PENDAHULUAN
Untuk tipe aliran bila ditinjau dalam pergerakan molekul didalam pipa dibagi
menjadi 2 yaitu :
1. aliran laminar, bila partikel fluida bergerak dalam lintasan yang pararel
dengan kecepatan rendah sehingga arah arus partikel fluida teratur.
2. Aliran turbulen terjadi bila partikel fluida bergerak dalam lintasan yang
tidak teratur dengan kecepatan tinggi sehingga terjadi arah arus aliran
menuju ke segala arah dalam pipa.
Untuk mengetahui tipe aliran fluida dalam pipa dengan menghitung bilangan
reynold (Re)
𝐷𝑣𝜌
Re = 𝜇
I.2.2. Valve
Valve merupakan alat yang berfungsi untuk mengatur aliran suatu fluida
dalam bentuk cair maupun gas. Berdasarkan fungsi nya valve dapat dibedakan
menjadi 3 macam :
1. Stop valve
Penggunaan stop valve pada sistem perpipaan digunakan untuk membuka
dan menutup aliran.
Jenis stop valve : globe valve, gate valve, ball valve, butterfly valve dan
lain-lain
2. Regulating valve
Regulating valve digunakan untuk mengatur laju debit aliran
Jenis regulating valve : non return valve/check valve, pressure reducing
valve
3. Safety valve
Penggunaakn safety valve umumnya digunakan untuk mengatur tekanan
jika berlebih atau berkurang. Biasanya hal ini terakhit nilai ambang batas
maksimum dan minimum pada suatu sistem
Jenis regulating valve : relief valve dan back pressure valve
Berikut ini salah satu contoh penggunaan stop valve untuk praktikum
sebagai berikut.
1. Globe valve
Globe valve meurpakan salah satu jenis stop valve yang digunakan
untuk temperatur dan tekanan tinggi. Aplikasi globe valve diguankan untuk
berbagai macam diantaranya liquid, vapor, gases dan corrosive substance.
Mekanisme kerja dari globe valve : Dimana katup untuk membuka dan
menutup aliran dilakukan dengan memutar tuas sebagai penyangga aliran
kemudian aliran masuk kedalam valve melalui bagian bawah menuju bagian
atas valve.
2. Gate Valve
Gate valve merupakan salah satu jenis stop valve yang digunakan
untuk membuka dan menutup aliran yang meimliki teknanan tidak terlalu
tinggi dikarenakan katup yang digunakan seperti gerbang yang tidak tahan
akan tekanan tinggi. Gate valve dapat berfungsi juga untuk mengontrol debit
aliran. Aplikasi gate valve dapat digunakan untuk gas, udara, steam dan
cairan korosif. Mekanisme kerja gate valve : aliran fluida mengalir melalui
katup berbentuk gerbang yang dibuka dan ditutup melalui tuas dimana katup
tersebut berbentuk seperti gerbang dapat ditunjukkan melalui gambar
berikut.
Proses perhitungan :
𝑣2
hf (J/kg) = 𝐾𝑓 (Persamaan 2.10-17 Geankoplis)
2𝛼
Rumus yang digunakan untuk menghitung friksi teoritis yang terjadi pada
pipa lurus dimana fluida mengalir secara turbulen.
∆L 𝑉 2
𝐹 = 4𝑓 (Geankoplis,
2𝐷
2003)
Dimana :
𝜌𝐻𝑔 = Densitas air raksa (gr/mL)
𝜌𝑎𝑖𝑟 = Densitas air (gr/mL)
𝑔 = Percepatan gravitasi (9,8 m/s2)
∆ℎ = Beda ketinggian air raksa di manometer
𝐷 = Diameter pipa (cm)
𝐿 = Panjang pipa (cm)
𝑄 = Debit air (cm3/s)
f = faktor friksi
𝑁𝑅𝑒 = Number of Reynold
(Geankoplis, 2003)
I.2.2. Orificemeter
Prinsip orificemete dimana terjadi penurunan luas penampang arus aliran
melalui orifice menyebabkan head kecepatan meningkat tetapi head tekanan
menurun, dan penurunan tekanan antara kedua titik yang terjadi dimana dinamakan
sebagai throat dai orificemeter diukur dengan manometer. Persamaan Bernoulli
memberikan dasar untuk mengkorelasi peningkatan-peningkatan head kecepatan
dengan penurunan head tekanan. Dimana proses ini dapat dilihat melalui gambar
berikut.
Persamaan Bernoulli yang diterapkan sebagai berikut:
Co Ao Y
m= 4
∙ √2(𝑝1 − 𝑝2 )/𝜌1
√1−( Do )
Dpipa
dengan:
u0 = kecepatan melalui orifice
Do = diameter orificemeter
Dpipa = diameter pipa
β = rasio diameter orifice terhadap diameter pipa (D0/D1)
p1, p2 = tekanan pada stasiun 1 dan stasiun 2
Co = koefisien orificemeter (dimana Co = 0,61 jika NRe > 2000)
m = mass flow rate
A0 = luas penampang orificemeter
Y = expansion correction factor (Y = 1,00 untuk liquid)
Q = debit air PDAM
(Geankoplis, 2003)
𝜌 = densitas air
Q = debit air
𝜌 = densitas air
Q = debit air
I.2.3. Venturimeter
Pipa venturi (Venturimeter) merupakan sebuah pipa yang memiliki
penampang bagian tengahnya lebih sempit dan diletakkan mendatar dengan
dilengkapi dengan pipa pengendali untuk mengetahui permukaan air yang ada
sehingga besarnya tekanan dapat diperhitungkan. Dalam pipa venturi ini luas
penampang pipa bagian tepi memiliki penampang yang lebih luas daripada
bagian tengahnya atau diameter pipa bagian tepi lebih besar daripada bagian
tengahnya. Zat cair dialirkan melalui pipa yang penampangnya lebih besar
lalu akan mengalir melalui pipa yang memiliki penampang yang lebi sempit,
dengan demikian, maka akan terjadi perubahan kecepatan. Akan tetpai
berbeda dengan orificiemter penurunan luas penampang pada venturimeter
secara gradual sehingga gaya gesek atau friksi yang terjadi pada venturimeter
dapat diabaikan. Untuk menentukan besar laju alir massa yang mengalir
melalui pipa venturimeter dapat digunakan untuk persamaan berikut.
Cv 𝐴2 Y
m= 4
∙ √2(𝑝1 − p)/𝜌1
√1−( Dv )
Dpipa
dengan :
Dv = diameter pipa venturimeter
Dpipa = diameter pipa
Y = 1,00 untuk liquid
Cv = 0,98 untuk diameter pipa dibawah 0,2 m
Cv = 0,99 untuk diameter pipa diatas 0,2 m
(Geankoplis, 2003)
maktual (venturimeter) = 𝜌air x Qair
dimana :
𝜌 = densitas air
Q = debit air
I.2.4. Fitting
Fitting atau adapter merupakan salah satu perangkat penting yang digunakan
dalam sistem perpipaan yang berfungsi untuk menghubungan saluran pada pipa
atau tabung. Fitting dapat disesuaikan dengan bentuk-bentuk yang diinginkan, baik
menyambungkan bentuk pipa yang sama maupun yang berbeda. Berbagai macam
jenis dari fitting antara lain adalah fitting elbow dan fitting return bend,
Persamaan untuk memperoleh friksi untuk return bend adalah sebagai berikut :
𝑣12
Friksi teoritis (F) = 𝐾𝑓 × (dimana Kf return bend = 1,5)
2
(Geankoplis, 2003)
Persamaan untuk memperoleh friksi untuk elbow 90o adalah sebagai berikut :
𝑣12
Friksi teoritis (F) = 𝐾𝑓 × (dimana Kf elbow 90o = 0,75)
2
Dimana :
∆P =
F = faktor friksi
𝜌Hg = densitas air raksa (gr/mL)
BAB II
METODE PERCOBAAN
4 3
10 5
2
Gambar II.1. Rangkaian Alat Aliran Fluida
Keterangan gambar
1. Tangki 2000 liter
2. Pompa
3. Flowmeter/Rotameter
4. Pipa kasar dan Pipa halus
5. Fitting
6. Valves
7. Orificemeter
8. Venturimeter
9. Sudden Enlargement
10. Suddent Contraction
II.2.2. Menentukan Friksi pada berbagai macam valve (globe valve dan gate
valve)
1. Kran pada lantai pertama ditutup, sedangkan kran pada lantai dua dibuka
penuh (kran ini berfungsi sebagai pengatur laju aliran berbeda)
2. Kran pada valve dibuka penuh dan salah satu kran valve ditutup agar aliran
menuju ke salah satu valve.
3. Debit air PDAM diukur dengan menggunakan rotameter.
4. Perbedaan ketinggian air raksa pada manometer dicatat untuk untuk masing-
masing valve yang diamati.
5. Langkah 1-4 diulangi sebanyak 6 kali dengan berbagai macam variasi debit
air PDAM dengan memvariaskan bukaan kran kemudian mencatat debit air
PDAM menggunakan rotameter
II.2.4. Menentukan Friksi pada berbagai macam fitting (elbow 90⁰ dan return
bend)
1. Kran pada lantai kedua (untuk elbow 90⁰ dan return bend) dibuka penuh lalu
pompa dijalankan. (berfungsi sebagai pengatur debit air melalui bukaan
kran)
2. Kran untuk mengalirkan air ke fitting dibuka penuh (tidak berfungsi sebagai
pengatur bukaan kran)
3. Debit air PDAM diukur dengan menggunakan rotameter.
4. Perbedaan ketinggian air raksa pada manometer dicatat untuk masing-
masing elbow 90⁰ dan return bend yang diamati. (terletak pada lantai 2)
5. Langkah 2-4 diulangi sebanyak 6 kali dengan berbagai macam variasi debit
air PDAM.
II.2.5. Menentukan Massa Aliran Fluida Orificemeter dan Venturimeter
II.2.5.1. Orificemeter
1. Kran pada lantai pertama dibuka penuh lalu pompa dijalankan.
2. Kran untuk mengalirkan air ke orificemeter dibuka dan kran untuk
mengalirkan air ke venturimeter ditutup
3. Debit air PDAM diukur dengan mengunakan rotameter.
4. Perbedaan ketinggian air raksa pada manometer dicatat untuk orifice
meter. (terletak pada lantai 1)
5. Langkah 2-4 diulangi sebanyak 6 kali dengan berbagai macam variasi
debit air PDAM untuk orificemeter
II.2.5.2. Venturimeter
1. Kran pada lantai pertama dibuka penuh lalu pompa dijalankan.
2. Kran untuk mengalirkan air ke venturimeter dibuka dan kran untuk
mengalirkan air ke orificemeter ditutup
3. Debit air PDAM diukur dengan mengunakan rotameter.
4. Perbedaan ketinggian air raksa pada manometer dicatat untuk
venturimeter. (terletak pada lantai 1)
5. Langkah 2-4 diulangi sebanyak 6 kali dengan berbagai macam variasi
debit air PDAM untuk venturimeter degan mengatur bukaan kran.
Aliran Aliran
fluida awal P1 P2 fluida akhir
(1)
(1) H2
H1 Air
Air
∆ℎ
Y
X
(2)
Raksa
Px = Py
P1 + 𝜌𝑎𝑖𝑟 g H1 = P2 + 𝜌𝑟𝑎𝑘𝑠𝑎 g ∆ ℎ + 𝜌𝑎𝑖𝑟 g H2
P1 + 𝜌𝑎𝑖𝑟 g (H2 + ∆ ℎ) = P2 + 𝜌𝑟𝑎𝑘𝑠𝑎 g ∆ ℎ + 𝜌𝑎𝑖𝑟 g H2
P1 + 𝜌𝑎𝑖𝑟 g H2 + 𝜌𝑎𝑖𝑟 g ∆ ℎ = P2 + 𝜌𝑟𝑎𝑘𝑠𝑎 g ∆ ℎ + 𝜌𝑎𝑖𝑟 g H2
P1 – P2 = 𝜌𝑟𝑎𝑘𝑠𝑎 g ∆ ℎ + 𝜌𝑎𝑖𝑟 g H2 - 𝜌𝑎𝑖𝑟 g H2 - 𝜌𝑎𝑖𝑟 g ∆ ℎ
P1 – P2 = 𝜌𝑟𝑎𝑘𝑠𝑎 g ∆ ℎ - 𝜌𝑎𝑖𝑟 g ∆ ℎ
𝜌𝑟𝑎𝑘𝑠𝑎 g ∆ ℎ − 𝜌𝑎𝑖𝑟 g ∆ ℎ
Apabila per satuan massa : P1 – P2 = 𝜌𝑎𝑖𝑟
Sehingga persamaan ini berlaku untuk menghitung besar friksi yang terjadi pada
setiap percobaan secara aktual.
II.3.2 Analisa Data Percobaan Besar Friksi Teoritis
II.3.2.1. Menentukan Besar Friksi pada Pipa Halus dan Kasar Teoritis
Berikut ini hasil data mentah percobaan yang digunakan untuk
menghitung friksi secara teoritis :
Q (debit air) = L/menit = m3/s
Panjang pipa lurus dan kasar = m
Diameter pipa lurus dan kasar = m
A pipa (m2) (luas penampang pipa halus;kasar) = ¼ x 𝜋 x Dpipa lurus dan kasar2
𝑸𝒂𝒊𝒓 𝒎𝟑
𝒔
V sepanjang pipa lurus dan kasar (m/s) = A pipa (m2 )
dengan:
f = faktor friksi fanning
D = diameter pipa (m)
∆L = panjang pipa (m)
V = Kecepatan alir air PDAM sepanjang pipa (m/s)
Dimana :
Perhitungan Faktor friksi fanning
Faktor friksi fanning didapatkan pada grafik 2.10-3 Geankoplis halaman 94
dengan menghubungkan antara Reynold Number (NRe) dan relative
roughness pipa (𝜀/D)
(a). NRe (Reynold Number)
𝐷𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑥 𝑉 𝑥 𝜌𝑎𝑖𝑟
NRe Reynold Number : 𝜇𝑎𝑖𝑟
𝑸𝒂𝒊𝒓 𝒎𝟑
𝒔
V sepanjang sudden enlargement (m/s) = A (4)(m2 )
II.3.2.2 Menentukan Besar Friksi Valves (gate valve dan globe valve) dan
Fittings (return bend dan elbow 90o) Teoritis
Dari hasil percobaan pada valves and fitting didapatkan data mentah
percobaan sebagai berikut :
Q (debit air) = L/menit = m3/s
Pada friksi fitting dan valve aliran fluida mengalir melalui pipa berukuran
1 in menuju valves dan fitting yang memiliki ukuran yang sama yaitu 1 in
Diameter Valves (DV) = 1 in
Diameter Fitting (DF) = 1 in
II.3.3 Menentukan Besar Laju alir Massa melalui Venturimeter dan Oficemeter
II.3.3.1 Menentukan Besar Laju alir Massa melalui Venturimeter dan
Orificemeter (aktual)
Dari percobaan yang dilakukan didapatkan hasil percobaan sebagai berikut :
Qventurimeter/orificemeter = L/menit = m3/s (aktual tercatat dari rotameter)
𝜌𝑎𝑖𝑟 = 995.68 kg/m3 (densitas air PDAM = densitas aquadest murni pada
30oC
Laju alir massa venturimeter/rotameter aktual (kg/s) :
𝜌𝑎𝑖𝑟 (kg/m3) x Qventurimeter/orificemeter (m3/s)
P1
𝐶𝑉 (𝜌𝑟𝑎𝑘𝑠𝑎− 𝜌𝑎𝑖𝑟 ) 𝑥 𝑔 𝑥 ∆ℎ
𝜗𝑑 = Vventurimeter = x√
𝑑(𝐷𝑉)
4 𝜌𝑎𝑖𝑟
√1−( )
𝐷(𝐷𝑝𝑖𝑝𝑎)
𝐶𝑜 (𝜌𝑟𝑎𝑘𝑠𝑎− 𝜌𝑎𝑖𝑟 ) 𝑥 𝑔 𝑥 ∆ℎ
𝜗𝑜 = Vventurimeter = x√
𝑑(𝐷𝑜)
4 𝜌𝑎𝑖𝑟
√1−( )
𝐷(𝐷𝑝𝑖𝑝𝑎)
Bab III
Hasil dan Pembahasan
Jika dilihat pada Tabel III.2, hasil percobaan teoritis untuk besar friksi
sudden contraction teoritis jauh lebih kecil dibandingkan dengan besar friksi sudden
contraction aktual. Pada dasarnya sudden contraction terjadi ketika fluida mengalir
melalui pipa yang berdiameter D1 (m) menuju pipa yang memiliki diameter yang
lebih kecil D2 (m). Hal ini menyebabkan terjadi penurunan luas permukaan secara
tiba-tiba sehingga menyebabkan perubahan jalur aliran sehingga terjadi perubahan
bentuk fluida secara tiba-tiba sehingga friksi pada sudden contraction semakin
meningkat apabila debit air PDAM meningkat. Sudden contraction aktual lebih
besar dibandingkan teoritis dikarenakan aliran turbulensi aktual fluida, aliran
turbulent merupakan aliran gerak acak partikel didalam suatu pipa dimana fluida
mengalir ke segala arah menekan pipa. Oleh karena itu secara besar friksi aktual
sudden contraction lebih besar dimana ketika debit alir meningkat maka kecepatan
fluida meningkat sehingga gerak acak partikel fluida didalam pipa meningkat dan
gaya gesek antar partikel dan pipa serta gaya tekan partiekl meningkat. Oleh karena
itu semakin besar debit air PDAM maka semakin besar friksi sudden contraction
aktual jauh lebih besar besar dibandingkan friksi suddent contraction teoritis. Untuk
sudden enlargement, jika dilihat pada tabel III.2 maka besar friksi sudden
enlargement aktual lebih besar dibandingkan friksi sudden enlargement secara
teoritis. Hal ini juga dipengaruhi oleh turbulensi aliran fluida. Pada dasarnya,
sudden enlargement terjadi ketika aliran fluida mengalir melalui pipa berdiameter
D1 menuju pipa berdiameter lebih besar D2 hingga D4 yang memiliki pipa
berdiameter paling besar. Terjadi perluasan permukaan secara tiba-tiba sehingga
meningkatkan besar friksi sudden enlargement dikarenakan perluasan tiba-tiba
menyebabkan bentuk aliran fluida semakni besar dimana meningkatkan turbulensi
aliran fluida. Oleh karena itu friksi sudden enlargement secara aktual lebih besar
dibandingkan secara teoritis.
Jika dibandingkan antara friksi sudden enlargement aktual teoritis lebih
kecil dibandingkan friksi sudden contraction aktual dan teoritis. Hal ini dikarenakan
mekanisme aliran fluida. Dimana pada sudden contraction, aliran fluida menuju
dari pipa yang berdiameter D1 menuju pipa yang lebih kecil sehingga sehingga
sejumlah fluida tertahan pada pipa yang lebih besar sebelum menuju pipa yang
lebih kecil. Tertahannya fluida air PDAM ini menyebabkan gaya arus balik fluida
yang menabrak dan tertahan pada pipa yang besar menyebabkan peningkatan friksi
yang lebih besar karena fluida yang berbalik arah menganggu arus aliran,
meningkatkan besar friksi laju alir dan menghambat masuknya aliran fluida.
Dibandingkan sudden enlargement, friksi sudden enlargement lebih kecil
dibandingkan sudden contraction, hal ini dikarenakan mekanisme aliran fluida
dimana fluida mengalir pada pipa diameter D1 menuju pipa yang lebih besar dimana
fluida mengalir sepenuhnya dan tidak ada yang tertahan pada pada pipa yang lebih
kecil. Friksi yang terjadi pada sudden enlargement dikarenakan hanya turbulensi
aliran fluida ketika melewati pipa yang lebih besar tetapi tidak karena adanya aliran
balik fluida. Oleh karena itu friksi yang terjadi pada sudden contraction secara
aktual dan teoritis lebih besar dibandingkan sudden enlargement secara aktual dan
teoritis.
Tabel III.3. Hasil Percobaan Valve (Gate Valve dan Globe Valve)
Gate Valve Globe Valve
Qair Qair hf hf
hf (teoritis) hf (aktual)
(m3/s) (m3/s) (teoritis) (aktual)
(J/kg) (J/kg)
(J/kg) (J/kg)
0.00075 0.1864 1.2406 0.000833 8.1224 8.6841
0.000667 0.1473 1.1165 0.000750 6.5791 8.0638
0.000583 0.1128 0.9925 0.000667 5.1983 7.0713
0.0005 0.0828 0.7443 0.000583 3.9800 5.5826
0.000417 0.0575 0.6203 0.000500 2.9241 4.9623
0.000333 0.0368 0.4962 0.000417 2.0306 3.9699
Jika dlilihat pada tabel III.4. hasil percobaan gate valve dan globe valve
menunjukkan besar friksi keadaan aktual gate valve dan globe valve memiliki friksi
aktual yang lebih besar dibandingkan friksi teoritis pada keadaan teoritis. Oleh
karena turbulensi aliran fluida yang melalui valve secara aktual sehingga semakin
meningkat debit air PDAM melalui kedua valve maka friksi aktual semakin
meningkat dibandingkan teoritis. Besar friksi valve teoritis hanya mencantumkan
bahwa aliran turbulensi dengan ∝ = 1.0 sedangkan secara aktual turbulensi ini
meningkatkan gaya gesek yang terjadi, sedangkan secara teoritis besar gaya
gesek/besar friksi fluida dipengaruhi oleh kecepatan aliran fluida disepanjang
valve. Oleh karena itu besar friksi gate valve dan globe valve secara aktual akan
lebih besar dibandingkan teoritis.
Untuk besar friksi masing-masing valve, gate valve memiliki friksi lebih
kecil dibandingkan globe valve dikarenakan mekanisme aliran fluida yang melalui
kedua valve tersebut dijelaskan melalui gambar berikut.
(a) (b)
Gambar III.1. Gate valve (a) dan Globe Valve (b)
Untuk Globe valve pada gambar diatas, fluida mengalir melalui katup valve yang
memiliki ukuran sesuai dengan pipa, kemudian didalam globe valve terjadi
perubahan bentuk alira dimana ketika keran globe valve dibuka maka fluida
mengalir dari bawah menuju keatas sehingga terjadi perubahan laju aliran. Hal ini
menyebabkan peningkatan resistensi aliran untuk mengalir yang lebih besar
sehingga menyebabkan penurunan tekanan fluida. Penurunan tekanan fluida yang
lebih besar menyebabkan peningkatan gaya gesek fluida yang lebih besar untuk
melalui globe valve sehingga friksi fluida pada globe valve semakin meningkat
apabila debit air meningkat karena jumlah fluida air PDAM semakin meningkat
melalui globe valve. Akibat perubahan laju aliran dari bawah menuju atas dapat
juga menyebabkan perubahan balik laju aliran sehingga menurunkan kecepatan
aliran fluida dan menyebabkan gaya gesek fluida terhadap globe valve juga
meningkat. Dibandingkan dengan gate valve, gate valve memiliki friksi jauh lebih
kecil dibandingkan globe valve. Besar bukaan kran pada gate valve memiliki
ukuran yang sesuai dengan pipa yang digunakan sehingga ketika kran dibuka penuh
maka fluida mengalir secara utuh/sempurna menuju pipa yang terhubung pada kran
gate valve. Oleh karena itu besar friksi gate valve lebih kecil dibandingkan globe
valve.
Tabel III.4. Hasil Percobaan Fitting (Return Bend dan Elbow 90o)
Return Bend Elbow 90o
Qair Qair hf hf
hf (teoritis) hf (aktual)
(m3/s) (m3/s) (teoritis) (aktual)
(J/kg) (J/kg)
(J/kg) (J/kg)
0.00075 0.1864 2.2330 0.000833 1.1194 1.1165
0.000667 0.1473 2.1090 0.000750 1.0153 0.9925
0.000583 0.1128 1.7368 0.000667 0.8224 0.7443
0.0005 0.0828 1.4887 0.000583 0.6498 0.4962
0.000417 0.0575 0.9925 0.000500 0.4975 0.3722
0.000333 0.0368 0.7443 0.000417 0.3655 0.2481
Pada percobaan secara aktual, perbedaan terjadi antara bentuk return bend
aktual dan teoritis. Secara aktual return bend tersusun atas 4 elbow 900 dan pipa
lurus dengan diameter 1 in dengan panjang tertentu untuk menyambungkan 4 elbow
90o tersebut. Berbeda dengan return bend secara teoritis dimana bentuk return bend
membentuk lengkugan sempurna tanpa patahan secara aktual. Oleh karena itu friksi
secara teoritis jauh lebih kecil dibandnigkan dengan friksi return bend secara aktual.
Dibandingkan dengan elbow 90o, friksi elbow 90o lebih kecil dibandingkan return
bend dikarenakan return bend yang digunakan tersusun atas 4 return bend dan pipa
PVC lurus sebagai penghubung sehingga besar friksi elbow 90o lebih kecil
dibandingkan return bend. Secara aktual, besar friksi return bend lebih besar
dibandingkan besar friksi teoritis. Hal ini berbeda dengan elbow 90o, dimana besar
teoritis friksi lebih besar dibandingkan dengan aktual friksi. Hal ini dikarenakan
pengaruh jenis pipa yang digunakan. Dalam persamaan penentuan friksi geankoplis
untuk elbow 90o , konstanta kf elbow 90o tidak berubah apabila jenis pipa yang
digunakan berbeda sehingga apabila digunakan pipa elbow 90o jenis smooth pipe,
friksi yang dihasilkan secara aktual lebih kecil dibandingkan dengan teoritis. Secara
aktual return bend yang digunakan pada praktikum dapat dilihat pada gambar
berikut ini.
(a) (b)
Gambar III.1.
(a). Gambar return bend aktual ;(b) gambar return bend asli
Gambar return bend diatas menunjukkan bahwa terdapat dua bentuk aliran
yang dapat menyebabkan aliran arus balik yang pertama aliran air dari atas
menuju ke bawah dan bawah menuju ke atas sehingga besar friksi aktual jauh
lebih besar dibandingkan dengan aktual sedangkan return bend aktual hanya
tersusun atas dua elbow 90o sehingga membentuk lengkunga sempurna dan friksi
menjadi lebih kecil. Akan tetapi semakin meningkatnya debit air PDAM maka
besar friksi pada kedua valve semakin meningkat.
Tabel III.4. Perbandingan Laju alir massa venturimeter dan orificemeter
secara aktual dan teoritis
Orficimeter Venturimeter
Laju alir Laju alir Laju alir Laju alir
Qair Massa air Massa air Qair Massa air Massa air
(m3/s) orificemeter orificemeter (m3/s) Venturimeter Venturimeter
(teoritis) (aktual) (teoritis) (aktual )
(kg/s) (kg/s) (kg/s) (kg/s)
0.00075 2.5124 0.7053 0.000833 4.0275 0.7882
0.000667 2.1678 0.6638 0.000750 3.9191 0.7468
0.000583 1.8718 0.5808 0.000667 3.3354 0.6638
0.0005 1.6081 0.4978 0.000583 2.8730 0.5808
0.000417 1.2590 0.4149 0.000500 2.4700 0.4978
0.000333 1.0143 0.3319 0.000417 1.8367 0.4149
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
B.1. Perhitungan Friksi Pipa Halus dan Pipa Kasar aktual dan teoritis
B.1.1. Perhitungan Friksi Pipa Halus dan Pipa Kasar aktual
Berikut ini hasil data percobaan untuk perhitungan friksi pipa halus dan pipa
kasar secara aktual.
Tabel. B.1. Hasil Data percobaan Pipa Halus
No. Friksi Pipa Halus Friksi Pipa Kasar
Q (L/menit) ∆𝐇 (m) Q (L/menit) ∆𝐇 (m)
1 57.5 0.026 57.5 0.037
2 55 0.022 55 0.028
3 50 0.02 50 0.02
4 45 0.017 45 0.015
5 40 0.013 40 0.01
6 35 0.009 35 0.007
Contoh perhitungan friksi pipa halus dan pipa kasar secara aktual untuk data (1):
Friksi Pipa Lurus Halus aktual (FfHALUS )
kg kg m
∆𝜌𝑓 (𝑃1 − 𝑃2 ) (ρraksa − ρair )g ∆h (13600 3 − 995.68 3 ) 9.8 2 0.026 m
m m s
= = = 𝑘𝑔
𝜌𝑎𝑖𝑟 𝜌𝑎𝑖𝑟 ρair 995.68 3
𝑚
kg m
( 12604.32 ) 9.8 2 0.026 m
m3 s
Ff (data 1) = 𝑘𝑔 = 3.2255 J/kg
995.68 3
𝑚
Perhitungan besar friksi pipa halus dan kasar untuk data 1 berlaku untuk
perhitungan besar friksi pipa halus dan kasar untuk data 2-6 maka
didapatkan hasil sebagai berikut.
Tabel B.2. Besar Friksi Pipa Halus dan Kasar Aktual Variasi Debit
air
Pipa Halus (Pipa PVC) Pipa Kasar
∆𝐇HALUS (m) FfHALUS (J/kg) ∆𝐇KASAR (m) FfKASAR (J/kg)
0.026 3.2255 0.037 4.5902
0.022 2.7293 0.028 3.4736
0.02 2.4812 0.02 2.4812
0.017 2.1090 0.015 1.8609
0.013 1.6128 0.01 1.2406
0.009 1.1165 0.007 0.8684
B.2.1 Perhitungan Friksi Pipa Halus dan Pipa Kasar Secara Teoritis
Berikut ini contoh perhitungan Friksi Pipa halus dan pipa kasar secara
toeritis (data 1)
(a). Perhitungan Friksi Pipa Halus
Perhitungan Debit air PDAM (m3/s)
QAir : 57.5 L/menit = 57.5 x 10-3 m3/(60 s) = 0.000958 m3/s
Perhitungan Kecepatan air PDAM (m/s)
Diameter pipa halus dan kasar : 1 in (0.0254 m)
Luas cross sectional (penampang) : ¼ x 𝜋 x Dpipa2
Luas cross sectional (penampang) : 0.25 x 3.14 x 0.02542 m2
Luas cross sectional (penampang) : 0.000506 m2
𝑄 𝑚3 𝑚3
𝑎𝑖𝑟 (
𝑠 ) 9.58 𝑥 10−4
𝑠
Kecepatan air PDAM (𝜗𝑎𝑖𝑟 ) = =
𝐴 𝑝𝑖𝑝𝑎 (𝑚2 ) 5.06 𝑥 10 (𝑚2 )
−4
NRe = 59767.2366
NRe > 4000 maka aliran fluida turbulent didalam pipa halus
∆L x ϑPDAM 2
FfHalus = 4 x f (Persamaan 2.10-6 Geankoplis)
2 x Dpipa
2.1 m x (1.8922 m/s) 2
Ff Halus = 4 𝑥 0.0047 𝑥 2 𝑥 0.0254 𝑚
Perhitungan besar friksi pipa halus untuk data I berlaku untuk data
2- 6 sehingga didapatkan hasil sebagai berikut :
NRe = 59774.7019
NRe > 4000 maka aliran fluida turbulent didalam pipa kasar
Perhitungan :
∆L x ϑPDAM 2
FfHalus = 4 x f (Persamaan 2.10-6 Geankoplis)
2 x Dpipa
Perhitungan besar friksi pipa kasar untuk data I berlaku untuk data
2- 6 sehingga didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel B.4. Besar Friksi Pipa Kasar
NRe f
QPDAM 𝝑𝑷𝑫𝑨𝑴 FfKASAR
(Reynold (Fanning
(m3/s) (m/s) (J/kg)
number) Factor)
0.000958 1.8923 59767.2366 0.007 4.1445
0.000917 1.8100 57168.6611 0.007 3.7919
0.000833 1.6454 51971.5101 0.0072 3.2234
0.000750 1.4809 46774.3591 0.0074 2.6835
0.000667 1.3164 41577.2081 0.0076 2.1776
0.000583 1.1518 36380.0570 0.0078 1.7111
B.2. Perhitungan Friksi Sudden Contraction dan Sudden Enlargement
B.2.1. Perhitungan Friksi Sudden Contraction dan Sudden Enlargement
Aktual
Berikut ini hasil data percobaan untuk perhitungan friksi sudden contraction
dan sudden enlargement secara aktual.
B.5. Hasil Data percobaan Sudden contracion dan Sudden enlargement
Sudden Contraction Sudden Enlargement
No.
Q (L/menit) ∆𝐇 (m) Q (L/menit) ∆𝐇 (m)
1 47.5 0.021 42.5 0.009
2 45 0.019 40 0.007
3 40 0.017 35 0.006
4 35 0.009 30 0.005
5 30 0.006 25 0.003
6 25 0.005 20 0.002
Contoh perhitungan friksi sudden contraction dan sudden enlargement secara aktual
untuk data (1):
Friksi Sudden Contraction aktual (hc )
kg kg m
∆𝜌𝑓 (𝑃1 − 𝑃2 ) (ρraksa − ρair )g ∆h (13600 3 − 995.68 3 ) 9.8 2 0.021 m
m m s
= = = 𝑘𝑔
𝜌𝑎𝑖𝑟 𝜌𝑎𝑖𝑟 ρair 995.68 3
𝑚
kg m
( 12604.32 ) 9.8 2 0.021 m
m3 s
hc (data 1) = 𝑘𝑔 = 2.6052 J/kg
995.68 3
𝑚
NRe = 44175.7836
NRe > 4000 maka aliran fluida turbulent
Perhitungan Besar Friksi Sudden Contraction (hc)
Proses perhitungan :
𝐴 𝑣2
hc (J/kg) = 0,55 (1 − 𝐴2 ) 2𝛼 (Persamaan 2.10-16 Geankoplis)
1
Untuk aliran turbulent 𝛼 = 1.0 dimana turbulent NRe >4000
𝑚 2
0.000506 𝑚2 (1.5632 𝑠 )
hc (J/kg) = 0,55 (1 − ) 2 𝑥 1.00
0.00203 𝑚2
hc (J/kg) = 0.3780 J/kg
NRe
QPDAM 𝝑𝑷𝑫𝑨𝑴
(Reynold hc (J/kg)
(m3/s) (m/s)
number)
0.000792 1.5632 49372.9346 0.3780
0.000750 1.4809 46774.3591 0.3392
0.000667 1.3164 41577.2081 0.2680
0.000583 1.1518 36380.0570 0.2052
0.000500 0.9873 31182.9060 0.1508
0.000417 0.8227 25985.7550 0.1047
NRe = 88351.5671
D1 (pipa 1) : 1 in (0.0254 m)
D2 (pipa 2) : 1 ¼ in (0.03175 m)
D3 (pipa 3) : 1 ½ in (0.0381 m)
D4 (pipa 4) : 2 in (0.0508 m)
A1 (m2) : ¼ x 𝜋 x D1 2
A1 (m2) : ¼ x 3.14 x (0.0254 m) 2
A1 (m2) : 0.000506 m2
A2 (m2) : ¼ x 𝜋 x D2 2
A2 (m2) : ¼ x 3.14 x (0.03175 m) 2
A2 (m2) : 0.000791 m2
A3 (m2) : ¼ x 𝜋 x D3 2
A3 (m2) : ¼ x 3.14 x (0.0381 m) 2
A3 (m2) : 0.00114 m2
A4 (m2) : ¼ x 𝜋 x D4 2
A4 (m2) : ¼ x 3.14 x (0.0508 m) 2
A4 (m2) : 0.00203 m2
Proses perhitungan :
𝐴 𝑣2 𝐴 𝑣2 𝐴 𝑣2
hex (J/kg) = (1 − 𝐴1 ) 2𝛼 + (1 − 𝐴2 ) 2𝛼 + (1 − 𝐴3 ) 2𝛼
2 3 4
𝐴1 𝐴2 𝐴3 𝑣2
hex (J/kg) = ((1 − 𝐴 )+ (1 − 𝐴 )+ (1 − 𝐴 )) x 2𝛼
2 3 4
(Persamaan 2.10-15 Geankoplis)
Untuk aliran turbulent 𝛼 = 1.0 dimana turbulent NRe >4000
0.000506 m2 0.000791 m2
hex (J/kg) = ((1 − ) + (1 − )+ (1 −
0.000791 m2 0.00114 m2
𝑚 2
0.00114 m2 1.39862 ( )
𝑠
)) x
0.00203 m2 2 𝑥 1.00
NRe
QPDAM 𝝑𝑷𝑫𝑨𝑴
(Reynold hex (J/kg)
(m3/s) (m/s)
number)
0.000708 1.3986 88351.5671 0.3724
0.000667 1.3164 83154.4161 0.3299
0.000583 1.1518 72760.1141 0.2526
0.000500 0.9873 62365.8121 0.1856
0.000417 0.8227 51971.5101 0.1289
0.000333 0.6582 41577.2081 0.0825
Contoh perhitungan friksi gate valve dan globe valve secara aktual untuk data (1):
Friksi Gate Valve (hf gate valve)
kg kg m
∆𝜌𝑓 (𝑃1 − 𝑃2 ) (ρraksa − ρair )g ∆h (13600 3 − 995.68 3 ) 9.8 2 0.01 m
m m s
= = = 𝑘𝑔
𝜌𝑎𝑖𝑟 𝜌𝑎𝑖𝑟 ρair 995.68 3
𝑚
kg m
( 12604.32 ) 9.8 2 0.01 m
m3 s
hf (data 1) = 𝑘𝑔 = 1.2406 J/kg
995.68 3
𝑚
Perhitungan besar friksi gate valve dan globe valve untuk data 1 berlaku
untuk perhitungan besar friksi gate valve dan globe valve untuk data 2-6
maka didapatkan hasil sebagai berikut.
Tabel B.10. Besar friksi gate valve dan globe valve aktual Variasi Debit
air
Gate Valve Globe Valve
∆𝐇(hf) (m) hf (J/kg) ∆𝐇 (hf) (m) hf (J/kg)
0.01 1.2406 0.07 8.6841
0.009 1.1165 0.065 8.0638
0.008 0.9925 0.057 7.0713
0.006 0.7443 0.045 5.5826
0.005 0.6203 0.04 4.9623
0.004 0.4962 0.032 3.9699
B.3.2. Perhitungan Friksi Fitting Gate valve dan Globe Valve Teoritis
Berikut ini perhitungan besar friksi gate valve dan globe valve secara teoritis
(data 1)
(a). Besar Friksi Gate Valve Teoritis (hf gate valve)
Perhitungan Debit air PDAM (m3/s)
QAir : 45 L/menit = 45 x 10-3 m3/(60 s) = 0.00075 m3/s
NRe = 46774.3591
NRe > 4000 maka aliran fluida turbulent
Proses perhitungan :
𝑣2
hf (J/kg) = 𝐾𝑓 2𝛼 (Persamaan 2.10-17 Geankoplis)
Untuk aliran turbulent 𝛼 = 1.0 dimana turbulent NRe >4000
Untuk Gate Valve Kf wide open = 0.17
𝑚 2
1.48092 ( )
𝑠
hf (gate valve) (J/kg) = 0.17 2 𝑥 1.0
hf (gate valve) (J/kg) = 0.1864 J/kg
NRe hf gate
QPDAM 𝝑𝑷𝑫𝑨𝑴
(Reynold valve
(m3/s) (m/s)
number) (J/kg)
0.00075 1.4809 46774.3591 0.1864
0.000667 1.3164 41577.2081 0.1473
0.000583 1.1518 36380.0570 0.1128
0.0005 0.9873 31182.9060 0.0828
0.000417 0.8227 25985.7550 0.0575
0.000333 0.6582 20788.6040 0.0368
(b). Besar Friksi Globe Valve Teoritis (hf globe valve)
Perhitungan Debit air PDAM (m3/s)
QAir : 50 L/menit = 50 x 10-3 m3/(60 s) = 0.000833 m3/s
NRe = 51971.5101
NRe > 4000 maka aliran fluida turbulent
Proses perhitungan :
𝑣2
hf (J/kg) = 𝐾𝑓 2𝛼 (Persamaan 2.10-17 Geankoplis)
Untuk aliran turbulent 𝛼 = 1.0 dimana turbulent NRe >4000
Untuk Gate Valve Kf wide open = 6.0
𝑚 2
1.64542 ( )
𝑠
hf (gate valve) (J/kg) = 6.0 2 𝑥 1.0
hf (gate valve) (J/kg) = 8.6841 J/kg
NRe hf globe
QPDAM 𝝑𝑷𝑫𝑨𝑴
(Reynold valve
(m3/s) (m/s)
number) (J/kg)
0.000833 1.6454 51971.5101 8.1224
0.000750 1.4809 46774.3591 6.5791
0.000667 1.3164 41577.2081 5.1983
0.000583 1.1518 36380.0570 3.9800
0.000500 0.9873 31182.9060 2.9241
0.000417 0.8227 25985.7550 2.0306
B.3.3. Perhitungan Friksi Fitting Aktual (Return Bend dan Globe Valve)
Berikut ini hasil data percobaan untuk perhitungan besar friksi return bend
dan elbow 90o
Tabel B.13. Hasil Data percobaan Friksi Return Bend dan Elbow 90o
Friksi Return Bend Friksi Elbow 90o
No.
Q (L/menit) ∆𝐇 (m) Q (L/menit) ∆𝐇 (m)
1 52.5 0.018 52.5 0.009
2 50 0.017 50 0.008
3 45 0.014 45 0.006
4 40 0.012 40 0.004
5 35 0.008 35 0.003
6 30 0.006 30 0.002
Contoh perhitungan friksi return bend dan elbow 90o secara aktual untuk data (1):
Friksi Return Bend (hf return bend)
kg kg m
∆𝜌𝑓 (𝑃1 − 𝑃2 ) (ρraksa − ρair )g ∆h (13600 3 − 995.68 3 ) 9.8 2 0.018 m
m m s
= = = 𝑘𝑔
𝜌𝑎𝑖𝑟 𝜌𝑎𝑖𝑟 ρair 995.68 3
𝑚
kg m
( 12604.32 ) 9.8 2 0.018 m
m3 s
hf return bend (data 1) = 𝑘𝑔 = 2.2330 J/kg
995.68 3
𝑚
kg m
( 12604.32 ) 9.8 2 0.07 m
o m3 s
hf elbow 90 (data 1) = 𝑘𝑔 = 1.1165 J/kg
995.68 3
𝑚
Perhitungan besar friksi return bend dan Elbow 90o untuk data 1 berlaku
untuk perhitungan besar friksi return bend dan Elbow 90o untuk data 2-6
maka didapatkan hasil sebagai berikut.
Tabel B.14. Besar friksi Return Bend dan Elbow 90o aktual Variasi
Debit air
Return Bend Elbow 90o
∆𝐇(hf) (m) hf (J/kg) ∆𝐇 (hf) (m) hf (J/kg)
0.018 2.2330 0.009 1.1165
0.017 2.1090 0.008 0.9925
0.014 1.7368 0.006 0.7443
0.012 1.4887 0.004 0.4962
0.008 0.9925 0.003 0.3722
0.006 0.7443 0.002 0.2481
B.3.4. Perhitungan Friksi Fitting Return Bend dan Elbow 90o Teoritis
Berikut ini perhitungan besar friksi return bend dan elbow 90o secara teoritis
(data 1)
(a). Besar Friksi Return Bend Teoritis (hf return bend)
Perhitungan Debit air PDAM (m3/s)
QAir : 52.5 L/menit = 52.5 x 10-3 m3/(60 s) = 0.000875 m3/s
Perhitungan Kecepatan air PDAM (m/s)
Diameter pipa dan Return Bend : 1 in (0.0254 m)
Luas cross sectional (penampang) : ¼ x 𝜋 x Dpipa2
Luas cross sectional (penampang) : 0.25 x 3.14 x 0.02542 m2
Luas cross sectional (penampang) : 0.000506 m2
𝑄 𝑚3 𝑚3
𝑎𝑖𝑟 (
𝑠 ) 8.75 𝑥 10−4
𝑠
Kecepatan air PDAM (𝜗𝑎𝑖𝑟 ) = =
𝐴 𝑝𝑖𝑝𝑎 (𝑚2 ) 5.06 𝑥 10−4 (𝑚2 )
NRe = 54570.0856
NRe > 4000 maka aliran fluida turbulent
Proses perhitungan :
𝑣2
hf (J/kg) = 𝐾𝑓 (Persamaan 2.10-17 Geankoplis)
2𝛼
Untuk aliran turbulent 𝛼 = 1.0 dimana turbulent NRe >4000
Untuk Gate Valve Kf return bend = 1.5
𝑚 2
1.72772 ( )
𝑠
hf (return bend) (J/kg) = 1.5 2 𝑥 1.0
hf (return bend) (J/kg) = 2.2387 J/kg
NRe hf Return
QPDAM 𝝑𝑷𝑫𝑨𝑴
(Reynold Bend
(m3/s) (m/s)
number) (J/kg)
0.000875 1.7277 54570.0856 2.2387
0.000833 1.6454 51971.5101 1.0153
0.000750 1.4809 46774.3591 0.8224
0.000667 1.3164 41577.2081 0.6498
0.000583 1.1518 36380.0570 0.4975
0.000500 0.9873 31182.9060 0.3655
NRe = 51971.5101
NRe > 4000 maka aliran fluida turbulent
Proses perhitungan :
𝑣2
hf (J/kg) = 𝐾𝑓 2𝛼 (Persamaan 2.10-17 Geankoplis)
Untuk aliran turbulent 𝛼 = 1.0 dimana turbulent NRe >4000
Untuk Gate Valve Kf Elbow 90o = 0.75
𝑚 2
1.64542 ( )
𝑠
hf (Elbow 90o) (J/kg) = 0.75 2 𝑥 1.0
hf (Elbow 90o) (J/kg) = 1.1194 J/kg
NRe
QPDAM 𝝑𝑷𝑫𝑨𝑴 hf Elbow
(Reynold
(m3/s) (m/s) 90o (J/kg)
number)
0.000875 1.6454 54570.08557 1.1194
0.000833 1.4809 51971.51007 1.0153
0.00075 1.3164 46774.35906 0.8224
0.000667 1.1518 41577.20805 0.6498
0.000583 0.9873 36380.05705 0.4975
0.0005 0.8227 31182.90604 0.3655
𝐶𝑜 (𝜌𝑟𝑎𝑘𝑠𝑎− 𝜌𝑎𝑖𝑟 ) 𝑥 𝑔 𝑥 ∆ℎ
Vorificemeter = x√
4 𝜌𝑎𝑖𝑟
√1−( 𝐷𝑜 )
𝐷𝑝𝑖𝑝𝑎
(13600−995.68)𝑘𝑔 𝑚
0.61 𝑥 9.8 2 𝑥 0.227 𝑚
𝑚3 𝑠
Vorificemeter = 4
x√ 𝑘𝑔
√1−(0.0135 m ) 995.68 3
𝑚
0.0254
NRe = 128709.129
NRe > 20000 maka aliran fluida turbulent dan persamaan Vorficemeter
dapat digunakan
(13600−995.68)𝑘𝑔 𝑚 𝑘𝑔
√2 𝑥 9.8 𝑥 0.227 𝑚 𝑥 13600
𝑚3 𝑠2 𝑚3
𝑄 𝑚3 𝑚3
𝑎𝑖𝑟 (
𝑠 ) 8.33 𝑥 10−4
𝑠
V aktual Pipa venturimeter : (𝜗𝑎𝑖𝑟 ) = =
𝐴 𝑝𝑖𝑝𝑎 (𝑚2 ) 5.06 𝑥 10−4 (𝑚2 )
NRe = 51995.5611
NRe > 10^4 maka aliran fluida turbulent dan Cv : pada orificemeter
antara 0.98 dan 0.99 bergantung pada diameter dari pipa
𝐶𝑉 (𝜌𝑟𝑎𝑘𝑠𝑎− 𝜌𝑎𝑖𝑟 ) 𝑥 𝑔 𝑥 ∆ℎ
Vventurimeter = x√
4 𝜌𝑎𝑖𝑟
√1−( 𝐷𝑉 )
𝐷𝑝𝑖𝑝𝑎
(13600−995.68)𝑘𝑔 𝑚
0.98 𝑥 9.8 2 𝑥 0.227 𝑚
𝑚3 𝑠
Vventurimeter = 4
x√ 𝑘𝑔
√1−(0.0135 m ) 995.68 3
𝑚
0.0254
(13600−995.68)𝑘𝑔 𝑚 𝑘𝑔
√2 𝑥 9.8 𝑥 0.227 𝑚 𝑥 13600
𝑚3 𝑠2 𝑚3