Dua Kilau
Mataku suntuk malam bergema
Mulutku mengutuk siang sunyi tak berirama
Aku purnama
Dua kilau yang saling acuh tak menyapa
Kamu mentari
Dua hati yang riuh tak bernyali
Cemberut
Detikku terhempas begitu saja
Nafasku tersendat manja
Mataku sayu
Bibirku beku
Aku takut
Senyum yang terus berlanjut
Tersimpan di balik kerudung rajut
Sirna oleh bayang-bayang maut
Aku masih takut
Jika dia cemberut
Rasa Abadi
Dia yang berkacamata
Berkerudung merah muda
Berbaju hitam
Bersarung berjarit
Motif kotak bergaris merah
Balada Senja
Balada di ujung senja
Asa dan rasa usai kujalani
Kantuk ini membebani
Aku tidur saja
Mataku gelap
Menatap iba di ruang senyap
Kini aku terkulai manja
Dua mata saling tersentak
Perih dan pedih tak beranjak
Kini aku siap bekerja
Berjas berdasi
Menambah polusi
Basi
Kembali di ujung senja
Aku bukan raja
Juli
Secerah pagi di penghujung Juli
Ruang kosong kini bergema kembali
Sekecap senyum menyapa berkali-kali
Ruas jalan berhenti mengawali
Daun siapa yang gugur tak bernyali?
Melodi Sunyi
Malam ini begitu riuh
Hati teringat dengan luka yang tak kunjung sembuh
Nestapa yang kian terkubur
Kini kembali pada hati yang tersungkur
Di suatu pagi aku pernah berjanji,
Disaksikan embun dan mentari pagi
Biarkan hati ini terus berharap
Hingga cinta yang dinanti
Sirna oleh imajinasi
Apa yang tengah kau pikirkan wahai melodi yang bersenandung sunyi?
Tentang Penulis
Ahmad Bastomi, Mahasiswa semester 4 di Institut Pesantren Mathali'ul Falah Pati. Sering
mengisi waktu luangnya di warung kopi, berkamuflase dalam keramaian untuk menuai
kedamaian batin yang selalu prihatin. Hanya menulis ketika sedang galau.
Alamat: Jl. Tugu Jagad desa Bandungrejo 03/02, Kalinyamatan, Jepara
Ig: @gugur_daun98