Anda di halaman 1dari 23

Makalah

TEKNIK PENGUKURAN KINERJA

Tentang :

“METODE INTEGRATED PERFORMANCE MEASUREMENT SYSTEM


(IPMS)”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 5

1. MUFTIH ALWI ALIU


2. NEVAWATY MABUIA
3. RAHMAYUNDA USALI
4. SAHNA RAHMA DAI

PROGRAM STUDI STATISTIKA

JURUSAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin. Segala puji bagi Allah SWT. Maha pengasih dan
maha penyayang. Dengan seizin-Mu kami dapat menyelesaikan penulisan makalah yang
membahas tentang “METODE INTEGRATED PERFORMANCE MEASUREMENT
SYSTEM (IPMS)”.

Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW. Yang
telah mengantarkan umat manusia dari zaman kebodohan menuju zaman yang terang
benderang yang kaya akan ilmu pengetahuan.

Dalam pembuatan Makalah ini kami telah menyusun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Kami
menyadari sepenuhnya bahwa di dunia ini tidak ada yang sempurna. Begitu juga dalam
penulisan makalah ini yang tidak luput dari kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu
dengan segala ketulusan dan kerendahan hari kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang bersifat membangun. Akhirnya, dengan segala bentuk kekurangan dan kesalahan,
kami berharap semoga makalah ini bermanfaat.

Gorontalo, September 2018

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................i


DAFTAR ISI ................................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................................1


1.1 Latar Belakang ................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................................................2
1.3 Tujuan .............................................................................................................................2
1.4 Manfaat ...........................................................................................................................2

BAB 2 PEMBAHASAN .............................................................................................................. 3


2.1 Definisi Model IPMS.......................................................................................................3
2.2 Label Bisinis Pada Model IPMS .................................................................................... 4
2.3 Tahapan-Tahapan Model IPMS ......................................................................................5
2.4 Kelebihan dan Kelemahan Model IPMS .........................................................................7
2.5 Contoh Model IPMS ........................................................................................................8

BAB 3 PENUTUP .......................................................................................................................19


3.1 Kesimpulan ....................................................................................................................19
3.2 Saran ..............................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada saat ini, metode pengukuran kinerja sudah berkembangan dengan sangat
pesat. Para akademisi dan praktisi telah banyak mengimplementasikan model-model
baru dari pengukuran kinerja organisasi, antara lain metode Balanced Scorecard
(Kaplan dan Norton, 1996), Integrated Performance Measurement System (IPMS)
(Bititci, at al, 1997) dan Strategic Management Analysis and Reporting Techniques
(SMART) System (Galayani et, al, 1997). IPMS merupakan suatu metode yang
mengukur kinerja secara terintegrasi dan berbasis pada keinginan stakeholders.
Objectives ditentukan untuk memenuhi keinginan stakeholders, sehingga akan dapat
ditentukan key. performance indicators yang akan digunakan untuk mengukur
keberhasilannya. Selain itu, IPMS juga tidak mensyaratkan apakah bottom line
performance dari organisasi adalah keuntungan atau tidak. Dalam sistem pengukuran
kinerja yang dirancang setiap KPI memiliki bobot yang berbeda terhadap kinerja.
Oleh karena itu, di dalam melakukan pembobotan untuk masingmasing KPI dalam
sistem pengukuran kinerja digunakan konsep Analytical Hierarchy Process (AHP).
AHP adalah prosedur yang berbasis matematis yang sangat baik dan sesuai untuk
kondisi evaluasi atribut-atribut kualitatif (Saaty, 1994). Model Integrated
Performance Measurement System (IPMS) adalah model sistem pengukuran kinerja
yang dikembangkan oleh Centre of Strategic manufacturing, pada University of
Strathclyde di Inggris. Model ini dikembangkan agar sistem pengukuran kinerja
memberi struktur dan komponen pilihan yang robust, terintegrasi, efisien, dan efektif
sebagai salah satu model baru. Model IPMS dikonstruksikan berdasarkan hasil kerja
para akademisi berdasarkan praktek-praktek industri terbaik pada masa lalu dan
sekarang. Titik tolak (starting point) dari model ini berbeda dengan model Balanced
Scorecard yang diawali dari strategi. Model ini menggunakan keperluan Stakeholder
(stakeholder requirement) sebagai titik tolaknya. Metode Analytical Hierarchy
Process (AHP) digunakan untuk mendapatkan bobot kinerja berdasarkan bagaimana
preferensi dari pengambilan keputusan terhadap tingkat kepentingan dari masing-
masing perspektif, kelompok metric dan Key Performance Indicator (KPI).

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi/pengertian dari model integrated performance measurement
system?
2. Bagaimana label bisnis pada pada model integrated performance measurement
system?
3. Bagaimana tahapan-tahapan model integrated performance measurement system?
4. Apa kelebihan dan kelemahan model integrated performance measurement system?
5. Bagaimana contoh model integrated performance measurement system?
1.3 Tujuan
1. Untuk memahami definisi/pengertian dari model integrated performance
measurement system
2. Untuk mengetahui label bisnis pada pada model integrated performance
measurement system
3. Untuk memahami tahapan-tahapan model integrated performance measurement
system
4. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan model integrated performance
measurement system
5. Untuk mengetahui dan memahami contoh model integrated performance
measurement system
1.4 Manfaat
1. Mahasiswa dapat memahami definisi/pengertian dari model integrated
performance measurement system
2. Mahasiswa dapat mengetahui label bisnis pada pada model integrated performance
measurement system
3. Mahasiswa dapat memahami tahapan-tahapan model integrated performance
measurement system
4. Mahasiswa dapat mengetahui kelebihan dan kelemahan model integrated
performance measurement system
5. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami contoh model integrated
performance measurement system

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Model IPMS


Model Integrated Performance Measurement System (IPMS) adalah model sistem
pengukuran kinerja yang dikembangkan oleh Centre of Strategic manufacturing, pada
University of Strathclyde di Inggris Glasgow (Suwignjo, 2000). Dengan tujuan
mendeskripsikan dalam arti yang tepat bentuk dari integrasi, efektif dan efisien SPK,
sehingga untuk mencapai tujuan tersebut maka dideskripsikan sebagai berikut:
1. Komponen pokok dari sistem pengukuran kineja.
2. Membuat garis arahan pengukuran kinerja terbaik yang sebaiknya digunakan.

Model ini dikembangkan agar sistem pengukuran kinerja memberi struktur dan
komponen pilihan yang robust, terintegrasi, efisien, dan efektif sebagai salah satu
model baru. Model IPMS dikonstruksikan berdasarkan hasil kerja para akademisi
berdasarkan praktek-praktek industri terbaik pada masa lalu dan sekarang. Titik tolak
(starting point) dari model ini berbeda dengan model Balanced Scorecard yang diawali
dari strategi. Model ini menggunakan keperluan Stakeholder (stakeholder
requirement) sebagai titik tolaknya

Metode Integrated Performance Measurement System (IPMS) lebih ditekankan


pada kepentingan stakeholder dan dapat dilakukan pada suatu organisasi yang tidak
memiliki penterjemahan visi dan misi ke dalam strategi organisasi. Implementasinya
pun telah banyak.

Model IPMS membagi level bisnis suatu organisasi menjadi 4 level yaitu:
Business (Corporate – Bisnis Induk), Business Unit (Unit Bisnis), Business Process
(Proses Bisnis), dan Activity (Aktivitas Bisnis). Sehingga perancangan SPK dengan
model IPMS harus Mengikuti tahapan-tahapan sebagai berikut: identifikasi
stakeholder dan requirement, melakukan External Monitor (Benchmarking),
menetapkan objectives bisnis, mendefinisikan measures/KPI, melakukan validasi KPI,
dan spesifikasikan KPI.

3
2.2 Label Bisnis Untuk Model IPMS
1. Bisnis Induk
Level bisnis induk menunjukan bisnis secara keseluruhan yang bisa terdiri dari
beberapa unit bisnis, dalam hal ini setiap unit bisnis diartikan sebagai satu unit yang
merupakan bagian dari organisasi yang melayani sebagian segmen pasar dengan
tuntutan pasar yang bersaing. Perbedaan kebutuhan pasar memisahkan satu unit
bisnis dengan yang lain.
Pada level “bisnis” misalnya rumah sakit, yang merupakan sebuah organisasi
atau badan usaha yang bergerak di bidang pelayanan jasa kesehatan dengan
melakukan berbagai aktivitas bisnis untuk mewujudkan visi dan misinya.

2. Unit Bisnis (business unit)


Setiap unit bisnis selanjutnya dapat terdiri dari beberapa proses bisnis yang
secara garis besar dapat dikelompokan dalam dua kategori yaitu proses inti dan
proses pendukung.
Pada level “unit bisnis” adalah seluruh bagian yang berada didalam rumah sakit
yang melakukan proses bisnis dengan cara bekerja sama dengan bagian lain untuk
mewujudkan visi dan misi rumah sakit tersebut. Pada penelitian ini, sebagai unit
bisnis yang dijadikan kajian adalah unit bisnis rawat inap.

3. Proses Bisnis (business process)


Proses bisnis ditentukan dalam dua kategori yaitu:
 Proses Inti, yaitu proses yang menunjukan alasan dasar bagi keberadaan
organisasi.
 Proses Pendukung, yaitu proses-proses lain yang ditambahkan dalam proses
inti, sehingga dalam hal ini proses bisnis inti merupakan pemangku
kepentingan dari proses pendukung

Pada level “proses bisnis” adalah proses atau mekanisme pelayanan kesehatan
yang dilakukan pihak rumah sakit terhadap pasien pada unit rawat inap di rumah
sakit tersebut.

4
4. Aktivitas Bisnis
Pada level “aktivitas” adalah semua kegiatan yang dilakukan pada proses
pelayanan kesehatan pada unit rawat inap.

2.3 Tahapan-Tahapan Model IPMS


Perancangan SPK dengan model IPMS harus mengikuti tahapan-tahapan sebagai
berikut:

1. Mengidentifikasi stakeholder dan membuat daftar kebutuhan (requirement) dari


setiap stakeholder yang ada.

Adalah langkah awal yang harus dilakukan untuk mengukur kinerja suatu
organisasi dengan menggunakan metode IPMS. Tetapi sebelum itu, perlu
diidentifikasi level of business dalam organisasi tersebut guna mengetahui lingkup
bisnis yang akan diukur kinerjanya. Dalam konteks metode IPMS, sebuah
organisasi (perusahaan) dibagi menjadi empat level, yaitu level bisnis (business),
level unit bisnis (business unit), level proses bisnis (business process,) dan level
aktivitas (activities).

2. Melakukan External Monitor


Dilakukan melalui wawancara dengan structural questionnaire yang dibuat
berdasarkan stakeholder requirements. Kuisioner ini diberikan kepada pihak-pihak
yang terkait dengan tujuan untuk mengetahui kondisi unit bisnis,

3. Menetapkan objective dari bisnis.


Dalam menentujan tujuan (objectives) sebuah organisasi, seharusnya juga
didasarkan pada pemikiran sejumlah masukan, yaitu: permintaan stakeholder,
praktek dan performansi bisnis kelas dunia, competitif gaps dan rencana pesaing,
tingkat performansi dimana organisasi mampu mencapainya dengan berbagai
batasan yang ada, yang disebut target realistis

4. Mendefinisikan Key Performance Indicator (KPI) yang digunakan untuk


mengukur tingkat pencapaian objective bisnis.

5
KPI merupakan indikator kunci yang digunakan untuk mengukur tingkat
pencapaian objectives bisnis. Indikator-indikator ini diperoleh dari studi literatur
dan wawancara secara langsung kepada pihak manajemen.

5. Melakukan validasi.
Kemudian, sejumlah indicator tersebut diuji validasinya dengan metode face
validity untuk melihat keabsahan dan kesesuaian berbagai indicator yang
mencerminkan kinerja unit bisnis yang diamati. Pada penelitian ini, setelah
dilakukan proses validasi diperoleh 17 KPI yang selanjutnya akan digunakan dalam
pengukuran kinerjanya.

6. Melakukan spesifikasi masing-masing KPI.


Tujuan dari proses spesifikasi setiap KPI adalah untuk mendiskripsikan
setiap KPI, yaitu tentang tujuan, keterkaitannya dengan objective, target dan cara
pengukurannya. Spesifikasi KPI ini digunakan sebagai dasar dalam perhitungan
pencapaian nilai performance.

7. Pembobotan KPI.
Pembobotan ini dilakukan berdasarkan pendekatan Analitical Hierarcy
Process (AHP) untuk masing-masing KPI yang telah didapatkan.Langkah awal
yang dilakukan adalah dengan membuat kuisioner pembobotan yang sifatnya
tertutup.

8. Melakukan scoring system


Untuk mengetahui nilai pencapaian target kinerja dari masing-masing KPI,
perlu dibuatkan scoring system. Scoring system ini dibuat bersama-sama dengan
traffic light system untuk memberikan rambu-rambu atau tanda, apakah nilai score
dari KPI tersebut perlu perbaikan (improvement) atau tidak. Traffic light system
dibuat dengan menggunakan tiga warna indicator. Warna merah yang menandakan
score dari KPI tidak mencapai target atau di bawah target dengan score 0-55. Warna
kuning memberikan indikasi bahwa score yang dicapai perlu ditingkatkan dengan
memberikan batasan 56 – 79. Dan, warna hijau menandakan bahwa score yang
didapat sesuai dengan target yaitu score 80 - 100.

6
2.4 Kelebihan dan Kelemahan Model IPMS
1. Kelebihan Model Integrated Performance Measurement System (IPMS)

Komprehensif Lingkungan Eksternal-Internal


IPMS membagi level bisnis suatu organisasi menjadi empat level, yaitu: Business
(Corporate – Bisnis Induk), Business Unit (Unit Bisnis), Business Process (Proses
Bisnis), dan Activity (Aktivitas Bisnis). Lebih komprehensif dibandingkan BSC
karena di dalam proses identifikasi harus melibatkan indetifikasi stakeholder dan
requirement. Sistem ini akan sangat cocok bila perusahaan memiliki keinginan
pengukuran kinerja berdasarkan level bisnis.

Integratif Lingkungan Eksternal-Internal


Integratif karena harus mengikuti tahapan-tahapan sebagai berikut: identifikasi
stakeholder dan requirement, melakukan External Monitor (Benchmarking),
menetapkan objectives bisnis, mendefinisikan measure atau Key Performance
Indicators (KPI), melakukan validasi KPI, dan spesifikasikan KPI.

2. Kelemahan Model Integrated Performance Measurement System (IPMS)

Komprehensif Lingkungan Eksternal-Internal


Pada lingkungan internal kurang tajam pada pengukuran kinerja keuangan, karena
uang merupakan aliran darahnya perusahaan, sehingga bila tidak terukurnya kinerja
keuangan akan berdampak lemahnya pengendalian keuangan perusahaan untuk
cashflow dan investasi masa depan.

Integratif Lingkungan Eksternal-Internal


Belum terintegrasi dengan pengukuran kinerja keuangan sehingga sulit
memprediksi kondisi keuangan saat ini dan masa mendatang

7
2.5 Contoh Model IPMS
ABSTRAK

Pengukuran kinerja perbankan selama ini hanya terfokus pada aspek financial saja,
yang secara langsung mengabaikan aspek-aspek diluar financial, dimana aspek-aspek
tersebut sebenarnya juga berperan penting terhadap keberlangsungan perusahaan
dalam jangka panjang. Adanya berbagai kepentingan yang tidak dapat dielakkan dalam
peningkatan performansi kerja perusahaan, selain aspek finansial, menuntut adanya
perancangan sistem pengukuran kinerja. Oleh karena itu tujuan dilaksanakannya
penelitian ini adalah untuk mengetahui indikator-indikator yang berpengaruh terhadap
kinerja perusahaan dan mengukur kinerja perusahaan dengan metode Integrated
Performance Measurement System (IPMS) di PT.XYZ. Integrated Performance
Measurement Systems (IPMS) merupakan salah satu metode pengukuran kinerja
perusahaan yang memperhatikan kebutuhan-kebutuhan dari setiap stakeholder
(stakeholder requirement), dan tetap memonitor posisi perusahaan terhadap
pesaingnya (external monitoring). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
mengenai pengukuran kinerja perusahaan didapatkan bahwa ada 18 indikator yang
dapat mempengaruhi kinerja perusahaan PT.XYZ yang terbagi kedalam 4 kriteria yaitu
pimpinan cabang, karyawan, nasabah, dan pemerintah dan masyarakat. Sementara
hasil dari pengukuran kinerja perusahaan menggunakan metode Integrated
Performance Measurement Systems (IPMS) adalah sebesar 74.81 yang berada pada
kriteria cukup.

Metode Pnelitian :

Penelitian dilakukan di PT.XYZ dengan menggunakan metode Integrated Performance


Measurement System (IPMS), berikut langkah-langkah dalam penelitian ini yang
pertama adalah melakukan identifikasi level organisasi. Identifikasi level organisasi
merupakan tahapan awal untuk melakukan perancangan kinerja dengan metode IPMS.
Level organisasi yang dimaksud dalam IPMS memiliki 4 level yaitu Bisnis (Bisnis
Coorporate), Unit Bisnis (Business Unit), Poses Bisnis (Business Process), dan
Aktivitas (Activity). Setelah didapat maka selanjutya melakukan identifikasi
stakeholder setelah diketahui siapa yang menjadi stakeholder dengan menentukan
pihak-pihak yang berhubungan baik dengan perusahaan atau yang menjadi bagian
penting dari perusahaan. Selanjutnya melakukan identifikasi stakeholder requirement
untuk mengetahui keinginan stakeholder dari keinginan stakeholder. Identifikasi
stakeholder requirement dilakukan dengan melakukan wawancara kepada pihak

8
stakeholder. Wawancara dilakukan dengan secara langsung, pribadi dan tidak
terstruktur. Selanjutnya dilakukan penentuan objective diiringi dengan melakukan
external monitoring untuk mengetahui posisi perusahaan. External Monitoring
dilakukan untuk melihat kemampuan perusahaan dalam memenuhi stakeholder
requirement atau objective dibandingkan dengan pihak luar (external). Setelah itu dari
objective yang telah didapat dilakukan identifikasi key performance indikator (KPI)
dan dilanjutkan dengan memvalidasi KPI. Validasi dilakukan untuk membandingkan
data yang didapat dengan spesifikasi yang dibutuhkan. Pada tahap pengumpulan data
pengecekan ini dilakukan setelah penentuan KPI yang bertujuan untuk mengetahui
apakah indikator-indikator tersebut telah benar-benar sesuai dengan kebutuhan
Perusahaan. Setelah KPI dinyatakan valid selanjutnya dilakukan pembobotan KPI
dengan AHP. Setelah didapat bobot dari tiap-tiap indikator maka dilakukan Scoring
system dengan metode grafik untuk mengetahui skor dari tiaptiap indikator.

HASIL DAN PEMBAHASAN :

Identifikasi Level Organisasi:


1. Level bisnis Pada level bisnis adalah PT.XYZ cabang Cilegon yang dikepalai oleh
seorang Branch Manager sebagai penanggung jawab perusahaan kantor cabang cilegon
dan memastikan berjalannya proses operasi sebagaimana mestinya. Pada level bisnis
diidentifikasi sebagai PT.XYZ dimana branch manager sebagai penanggung jawab PT.
XYZ cabang Cilegon dalam melakukan strategi-strategi bisnis dalam lingkup wilayah
kota cilegon.

2. Level unit bisnis Seluruh divisi atau bidang yang ada merupakan bagian dari
perusahaan yang memilii fungsi dan tingkatan tertentu yang bertujuan untuk
menciptakan pelayanan yang terbaik dan produk syariah yang bersaing Divisi yang ada
adalah. Central Financing Division, dan Central Branch Division. Divisi yang ada
adalah Central Financing Division (CFD) yang bertugas dalam hal pendanaan dan
pembiayaan dan Central Branch Division (CBD) yang bertugas dalam hal operasional
PT. XYZ cabang Cilegon.

3. Level proses bisnis Level proses bisnis adalah Karyawan yang menjalankan proses
operasi. Karyawan sebagai pelaksana dalam menjalankan dan mengoptimalkan proses
bisnis sehingga kondisi perusahaan menjadi kondusif. Karyawan disini mencakup
seluruh divisi dan bagian, baik front office maupun back office. . Pada level proses

9
bisnis adalah karyawan yang bekerja pada PT. XYZ cabang Cilegon. Karyawan
sebagai pelaksana dalam menjalankan proses bisnis yang ada di PT. XYZ cabang
Cilegon memiliki peranan yang sangat penting, dikarenakan karyawan adalah pihak
yang paling sering bertemu langsung dengan nasabah.

4. Level aktivitas Level aktivitas adalah masyarakat dan pemerintah. Dalam


perusahaan pelanggan memegang peranan yang sangat penting dalam menjalani proses
bisnis dimana yang menjadi target pasar untuk menjadi nasabah adalah masyarakat
yang ada pada kota cilegon. Pada level aktivitas diidentifikasikan sebagai masyarakat
dan pemerintah dimana masyarakat kota Cilegon merupakan target pasar dari PT. XYZ
cabang Cilegon.

Identifikasi Stakeholder

Stakeholder adalah pihak-pihak yang berhubungan baik secara langsung maupun tidak
langsung dengan perusahaan dan menjadi penggerak serta menjamin keberadaan suatu
perusahaan. Stakeholder PT.XYZ cabang Cilegon meliputi:

1. Pimpinan Cabang

2. Karyawan

3. Nasabah

4. Pemerintah dan Masyarakat

Stakeholder Requirement
Dari seluruh stakeholder yang telah disebut diatas, kemudian dilakukan identifikasi
requirements atau kebutuhan masing-masing. Metode yang digunakan dalam
identifikasi kebutuhan ini adalah melakukan wawancara dengan masing-masing
stakeholder sehingga didapat 22 requirement. 5 requirement untuk stakeholder
pimpinan cabang 7 requirement untuk stakeholder karyawan, 6 requirement untuk
stakeholder nasabah, dan 4 requirement untuk stakeholder pemerintah dan masyarakat.
Stakeholder yang ada perlu diketahui apa yang menyebabkan mereka puas dan
kontribusi apa yang seharusnya diberikan oleh masing-masing stakeholder tersebut.

Hasil ini diharapkan dapat menghasilkan gambaran untuk perusahaan dalam


memenuhi kebutuhan stakeholder, sehingga dari hasil wawancara didapatkan sebanyak
22 requirement yang digunakan untuk menjadi landasan menentukan indikator kinerja.

10
Identifikasi Tujuan
Setelah masing-masing stakeholder requirements teridentifikasi, kemudian dicari
tujuannya (objectives). Tujuan seharusnya juga didasarkan pada pemikiran sejumlah
masukan, yaitu: permintaan stakeholder, tingkat performansi dimana organisasi
mampu mencapainya dengan berbagai batasan yang ada disebut target realistis, tingkat
performansi dimana organisasi memiliki kemampuan untuk mencapainya dengan
menghilangkan berbagai batasan yang ada yang dikatakan sebagai target potensial.

External Monitoring
External Monitoring dilakukan untuk dapat mengetahui kekurangan dan kelebihannya
dengan melakukan proses perbandingan atau benchmarking. Tujuan dari dilakukannya
benchmarking adalah agar penetapan tujuan yang dilakukan benar-benar dapat
meningkatkan kinerja perusahaan. Benchmarking dilakukan dengan menggunakan
kuesioner yang diisi oleh orang yang mengerti seluk beluk kondisi kedua perusahaan.
Pada hasil external monitoring didapat bahwa ada 2 requirement yang masih harus
ditingkatkan Identifikasi Key Performance Indikator (KPI) Setelah tujuan dari masing-
masing perspektif telah diketahui, langkah berikutnyanya adalah dengan
mengidentifikasi dan menentukan ukuran-ukuran kinerja, kemudian menentukan Key
Performance Indicator (KPI) yang dibutuhkan oleh PT.XYZ untuk setiap perspektif.

Tabel 1. Key Performance Indikator

No Indikator
Pimpinan Cabang
1 Jumlah nasabah di daerah Cilegon
2 Jumlah ATM di daerah Cilegon
3 Jumlah bank atau asuransi yang bekerja sama
4 Jumlah nasabah baru
5 Jumlah SOP yang ada
6 Target Pembiayaan
Karyawan
7 Jumlah training yang diikuti
8 Nilai Performansi Karyawan

11
9 Jumlah Komputer tersedia untuk karyawan
10 Presentasi tingkat kehadiran kerja karyawan
11 Tingkat pencairan marketing
Nasabah
12 Jumlah program sosialisasi yang dilakukan
13 Waktu pencairan dana pembiayaan
14 Jumlah komplain dari nasabah
Pemerintah dan Masyarakat
15 Jumlah tenaga kerja yang diterima
16 Jumlah kegiatan yang dilakukan
17 Jumlah peserta magang yang diterima
18 Jumlah beasiswa yang diberikan
Validasi Key Performance Indikator (KPI)
Validasi KPI dilakukan setelah KPI teridentifikasi, yang bertujuan untuk mengetahui
pakah indikatorindikator kinerja yang dirancang tersebut telah benarbenar sesuai
dengan kebutuhan PT.XYZ cabang Cilegon untuk mengukur kinerjanya, yaitu
dengan melakukan pengecekan apakah ada indikator yang belum tercantum atau
adakah indikator yang tidak perlu dicantumkan karena memiliki kemiripan /
kesamaan dengan indikator lainnya.Validasi KPI ini dilakukan dengan cara
mengembalikan indikatorindikator tersebut kepada top manajemen yang benarbenar
mengerti sistem yang ada pada PT.XYZ cabang Cilegon, sehingga akan memperoleh
KPI secara utuh. Hasil validasi menunjukan bahwa KPI yang ada sudah benar-benar
sesuai dengan kebutuhan PT. XYZ untuk mengukur kinerja perusahaan.

Pembobotan Dengan AHP


Dari hasil identifikasi KPI pada PT. XYZ didapat 18 Key Performance Indikator
(KPI). Kemudian KPI tersebut akan dibuat kedalam matriks perbandingan
berpasangan. Penyusunan hirarki merupakan langkah awal untuk mendefinisikan
masalah yang rumit dan kompleks sehingga menjadi lebih jelas.

12
Key Performance Indikator (KPI)

Pimpinan Karyawan Nasabah Pemerintah


Cabang dan
Masyarakat

KPI 1 KPI 7 KPI 12


KPI 15

KPI 2 KPI 8 KPI 13


KPI 16

KPI 3 KPI 9 KPI 14


KPI 17

KPI 4 KPI 10
KPI 18
KPI 11
KPI 5

KPI 6

Gambar 1. Hirarki kriteria AHP

KPI 1 : Jumlah nasabah di daerah KPI 5 : Jumlah SOP yang ada


Cilegon
KPI 6 : Target pembiayan
KPI 2 : Jumlah ATM didaerah cilegon
KPI 7 : Jumlah training yang diikuti
KPI 3 : Jumlah bank atau asuransi yang
KPI 8 : Nilai performansi karyawan
bekerja sama
KPI 9 : Jumlah komputer tersedia untuk
KPI 4 : Jumlah nasabah baru
karyawan

13
KPI 10 : Presentasi tingkat kehadiran KPI 15 : Jumlah tenaga kerja yang
kerja karyawan diterima

KPI 11 : Tingkat pencairan marketing KPI 16 : Jumlah kegiatan yang


dilakukan
KPI 12 : Jumlah program sosialisasi
yang dilakukan KPI 17 : Jumlah peserta magang yang
diterima
KPI 13 : Waktu pencairan dana
pembiayaan KPI 18 : umlah beasiswa yang diberikan

KPI 14 : Jumlah komplain dari nasabah

Setelah diketahui hirarki kriteria pada AHP maka dilakukan pembobotan dengan
membuat matriks perbandingan berpasangan. Setelah dilakukan pembobotan dengan
menggunakan metode AHP maka didapat bobot dari tiap kriteria sebagai berikut:

Tabel 2. Bobot tiap kriteria

Kriteria Bobot
Pimpinan Cabang 0,438
Karyawan 0,150
Nasabah 0,299
Pemerintah dan Masyarakat 0,113

Berdasarkan hasil bobot prioritas pada tabel diatas diketahui bahwa kriteria pimpinan
cabang merupakan bobot prioritas tertinggi yang berarti pimpinan cabang memiliki
pengaruh yang sangat besar dalam menentukan kinerja perusahaan. PT.XYZ
menganggap bahwa perusahaan memprioritaskan untuk meningkatkan kinerja pada
kriteria pimpinan cabang sebagai kunci dari kinerja perusahaan tanpa harus
mengurangi perhatian pada kriteria lainnya. Pimpinan cabang merupakan stakeholder
yang menjalankan level bisnis perusahaan/organisasi. Pimpinan cabang sebagai
pengambil keputusan dalam setiap kebijakan demi berjalannya proses bisnis dan
aktivitas perusahaan/organisasi. Selanjutnya didapat hasil bobot global untuk setiap
subkriteria/indikator sebagai berikut :

14
Tabel 3. Bobot tiap Indikator

No Indikator Bobot
Pimpinan Cabang 0,438
1 Jumlah nasabah di daerah Cilegon 0,072
2 Jumlah ATM didaerah cilegon 0,052
3 Jumlah bank atau asuransi yang bekerja sama 0,025
4 Jumlah nasabah baru 0,1
5 Jumlah SOP yang ada 0,034
6 Target pembiayan 0,155
Karyawan
7 Jumlah training yang diikuti 0,034
8 Nilai Performansi Karyawan 0,031
9 Jumlah komputer tersedia untuk karyawan 0,026
10 Presentasi tingkat kehadiran kerja karyawan 0,016
11 Tingkat pencairan marketing 0.052
Nasabah
12 Jumlah program sosialisasi yang dilakukan 0,042
13 Waktu pencairan dana pembiayaan 0,158
14 Jumlah komplain dari nasabah 0,099
Pemerintah dan Masyarakat
15 Jumlah tenaga kerja yang diterima 0,031
16 Jumlah kegiatan yang dilakukan 0,043
17 Jumlah peserta magang yang diterima 0,014
18 Jumlah beasiswa yang diberikan 0,025

15
Berikut merupakan hasil bobot keseluruhan subkriteria berdasarkan software
expertchoice11:
KPI 1
KPI 2
KPI 3
KPI 4
KPI 5
KPI 6
KPI 7
KPI 8
KPI 9
KPI 10
KPI 11
KPI 12
KPI 13
KPI 14
KPI 15
KPI 16
KPI 17
KPI 18
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180

Gambar 2. Hasil bobot dengan software AHP

Suatu penilaian dianggap konsisten apabila rasio konsistensinya atau nilai CR ≤ 0,1,
dan berdasarkan pengolahan data masing-masing kriteria dinyatakan konsisten karena
nilai CR ≤ 0,1. Dari hasil pembobotan terhadap seluruh indikator didapatkan indikator
yang paling berpengaruh terhadap hasil kinerja perusahaan adalah waktu pencairan
dana sebasar 0.158, target pembiayaan sebesar 0,155 dan jumlah nasabah baru sebesar
0.100. Waktu pencairan dana adalah waktu yang dibutuhkan bank untuk mengeluarkan
dana yang diajukan nasabah. Target pembiayaan adalah target dimana perusahaan
dapat membiayai nasabah yang mengajukan dana. Jumlah nasabah baru adalah
nasabah baru yang terdaftar pada PT.XYZ. Hal ini menandai bahwa perusahaan harus
memberikan perhatian khusus untuk ketiga indikator tersebut, dimana diperlukan
perbaikan dalam waktu pencairan dana, pencapaian target pembiayaan dan jumlah
naasabah baru agar dapat meningkatkan kinerjanya tanpa harus menghiraukan
indikator yang lain.

16
Scoring System dengan metode grafik
Pencapaian kinerja sangat bergantung pada hasil (score) yang dicapai oleh masing-
masing indikator. Setelah dilakukan pembobotan dari tiap-tiap KPI, maka dilakukan
perhitungan score pada tiap-tiap KPI dengan menggunakan metode grafik higher is
better, smaller is better, dan zero-one. Berikut merupakan contoh perhitungan scoring
system dengan metode grafik. Jumlah nasabah didaerah Cilegon A = 24000; T =
25000 Metode grafik Higher is Better A/T = 0,96 Keteranagan : A : Achievement T :
Target

Tabel 4. Hasil Scoring

Score
N Score
Indikator Score X
o Kriteria
bobot
Pimpinan Cabang
Jumlah nasabah di daerah
1 92 6.624
Cilegon
Jumlah ATM didaerah
2 100 5.2 37.04
Cilegon
Jumlah bank atau asuransi
3 120 3
yang bekerja sama
4 Jumlah nasabah baru 120 12

5 Jumlah SOP yang ada 100 3.4

6 Target pembiayaan 44 6.82

Karyawan

7 Jumlah training yang diikuti 0 0

8 Nilai Performansi Karyawan 110 3.41 11.23


Jumlah komputer tersedia
9 120 3.12
untuk karyawan
Presentasi tingkat kehadiran
10 98 1.58
kerja karyawan

17
11 Tingkat pencairan marketing 60 3.12
Nasabah
Jumlah program sosialisasi 20
12 100 4.2
yang dilakukan
Waktu pencairan dana
13 100 15.8
pembiayaan
Jumlah komplain dari
14 0 0
nasabah
Pemerintah dan Masyarakat
Jumlah tenaga kerja yang
15 80 2.48
diterima
Jumlah kegiatan yang
16 20 0.86 6.54
dilakukan
Jumlah peserta magang yang
17 50 0.7
diterima
Jumlah beasiswa yang
18 100 2.5
diberikan
Total 74.81

Berdasarkan hasil perhitungan scoring system dengan metode grafik, terdapat 9 KPI yang
pencapaiannya belum mencapai dari target yang ditentukan yaitu jumlah nasabah
didaerah Cilegon, target pembiayaan, jumlah training yang diikuti, presentasi tingkat
kehadiran kerja karyawan, tingkat pencairan marketing, jumlah komplain dari nasabah,
jumlah tenaga kerja yang diterima, jumlah kegiatan yang dilakukan, jumlah peserta
magang yang diterima. Dan 9 KPI lainnya sudah mencapai target yaitu jumlah ATM
didaerah Cilegon, jumlah bank atau asuransi yang bekerja sama, jumlah nasabah baru,
jumlah SOP yang ada, nilai performansi karyawan, jumlah komputer tersedia untuk
karyawan, jumlah program sosialisasi yang dilakukan, waktu pencairan dana pembiayaan
dan jumlah beasiswa yang diberikan. Hasil score tertinggi diperoleh dari kriteria
pimpinan cabang dikarenakan pimpinan cabang adalah pemilik bobot tertinggi selain itu
pada kriteria ini juga banyak indikator yang telah mencapai target salah satunya adalah
indikator jumlah nasabah baru. Hal ini menandakan bahwa perusahaan harus
memperbaiki kinerjanya dengan memperhatikan KPI yang belum mencapai target yang
diinginkan untuk di evaluasi dan direncanakan kembali guna memenuhi targetnya.

18
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Integrated Performance Measurement System (IPMS) merupakan suatu metode
yang mengukur kinerja secara terintegrasi dan berbasis pada keinginan
stakeholders. Objectives ditentukan untuk memenuhi keinginan stakeholders,
sehingga akan dapat ditentukan key. performance indicators yang akan digunakan
untuk mengukur keberhasilannya. Model ini dikembangkan agar sistem
pengukuran kinerja memberi struktur dan komponen pilihan yang robust,
terintegrasi, efisien, dan efektif sebagai salah satu model baru. Model IPMS
dikonstruksikan berdasarkan hasil kerja para akademisi berdasarkan praktek-
praktek industri terbaik pada masa lalu dan sekarang. Titik tolak (starting point)
dari model ini berbeda dengan model Balanced Scorecard yang diawali dari
strategi. Model ini menggunakan keperluan Stakeholder (stakeholder requirement)
sebagai titik tolaknya. Model IPMS membagi level bisnis suatu organisasi menjadi
4 level yaitu: Business Corporate (Bisnis Induk), Business Unit (Unit Bisnis),
Business Process (Proses Bisnis), dan Activity (Aktivitas Bisnis). Perancangan SPK
dengan model IPMS harus mengikuti tahapan-tahapan sebagai berikut:
Mengidentifikasi stakeholder dan membuat daftar kebutuhan (requirement) dari
setiap stakeholder yang ada, Melakukan External Monitor, Menetapkan objective
dari bisnis, Mendefinisikan Key Performance Indicator (KPI) yang digunakan
untuk mengukur tingkat pencapaian objective bisnis, Melakukan spesifikasi
masing-masing KPI, Pembobotan KPI dan Melakukan scoring system.
3.2 Saran

Sebagai manusia biasa kami menyadari bahwa dalam makalah tersebut masih
terdapat banyak kekurangan dan permasalahan, meskipun kami sudah berusaha
semaksimal mungkin, tapi itulah hasil usaha kami. Menyadari bahwa penulis masih
jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan details dalam
menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber – sumber yang lebih banyak
yang tentunga dapat di pertanggung jawabkan. Oleh karena itu, kritik dan saran
pembaca yang bersifat motivasi sangatlah saya harapkan sebagai saran buat saya
untuk ke depan.

19
DAFTAR PUSTAKA
Basuki, Ari. (2012). Pengukuran Kinerja dengan Metode Integrated Performance
Measurent System dan Fuzzy Analitycal Hierarchy Process. Journal SimanteC, 2,
341-349.

Nurcahyanie, Yunia Dwie. (2011). PERANCANGAN SISTEM PENGUKURAN


KINERJA DENGAN METODE INTEGRATED PERFORMANCE
MEASUREMENT SYSTEMS (IPMS). Jurnal Teknik, 09, 15-23.
file:///C:/Users/Notebook/Downloads/Documents/899-Article%20Text-2513-1-10-
20171110_6.pdf.

Simbolon, Freddy. (2015). PERBANDINGAN SISTEM PENGUKURAN KINERJA


PERUSAHAAN. Journal Binus. 6, 91-100.

Maulidia, Finuril Rosa. Nasir Widha Setyanto dan Arif Rahman. (2014).
PERANCANGAN SISTEM PENGUKURAN KINERJA DENGAN METODE
INTEGRATED PERFORMANCE MEASUREMENT SYSTEM (IPMS). JURNAL
REKAYASA DAN MENEJEMEN SISTEM INDUSTRI. 2, 1-10.

Prasetyo, Adi. Shanti K. Anggraeni dan Sirajuddin Sirajuddin. (2016).


PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN DENGAN METODE INTEGRATED
PERFORMANCE MEASUREMENT SYSTEM (IPMS) PADA INDUSTRI
PERBANKAN. JURNAL TEKNIK INDUSTRI. 4. 203-325.
https://jurnal.untirta.ac.id/index.php/jti/article/viewFile/1403/1114.

Susetyo, Joko dan A.U.L Sabakula. (2014). PENGUKURAN KINERJA DENGAN


MENGGUNAKAN BALANCED SCORECARD DAN INTEGRATED PERFORMANCE
MEASUREMENT SYSTEM (IPMS). JURNAL TEKNOLOGI. 7, 56-63.

20

Anda mungkin juga menyukai