Tuti Mutia
e-mail: Tutimutia3@gmail.com
Abstract. The purpose of this study was to describe the values contained in the
Religion plays Kapai-kapai Arifin C Noer work. The method used in this study is
deskriptif analysis method. The subject of this study, that the play wright Relgiusitas
Kapai-kapai Arifin C. Noer's work, and as the object of study is a play Kapai-kapai.
Data collection techniques in this study using the method of determining the unit of
analysis, data recording, and the process of inference and analysis.The results can
be the authors conclude that religiosity in a play Kapai-kapai Arifin C. Noer's work
includes: First, authentic religiosity or religiousness is directly coming from the
heart. Includes prosecution toward better, please help and spiritual attitudes
(conscience), seen very clearly in Abu dialogue and Grandfather. Both religiosity
religious or indirectly in response to God, man passes through a particular religion
is formal and official. Clearly visible on the dialog Grandfather and Abu. The level
of religiosity Grandfather has more value than Abu. According Abu happy to be
gained when we merge with God. In essence, religiosity was looking nature of God.
If you want to know God then had to go into it (religion), then just know God.
kebesaran alam Tuhan. Hal itu akan Sinopsis Naskah Drama Kapai-kapai
memberi dampak yng serius untuk Emak mendongengkan kepada
sebuah tujuan, baik senang maupun Abu tentang Pangeran dan Sang Putri
sedih. Drama religi memberikan makna yang selalu bahagia karena memiliki
perjuangan seseorang yang berusaha cermin tipu daya. Dengan dongeng yang
agar tujuannya mencapai yang lebih baik diceritakan Emak itu, Abu diberi Emak
dari kemampuan yang dimiliki. Drama impian-impian yang bagus. Kebahagian
religi membicarakan tingkat kehidupan yang dicari Abu menurut Emak ada di
yang lebih tinggi. dunia ini walaupun letaknya sangat jauh,
Roderick Robertson yaitu di ujung dunia. Sedangkan menurut
mengutarakan dua bidang dasar kakek walaupun tidak meyakinkan Abu
pengalaman manusia yang mana dengan kebahagian itu adalah pada kehidupan
drama religius dapat menjadi sebuah setelah kematian. Tiba-tiba Abu
suguhan pencerahan. Yang pertama tersentak dari lamunannya oleh
adalah bagian dari diri manusia yang panggilan dan bentakan Majikannya.
tidak berhubungan dengan Tuhan, (Abu mempunyai ribuan Majikan).
disebut sebagai alienasi dari drama Namun Emak tetap mencoba menghibur
religi. Bidang kedua adalah proses Abu dengan melanjutkan dongengnya
pencapaian manusia untuk dekat kepada tentang kehebatan Pangeran
Tuhannya disebut sebagai drama mendapatkan kekayaan dengan cermin
pengalaman religius. tipu daya. Emak meyakinkan Abu bahwa
Berdasarkan beberapa teori di Abu adalah Pangeran, lantas Abu
atas, maka dalam mengkaji religiusitas terpedaya oleh cermin tipu daya yang
naskah drama Kapai-kapai karya Arifin membawanya menuju sebuah akhir
C Noer ini, peneliti menitik beratkan hayatnya sendiri.
kehidupan agama sebagai pilihan
pemecah persoalan. Religusitas Religiusitas Naskah Drama Kapai-
cenderung melahirkan dua sikap atau kapai
cara penghayatan keberagamaan yang Religusitas cenderung
berbeda. meskipun tujuan dan melahirkan dua sikap atau cara
orientasinya sama, yaitu mendekatkan penghayatan keberagamaan yang
diri kepada Tuhan (Allah SWT). berbeda. Meskipun tujuan dan
yang mencari keberadaan Tuhan. Nabi yang memiliki makna yang baik bagi
Ibrahim mencari-cari di manakah kehidupannya.
keberadaan dan kebenaran Tuhan yang Sikap tolong menolong juga
sesungguhnya. Nabi Ibrahim mencari merupakan tindakan penuntutan kearah
keberadaan dan kebenaran Tuhan. yang lebih baik. Tolong menolong dalam
Tindakan tersebut sama halnya dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti
yang dilakukan Abu dalam mencari saling menolong. Ungkapan tolong
cermin tipu daya. Walaupun Tuhan dan menolong ini tercermin dalam dialog
cermin tipu daya itu berbeda, tetapi ada tokoh Abu dan Burung, Katak, Rumput,
kesamaan konteks. Konteks tersebut Embun, Air, Batu, Jangkrik, Kambing,
dapat dilihat dari kebutuhan masing- Pohon dan Kakek.
masing tokoh. Tokoh Ibrahim mencari Abu : Burung, di manakah ujung
keberadaan dan kebenaran Tuhan, dunia ?
sementara tokoh Abu mencari Burung : Di sana.
keberadaan cermin tipu daya, dengan Abu : Katak, di manakah ujung
tujuan akhir yang sama yaitu dunia ?
kebahagiaan dan ketenangan jiwa. Bagi Katak : Di sana.
Ibrahim Tuhan memiliki makna yang Abu : Rumput, dia manakah ujung
baik, sedangkan bagi Abu cermin tipu dunia ?
daya memiliki makna yang sangat baik Rumput : Di sana.
bagi kehidupannya. Kesungguhan Abu : Embun, di manakah ujung
pertanyaan yang diajukan oleh Abu dunia ?
sering dilakukan manusia pada Embun : Di sana.
umumnya dalam mencari kebenaran Abu : Air, di manakah ujung dunia ?
tentang Tuhan untuk mendapatkan Air : Di sana. (Semua
kebahagiaan dan ketenangan hidup. Menertawakan Abu)
Penulis dapat mengambil Abu : Batu, di manakah ujung
simpulan, bahwa tindakan yang dunia?
dilakukan Abu merupakan tindakan Batu : Di sana. (Semua
penuntutan kearah segala yang baik, Menertawakan Abu)
karena bagi Abu cermin tipu dayalah Abu : Jangkerik, di manakah ujung
dunia ?
menjadi dogma, keagamaan itu sendiri Allah pernah berfirman yang artinya
merupakan sesuatu yang berhubungan ”Allah tidak akan mengubah keadaan
dengan agama. Pada naskah drama suatu kaum kecuali ia merubah dirinya
Kapai-kapai bagian kedua, tokoh Abu sendiri”. Namun, tokoh Abu hanya
mencari keberadaan cermin tipu daya mempercayai cermin tipu daya, suatu
yang dapat membuatnya bahagia, dalam benda yang dapat mengabulkan segala
proses pencarian itu Abu bertemu permintaan. Kebiasaan Abu yang suka
dengan Kakek. Terjadilah dialog di menghayal menyebabkan ia menjadi
mana kakek mengenalkan agama kepada manusia pemalas yang egois yang hanya
Abu. Agama yang memberi petunjuk memikirkan dirinya sendiri hingga
dan pedoman bagi kehidupan dalam keluarganya berantakan. Cermin tipu
mencari kebahagiaan baik di dunia dan daya merupakan mitos yang selalu
akhirat, seperti kutipan di bawah ini. didongengkan Emak kepada Abu.
Kakek : Di sana di sini sama saja. Sehingga Abu menjadikan mitos tersebut
Semuanya tak berarti. Yang kau cari sebagai kepercayaan dan tujuan.
adalah agama. Inilah. Tak ada obat Sedangkan sistem agama khususnya
paling mujarab selain agama. agama Islam, jika mengimani dan
Abu : Saya tidak sakit. mengharapkan apa pun pada suatu benda
Kakek : Tak ada tempat yang paling merupakan proses menduakan Tuhan.
teduh dan tak ada obat pelelah selain Mitos sangat kontradiktif dengan agama.
agama. Pencarian yang dilakukan Abu
Abu : Saya tidak cape bisa dikatakan proeses spiritual.
Kakek : Segala teka-teki silang pasti Peristiwa spiritual tersebut muncul
tertebak oleh agama. Inilah kunci segala ketika percakapan yang dibangun oleh
rahasia. Abu. Kakek menjawab pertanyaan Abu
Kakek mengatakan agamalah dan menjelaskan bahwa yang dibutuhkan
obat paling mujarab, agama dapat Abu adalah agama. Walaupun tokoh
menyembuhkan seseorang dari penyakit Abu tidak paham akan penjelasan Kakek
yang dideritanya. Penyakit itu tapi Abu tetap ingin tahu.
ditimbulkan oleh pikiran manusia itu Abu : Saya tidak mengerti.
sendiri, dan yang bisa mengobatinya
adalah dirinya sendiri pula sebagaimana
Kakek : Tak lama lagi kau akan alam ini, dan yang menjadikan pula
mengerti, kalau mau dengar apa yang tabi’at atau khasiat tiap-tiap yang ada di
saya baca. alam ini.
Abu : Kalau saya tetap tidak Kakek : Dia Tuhan.
mengerti ? Abu : Tuhan.
Kakek : Kau adalah insan yang Kakek : Tuhan.
malang. Abu : Tuhan.
Abu : Kalau begitu cobalah Kakek : Yang menciptakan kita.
bacakan satu baris. Abu : Tuhan.
Di dalam agama Islam terdapat Kakek : Yakinlah.
hukum syari’at, yaitu hukum agama Abu : Kalau begitu Dia yang
yang berarti peraturan hidup. terdapat memulai segala ini ?
dua bagian I’tikadiah dan amaliah. Kakek : Juga yang akan
Bagian I’tikadiah ialah bagian yang mengakhiri segalanya.
harus diyakini dalam hati yang pokok- Abu : Mulai dan mengakhiri ?
pokoknya termasuk dalam rukun iman Kakek : Membangun dan
yang enam, yaitu iman kepada Allah, meruntuhkan sekaligus.
iman kepda mailakat-Nya, iman kitab- Menurut Kakek Tuhan
kitab-Nya, iman kepada para rosul-Nya, menciptakan jagad raya beserta isinya.
iman kepada hari akhir, iman kepada Dan Tuhan pula yang akan
kepastian dari Allah. memusnahkan segalanya. Tuhan juga
Dialog tokoh Kakek dengan sebagai pengatur segalanya, barang siapa
mantap mempercayai Tuhan sebagai yang mematuhi perintahnya maka surga
pencipta. Segala benda yang ada di alam, upahnya dan barang siapa yang
seperti langit, bumi, tumbuhan, manusia, melanggar neraka hukumannya.
dan lainnya itu dapat berubah-ubah dari Kakek : Dialah-Tuhan. Yang telah
tidak ada menjadi ada, atau dari tidak menciptakan jagad raya dan seisinya.
ada menjadi ada. Dari segala perubahan Maka bersyukurlah kau kepadaNya.
tersebut tentu ”ada sebab” atau ada yang Maka bersembahlah kau kepadaNya.
mengubah. Berarti ada yang Maka patuhlah kau kepada firman-
mengadakan dan ada yang menjadikan. firmanNya. Maka perbuatlah segala
Tuhan Allah itulah yang menjadikan perintah-perintahNya. Maka
Wajib percaya atau yakin bahwa segala lebih baik ; sampai saat
sesuatu yang telah terjadi dan yang akan kau dilepaskan dari beban
terjadi, semuanya itu menurut apa yang jasmani.
telah ditentukan dan ditetapkan oleh Abu : Lalu kapan saya sempat
Tuhan Allah, sejak sebelumnya (zaman mengecap sorga ?
azali). Kakek : Ketika kau mati.
Abu : Kalau begitu Dia yang Abu : Ha ?
memulai segala ini ? Kakek : Begitulah. Ketika kau
Kakek : Juga yang akan mati kau akan sampai ke sana.
mengakhiri segalanya. Abu : Harus sampai ke batas
Abu : Mulai dan mengakhiri ? mati untuk sampai ke sana ?
Kakek : Membangun dan Kakek : Harus sampai ke batas
meruntuhkan sekaligus. mati untuk samapai ke sana.
Abu : Saya jadi bodoh. Abu : Harus tidak ada untuk
ada ?
Agama yang dijelaskan Kakek
sangat jelas, tetapi Abu tetap tidak Mati adalah perpisahan antara
paham, menurut hemat penulis jasad kebendaan dan jasad roh, dengan
ketidakpahaman Abu disebebkan oleh arti masing-masing kembali kepangkalan
perkataan Kakek yang mengatakan harus semula, yaitu berasal dari tanah kembali
menempuh batas mati baru memperoleh ke tanah, sedang berasal dari alam rohani
kebahagiaan. kembali pula kealam rohani. Ketika
Abu : Kalau begitu tunjukilah manusia dibangkitkan dari kubur, adalah
saya cara menuju sorga. merupakan imbangan dari ketika
Kakek : Bersembahlah kau manusia baru dilahirkan dari kandungan
KepadaNya. ibunya ke dunia. Ketika itulah baru
Abu : Baik. Berapa lama saya manusia mengenal hakikat kehidupan
mesti menyembah ? rohaninya, yang berjalan menuju apa
Kakek : Sampai kau mati. yang telah disediakan Allah untuk
Abu : Ha ? kehidupannya yang abadi.
Kakek : Sampai kau mati. Atau Maksud hidup sesungguhnya,
dengan kalimat yang ialah ingin bertemu dengan Allah. akan
tetapi, maksud yang tertinggi dan baik itu mencari hakikat Tuhan. Bila ingin
itu, yaitu bertemu dengan tuhan tidak mengenal Tuhan maka harus masuk ke
mungkin terjadi di dalam kehidupan dalamnya (agama), setelah itu baru
dunia ini. Hanya nanti di akhirat, setelah mengenal Tuhan. Religiusitas agamis
mati dan hidup kembali dengan juga terlihat sangat jelas pada dialog
kehidupan yang lebih tinggi, hal itu akan Abu dan koor.
tercapai. Kekak : Sudah waktu
Bagian Amaliah, itu ada dua sembahyang. Sampai cahaya menimpa
cabang, yaitu: Cabang ibadah, dirimu.
sebagaimana yang pokok tersimpul (Kelompok
dalam rukun Islam yaitu mengucapkan Kakek Dalam Koor)
dua kalimat syahadat, mengerjakan Koor : Inggih
sholat, membayar zakat, berpuasa pada Kakek : Hai manusia.
bulan ramadhan dan naik haji bagi yag Koor : Inggih.
mampu. Cabang muamalah yaitu praktik Kakek : Hai manusia.
bergaul masyarakat untuk mengetahui Koor : Inggih
kebutuhan hidup seperti jual beli, pinjam Kakek : Tuhan Pencipta.
meminjam dll. Kedua cabang amaliah Koor : Inggih.
itulah dalam praktek pelaksanaanya Kakek : Tuhan pengasih.
diatur dengan hukum syariat yang lima Koor : Inggih.
yaitu wajib, sunnah, haram, makruh, dan Kakek : Tuhan Penuntut.
mubah. Kelima hukum itu mengandung Koor : Inggih.
hikmah dan rahasia artinya bermanfaat Kakek :Turut
bila dikerjakan. Contohnya sholat. perintahNya.
Dengan singkat dapat dikatakan bahwa Koor : Inggih
jalan untuk bertemu dengan Allah ialah Kakek : Ketawalah
beramal saleh dan tidak menyekutukan Koor : Inggih.
Tuhan sedikitpun dalam pengabdiannya. Kakek : Menagislah
Jadi, menurut penulis dialog Abu dan Koor : Inggih.
Kakek merupakan dialog yang agamis, Kakek : Ketawalah dala
dialog yang sangat jelas mengandung menangis.
nilai religi. Pada hakikatnya religiusitas Koor : Inggih.