Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH AUDIT SEKTOR PUBLIK

“Pendahuluan : Audit Sektor Publik”

DOSEN : Dr. SRI RAHAYU, SE., MSA., Ak.

Disusun Oleh Kelompok 10:

1. Cahyatun Hasanah (C1C017039)


2. Dinda Anggraini (C1C017027)

Kelas : Akuntansi/R_011/6

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS JAMBI
KATA PENGHANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada nabi kita Nabi Muhammad SAW.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu menyelesaikan
makalah dari mata kuliah Audit Sektor Publik yang berjudul “Pendahuluan : Audit Sektor
Publik”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk Proposal ini, agar Proposal ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini,
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen
pengampu mata kuliah Audit Sektor Publik, terutama Ibu Dr. SRI RAHAYU, SE., MSA.,
Ak. yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.

Jambi, 25 Januari 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii

DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

1.1.Latar Belakang Masalah ........................................................................................ 1

1.2.Rumusan Masalah .................................................................................................. 2

1.3.Tujuan Penulisan.................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 3

2.1.Pengertian Audit Sektor Publik ............................................................................. 3

2.2.Perbedaan Audit Sektor Publik dan Audit Sektor Swasta ..................................... 3

2.3.Tujuan Audit Sektor Publik ................................................................................... 5

2.4.Jenis-jenis Audit Sektor Publik.............................................................................. 5

2.5.Jenis-jenis Auditor ................................................................................................. 10

2.6.Regulasi Audit Sektor Publik ................................................................................ 12

BAB III PENUTUPAN ..................................................................................................... 16

3.1. Kesimpulan ........................................................................................................... 16

3.2. Saran ..................................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 17

iii
PENDAHULUAN

BAB 1

1.1.Latar Belakang

Sektor publik (public sector) dapat diartikan sebagai sektor pelayanan yang menyediakan
barang/jasa bagi masyarakat umum dengan sumber dana yang berasal dari pajak dan
penerimaan negara lainnya, dimana kegiatannya banyak diatur dengan ketentuan dan
peraturan. Audit sektor publik di Indonesia dikenal sebagai audit keuangan negara. Audit
keuangan negara ini diatur dalam Pasal 5 UU No 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Adapun standar audit atau persyaratan
minimum yang harus dipenuhi oleh seorang auditor, standar keuangan negara disusun oleh
Badan Pemeriksaan Keuangan Negara (BPK). Dan saat ini, BPK telah menetapkan Standar
Pemeriksaan Kauangan Negara (SPKN) sebagai standar audit di lingkungan keuangan
negara.

Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) ini dimaksudkan untuk dapat dijadikan
patokan bagi para pemeriksa dalam melaksanakan pemeriksaan atas pengelolaan dan
pertanggungjawaban keuangan negara sehingga dapat memelihara kompetensi, integritas,
objektivitas, dan independensi dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan, pekerjaan
yang dilaksanakannya. Tujuan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara ini adalah membantu
pemerintah, termasuk instansi dan para pejabatnya dalam menyelenggarakan pengelolaan dan
membuat pertanggungjawaban keuangan negara yang semakin baik.

Tujuan dari auditor mempertahankan tingkat integritas, obyektivitas dan independensi


yang tinggi adalah untuk menjaga dan meningkatkan kepercayaan masyarakat. Auditor harus
profesional, obyektif, berdasarkan fakta, tidak memiliki kepentingan politik maupun
ideologis dalam hubungannya dengan entitas yang diaudit dan dengan pengguna laporan
audit. Auditor harus jujur dan terbuka kepada entitas yang diaudit dan pengguna laporan
dalam pelaksanaan tugasnya. Akan tetapi kejujuran dan keterbukaan ini dibatasi oleh aturan-
aturan atau kebijakan-kebijakan kerahasiaan dari entitas yang diaudit. Auditor dilarang
menggunakan informasi yang diperolehnya dalam penugasan audit untuk keuntungan
pribadinya atau hal-hal yang dapat merusak tujuan-tujuan yang sah dan etis dari entitas yang
diaudit.
Dalam kurun waktu tertentu, sektor publik sering terjerat tudingan sebagai sarang KKN
(korupsi,kolusi, nepotisme), inefisiensi dan sumber pemborosan negara karena buruknya
kinerja perusahaan-perusahaan sektor publik yang menyebabkan adanya peluang untuk
seseorang membuat kecurangan. Organisasi sektor publik pemerintah merupakan lembaga
yang menjalankan roda pemerintah yang sumber dananya berasal dari masyarakat seperti
penerimaan pajak dan penerimaan negara lainnya. Oleh karena itu, pemerintah harus
memegang teguh kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat agar kedepannya masyarakat
mendapatkan kesejahteraan yang layak dan agar kedepannya negara dapat berkembang jika
keuangan negara dapat diatur dengan baik serta untuk kepentingan-kepentingan lainnya.

1
Tuntutan masyarakat akan terciptanya transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan
dana publik oleh pemerintah semakin meningkat. Mereka ingin mengetahui apakah untuk
mencapai program yang ditetapkan telah dicapai dan apakah untuk mencapai program
tersebut telah dilakukan dengan prinsip ekonomi (kehematan), dengan cara efisien, dan
dengan hasil yang efektif atau yang lebih dikenal dengan istilah spend less, spend well, dan
spend wisely. Keinginan dan tuntutan masyarakat tersebut belum sepenuhnya dapat terpenuhi
apabila hanya menggunakan hasil audit laporan keuangan yang memuat opini terhadap
neraca, perbandingan anggaran dan realisasi, arus kas, dan catatan laporan keuangan.
Masyarakat ingin mengetahui apakah penyelenggaraan kegiatan oleh pemerintah, dengan
menggunakan dana publik, dapat memberikan nilai tambah bagi peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Untuk itu, diperlukan perluasan tujuan dan jenis audit dari audit keuangan
menuju audit kinerja (performance audit).

1.2.Rumusan Masalah
1. Jelaskan Pengertian audit Sektor Publik?
2. Jelaskan Perbedaan Audit Sektor Publik dan Audit Sektor Swasta?
3. Jelaskan Tujuan Audit Sektor Publik?
4. Jelaskan Jenis-jenis Audit Sektor Publik?
5. Jelaskan Regulasi Audit Sektor Publik?

1.3.Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimana Pengertian audit Sektor Publik.
2. Untuk mengetahui bagaimana Perbedaan Audit Sektor Publik dan Audit Sektor
Swasta.
3. Untuk mengetahui bagaimana Tujuan Audit Sektor Publik.
4. Untuk mengetahui bagaimana Jenis-jenis Audit Sektor Publik.
5. Untuk mengetahui bagaimana Regulasi Audit Sektor Publik.

2
PEMBAHASAN

BAB II

2.1.Pengertian Audit Sektor Publik

Audit Sektor Publik adalah kegiatan yang ditujukan terhadap entitas yang menyediakan
pelayanan dan penyediaan barang yang pembiayaannya berasal dari peneriman pajak dan
penerimaan negara lainnya dengan tujuan untuk membandingkan antara kondisi yang
ditemukan dan kriteria yang ditetapkan. Audit sektor publik di Indonesia dikenal sebagai
audit keuangan negara. Audit keuangan negara ini diatur dalam UU No. 15 Tahun 2004
tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara. Undang-undang ini
merupakan pengganti ketentuan warisan Belanda, yaitu Indische Comptabiliteitswet (ICW)
dan Instructie en verdere bepalingen voor de Algemene Rekenkamer (IAR), yang mengatur
prosedur audit atas akuntabilitas pengelolaan keuangan oleh pemerintah.

2.2.Perbedaan Audit Sektor Publik dan Audit Sektor Swasta

Akuntansi sektor publik berkaitan dengan pencatatan dan pelaporan transaksi yang terjadi
di instansi pemerintah pusat maupun daerah. Terdapat perbedaan dan persamaan antara
akuntansi sektor publik dengan akuntansi sektor swasta. Perbedaan antara sektor publik
dengan sektor swasta beserta akuntansinya tersaji pada tabel berikut.

No Uraian Sektor Publik Sektor Swasta


A Tujuan Tidak mencari keuntungan Mencari keuntungan
B Sumber Pembiayaan Pajak, retribusi, subsidi dan Modal Sendiri, laba ditahan,
utang utang dan penerbitan saham
C Pertanggungjawaban Kepada masyrakat dan Kepada pemegang saham
parlemen (DPR/DPRD) dan kreditur

D Struktur Organisasi Birokratis, hierarkis dan kaku Fleksibel: fungsional,


piramid dan datar

E Karakteristik Terbuka untuk publik Tertutup untuk publik


Anggaran
F Standar Akuntansi Pernyataan Standar Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintah Akuntansi Keuangan
G Standar Audit yang Standar Pemeriksaan Standar Professional
Digunakan Keuangan Negara (SPKN) Akuntan Publik (SPAP)
yang dikeluarkan oleh BPK. yang dikeluarkan oleh IAI.
H Pelaksana Audit Lembaga audit pemerintah Kantor Akuntan Publik
dan juga KAP yang ditunjuk (KAP)
oleh lembaga audit
pemerintah.

3
I Objek Audit Entitas, program, kegiatan, Perusahaan/entitas swasta
dan fungsi yang berkaitan
dengan pelaksanaan
pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara,
sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
J Kepatuhan terhadap Merupakan faktor dominan Tidak terlalu dominan
Peraturan Perundang- karena kegiatan di sektor dalam audit.
undangan publik sangat dipengaruhi
oleh peraturan perundang-
undangan.

Persamaan sektor publik dan sektor swasta dan akuntansinya sebagai berikut:
a. Merupakan bagian integral dari sistem ekonomi suatu negara.
b. Mempunyai masalah kelangkaan sumber daya.
c. Terkait dengan peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang disyaratkan
(standar akuntansi dan standar audit).
d. Menghasilkan produk yang sama (informasi keuangan).
e. Membutuhkan informasi yang relevan dan andal untuk melaksanakan fungsi
manajemen.

 Audit Sektor Publik dan Audit Sektor Swasta


Dalam level teknis audit sektor publik sama dengan jenis audit lainnya. Beberapa teknik
audit sektor publik relatif kurang berkembang dibandingkan dengan audit sektor swasta,
contohnya teknik perencanaan dan sampel statistik. Namun, tekanan untuk berubah telah
membuat auditor sektor publik mengimbangi dan kadang mengungguli sektor swasta. Di lain
pihak, sektor publik mempunyai sejarah yang panjang dalam pembangunan nasional,
misalnya peranan auditor dalam mendeteksi adanya kecurangan (audit investigasi).
Perbedaan yang paling mendasar antara audit sektor publik dan swasta adalah
pertimbangan kebijakan politik. Dalam akhir proses audit, khususnya dalam audit keuangan,
auditor akan menggunakan objektivitas terbaiknya dan rekomendasi secara menyeluruh.
Auditor yang kurang berpengalaman dalam sektor publik biasanya memberikan rekomendasi
yang kontroversial seperti meningkatkan harga untuk mengimbangi kenaikan beban. Hal
yang penting untuk membedakan audit sektor publik dan swasta adalah perbedaan
kepentingan antara kebijakan politik dan rasional ekonomi, kebijakan politik biasanya
diprioritaskan dalam sektor publik setidaknya dalam jangka pendek.
Audit pada sektor swasta lebih ditentukan oleh interaksi antara pemilik perusahaan dan
manajemen perusahaan yang banyak ditentukan oleh kontrakkontrak yang terjadi di antara
mereka. Sebaliknya, pada sektor publik interaksi antara pemilik, dalam hal ini masyarakat
yang diwakili oleh legislatif, dengan manajemen sektor publik (pemerintah) diatur dengan
jelas pada berbagai peraturan perundang-undangan. Audit sektor publik juga sangat
dipengaruhi oleh peraturan perundang-undangan. Berbagai peraturan perundang-undangan
tersebut terutama mengatur hal-hal yang harus diaudit dan yang harus dilaporkan dalam
laporan audit. Oleh karena itu, audit sektor publik sangat menekankan aspek ketaatan
terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku. Juga, laporan audit sektor publik
menyediakan informasi lebih banyak daripada laporan audit pada sektor swasta. Hal ini pada
gilirannya akan menyebabkan lebih luasnya tanggung jawab auditor sektor publik
dibandingkan dengan rekan mereka pada sektor swasta.

4
2.3.Tujuan Audit Sektor Publik
Organisasi Sektor Publik mendapat amanah dan kepercayaan dari masyarakat untuk
menggunakan sumber daya publik. Oleh karena itu, mereka dituntut untuk mengelola sumber
daya tersebut secara akuntabel dan transparan. Untuk meningkatkan akuntabilitas dan
transparansi pengelolaan sumber daya tersebut diperlukan audit pada sektor publik.
Informasi yang diperoleh dari hasil audit sektor publik dapat digunakan oleh pihak
internal (entitas yang diaudit) untuk melaksanakan perbaikan internal. Di samping itu, hasil
audit juga diperlukan oleh pihak eksternal (di luar entitas yang di audit) untuk mengevaluasi
apakah :
1. Sektor publik mengelola sumber daya publik dan menggunakan kewenangannya
secara tepat dan sesuai dengan ketentuan dan peraturan;
2. Program yang dilaksanakan mencapai tujuan dan hasil yang diinginkan;
3. Pelayanan publik diselenggarakan secara efektif, efisien, ekonomis, etis, dan
berkeadilan.

Tujuan audit sektor publik dipertegas dalam UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab keuangan Negara. Undang-undang ini menyatakan bahwa
pemeriksaan berfungsi untuk mendukung keberhasilan upaya pengelolaan keuangan negara
secara tertib dan taat pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2.4.Jenis-Jenis Audit Sektor Publik


Dalam bagian ini, akan dijelaskan mengenai jenis-jenis audit yang dilaksanakan atas
semua kegiatan pemerintahan yang tercermin dalam APBN, APBD, kegiatan BUMD/BUMN,
serta kegiatan yayasan atau badan hukum lain yang didirikan oleh pemerintah atau mendapat
bantuan pemerintah. Audit yang diselenggarakan atas kegiatan tersebut dapat dibagi menjadi
audit keuangan dan audit kinerja.
Pada setiap audit, penetapam tujuan untuk menentukan jenis audit yang dilaksanakan
serta standar audit yang harus diikuti oleh auditor merupakan permulaan. Audit dapat
mempunyai tujuan gabungan yang terdiri atas audit keuangan dan audit kinerja, atau dapat
juga mempunyai tujuan yang terbatas pada beberapa aspek dari masing-masing jenis audit
diatas. Misalnya, pada pelaksanaan audit atas kontrak pemborongan pekerjaan atau atas
bantuan pemerintah kepada yayasan atau badan hukum lainnya, tujuan auditnya seringkali
mencakup baik tujuan audit keuangan maupun tujuan audit kinerja. Audit semacam ini
umumnya disebut audit kontrak atau audit bantuan; baik itu berupa audit atas pelaksanaan
sistem pengendalian internal, atas masalah yang berkaitan dengan ketaatan pada peraturan
perundang-undangan, atau atas suatu sistem berbasis komputer.

5
Berikut ini mengikhtisarkan jenis-jenis audit termasuk contoh, informasi, kriteria, dan
bukti dari setiap jenis audit:
Jenis Audit Contoh Informasi Kriteria yang Bukti Audit
Ditetapkan yang Tersedia
Audit Audit tahunan Laporan Prinsip akuntansi Dokumen,
Keuangan atas laporan Keuangan yang berlaku catatan dan
keuangan Pemerintah DKI umum bahan
Pemerintah DKI bukti audit yang
berasal dari
sumber-sumber
di luar auditan
Audit Evaluasi untuk Banyaknya Surat Ketentuan yang Laporan
Operasional mengetahui Perintah ditetapkan kesalahan,
apakah proses Pencairan DJPb mengenai catatan dan biaya
pencairan dana Dana (SP2D) efisiensi dan pemrosesan
pada Direktorat yang efektivitas pencairan dana
dikeluarkan, biaya proses
Jenderal
yang dikelaurkan pencairan dana
Perbendaharaan dan banyaknya
berjalan secara kesalahan yang
efektif dan terjadi.
efisien.
Audit Audit KPK atas Masukan saksi UU Anti Bukti suap/
Investigatif kasus korupsi. dari masyarakat Korupsi, UU penyelewe-
Pidana ngan
dana
Audit Audit ketaatan Laporan Undangundang Laporan
Ketaatan Atas Keuangan dan Keuangan dan
penghitungan Auditan ketentuan Perhitungan
jumlah pajak perpajakan perhitungan
yang terhutang Oleh auditor.

2.4.1.Audit Keuangan (Financial Audit)

Secara spesifik, definisi dari audit atas laporan keuangan dapat dikemukakan sebagai
berkut :
Tujuan pengujian atas laporan keuangan oleh auditor independen adalah untuk
mengekspresikan suatu opini yang jujur mengenai posisi keuangan, hasil operasi, dan arus
kas yang disesuaikan dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Laporan auditor
merupaka media yang mengekspresikan opini auditor, atau dalam kondisi tertentu,
emnyangkal suatu opini.

Perbandingan antara definisi audit keuangan tersebut diatas dengan deinisi audit secra
umum dapat mengungkapkan aspek esensial auditing keuangan sebagai berikut :
1. Proses sistematik dan objektif dari penyediaan dan evaluasi bukti merupakan audit
atas laporan keuangan menurut standar audit yang berlaku umum.
2. Pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi merupakan representasi laporan
keuangan yang dibuat oleh pihak manajemen dari suatu entitas yang melaporkan
tentang posisi keuangan, hasil operasi, dan arus kas.

6
3. Derajat atau tingkat hubungan yang berkaitan dengan kriteria yang ada dinilai dengan
menentukan apakah laporan keuangan diungkapkan secara jujur sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum.
4. Hasil audit atas laporan keuangan dikomunikasikan dalam suatu pelaporan audit.

Hubungan antara definisi audit secara umum dengan definisi audit keuangan bukanlah
suatu kebetulan. Konsep pendefinisian audit secara umum dibangun melalui pemikiran
induktif dari karakteristik spesifik jenis audit yang ada.
Organisasi berusaha mencapai tujuannya dengan menggunakan sumber ekonomi dan
sumber daya manusia. Kebanyakan organisasi memperoleh sumber ekonominya dari pihak di
luar organisasi, baik secara individu maupun kelompok. Seringkali, pihak di luar organisasi
berada di luar kendali organisasi atau dapat dikatakan tidak masuk dalam kegiatan operasi
internal organisasi. Oleh karena itu, suatu organisasi harus melakukan pelaporan mengenai
administrasi atau pengurusan sumber-sumber (asal sumber, kuantitas, alokasi, akumulasi, dan
deplesi).
Audit keuangan meliputi audit atas laporan keuangan dan atas hal-hal lain yang berkaitan
dengan keuangan. Audit atas laporan keuangan bertujuan memberikan keyakinan apakah
laporan keuangan dari entitas yang diaudit telah menyajikan secara wajar posisi keuangan,
hasil operasi atau usaha, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Audit atas laporan keuangan dilakukan berdasarkan standar audit yang dikeluarkan IAI.
Audit atas hal-hal yang berkaitan dengan keuangan mencakup penentuan apakah
informasi keuangan telah disajikan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, apakah
entitas yang diaudit telah mematuhi persyaratan kepatuhan terhadap peraturan keuangan
tertentu, apakah sistem pengendalian internal instansi tersebut telah dirancang dan
dilaksanakan secara memadai dalam kaitannya dengan laporan keuangan maupun dengan
pengamanan kekayaan guna mencapai tujuan pengendalian. Audit atas hal-hal yang berkaitan
dengan keuangan meliputi unsur-unsur berikut :
1. Segmen laporan keuangan (seperti laporan pendapatan dan biaya, laporan penerimaan
dan pengeluaran kas, dan laporan aktiva tetap), dokumen permintaan anggaran,
perbedaan antara realisasi kinerja keuangan dan yang diperkirakan.
2. Pengendalian internal mengenai ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan
yang berlaku, seperti ketentuan yang mengatur mengenai penawaran, akuntansi,
pelaporan bantuan, kontrak pemborongan pekerjaan (termasuk usulan proyek, jumlah
yang ditagih, jumlah yang telah jatuh tempo), dan sebagainya.
3. Pengendalian atau pengawasan internal atas penyusunan laporan keuangan dan atas
pengamanan aktiva, termasuk pengendalian atau pengawasan atas penggunaan sistem
berbasis komputer.
4. Ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dugaan
kecurangan.

 Audit Kepatuhan (Compliance Audit)


Audit kepatuhan didesain untuk memastikan bahwa pengendalian internal yang
digunakan atau diandalkan oleh auditor pada praktiknya dapat berfungsi dengan baik dan
sesuai sistem, prosedur, dan peraturan keuangan yang telah ditetapkan. Sifat dari pengujian
ini sangat tergantung pada sifat pengendalian. Secara esensial, pengujian ini meliputi
pengecekan atas implementasi prosedur transaksi sebagai bukti kepatuhan.
Sebagai ilustrasi, akan digunakan implementasi dari audit kepatuhan atas prosedur
sebelum transaksi dalam sistem Permendagri No 13 Tahun 2006. Prosedur sebelum transaksi
dapat digambarkan sebagai berikut :
1. Adanya permintaan pendanaan kegiatan sesuai dengan DPA SKPD.

7
2. Adanya pernyataan bahwa dana tersedia melalui Surat Penyediaan Dana (SPD) dan
sesuai dengan Anggaran Kas SKPD.
3. Dipenuhinya SPP dan kelengkapan dukumen lainnya yang dijadikan dasar untuk
mengeluarkan SPM.
4. Dipenuhinya SPM dan kelengkapan dokumen lainnya yang dijadikan dasar untuk
mengeluarkan SP2D.
5. Dicairkannya uang kas yang dilampiri SP2D.

2.4.2.Audit Kinerja (Performance Audit)


Audit kinerja adalah pemeriksaan secara objektif dan sistematik terhadap berbagai macam
bukti untuk dapat melakukan penilaian secara independen atas kinerja entitas atau
program/kegiatan pemerintah yang diaudit. Dengan audit kinerja, tingkat akuntabilitas
pemerintah dalam proses pengambilan keputusan oleh pihak yang bertanggungjawab akan
meningkat, sehingga mendorong pengawasan dan kemudian tindakan koreksi. Audit kinerja
mencakup audit tentang ekonomi, efisiensi, dan program. Berikut akan dijelaskan masing-
masing jenis audit kinerja tersebut.
 Audit Ekonomi dan Efisiensi
Audit ekonomi dan efisiensi menentukan :
1. Apakah entitas telah memperoleh, melindungi, dan menggunakan sumber
dayanya (seperti karyawan, gedung, ruang, dan peralatan kantor) secara hemat
dan efisien.
2. Apa yang menjadi penyebab timbulnya pemborosan dan inefisiensi.
3. Apakah entitas tersebut telah mematuhi peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan penghematan dan efisiensi.

Audit ekonomi dan efisiensi dapat mempertimbangkan apakah entitas yang diaudit
telah :
1. Mengikuti ketentuan pelaksanaan pengadaan yang sehat.
2. Melakukan pengadaan sumber daya (jenis, mutu, dan jumlah) sesuai dengan
kebutuhan dan dengan biaya yang wajar.
3. Melindungi dan memelihara semua sumber daya negara yang ada secara
memadai.
4. Menghindari duplikasi pekerjaan atau kegiatan yang tanpa tujuan atau yang
kurang jelas tujuannya.
5. Menghindari adanya pengangguran atau jumlah pegawai yang berlebihan.
6. Menggunakan prosedur kerja yang efisien.
7. Menggunakan sumber daya (staf, peralatan, dan fasilitas) secara optimum
dalam menghasilkan atau menyerahkan barang/jasa dengan kuantitas dan
kualitas yang baik serta tepat waktu.
8. Mematuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
perolehan, pemeliharaan, dan penggunaan sumber daya negara.
9. Telah memiliki suatu sistem pengendalian manajemen yang memadai untuk
mengukur, melaporkan, serta memantau kehematan dan efisiensi pelaksanaan
program.
10. Telah melaporkan ukuran yang sah dan dapat dipertanggungjawabkan
mengenai penghematan dan efisiensi.
11.

8
 Audit Program
Audit program mencakup penentuan atas :
1. Tingkat pencapaian hasil program yang diinginkan atau manfaat yang telah
ditetapkan oleh undang-undang atau badan lain yang berwenang.
2. Efektivitas kegiatan entitas, pelaksanaan program, kegiatan, atau fungsi
instansi yang bersangkutan.
3. Tingkat kepatuhan entitas yang diaudit terhadap peraturan perundang-
undangan yang berkaitan dengan pelaksanaan program/kegiatannya.

Contoh pelaksanaan audit program :


1. Menilai tujuan program, baik yang baru maupun yang sudah berjalan, untuk
menentukan apakah tujuan tersebut sudah memadai dan tepat/relevan.
2. Menentukan tingkat pencapaian hasil program yang diinginkan.
3. Menilai efektivitas program dan/atau unsur program secara sendiri-sendiri.
4. Mengidentiikasikan faktor yang menghambat pelaksanaan kinerja yang baik
dan memuaskan.
5. Menentukan apakah manajemen telah mempertimbangkan alternatif-alternatif
lain untuk melaksanakan program tersebut yang mungkin dapat memberikan
hasil yang lebih baik dengan biaya rendah.
6. Menentukan apakah program tersebut melengkapi, tumpang tindih, atau
bertentangan dengan program lain yang terkait.
7. Mengidentifikasi cara untuk dapat melaksanakan program tersebut dengan
lebih baik.
8. Menilai ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk
program tersebut.
9. Menilai apakah sistem pengendalian manajemen sudah cukup memadai untuk
mengukur, melaporkan, dan memantau tingkat efektivitas program.
10. Menentukan apakah manajemen telah melaporkan ukuran yang sah dan dapat
dipertanggungjawabkan mengenai efektivitas program.

2.4.3.Audit Investigasi (Special audit)


Audit investigasi adalah kegiatan pemeriksaan dengan lingkup tertentu, yang tidak
dibatasi periodenya, dan yang lebih spesifik pada area-area pertanggungjawaban yang diduga
mengandung inefisiensi atau indikasi penyalahgunaan wewenang, dengan hasil audit berupa
rekomendasi untuk ditindaklanjuti bergantung pada derajat penyimpangan wewenang yang
ditemukan. Tujuan audit investigasi adalah mencari temuan lebih lanjut atas temuan audit
sebelumnya, serta melaksanakan audit untuk membuktikan kebenaran berdasarkan
pengaduan atau informasi dari masyarakat. Tanggungjawab pelaksanaan audit investigasi ada
pada lembaga audit atau satuan pengawas. Prosedur dan teknik audit investigasi mengacu
pada standar auditing, dan penyesuaian dilakukan sesuai dengan keadaan yang dihadapi.
Dalam merencanakan dan melaksanakan audit investigasi, auditor menggunakan sikap
skeptis yang profesional (skeptic professionalism) serta menerapkan asas praduga tidak
bersalah. Audit investigasi sebaiknya dilaksanakan oleh tim atau minimal salah satu indikator
yang telah mengembangkan temuan audit sebelumnya. Tim audit baru dapat dibentuk apabila
sumber informasi berasal dari informasi dan pengaduan masyarakat. Laporan hasil audit
investigasi menetapkan siapa yang terlibat atau bertanggung jawab dan ditandatangani oleh
kepala lembaga/satuan audit. Sumber informasi audit investigasi adalah :
1. Pengembangan temuan audit sebelumnya.
2. Adanya pengaduan dari masyarakat.

9
3. Adanya permintaan dari dewan komisaris atau DPR untuk melakukan audit, misalnya
karena adanya dugaan penyelewangan oleh manajemen/pejabat.

Program audit untuk audit investigasi umumnya sulit ditetapkan atau dibakukan terlebih
dahulu. kalau audit investigasi yang dilaksanakan merupakan pengembangan dari temuan
audit sebelumnya, maka seharusnya sama, sama seperti audit keuangan (financial udit) dan
audit operasional (operational audit), auditor dapat menyusun langkah audit yang hendak
dilaksanakan. Tetapi, dalam praktiknya, program tersebut mengalami banyak penyesuaian
atau perubahan. Kertas kerja audit biasa disusun sebagai berikut :
1. Kertas kerja audit yang umum, yaitu menyangkut data umum, objek, atau kegiatan
yang diperiksa termasuk ketentuan yang harus dipatuhi.
2. Kertas kerja audit untuk setiap orang yang diduga terlibat, yaitu berisi antara lain:
identitas seseorang, tindakan yang melanggar hukum, serta akibatnya yang dilengkapi
dengan bukti yang mendukung. Selain itu, kertas kerja ini dapat disusun per tahapan
transaksi seperti pada kasus kredit macet, antara lain: tahap permohonan kredit, tahap
perhitungan 5 C, tahap pencairan dan penggunaan kredit, serta tahap setelah kredit
cair sampai dinyatakan macet. Kertas kerja harus dibuat sedemikian rupa sehingga
laporan khusus mudah dibuat.

Hasil audit investigasi, pada umumnya, dapat disimpulkan sebagai berikut :


1. Apa yang dilaporkan masyarakat tidak terbukti.
2. Apa yang diadukan terbukti, misalnya terjadi penyimpangan dari suatu aturan atau
ketentuan yang berlaku namun tidak merugikan negara atau perusahaan.
3. Terjai kerugian bagi perusahaan akibat perbuatan melanggar hukum yang dilakukan
oleh karyawan.
4. Terjadi ketekoran/kekurangan kas atau persediaan barang milik negara, dan
bendaharawan tidak dapat membuktikan bahwa kekurangan tersebut bukan
diakibatkan karena kesalahan atau kelalaian bendaharawan.
5. Terjadi kerugian negara sebagai akibat terjadinya wanprestasi atau kerugian dari
perikatan yang lahir dari undang-undang.
6. Terjadi kerugian negara sebagai akibat dari perbuatan melawan hukum dan tindak
pidana lainnya.

Laporan audit investigasi bersifat rahasia. Laporan tersebut akan diserahkan kepada
kejaksaan. Dalam menyusun laporan tersebut, auditor tetap menggunakan asas praduga tak
bersalah. Pada umumnya, audit investigasi berisi: dasar audit, temuan audit, tindak lanjut, dan
sasaran. Sementara, laporan audit yang akan diserahkan kepada kejaksaan berisi temuan audit
yang terdiri atas: modus operandi, sebab terjadinya penyimpangan, bukti yang diperoleh, dan
kerugian yang ditimbulkan.

2.5.Jenis-Jenis Auditor
Selain berdasarkan tujuannya, maka berdasarkan subyeknya, audit dapat dibagi
berdasarkan afiliasi auditor, yaitu:
a. Audit Eksternal
Audit eksternal dilaksanakan oleh auditor yang memiliki sertifikat akuntan publik
yang dikeluarkan oleh IAI. Biasanya auditor bersertifikat akuntan publik melakukan
jasa audit berdasarkan kontrak. Pada umumnya audit yang dilaksanakan oleh audit
eksternal adalah audit keuangan.

10
b. Audit Internal
Sebaliknya, audit internal dilakukan oleh auditor intern, yaitu adalah suatu fungsi
penilai independen yang didirikan di dalam organisasi untuk memeriksa dan
mengevaluasi aktivitas auditan. Auditor intern bekerja di suatu organisasi untuk
melakukan audit bagi kepentingan manajemen organisasi. Auditor intern biasanya
melaporkan hasil audit kepada komite audit atau dewan komisaris. Sementara audit
keuangan dilaksanakan oleh auditor independen yang mempunyai sertifikat akuntan
yang merupakan auditor ekstern. Audit internal melaksanakan audit ketaatan dan
operasional untuk organisasinya. Audit internal mengukur tingkat ketaatan setiap lini
organisasi dengan kebijakan dan peraturan organisasi. Selain itu, auditor internal juga
melaksanakan audit operasional seperti penilaian sistem komputer akuntansi.

c. Audit oleh Pemerintah


Dalam negara Indonesia terdapat beberapa lembaga yang bertanggung jawab secara
fungsional atas pengawasan terhadap pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara. Pada tingkatan tertinggi terdapat Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Inspektorat Jenderal yang
berada di setiap departemen, serta Badan Pengawas Daerah untuk lingkup
pengawasan di daerah.

BPK melaksanakan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
Pemeriksaan tersebut meliputi seluruh unsur keuangan negara yaitu:
1. Hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang dan
melakukan pinjaman;
2. Kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintahan
negara dan membayar tagihan pihak ketiga;
3. Penerimaan negara;
4. Pengeluaran negara;
5. Penerimaan daerah;
6. Pengeluaran daerah;
7. Kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa
uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan
uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara/perusahaan
daerah.
8. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka penyelenggaraan
tugas pemerintah dan/atau kepentingan umum;
9. Kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang diberikan
pemerintah.

Dalam melaksanakan audit, BPK dapat memanfaatkan hasil pemeriksaan aparat


pengawasan intern pemerintah. Selain itu, BPK dapat menggunakan pemeriksa dan/atau
tenaga ahli dari luar yang bekerja untuk dan atas nama BPK.
BPKP mempunyai tugas untuk melakukan evaluasi efisiensi dan efektivitas operasi
berbagai program pemerintah dan BUMN. Salah satu contohnya adalah evaluasi pelaksanaan
komputerisasi di dalam suatu unit pemerintahan. Dalam hal ini para auditor dapat meninjau
dan menganalisis segala aspek sistem komputerisasi tersebut, tetapi penekanan utamanya
adalah pada penilaian terhadap kekayaan peralatan, efeisiensi operasi, kecukupan dan
kegunaan keluaran, serta hal-hal lainnya guna melihat kemungkinan perolehan pelayanan
yang sama dengan biaya yang lebih rendah.

11
Disamping itu terdapat juga audit ketaatan terhadap UU Perpajakan juga dilakukan oleh
auditor pemerintah di kantor-kantor Pelayanan/Pemeriksaan Pajak; demikian juga audit yang
dilakukan oleh auditor Komisi Pemberantasan Korupsi, untuk tujuan (investigatif) tertentu.

2.6.Regulasi Audit Sektor Publik


1. Amandemen UUD 1945, pasal 23 E UUD 1945 :
a. Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara. Diadakan
satu Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri.
b. Hasil pemeriksa keuangan negara diserahkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat,
Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sesuai dengan
kewenangannya.
c. Hasil pemeriksaan tersebut ditindaklanjuti oleh lembaga perwakilan dan/atau
badan sesuai dengan undang-undang.
2. UU No. 5 Tahun 1973 tentang BPK.
3. TAP MPR No X/MPR/2001 tentang Laporan Pelaksanaan Putusan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia oleh Lembaga Tinggi Negara pada
Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Tahun 2001.
4. TAP MPR No VI/MPR/2002 tentang Rekomendasi atas Laporan Pelaksanaan Putusan
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia oleh Presiden, DPA, DPR, dan
MA pada Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
Tahun 2002.
5. UU No 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara:
a. Pasal 2 UU No. 17 Tahun 2003
b. Keuangan negara sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 angka 1, yang meliputi :
1.) Hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang,
dan melakukan pinjaman.
2.) Kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum
pemerintahan negara dan membayar tagihan pihak ketiga.
3.) Penerimaan negara.
4.) Pengeluaran negara.
5.) Penerimaan daerah.
6.) Pengeluaran daerah.
7.) Kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain
berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat
dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan
negara/perusahaan daerah.
8.) Kekayaan pihak lain yang dikuasai pemerintah dala, rangka penyelenggaraan
tugas pemerintahan dan/atau kepentingan umum.
9.) Kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang
diberikan pemerintah.
Kekayaan pihak lain sebagaimana dimaksud dalam huruf i meliputi kekayaan
yang dikelola oleh orang atau badan lain berdasarkan kebijakan pemerintah,
yayasan-yayasan di lingkungan kementerian negara/lembaga, atau
perusahaan negara/daerah.

Keuangan negara meliputi :


a. APBN
b. APBD
c. BUMN

12
d. BUMD
e. Anak BUMN/BUMD yang dikonsolidasikan.
f. Yayasan yang didirikan atas dasar kebijakan pemerintah, BUMN, dan
BUMD.
g. Dana pensiun yang dibentuk BUMN/BUMD.
c. Pasal 30 UU No 17 Tahun 2003:
1.) Presiden mneyampaikan rancangan undang-undang tentang
pertanggungjawaban pelaksanaan APBN kepada DPR berupa laporan
kauangan yang telah diperiksa oeh Badan Pemeriksa Keuangan selambat-
lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir.
2.) Laporan keuangan dimaksud setidak-tidaknya harus meliputi Laporan
Realisasi APBN, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan
Keuangan yang dilampiri dengan laporan keuangan perusahaan negara dan
badan lainnya.
d. Pasal 3 UU No 17 Tahun 2003 ayat 1:
Keuangan negara dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan,
efisien, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memerhatikan rasa
keadilan dan kepatutan.
6. UU No 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan.
7. UU No 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan atas Pengelolaan dan Tanggung jawab
Keuangan Negara.
a. Jenis audit sesuai pasal 4 ayat 1 UU No 15 Tahun 2004.
Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 terdiri atas pemeriksaan
keuangan, pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu.
b. Pemantauan tindak lanjut sesuai pasal 20 ayat 4 dan ayat 6 UU No 15 tahun 2004.
- BPK memantau pelaksanaan tindak lanjut dari hasil pemeriksaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
- BPK memberitahukan hasil pemantauan tindak lanjut sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) kepada lembaga perwakilan dalam hasil pemeriksaan semester.
- Entitas pemerintah perlu membentuk sistem pemantauan tindak lanjut dari
pemeriksaan baik internal maupun eksternal.
c. Bantuan Tenaga Ahli sesuai pasal 9 ayat 3 UU No 15 Tahun 2004.
Dalam melaksanakan tugas pemeriksaan, BPK dapat menggunakan pemeriksa
dan/atau tenaga ahli dari luar BPK yang bekerja untuk dan atas nama BPK.
8. PP No 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah (SAP):
Peraturan Pemerintah No 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah telah
disahkan oleh Wakil Presiden RI pada hari Rabu, tanggal 6 Juli 2005. Dengan
diterbitkannya PP tersebut, Indonesia memasuki era baru transparani dan akuntabilitas
di bidang keuangan negara. Dengan adanya standar ini, perbandingan dan pengukuran
antarpelaporan keuangan dapat dilakukan, sehingga praktik KKN (korupsi, kolusi,
nepotisme) dapat dicegah dalam sistem pengelolaan keuangan negara dan keuangan
daerah. Sesuai amanat Undang-Undang (UU) No 22 Tahun 1999 yang sekarang
direvisi menjadi UU No 32 Tahun 2004, kemudian PP No 105 Tahun 2000, dan UU
No 17 Tahun 2003, penyusunan perjanjian laporan keuangan pusat dan daerah
didasarkan atas standar akuntansi pemerintah. Ini berarti bahwa standar akuntansi
pemerintah dapat dilihat sebagai alat untuk memfasilitasi pelaporan yang semakin
transparan dan akuntabel.

13
9. Permendagri No 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
Saat ini dirasakan bahwa Kepmendagri No 29 Tahun 2002 tentang Pedoman
Pengurusan Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta Tata Cara
Penyusunan APBD secara prinsip tidak lagi sesuai serta sinkron dengan semangat dari
Undang-undang No 32 tahun 2004 yang berlaku saat ini, sebagaimana yang diubah
dengan Perpu No 3 Tahun 2005. Untuk mengantisipasi berbagai aspek yang diatur
dalam UU No 32 Tahun 2004 tersebut, maka sekarang pemerintah sudah
mengesahkan Permendagri yang baru sebagai pengganti Kepmendagri No 29 Tahun
2002, yaitu Permendagri No 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah. Selain Permendagri No 13 Tahun 2006 ini berlaku sebagai pengganti
Kepmendagri No 29 Tahun 2002 tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban,
dan Pengawasan Keuangan Daerah serta Tata Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata Usaha Keuanagan Daerah dan Penyusunan
Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Permendegri No 13 Tahun
2006 ini juga merupakan tindak lanjut dari pasal 155 peraturan Pemerintah No 58
Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, di mana perlu ditetapkan
Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
Melalui Permendegri No 13 tahun 2006, berbagai hal yang berkaitan dengan
paradigma baru dalam penyusunan APBD, sistem akuntansi, dan pengelolaan
keuangan daerah yang berorientasi kepada prestasi kinerja dapat dijawab.
10. Rancangan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN)
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara ini adalah Standar Pemeriksaan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 Undang-undang No 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Standar Pemeriksaan Keuangan
Negara ini dimaksudkan untuk dapat dijadikan patokan bagi para pemeriksa dalam
melaksanakan pemeriksaan atas pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan
negara sehingga dapat memelihara kompetensi, integritas, objektivitas, dan
independensi dalam perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan, pekerjaan yang
dilaksanakannya. Tujuan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara ini adalah
membantu pemerintah, termasuk instansi dan para pejabatnya dalam
menyelenggarakan pengelolaan dan membuat pertanggungjawaban keuangan negara
yang semakin baik.
Rancangan SPKN ini berlaku bagi :
a. BPK
b. Akuntan Publik yang melakukan pekerjaan pemeriksaan untuk dan atas nama
BPK.
c. Auditor yang melakukan audit atas kegiatan pada entitas non keuangan negara
yang mendapat bantuan fasilitas dari keuangan negara.
d. Aparat pemeriksa internal pemerintah sebagai payung (acuan dalam penyusunan
standar yang diperlukan).
11. SAP-BPK Tahun 1995 :
a. Ditetapkan oleh BPK.
b. Referensi utama adalah Yellow Book Tahun 1994.
c. Government Auditing Standard dan GAO-USA.
d. Harus digunakan oleh BPK-APIP. KAP yang memeriksa Pengelolaan dan
tanggung jawab KN.
e. Jenis pemeriksaan meliputi : (1) audit keuangan dan (2) audit kinerja.
f. Audit laporan keuangan pada dasarnya menggunakan standar audit yang
ditetapkan oleh IAI (SPAP).

14
12. Generally Accepted Government Auditing Standards (GAGAS) Revisi Tahun 2003,
United States General Accounting Office (US-GAO).
13. Standar Professional Akuntan Publik (SPAP) dari IAI, Tahun 2001.
14. Auditing Standards, International Organization of Supreme Audit Institutions
(INTOSAI), Amandemen Terakhir Tahun 1995.
15. Generally Accepted Auditing Standards (GAAS), AICPA, Tahun 2002.
16. Internal Control Standards, INTOSAI, Tahun 2001.
17. Standards for the Professional Practice of Internal Auditing, SPPIA-IIA, Revisi
Terakhir Bulan Desember Tahun 2003.

15
PENUTUPAN
BAB III

3.1.Kesimpulan
Audit Sektor Publik adalah kegiatan yang ditujukan terhadap entitas yang menyediakan
pelayanan dan penyediaan barang yang pembiayaannya berasal dari peneriman pajak dan
penerimaan negara lainnya dengan tujuan untuk membandingkan antara kondisi yang
ditemukan dan kriteria yang ditetapkan. Tujuan audit sektor publik dipertegas dalam UU No.
15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab keuangan Negara.
Terdapat tiga jenis audit keuangan negara yaitu audit keuangan (financial audit), audit
kinerja (performance audit), dan audit investigasi (special audit). Selain berdasarkan
tujuannya, maka berdasarkan subyeknya, audit dapat dibagi berdasarkan afiliasi auditor, yaitu
audit internal, audit eksternal, dan audit oleh pemerintah. Disamping itu terdapat juga audit
ketaatan terhadap UU Perpajakan juga dilakukan oleh auditor pemerintah di kantor-kantor
Pelayanan/Pemeriksaan Pajak; demikian juga audit yang dilakukan oleh auditor Komisi
Pemberantasan Korupsi, untuk tujuan (investigatif) tertentu.

3.2.Saran
Pemerintah harus dapat meningkatkan akuntabilitas&transparansi atas laporan keuangan
maupun kinerjanya dalam suatu organisasi sektor publik kepada masyarakat. Sehingga
informasi yang di dapatkan bisa diterima oleh masyarakat. Dan menyediakan pengendalian
atas kecurangan-kecurangan yang dapat menyebabkan kerugian bagi negara. Dan dapat
melaksanakan tugas pemerintah dengan lebih bertanggungjawab agar dapat meningkatkan
nilai bagi perusahaan-perusahaan sektor publik tersebut.

16
DAFTAR PUSAKA

Bastian, I. (2011). Audit Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat.


Murwanto, R., Budiarso, A., & Ramadhana, F. H. (2006). Audit Sektor Publik: Suatu Pengantar Bagi
Pembangunan Akutabilitas Instansi Pemerintah. Jakarta: LPKP AP.
Rai, I. G. A. (2011). Audit Kinerja pada Sektor Publik (3 ed.). Jakarta: Salemba Empat.

17

Anda mungkin juga menyukai