Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN

EKLAMPSIA

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi
Eklampsia adalah kelainan akut pada ibu hamil, saat hamil tua, persalinan atau masa nifas
ditandai dengan timbulnya kejang atau koma, dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-
gejala preeclampsia (hipertensi, edems, proteinuri). (Wirjoatmodjo,2000: 49).

Eklampsia adalah suatu keadaan dimana didiagnosis ketika preeklampsia memburuk


menjadi kejang (helen varney;2007)

Eklampsia merupakan serangan konvulsi yang mendadak atau suatu kondisi yang
dirumuskan penyakit hipertensi yang terjadi oleh kehamilan, menyebabkan kejang dan koma,
(kamus istilah medis : 163,2001)

Eklampsia merupakan serangan kejang yang diikuti oleh koma, yang terjadi pada wanita
hamil dan nifas (Ilmu Kebidanan : 295, 2006)

B. Klasifikasi Eklamsia
Eklampsia di bagi menjadi 2 golongan :
1. Eklampsia antepartum ialah eklampsia yang terjadi sebelum persalinan (ini paling sering
terjadi),
a. kejadian 15% sampai 60 %
b. serangan terjadi dalam keadaan hamil
2. Eklampsia intrapartum ialah eklampsia saat persalinan
a. Kejadian sekitar 30 % sampai 35 %
b. Saat sedang inpartu
c. Batas dengan eklampsia gravidarum sulit ditentukan
3. Eklampsia postpartum ialah eklampsia setelah persalinan
a. Kejadian jarang
b. Terjadinya serangan kejang atau koma setelah persalinan berakhir

C. Etiologi
Etiologi dan patogenesis Preeclampsia dan Eklampsia saat ini masih belum sepenuhnya
dipahami, masih banyak ditemukan kontroversi, itulah sebabnya penyakit ini sering disebut “the
disease of theories”. Pada saat ini hipotesis utama yang dapat diterima untuk dapat menerangkan
terjadinya Preeklampsia adalah : factor imunologi, genetik, penyakit pembuluh darah, dan
keadaan dimana jumlah throphoblast yang berlebihan dan dapat mengakibatkan
ketidakmampuan invasi throphoblast terhadap arteri spiralis pada awal trimester satu dan dua.

D. Manifestasi Klinis
Eklampsia terjadi pada kehamilan 20 minggu atau lebih, yaitu: kejang-kejang atau koma.
Kejang dalam eklampsia ada 4 tingkat, meliputi :
1. Tingkat awal atau aura ( invasi )
Berlangsung 30 – 35 detik, mata terpaku dan terbuka tanpa melihat ( pandangan kosong ),
kelopak mata dan tangan bergetar, kepala diputar ke kanan dan ke kiri.
2. Stadium kejang tonik
Seluruh otot menjadi kaku, wajah kaku, tangan menggenggam dan kaki membengkok kedalam,
pernafasan berhenti, muka mulai kelihatan sianosis, lidah dapat tergigit, berlangsung kira – kira
20 – 30 detik
3. Stadium kejang klonik
Semua otot berkontraksi dan berulang – ulang dalam waktu yang cepat, mulut terbuka dan
menutup, keluar ludah berbusa, dan lidah dapat tergigit.Mata melotot, muka kelihatan kongesti
dan sianosis.Setelah berlangsung 1 -2 menit kejang klonik berhenti dan penderita tidak sadar,
menarik nafas, seperti mendengkur.
4. Stadium koma
Lamanya ketidaksadaran ini beberapa menit sampai berjam – jam.Kadang antara kesadaran
timbul serangan baru dan akhirnya penderita tetap dalam keadaan koma.
.
E. Pathofisiologi
Kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan penimbunan cairan yang berlebihan
dalam ruang interstitial. Bahwa pada eklampsia di jumpai kadar aldosteron yang rendah dan
konsentrasi prolaktin yang tinggi dari pada kehamilan normal. Aldosteron penting untuk
mempertahankan volume plasma dan mengatur retensi air dan natrium. Serta pada eklampsia
parmeabilitas pembuluh darah terhadap protein meningkat.
Pada plasenta dan uterus terjadi penurunan aliran darah ke plasenta mengakibatkan
gangguan fungsi plasenta. Pada hipertensi pertumbuhan janin terganggu sehingga terjadi gawat
janin sampai menyebabkan kematian karena kekurangan oksigenasi. Kenaikan tonus uterus dan
kepekaan terhadap perangsangan sering terjadi pada eklampsia, sehingga mudah terjadi pada
partus prematurus.
Perubahan pada ginjal disebabkan oleh aliran darah dalam ginjal menurun, sehingga
menyebabkan filtrasi glomerulus berkurang. Kelainan pada ginjal yang penting ialah dalam
hubungan dengan proteinuria dan mungkin dengan retensi garam dan air. Mekanisme retensi
garam dan air akibat perubahan dalam perbandingan antara tingkat filtrasi glomerulus dan
tingkat penyerapan kembali oleh tubulus. Pada kehamilan normal penyerapan ini meningkat
sesuai dengan kenaikan filtrasi glomerulus. Penurunan filtrasi glomerulus akibat spasmus
arterioles ginjal menyebabkan filtrasi natrium melalui glomerulus menurun, yang menyebabkan
retensi garam dan retensi air. Filtrasi glomerulus dapat turun sampai 50% dari normal, sehingga
menyebabkan dieresis turun pada keadaan lanjut dapat terjadi oliguria atau anuria.
Pada retina tampak edema retina, spasmus setempat atau menyeluruh pada beberapa
arteri jarang terlihat perdarahan atau eksudat. Pelepasan retina disebabkan oleh edema
intraokuler dan merupakan indikasi untuk pengakhiran kehamilan. Setelah persalinan berakhir,
retina melekat lagi dalam 2 hari samapai 2 bulan. Skotoma, diplopia, dan ambiliopia merupakan
gejala yang menunjukkan akan terjadinya eklampsia. Keadaan ini disebabkan oleh perubahan
aliran darah dalam pusat penglihatan di korteks serebri atau dalam retina.
Edema paru-paru merupakan sebab utama kematian penderita eklampsia. Komplikasi
disebabkan oleh dekompensasio kordis kiri. Perubahan pada otak bahwa resistensi pembuluh
darah dalam otak pada hipertensi dalam kehamilan lebih tinggi pada eklampsia. Sehingga aliran
darah ke otak dan pemakaian oksigen pada eklampsia akan menurun.
Metabolism dan elektrolit yaitu hemokonsentrasi yang menyertai eklampsia sebabnya
terjadi pergeseran cairan dan ruang intravaskuler keruang interstisial. Kejadian ini, diikuti oleh
kenaikan hematokrit, peningkatan protein serum, dan bertambahnya edema, menyebabkan
volume darah edema berkurang, viskositet darah meningkat, waktu peredaran darah tepi lebih
lama. Karena itu, aliran darah ke jaringan di berbagai tubuh berkurang akibatnya hipoksia.
Dengan perbaikan keadaan, hemokonsentrasi berkurang, sehingga turunnya hematokrit dapat
dipakai sebagai ukuran perbaiakan keadaan penyakit dan berhasilnya pengobatan.
Pada eklampsia, kejang dapat menyebabkan kadar gula darah naik untuk sementara.
Asidum latikum dan asam organic lain naik, dan bicarbonas natrikus, sehingga menyebabkan
cadangan alakali turun. Setelah kejang, zat organic dioksidasi sehingga natrium dilepaskan untuk
dapat berekreasi dengan asam karbonik menjadi bikarbaonas natrikus. Dengan demikian,
cadangan alakali dapat pulih kembali. Pada kehamilan cukup bulan kadar fibrinogen meningkat.
Waktu pembekuan lebih pendek dan kadang-kadang ditemukan kurang dari 1 menit pada
eklampsia.
Faktor resiko

1.Primigravida dan multigravida


F. Pathways
2.Riwayat keluarga dg pre eklamsi/ eklamsi
3.Ibu hamil dg usia < 20 th atau > 35 th
4.Wanita dg gang fungsi organ atau riw.
kesehatan DM, penyaikit ginjal, Hipertensi
Faktor imunologik Tekanan darah
5.Kehamilan kembar
6.Obesitas
Perfusi ke jaringan

Aliran darah Keb. Nutrisi janin Kerusakan glomerulus Terjadi mikro emboli Edema
berkurang tdk terpenuhi pd hati

Kemampuan filtrasi
Adanya lesi pada Nyeri Edema
menurun
CO2 arteri utero epigastrium paru
plasenta
Protein Retensi
Nyeri akut
uria urin
Ketidakefektifa Resiko gawat
n perfusi janin Protein dispnea
jaringan perifer
plasma dlm
Edema
tubuh
Ketidak serebral
efektifan
Defisit vol
pola nafas
cairan Spasme
anteriolar
retina

Pandangan
kabur

Gang. Persepsi
sensori
pengliatan

G. Komplikasi
Komplikasi yang terberat adalah kematia ibu dan janin, usaha utama adalah melahirkan
bayi hidup dari ibu yang menderita preeclampsia dan eklampsia.
1. Terhadap janin dan bayi.
a. Solution plasenta
Karena adanya tekanan darah tinggi, maka pembuluh darah dapat mudah pecah sehingga terjadi
hematom retoplasenta yang menyebabkan sebagian plasenta dapat terlepas.
b. Asfiksia mendadak, persalinan prematuritas, kematian janin dalam rahim.
c. Hemolisis
Kerusakan atau penghancuran sel darah merah karena gangguan integritas membran sel darah
merah yang menyebabkan pelepasan hemoglobin. Menunjukkan gejala klinik hemolisis yang
dikenal karena ikterus.
2. Terhadap ibu
a. Hiprofibrinogenemia
Adanya kekurangan fibrinogen yang beredar dalam darah, biasanya dibawah 100mg persen.
Sehingga pemeriksaan kadar fibrinogen harus secara berkala.
b. Perdarahan otak
Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal pada penderita eklampsia.
c. Kelainan mata
Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung sampai seminggu. Perdarahan
kadang-kadang terjadi pada retina yang merupakan tanda gawat akan terjadinya apopleksia
serebri.
d. Edema paru – paru
e. Nekrosis hati
Nekrosis periportal hati pada eklampsia merupakan akibat vasopasmus arteriol umum.
Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan faal hati, terutama penentuan enzim-
enzimnya.
f. Sindroma HELLP
Merupakan suatu kerusakan multisistem dengan tanda-tanda : hemolisis, peningkatan enzim hati,
dan trombositopenia yang diakibatkan disfungsi endotel sistemik. Sindroma HELLP dapat
timbul pada pertengahan kehamilan trimester dua sampai beberapa hari setelah melahirkan.
g. Kelainan ginjal
Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu pembengkakan sitoplasma sel endotelial
tubulus ginjal tanpa kelainan struktur lainnya. Kelainan lain yang dapat timbul ialah anuria
sampai gagal ginjal.
h. Komplikasi lain yaitu lidah tergigit, trauma dan fraktur karena jatuh akibat kejang - kejang
pneumonia aspirasi, dan DIC.
i. Prematuritas, dismaturitas, dan kematian janin intra uterin.

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Darah rutin
b. Pemeriksaan darah lengkap
2. Pemeriksaan diagnostik
a. Ultrasonografi
b. Elektrokardiograf

I. Penatalaksanaan umum
1. Penanganan Kejang :
a. Beri obat anti konvulsan
b. Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, sedeka, sedotan, masker O2 dan tabung
O2 )
c. Lindungi pasien dengan keadaan trauma
d. Aspirasi mulut dan tonggorokkan
e. Baringkan pasien pada posisi kiri, trendelenburg untuk mengurangi resiko aspirasi
f. Beri oksigen 4-6 liter / menit
2. Penanganan Umum :
a. Jika tekanan diastolic > 110 mmHg, berikan hipertensi sampai tekanan diastolic diantara 90-
100 mmHg.
b. Pasang infuse RL dengan jarum besar (16 gauge atau lebih)
c. Ukur keseimbangan cairan jangan sampai terjadi overload
d. Kateterisasi urine untuk mengeluarkan volume dan proteinuric
e. Jika jumlah urine kurang dari 30 ml / jam
f. Infus cairan dipertahankan 1 1/8 ml/jam
g. Pantau kemungkinan oedema paru
h. Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi dapat mengakibatkan kematian ibu
dan janin.
i. Observasi tanda-tanda vital, refleks dan denyut jantung setiap jam
j. Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda oedema paru. Jika ada oedema paru hentikan
pemberian cairan dan berikan diuretic
k. Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan beadside
l. Dosis awal : beri MgSO4 (4 gram) per IV sebagai larutan 20%, selama 5 menit. Diikuti dengan
MgSO4 (50%) 5 gr 1ml dengan 1 ml lignokain 2% (dalam setopril yang sama) pasien akan
merasa agar panas sewaktu pemberian MgSO4
m. Dosis pemeliharaan : MgSO4 (50%) 5 gr + lignokain 2% (1ml) 1 m setiap 4 jam kemudian
dilanjutkan sampai 24 jam pasca persalinan atau kejang terakhir
n. Sebelum pemberian MgSO4 periksa : frekuensi pernafasan minimal 16 / menit. Refleks Patella
(+), urin minimal 30 ml / jam dalam 4 jam terakhir
o. Stop pemberian MgSO4, jika : frekuensi pernafasan < / >
p. Siapkan antidotlim jika terjadi henti nafas, Bantu dengan ventilator. Beri kalsium glukonat 2 gr
( 20 ml dalam larutan 10%) IV perlahan-lahan sampai pernafasan mulai lagi.
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Data yang dikaji pada ibu dengan pre eklampsia adalah :
1. Data subyektif :
a. Identitas pasien dan penanggung jawab:Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida , < 20
tahun atau > 35 tahun
b. Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri
epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur.

c. Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial,


hipertensi kronik, DM

d. Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta


riwayat kehamilan dengan pre eklampsia atau eklampsia sebelumnya

e. Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun
selingan

f. Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan,
oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya.

2. Data Obyektif :
a. Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam

b. Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema

c. Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress

d. Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian SM ( jika


refleks + )

e. Pemeriksaan penunjang :

1) Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2 kali dengan interval 6 jam
2) Laboratorium : protein urine dengan kateter atau midstream ( biasanya meningkat hingga 0,3
gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar hematokrit menurun, BJ urine meningkat,
serum kreatini meningkat, uric acid biasanya > 7 mg/100 ml
3) Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu
4) Tingkat kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan pada otak
5) USG ; untuk mengetahui keadaan janin
6) NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin.
B. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
Diagnosa Pre Op :
1. Cemas berhubungan dengan prosedur invasif saat operasi SC yang akan dilakukan.
Diagnosa Post Op :
1. Resiko cidera berhubungan dengan kejang berulang
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
3. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif

C. Rencana Tindakan Keperawatan


Intervensi keperawatan adalah upaya yang dilakukan perawat untuk mencapai hasil yang
diharapkan yaitu kesembuhan pasien dan kemampuan pasien melakukan atau memenuhi
kebutuhan hidupnya kembali dan tujuan pemulangan pasien.Intervensi pada pasien dengan
eklampsia meliputi :
Intervensi Pre Op :
1. Cemas berhubungan dengan prosedur invasif saat operasi SC akan dilakukan
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan masalah
keperawatan dapat teratasi dengan kriteria hasil :
a. Klien tidak cemas lagi
b. Klien terlihat tenang
c. Klien terlihat rileks
Rencana tindakan :
1) Beritahu klien tentang prosedur pembedahan
Rasional: Klien dapat mengetahui prosedur pembedahan
2) Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan rasa cemasnya
Rasional: Dapat meringankan beban pikiran klien
3) Ciptakan suasana tenang dan nyaman
Rasional: Lingkungan yang tenang dan nyaman dapat mengurangi rasa cemas klien

Intervensi Post Op :
1. Resiko cidera berhubungan dengan kejang berulang
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan masalah
keperawatan dapat teratasi dengan kriteria hasil :
a. Kesadaran Compos Metis , GCS : 15 ( 4-5-6 )
b. Tanda – tanda vital dalam batas normal
TD : 120/80 mmHg
Suhu : 36 – 37 C
Nadi : 60 – 80 x/menit
RR : 16 – 20 x/menit
Rencana tindakan :
1) Monitor tekanan darah tiap 4 jam
Rasional: Tekanan diastole > 110 mmHg dan sistole 160 atau lebih merupkan indikasi dari PIH
2) Kaji tingkat kesadaran pasien
Rasional: Penurunan kesadaran sebagai indikasi penurunan aliran darah otak
3) Kaji adanya tanda-tanda eklampsia (hiperaktif, reflek patella dalam, penurunan nadi, dan
respirasi, nyeri epigastrium dan oliguria )
Rasional: Gejala tersebut merupakan manifestasi dari perubahan pada otak, ginjal, jantung dan
paru yang mendahului status kejang
4) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti hipertensi dan SM
Rasional: Anti hipertensi untuk menurunkan tekanan darah dan SM untuk mencegah terjadinya
kejang

2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik


Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan masalah
keperawatan dapat teratasi dengan kriteria hasil :
a. Klien tidak meringis
b. Skala nyeri 2 – 3 ( 1 – 10 )
c. Pasien melaoporkan rasa nyeri hilang atau berkurang
Rencana tindakan :
1) Kaji skala nyeri
Rasional: Setiap skala nyeri memiliki managemen yang berbeda
2) Ajarkan teknik relaksasi
Rasional: Relaksasi dapat mengalihkan persepsi nyeri
3) Ajarkan teknik nafas dalam
Rasional: Tekhnik nafas dalam dapat mengurangi rasa nyeri
4) Berikan posisi yang nyaman
Rasional: Posisi yang nyaman dapat mengurangi sensasi nyeri
5) Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional: Terapi analgetik dapat membantu melokalisir nyeri

3. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif


Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan masalah
keperawatan dapat teratasi dengan kriteria hasil :
a. Menunjukkan regenerasi jaringan dan mencapai penyembuhan tepat waktu
b. Pada area luka tampak bersih dan tidak kotor
c. Luka tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
Rencana tindakan :
1) Monitor tanda – tanda vital
Rasional: Mengetahui keadaan umum klien
2) Kaji keadaan luka (kontinuitas dari kulit) terhadap adanya: edema, rubor, kalor, dolor, fungsi
laesa
Rasional: Untuk mengetahui tanda-tanda infeksi
3) Anjurkan pasien untuk tidak memegang bagian yang luka
Rasional: Meminimalkan terjadinya kontaminasi
4) Kolaborasi pemeriksaan darah : leukosit
Rasional: Leukosit yang meningkat artinya sudah terjadi proses infeksi
5) Kolaborasi pemberian obat - obatan antibiotika sesuai indikasi
Rasional: Obat antibiotik dapat membantu membunuh kuman
DAFTAR PUSTAKA

Marilynn E, Doengoes, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta: EGC


Corwin Elizabeh.J.2009 Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 9 Alih bahasa Tim penerbit
PSIK UNPAD, Jakarta: EGC
Mansjoer, Arif dkk, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 2, Jakarta: Media Aesculapius
Fakultas Kedoteran Universitas Indonesia
Carpenito,Lynda Juall, 2001, Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi, Jakarta : EGC
Price, Silvia A, 2006. Patofisiologi, volume 2, Jakarta: Buku kedokteran EGC.
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Mahasiswa : Dina Trisnawati
Ruangan : ICU

Tanggal Masuk : jumat 22 November 2018 jam 14.30 WIB


Ruang : ICU
Pengkajian : Sabtu 22 November 14.30 WIB
Inisial Klien : Ny. A
I.

II. Pengkajian
A. Wawancara
1. Keluhan Utama
Klien mengeluh pusing, kencang dan cemas dengan kondisi kehamilannya.

2. Riwayat Penyakit Sekarang


Tanggal 21/11/2019 jam : 11:30 Klien datang ke IGD RSUD Karawang mengeluh riwayat
kejang 2x kurang lebih 1 jam dirumah, di IGD kejang 1 x dengan G1P0A0, HPL : 28 maret
2019, usia kehamilan 44 minggu. terapi yang diberikan O2 2 L/menit, cairan intravena RL dan
MgS04 dan masuk ICU jam 14:30 dan dilakukan operasi SC pada tanggal 22 November 2019,
mulai jam 11.00 WIB selesai jam 13.30 WIB, menggunakan General Anestesi (GA)
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengatakan kunjungan ANC teratur kurang lebih 10 x, di bidan, klien tidak pernah
mengkonsumsi obat selain dari bidan, obat yg di berikan selama hamil : Fe, Vit C, B6 dan B1,
riwayat hipertensi selama kehamilan .

4. Riwayat Penyakit Keluarga


Keluarga mengatakan tidak ada yang mempunyai penyakit keturunan misalnya hipertensi dan
DM.

5. Riwayat Pekerjaan
Klien tidak bekerja, di rumah sebagai ibu rumah tangga.

6. Riwayat Geografi
Kondisi rumah permanen, jauh dari jalan raya, jauh dari perkotaan, keadaan rumah selalu di
rawat oleh klien.

7. Riwayat Alergi
Klien tidak mempunyai riwayat alergi apapun debu, cuaca makanan maupun obat - obatan.

8. Kebiasaan Sosial
Klien tidak mempunyai kebiasaan merokok, alcohol dan obat - obatan terlarang. Klien
menginginkan kehamilan keluarga mendukung.
B. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Lemah
System tubuh :
1. Breath
Hidung : cuping hidung (-), terpasang oksigen nasal canul 2 liter/menit, tidak ada rhinorea,
fungsi penciuman baik, RR : 37 x/menit, Sound breath : vesikuler, Saturasi oksigen : 98%,
Bentuk dada : simetris, retraksi (-), tidak ada ketinggalan gerak saat bernafas, pengembangan
dada sama.

2. Blood
Nadi : 106 x/menit,teraba kuat,irama teratur, Bunyi Jantung : S1>S2 tidak ada bunyi tambahan,
TD : 164/106 mmHg, JVP : tidak ada peningkatan JVP, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid.

3. Brain
Tingkat kesadaran : Compos Mentis (E4,M6,V5), Bentuk kepala : mesochepal, tidak ada
lesi. Mata : pandangan tidak kabur, dapat melihat seseorang didepannya dengan
baik, konjungtiva tidak anemis, sclera an ikterik, pupil isokor, palpebra tidak ada pembengkakan,
fungsi pendengaran baik.

4. Bladder
Urine output : kurang lebih 240 cc/6 jam, warna kuning terang, bau khas urin, Alat bantu :
menggunakan kateter DC No.16

5. Bowel
a. Mulut : mukosa bibir lembab, terlihat bersih, gigi tersusun rapi.
b. Abdomen
TFU 21 cm, janin tunggal, letak memanjang, punggung kiri, presentasi kepala, penurunan
terendah 4/5, DJJ : 138 x/menit., Bising usus tidak terkaji, status nutrisi diit RG Jenis makanan
disesuaikan kondisi kien (sementara di puasakan).
c. BAB : klien belum BAB sejak awal di RS

6. Bone
a. ROM : klien sukar bergerak karena usia kandungan tua.
b. Deformitas ekstremitas : tidak ada
c. Mobilisasi : klien tidak mobilisasi, mobilisasi di bantu perawat dan alat.
d. Turgor : baik, Akral dingin , capilery refill kembali dalam <3 detik, Suhu : 37,0 oC derajat
celcius / aksila.

e. Kekuatan otot : 5 5
5 5
Terdapat edema ekstremitas bawah, tidak sianosis, klien terlihat pucat dan terlihat gelisah.

7. Social
a. Kemampuan komunitas : komunitas klien baik dengan siapapun, tidak ada disorientasi, klien
kooperatif, bisa mampu menjawab pertanyaan perawat dengan baik.
b. Spiritual : klien terlihat tidak beribadah selama di rawat di RS.
III. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Hasil Laboratory
Nama : Ny.A
No.RM : 15432096
Tanggal pemeriksaan : 21 November 2019 04:24 (pre 0p)

PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI


RUJUKAN
HEMATOLOGI
Darah Lengkap
Hemoglobin 12.9 g/dL 11.7 – 15.5
Leukosit H 18.3 10^3/uL 3.6 – 11.0
DIFF COUNT
Eosinofil . % 2.00 – 4.00
Basofil . % 0-1
Netrofil . % 50 - 70
Limfosit . % 25 - 40
Monosit . % 2–8
Hematokrit 40 % 35 – 47
Eritrosit 5.2 10^6/uL 3.80 – 5.20
Trombosit 269 10^3/uL 150 – 400
MCV L 78 fL 80 – 100
MCH L 25 pg 26 – 34
MCHC 32 g/dL 32 – 36

Golongan Darah A

KIMIA KLINIK
Gula Darah Sewaktu H 155 mg/dL 70 – 150
Ureum 9.2 mg/dL < 50
Creatinin 0.60 mg/dL 0.40 – 0.90
SGOT 21.0 U/L 0 - 35
SGPT 22.0 U/L 0 – 35
Bilirubin Total 0.40 mg/dL 0.1 – 1.0
Bilirubin Direk 0.10 mg/dL 0–4
Bilirubin Indirek 0.30

SERO IMUNOLOGI
HBsAg
Positive Negative
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI
RUJUKAN
HEMATOLOGI
Darah Lengkap
Hemoglobin L 10.4 g/dL 11.7 – 15.5
Leukosit H 18.6 10^3/uL 3.6 – 11.0
DIFF COUNT
Eosinofil . % 2.00 – 4.00
Basofil . % 0 –1
Netrofil . % 50 – 70
Limfosit . % 25 – 40
Monosit . % 1 –8
Hematokrit L 31 % 35 – 47
Eritrosit 4.1 10^6/uL 3.80 – 5.20
Trombosit 236 10^3/ uL 150 – 400
MCV L 76 fL 80 – 100
MCH 26 pg 26 – 34
MCHC 33 g/dL 32 - 36

2. Program Terapi
a. Tanggal : 21 November 2019 jam 06 : 00 pre op
1) O2 nasal canul 2 L/menit
2) Infuse RL 20 tpm
3) MgSo4 1 gr/ jam iv
b. Tanggal : 22 November 2019 jam 13:30 pos op
1) O2 nasal canul 2 L/menit
2) Infuse : RL + oxytoxin 1 amp : 20 tpm iv mulai jam 14 : 00
3) MgSo4 1gr/jam via siring pump dari jam 14 : 20
4) Injeksi cefotaxim : 2 x 1 gr iv
5) Injeksi OMZ : 2 X 40 mg iv
6) Injeksi MPS : 3 X 125 mg iv
7) Ketorolac : 3 x 1 amp 30 mg iv
8) Diit : tunda sampe BU+N
c. Tanggal 22 November 2019
1) O2 nasal canul 2 L/menit
2) nifedipin : 2 x 10 mg ( oral )
3) SM 1 gr/jam via siringpump iv s/d jam 14 : 00
4) Cefotaxim 2 x 1 gram iv
5) OMZ 2 X 1 vial 40 mg iv
6) MPS 3X125 mg iv
7) RL + oxytocin 1 amp iv s/d jam 15 : 00
3. Advice anestesi
a. Monitor TTV
b. Posisi berbaring
c. Bila kesakitan beri ketorolak 30 mg/ iv
d. Bila mual muntah berikan ondansentron 8mg/iv
e. Cek darah rutin post op
f. Bila bising usus (+) boleh makan minum bertahap
g. Infuse futrolit I, RL II, maintenance 20 tpm

IV. ANALISA DATA

Hari/Tgl/ Data Focus Etiologi Problem


jam
Kamis Ds : klien mengatakan cemas Krisis situasional Ansietas
12/11/19 dengan kondisi kehamilan nya.
14 : 30 Do :Klien terlihat pucat dan
gelisah, N : 106x/menit, RR 26
x/menit,akral dingin.
Kamis Ds : Klien mengatakan kejang Kejang ber ulang Resiko Cidera
21/11/19 di rumah 2x, pasien
16 : 50 mengatakan pusing, sesak
nafas.
Do : TD : 164 /106 mmHg
N : 106 x/menit, RR 37 x/
menit, Terpasang O2 nasal
canul 2 liter/ menit, riwayat
Kejang (+), Pusing (+)

Jumat Ds : Klien mengatakan Agen Cider Fisik Nyeri akut


22/11/19 nyeri luka operasi seperti di ( Luka SC )
14.20 tusuk – tusuk, nyeri hilang
timbul, pada perut bagian
bawah sekala nyeri 7.
Do : Terdapat luka post op SC,
Keadaan luka tertutup, perban
bersih, KU : lemah, kesadaran
composmentis, TD : 120/ 64
mmHg, RR :23 x/ menit, N :
94 x/ menit, saturasi O2 96%
Jumat Ds : Prosedur Infansif Resiko Infeksi
22/11/19 Do : Terdapat luka post op SC,
14 : 00 Keadaan luka tertutup, perban
bersih, KU : lemah, kesadaran
composmentis, TD : 120/ 64
mmHg, RR :23 x/ menit, N :
94 x/ menit, S :36,1OC saturasi
O2 96%
Leukosit : H 18,6
Post OP hari ke-0
Terpasang infuse RL +
oxytosin 20tpm
Terpasang DC No-16
Terpasang o2 nasal kanul
2liter/menit.

V. PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN


1. Resiko cidera berhubungan dengan kejang ber ulang
2. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional.
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisil ( luka SC )
4. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur infansif

VI. INTERVENSI

Hari/tgl/ Dx Tujuan dan Intervensi Rasional Ttd


jam
Kamis Setelah dilakukan tindakan1. Membuka jalan nafas saat Dina
21/11/19 asuhan keperawata selama 2x24 kejang
14 : 40 jam tidak terjadi injuri dengan2. Membantu dalam
criteria hasil : melakukan intervensi yang
1. Klien tidak kejang tepat.
2. TTV dalam batas normal. 3. Menghindari jatuh
Rencana Tindakan: 4. Menghindari cidera kepala
1. Posisikan klien miring saat5. Kebutuhan oksigen
kerang. tercukupi
2. Monitor TTV dan kesadaran6. Mengurangi aktifitas
klien. kejang.
3. Pasang penghalang tempat
tidur.
4. Beri bantalan kepala yang
empuk.
5. Berikan okksigenasi
6. Berikan MgSo4 sesuai advice
dokter

Kamis Setelah dilakukan tindakan 1. Meninkatkan kepercayaan Dina


21/11/19 asuhan keperawatan selama1 x klien terhadap perawat
15 : 30 20 menit kecemasan teratasi 2. Klien dapat mengetahui
dengan kriteria hasil : tujuan toindakan, bekerja
1. Menggunakan teknik relaksasi sama dan kooperatif dalam
untuk menurunkan kecemasan. program.
2. Melaporkan penurunan 3. Meningkatkan
rentang waktu priode cemas. pengetahuan dan
Rencana Tindakan : mengurangi kecemasan.
1. Gunakan pendekatan yang 4. Meningkatkan rileksasi
menyenangkan. mengurangi cemas.
2. Jelaskan semua prosedur dan 5. Evaluasi tindakan
apa yang dirasakan selama
prosedur.
3. Berikan informasi factual
mengenai diagnosis tindakan
prognosis.
4. Instruksikan pada klien untuk
menggunakan teknik relaksasi.
5. Identivikasi tingkat
kecemasan.

Jumat Setelah dilakukan tindakan 1. Mengetahui keadaan Dina


22/11/19 asuhan keperawatan selama umum klien
14 : 00 2x24 jam nyeri akut teratasi 2. Tiap skala nyeri memiliki
dengan criteria hasil : menejemen yang berbeda
1. Nyeri berkurang. 3. Relaksasi dapat
2. Klien terlihat rileks dan mengalihkan presepsi nyeri
nyaman. 4. Posisi nyaman dapat
3. TTV dalam batas normal mengurangi reaksi nyeri
4. Melaporkan secara verbal 5. Terapi analgetik dapat
nyeri berkurang. membantu melokalisir nyeri
Rencana Tindakan :
1. Ukur TTV secara berkala.
2. Kaji skala nyeri.
3. Ajarkan teknik relaksasi
4. Memberikan posisi nyaman
5. Kolabprasi pemberian
analgetik

Senin Setelah dilakukan tindakan 1. Mencegah infeksi Dina


22/11/19 asuhan keperawatan selama 2 x nosokomial
16 : 30 24 jam diharapkan infeksi tidak 2. Meminimalkan terjadinya
terjadi dengan criteria hasil : kontaminasi
1. Tidak ada tanda tanda infeksi 3. Untuk mengetahui adanya
(rubor, color, doror, tumor, tanda tanda infeksi
fungsiolaesa) 4. Mengetahui keadaan
2. Leukosit dalam batas normal umum klien
3. Suhu tubuh normal 5. Leukosit yang meningkat
36 -77,5oC menunjukan adanya proses
Rencana Tindakan : infeksi
1. Cuci tangan sebelum dan 6. Obat anti biotic dapat
sesudah melakukan tindakan. membantu membunuh
2. Anjurkan klien untuk tidak kuman
memegang pada bagian yang
luka.
3. Observasi tanda tanda infeksi
4. Monitor tanda tanda vital
5. Kolaborasi pemeriksaan
darah: leukosit

6. Kolaorasi dalam pemberian


antibiotic

VII. IMPLEMENTASI

Hari/Tgl/ Dx Implementasi Respon Ttd


jam
Kamis I 1. Menerima klien, memberikan1. S :- Dina
21/11/19 posisi nyaman dengan satu O : Klien terlihat nyaman.
Pagi bantal.
14 : 40 2. S:-
I 2. Memasang oksigennasal O : O2 5 liter/menit lancer.
canul Saturasi O2 98%
3. S: -
I 3. Mengukur tetesan infuse. O : Infuse RL 20 tpm lancer.
4. S:-
O : MgSo4 1gr /jam via
I 4. Memberikan MgSo4 siring pum lancar.
5. S:-
O:Kesadaran composmentis
I 5. Mengukur TTV dan KU : Lemah
kesadaran klien TD : 164/106mmHg
N : 106 x/menit
RR : 37 x/menit
S : 37,0oC
6. S:-
O : Klien dalan keadaan
aman, kejang (-)
14 : 50 I 6. Memasang penghalang
7. S: -
tempat tidur klien O : Klien mengatakan cemas
berkurang, klien
II7. Menyapa klien dengan ramah mendengarkan informs
hangat, Memberikan informasi terkait kesehatannya dengan
terkait dengan diagnosis dan penuh perhatian, klien
menjelaskan tujuan, prosedur paham dan mengerti, mampu
tindakan. menjelaskan ulang tentang
pengertian eklamsi, posterm
dan tujuan dan pprosedur
tindakan SC.
8. S: -
O : Klien mampu
mendemonstrasikan teknik
relaksasi.
9. S : Klien mengatakan
15 : 00 I,II8. Menganjurkan teknik nafas cemas berkurang.
dalam. O :ekspresi wajah terlihat
lebih rileks dan tenang.

15 : 20 II9. Identifikasi tingkat 10. S :


kecemasan. O:Kesadaran composmentis
TD : 162/106mmHg
N : 93 x/menit RR : 26
x/menit, S :36,1oC Saturasi
15 : 30 I, II10. Mengukur TTV dan kesadaran O2 99%
klien 11. S : Klien mengatakan
cemas berkurang
O :ekspresi wajah terlihat
lebih rileks dan tenang.

12. S : -
16 :00 I 11. Mengantar klien operasi dan O: Anestesi gengan GA KU :
memotivasi lemah.
13. Tangan terbebas dari mikro
organism
14. S :-
12. Oprasi SC selesai O : O2 2 liter/ menit lancer
15. S :
O :Infuse RL + Oxytosin
IV13. Mencuci tangan sebelum dan 20/ tpm lancer
sesudah melakukan tindakan 16. S: -
I 14. Memasang oksigen nasal O : 1gr/jam via siring pump
canul lancer
17. S : -
I 15. Memonitor tetesan infuse O : TD : 150/104 mmHg
N : 80 x/ menit
RR : 24 x/ menit
16 : 20 I 16. Memberikan MgSo4 Seturasi O2 98 %, kesadaran
somnolen (pengaruh anestesi
)
I 17. Mengukur TTV dan kesadaran
18. S :-
klien. O : Intake :
Parenteral : 200 cc

Output :
Urine : 250 cc
Iwl : 175
16 : 30 18. Menghitung balancecairan per Balance : - 225
7 jam.

Jumat I 1. Mengukur TTV dan


1. S: Dina
22/11/19 kesadaran klien O : KU : Lemah kesadaran
Sore somnolen (pengaruh
14 : 00 anestesi). TD :
147/88mmHg, N : 94 x/
menit, RR : 23x/ menit,
saturasi O2 : 98%
I 2. Memberikan MgSo4 2. S:
O : 1 gr/jam via siring pump
lancer
III3. Memberikan posisi berbaring,
3. S:
Memonitor bising usus O: Klien mengatakan
nyaman, bising usus belum
4. Mengatur tetesan infuse terdengar.
I, 4. S:
III O : Infuse RL +oxytosin 1
ampul 20 tpm s/d 12 :00
5. Memberikan terapi injeksi 25/02/14
15 : 00 III analgetik, 5. S:
O: Injeksi ketorolak, MPS,
6. Monitor TTV dan kesadaran alinamin f masuk
16 : 00 I pasien 6. S:
O :KU : Lemah, kesadaran
somnolen ( pengaruh
anestesi ). TD :127/73
mmHg, RR : 22 x/ menit, N :
96 x /menit, saturasi O2 : 97
7. Memberikan terapi injeksi %
16 : 10 antibiotic 7. S:
O: Obat injeksi cefotaxim,
8. Menghitung balance OMZ masuk
cairan per 13 jam 8. S:
O: Intake : parenteral : 700
cc, output : urine : 450 cc,
iwl : 325,
balance : - 22
VIII. EVALUASI

Hari/Tgl/ Dx Catatan perkembangan Ttd


jam
Kamis I S : klien mengatakan pusing, pandangan tidak kabur. Dina
21/11/19
14 : 30 O : Klien dalam keadaan aman, kejang (-), Kesadaran
composmentis O2 nasal canul 2 liter/ menit, infuse RL 20
tpm, MgSo4 1gr/ jam via siring pump, TD : 162/106 mmHg, N
: 93 x/ menit, RR : 26 x/ menit, Seturasi O2 99 %,

A : Masalah belum teratasi


P : Lanjutkan intervensi : 1, 2, 3, 4, 5 dan 6

Kamis II S : Klin mengatakan cemas berkurang. Dina


24/02/14
15 : 20 O : ekspresi wajah terlihat lebih rileks dan tenang. klien
mendengarkan informs terkait kesehatannya dengan penuh
perhatian, klien paham dan mengerti, mampu menjelaskan
ulang (sebagaian) tentang pengertian eklamsi, posterm dan
tujuan dan prosedur tindakan SC.
Kesadaran composmentis
TD : 162/106mmHg
N : 93 x/menit RR : 26 x/menit, S :36,1oC Saturasi O2 99%

A : Masalah cemas teratasi


P: -
Hari/Tgl/ Dx Catatan perkembangan Ttd
jam
Jumat I S:- Dina
22/11/19
14.00 O : Klien dalan keadaan aman, kejang (-), Kesadaran
composmentis O2 nasal canul 2 liter/ menit, infuse RL +
Oxytosin 20 tpm, MgSo4 1gr/ jam via siring pump, TD :
140/94 mmHg, N : 80 x/ menit, RR : 22 x/ menit, Seturasi O2
98 %
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi : 1, 2, 3, 4, 5 dan 6

Jumat III S : Klien mengatakan nyeri berkurang,sudah mampu Dina


22/11/19 miring, bergerak secara mandiri, nyeri luka operasi, seperti
15.00 tertusuk-tusuk, perut bagian bawah,skala 4, hilang-timbul

O : luka horizontal diperut bagian bawah


Infuse RL : 20 tpm , oksigen 2 l/m, DC +
TD : 149/96 mmHg
N : 78 x/menit RR : 24 x/menit, S :36,1oC Saturasi O2 99%

A : Masalah belum teratasi


P : lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4, dan 5

Jumat 1V S:- Dina


22/11/19 O : luka tertutup kassa keadaan bersih,tidak rembes, tidak ada
16.00 tanda tand infeksi, TD : 140/96 mmHg, N : 86x/menit, RR:23
x/menit, SPO2 :98 %, S :36,7 derajat celcius, Leukosit : H
18.6, DC +, infuse RL :20tpm

A : masalah resiko infeksi belum teratasi


P : lanjutkan intervensi : 1,2,3,4 dan 5

Anda mungkin juga menyukai