IAS No. 1
IAS No. 1
Disusun Oleh:
Mayshella Yaniar Putri (1811070028)
2019
A. PENDAHULUAN
International Accounting Standard 1 (IAS 1) tentang Penyajian Laporan
Keuangan adalah standar pelaporan keuangan internasional yang diadopsi oleh
Dewan Standar Akuntansi Internasional (IASB). Yang menjabarkan pedoman
penyajian laporan keuangan dan menetapkan persyaratan minimum dalam
menyusun laporan keuangan. Yang berlaku untuk semua laporan keuangan secara
umum yang didasarkan pada Standar Pelaporan Keuangan Internasional (IFRS).
IAS 1 awalnya dikeluarkan oleh Komite Standar Akuntansi Internasional
pada tahun 1997, menggantikan tiga standar pengungkapan dan penyajian
persyaratan, dan merupakan standar akuntansi komprehensif pertama untuk
menangani penyajian standar keuangan.
Pada tahun 2001 hal ini diadopsi oleh IASB, dan pada tahun 2012 standar
terakhir diubah pada bulan Juni 2011, perubahan tersebut efektif mulai tanggal 1
Juli 2012.
Di dalam IAS 1 dinyatakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah sebagai
penyediaan informasi yang berguna tentang posisi keuangan, kinerja keuangan
dan arus kas dari suatu entitas, dan mengkategorikan informasi yang diberikan
menjadi aset, kewajiban, pendapatan dan pengeluaran, kontribusi oleh dan
distribusi kepada pemilik, dan arus kas.
Dalam IAS 1 menguraikan tentang penyajian laporan keuangan, yaitu :
1. Penyajian secara Wajar dan Kepatuhan terhadap SAK;
2. Disusun atas dasar kelangsungan usaha;
3. Disusun dengan menggunakan dasar akrual;
4. Materialitas dan Penggabungan;
5. Tidak memperkenankan Saling Hapus antara Aset dan Liabilitas
6. Disajikan minimal secara tahunan
7. Infomasi komparatif dengan periode laporan keuangan sebelumnya
8. Disajikan secara secara konsisten pada setiap periode
B. TUJUAN
a. aset tetap
b. properti investasi
c. aset takberwujud
d. aset keuangan
e. investasi dengan menggunakan metode ekuitas
f. persediaan
g. piutang dagang dan piutang lain
h. kas dan setara kas
i. total aset yang diklasifikasikan sebagai aset yang dimiliki untuk
dijual dan aset yang
j. termasuk dalam kelompok lepasan yang diklasifikasikan sebagai
dimiliki untuk dijual
k. utang dagang dan utang lain
l. provisi
m. liabilitas keuangan
n. liabilitas dan aset untuk pajak kini sebagaimana didefinisikan dalam
PSAK 46: Pajak
o. Penghasilan
p. liabilitas dan aset pajak tangguhan, sebagaimana didefinisikan dalam
PSAK 46
q. liabilitas yang termasuk dalam kelompok lepasan yang
diklasifikasikan sebagai
r. dimiliki untuk dijual
s. kepentingan nonpengendali, disajikan sebagai bagian dari ekuitas
t. modal saham dan cadangan yang dapat diatribusikan kepada pemilik
entitas induk
D. KETENTUAN UMUM
1. Penyajian Secara Wajar
Laporan keuangan menyajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja
keuangan dan arus kas suatu entitas. Penyajian yang wajar mensyaratkan
penyajian secara jujur dampak dari transaksi, peristiwa dan kondisi lain sesuai
dengan definisi dan kriteria pengakuan aset, laibilitas, pendapatan dan beban yang
diatur dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan.
Penerapan SAK, dengan pengungkapan tambahan jika diperlukan, dianggap
menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar.
Entitas yang laporan keuangannya telah patuh terhadap SAK membuat
pernyataan secara eksplisit dan tanpa kecuali tentang kepatuhan terhadap SAK
dalam catatan atas laporan keuangan. Entitas tidak dapat menyebutkan bahwa
laporan keuangan telah patuh terhadap SAK kecuali laporan keuangan tersebut
telah patuh terhadap seluruh persyaratan dalam SAK.
Dalam hampir seluruh keadaan, entitas mencapai penyajian laporan
keuangan secara wajar dengan memenuhi SAK terkait. Penyajian secara wajar
juga mensyaratkan entitas untuk:
a. memilih dan menerapkan kebijakan akuntansi sesuai dengan IAS 8:
Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan
Kesalahan. IAS 8 mengatur hirarki panduan otoritatif yang
dipertimbangkan oleh manajemen dalam hal tidak terdapat
pernyataan yang secara spesifik mengatur suatu pos tertentu.
b. menyajikan informasi, termasuk kebijakan akuntansi, sedemikian
rupa sehingga dapat memberikan informasi yang relevan, andal,
dapat dibandingkan, dan mudah dipahami.
c. memberikan pengungkapan tambahan jika kesesuaian dengan
persyaratan spesifik dalam SAK tidak cukup bagi pengguna laporan
keuangan untuk memahami dampak dari transaksi, peristiwa lain dan
kondisi tertentu terhadap posisi keuangan dan kinerja keuangan
entitas.
2. Disusun atas dasar kelangsungan usaha
Dalam menyusun laporan keuangan, manajemen membuat penilaian
tentang kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan usaha. Entitas
menyusun laporan keuangan berdasarkan asumsi kelangsungan usaha, kecuali
manajemen memiliki intensi untuk melikuidasi entitas atau menghentikan
perdagangan, atau tidak memiliki alternatif lain yang realistis selain
melakukannya. ]ika manajemen menyadari (dalam membuat penilaiannya)
mengenai adanya ketidakpastian yang material sehubungan dengan peristiwa atau
kondisi yang dapat menimbulkan keraguan yang signifikan tentang kemampuan
entitas untuk mempertahankan kelangsungan usaha, maka entitas mengungkapkan
ketidakpastian tersebut. ]ika entitas menyusun laporan keuangan tidak
berdasarkan asumsi kelangsungan usaha, maka entitas mengungkapkan fakta
tersebut, bersama dengan dasar yang digunakan dalam penyusunan laporan
keuangan dan alasan mengapa entitas tidak dipertimbangkan sebagai entitas yang
dapat menggunakan asumsi kelangsungan usaha.
Dalam menilai apakah dasar asumsi kelangsungan usaha adalah tepat,
manajemen memperhitungkan seluruh informasi yang tersedia mengenai masa
depan, paling sedikit (namun tidak terbatas pada) dua belas bulan dari akhir
periode pelaporan. Tingkat pertimbangan bergantung pada fakta dari setiap kasus.
Ketika selama ini entitas menghasilkan laba dan memiliki akses ke sumber
pembiayaan, maka dapat disimpulkan bahwa asumsi kelangsungan usaha telah
sesuai tanpa melalui analisis rinci. Dalam kasus lain, manajemen mungkin perlu
untuk mempertimbangkan beberapa faktor yang mempengaruhi profitabilitas
masa kini maupun yang diharapkan di masa depan, jadwal pembayaran utang dan
sumber potensial pembiayaan pengganti sebelum dapat menyimpulkan bahwa
asumsi kelangsungan usaha telah sesuai.
Kepentingan non pengendali (hak minoritas) disajikan sebagai bagian dari ekuitas.
Pajak penghasilan terkait dengan masing-masing komponen pendapatan
komprehensif lain harus diungkapkan dalam laporan pendapatan komprehensif
atau catatan atas laporan keuangan.