Tugas Akhir Pah
Tugas Akhir Pah
MATA KULIAH
Oleh :
Assalamualaikum Wr.Wb.
Sesungguhnya Allah SWT senantiasa mengangkat derajat orang-orang yang
beriman dan berilmu.
Tiada kata yang patut diucapkan selain puji syukur kehadirat Allah SWT atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir
kuliah dengan judul Resum Dan Analisis Putusan Tingkat Pertama/Pengadilan Negeri
berupa Pemidanaan (Studi Kasus Putusan PN. No 427/Pid.B/2015/PN Bgl, guna
memperoleh gelar Sarjana Hukum, Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal
Suryadarma.
Dengan segala kerendahan hati penulis ucapkan terima kasih dan penghargaan
yang tertinggi kepada semua pihak yang telah membantu baik moril maupun materil
kepada:
1. Marsda TNI (Purn) Potler Gultom, S.H., MM. Selaku Rektor Universitas Dirgantara
Marsekal Suryadarma;
2. Dr. Niru Anita Sinaga, SH., M.H. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas
Dirgantara Marsekal Suryadarma;
3. Nunuk Sulisrudatin, S.H., S.I.P., M.Si. selaku Kaprodi Fakultas Hukum Universitas
Dirgantara Marsekal Suryadarma;
4. Selamat Lumban Gaol, S.H., M.kn. selaku Dosen Pengampuh yang telah
memberikan dan mengajarkan ilmu kepada penulis yang sangat amat bermanfaat
juga berguna;
5. Seluruh Dosen Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma yang
telah memberikan dan mengajarkan ilmu kepada Penulis yang sangat amat
bermanfaat;
6. Seluruh staff Pegawai Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal
Suryadarma;
7. Dan Seluruh pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaian Tugas Akhir
Kuliah ini. Penulis menghaturkan banyak terima kasih atas segala bantuan, yang
tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Penulis bukanlah seorang yang sempurna. Dengan segala keterbatasan yang
penulis miliki, penulis menyadari Tugas Akhir Kuliah ini jauh dari kesempurnaan
sehingga saran dan kritik yang sifatnya konstruktif akan menjadi masukan yang sangat
berguna menuju kesempurnaan penulisan ini. Tidak lupa pula penulis mohon maaf atas
segala kekurangan dan kekhilafan.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
6. STATUS PENAHANAN :
a. Penuntut Umum sejak tanggal 18 November 2015 s/d tanggal 7 Desember 2015
b. Majelis Hakim sejak tanggal 30 November 2015 s/d tanggal 30 Desember 2015
c. Perpanjangan Wakil ketua Pengadilan Negeri sejak tanggal 30 Desember 2015
s/d tanggal 27 Februari 2016
7. PROSES SINGKAT :
a. Penetapan Wakil ketua Pengadian Negeri Nomor 427/Pid.B/2015/PN.Bgl
tanggal 30-11-2015 tentang penunjukan Majelis Hakim;
b. Penetapan Hakim Nomor 427/Pid.B/2015/PN.Bgl tanggal 30-11-2015 tentang
penetapan hari sidang;
c. Berkas perkara dan surat-surat lain yang bersangkutan;
8. TUNTUTAN PU :
a. Menyatakan terdakwa NAZILAN Als ALOK BIN SEMAIN terbukti ecara sah dan
meyakinkan melakukan tindak pidana penyerobotan tanah sebagaimana diatur
dan diancam pidana dalam pasal 385 Ayat (1) KUHP dalam dakwaan pertama.
c. Menyatakan barang bukti berupa: 1(satu) lembar copy Surat Penunjukan kapling
tanah no.36 Koperasi/Pegawai PU TK.II Bengkulu an. A.Muluk tanggal25
Oktober 1990 dan 13 (tiga belas surat) lainnya sebagaimana diuraikan secara
rinci dalam daftar barang bukti dalam perkas perkara tetap terlampir dalam
berkas perkara.
9. PLEDOI :
Mohon keringanan hukuman karena Terdakwa menyesali perbuatannya dan berjanji
tidak akan mengulangi lagi perbuatannya maupun perbuatan lain yang dapat
dipidana;
Atau
KEDUA : Pasal 385 Ayat (1) KUHP
13. PEMBUKTIAN :
a. Keterangan saksi korban;
1) Saksi KUNHARLIAN BIN KARSIN
2) Saksi M.DANI.K BIN KENAMIN
3) Saksi SUKIMAN BIN JIRMAN
b. Keterangan saksi terdakwa;
1) Saksi HALIMI
c. Keterangan Ahli : dr. Sanusi Piliang, SPOG
d. Surat : Visum Et Repertum Nomor 43/OBG/2015 tanggal 31Januari 2015
dengan No MR : 95.30.53
e. Petunjuk : Ada
f. Keterangan Terdakwa : Ada
a. Menyatakan Terdakwa Jaka Syahputra tersebut diatas, terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “dengan sengaja melakukan tipu
muslihat, membujuk anak melakukan persetubuhan dengannya”;; sebagaimana
dalam Dakwaan Kesatu Penuntut Umum;
b. Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara
selama 6 (enam) tahun dan 6 (enam) bulan dan pidana denda sebesar Rp.
800.000.000,- (delapan ratus juta rupiah) dengan ketentuan apabila denda tidak
dibayar harus diganti dengan pidana penjara selama 2 (dua) bulan;
c. Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani Terdakwa
dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;
d. Menetapkan Terdakwa tetap ditahan;
e. Membebankan kepada Terdakwa membayar biaya perkara sejumlah
Rp1.000,00 (Seribu rupiah);
17. Rapat Permusyawaratan Majelis : Selasa, tanggal 15 Februari 2016, Diris Sinambela, S.H.,
dan Imanuel,S.H., Boy Syahlendra S.H, masing-masing
sebagai Hakim Anggota,
B. Bahwa setelah saksi membeli tanah tersebut kemudian pada tahun 1998
saksi ditugaskan di Timor Timur kemudian pada tahun 1999 saksi
ditugaskan di Ambon dan Tahun 2003 saksi ditugaskan di Aceh
kemudian pada saat saksi kembali ke Bengkulu saksi selalu mengecek
lokasi tanah terse but kemudian pada tahun 2007 ketika saksi mengecek
tanah tersebut ada ditanami kelapa dan saksi mencari tahu ternyata ada
yang menggarap tanah saksi bernama USMAN kemudian saksi
menanyakan kepada USMAN yang kemudian menerangkan bahwa tanah
tersebut didapat dengan cara membeli dari terdakwa kemudian saksi
menjelaskan bahwa tanah tersebut milik saksi dengan menerangkan bukti
surat-surat tanah tersebut namun USMAN tidak mau tahu dan bersedia
membawa masalah ini ke jalan hukum;
1
Ismantoro Dwi Yono, Penerapan Hukum Dalam Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Anak
(Jakarta: Buku Seru, 2015) hlm.58
2
H.M Ridwan dan Ediwarman, Asas-Asas Kriminologi, (Medan: USU Press, 1994) hlm.5
3
Ismantoro Dwi Yono, Op.cit hlm.7-8
Berdasarkan fakta-fakta hukum yang terungkap di persidangan sesuai dalam
putusan Nomor : 2717/Pid.Sus/2015/PN.Mdn, Penerapan hukum pidana dalam
perkara ini berdasarkan alat bukti, keterangan saksi, dan keterangan terdakwa telah
memenuhi unsur-unsur subjektif dan objektif tindak pidana persetubuhan terhadap
anak dalam Pasal 81 ayat (2) Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014, tentang
Perubahan atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan
Anak yaitu :4
1) Unsur Subjektif
Unsur Subjektif yaitu unsur setiap orang, yang dimaksud dengan “setiap orang”
dalam hal ini adalah setiap orang yang melakukan tindak pidana persetubuhan
terhadap anak di bawah umur menunjukan kepada subjek atau pelaku tidak pidana,
dari fakta-fakta yang terungkap dipersidangan yaitu keterangan saksi- saksi,
keterangan terdakwa dan petunjuk bahwa pelaku tindak pidana dalam perkara ini
adalah terdakwa yang didepan persidangan mengaku bernama JAKA SYAHPUTRA
yang identitasnya sesuai dengan identitas terdakwa dalam Surat Dakwaan Jaksa
Penuntut Umum.
2) Unsur Objektif
Unsur Objektif dalam perkara ini yaitu unsur dengan sengaja melakukan tipu
muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk anak melakukan persetubuhan
dengannya.
tanah tersebut ternyata ada hak orang lain yang
mempunyai hak atas tanah tersebut yaitu milik saksi korban KUNHARLIAN yang
dibeli pada tahun 1997 dari Sdr. Muluk dengan harga Rp.700.000 (tujuh ratus ribu
rupiah) yang dilampiri dengan alas hak berupa Surat Penunjukkan SK Gubernur
Tingkat I Bengkulu No. 136/1990 tanggal 20 April 1990 dan gambar Pola Kapling
ditandatangani oleh Kepala Dinas PU Tingkat II Bengkulu, tanggal 17 Oktober
1990 No. Kapling 37 ukuran 18x18 M2 dengan batas-batas yaitu sebelah Utara
berbatasan dengan tanah Sdr. Muslim, sebelah Selatan berbatasan dengan jalan 8
meter, sebelah Barat berbatasan dengan jalan gang, sebelah Timur berbatasan
dengan Sdr. A. Muluk.
Pasal
awalnya terdakwa merasa susah memasukkan kemaluannya kedalam vagina saksi
korban namun tetap terdakwa paksakan hingga saksi korban merintih kesakitan dan
mengatakan sakit yank,akan tetapi terdakwa tetap memasukkan kemaluannya
setelah kemaluan saksikorban berhasil masuk seluruhnya kedalam vagina saksi
korban hingga terdakwa mengalami ejakulasi lalu terdakwa menarik kemaluannya
dari dalam vaginasaksi korban. Selanjutnya terdakwapun meminta maaf kepada
saksi korban sambil mengatakan ”awak janji kalo misalnya kamu hamil awak akan
tanggung jawab”.
Bahwa satu minggu kemudian terdakwa dan saksi korbanpun melakukan
persetubuhan di Hotel Anggrek Medan sekitar 4 (empat) kali , selanjutnya pada
waktu yang sudah tidak diingat lagi terdakwa dan saksi korban melakukan
persetubuhan di Hotel Merlin Medan, lalu pada tanggal 13 Januari 2015 terdakwa
menyewa rumah kost yang terletak di jalan M. Idris Gang Becek Medan selama
sekitar 1 (satu) minggu dan selama 1 (satu) minggu tersebut terdakwa melakukan
persetubuhan dengan saksi korban berulang kali. Bahwa saksi korban Muspita
Rahma Siregar masih berumur sekitar 16 tahun dan berdasarkan Undang-undang
yang berlaku korban masih tergolong anak-anak atau dibawah umur. Berdasarkan
uraian tersebut, maka unsur ini telah terpenuhi.
Meletakkan anak sebagai korban tindak pidana persetubuhan dalam
pembahasan pengaturan hukum dapat ditemukan dalam ketentuan Kitab Undang-
undang Hukum Pidana, yakni dikualifikasikan sebagai kejahatan yang diatur dalam
Bab ke-XIV dari buku ke-II Kitab Undang-undang Hukum Pidana. Ketentuan pidana
yang diatur dalam bab ini dengan sengaja telah dibentuk oleh pembentuk undang-
undang dengan maksud untuk memberikan perlindungan bagi orang- orang yang
dipandang perlu untuk mendapatkan perlindungan terhadap tindakan- tindakan
asusila atau ontuchte handelingen. Oleh karena hal tersebut dipandang
bertentangan dengan kepatutan di bidang kehidupan seksual.
Secara normatif, telah diatur mengenai tindak pidana persetubuhan terhadap
anak di dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana, yakni Pasal 287 KUHP, yang
rumusan aslinya berbunyi sebagai berikut :5
5
P.A.F Lamintang dan Theo Lamintang, Delik-delik Khusus Kejahatan Melanggar Norma Kesusilaan
dan Norma Kepatutan(Edisi Kedua), (Jakarta: Sinar Grafika, 2011) hlm.113.
(1) Hij die buiten echt vleselijk gemeenschap heeft met ene vrouw van wie hij
weet of redelijkerwijs moet vermoeden dat zij indien van haar leeftijd niet blijkt,
nog niet huwbaar is, wordt gestraft met gevangenisstraf van ten hogste negen
jaren
(2) Vervolging heeft niet plaats dan op klachte, tenzij de vrouw den leeftijd van
twaalf jaren nog niet heeft bereikt, of een der van de artt.291 en 294 aanwezig
is. Artinya :
(1) “Barang siapa mengadakan hubungan kelamin di luar pernikahan, dengan
seorang wanita, yang ia ketahui atau sepantasnya harus ia duga bahwa umur
wanita itu belum mencapai lima belas tahun ataupun jika tidak dapat diketahui
dari usianya, wanita itu merupakan wanita yang belum dapat dinikahi, dipidana
dengan pidana penjara selama-lamanya sembilan tahun.
(2) Penuntutan tidak akan dilakukan apabila tidak ada pengaduan, kecuali jika
wanita tersebut belum mencapai usia dua belas tahun atau jika terjadi hal-hal
seperti yang diatur dalam Pasal 291 dan Pasal 294.
Mengenai ketentuan larangan dan sanksi yang mengatur tentang tindak pidana
persetubuhan terhadap anak telah diatur secara khusus dalam Undang- undang
Nomor 35 Tahun 2014 tentang perlindungan anak, yakni Pasal 76 D berbunyi :
“Setiap orang dilarang melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan
memaksa anak melakukan persetubuhan dengannya atau orang lain”.
Pasal 81 berbunyi :
(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 76 D dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan
paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp.5.000.000.000,00
(lima miliar rupiah).
(2) Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku pula bagi
setiap orang yang dengan sengaja melakukan tipu muslihat, serangkaian
kebohongan, atau membujuk anak melakukan persetubuhan dengannya atau
dengan orang lain.
(3) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
oleh orang tua, wali, pengasuh anak, pendidik, atau tenaga kependidikan,
maka pidananya ditambah 1/3 (sepertiga) dari ancaman pidana sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
Dengan demikian perbuatan terdakwa dalam perkara ini adalah perbuatan yang
dengan sengaja melawan hukum. Terdakwa juga adalah orang yang menurut
hukum mampu bertanggung jawab. Selanjutnya tidak ditemukan hal-hal yang dapat
menghapuskan pertanggungjawaban pidana, baik sebagai alasan pembenar dan
atau alasan pemaaf. Berdasarkan fakta-fakta yang terungkap di persidangan atas
uraian kasus diatas, yaitu keterangan saksi-saksi yang saling bersesuaian satu
sama lain termasuk dengan keterangan terdakwa, serta dihubungkan dengan
adanya alat bukti yang sah sebagaimana yang diuraikan diatas, dapat diambil
kesimpulan bahwa seluruh unsur-unsur dari dakwaan jaksa penuntut umum telah
terpenuhi.
Penulis Selaras dengan putusan ataupun kesimpulan hakim dalam menyatakan bahwa
terdakwa atas nama Nazilam Alias Alok terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah
melakukan tindak pidana “dengan sengaja melakukan tipu muslihat, membujuk anak
melakukan persetubuhan dengannya”;; sebagaimana dalam Dakwaan Kesatu Penuntut
Umum, yakni Pasal 385 ayat (1) KUHP dan UU No.8 tahun
1981 tentang Hukum Acara Pidana serta peraturan perundang-undangan
lain yang bersangkutan Putusan yang dijatuhkan Majelis Hakim yakni pidana
penjara selama 4 (empat) bulan telah memenuhi rasa keadilan hukum terhadap
terdakwa sekaligus memberikan efek jera dan keadilan bagi masyarakat sebagai
preventif agar masyarakat tidak melakukan hal yang sama.
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Andi Soffian dan Abdul Asis, Hukum Acara Pidana Suatu Pengantar, Jakarta: Prenada Media
Group, 2014.
Ediwarman dan H.M Ridwan, Asas-Asas Kriminologi, Medan: USU Press, 1994.
Theo Lamintang dan P.A.F Lamintang, Delik-delik Khusus Kejahatan Melanggar Norma
Kesusilaan dan Norma Kepatutan (Edisi Kedua), Jakarta: Sinar Grafika , 2011.
Yono, Dwi Ismantoro, Penerapan Hukum Dalam Kasus Kekerasan Seksual Terhadap
Anak, Jakarta: Buku Seru, 2015.
Perundang-Undangan :
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Undang-Undang No.23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.
Undang-Undang Republik Indonesia No.35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas UU
No. 23 Tahun 2002 tantang Perlindungan Anak.
Putusan Pengadilan :
Putusan Pengadilan Negeri Medan No. 2717/Pid.Sus/2015/PN.Mdn.