Anda di halaman 1dari 13

AKHLAK, ETIKA, DAN MORAL DALAM ISLAM

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Agama Islam mengatur berbagai aspek dalam kehidupan, antara lain : fiqih, aqidah,
muamalah, akhlaq, dan lain-lain. Seorang muslim bisa dikatakan sempurna apabila
mampu menguasai dan menerapkan aspek-aspek tersebut sesuai dengan Al-Qur’an dan
Hadist.
Dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam pergaulan, kita mampu menilai perilaku
seseorang, apakah itu baik atau buruk. Hal tersebut dapat terlihat dari cara bertutur kata
dan bertingkah laku. Akhlak, moral, dan etika masing-masing individu berbeda-beda, hal
tersebut dipengaruhi oleh lingkungan internal dan eksternal tiap-tiap individu.
Di era kemajuan IPTEK seperti saat ini, sangat berpengaruh terhadap perkembangan
akhlak, moral, dan etika seseorang. Kita amati perkembangan perilaku seseorang pada
saat ini sudah jauh dari ajaran Islam, sehingga banyak kejadian masyarakat saat ini yang
cenderung mengarah pada perilaku yang kurang baik.
Oleh karena itu, penulis membuat makalah ini dengan harapan agar akhlak, moral, dan
etika yang kurang baik dapat diperbaiki sesuai dengan ajaran Islam.
1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian Akhlak, Moral dan Etika, serta bagaimana perbedaanya?


2. Apa saja karakteristik Akhlak dalam Islam?
3. Bagaimana proses terbentuknya Akhlak dalam Islam?
4. Apa saja yang menjadi tolak ukur Akhlak baik dan buruk?
5. Apa saja jenis-jenis Akhlak dalam Islam?
6. Apa saja faktor-faktor yang membentuk dan yang mempengaruhi Akhlak
manusia?
7. Apa pengertian dari perilaku adil, syukur, sabar, dan pemaaf ? Bagaimana
cara mengembangkan perilaku adil, sabar, syukur, dan pemaaf di dalam
pergaulan serta implementasinya dalam kehidupan?

1.3 TUJUAN

1. Mengetahui pengertian akhlak, moral dan etika serta perbedaanya?


2. Memahami karakteristik akhlak dalam Islam
3. Mengetahui proses terbentuknya akhlak dalam Islam
4. Mengetahui tolak ukur akhlak baik dan buruk
5. Mengetahui jenis-jenis akhlak dalam Islam
6. Mengetahui pengertian perilaku adil, syukur, sabar dan pemaaf dan
bagaimana cara mengembangkan perilaku ini serta implementasi dalam
kehidupan?
7. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang membentuk dan
mempengaruhi akhlak manusia

1.4 MANFAAT
1) Memberi pengetahuan kepada pembaca mengenai akhlak, etika dan moral sesuai
dengan agama islam.
2) Pembaca diharapkan dapat membedakan baik buruknya perilaku seseorang.
3) Pembaca diharapkan mampu merubah akhlak yang kurang baik menjadi akhlak
yang sesuai ajaran islam.
4) Sebagai pedoman dan tolak ukur berperilaku dalam kehidupan sehari-hari.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN AKHLAK, MORAL, DAN ETIKA


A. Pengertian Akhlak
Secara bahasa bentuk jamak dari akhlak adalah khuluq, yang memiliki arti tingkah
laku, perangai dan tabiat. Secara istilah, akhlak adalah daya kekuatan jiwa yang
mendorong perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikir dan direnungkan lagi.
(Azyumadi.2002.203-204)
Untuk menjelaskan pengertian akhlak dari segi istilah, kita dapat merujuk kepada
berbagai pendapat para pakar di bidang ini. Ibn Miskawaih (w. 421 H/1030 M) yang
selanjutnya dikenal sebagai pakar bidang akhlak terkemuka dan terdahulu misalnya
secara singkat mengatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang
mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan.
Sementara itu, Imam Al-Ghazali (1015-1111 M) yang selanjutnya dikenal sebagai
hujjatul Islam (pembela Islam), karena kepiawaiannya dalam membela Islam dari
berbagai paham yang dianggap menyesatkan, dengan agak lebih luas dari Ibn Miskawaih,
mengatakan akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-
macam perbuatan dengan gambling dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan.
Definisi-definisi akhlak tersebut secara subtansial tampak saling melengkapi, dan darinya
kita dapat melihat lima cirri yang terdapat dalam perbuatan akhlak, yaitu; pertama,
perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang,
sehingga telah menjadi kepribadiaannya. Kedua, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang
dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran. Ini tidak berarti bahwa saat melakukan
sesuatu perbuatan, yang bersangkutan dalam keadaan tidak sadar, hilang ingatan, tidur
atau gila. Ketiga, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri
orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. Perbuatan akhlak
adalah perbuatan yang dilakukan atas dasar kemauan, pilihan dan keputusan yang
bersangkutan. Keempat, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan
dengan sesungguhnya, bukan main-main atau karena bersandiwara. Kelima, sejalan
dengan cirri yang keempat perbuatan akhlak (khususnya akhlak yang baik) adalah
perbuatan yang dilakukan karena ikhlas semata-mata karena Allah, bukan karena ingin
dipuji orang atau karena ingin mendapatkan suatu pujian. (Amiruddin.2010)
B. Pengertian Moral
Secara bahasa dibentuk dari bentuk dari kata mores yang artinya adat kebiasaan. Moral
ini selalu dikaitkan dengan ajaran baik/buruk yang diterima umum/masyarakat.
.(Azyumadi.2002.203-204)
Selanjutnya moral dalam arti istilah adalah suatu istilah yang digunakan untuk
menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang
secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik atau buruk.
Berdasarkan kutipan tersebut diatas, dapat dipahami bahwa moral adalah istilah yang
digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktifitas manusia dengan nilai (ketentuan)
baik atau buruk, benar atau salah. Jika pengertian etika dan moral tersebut dihubungkan
satu dengan lainnya, kita dapat mengetakan bahwa antara etika dan moral memiki objek
yang sama, yaitu sama-sama membahas tentang perbuatan manusia selanjutnya
ditentukan posisinya apakah baik atau buruk. (Amiruddin.2010)
C. Pengertian Etika
Sebuah tatanan perilaku berdasarkan suatu sistem tata nilai suatu masyarakat tertentu,
etika lebih banyak dikaitkan dengan ilmu atau filsafat, karena itu yang menjadi standar
baik dan buruk adalah akal manusia. (Azyumadi.2002.203-204)
Berikutnya, dalam encyclopedia Britanica, etika dinyatakan sebagai filsafat moral, yaitu
studi yang sitematik mengenai sifat dasar dari konsep-konsep nilai baik, buruk, harus,
benar, salah, dan sebagainya. Dari definisi etika tersebut, dapat segera diketahui bahwa
etika berhubungan dengan empat hal sebagai berikut. Pertama, dilihat dari segi objek
pembahasannya, etika berupaya membahas perbuatan yang dilakukan oleh manusia.
Kedua dilihat dari segi sumbernya, etika bersumber pada akal pikiran atau filsafat.
Sebagai hasil pemikiran, maka etika tidak bersifat mutlak, absolute dan tidak pula
universal. Ia terbatas, dapat berubah, memiliki kekurangan, kelebihan dan sebagainya.
Selain itu, etika juga memanfaatkan berbagai ilmu yang membahas perilaku manusia
seperti ilmu antropologi, psikologi, sosiologi, ilmu politik, ilmu ekonomi dan sebagainya.
Ketiga, dilihat dari segi fungsinya, etika berfungsi sebagai penilai, penentu dan penetap
terhadap sesuatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia, yaitu apakah perbuatan tersebut
akan dinilai baik, buruk, mulia, terhormat, hina dan sebagainya. Dengan demikian etika
lebih berperan sebagai konseptor terhadap sejumlah perilaku yang dilaksanakan oleh
manusia. Etika lebih mengacu kepada pengkajian sistem nilai-nilai yang ada. Keempat,
dilihat dari segi sifatnya, etika bersifat relative yakni dapat berubah-ubah sesuai dengan
tuntutan zaman.
Dengan cirri-cirinya yang demikian itu, maka etika lebih merupakan ilmu pengetahuan
yang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan yang dilakukan manusia untuk
dikatan baik atau buruk. Berbagai pemikiran yang dikemukakan para filosof barat
mengenai perbuatan baik atau buruk dapat dikelompokkan kepada pemikiran etika,
karena berasal dari hasil berfikir. Dengan demikian etika sifatnya humanistis dan
antroposentris yakni bersifat pada pemikiran manusia dan diarahkan pada manusia.
Dengan kata lain etika adalah aturan atau pola tingkah laku yang dihasulkan oleh akal
manusia. . (Amiruddin.2010)
D. Perbedaan Akhlak, Moral, dan Etika
1.Akhlak : standar perenentuan Al-Qur’an dan Al-Hadits
2.Moral : besifat lokal/khusus
3.Etika : lebih bersifat teoritis/umum
(Azyumadi.2002.203-204)
Perbedaaan antara etika, moral, dan susila dengan akhlak adalah terletak pada sumber
yang dijadikan patokan untuk menentukan baik dan buruk. Jika dalam etika penilaian
baik buruk berdasarkan pendapat akal pikiran, dan pada moral dan susila berdasarkan
kebiasaan yang berlaku umum di masyarakat, maka pada akhlak ukuran yang digunakan
untuk menentukan baik buruk itu adalah al-qur’an dan al-hadis.
Perbedaan lain antara etika, moral dan susila terlihat pula pada sifat dan kawasan
pembahasannya. Jika etika lebih banyak bersifat teoritis, maka pada moral dan susila
lebih banyak bersifat praktis. Etika memandang tingkah laku manusia secara umum,
sedangkan moral dan susila bersifat local dan individual. Etika menjelaskan ukuran baik-
buruk, sedangkan moral dan susila menyatakan ukuran tersebut dalam bentuk perbuatan.
(Amiruddin.2010)
2.2 KHAREKTERISTIK AKHLAK ISLAM
Secara sederhana akhlak Islami dapat diartikan sebagai akhlak yang berdasarkan ajaran
Islam atau akhlak yang bersifat Islami. Kata Islam yang berada di belakang kata akhlak
dalam hal menempati posisi sebagai sifat. Dengan demikian akhlak Islami adalah
perbuatan yang dilakukan dengan mudah, disengaja, mendarah-daging dan sebenarnya
yang didasarkan pada ajaran Islam. Dilihat dari segi sifatnya yang universal, maka akhlak
Islami juga bersifat universal. Namun dalam rangka menjabarkan akhlak islami yang
universal ini diperlukan bantuan pemikiran akal manusia dan kesempatan sosial yang
terkandung dalam ajaran etika dan moral.
Dengan kata lain akhlak Islami adalah akhlak yang disamping mengakui adanya nilai-
nilai universal sebagai dasar bentuk akhlak, juga mengakui nilai-nilai bersifat lokal dan
temporal sebagai penjabaran atas nilai-nilai yang universal itu. Namun demikian, perlu
dipertegas disini, bahwa akhlak dalam ajaran agama tidak dapat disamakan dengan etika
atau moral, walaupun etika dan moral itu diperlukan dalam rangka menjabarkan akhlak
yang berdasarkan agama (akhlak Islami). Hal yang demikian disebabkan karena etika
terbatas pada sopan santun antara sesama manusia saja, serta hanya berkaitan dengan
tingkah laku lahiriah. Jadi ketika etika digunakan untuk menjabarkan akhlak Islami, itu
tidak berarti akhlak Islami dapat dijabarkan sepenuhnya oleh etika atau moral.
Ruang lingkup akhlak Islami adalah sama dengan ruang lingkup ajaran Islam itu sendiri,
khususnya yang berkaitan dengan pola hubungan. Akhlak diniah (agama/Islam)
mencakup berbagai aspek, dimulai dari akhlak terhadap Allah, hingga kepada sesama
makhluk (manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda yang tak bernyawa).
2.3 PROSES TERBENTUKNYA AKHLAK DALAM ISLAM
a. Reinforcement
Reinforcement merupakan penguatan yang diberikan terhadap perilaku manusia.
Reinforcement dibedakan menjadi 2, yaitu reinforcement positif dan reinforcement
negative. Ketika dalam berperilaku manusia mendapatkan reinforcement positif, maka ia
akan merasakan kenikmatan, kenyamanan dalam perilakunya. Sehingga perilaku tersebut
akan selalu diulang – ulang, dan akan menjadi sebuah akhlak. Misalkan, anak yang hidup
di keluarga yang sangat sayang kepada anaknya, anak tersebut ketika habis makan,
piringnya dicucikan pembantu, makan diambilkan, orang tua membiarkan anaknya
berperilaku seperti itu bahkan semakin disayang. Hal ini merupakan reinforcement
positif, yang membuat ia merasakan kenyamanan dan kenikmatan, sehingga ia akan
sering melakukan perilaku tersebut, ia menjadi terkondisikan untuk dimanja, sehingga ia
akan memiliki kepribadian anak yang manja. Tetapi saat ia berperilaku manja dengan
tidak mencuci piring setelah makan, dan orang tuanya memarahi dia bahkan memukul. Ia
akan menjadi jera dan tidak akan mengulangi perbuatannya tersebut, hal inilah yang
disebut reinforcement negative.
Dalam Islam, reinforcement positif ini bisa berbentuk penghargaan atau pujian, pahala,
masuk surga yang membuat orang akan ketagihan untuk berperilaku baik, sehingga
membentuk kepribadian yang baik. Sebaliknya, hinaan, hukuman atau dosa, masuk
neraka, merupakan reinforcement negative, yang membuat orang tidak akan mengulangi
perilaku buruknya, sehingga tidak terbentuk akhlak negative.
b. Peran hereditas, fitrah manusia dan lingkungan dalam terbentuknya akhlak

 Pengaruh hereditas

Rasulullah saw. menjelaskan bahwa faktor hereditas memiliki pengaruh pada perbedaan
individu. Menurut Rasulullah, Allah Ta’ala telah menciptakan Adam as.dari segumpal
tanah yang berasal dari semua unsur tanah yang ada di permukaan bumi. Abu Hurairah
berkata, “Ada seorang laki-laki dari Bani Fazarah datang kepada Nabi saw. seraya
berkata, ‘ Istriku telah melahirkan seorang anak berkulit hitam.’ Nabi saw. bersabda,
Apakah kamu memiliki unta ? ‘ Lelaki itu menjawab, ‘Ya.’ Rasulullah bertanya Apa
warnanya?’ Lelaki itu menjawab, ‘Merah.’ Rasulullah bertanya lagi, Apakah kehitam-
hitaman?’ Lelaki itu berkata, ‘Sebenarnya memang kehitam-hitaman.’ Lelaki itu kembali
berkata, ‘Lantas dari mana datangnya waran hitam pada unta itu?’ Rasulullah
bersabda, ‘Mungkin karena faktor keturunan.

 Fitrah manusia

Hakikat manusia adalah terdiri dari materi dan ruh, sehingga manusia memiliki sifat
hewan dan malaikat. Karena materi memiliki sifat keduniawian yang cenderung ke hawa
nafsu, sedangkan ruh atau jiwa merupakan sifat akhirat, dimana cenderung menuju pada
kebenaran ( suara kebenaran ). Sehingga secara fitrah manusia memiliki sifat yang
menuju pada kebenaran dan menuju pada keburukan. “ Maka hadapkanlah wajahmu
dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan
manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada firah Allah. (Itulah) agama yang
lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui “.( Ar Rum 30 ). Sehingga ketika
manusia dalam memutuskan sebuah perilaku, ia akan dipengaruhi oleh firah tersebut.
Ketika perilaku cenderung ke suara kebenaran, maka ia akan memiliki akhlak yang baik,
dan sebaliknya.

 Pengaruh lingkungan

Kepribadian anak sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sosial dan budaya
setempat, tradisi, nilai-nilai, perilaku kedua orang tuanya, cara orang tua mendidik dan
memperlakukannya, berbagai macam media, juga dipengaruhi oleh beragam peristiwa
yang dialami dalam kehidupannya. Anak akan mempelajari bahasa yang dipergunakan
sebagai alat komunikasi kedua orang tuanya, mempelajari agama yang diyakini kedua
orang tuanya, dan mempelajari akhlak, kecenderungn, serta pemikiran kedua orang
tuanya.
Rasulullah saw. telah mengisyaratkan peran penting keluarga dalam pertumbuhan
kepribadian anak. Beliau bersabda, ” Tidak ada yang lahir melainkan terlahir dalam
keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya seorang Yahudi, Nashrani,
atau Majusi. Sebagaimana binatang yang melahirkan seekor annk dengan sempurna,
apakah kalian rasa ada cacat pada anak binatang itu ? ”Abu Musi meriwayatkan bahwa
Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya perumpamaan teman yang salih dan teman
yang buruki tu ibarat penjual minyak wangi dan pandai besi. Penjual minyak wangi bisa
jadi akan memberimu minyak, atau kamu akan membeli minyak, atau kamu akan
mendapat aroma wangi darinya. Sementara pandai besi, bias jadi ia akan membakar
busanamu atau kamu akan menjumpai aroma tidak sedap darinya.” Rasulullah saw. Juga
bersabda, ” Seseorang berpijak pada agama temannya. Maka, lihatlah siapa yang
menjadi temannya !
2.4 TOLAK UKUR AKHLAK BAIK BURUK DALAM ISLAM
Dari segi bahasa baik adalah terjemahan dari kata khoir ( dalam bahasa arab ) atau good (
dalam bahasa Inggris ). Dikatakan bahwa yang disebut baik adalah sesuatu yang
menimbulkan rasa keharuan dan kepuasan, kesenangan, persesuaian, dan seterusnya.
Pengertian baik menurut Etik adalah sesuatu yang berharga untuk tujuan. Sebaiknya yang
tidak berharga, tidak berguna untuk tujuan apabila yang merugikan, atau yang
mengakibatkan tidak tercapainya tujuan adalah buruk dan yang disebut baik dapat pula
berarti sesuatu yang mendatangkan memberikan perasaan senang atau bahagia. Dan
adapula yang berpendapat yang mengatakan bahwa secara umum, bahwa yang disebut
baik atau kebaikan adalah sesuatu yang diinginkan, yang diusahakan dan menjadi tujuan
manusia.
Menurut ajaran Islam penentuan baik dan buruk harus didasarkan pada petunjuk Al-
Qur’an dan Al-Hadits.

1. Menurut aliran Ahlusunnah Wal Jama’ah

Aliran ini berpendapat bahwa ketentuan baik dan buruk sudah ada ketentuan dalam Al-
Qur’an dan Hadits. Untuk menentukan hal yang baik dan buruk, aliran ini mendahulukan
nash lalu akal.

1. Menurut aliran Tasawwuf

Aliran tasawwuf adalah suat paham yang mementingkan kehidupan spiritual dari pada
materi. Menurut ahli tasawwuf, nilai baik dapat diukur dari perasaan bahagia. Begitupula
dengan nilai buruk, yang ditandai dengan hal-hal yang menyengsarakan. kebaikan dan
keburukan menurut panilaian ahli tasawwuf adalah terkait dengan kehidupan ukhrowi,
jika kebaikan diperoleh di dunia, maka kebaikan tersebut harus menjadi penyebab untuk
memperoleh kebaikan di akhirat.
2.5 JENIS-JENIS AKHLAK
Dari segi sifatnya, akhlak dikelompokkan menjadi dua, yaitu pertama, akhlak yang baik,
atau disebut juga akhlak mahmudah (terpuji) atau akhlak al-karimah; dan kedua, akhlak
yang buruk atau akhlak madzmumah.

1. A. Akhlak Mahmudah
“Akhlak mahmudah adalah tingkah laku terpuji yang merupakan tanda keimanan
seseorang. Akhlak mahmudah atau akhlak terpuji ini dilahirkan dari sifat-sifat yang
terpuji pula”.
Sifat terpuji yang dimaksud adalah, antara lain: cinta kepada Allah, cinta kepada rasul,
taat beribadah, senantiasa mengharap ridha Allah, tawadhu’, taat dan patuh kepada
Rasulullah, bersyukur atas segala nikmat Allah, bersabar atas segala musibah dan cobaan,
ikhlas karena Allah, jujur, menepati janji, qana’ah, khusyu dalam beribadah kepada
Allah, mampu mengendalikan diri, silaturrahim, menghargai orang lain, menghormati
orang lain, sopan santun, suka bermusyawarah, suka menolong kaum yang lemah, rajin
belajar dan bekerja, hidup bersih, menyayangi binatang, dan menjaga kelestarian alam.
B. Akhlak Madzmumah
“Akhlak madzmumah adalah tingkah laku yang tercela atau perbuatan jahat yang
merusak iman seseorang dan menjatuhkan martabat manusia.”
Sifat yang termasuk akhlak mazmumah adalah segala sifat yang bertentangan dengan
akhlak mahmudah, antara lain: kufur, syirik, munafik, fasik, murtad, takabbur, riya,
dengki, bohong, menghasut, kikil, bakhil, boros, dendam, khianat, tamak, fitnah,
qati’urrahim, ujub, mengadu domba, sombong, putus asa, kotor, mencemari lingkungan,
dan merusak alam.
Demikianlah antara lain macam-macam akhlak mahmudah dan madzmumah. Akhlak
mahmudah memberikan manfaat bagi diri sendiri dan orang lain, sedangkan akhlak
madzmumah merugikan diri sendiri dan orang lain. Allah berfirman dalam surat At-Tin
ayat 4-6.Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan mereka ke tempat yang serendah-rendahnya
(neraka). Kecuali yang beriman dan beramal shalih, mereka mendapat pahala yang tidak
ada putusnya.”
2.6 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMBENTUK DAN MEMPENGARUHI
AKHLAK
Banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan Akhlak antara lain adalah:

1. 1. Insting (Naluri)

Aneka corak refleksi sikap, tindakan dan perbuatan manusia dimotivasi oleh kehendak
yang dimotori oleh Insting seseorang ( dalam bahasa Arab gharizah). Insting merupakan
tabiat yang dibawa manusia sejak lahir. Para Psikolog menjelaskan bahwa insting
berfungsi sebagai motivator penggerak yang mendorong lahirnya tingkah laku antara lain
adalah:
a. Naluri Makan (nutrive instinct). Manusia lahir telah membawa suatu hasrat makan
tanpa didorang oleh orang lain.
b. Naluri Berjodoh (seksul instinct).
c. Naluri Keibuan (peternal instinct) tabiat kecintaan orang tua kepada anaknya dan
sebaliknya kecintaan anak kepada orang tuanya.
d. Naluri Berjuang (combative instinct). Tabiat manusia untuk mempertahnkan diri dari
gangguan dan tantangan.
e. Naluri Bertuhan. Tabiat manusia mencari dan merindukan penciptanya.
Naluri manusia itu merupakan paket yang secara fitrah sudah ada dan tanpa perlu
dipelajrari terlebih dahulu.
2. Adat/Kebiasaan
Adat/Kebiasaan adalah setiap tindakan dan perbuatan seseorang yang dilakukan secara
berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan. Abu Bakar Zikir
berpendapat: perbuatan manusia, apabila dikerjakan secara berulang-ulang sehingga
mudah melakukannya, itu dinamakan adat kebiasaan.

1. 3. Wirotsah (keturunan)

Warisan adalah: Berpindahnya sifat-sifat tertentu dari pokok (orang tua) kepada cabang
(anak keturunan). Sifat-sifat asasi anak merupakan pantulan sifat-sifat asasi orang tuanya.
Kadang-kadang anak itu mewarisi sebagian besar dari salah satu sifat orang tuanya.
4. Milieu
Artinya suatu yang melingkupi tubuh yang hidup meliputi tanah dan udara sedangkan
lingkungan manusia, ialah apa yang mengelilinginya, seperti negeri, lautan, udara, dan
masyarakat. milieu ada 2 macam:
1) Lingkungan Alam
Alam yang melingkupi manusia merupakan faktor yang mempengaruhi dan menentukan
tingkah laku seseorang. Lingkungan alam mematahkan atau mematangkan pertumbuhn
bakat yang dibawa oleh seseorang. Pada zaman Nabi Muhammad pernah terjadi seorang
badui yang kencing di serambi masjid, seorang sahabat membentaknya tapi nabi
melarangnya. Kejadian diatas dapat menjadi contoh bahwa badui yang menempati
lingkungan yang jauh dari masyarakat luas tidak akan tau norma-norma yang berlaku.
2) Lingkungan pergaulan
Manusia hidup selalu berhubungan dengan manusia lainnya. Itulah sebabnya manusia
harus bergaul. Oleh karena itu, dalam pergaulan akan saling mempengaruhi dalam
fikiran, sifat, dan tingkah laku. Contohnya Akhlak orang tua dirumah dapat pula
mempengaruhi akhlak anaknya, begitu juga akhlak anak sekolah dapat terbina dan
terbentuk menurut pendidikan yang diberikan oleh guru di sekolah.
2.7 PENGERTIAN ADIL, SYUKUR, SABAR, DAN PEMAAF DAN
IMPELENTASI DALAM KEHIDUPAN
A. Pengertian Adil
Adil berasal dari bahasa Arab yang berarti berada di tengah-tengah, jujur, lurus, dan
tulus. Secara terminologis adil bermakna suatu sikap yang bebas dari diskriminasi,
ketidakjujuran. Dengan demikian orang yang adil adalah orang yang sesuai dengan
standar hukum baik hukum agama, hukum positif (hukum negara), maupun hukum sosial
(hukum adat) yang berlaku. Dalam Al Quran, kata ‘adl disebut juga dengan qisth (QS Al
Hujurat 49:9).
Dengan demikian, orang yang adil selalu bersikap imparsial, suatu sikap yang tidak
memihak kecuali kepada kebenaran. Bukan berpihak karena pertemanan, persamaan
suku, bangsa maupun agama. Keberpihakan karena faktor-faktor terakhir bukan
berdasarkan pada kebenaran– dalam Al Quran disebut sebagai keberpihakan yang
mengikuti hawa nafsu dan itu dilarang keras (QS An Nisa’ 4:135). Dengan sangat jelas
Allah menegaskan bahwa kebencian terhadap suatu golongan, atau individu, janganlah
menjadi pendorong untuk bertindak tidak adil (QS Al Maidah 5:8).
An-Nisaa’ Ayat : 58
َّ‫ت تُؤدُّوَّاْ أهن هيأ ْ ُم ُر ُك َّْم ّه‬
َّ ‫للا ِإ‬
‫ن‬ َِّ ‫ن هحك ْهمتُم هو ِإذها أه ْه ِل هها ِإلهى األ ه همانها‬
َّ‫اس هبَّْي ه‬ َِّ ‫للا ِإنَّ ِب ْال هع ْد‬
َّ ِ ‫ل تهحْ ُك ُموَّاْ أهن الن‬ ُ ‫للا ِإنَّ ِب َِّه هي ِع‬
َّ‫ظ ُكم نِ ِعما ّه‬ َّ‫ّه‬
َّ‫س ِميعاَّ ك ه‬
‫هان‬ ‫صيراَّ ه‬ ِ ‫به‬
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia
supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang
sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha
Melihat”.
Mengapa Islam menganggap sikap adil itu penting? Salah satu tujuan utama Islam adalah
membentuk masyarakat yang menyelamatkan; yang membawah rahmat pada seluruh
alam –rahmatan lil alamin (QS Al Anbiya’ 21:107). Dengan demikian, dapatlah
disimpulkan bahwa seorang individu muslim yang berperilaku adil akan memiliki citra
dan reputasi yang baik serta integritas yang tinggi di hadapan manusia dan Tuhan-nya.
Karena, sifat dan perilaku adil merupakan salah satu perintah Allah (Qs Asy Syuro 42:15)
dan secara explisit mendapat pujian (QS Al A’raf 7:159).

B. Pengertian Syukur
Pengertian syukur secara terminology berasal dari kata bahasa Arab, berasal dari kata
‫شكر‬-‫يشكر‬-‫ ’‘شكرا‬yang berarti berterima kasih kepada atau dari kata lain ‘’ ‫ ’‘شكر‬yang berati
pujian atau ucapan terima kasih atau peryataan terima kasih. Sedangkan dalam kamus
besar bahasa Indonesia syukur memiliki dua arti yang pertama, syukur berarti rasa
berterima kasih kepada Allah dan yang kedua, syukur berarti untunglah atau merasa lega
atau senang dan lain lain. Sedangkan salah satu kutipan lain menjelaskan bahwa syukur
adalah gambaran dalam benak tetang nikmat dan menampakkannya ke permukaan. Lain
hal dengan sebagaian ulama yang menjelaskan syukur berasal dari kata ‘’syakara’’ yang
berarti membuka yang dilawan dengan kata ‘’kufur’’ yang berarti ‘’menutup atau
melupakan segala nikmat dan menutup-nutupinya. Syukur adalah sikap dan perilaku yang
menunjukkan peneriaan terhadap suatu pemberian atau anugerah dalam bentuk
pemanfaatan dan penggunaan yang sesuai dengan kehendak pemberinya.
C. Pengertian Sabar
Sabar berasal dari bahasa Arab dari akar SHABARA (َّ‫ص هب هر‬ ‫) ه‬, hanya tidak yang berada
dibelakang hurufnya karena ia tidak bias berdiri sendiri. Shabara’ala (َّ‫صبه هر‬ ‫ ) هعلهى ه‬berarti
bersabar atau tabah hati, shabara’an (َّ‫صبه هر‬ ‫ن ه‬َّْ ‫ ) هع‬berarti memohon atau mencegah,
shabarabihi (َّ‫صبه هر‬
‫ )بِ َِّه ه‬berarti menanggung.
Sabar dalam bahasa Indonesia berarti : Pertama, tahan menghadapi cobaan seperti tidak
lekas marah, tidak lekas putus asa dan tidak lekas patah hati, sabar dengan pengertian
sepeti ini juga disebut tabah, kedua sabar berarti tenang; tidak tergesa-gesa dan tidak
terburu-buru. Dalam kamus besar Ilmu Pengetahuan, sabar merupakan istilah agama yang
berarti sikap tahan menderita, hati-hati dalam bertindak, tahan uji dalam mengabdi
mengemban perintah-peintah Allah serta tahan dari godaan dan cobaan duniawi
Aktualisasi pengertian ini sering ditunjukan oleh para sufi. Sabar adalah sikap jiwa yang
ditampilkan dalam penerimaan terhadap sesuatu, baik berkenaan dengan penerimaan
tugas dalam bentuk suruhan dan larangan maupun bentuk penerimaan terhadap perlakuan
orang lain, serta sikap menghadapi suatu musibah. Sabar dapat dekategorikan ke dalam
empat hal, yaitu : sabar terhadap perintah Allah, sabar terhadap larangan Allah, sabar
terhadap perbuatan orang, dan sabar menerima musibah
D. Pengertian Pemaaf
Pemaaf berarti merelakan atas kesalahan orang lain. Memaafkan sangat perlu dalam
kehidupan manusia. Dengan saling memaafkan, kehidupan ini serasa lebih damai,
nyaman dan tentram. Syawal adalah hari yang paling ditunggu oleh semua manusia yang
beragama Islam di dunia. Pada hari inilah semua umat Islam di dunia meraikan Aidilfitri
yang mulia. Pada hari inilah semua umat Islam bermaaf-maafan sesama sendiri. Tetapi
tahukah mereka apa itu pengertian ‘MAAF’ ? Firman Allah SWT : Artinya : “Jadilah
engkau pema’af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari
pada orang-orang yang bodoh. “(Q.S. Al-A’raff: 199)
Jadi disini dapat disimpulkan, mereka yang tidak memaafkan sesama mereka seperti yang
sepatutnya adalah orang yang rugi. Ini kerana mereka akan kekurangan kawan dan
memutuskan rahmat dari Allah kerana mereka memutuskan silaturahim antara mereka.
Jadi mereka yang bukan pemaaf hendaklah dijauhkan diri kerana mereka adalah orang-
orang yang bodoh dan rugi.
Pengertian memaafkan :
1)Anda melupakan hasrat membenci mereka.
2)Anda membatalkan hasrat untuk membalas dendam.
3)Anda membatalkan hasrat menghukum mereka.
4)Anda membatalkan untuk menyimpan dendam.

E. Implementasi Adil, Syukur, Sabar, dan Pemaaf dalam Kehidupan serta Cara
Mengembangkan
Cara Mengimplementasikan :

1. Sabar

Cara mengimplementasikannya adalah


- Sabar menjalankan perintah Allah SWT
- Sabar jika tertimpa musibah
- Sabar menjauhi kemaksiatan

1. Syukur

Cara mengimplementasikannya adalah


- Dengan lisan, mengucapkan Alhamdulillah
- Dengan perbuatan (melaksanakan kewajiban sebagai Hamba Allah SWT)

1. Pemaaf

Cara mengimplementasikannya adalah


- Memaafkan kesalahan seseorang meskipun diminta ataupun tidak
- Tidak menyimpan rasa dendam

1. Adil
Cara mengimplementasikannya adalah
- Adil terhadap Allah SWT, sesama manusia, mahluk lainnya
- Berlaku sesuai pada tempatnya
Cara Mengembangkan :

1. Teruslah menuntut Ilmu Agama sebagai pedoman sukses di dunia dan


akhirat
2. Berkumpul dengan Sholihin
3. Patuh dan taat dibawah komando Allah SWT

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Berikut beberapa kesimpulan dari pemaparan tentang akhlak, etika, dan moral dalam
Islam :

 Akhlak adalah daya kekuatan jiwa yang mendorong perbuatan dengan


mudah dan spontan tanpa dipikir dan direnungkan lagi. Moral adalah
istilah yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktivitas
manusia dengan nilai (ketentuan) baik atau buruk, benar atau salah. Etika
adalah studi yang sitematik mengenai sifat dasar dari konsep-konsep nilai
baik, buruk, harus, benar, salah, dan sebagainya.
 Perbedaan Akhlak, Moral Dan Etika:

Akhlak: standar perenentuan Al-Qur’an dan Al-Hadits


Moral : besifat lokal/khusus
Etika : lebih bersifat teoritis/umum

 Karakteristik akhlak Islam adalah perbuatan yang dilakukan dengan


mudah, disengaja, mendarah-daging dan sebenarnya yang didasarkan pada
ajaran Islam.
 Proses terbentuknya akhlak meliputi, reinforcement (penguatan yang
diberikan terhadap perilaku manusia, dan adanya peran hereditas, fitrah
manusia dan lingkungan dalam terbentuknya akhlak.
 Baik atau kebaikan adalah sesuatu yang diinginkan, yang diusahakan dan
menjadi tujuan manusia, sedangkan buruk adalah sesuatu yang tidak
berharga, tidak berguna, merugikan, atau yang mengakibatkan tidak
tercapainya tujuan.
 Akhlak manusia di bagi menjadi dua, yaitu Akhlak Mahmudah dan
Akhlak Madzmumah. Akhlak Mahmudah adalah akhlak yang terpuji.
Sedangkan, Akhlak Madzmumah adalah akhlak yang tercela.
MAKALAH AGAMA

AKHLAK, ETIKA, DAN MORAL DALAM ISLAM

 IHSANUL MUKMIN
 M.RIZKY YUDHA PRATAMA
 FIRMANSYAH MAULANA

~ XI IPS III ~

Anda mungkin juga menyukai