Anda di halaman 1dari 12

ANATOMI FISIOLOGI SISTEM REPRODUKSI WANITA

System reproduksi wanita terdiri dari organ dalam, yang terletak di dalam
rongga pelvis dan ditopang oleh lantai pelvis, dan genetalia externa yang terletak di
perineum.Struktur reproduksi interna dan externa wanita menjadi berkembang dan
menjadi matur akibat rangsangan hormon esterogen dan progesteron.
a. Genitalia Externa
Genitalia luar (vulva) mencakup dua lipatan jaringan tebal yang disebut
labia mayora dan dua bibir yang lebih kecil, tersusun atas jaringan yang sangat
halus disebut labia minora, yang terletak diantara labia mayora.
Bagian atas dari labia minora bersatu membentuk parsial dari klitoris,
organ yang sangat sensitif yang terdiri atas jaringan erektil. Antara labia minora,
dibawah dan sebelah posterior klitoris, terdapat meatus urinarius, yang
merupakan ostium luar uretra wanita dengan panjang sekitar 3 cm. Dibawah
orifisium ini terdapat osteum yang lebih besar, yaitu orifisium vagina atau
introitus. Pada setiap sisi orifisium vagina terdapat kelenjar vestibular
(bartholin’s), suatu struktur biji kacang yang mengalirkan sekresi mukusnya
melalui duktus kecil.Ostium duktus terletak didalam labia minora, disebelah
externa hymen.Jaringan yang membentuk genitalia externa wanita disebut
perineum.
b. Alat Genetalia Interna
1) Ovarium
Ovarium merupakan organ yang berfungsi untuk perkembangan dan
pelepasan ovum, serta sintesis dari sekresi hormon steroid. Ukuran
ovarium, panjang 2,5-5 cm, lebar 1,5-3 cm, dan tebal 0,6-1 cm. Normalnya
ovarium terletak pada bagian atas rongga panggul dan menempel pada
lekukan dinding lateral pelvis di antara muka eksternal yang divergen dan
pembuluh darah hipogastrik Fossa ovarica waldeyer. Ovarium melekat
pada ligamentum latum melalui mesovarium.Dua fungsi ovarium ialah
menyelenggarakan ovulasi dan memproduksi hormon. Ovarium juga
merupakan tempat utama produksi hormon seks steroid (estrogen,
progesteron, dan14 androgen) dalam jumlah yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan, perkembangan dan fungsi wanita normal.
2) Uterus
Uterus merupakan organ muskular yang sebagian tertutup oleh
peritoneum/serosa.Bentuk uterus menyerupai buah pir yang gepeng.Uterus
wanita nullipara panjang 6-8 cm, dibandingkan dengan 9-10 cm pada
wanita multipara.Berat uterus wanita yang pernah melahirkan antara 50-70
gram.Sedangkan pada yang belum pernah melahirkan beratnya 80 gram/
lebih. Uterus terdiri dari:
a) Fundus uteri, merupakan bagian uterus proksimal, kedua tuba fallopi
berinsensi ke uterus.
b) Korpus uteri, merupakan bagian uterus yang terbesar. Rongga yang
terdapat pada korpus uteri disebut kavum uteri. Dinding korpus uteri
terdiri dari 3 lapisan: serosa, muskula dan mukosa. Mempunyai fungsi
utama sebagai janin berkembang.
c) Serviks, merupakan bagian uterus dengan fungsi khusus, terletak
dibawah isthmus. Serviks memiliki serabut otot polos, namun terutama
terdiri atas jaringan kolagen, ditambah jaringan elastin serta pembuluh
darah.
d) Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan: endometrium, miometrium, dan
sebagian lapisan luar peritoneum parietalis.
3) Tuba Falopii
Tuba falopii merupakan saluran ovum yang terentang antara kornu
uterine hingga suatu tempat dekat ovarium dan merupakan jalan ovum
mencapai rongga uterus.Panjang tuba fallopi antara 8-14 cm. Tuba falopii
oleh peritoneum dan lumennya dilapisi oleh membran mukosa. Tuba
fallopi terdiri atas: pars interstialis : bagian tuba yang terdapat di dinding
uterus, pars ismika : bagian medial tuba yang sempit seluruhnya, pars
ampularis : bagian yang terbentuk agak lebar tempat konsepsi terjadi, pars
infudibulum : bagian ujung tuba yang terbuka ke arah abdomen
mempunyai rumbai/umbul disebut fimbria.
4) Serviks
Bagian paling bawah uterus adalah serviks atau leher.Tempat
perlekatan serviks uteri dengan vagina, membagi serviks menjadi bagian
supravagina yang panjang dan bagian vagina yang lebih pendek. Panjang
serviks sekitar 2,5 sampai 3 cm, 1 cm menonjol ke dalam vagina pada
wanita tidak hamil. Serviks terutama disusun oleh jaringan ikat fibrosa
serta sejumlah kecil serabut otot dan jaringan elastic (Evelyn, 2002).
LAPORAN PENDAHULUAN HISTEREKTOMI
A. Definisi
Histerektomi berasal dari bahasa Yunani yakni hystera yang berarti “rahim”
dan ektmia yang berarti “pemotongan”. Histerektomi berarti operasi
pengangkatan rahim. Akibat dari histerektomi ini adalah si wanita tidak bisa
hamil lagi dan berarti tidak bisa pula mempunyai anak lagi
Histerektomi adalah operasi pengangkatan rahim dan uterus (kandungan)
yang dilakukan pada seorang wanita.
Histerektomi adalah pengangkatan uterus melalui pembedahan, paling umum
dilakukan untuk keganasan dan kondisi bukan keganasan (endometriosis /
tumor), untuk mengontrol perdarahan yang mengancam jiwa dan kejadian infeksi
pelvis yang tidak sembuh-sembuh atau ruptur uterus yang tidak dapat diperbaiki
(doengoes, 2001).
Histerektomi adalah tindakan operatif yang dilakukan untuk mengangkat
rahim, baik sebagian (subtotal) tanpa serviks uteri ataupun seluruhnya (total)
berikut serviks uteri (Prawirohardjo, 2001).

B. Etiologi
a. Mioma uteri
Mioma merupakan suatu pertumbuhan massa atau daging di dalam
rahim atau di luar rahim yang tidak bersifat ganas. Mioma berasal dari sel
otot polos yang terdapat di rahim dan pada beberapa kasus juga berasal dari
otot polos pembuluh darah rahim. Jumlah dan ukuran mioma bervariasi,
terkadang ditemukan satu atau lebih dari satu.
b. Endometriosis
Endometrosis merupakan kondisi yang terjadi ketika sel-sel yang
melintang di rahim ditemukan di luar dinding rahim.
c. Fibrosis uteri ( lieomioma)
Leiomioma merupakan suatu perkembangan jinak (benigna) dari sel-
sel otot uterus, namun etiologinya belum diketahui. Meskipun jinak dimana
artinya tidak menyebabkan/berubah menjadi kanker, leiomioma ini dapat
menyebabkan masalah secara medis, seperti perdarahan yang banyak, yang
mana kadang-kadang diperlukan tindakan histerektomi.
d. Kanker serviks, rahim atau ovarium.
e. Adenomyosis
Adenomyosis atau penebalan rahim yaitu kondisi ketika jaringan yang
biasanya terbentang di rahim menebal ke dalam dinding otot rahim. Hal
tersebut bisa membuat menstruasi terasa menyakitkan dan nyeri panggul.
f. Prolapsis uterus, kondisi dimana rahim turun ke vagina karena ligamen yang
kendur atau kerusakan pada otot panggul bawah.
g. Penyakit radang panggul
Terinfeksinya sistem reproduksi oleh bakteri bisa menyebabkan
penyakit ini. Penyakit radang panggul bisa diatasi dengan antibiotik, namun
jika kondisinya telah parah atau infeksi sudah menyebar dibutuhkan tindakan
histerektomi

C. Klasifikasi
1. Histerektomi Radikal
Histerektomi radikal yaitu mereka yang menjalani prosedur ini akan
kehilangan seluruh sistem reproduksi seperti seluruh rahim dan serviks, tuba
fallopi, ovarium, bagian atas vagina, jaringan lemak dan kelenjar getah
bening. Prosedur ini dilakukan pada mereka yang mengidap kanker.
Prosedur ini melibatkan operasi yang luas dari pada histerektomi abdominal
totalis,karena prosedur ini juga mengikutsertakan pengangkatan jaringan
lunak yang mengelilingi uterus serta mengangkat bagian atas dari vagina.
Histerektomi radikal ini sering dilakukan pada kasus-kasus karsinom serviks
stadium dini. Komplikasi lebih sering terjadi pada histerektomi jenis ini
dibandingkan pada histerektomi tipe abdominal. Hal ini juga menyangkut
perlukaan pada usus dan sistem urinarius.
2. Histerektomi Abdominal
a. Histerektomi Total
Histerektomi total yaitu seluruh rahim dan serviks diangkat jika
menjalani prosedur ini. Namun ada pula jenis histerektomi total bilateral
saplingoooforektomi yaitu prosedur ini melibatkan tuba fallopi dan
ovarium. Keuntungan dilakukan histerektomi total adalah ikut
diangkatnya serviks yang menjadi sumber terjadinya karsinoma dan
prekanker.Akan tetapi, histerektomi total lebih sulit daripada
histerektomi supraservikal karena insiden komplikasinya yang lebih
besar.
Operasi dapat dilakukan dengan tetap meninggalkan atau
mengeluarkan ovarium pada satu atau keduanya. Pada penyakit,
kemungkinan dilakukannya ooforektomi unilateral atau bilateral harus
didiskusikan dengan pasien. Sering kali, pada penyakit ganas, tidak ada
pilihan lain, kecuali mengeluarkan tuba dan ovarium karena sudah
sering terjadi mikrometastase.
Berbeda dengan histerektomi sebagian, pada histerektomi total
seluruh bagian rahim termasuk mulut rahim (serviks) diangkat. Selain
itu, terkadang histerektomi total juga disertai dengan pengangkatan
beberapa organ reproduksi lainnya secara bersamaan. Misalnya, jika
organ yang diangkat itu adalah kedua saluran telur (tuba fallopi) maka
tindakan itu disebut salpingo.
Jika organ yang diangkat adalah kedua ovarium atau indung telur
maka tindakan itu disebut oophor.Jadi, yang disebut histerektomi
bilateral salpingo-oophorektomi adalah pengangkatan rahim bersama
kedua saluran telur dan kedua indung telur. Pada tindakan histerektomi
ini, terkadang juga dilakukan tindakan pengangkatan bagian atas vagina
dan beberapa simpul (nodus) dari saluran kelenjar getah bening, atau
yang disebut sebagai histerektomi radikal (radical hysterectomy).
b. Histerektomi Subtotal
Histerektomi subtotal adalah Pengangkatan bagian atas uterus
dengan meninggalkan bagian segmen bawah rahim. Tindakan ini
umumnya dilakukan pada kasus gawat darurat obstetrik seperti
pendarahanpaska persalinan yang disebabkan atonia uteri, prolapsus
uteri, dan plasenta akreta. Oleh karena itu, penderita masih dapat
terkena kanker mulut Rahim sehingga masih perlu pemeriksaan
papsmear (pemeriksaan leher rahim) secara rutin.
3. Histerektomi Eksenterasi Pelvik
Histerektomi eksenterasi Pelvik yaitu pengangkatan semua jaringan
dalam rongga panggul. Tindakan ini dilakukan pada kasus metastase daerah
panggul.
D. Penatalaksanaan
1. Obat antinyeri
Setelah menjalani operasi angkat rahim, pasien akan merasakan nyeri
berat. Hal ini menandakan bahwa tubuhnya sedang pulih dan berusaha
menyembuhkan luka operasi. Untuk mengatasi nyeri dan membantu pasien
beristirahat lebih nyaman, dokter akan memberikan obat antinyeri.
2. Obat antibiotic
Obat antibiotik diberikan untuk mencegah dan mengatasi infeksi
setelah operasi pengangkatan rahim. Suatu studi menyebutkan bahwa
pemberian antibiotik setelah operasi efektif untuk mencegah terjadinya
infeksi yang dapat mengganggu proses pemulihan pasien.
3. terapi penggantian hormone
Untuk mengatasi gejala perubahan hormon atau menopause, dokter
juga dapat memberikan terapi penggantian hormone. Terapi ini dilakukan
dengan pemberian obat khusus yang berfungsi menggantikan hormon yang
hilang akibat menopause.
4. Psikoterapi
Jika pasien mengalami masalah psikologis atau tekanan batin yang
berat setelah menjalani operasi angkat rahim, dokter dapat menyarankan
konsultasi psikologi atau psikoterapi.
Setelah menjalani operasi angkat rahim, pasien perlu beristirahat
selama beberapa hari di rumah sakit. Selama di rumah sakit, dokter akan
memantau kondisi pasien, memberikan terapi cairan melalui infus untuk
mencegah dehidrasi, dan memberikan obat-obatan lain sesuai kebutuhan
pasien.

E. Pemeriksaan penunjang
1. Tes Pap (dikenal sebagai tes Papanicolaou), yang mendeteksi secara dini
adanya sel sel serviks yang abnormal atau kanker leher rahim.
2. Biopsi endometrium, yang mendeteksi sel abnormal pada endometrium atau
memeriksa keberadaan kanker endometrium.
3. USG panggul, yang membantu dokter mengidentifikasi ukuran fibrosis
rahim, polip endometrium, atau kanker ovarium.
F. Komplikasi
1. Cedera pada organ sekitar seperti usus, kandung kencing, ureter. Hal ini
terutama timbul apabila didapatkan perlengketan hebat pada organ‐organ
tersebut.
2. Perdarahan : perdarahan yanga cukup banyak kadangkala memerlukan
transfusi darah
3. Infeksi
4. Perubahan teknik operasi menjadi open surgery : pada beberapa keadaan
misalnya perlengketan yang sangat hebat, operasi laparoskopi lebih
membawa resiko sehingga open surgery lebih dipilih.
ASKEP TEORI
1. Pengkajian
a. Pengkajian Data dasar.
Pengumpulan data pada pasien dan keluarga dilakukan dengan cara anamnesa,
pemeriksaan fisik dan melalui pemeriksaan penunjang
b. Identitas pasien
Usia, status perkawinan, pekerjaan jumlah anak, agama, alamat jenis kelamin
dan pendidikan terakhir
c. Keluhan utama
Pasien biasanya datang dengan keluhan intra servikal dan disertai keputihan
menyerupai air.
d. Riwayat penyakit sekarang
Biasanya klien pada stsdium awal tidak merasakan keluhan yang
mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan
seperti : perdarahan, keputihan dan rasa nyeri intra servikal.
e. Riwayat penyakit sebelumnya
Data yang perlu dikaji adalah Riwayat abortus, infeksi pasca abortus, infeksi
masa nifas, riwayat ooperasi kandungan, serta adanya tumor. Riwayat
keluarga yang menderita kanker.
f. Pemeriksaan penunjang
1. Tes Pap (dikenal sebagai tes Papanicolaou), yang mendeteksi secara dini
adanya sel sel serviks yang abnormal atau kanker leher rahim.
2. Biopsi endometrium, yang mendeteksi sel abnormal pada endometrium
atau memeriksa keberadaan kanker endometrium.
3. USG panggul, yang membantu dokter mengidentifikasi ukuran fibrosis
rahim, polip endometrium, atau kanker ovarium.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur
tindakan operasi.
b. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan insisi luka akibat operasi.
c. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan efek anasthesi.
d. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas
jaringan dan otot.
3. Intervensi
a. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur tindakan
operasi
Intervensi:
1) Tingkat Ansietas
2) Dukungan social
3) Harga diri
4) Kesadaran diri
5) Kontrol diri
6) Status kognitif
7) Tingkat pengetahuan
Implementasi:
1) Jelaskan tentang prosedur operasi secara singkat dan mudah dimengerti.
2) Berikan dukungan nyata pada emosional klien dengan rasa simpati dan
empati.
3) Anjurkan klien untuk tenang dan rileks dengan nafas panjang.

b. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan insisi luka operasi


Intervensi :
1) Tingkat infeksi
2) Integritas kulit dan jaringan
3) Kontrol resiko
4) Eliminasi fekal
5) Status imun
6) Status nutrisi
Implementasi
1) Kaji lokasi dan luas luka
2) Pantau jika terdapat tanda infeksi (rubor, kolor, dolor, tumor dan
perubahan fungsi)
3) Pantau tanda-tanda vital pasien
4) Kolaborasi dalam pemberian antibiotik
5) Ganti balut dengan prinsip steril

c. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan efek anastesi.


Intervensi:
1) Bersihan jalan nafas
2) Kontrol gejala
3) Pertukaran gas
4) Respon ventilasi mekanik
Implementasi:
1) Kaji pola nafas pasien
2) Kaji perubahan tanda-tanda vital secara drastis
3) Kaji adanya cyanosis
4) Bersihan sekret dijalan nafas
5) Ciptakan lingkungan yang nyaman
6) Amati fungsi otot pernafasan

d. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas


jaringan dan otot
Intervensi:
1) Tingkat nyeri
2) Kontrol nyeri
3) Mobilitas fisik
4) Penyembuhan luka
5) Pola tidur
6) Status kenyamanan
Implementasi:
1) Lakukan pendekatan pada keluarga dan klien
2) Kaji tingkat intensitas dan frekwensi nyeri
3) Jelaskan pada klien penyebab nyeri
4) Observasi tanda-tanda vital
5) Lakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesik
komulatif, jumlah dan tipe pemasukan cairan
6) Monitor status mental klien
DAFTAR PUSTAKA
Gruendemann, BJ dan Fernsebner, B. 2006. Buku ajar Keperawatan Perioperatif
Volume 2:Praktik. Jakarta: EGC
Padila, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Yogyakarta, 2012

Muttaqin, A. Dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Perioperatif, Banjarmasin


PPNI (2018). Standart Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2018). Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2018). Standart Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai