria religius religius. Pertanyaan-pertanyaan religius;
dalam sebuah karya sastra. Atmosuwito pertanyaan,yang menyangkut eksistensi
(dalam Rumi), mengemukakan kreteria- manusia alam titik-titik puncak ataupun
kreteria religius sebuah karya sastra: (1) jurang-jurang terdalam dari krisis yang
penyerahan diri, tunduk dan taat keada menentukan hidup mati, tegak atau
sang pencipta, (2) kehidupan yang penuh hancur.
kemuliaan, (3) perasaan batin yang ada Lebih jauhnya drama religi
hubungannya dengan Tuhan. (4) menjelaskan sebuah karakter, keadaan,
perasaan berdosa, (5) perasaan takut, dan dan tema yang dapat diketahui melalui
(6) mengakui kebesaran Tuhan. Ada makna dari sebuah agama, hubungan
juga kreteria religiusitas secara yang antara manusia dengan Tuhannya,
dikemukaan oleh Saridjo (Jassin manusia dengan dirinya sendiri, dan
kemudian Rumi), yakni karya sastra hubungan antar sesama manusia, karena

Jurnal Edukasi Kultura 88


Tuti Mutia: Religiusitas Naskah Drama Kapai-Kapai…(84-100)

kebesaran alam Tuhan. Hal itu akan Sinopsis Naskah Drama Kapai-kapai
memberi dampak yng serius untuk Emak mendongengkan kepada
sebuah tujuan, baik senang maupun Abu tentang Pangeran dan Sang Putri
sedih. Drama religi memberikan makna yang selalu bahagia karena memiliki
perjuangan seseorang yang berusaha cermin tipu daya. Dengan dongeng yang
agar tujuannya mencapai yang lebih baik diceritakan Emak itu, Abu diberi Emak
dari kemampuan yang dimiliki. Drama impian-impian yang bagus. Kebahagian
religi membicarakan tingkat kehidupan yang dicari Abu menurut Emak ada di
yang lebih tinggi. dunia ini walaupun letaknya sangat jauh,
Roderick Robertson yaitu di ujung dunia. Sedangkan menurut
mengutarakan dua bidang dasar kakek walaupun tidak meyakinkan Abu
pengalaman manusia yang mana dengan kebahagian itu adalah pada kehidupan
drama religius dapat menjadi sebuah setelah kematian. Tiba-tiba Abu
suguhan pencerahan. Yang pertama tersentak dari lamunannya oleh
adalah bagian dari diri manusia yang panggilan dan bentakan Majikannya.
tidak berhubungan dengan Tuhan, (Abu mempunyai ribuan Majikan).
disebut sebagai alienasi dari drama Namun Emak tetap mencoba menghibur
religi. Bidang kedua adalah proses Abu dengan melanjutkan dongengnya
pencapaian manusia untuk dekat kepada tentang kehebatan Pangeran
Tuhannya disebut sebagai drama mendapatkan kekayaan dengan cermin
pengalaman religius. tipu daya. Emak meyakinkan Abu bahwa
Berdasarkan beberapa teori di Abu adalah Pangeran, lantas Abu
atas, maka dalam mengkaji religiusitas terpedaya oleh cermin tipu daya yang
naskah drama Kapai-kapai karya Arifin membawanya menuju sebuah akhir
C Noer ini, peneliti menitik beratkan hayatnya sendiri.
kehidupan agama sebagai pilihan
pemecah persoalan. Religusitas Religiusitas Naskah Drama Kapai-
cenderung melahirkan dua sikap atau kapai
cara penghayatan keberagamaan yang Religusitas cenderung
berbeda. meskipun tujuan dan melahirkan dua sikap atau cara
orientasinya sama, yaitu mendekatkan penghayatan keberagamaan yang
diri kepada Tuhan (Allah SWT). berbeda. Meskipun tujuan dan

Jurnal Edukasi Kultura 89


Tuti Mutia: Religiusitas Naskah Drama Kapai-Kapai…(84-100)

orientasinya sama, yaitu mendekatkan Katak : Di sana.


diri kepada Tuhan (Allah SWT). Sikap Abu : Rumput, dia manakah
yang pertama, yaitu religiusitas otentik, ujung dunia ?
dipandang sebagai suatu sikap Rumput : Di sana.
keberagaman secara langsung, yang Abu : Embun, di manakah ujung
berpangkal pada kedekatan rohaniahnya. dunia ?
Mangunwijaya mengatakan bahwa salah Embun : Di sana.
satu ciri religiusitas otentik adalah Abu : Air, di manakah ujung
“penuntutan manusia kearah segala dunia ?
makna yang baik”. Sementara itu, sikap Air : Di sana. (Semua
yang kedua, yaitu religiusitas-agamis, Menertawakan Abu)
dipandang sebagai suatu sikap Abu : Batu, di manakah ujung
keberagamaan secara tidak langsung dunia ?
karena dalam menanggapi Tuhan, Batu : Di sana. (Semua
manusia melewati jalur agama tertentu Menertawakan Abu)
yang bersifat formal dan resmi. Abu : Jangkerik, di manakah
ujung dunia ?
1. Religiusitas Otentik Jangkerik : Di sana. (Semua
Religiusitas otentik merupakan Menertawakan Abu)
religiusitas yang bersifat langsung. Abu : Kambing, di manakah
Penuntutan ke arah yang lebih baik dapat ujung dunia ?
dikatakan sebagai usaha manusia untuk Kambing : Di sana.
mencari suatu hal yang baik bagi Abu : Kambing, di manakah di
kehidupannya. Hal tersebut dapat dilihat sana ?
pada dialog Abu dalam naskah drama Kambing : Di sana.
Kapai-kapai bagian ke dua, yaitu Abu : Pohon, di manakah di sana?
mencari di manakah ujung dunia. Pohon : Di sana.
Abu : Burung, di manakah ujung Abu : Kakek, di manakah di sana
dunia ? Kakek : Di sini.
Burung : Di sana.
Abu : Katak, di manakah ujung Penggalan dialog di atas
dunia ? mengingatkan kepada kisah nabi Ibrahim

Jurnal Edukasi Kultura 90


Tuti Mutia: Religiusitas Naskah Drama Kapai-Kapai…(84-100)

yang mencari keberadaan Tuhan. Nabi yang memiliki makna yang baik bagi
Ibrahim mencari-cari di manakah kehidupannya.
keberadaan dan kebenaran Tuhan yang Sikap tolong menolong juga
sesungguhnya. Nabi Ibrahim mencari merupakan tindakan penuntutan kearah
keberadaan dan kebenaran Tuhan. yang lebih baik. Tolong menolong dalam
Tindakan tersebut sama halnya dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti
yang dilakukan Abu dalam mencari saling menolong. Ungkapan tolong
cermin tipu daya. Walaupun Tuhan dan menolong ini tercermin dalam dialog
cermin tipu daya itu berbeda, tetapi ada tokoh Abu dan Burung, Katak, Rumput,
kesamaan konteks. Konteks tersebut Embun, Air, Batu, Jangkrik, Kambing,
dapat dilihat dari kebutuhan masing- Pohon dan Kakek.
masing tokoh. Tokoh Ibrahim mencari Abu : Burung, di manakah ujung
keberadaan dan kebenaran Tuhan, dunia ?
sementara tokoh Abu mencari Burung : Di sana.
keberadaan cermin tipu daya, dengan Abu : Katak, di manakah ujung
tujuan akhir yang sama yaitu dunia ?
kebahagiaan dan ketenangan jiwa. Bagi Katak : Di sana.
Ibrahim Tuhan memiliki makna yang Abu : Rumput, dia manakah ujung
baik, sedangkan bagi Abu cermin tipu dunia ?
daya memiliki makna yang sangat baik Rumput : Di sana.
bagi kehidupannya. Kesungguhan Abu : Embun, di manakah ujung
pertanyaan yang diajukan oleh Abu dunia ?
sering dilakukan manusia pada Embun : Di sana.
umumnya dalam mencari kebenaran Abu : Air, di manakah ujung dunia ?
tentang Tuhan untuk mendapatkan Air : Di sana. (Semua
kebahagiaan dan ketenangan hidup. Menertawakan Abu)
Penulis dapat mengambil Abu : Batu, di manakah ujung
simpulan, bahwa tindakan yang dunia?
dilakukan Abu merupakan tindakan Batu : Di sana. (Semua
penuntutan kearah segala yang baik, Menertawakan Abu)
karena bagi Abu cermin tipu dayalah Abu : Jangkerik, di manakah ujung
dunia ?

Jurnal Edukasi Kultura 91


Tuti Mutia: Religiusitas Naskah Drama Kapai-Kapai…(84-100)

Jangkerik : Di sana. (Semua Sikap tolong menolong bisa


Menertawakan Abu) diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Abu : Kambing, di manakah ujung Di mana sikap saling tolong menolong
dunia ? terhadap sesama mampu membawa
Kambing : Di sana. manusia pada kemuliaan. Jadi, sikap
Abu : Kambing, di manakah di sana? tersebut merupakan tindakan yang
Kambing : Di sana. mencerminkan sikap terpuji yang
Abu : Pohon, di manakah di sana ? membawa manusia kepada kemuliaan.
Pohon : Di sana. Sikap kesungguhan juga
Abu : Kakek, di manakah di sana ? diperlihatkan toko Abu, demi
Kakek : Di sini. mengetahui letak ujung dunia tokoh Abu
pasrah berjalan menghabiskan sisa
”Di sana” adalah kata penunjuk waktu yang dimilikinya. Kesungguhan
untuk menyampaikan tempat yang agak Abu untuk mendapatkan cermin tipu
jauh dari pembicara dan kata tersebut daya akhirnya terlaksana namun cermin
merupakan jawaban dari pertanyaan tipu daya adanya di ujung dunia yaitu
yang diajukan oleh Abu untuk mencari akhir dari perjalanan hidup Abu sendiri.
cermin tipu daya. Proses komunikasi
yang terjadi dapat dikatakan sikap tolong 2. Religiusitas Agamis
menolong. Hal tersebut dibuktikan Menurut Kamus Besar Bahasa
dengan tindakan Abu yang terus mencari Indonesia agama adalah sistem yang
cermin tipu daya. mengatur tata keimanan (kepercayaan)
Seseorang akan merasa tenang dan peribadatan kepada Tuhan Yang
apabila mendapatkan pertolongan Mahakuasa serta tata kaidah yg
sehingga mengurangi beban yang berhubungan dengan pergaulan manusia
dideritanya. Oleh karena itu, sikap dan manusia serta lingkungannya.
tolong menolong jika dikaitkan dengan Semua tata cara kehidupan telah diatur
dialog Abu, kata ”di sana” merupakan oleh agama, tidak ada alasan manusia
jawaban yang mampu membantu Abu untuk tersesat dalam menjalani
untuk terus mendapatkan cermin tipu kehidupannya.
daya, sehingga meringankan ketabuan Religiusitas agamis merupakan
Abu dalam mencari ujung dunia. kepercayaan keagamaan yang sudah

Jurnal Edukasi Kultura 92


Tuti Mutia: Religiusitas Naskah Drama Kapai-Kapai…(84-100)

menjadi dogma, keagamaan itu sendiri Allah pernah berfirman yang artinya
merupakan sesuatu yang berhubungan ”Allah tidak akan mengubah keadaan
dengan agama. Pada naskah drama suatu kaum kecuali ia merubah dirinya
Kapai-kapai bagian kedua, tokoh Abu sendiri”. Namun, tokoh Abu hanya
mencari keberadaan cermin tipu daya mempercayai cermin tipu daya, suatu
yang dapat membuatnya bahagia, dalam benda yang dapat mengabulkan segala
proses pencarian itu Abu bertemu permintaan. Kebiasaan Abu yang suka
dengan Kakek. Terjadilah dialog di menghayal menyebabkan ia menjadi
mana kakek mengenalkan agama kepada manusia pemalas yang egois yang hanya
Abu. Agama yang memberi petunjuk memikirkan dirinya sendiri hingga
dan pedoman bagi kehidupan dalam keluarganya berantakan. Cermin tipu
mencari kebahagiaan baik di dunia dan daya merupakan mitos yang selalu
akhirat, seperti kutipan di bawah ini. didongengkan Emak kepada Abu.
Kakek : Di sana di sini sama saja. Sehingga Abu menjadikan mitos tersebut
Semuanya tak berarti. Yang kau cari sebagai kepercayaan dan tujuan.
adalah agama. Inilah. Tak ada obat Sedangkan sistem agama khususnya
paling mujarab selain agama. agama Islam, jika mengimani dan
Abu : Saya tidak sakit. mengharapkan apa pun pada suatu benda
Kakek : Tak ada tempat yang paling merupakan proses menduakan Tuhan.
teduh dan tak ada obat pelelah selain Mitos sangat kontradiktif dengan agama.
agama. Pencarian yang dilakukan Abu
Abu : Saya tidak cape bisa dikatakan proeses spiritual.
Kakek : Segala teka-teki silang pasti Peristiwa spiritual tersebut muncul
tertebak oleh agama. Inilah kunci segala ketika percakapan yang dibangun oleh
rahasia. Abu. Kakek menjawab pertanyaan Abu
Kakek mengatakan agamalah dan menjelaskan bahwa yang dibutuhkan
obat paling mujarab, agama dapat Abu adalah agama. Walaupun tokoh
menyembuhkan seseorang dari penyakit Abu tidak paham akan penjelasan Kakek
yang dideritanya. Penyakit itu tapi Abu tetap ingin tahu.
ditimbulkan oleh pikiran manusia itu Abu : Saya tidak mengerti.
sendiri, dan yang bisa mengobatinya
adalah dirinya sendiri pula sebagaimana

Jurnal Edukasi Kultura 93


Tuti Mutia: Religiusitas Naskah Drama Kapai-Kapai…(84-100)

Kakek : Tak lama lagi kau akan alam ini, dan yang menjadikan pula
mengerti, kalau mau dengar apa yang tabi’at atau khasiat tiap-tiap yang ada di
saya baca. alam ini.
Abu : Kalau saya tetap tidak Kakek : Dia Tuhan.
mengerti ? Abu : Tuhan.
Kakek : Kau adalah insan yang Kakek : Tuhan.
malang. Abu : Tuhan.
Abu : Kalau begitu cobalah Kakek : Yang menciptakan kita.
bacakan satu baris. Abu : Tuhan.
Di dalam agama Islam terdapat Kakek : Yakinlah.
hukum syari’at, yaitu hukum agama Abu : Kalau begitu Dia yang
yang berarti peraturan hidup. terdapat memulai segala ini ?
dua bagian I’tikadiah dan amaliah. Kakek : Juga yang akan
Bagian I’tikadiah ialah bagian yang mengakhiri segalanya.
harus diyakini dalam hati yang pokok- Abu : Mulai dan mengakhiri ?
pokoknya termasuk dalam rukun iman Kakek : Membangun dan
yang enam, yaitu iman kepada Allah, meruntuhkan sekaligus.
iman kepda mailakat-Nya, iman kitab- Menurut Kakek Tuhan
kitab-Nya, iman kepada para rosul-Nya, menciptakan jagad raya beserta isinya.
iman kepada hari akhir, iman kepada Dan Tuhan pula yang akan
kepastian dari Allah. memusnahkan segalanya. Tuhan juga
Dialog tokoh Kakek dengan sebagai pengatur segalanya, barang siapa
mantap mempercayai Tuhan sebagai yang mematuhi perintahnya maka surga
pencipta. Segala benda yang ada di alam, upahnya dan barang siapa yang
seperti langit, bumi, tumbuhan, manusia, melanggar neraka hukumannya.
dan lainnya itu dapat berubah-ubah dari Kakek : Dialah-Tuhan. Yang telah
tidak ada menjadi ada, atau dari tidak menciptakan jagad raya dan seisinya.
ada menjadi ada. Dari segala perubahan Maka bersyukurlah kau kepadaNya.
tersebut tentu ”ada sebab” atau ada yang Maka bersembahlah kau kepadaNya.
mengubah. Berarti ada yang Maka patuhlah kau kepada firman-
mengadakan dan ada yang menjadikan. firmanNya. Maka perbuatlah segala
Tuhan Allah itulah yang menjadikan perintah-perintahNya. Maka

Jurnal Edukasi Kultura 94


Tuti Mutia: Religiusitas Naskah Drama Kapai-Kapai…(84-100)

jauhilah segala larangan-larangan-Nya. berlatarbelakang seorang ummi tidak


Barang siapa melanggar neraka bisa membaca dan menulis. Seperti
hukumannya. Barang siapa petuh sorga kutipan dialog di bawah ini;
upahnya. Kakek : Dia Tuhan.
Sifat patuh dan bersyukur Abu :Tuhan.
merupakan akhlak yang baik. Allah Kakek :Tuhan.
senang dengan semua kebaikan. Bahkan Abu : Tuhan.
Allah akan menambahkan nikmatnya Kakek : Yang menciptakan kita.
kepada orang yang bersyukur. Tetapi
sebaliknya bila kita kufur dan ingkar Allah telah mengatur semua
pada perintahNya maka Allah akan proses penciptaan bumi dan Allah telah
murka dan nerakalah hukumannya. memberitahukan kepada umatnya
Tujuan Allah menurunkan kitab, mengenai penciptaan bumi dan alam
yaitu agar dipergunakan sebagai semesta melalui Alquran. Kitab suci
pedoman hidup bagi manusia menuju umat islam inilah sumber dari segala
jalan yang benar dan diridhai Allah Swt, macam ilmu pengetahuan. Di dalamnya
atau dengan kata lain berfungsi sebagai semua ilmu pengetahuan tertulis untuk
penuntun menuju kebahagiaan dan membantu kita mencari pengetahuan dan
keselamatan dunia akhirat. Melihat terus mengimani isinya.
dialog Abu di atas penulis mengambil Abu : Tuhan.
kesimpulan bahwa Abu selain miskin Kakek : Yakinlah.
materi juga miskin spiritualitas, namun
tokoh Kakek tetap terus mengenalkan Untuk meningkatkan keyakinan
agama kepada Abu. akan adanya Tuhan, perlu kesedaran
Kegigihan dan kesabaran Kakek tinggi. Setiap saat mengingat Tuhan,
memperkenalkan agama kepada Abu melihat semua yang berlaku dalam hidup
mengingatkan kita kepada proses ini merupakan aturan Allah yang sangat
penerimaan wahyu dari Allah melalui teliti (Qadha’ dan Qadar). Rencana
Jibril sebagai perantara untuk sebelumnya itu adalah Qadar atau takdir
disampaikan kepada nabi Muhammad dan yang terlaksana berupa kenyataan,
Saw. Jibril dengan sabar menyampaikan dinamakan Qadha yang artinya
wahyu kepada Muhammad yang keputusan perbuatan (pelaksanaan).

Jurnal Edukasi Kultura 95


Tuti Mutia: Religiusitas Naskah Drama Kapai-Kapai…(84-100)

Wajib percaya atau yakin bahwa segala lebih baik ; sampai saat
sesuatu yang telah terjadi dan yang akan kau dilepaskan dari beban
terjadi, semuanya itu menurut apa yang jasmani.
telah ditentukan dan ditetapkan oleh Abu : Lalu kapan saya sempat
Tuhan Allah, sejak sebelumnya (zaman mengecap sorga ?
azali). Kakek : Ketika kau mati.
Abu : Kalau begitu Dia yang Abu : Ha ?
memulai segala ini ? Kakek : Begitulah. Ketika kau
Kakek : Juga yang akan mati kau akan sampai ke sana.
mengakhiri segalanya. Abu : Harus sampai ke batas
Abu : Mulai dan mengakhiri ? mati untuk sampai ke sana ?
Kakek : Membangun dan Kakek : Harus sampai ke batas
meruntuhkan sekaligus. mati untuk samapai ke sana.
Abu : Saya jadi bodoh. Abu : Harus tidak ada untuk
ada ?
Agama yang dijelaskan Kakek
sangat jelas, tetapi Abu tetap tidak Mati adalah perpisahan antara
paham, menurut hemat penulis jasad kebendaan dan jasad roh, dengan
ketidakpahaman Abu disebebkan oleh arti masing-masing kembali kepangkalan
perkataan Kakek yang mengatakan harus semula, yaitu berasal dari tanah kembali
menempuh batas mati baru memperoleh ke tanah, sedang berasal dari alam rohani
kebahagiaan. kembali pula kealam rohani. Ketika
Abu : Kalau begitu tunjukilah manusia dibangkitkan dari kubur, adalah
saya cara menuju sorga. merupakan imbangan dari ketika
Kakek : Bersembahlah kau manusia baru dilahirkan dari kandungan
KepadaNya. ibunya ke dunia. Ketika itulah baru
Abu : Baik. Berapa lama saya manusia mengenal hakikat kehidupan
mesti menyembah ? rohaninya, yang berjalan menuju apa
Kakek : Sampai kau mati. yang telah disediakan Allah untuk
Abu : Ha ? kehidupannya yang abadi.
Kakek : Sampai kau mati. Atau Maksud hidup sesungguhnya,
dengan kalimat yang ialah ingin bertemu dengan Allah. akan

Jurnal Edukasi Kultura 96


Tuti Mutia: Religiusitas Naskah Drama Kapai-Kapai…(84-100)

tetapi, maksud yang tertinggi dan baik itu mencari hakikat Tuhan. Bila ingin
itu, yaitu bertemu dengan tuhan tidak mengenal Tuhan maka harus masuk ke
mungkin terjadi di dalam kehidupan dalamnya (agama), setelah itu baru
dunia ini. Hanya nanti di akhirat, setelah mengenal Tuhan. Religiusitas agamis
mati dan hidup kembali dengan juga terlihat sangat jelas pada dialog
kehidupan yang lebih tinggi, hal itu akan Abu dan koor.
tercapai. Kekak : Sudah waktu
Bagian Amaliah, itu ada dua sembahyang. Sampai cahaya menimpa
cabang, yaitu: Cabang ibadah, dirimu.
sebagaimana yang pokok tersimpul (Kelompok
dalam rukun Islam yaitu mengucapkan Kakek Dalam Koor)
dua kalimat syahadat, mengerjakan Koor : Inggih
sholat, membayar zakat, berpuasa pada Kakek : Hai manusia.
bulan ramadhan dan naik haji bagi yag Koor : Inggih.
mampu. Cabang muamalah yaitu praktik Kakek : Hai manusia.
bergaul masyarakat untuk mengetahui Koor : Inggih
kebutuhan hidup seperti jual beli, pinjam Kakek : Tuhan Pencipta.
meminjam dll. Kedua cabang amaliah Koor : Inggih.
itulah dalam praktek pelaksanaanya Kakek : Tuhan pengasih.
diatur dengan hukum syariat yang lima Koor : Inggih.
yaitu wajib, sunnah, haram, makruh, dan Kakek : Tuhan Penuntut.
mubah. Kelima hukum itu mengandung Koor : Inggih.
hikmah dan rahasia artinya bermanfaat Kakek :Turut
bila dikerjakan. Contohnya sholat. perintahNya.
Dengan singkat dapat dikatakan bahwa Koor : Inggih
jalan untuk bertemu dengan Allah ialah Kakek : Ketawalah
beramal saleh dan tidak menyekutukan Koor : Inggih.
Tuhan sedikitpun dalam pengabdiannya. Kakek : Menagislah
Jadi, menurut penulis dialog Abu dan Koor : Inggih.
Kakek merupakan dialog yang agamis, Kakek : Ketawalah dala
dialog yang sangat jelas mengandung menangis.
nilai religi. Pada hakikatnya religiusitas Koor : Inggih.

Jurnal Edukasi Kultura 97


Tuti Mutia: Religiusitas Naskah Drama Kapai-Kapai…(84-100)

Kakek : Menangislah mengatupkan mata selaku konsentrasi


dalam ketawa diri pasrah sumarah dan setiap
Koor : Inggih. mendengarkan sabdah Ilahi dalam hati.
Kakek : Apa yang kau Religiusitas koor lebih baik
cari dalam hidup ini. dibandingkan Abu. Manusia itu tidak
Koor : Bahagia. harus menempuh batas mati baru
Kakek : Apa yang kau memperoleh kebahagian. Karena
cari dalam hidup ini. menurut Koor jika seseorang itu telah
Koor : Bahagia. mengenal dirinya maka ia akan
Kakek : Apa yang kau mengenal Tuhannya.
cari dalam hidup ini. Koor : Laras dan padu.
Koor : Bahagia. Laras dan padu. Diri
Kakek : Apa yang kau yang alit dan Diri
cari dalam hatimu sendiri. yang maha. Laras
Koor : Bahagia. dan padu, pasrah,
Kakek : Apa yang di sembah, pasrah
rindu. Apa yang di sembah Bergayut diri
mau. Apa yang padaNya.
dituju. Kakek : Mengandung diri
Koor : Bahagia. dalam
keagunganNya.
Kakek dan Koor melakukan Bahagia kita dalam
sembahyang. Sembahyang merupakan kebahagianNya. Hai
ciri Religiusitas agamis. Religiusitas manusia.
agamis merupakan kepercayaan Koor : Inggih.
keagamaan yang sudah menjadi dogma, Kakek : Hai manusia.
keagamaan itu sendiri merupakan Koor : Inggih.
sesuatu yang berhubungan dengan Kakek :Menyatulah dalam
agama. Sikap-sikap yang ada dalam diriNya.
agama, yaitu berdiri khitmat, Koor : Inggih.
membungkuk, dan mencium tanah Kakek : Padulah dirimu dalam
selaku ekspresi bakti kepada Tuhan, diriNya.

Jurnal Edukasi Kultura 98


Tuti Mutia: Religiusitas Naskah Drama Kapai-Kapai…(84-100)

Koor : Inggih. (Kelompok PENUTUP


Kakek Berlalu Dalam Naskah drama Kapai-kapai
Koor). karya Arifin C Noer merupakan naskah
Koor terpesona dengan sikap-sikap religiusitas yang ditampilkan melalui
Tuhan, sehingga Koor memilih menyatu tokoh utama dan Kakek sebagai tokoh
dengan Tuhan. Koor tidak pernah tambahan. Religusitas cenderung
menyanggah apa yang di katakan Kakek melahirkan dua sikap atau cara
karena Koor paham betul apa yang ada penghayatan keberagamaan yang
di dunia dan tujuan mereka adalah berbeda. Meskipun tujuan dan
Tuhan. Mencapai kebahagian dengan orientasinya sama, yaitu mendekatkan
cara memadukan antara yang alit dan diri kepada Tuhan (Allah swt). Sikap
yang maha. Pasrah sembah menyatu yang pertama, yaitu religiusitas otentik,
yang tidak berujung. Sifat patuh kepada yaitu penuntutan kearah yang lebih baik,
Allah bisa dilakukan dengan cara dalam hal ini adalah sikap tolong
mengerjakan segala yang menolong, kesungguhan, kepasrahan,
diperintahkanNya misalnya dan ketakwaan. Sikap yang kedua, yaitu
melaksanakan habluminallah dan religiusitas-agamis, dipandang sebagai
habluminan nas, menjalin hubungan suatu sikap keberagamaan secara tidak
dengan Allah dan menjalin hubungan langsung karena dalam menanggapi
baik dengan sesama manusia dan Tuhan, manusia melewati jalur agama
makhluk lainnya. tertentu yang bersifat formal dan resmi
Penjelasan mengenai religiusitas yang terdapat pada hukum syariat, yaitu
agamis dalam naskah drama Kapai-kapai i’tikadiyah dan amaliyah.Terlihat jelas
memaparkan adanya hukum syari’at di pada dialog Kakek dan Koor.
antaranya, yaitu i’tikadiyah dan
amaliyah. Maka penulis dapat DAFTAR PUSTAKA
mengambil simpulan bahwa dalam Arifin C Noer. Nyanyian Sepi. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan, 1995.
naskah drama Kapai-kapai karya Arifin
. Kapai-kapai. Jakarta:
C Noer terdapat nilai religiusitas agamis Budaja Djaja. 1970.
Asnawir & Basyiruddin Usman. Media
yang digambarkan oleh dialog tokoh
Pembelajaran. Jakarta: Ciputat
Abu dan Kakek. Press. 2002.

Jurnal Edukasi Kultura 99


Tuti Mutia: Religiusitas Naskah Drama Kapai-Kapai…(84-100)

Ceter, David. Literary Theory, Pocket Salatiga: Widya Sari Press


Essential. 2006. Salatiga. 2001.
Djoko Damono, Sapardi. Anologi Drama Luxemburg, Jan Van. Pengantar Ilmu
Indonesia: Jilid 4 1969-2000, Sastra terjemahan. Jakarta: PT.
Jakarta: Amanah Lontar, 2009. Gramedia, 1984.
Endraswara, Suwardi. Metodologi Mangunwijaya, Sastra dan Religiusitas,
Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Jakarta; Sinar Harapan,. 1982
Widyatama. 2004. Pradotokusumo, Partini Sardjono.
Fananie, Zainuddin. Telaah Sastra. Pengkajian Sastra. PT Gramedia
Surakarta: Muhammadiyah University Pustaka Utama. 2008.
Press. 2001 Rahmanto, B. Metode Pengajaran
http//www.balipost.co.id,2002, Sastra. Jakarta: Kanisisus. 1989.
Reorientasi Nilai Religiusitas Ratna, Nyoman Kutha. Sastra dan
dalam Karya Sastra, diakses Cultural Studies: Representasi
pada 23 November 2012 pukul Fiksi dan Fakta. Pustaka Pelajar.
11: 06 Wib 2010.
http://abdain.wordpress.com. Kebutuhan Risti Ratnawati, dkk, Religiusitas dalam
Manusia Terhadap Agama, Bahasa Jawa Modern, Jakarta; Pusat
diakses pada 22 November 2012 bahasa Departemen Pendidikan, 2002.
pukul 10:39 Wib. Santosa, Puji. Drama Indonesia Modern
Jabrohim. Metodologi Penelitian Sastra. dalam Majalah Indonesia, Siasat,
Yogyakarta: PT. Hanindita Graha dan Zaman Baru (1945-1965):
Widha. 2001 Analisis Tema dan Amanat
Kamil, Sukron dkk. Syariah Islam dan disertai Ringkasan dan Ulasan.
HAM. Jakarta: Center of the Jakarta: Pusat Bahasa. 2003.
Study of Religion and Culture Semi, M. Atar. Anatomi Sastra. Padang:
[CSRC]. UIN Syarif Angkasa Raya Padang. 1988.
Hidayatullah Jakarta. 2007. Sitanggang, S.R H. Citra Manusia
Kementrian Pendidikan Nasional Badan dalam Drama Indonesia Modern
Penelitian dan Pengembangan 1960-1980. Jakarta: Departemen
Kurikulum. 2012. Bahan Pendidikan dan Kebudayan.
Penelitian Penguatan 1997.
Metodologi Pembelajaran Sumiati, Sri. “Nilai Religiusitas Pada
Berdasarkan Nilai-nilai Budaya dua Puisi Karya Abdul Hadi
untuk Membentuk Daya Saing W.M (Puisi Tuhan Kita Begitu
dan Karakter Bangsa: Dekat dan Puisi
Pengembangan Pendidikan Meditasi)”,Skripsi. Jakarta:
Budaya & Karakter Bangsa. Fakultas Keguruan dan Ilmu
Jakarta. Pendidikan Universitas Syarif
Kosasih, E.. Dasar-dasar Keterampilan Hidayatullah Jakarta Surakarta,
Bersastra. Bandung: Yrama 2006.
Widya. 2012. Wahyuningtyas, Sri & Wijaya Heru
Kratz, Ulrich. Sejarah Sastra Indonesia Santosa. Sastra: Teori dan
Abad XX. Jakarta: KPG. 2000 Implementasi. Surakarta: Yuma
Likumahua, Nico A.. Sastra Suatu Pustaka. 2011
Sarana Pendidikan Informal.

Jurnal Edukasi Kultura 100

Anda mungkin juga menyukai