Anda di halaman 1dari 10

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Geriatri


Sub Pokok Bahasan : Risiko jatuh pada lansia
Sasaran : Pasien Lansia Dan Keluarga Yang Berobat Ke Poliklinik
Geriatri RSUP Sanglah
Hari/Tanggal : Rabu, 08 Juli 2015
Waktu : 09.00 WITA
Tempat : Poliklinik Geriatri RSUP Sanglah

I. Latar Belakang
Di Indonesia keberadaan seorang anggota keluarga berusia lanjut di
rumah merupakan hal yang biasa. Bahkan adanya “orang tua” di rumah,
dirasakan sebagai penghangat suasana rumah, sebagai pengayom, bahkan
sebagai tempat mengadu bagi seisi rumah.
Akan menjadi masalah bila warga usia lanjut ini mengalami sakit atau
terganggu mobilitas dan kemandiriannya, ia menjadi seorang pasien. Pada
kondisi ini diperlukan seorang yang dapat mendampingi , menemui, bahkan
merawat dan membantu pasien secara penuh.
Proses menua bukanlah suatu penyakit ataupun kondisi hendaya,
walaupun sebagai besar orang usia lanjut mengalami kemunduran
kemampuan fungsionalnya yang sering disebabkan oleh akibat dari berbagai
penyakit kronik yang umumnya menyertai proses menua. Proses menua
adalah penjumlahan semua perubahan yang terjadi dengan berlalunya waktu.
Perubahan ini menjadi penyebab atau berkaitan erat dengan meningkatnya
kerentanan tubuh terhadap penyakit, karena berkurangnya kemampuan tubuh
dalam proses-proses penyesuaian diri dalam mempertahankan keseimbangan
tubuh terhadap rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh. Hal yang
nyata adalah terjadi keterbatasan kapasitas fungsi secara bertahap dan
mengurangi kecepatan aktivitas yang pernah mampu dikerjakan sebelumnya.

1
Pada umumnya, penyakit yang diderita orang usia lanjut bersifat kronik
diselingi dengan serangan akut. Urutan pola penyakit terbanyak pada orang
usia lanjut adalah penyakit jantung dan pembuluhan darah, penyakit sendi dan
tulang, penyakit kencing manis, disusul dengan penyakit sistem pernapasan.
Deretan penyakit ini sangat berpeluang untuk menimbulkan kecacatan dan
mengganggu kemandirian sehingga dapat menyebabkan risiko jatuh pada
lansia.

II. Tujuan Umum


Setelah mendapatkan penyuluhan selama 30 menit pasien dan keluarga
yang berobat ke Poliklinik Geriatri RSUP Sanglah mengerti dan memahami
tentang risiko jatuh pada lansia.

III. Tujuan Khusus


Setelah mengikuti pendidikan kesehatan selama 1x30 menit, pasien dan
keluarga diharapkan mampu:
1. Menjelaskan tentang pengertian lansia dan jatuh.
2. Menyebutkan penyebab resiko jatuh pada lansia
3. Menjelaskan pencegahan risiko jatuh pada lansia

IV. Metode
Ceramah, diskusi dan tanya jawab.

V. Media
1. Leaflet

VI. Proses Pelaksanaan


No Kegiatan penyuluhan Waktu Kegiatan peserta Media
1 Pembukaan 5 menit
a. Salam Menjawab salam
b. Perkenalan Mendengarkan
c. Menjelaskan tujuan Mendengarkan
dari pertemuan
d. Kontrak waktu Mendengarkan
2 Pelaksanaan 20 menit Leaflet

2
a. Menyampaian materi Memperhatikan
- Pengertian Lansia
- Penyebab jatuh
- Pencegahan risiko
jatuh

b. Membagikan leaflet

Menerima leaflet
c. Memberikan
kesempatan kepada
pasien dan keluarga Menanyakan hal-hal
untuk bertanya hal-hal yang belum jelas
yang belum jelas
3 Penutupan 5 menit
a. Memberikan Menjawab
pertanyaan lisan pertanyaan
kepada pasien dan
keluarga Memperhatikan
b. Menyimpulkan
kegiatan yang telah
disampaikan. Menjawab salam
c. Memberikan salam
penutup

VII.Materi (Terlampir)
1. Pengertian lansia
2. Penyebab jatuh pada lansia
3. Pencegahan risiko jatuh pada lansia

VIII. Setting Tempat


Duduk saling berhadapan dengan penyaji berada didepan.

Penyaji + Leaflet

Fasilitator Observer

3
Pasien dan
Keluarga

IX. Evaluasi
1. Kriteria Struktur
a. Penyuluh mempersiapkan satuan acara penyuluhan
b. Penyuluh mempersiapkan dan membawa media untuk penyuluhan
(leaflet dan lembar balik)
c. Kontrak dengan keluarga sudah dilakukan
2. Kriteria Proses
a. Pada awal kunjungan, petugas sudah menjelaskan tujuan dilakukan
kunjungan
b. Selama kegiatan penyuluhan, klien aktif mendengarkan dan
memperhatikan.
c. Klien aktif saat mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
d. Mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
e. Kontrak telah diingatkan oleh petugas
3. Kriteria hasil
a. Klien kooperatif selama diskusi berlangsung
b. Klien kooperatif bertanya dan menjawab pertanyaan petugas
c. Klien dapat menjelaskan pengertian, penyebab, dan pencegahan resiko
jatuh pada lansia

X. Struktur Organisasi
Ketua + Fasilitator : Rian Kristiawan
Penyaji : Ni Putu Ary Septyaningsih
Observer : Kadek Vivi Nuariyani

DAFTAR PUSTAKA

Beare & Stanley. 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik, Edisi 2. Jakarta :
EGC.

4
Bandiyah, Siti. 2009. Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Jilid Pertama.
Edisi Pertama. Yogyakarta : Nuha Medika.
Maas, et al. 2011. Asuhan Keperawatan Geriatrik. Jakarta : EGC.
Setiadi Siti, 2000. Pedoman Praktis Perawatan Kesehatan. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

LAMPIRAN
RISIKO JATUH PADA LANSIA

1. Pengertian
Menurut WHO dalam Bandiyah (2009) lanjut usia meliputi :
a. Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun
b. Lanjut usia (elderly) = antara 60 dan 74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) = antara 75 dan 90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) = diatas 90 tahun
Menurut Undang-undang RI nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan
lansia dalam Bandiyah (2009): yang dimaksud dengan lansia adalah seseorang
yang telah mencapai usia di atas 60 tahun.
Pada lansia umumnya mengelami gangguan atau penurunan fungsi tubuh
sehingga dapat menyebabkan keterbatasan fungsi fisik yang dapat
menyebabkan masalah pada kesehatan lansia itu sendiri. Salah satu masalah
yang palig sering terjadi pada lansia adalah jatuh. Lansia sangat berisiko
terhadap kejadian jatuh, jatuh adalah suatu kejadian yang mengakibatkan
seseorang mendadak terbaring atau terduduk dilantai maupun tempat yang
lebih redah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka, trauma, dan
cedera.

5
2. Penyebab Risiko Jatuh
a. Faktor Intrinsik merupakan faktor penyebab yang timbul dalam diri lansia
itu sendiri, seperti :
1) Proses penuaan
Seiring dengan terjadinya proses penuaan, terjadi penurunan kekuatan
dan daya tahan otot dan tulang mulai rapuh. Pada lansia bila terjadi jatuh,
akan sangat cepat timbul cedera pada organ yang mengalami benturan.

2) Berbagai penyakit degenerative seperti :


a) Stroke
Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh
berhentinya suplai darah ke otak. Jaringan otak yang tidak
mendapatkan suplai darah dapat mengalami kematian sehingga dapat
mengganggu sistem kerja tubuh. Tubuh dapat mengalami kelemahan
dan kehilangan keseimbangan. Tidak jarang stroke juga disertai
dengan lumpuhnya satu sisi tubuh, sehingga pada lansia yang
mengalami stroke sangat berisiko mengalami jatuh.
b) Parkinson
Parkinson adalah penyakit neurodegenerative progresif yang berkaitan
erat dengan usia. Penyakit ini ditandai dengan penurunan kemampuan
melihat, tremor (gemetar) dan kerusakan koordinasi motorik kasar
sehingga lansia akan mengalami kesulitan saat beraktivitas.
c) Gangguan kardiovaskuler
Gangguan kardiovaskuler seperti hipertensi dan penyakit jantung
lainnya dapat mengganggu sirkulasi darah ke jaringan. Darah berperan
dalam metabolisme karena didalamnya terdapat oksigen dan nutrisi
yang diperlukan oleh sel. Jaringan yang tidak mendapat suplai oksigen
dan darah akan mengalami gangguan dan kehilangan fungsi. Tubuh
umumnya akan focus untuk mensuplai darah ke organ vital seperti
otak, jantung dan paru. Organ – organ ekstremitas umumnya akan
mengalami kekurangan suplai darah sehingga dapat menyebabkan
kelemahan.
3) Depresi

6
Depresi yang terjadi pada lansia dapat mengalihkan perhatian lansia saat
melakukan aktivitas, sehingga pada lansia yang mengalami depresi akan
berkurang perhatiannya saat berjalan sehingga tidak menyadari akan hal-
hal yang dapat mencederai dirinya.

4) Gangguan penglihatan
Pada lansia umumnya mengalami penurunan daya penglihatan terkait
dengan katarak dan penurunan tonus otot mata. Lansia tidak mampu
melihat dengan baik lingkungan sekitarnya sehingga dapat berisiko
mengalami jatuh.
5) Dehidrasi
Dehidrasi dapat disebabkan oleh diare, demam serta asupan cairan yang
kurang sehingga dapat timbul ketidakseimbangan pada tubuh. Kondisi
yang tidak seimbang pada lansia dapat menimbulkan jatuh saat lansia
melakukan aktivitas.
b. Faktor Ekstrinsik, merupakan faktor penyebab yang timbul bukan dari
dalam diri lansia, dapat berupa orang, barang maupun kondisi lingkungan
sekitar lansia, seperti :
1) Alat atau perlengkapan rumah yang sudah rapuh atau tergeletak di bawah
tidak pada tempatnya.
2) Tempat tidur yang tidak stabil
3) Lantai yang licin, basah, menurun serta karpet yang tidak dilem atau
dalam posisi terlipat tidak rapi di bawah.
4) Keset yang tebal atau menekuk/terlipat di pinggirnya
5) Benda-benda alas lantai yang licin atau mudah tergeser
6) Tidak adanya tempat pegangan, tempat pegangan yang tidak kuat atau
tidak mudah dipegang
7) Penerangan yang tidak baik
8) Alat bantu jalan yang rapuh, tidak tepat ukuran, berat maupun cara
penggunaannya
9) Ketinggian meja dan kursi harus ergonomis sesuai dengan kondisi pasien
10) Alas kaki yang tepat sesuai dengan ukuran, berjalan hanya dengan
menggunakan kaus kaki tanpa alas kaki lainnya.

7
3. Pencegahan Risiko Jatuh pada Lansia
Pencegahan dilakukan berdasar atas faktor resiko apa yang dapat
menyebabkan jatuh seperti faktor neuromuskular, muskuloskeletal, penyakit
yang sedang diderita, pengobatan yang sedang dijalani, gangguan
keseimbangan dan gaya berjalan, gangguan visual, ataupun faktor lingkungan.
Dibawah ini akan di uraikan beberapa metode pencegahan jatuh pada orang
tua:
a. Latihan fisik
Latihan fisik diharapkan mengurangi resiko jatuh dengan meningkatkan
kekuatan tungkai dan tangan, memperbaiki keseimbangan, koordinasi, dan
meningkatkan reaksi terhadap bahaya lingkungan, latihan fisik juga bisa
mengurangi kebutuhan obat-obatan sedatif. Latihan fisik yang dianjurkan
yang melatih kekuatan tungkai, tidak terlalu berat dan semampunya, salah
satunya adalah berjalan kaki.
b. Managemen obat-obatan
Gunakan dosis terkecil yang efektif dan spesifik di antara:
1) Perhatikan terhadap efek samping dan interaksi obat
2) Gunakan alat bantu berjalan jika memang di perlukan selama pengobatan
3) Kurangi pemberian obat-obatan yang sifatnya untuk waktu lama terutama
sedatif dan tranquilisers
4) Hindari pemberian obat multiple (lebih dari empat macam) kecuali atas
indikasi klinis kuat
5) Menghentikan obat yang tidak terlalu diperlukan
c. Modifikasi lingkungan
1) Jalan masuk dan keluar rumah serta kamar dibuat bebas hambatan
2) Hindari ubin licin, barang-barang berserakan tidak pada tempatnya, dan
lampu redup
3) Letakkan alat-alat komunikasi agar mudah terjangkau; telepon, intercom,
bel, letakkan televise/ radio pada posisi yang terbaik
4) Pegangan tangan pada tangga
5) Penyesuaian peralatan
6) Penyesuaian di ruang duduk, termasuk bentuk dan ukuran kursi setinggi
kursi makan dan berlengan
7) Penyesuaian di kamar mandi di lengkapi beberapa pegangan.
d. Memperbaiki kebiasaan pasien lansia misalnya :

8
1) Bangun dari tidur jangan langsung berdiri. Anjurkan lansia untuk miring
terlebih dahulu, kemudian duduk perlahan lalu berdiri. Bila lansia merasa
pusing anjurkan untuk tetap dalam posisi duduk.
2) Jangan berikan lansia mengangkat barang yang berat. Bila ingin
memindahkan barang, anjurkan untuk memindahkan sedikit demi sedikit.
3) Anjurkan lansia bila ingin mengambil barang dibawah jangan langsung
duduk, mulai dengan jongkok terlebih dahulu, bila perlu disesuaikan
dengan pegangan.
e. Alas kaki
Perhatikan pada saat orang tua memakai alas kaki:
1) Gunakan sepatu yang tidak berhak/berhak lebar dengan bahan antislip
pada haknya
2) Jangan berjalan hanya dengan menggunakan kaos kaki karena sulit untuk
menjaga keseimbangan
3) Berikan alas kaki yang tepat sesuai dengan ukuran, tidak hanya
menggunakan kaos kaki bila berjalan
f. Alat Bantu jalan
Terapi untuk pasien dengan gangguan berjalan dan keseimbangan
difokuskan untuk mengatasi atau mengeliminasi penyebabnya atau faktor
yang mendasarinya. Penggunaan alat bantu jalan memang membantu
meningkatkan keseimbangan, namun di sisi lain menyebabkan langkah yang
terputus dan kecenderungan tubuh untuk membungkuk, terlebih jika alat
bantu tidak menggunakan roda, karena itu penggunaan alat bantu ini
haruslah direkomendasikan secara individual.
Apabila pada lansia yang kasus gangguan berjalannya tidak dapat
ditangani dengan obat-obatan maupun pembedahan. Oleh karena itu,
penanganannya adalah dengan alat bantu jalan seperti cane (tongkat), crutch
(tongkat ketiak) dan walker. (Jika hanya 1 ekstremitas atas yang digunakan,
pasien dianjurkan pakai cane. Pemilihan cane type apa yang digunakan,
ditentukan oleh kebutuhan dan frekuensi menunjang berat badan. Jika ke-2
ekstremitas atas diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan tidak
perlu menunjang berat badan, alat yang paling cocok adalah four-wheeled
walker. Jika kedua ekstremitas atas diperlukan untuk mempertahankan

9
keseimbangan dan menunjang berat badan, maka pemilihan alat ditentukan
oleh frekuensi yang diperlukan dalam menunjang berat badan.
g. Memelihara kesehatan lansia
1) Jaga asupan nutrisi lansia, sesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi
lansia.
2) Berikan suplemen nutrisi terutama kalsium dan vitamin untuk
meningkatkan kekuatan tulang dan mengurangi risiko patah tulang akibat
terjatuh pada orang tua
3) Anjurkan pasien untuk berjemur di pagi hari
4) Berhenti merokok
5) Hindari konsumsi alkohol

10

Anda mungkin juga menyukai