Anda di halaman 1dari 35

Sebuah Antologi Puisi Karya

Rajji Rachmanulhakim

Perspe
Bintan
ktif
g
Di dalam kesemerawutan drama remaja aku hanya mencoba
tetap menunduk atau melihatnya dari kejauhan, berharap tidak
ada hal buruk yang terjadi padanya. Meskipun, aku terlihat
tak percaya diri aku tidak bisa melawan kehendak hati untuk
jatuh cinta padanya. Semoga semuanya kan baik baik saja.

07/02/18
Kasih sulit

Disaat hati menatap


Melihat dengan bahagia
Kepada dia
Sang pangeran
Kaki berjalan kecil
Mencoba mendekati
Ingin rasanya
Dia rasakan yang sama
Namun apa daya
Dia pergi lebih cepat dari yang dikira
Dan..
Di belakang
Ada seorang ksatria
Dia selalu peduli
Dan selalu perhatikan ku
Dia bilang
Dia memiliki rasa itu
Bingung memang tak tertahan
Kurasa diriku gila
Lalu otak berkata
Pilih saja dia
Dia selalu peduli padamu
Namun bagaimana
Hati telah melihat
Dan memilih seseorang
Untuk menjadi
Kiblat rasa ini
Aku tidak mengerti
Mengapa sesulit ini
Tapi.. Inilah yang harus kujalani
Hanya seakan

Mengharapkan ratna bermekaran


seperti indahnya matahari dalam senja yang fana
Meniup daun ilalang pelan-pelan
Biar hangat yang menghanyutkan
Cinta di bawah mendung hari itu
Namun awan pun tak kuasa
Melihat insan mengungkap rasa
Seakan hendak mengguncang samudera
Bodohnya, nyatanya,
Hanya melontarkan kata-kata
Mungkin karena bukan kata biasa
Ini kata yang bisa hancurkan kita

Mengharapkan ratna bermekaran


seperti indahnya matahari dalam senja yang fana
Meniup daun ilalang pelan-pelan
Biar hangat yang menghanyutkan
Cinta di bawah mendung hari itu
Namun awan pun tak kuasa
Melihat insan mengungkap rasa
Seakan hendak mengguncang samudera
Bodohnya, nyatanya, hanya melontarkan kata-kata
Mungkin karena bukan kata biasa
Ini kata yang bisa satukan kita

06/02/18
Cerita insan muda

Sebatang bunga
Terlihat dari kejauhan
Begitu indah kala dipandang
Kucoba tuk mencari
Aku pun berlari
Mentari diam di cerahnya siang
Hanya melihat
Insan muda yang jatuh cinta
Kucoba tuk lihat lagi dia disana
Kucoba mendekat
Jantung bak hempasan ombak
Berdebar dengan keras
Harum wanginya tercium olehku
Membuatku hilang
Terbang dalam cinta
Dia melihatku
Dan tersenyum kepadaku
Aku pun tersenyum kepadanya
Sembari senang tak terkira
Bahkan semut semut tertawa
Melihat wajahku yang memerah
Kuberjanji mulai kini
Akan mengejarnya hingga dapat
Dan melindungi nya
Dari segala bahaya
Karena aku
Cinta padanya
Perubahan Ajaib

Kini kulihat lagi seseorang


Yang hampir takkan kulihat lagi
Kali ini dia berbeda
Bukan yang biasanya
Bukan pula yang kutahu
Kini dia sempurna
Untuk bias membawaku
Lebih jauh lagi
Jauh ke dalam mimpi indah
Dimana semuanya diam
Dan hanya dia bersamaku
Menari di atas awan
Hidup ini benar benar misteri
Entah apa yang akan terjadi
Di esok hari
Pagi demi pagi
Siang demi siang
Malam demi malam
Akan kujalani
Tak sendiri
Kini ada dia
Yang akan menuntun
Dan menemaniku
Sesuatu yang indah
Ternyata tak mudah
Tak mudah untuk didapatkan
Dan untuk itu
Sebuah mata pisau
Dalam semangatku
Akan menjadi
Ujung tombak ku
Untuk meraihnya
Akan kuingat satu hal
Yang pernah kutahu
Bahwa yang tersulit adalah
Untuk menghargainya
Dan takkan kulupakan itu
Mekar

Saat mata terbuka lebih luas


Telinga mendengar lebih jauh
Dan hati mulai melangkah maju
Dan melirik yang baru
Setangkai mawar kembali mekar
Setelah menguncup sekian lama
Teka teki sulit terjawab
Kunci seakan hilang
Entah terhempas ombak
Atau terlahap magma gunung
Rasa yang tak pernah hilang
Berdiri dan berbicara
Lalu logika yang selalu masuk akal
Menyangkal dan berbicara
Pilihan terpecah dan bercabang
Pikiran lelah dan tak lagi berjalan
Acuh tak acuh akan ini
Mengganggu kehidupan
Yang tlah berjalan dengan indah
Entah apa selanjutnya
Yang akan terjadi
Pertama kali ombak berbicara denganku. Dan dia manis sekali.

13 Maret 2018 jam 13:22


Proklamasi

Wahai bintang kejora!


Perintahkan angin malam
Agar berhembus pelan
Dan belai rambut indah itu
Milik gadis pujaanku
Jangan lupa!
Sampaikan padanya
Mulai malam ini
Aku telah mencintainya.

Bandung, 2018
Tolong, Awan

Dingin sekali malam ini


Kepada awan kelabu
Yang halangi bintang
Lembutkanlah angin
Malam ini
Karena gadisku
Sedang pulang
Sendirian ke rumahnya

Bandung, 2018
Keberuntungan

Jalan Bandung malam hari


Sepi namun indah diterangi
Bintang-bintang pun tersenyum
Kunang-kunang menari

Karena waktu terasa tua,


Dan angin terasa hangat
Kala hatiku diterbangkan tinggi
Oleh gadis yang duduk
Di jok motorku malam ini.

Bandung, 2018
Perjalanan Hari

Setelah senja yang lalu


Kulangkahi fajar
Da senja selanjutnya
Akhirnya malam kembali
Bertemu dengan pagi
Dan lembut langitnya
Dan segar anginnya
Seperti cahaya surya
Hangat menembus dedaunan
Menyentuh embun dengan indah
Seperti yang kurasakan kini,
Olehmu.

Bandung, 2018
.
Nikmat

Petang di ujung hari


Gemercik air mengalir
Hembusan hela nafasku
Dan indah bayangnya
Lelah rasanya,
Untuk merasa lelah
Lemah rasanya,
Untuk merasa lemah
Namun magis mengikuti
Setiap saatku bersamamu

Bandung, Desember 2018


Ternyata semua tak semudah yang kubayangkan. Biarkanlah
aku menikmati dramanya, melatihku untuk melewatinya.
Tolong, jangan sampai semua menjadi sepihak saja .
Tenggelam

Seringan matamu mengangkat hati ini.


Semudah itu pula jatuh menenggelamkannya
Dalam lantunan diam
Ku mengerang meronta-ronta
Dalam satu hal kecil itu
Kau lubangi perahu baru
Yang telah setengah karam
Kini semakin tenggelam

Bandung, Januari 2019


Terlihat Tersembunyi

Seperti bayang saat petang menjelang


Ada, menyerupai, tapi tak sama
Mengikuti dengan gelap dalam diam
Membawa dusta tentang
Keranda diri sendiri
Mencampakkan hati sedih
Yang malu-malu mengaku pedih
Perasaan yang sembunyi lagi
Di balik wajahku,
Di depan mataku,
Menghantuimu dan aku.

Bandung, Januari 2019


Kebingungan

Aku tak bisa mengerti


Mengapa waktu suka bertengkar
Dengan kehadiranmu dalam semestaku
Kadang melambat,
Kadang melesat cepat,
Yang ku tahu pasti
Jantungku suka berlomba lari
Dengan paras cantikmu
Dan wajaku malu-malu
Ketika mataku menyentuh
Dermaga lautan matamu
Aku benci untuk mengakui
Pikiran bodohku,
Tak bias melupakanmu.

Bandung, 2019
Jika

Jika aku adalah senyum,


Maka kau adalah pipiku.
Jika aku adalah mata,
Maka kau adalah cahayaku,
Jika aku adalah tangan,
Maka kau adalah kulitku,
Jika aku adalah aku,
Maka kau adalah kekasihku.

Bandung, Januari 2019


Misteri Hujan

Mendapati kabar dari angin


Bahwa hujan turun semalam
Kuhirup seksama udara dingin
Bertanya apa yang terjadi pada awan
Karena semalam awan bicara
Dan tiada guntur menyertainya
Maka berputarlah aku
Dalam pusaran lamunan panjang
Bertanya apa yang terjadi pada awan
Karena Tuhan sungguh aku takut
Bila t’lah kuhujankan
Awan kesayanganku.

Bandung, 2019
Ketika satu kali kamu jatuh cinta maka selamanya hatimu kan
berlabuh pada dermaga lautan matanya. Meski kadang perahu nya
karam, itu masih berada di sekitarnya. Dan saat perahunya karam,
mungkin kamu bisa memilih tenggelam di dermaga itu atau mencari
pelabuhan baru. Meski perahumu tetap berada disana. Dan saat
cinta itu terjadi, tak selamanya cinta adalah sebagai kekasih. Jadi
aku masih mencintainya tanpa ingin menjadikannya kekasihku.
Awan Sialan

Sepinya malam ini


Mengantar ku terhanyut
Dalam rindu yang beku
Kala bintangku melihat awan
Dan awan menutupi
Pandanganku untuknya
Izinkanlah aku
Tetap mencintaimu
Wahai bintang malam ku
Kutuliskan Namamu di Langit Hari Itu

kutuliskan namamu di langit hari itu


namun awan datang menutupi
kemudian hujan jatuh
membasahi ubun-ubunku
hingga akhirnya
kudapati cerah kembali hari ini
kemudian terbiaskan pelangi
yang mengingatkan ku kepadamu
nama yang kutulis di langit hari itu
Kasmaran

langit masih berisyarat


hujan masih merindukan awan
bulan masih mengejar matahari
tapi aku tak lagi sama
kini ombakmu
telah hancurkan karangnya
serta perahu ku
telah temukan dermaga nya
dari lembut nya angin
yang menyentuh wangi mu
di awal hariku
20/01/19
Awalmu

Angin musim hujan kembali,


Dingin sore menjelang

Hatiku malah sebaliknya


Hangat dan tetap terjaga
Semua karena kau!

Bandung, 2018
Kembali

Kau lagi yang datang,


Mengganggu benak ini.
Matamu kaca,
Biaskan indahmu
Senandungmu bagai lagu
Lagu tua di hatiku
Yang lekat namun deras
Menyeretku kembali
Pada lautan rindu

Bandung, 2018
Ternyata bahkan seorang penyair tukang nyiar-nyiar yang
gila pun bisa seketika menjadi hitam putih. Oleh hal yang
sama yang menjadikannya berwarna; cinta
Tersadar

Kembali ku cium bau tubuhmu


Ketika dingin menjelma jadi rindu
Oleh hujan deras pertengahan Februari
Yang hanyutkan ingatan ku padamu
Senja tua yang tak pernah mati.

15/02/18
Tumbang

Aku hanya ingin menjaga pohon itu


Yang tumbuh dan subur menaungi hati
Tanpa alasan, tanpa bayaran
Hingga ia terpangkas meski sejengkal
Sejengkal yang mematahkan tangkainya
Tangkai yang mencoba menyentuhmu
Pohon dibawah mendung hari itu

Namun kini ia tlah tumbang


Sejengkal itu menjadikannya ditebang
Menghilangkan naungannya
Dan tinggalkan daun daun kering
Dalam angan yang sama;
Menyentuhmu

14/02/18

.
Aku ingin menyelami matamu

Aku ingin menyelami matamu


Dalam angan menangkap angin
Yang ingin temukan dasarnya
Dan tinggal untuk selamanya

06/02/18
Terbawa

Kutemukan kembali senjaku


Seperti embun setelah kabut pagi
Saat bulan merindukan matahari
Setelah ombak ini kehilangan angin
Yang dibawa nelayan malam hari

Meski cahaya nya kurasa


Puja takkan pernah jumpa
Meski cahaya nya kurasa
Kasih hanya menjadi kisah
Yang dibawa nelayan malam hari

02/03/2018, 09:05 am
Pesan Mati

Aku tak yakin membuka buku ini


Buku yang telah lama berdebu kasih
Aku tak yakin membuka buku ini
Khawatir kisahnya tak indah dibaca
Seperti api yang dinyalakan di tempat panas
Hanya mengganas tak menghangatkan
Aku hanya ingin menghangatkan kebekuan pada dirimu
Melenyapkan dingin dalam hatimu
Hilangkan hampa pada senyummu
Dan berikan warna di lukisan itu
06/02/18
Kekasih angin

Anginnya begitu kencang


Meniup api penerang
Dari lilin yang penyendiri
Angin itu terus mengganggu
Api penerang yang tak bersalah
Kesayangan lilin penyendiri
Lilin pun tak lagi paham
Api nya tak pernah padam
Api pun tak lagi paham
Lilin nya tak bisa paham
Padahal api miliknya lilin
Sedangkan lilin?
Miliknya kekasih angin

12/03/18
Biodata
Penulis.
Penulis kelahiran 2002
ini, tepatnya di
Bandung tanggal 1
September 2002, lahir
dengan nama lengkap
Muhammad Rajji
Rachmanulhakim.
Sebagai anak sulung di
keluarga, Rajji sudah
mempelajari arti
mengalah dan
menyiratkan keinginan
kepada orangtua nya. Sekolah dasar di sekolah Islam,
membuatnya memahami makna penting kepercayaan. Masa
sekolah menengahnya dihabiskan di lingkungan yang sangat
bersahaja membuatnya memahami arti persahabatan dan
kesederhanaan. Semua pengalaman itu ia bawa ke sekolahnya
sekarang, SMAN 5 Bandung. Menghasilkan catatan-catatan
kecil tentang siratan perasaan yang tak pernah ia tunjukkan.
Dari catatan-catatan itu, terbentuklah puisi-puisi yang bisa
anda baca di buku ini. Rajji memilih menjadi seorang penyair di
dalam buku-bukunya, daripada menjadi perayu perempuan-
perempuan yang disukainya. Meski terdengar pengecut,
sayangnya salah satu perempuan cantik di sekolahnya membaca
buku cokelat catatan kecil milik Rajji hingga akhirnya menjadi
awal dari kisah baru untuk Rajji.
Aku ingin menyelami matamu
Aku ingin menyelami matamu
Dalam angan menangkap angin
Yang ingin temukan dasarnya
Dan tinggal untuk selamanya

Rajji adalah seorang pelajar SMA yang penuh


dengan gairah untuk mencari jati dirinya.
Seorang pengecut cinta, yang menuliskan
perasaan nya dalam buku catatan kecilnya
hingga tak pernah tersampaikan.

Puisi-puisi nya begitu sederhana, dengan


bahasa yang tidak asing. Namun, membawa
keresahan yang dalam dari hati seorang
seniman yang harus menjadi pemimpin di
sekolahnya.

Anda mungkin juga menyukai