BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
1.4 MANFAAT
1) Memberi pengetahuan kepada pembaca mengenai akhlak, etika dan moral sesuai
dengan agama islam.
2) Pembaca diharapkan dapat membedakan baik buruknya perilaku seseorang.
3) Pembaca diharapkan mampu merubah akhlak yang kurang baik menjadi akhlak
yang sesuai ajaran islam.
4) Sebagai pedoman dan tolak ukur berperilaku dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN
Pengaruh hereditas
Rasulullah saw. menjelaskan bahwa faktor hereditas memiliki pengaruh pada perbedaan
individu. Menurut Rasulullah, Allah Ta’ala telah menciptakan Adam as.dari segumpal
tanah yang berasal dari semua unsur tanah yang ada di permukaan bumi. Abu Hurairah
berkata, “Ada seorang laki-laki dari Bani Fazarah datang kepada Nabi saw. seraya
berkata, ‘ Istriku telah melahirkan seorang anak berkulit hitam.’ Nabi saw. bersabda,
Apakah kamu memiliki unta ? ‘ Lelaki itu menjawab, ‘Ya.’ Rasulullah bertanya Apa
warnanya?’ Lelaki itu menjawab, ‘Merah.’ Rasulullah bertanya lagi, Apakah kehitam-
hitaman?’ Lelaki itu berkata, ‘Sebenarnya memang kehitam-hitaman.’ Lelaki itu kembali
berkata, ‘Lantas dari mana datangnya waran hitam pada unta itu?’ Rasulullah
bersabda, ‘Mungkin karena faktor keturunan.
Fitrah manusia
Hakikat manusia adalah terdiri dari materi dan ruh, sehingga manusia memiliki sifat
hewan dan malaikat. Karena materi memiliki sifat keduniawian yang cenderung ke hawa
nafsu, sedangkan ruh atau jiwa merupakan sifat akhirat, dimana cenderung menuju pada
kebenaran ( suara kebenaran ). Sehingga secara fitrah manusia memiliki sifat yang
menuju pada kebenaran dan menuju pada keburukan. “ Maka hadapkanlah wajahmu
dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan
manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada firah Allah. (Itulah) agama yang
lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui “.( Ar Rum 30 ). Sehingga ketika
manusia dalam memutuskan sebuah perilaku, ia akan dipengaruhi oleh firah tersebut.
Ketika perilaku cenderung ke suara kebenaran, maka ia akan memiliki akhlak yang baik,
dan sebaliknya.
Pengaruh lingkungan
Kepribadian anak sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sosial dan budaya
setempat, tradisi, nilai-nilai, perilaku kedua orang tuanya, cara orang tua mendidik dan
memperlakukannya, berbagai macam media, juga dipengaruhi oleh beragam peristiwa
yang dialami dalam kehidupannya. Anak akan mempelajari bahasa yang dipergunakan
sebagai alat komunikasi kedua orang tuanya, mempelajari agama yang diyakini kedua
orang tuanya, dan mempelajari akhlak, kecenderungn, serta pemikiran kedua orang
tuanya.
Rasulullah saw. telah mengisyaratkan peran penting keluarga dalam pertumbuhan
kepribadian anak. Beliau bersabda, ” Tidak ada yang lahir melainkan terlahir dalam
keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya seorang Yahudi, Nashrani,
atau Majusi. Sebagaimana binatang yang melahirkan seekor annk dengan sempurna,
apakah kalian rasa ada cacat pada anak binatang itu ? ”Abu Musi meriwayatkan bahwa
Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya perumpamaan teman yang salih dan teman
yang buruki tu ibarat penjual minyak wangi dan pandai besi. Penjual minyak wangi bisa
jadi akan memberimu minyak, atau kamu akan membeli minyak, atau kamu akan
mendapat aroma wangi darinya. Sementara pandai besi, bias jadi ia akan membakar
busanamu atau kamu akan menjumpai aroma tidak sedap darinya.” Rasulullah saw. Juga
bersabda, ” Seseorang berpijak pada agama temannya. Maka, lihatlah siapa yang
menjadi temannya !
2.4 TOLAK UKUR AKHLAK BAIK BURUK DALAM ISLAM
Dari segi bahasa baik adalah terjemahan dari kata khoir ( dalam bahasa arab ) atau good (
dalam bahasa Inggris ). Dikatakan bahwa yang disebut baik adalah sesuatu yang
menimbulkan rasa keharuan dan kepuasan, kesenangan, persesuaian, dan seterusnya.
Pengertian baik menurut Etik adalah sesuatu yang berharga untuk tujuan. Sebaiknya yang
tidak berharga, tidak berguna untuk tujuan apabila yang merugikan, atau yang
mengakibatkan tidak tercapainya tujuan adalah buruk dan yang disebut baik dapat pula
berarti sesuatu yang mendatangkan memberikan perasaan senang atau bahagia. Dan
adapula yang berpendapat yang mengatakan bahwa secara umum, bahwa yang disebut
baik atau kebaikan adalah sesuatu yang diinginkan, yang diusahakan dan menjadi tujuan
manusia.
Menurut ajaran Islam penentuan baik dan buruk harus didasarkan pada petunjuk Al-
Qur’an dan Al-Hadits.
Aliran ini berpendapat bahwa ketentuan baik dan buruk sudah ada ketentuan dalam Al-
Qur’an dan Hadits. Untuk menentukan hal yang baik dan buruk, aliran ini mendahulukan
nash lalu akal.
Aliran tasawwuf adalah suat paham yang mementingkan kehidupan spiritual dari pada
materi. Menurut ahli tasawwuf, nilai baik dapat diukur dari perasaan bahagia. Begitupula
dengan nilai buruk, yang ditandai dengan hal-hal yang menyengsarakan. kebaikan dan
keburukan menurut panilaian ahli tasawwuf adalah terkait dengan kehidupan ukhrowi,
jika kebaikan diperoleh di dunia, maka kebaikan tersebut harus menjadi penyebab untuk
memperoleh kebaikan di akhirat.
2.5 JENIS-JENIS AKHLAK
Dari segi sifatnya, akhlak dikelompokkan menjadi dua, yaitu pertama, akhlak yang baik,
atau disebut juga akhlak mahmudah (terpuji) atau akhlak al-karimah; dan kedua, akhlak
yang buruk atau akhlak madzmumah.
1. A. Akhlak Mahmudah
“Akhlak mahmudah adalah tingkah laku terpuji yang merupakan tanda keimanan
seseorang. Akhlak mahmudah atau akhlak terpuji ini dilahirkan dari sifat-sifat yang
terpuji pula”.
Sifat terpuji yang dimaksud adalah, antara lain: cinta kepada Allah, cinta kepada rasul,
taat beribadah, senantiasa mengharap ridha Allah, tawadhu’, taat dan patuh kepada
Rasulullah, bersyukur atas segala nikmat Allah, bersabar atas segala musibah dan cobaan,
ikhlas karena Allah, jujur, menepati janji, qana’ah, khusyu dalam beribadah kepada
Allah, mampu mengendalikan diri, silaturrahim, menghargai orang lain, menghormati
orang lain, sopan santun, suka bermusyawarah, suka menolong kaum yang lemah, rajin
belajar dan bekerja, hidup bersih, menyayangi binatang, dan menjaga kelestarian alam.
B. Akhlak Madzmumah
“Akhlak madzmumah adalah tingkah laku yang tercela atau perbuatan jahat yang
merusak iman seseorang dan menjatuhkan martabat manusia.”
Sifat yang termasuk akhlak mazmumah adalah segala sifat yang bertentangan dengan
akhlak mahmudah, antara lain: kufur, syirik, munafik, fasik, murtad, takabbur, riya,
dengki, bohong, menghasut, kikil, bakhil, boros, dendam, khianat, tamak, fitnah,
qati’urrahim, ujub, mengadu domba, sombong, putus asa, kotor, mencemari lingkungan,
dan merusak alam.
Demikianlah antara lain macam-macam akhlak mahmudah dan madzmumah. Akhlak
mahmudah memberikan manfaat bagi diri sendiri dan orang lain, sedangkan akhlak
madzmumah merugikan diri sendiri dan orang lain. Allah berfirman dalam surat At-Tin
ayat 4-6.Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan mereka ke tempat yang serendah-rendahnya
(neraka). Kecuali yang beriman dan beramal shalih, mereka mendapat pahala yang tidak
ada putusnya.”
2.6 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMBENTUK DAN MEMPENGARUHI
AKHLAK
Banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan Akhlak antara lain adalah:
1. 1. Insting (Naluri)
Aneka corak refleksi sikap, tindakan dan perbuatan manusia dimotivasi oleh kehendak
yang dimotori oleh Insting seseorang ( dalam bahasa Arab gharizah). Insting merupakan
tabiat yang dibawa manusia sejak lahir. Para Psikolog menjelaskan bahwa insting
berfungsi sebagai motivator penggerak yang mendorong lahirnya tingkah laku antara lain
adalah:
a. Naluri Makan (nutrive instinct). Manusia lahir telah membawa suatu hasrat makan
tanpa didorang oleh orang lain.
b. Naluri Berjodoh (seksul instinct).
c. Naluri Keibuan (peternal instinct) tabiat kecintaan orang tua kepada anaknya dan
sebaliknya kecintaan anak kepada orang tuanya.
d. Naluri Berjuang (combative instinct). Tabiat manusia untuk mempertahnkan diri dari
gangguan dan tantangan.
e. Naluri Bertuhan. Tabiat manusia mencari dan merindukan penciptanya.
Naluri manusia itu merupakan paket yang secara fitrah sudah ada dan tanpa perlu
dipelajrari terlebih dahulu.
2. Adat/Kebiasaan
Adat/Kebiasaan adalah setiap tindakan dan perbuatan seseorang yang dilakukan secara
berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan. Abu Bakar Zikir
berpendapat: perbuatan manusia, apabila dikerjakan secara berulang-ulang sehingga
mudah melakukannya, itu dinamakan adat kebiasaan.
1. 3. Wirotsah (keturunan)
Warisan adalah: Berpindahnya sifat-sifat tertentu dari pokok (orang tua) kepada cabang
(anak keturunan). Sifat-sifat asasi anak merupakan pantulan sifat-sifat asasi orang tuanya.
Kadang-kadang anak itu mewarisi sebagian besar dari salah satu sifat orang tuanya.
4. Milieu
Artinya suatu yang melingkupi tubuh yang hidup meliputi tanah dan udara sedangkan
lingkungan manusia, ialah apa yang mengelilinginya, seperti negeri, lautan, udara, dan
masyarakat. milieu ada 2 macam:
1) Lingkungan Alam
Alam yang melingkupi manusia merupakan faktor yang mempengaruhi dan menentukan
tingkah laku seseorang. Lingkungan alam mematahkan atau mematangkan pertumbuhn
bakat yang dibawa oleh seseorang. Pada zaman Nabi Muhammad pernah terjadi seorang
badui yang kencing di serambi masjid, seorang sahabat membentaknya tapi nabi
melarangnya. Kejadian diatas dapat menjadi contoh bahwa badui yang menempati
lingkungan yang jauh dari masyarakat luas tidak akan tau norma-norma yang berlaku.
2) Lingkungan pergaulan
Manusia hidup selalu berhubungan dengan manusia lainnya. Itulah sebabnya manusia
harus bergaul. Oleh karena itu, dalam pergaulan akan saling mempengaruhi dalam
fikiran, sifat, dan tingkah laku. Contohnya Akhlak orang tua dirumah dapat pula
mempengaruhi akhlak anaknya, begitu juga akhlak anak sekolah dapat terbina dan
terbentuk menurut pendidikan yang diberikan oleh guru di sekolah.
2.7 PENGERTIAN ADIL, SYUKUR, SABAR, DAN PEMAAF DAN
IMPELENTASI DALAM KEHIDUPAN
A. Pengertian Adil
Adil berasal dari bahasa Arab yang berarti berada di tengah-tengah, jujur, lurus, dan
tulus. Secara terminologis adil bermakna suatu sikap yang bebas dari diskriminasi,
ketidakjujuran. Dengan demikian orang yang adil adalah orang yang sesuai dengan
standar hukum baik hukum agama, hukum positif (hukum negara), maupun hukum sosial
(hukum adat) yang berlaku. Dalam Al Quran, kata ‘adl disebut juga dengan qisth (QS Al
Hujurat 49:9).
Dengan demikian, orang yang adil selalu bersikap imparsial, suatu sikap yang tidak
memihak kecuali kepada kebenaran. Bukan berpihak karena pertemanan, persamaan
suku, bangsa maupun agama. Keberpihakan karena faktor-faktor terakhir bukan
berdasarkan pada kebenaran– dalam Al Quran disebut sebagai keberpihakan yang
mengikuti hawa nafsu dan itu dilarang keras (QS An Nisa’ 4:135). Dengan sangat jelas
Allah menegaskan bahwa kebencian terhadap suatu golongan, atau individu, janganlah
menjadi pendorong untuk bertindak tidak adil (QS Al Maidah 5:8).
An-Nisaa’ Ayat : 58
َّت تُؤدُّوَّاْ أهن هيأ ْ ُم ُر ُك َّْم ّه
َّ للا ِإ
ن َِّ ن هحك ْهمتُم هو ِإذها أه ْه ِل هها ِإلهى األ ه همانها
َّاس هبَّْي ه َِّ للا ِإنَّ ِب ْال هع ْد
َّ ِ ل تهحْ ُك ُموَّاْ أهن الن ُ للا ِإنَّ ِب َِّه هي ِع
َّظ ُكم نِ ِعما ّه َّّه
َّس ِميعاَّ ك ه
هان صيراَّ ه ِ به
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia
supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang
sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha
Melihat”.
Mengapa Islam menganggap sikap adil itu penting? Salah satu tujuan utama Islam adalah
membentuk masyarakat yang menyelamatkan; yang membawah rahmat pada seluruh
alam –rahmatan lil alamin (QS Al Anbiya’ 21:107). Dengan demikian, dapatlah
disimpulkan bahwa seorang individu muslim yang berperilaku adil akan memiliki citra
dan reputasi yang baik serta integritas yang tinggi di hadapan manusia dan Tuhan-nya.
Karena, sifat dan perilaku adil merupakan salah satu perintah Allah (Qs Asy Syuro 42:15)
dan secara explisit mendapat pujian (QS Al A’raf 7:159).
B. Pengertian Syukur
Pengertian syukur secara terminology berasal dari kata bahasa Arab, berasal dari kata
شكر-يشكر- ’‘شكراyang berarti berterima kasih kepada atau dari kata lain ‘’ ’‘شكرyang berati
pujian atau ucapan terima kasih atau peryataan terima kasih. Sedangkan dalam kamus
besar bahasa Indonesia syukur memiliki dua arti yang pertama, syukur berarti rasa
berterima kasih kepada Allah dan yang kedua, syukur berarti untunglah atau merasa lega
atau senang dan lain lain. Sedangkan salah satu kutipan lain menjelaskan bahwa syukur
adalah gambaran dalam benak tetang nikmat dan menampakkannya ke permukaan. Lain
hal dengan sebagaian ulama yang menjelaskan syukur berasal dari kata ‘’syakara’’ yang
berarti membuka yang dilawan dengan kata ‘’kufur’’ yang berarti ‘’menutup atau
melupakan segala nikmat dan menutup-nutupinya. Syukur adalah sikap dan perilaku yang
menunjukkan peneriaan terhadap suatu pemberian atau anugerah dalam bentuk
pemanfaatan dan penggunaan yang sesuai dengan kehendak pemberinya.
C. Pengertian Sabar
Sabar berasal dari bahasa Arab dari akar SHABARA (َّص هب هر ) ه, hanya tidak yang berada
dibelakang hurufnya karena ia tidak bias berdiri sendiri. Shabara’ala (َّصبه هر ) هعلهى هberarti
bersabar atau tabah hati, shabara’an (َّصبه هر ن هَّْ ) هعberarti memohon atau mencegah,
shabarabihi (َّصبه هر
)بِ َِّه هberarti menanggung.
Sabar dalam bahasa Indonesia berarti : Pertama, tahan menghadapi cobaan seperti tidak
lekas marah, tidak lekas putus asa dan tidak lekas patah hati, sabar dengan pengertian
sepeti ini juga disebut tabah, kedua sabar berarti tenang; tidak tergesa-gesa dan tidak
terburu-buru. Dalam kamus besar Ilmu Pengetahuan, sabar merupakan istilah agama yang
berarti sikap tahan menderita, hati-hati dalam bertindak, tahan uji dalam mengabdi
mengemban perintah-peintah Allah serta tahan dari godaan dan cobaan duniawi
Aktualisasi pengertian ini sering ditunjukan oleh para sufi. Sabar adalah sikap jiwa yang
ditampilkan dalam penerimaan terhadap sesuatu, baik berkenaan dengan penerimaan
tugas dalam bentuk suruhan dan larangan maupun bentuk penerimaan terhadap perlakuan
orang lain, serta sikap menghadapi suatu musibah. Sabar dapat dekategorikan ke dalam
empat hal, yaitu : sabar terhadap perintah Allah, sabar terhadap larangan Allah, sabar
terhadap perbuatan orang, dan sabar menerima musibah
D. Pengertian Pemaaf
Pemaaf berarti merelakan atas kesalahan orang lain. Memaafkan sangat perlu dalam
kehidupan manusia. Dengan saling memaafkan, kehidupan ini serasa lebih damai,
nyaman dan tentram. Syawal adalah hari yang paling ditunggu oleh semua manusia yang
beragama Islam di dunia. Pada hari inilah semua umat Islam di dunia meraikan Aidilfitri
yang mulia. Pada hari inilah semua umat Islam bermaaf-maafan sesama sendiri. Tetapi
tahukah mereka apa itu pengertian ‘MAAF’ ? Firman Allah SWT : Artinya : “Jadilah
engkau pema’af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari
pada orang-orang yang bodoh. “(Q.S. Al-A’raff: 199)
Jadi disini dapat disimpulkan, mereka yang tidak memaafkan sesama mereka seperti yang
sepatutnya adalah orang yang rugi. Ini kerana mereka akan kekurangan kawan dan
memutuskan rahmat dari Allah kerana mereka memutuskan silaturahim antara mereka.
Jadi mereka yang bukan pemaaf hendaklah dijauhkan diri kerana mereka adalah orang-
orang yang bodoh dan rugi.
Pengertian memaafkan :
1)Anda melupakan hasrat membenci mereka.
2)Anda membatalkan hasrat untuk membalas dendam.
3)Anda membatalkan hasrat menghukum mereka.
4)Anda membatalkan untuk menyimpan dendam.
E. Implementasi Adil, Syukur, Sabar, dan Pemaaf dalam Kehidupan serta Cara
Mengembangkan
Cara Mengimplementasikan :
1. Sabar
1. Syukur
1. Pemaaf
1. Adil
Cara mengimplementasikannya adalah
- Adil terhadap Allah SWT, sesama manusia, mahluk lainnya
- Berlaku sesuai pada tempatnya
Cara Mengembangkan :
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berikut beberapa kesimpulan dari pemaparan tentang akhlak, etika, dan moral dalam
Islam :
IHSANUL MUKMIN
M.RIZKY YUDHA PRATAMA
FIRMANSYAH MAULANA
~ XI IPS III ~