Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN PRE EKLAMSIA BERAT

DI RUANGAN IGD KEBIDANAN RSUD UNDATA PALU


PROVINSI SULAWESI TENGAH

Nama : I MADE DWI PURNA WIJAYA


Nim : 202101061
Kelas : R 2B KEPERAWATAN

CI Institusi CI Institusi

(Ns. Nyoman Elfiyunai,S.Kep.,M.Kes) (Hadidjah Bando,.SST.Kep,.M.Kes)


NIK:

CI Lahan

( Nurhaya, S.Tr.Keb)
NIP:

STUDI S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS WIDYA NUSANTARA
2022
A. Tinjauan Teori Pre Eklamsia Berat ( PEB)
1. Definisi
Preeklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai
dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria
dan/atau edema
pada kehamilan 20 minggu atau lebih (Ai Yeyeh.R, 2011).
Preeklampsia berat ialah penyakit dengan tanda-tanda khas seperti
tekanan darah tinggi (hipertensi), pembengkakanjaringan (edema), dan
ditemukannya protein dalam urin (proteinuria) yang timbul karena kehamilan.
Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ke-3 kehamilan, tetapi dapat juga
terjadi pada trimester kedua
kehamilan (Rozihan, 2007).

2. Etiologi
Menurut Bobak (2005) preeklamsiaumumnya terjadipada kehamilan pertama,
kehamilan diusia remaja dan kehamilan wanita diatas 40th, namun ada
beberapa faktorresiko yang dapat menyebabkanterjadinyapreeklamsia, faktor
tersebut adalah :
a. Riwayat kencing manis, kelainan ginjal, lupus ataurematoid arthritis
b. Riwayat tekanan darah tinggi yang kronis sebelum kehamilan
c. Kegemukan
d. Riwayat mengalamipreeklamsia sebelumnya
e. Riwayatpreeklamsia pada ibu atau saudaraperempuan

f. Gizi buruk
g. Gangguan aliran darah ke Rahim

h. Kehamilan kembar

3. Patofisiologi
Menurut Mochtar (2011) pada preeklamsia terdapat penurunan plasma dalam
sirkulasi dan terjadi peningkatan hematokri, dimana perubahan pokok
pada preeklamsia yaitu mengalami spasme pembuluh darah, perlu adanya
kompensasi hipertensi yaitu suatu usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifir
agar oksigenasi
jaringantercukupi).
Pada beberapa wanita hamil, terjadi peningkatan sensitivitas vaskuler terhadap
angiotensin II. Peningkatan ini menyebabkan hipertensi dan kerusakan vaskuler,
akibatnya akan terjadi vasospasme. Vasospasme menurunkan diameter pembuluh
darah ke semua organ, fungsi-fungsi organ seperti plasenta, ginjal, hati, dan otak
menurun sampai 40-60%.Gangguan plasenta menimbulkan degenerasi pada plasenta
dan kemungkinan terjadi IUGR dan IUFD pada fetus. Aktivitas uterus dan sensitifitas
terhadap oksitosin meningkat (Anik Maryunani, 2009).
Penurunan perfusi ginjal menurunkan GFR (Glomerular Filtration Rate)
dan menimbulkan perubahan glomerulus, protein keluar melalui urine, asam
urat menurun, garam dan air ditahan, tekanan osmotic plasma menurun, cairan keluar
dari intravaskuler, menyebabkan hemokonsentrasi, peningkatan viskositas darah
dan edema jaringan berat dan peningkatan hematokrit. Pada preeklampsia berat
terjadi penurunan volume darah, edema berat, dan berat badan naik dengan cepat
(Anik Maryunani, 2009). Penurunan perfusi hati menimbulkan gangguan fungsi hati,
edema hepar, dan hemoragik subkapsular menyebabkan ibu hamil
mengalami nyeri
epigastrium ataunyeripadakuadran atas.

4. Tanda dan Gejala


1. Tekanan darah 160/100 mmHg atau lebih
2. Proteinuria 5gr atau lebih per liter
3. Oliguria, yaitujumlahurin kurang dari 500 cc per 24 jam
4. Adanya gangguan serebal, gangguan visus, dan rasa nyeripada epigastrium
5. Terdapat edema paru atau sianosis
6. Keluhan subjektif : nyeri epigastrium, gangguan penglihatan, nyeri
kepala, odemaparu, dan sianosis gangguan kesadaran.

7. Pemeriksaan : kadar enzim hati meningkat disertai ikterus, tromosit kurang


dari 100.000 /mm.

8. Tanda gejala lain yaitu sakit kepala yang berat, pandangan kabur dan
spasme arteri retina pada funduskopi, mual dan muntah serta emosi mudah
marah (Anik Maryunani, 2009)

9. Pertumbuhan janin yang terhambat(Tri, 2011)


10. Adanya HELLP Syndrome (H= Hemolysis, ELL= Elevated Liver Enzym, P=
Low Platelet Count) (Anik Maryunani, 2009).

5. Pemeriksaan Leopold
L1 : Pemeriksaan Leopold 1 bertujuan untuk menentukan bagian teratas dari fundus
uteri, apakahkepala atau bokongyang berada pada fundus uteri.
L2 : Pemeriksaan Leopold 2 bertujuan untuk menentukan bagian janin yang berada
padakedua sisi uterus, tentukan letak punggung janin berada di sisimana,
L3 : Pemeriksaan Leopold 3 bertujuan untuk menentukanbagianterendah janin
yang terletak paling dekat dengan serviks, bagian janin inilah yang pertama
kontak
dengan jaripada saatpemeriksaan vagina, umumnya kepala atau bokong.
L4 : Pemeriksaan Leopold 4 bisa dilakukanjika kepala janin sudah berada di posisi
bawah, dan bertujuan untuk menentukan sudah berapa jauh kepala janin
masuk
pintupanggul.

6. Diagnosa Preeklampsia Berat (PEB)


1. Peningkatan tekanan darah ≥ 160/110mmHg (Tri, 2011)
2. Proteinuria = ≥(+2) padates celup strip (Lilis, 2011)
3. Oligouria, diuresis< 400ml dalam 24 jam (Tri, 2011)
4. Sakit kepala hebat dan gangguan penglihatan(Tri, 2011)
5. Nyeri epigastrium ataukuadrankanan atas abdomen atau ada icterus (Tri, 2011)
6. Edema paru atausianosis (Tri, 2011)
7. Trombositopenia (Tri, 2011)
7. Pathway

Factor Resiko: primigravida, molahidatidosa, riwayat hipertensi

Penatalaksanaan: Tindakan Tidakmendapat informasi adekuat


Sectio caesarea Preeklamsi

Spasmepembuluh darah Kurang pengetahuan

Suplaidarah ke plasenta

perfusi uteroplasenta

Maladaptasi uterus Prostaglandin plasenta


Hipoksia plasenta

Gang. Pertumbuhan
Iske plasenta
. Suplai O2 dan
nutrisi janin
IUGR
Pelepasan Pelepasan rennin

tropoblastik
Mengaktifkan
angiotensin I- II Lahir premature Resiko tinggi cede
Endoteliosis
Endotheliosis Glumerulus janin
Menghasilkan aldosteron
Risiko Proteinuria
perdarahan kelelahan Retensi Na dan Air volume darah

Perpindahan cairankeruang interstitial Gangguan perfusijaringan


Hipertensi
perfier

Sindrom hipoventilasi
Edema
Sumber: Lily Yulaikha (2009
Desakan uterus ke
Edema diafragma

Dispn Ekspansi Paru


Tidak
Maksimal

Pola nafas
tidak efektif
8. Selain anamnesis dan pemeriksaan fisik, pada kecurigaan preeklamsia
berat sebaiknya di periksa juga hal-hal berikut ini :

1. Pemeriksaan darah rutin serta kimia darah: ureum-kreatinin, SGOT,


LD, bilirubin (Tri, 2011)
2. Pemeriksaan urine: protein, reduksi, bilirubin, sedimen (Tri, 2011)
3. Kemungkinan adanya pertumbuhan janin terhambat, konfirmasi USG bila
ada (Tri, 2011)
4. Nilai kesejahteraan janin (kardiotokografi) (Tri, 2011)

Gejala klinik preeklampsia dapat bervariasi sebagai akibat patologi kebocoran


kapiler dan vasospasme yang mungkin tidak disertai dengan tekanan darah
yang terlalu tinggi, misalnya dapat dijumpai asites, peningkatan enzim hati,
koagulasi intravaskular, sindrom help (hemolysis, elevated liver enzyme, low
platelets), pertumbuhan janin terhambat, dan sebagainya) (Tri, 2011). Bila
dalam asuhan antenatal diperoleh tekanan darah diastolik lebih dari 85mmHg,
perlu dipikirkan kemungkinan adanya preeklampsia membakat. Apalagi bila ibu
hamil merupakan
kelompok risikoterhadappreeklampsiaberat.(Tri, 2011)

9. Komplikasi
1. Ischemia Uteroplacenta

a. IUGR
b. IUFD
c. Solusio Plasenta
2. Spasme Arteriolar
a. Perdarahan serebral
b. Gagaljantung, ginjal, dan hati

c. Abatio retina
d. Trombo embolisme
e. Gangguan pembekuan darah
3. Kejang dan Koma

a. Sianosis
b. Aspirasi air ludahmenambah gangguan fungsiparu
c. Tekanan darah meningkat menimbulkan perdarahan otak dan kegagalan
jantung mendadak
d. Lidahdapattergigit
e. Jatuh dari tempat menyebabkan fraktur dan luka-luka
f. Gangguan fungsi ginjal
g. Perdarahan dan ablatio retina
h. Gangguan fungsi hati

10. Pencegahan
1. Pencegahan Non Medis
a. Restriksi garam
b. Suplementasi diet yang mengandung hal – hal berikut ini
i. Minyak ikan yang kaya dengan asam lemak tidak jenuh,
misalnyaomega-3 PUFA
ii. Elemen logamberat: zinc, magnesium, kalsium
iii. Tirah baring (Fadlun, 2012).

2. Medis
a. Deuretika
b. Antihipertensi
c. Kalsium: 1.500 – 2000mg/ hari
d. Magnesium: 365/hari
e. Zinc: 200mg/hari
f. Obat antitrombotik :
1) Aspirin dosis rendah: rata – rata dibawah 100mg/hari.

2) Dipyridamole Obat – obatan antioksidan: vitamin C, vitamin E,


β- carotene, CoQ10, N-Acetylcystein, asam lipotik (Fadlun,
2012)

11. Penanganan Preeklampsia Berat (PEB) Dalam Kehamilan


1. Konservativ berarti kehamilan tetap dipertahankan bersamaan dengan
pemberian pengobatan (untuk kehamilan <35 minggu tanpa disertai tanda- tanda
impending eklampsia dengan keadaan janin baik) (Anik Maryunani, 2009).
Pengobatan
yang diberikan berupa medikamentosa, yaitu:
a. Segeramasukrumah sakit
b. Jika tekanan diastolik > 110 mmHg, berikan antihipertensi, sampai tekanan
diastolik diantara 90- 100 mmHg.
c. Pasang infus RL ( Ringer Laktat )
d. Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload
e. Kateterisasiurin untuk pengeluaran volume dan proteinuria
f. Jika jumlahurin < 30 ml perjam tindakan yang dilakukan adalah:
1) Infuscairan dipertahankan 1 1/8 jam
2) Pantaukemungkinan edema paru
3) Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi
dapat mengakibatkan kematian ibu danjanin.
4) Observasitanda vital, refleks, dan denyut jantung janin setiap jam.
5) Auskultasi paru untuk mencari tanda edema paru. Krepitasi
merupakan tanda edema paru. Jika terjadi edema paru, stop pemberian
cairan dan berikan diuretikmisalnya furosemide 40 mg intravena.

6) Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan bedside. Jika


pembekuan tidak terjadi sesudah 7 menit, kemungkinan terdapat
koagulapati ( Anik Maryunani, 2009).

7) Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak, dan garam

8) Pemberian SM 40% 4gr/i.m padabokong kanan dan bokong kiri

9) Berikan antihipertensi (nifedipine sublingual 5- 10mg) bila tekanan


darah ≥ 180/100mmHg

10) Berikan kardiotonikabila ada payah jantung

2. Penanganan aktiv, apabilaibumemiliki 1 atau lebih kriteria berikut:


a. Adatanda-tanda impending eklampsia
b. Ada HELLP syndrom
c. Ada kegagalan penanganankonservatif
d. Adatanda-tandapertumbuhan janinterhambat
e. Usia kehamilan > 35 minggu
f. Pemberian pengobatan antikejang
g. Terminasikehamilan: bilapasien belum inpartu dilakukan induksipersalinan.
h. Persalinan SC dilakukan apabila syarat induksi persalinantidak terpenuhi
atau adakontraindikasi persalinan pervaginam (Anik Maryunani, 2009)

B. Teori Asuhan keperawatan pre eklamsia berat (PEB)

1. Pengkajian

Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan


untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, untuk mengidentifikasi,
mengenal masalah kebutuhan kesehatan, keperawatan pasien baik fisik, mental,
sosial dan lingkungan (Deden Dermawan, 2012). Pengkajian yang dilakukan pada ibu
preeklamsia
menurut Mitayani (2012), yaitu sebagai berikut.

1. Identitas pasien
Melakukan pengkajian pada pasien dengan menanyakan nama,
umur, Pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, agama, suku, alamat, nomer rekam
medis (RM), tanggal masuk rumah sakit, (MRS), dan tanggal pengkajian, dan kaji
identitas
penanggung jawab ataspasien.
2. Datariwayat kesehatan
Melakukan pengkajian keluhan utama pada pasien, keluhan yang paling
dirasakan pada pasien saat dilakukan pengkajian.
a. Riwayat kesehatan dahulu
1) Kemungkinan ibumenderita penyakithipertensi sebelumhamil.
2) Kemungkinan ibumempunyairiwayatpreeklamsia pada kehamilan terdahulu.
3) Biasanyamudah terjadipadaibu dengan obesitas.
4) Ibu mungkin pernah menderita penyakit ginjal kronis.
b. Riwayat kesehatan sekarang
1) Ibumerasa sakit kepala di daerah frontal.
2) Terasa sakit diulu hati/nyeri epigastrium.
3) Gangguan virus: penglihatankabur, scotoma, dan diplopia.
4) Mual dan muntah, tidak adanafsu makan.
5) Gangguan serebral lainnya: terhuyung-huyung, reflex tinggi, dantidak tenang
6) Edema pada ektremitas.
7) Tengkukterasaberat.
8) Kenaikan berat badan mencapai 1 kg seminggu.
c. Riwayat kesehatankeluarga
Mengkaji riwayat penyakit pada pasien dan keluarganya, apakah pasien dan
keluarga memiliki penyakit keturunan seperti hipertensi, atau dibetes
melitus (DM) serta kemungkinan memiliki riwayat preeklamsia serta
eklamsia dalam
keluarga.
d. Riwayat obstetrik dan ginekologi
Melakukan pengkajian pada pasien dengan menanyakan riwayat
menstruasi, riwayat pernikahan, riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang
lalu, riwayat
kehamilannya saat ini, dan riwayat keluarga berencana.
e. Polakebutuhan sehari-hari
Melakukan pengkajian pola kebutuhan sehari-hari pada pasien seperti
pengkajian pada pernafasan, nutrisi (makan dan minum), eliminasi (BAB
dan BAK), gerak badan atau aktivitas, istirahat tidur, berpakaian, rasa nyaman
(pasien merasakan adanya dorongan meneran, tekanan ke anus, perinium
menonjol). Kebersihan diri, rasa aman, pola komunikasi atau hubungan pasien
dengan orang
lain, ibadah, produktivitas, rekreasi, kebutuhan belajar.
3. Pemeriksaan fisik biologis
a. Keadaan umum: lemah.
b. Kepala: sakit kepala, wajah edema.
c. Mata: konjungtiva sedikit anemis, edema pada retina.
d. Pencernaan abdomen: nyeri daerah epigastrium, anoreksia, mual, dan muntah.
e. Ektremitas: edema pada kaki, tangan, dan jari-jari.
f. System pernafasan: hiper refleksia, klonus pada kaki.
g. Genitourinaria: oliguria, proteinuria.
h. Pemeriksaan janin: bunyi jantung janintidakteratur, gerakanjaninmelemah.
4. Pemeriksaan penunjang
Data penunjang dilakukan atas indikasi tertentu yang digunakan
untuk memperoleh keterangan yang lebih jelas. Pemeriksaan yang dilakukan
untuk mendapatkan data penunjuang seperti pemeriksaan laboratorium, dan
pemeriksaan
ultrasonography (USG).
1) Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah.
2) Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin untuk
wanita hamil adalah 12- 14 gr%).
3) Hematokrit meningkat (nilairujukan 37-43 vol%).
4) Trombosit menurun (nilairujukan 150-450 ribu/mm3).
a. Pemeriksaan fungsi hati.
1) Bilirubin meningkat
2) LDH (laktat dehydrogenase) meningkat.
3) Serum glutamate oirufat transaminase (SGOT) meningkat.
4) Total protein serum menurun.
b. Tes kimia darah: asamurat meningkat.
c. Radiologi
1) Ultrasonografi Ditemukannya retardasi pertumbuhan janin
intrauterus, pernafasan intrauterus lambat, aktivitas janin lambat, serta
volume cairan ketuban sedikit.
2) Kardiotografi: diketahui denyut jantung bayi lemah.
3) Data social ekonomi, preeklamsia berat lebih banyak terjadi pada wanita
serta golongan ekonomi rendah, karena mereka kurang mengonsumsi makanan
yang mengandung protein sertakurang melakukan perawatan antenatal
yangteratur.

4) Data psikologis, ibu preeklamsia berada dalam kondisi yang labil serta
mudah marah, ibu merasa khawatir dengan keadaan dirinya serta keadaan
janin dalam kandungannya, karena ibu akan merasa takut dengan anaknya
akan lahir cacat ataumeninggal dan takutuntukmelahirkan.

2. Diagnosis Keperawatan
a. Keletihan yang berhubungan dengan ansietas, peningkatan kelelahan fisik, kurang
tidur, stresor
b. Ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan dengan ansietas, keletihan, nyeri,
keletihan otot pernafasan,sindrom hipoventilasi
c. Risiko tinggi foetal distres janin yang dibuktikan dengan perubahan pada plasenta
d. Perfusi perifertidak efektif berhubungan dengan peningkatan tekanan darah
e. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangterpapar informasi
f. Risikoperdarahan dibuktikan dengan ketuban pecah sebelumwaktunya
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan & Intervensi Rasion
Keperawatan kriteria Keperawatan (SIKI) al
Hasil (SLKI)
(SDKI)
1. Ketidakefekt Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan nafas:
ifan pola keperawatan selama 2 x 24 Observasi : 1. Mengetahui
nafas yang jam, diharapkan pola nafas 1. Monitor pola nafas frekuensi

berhubungan membaik kedalaman


dengan dengankriteria hasil: dan irama
ansietas, 1. Frekuensinafas membaik Trapeutik : pernafasan
keletihan, 2. Penggunaan alat bantu 1. Posisikan semi fowler atau 1. Meningkatka
nyeri, nafas menurun fowler n ekspansi
keletihan 3. Tekanan ekspirasi paru dan
meningkat memudahkan
otot
pernafasan,si 4. Tekanan inspirasi Edukasi : pernafasan

ndrom meningkat 1. Anjurkan asupan cairan 1. Agar


hipoventilasi 2000 ml/hari, jika tidak keseimbanga
kontraindikasi n cairan
pasien tetap
terjaga

sehingga
oksigenasi
juga

Kolaborasi : membaik

1. Kolaborasi pemberian 1. Membantu


bronkodilator jika perlu memenuhi
kebutuhan
oksigen
dan
meringankan
sesak nafas
2. Perfusi Setelah dilakukan tindakan Perawatan sirkulasi
perifertidak keperawatan selama 2x24 Observasi :
efektif jam diharapkan perfusi 1. Identifikasi faktor risiko 1. Untuk
berhubungan perifer meningkat, dengan gangguan sirlukasi mengetahui
dengan kriteria hasil : kemungkinan
peningkatan 1. Denyut nadi perifer Terapeutik : adanya
tekanan meningkat 1. Lakukan hidrasi gangguan
darah 2. Edema perifer menurun pada perfusi
3. kelemahan Edukasi : perifer
otot 2. Pemberian
1. Anjurkan minum
menururun
obat penurun tekanan hidrasi yang
4. Tekanan darah
darah, antikulagen dan adekuat akan
sitolik membaik
penurun membantu
5. Tekanan darah proses
kolestrol
diastolik membaik
Kolaborasi : penyembuha
1. Kolaborasipemberian n
Obat Penurun tekanan 3. Menurunkan
Darah rangsangan
stres
membuat
efek tenang
sehingga
mampu
menurunkan
tekanan
darah
3. Keletihan Setelah dilakukantindakan Edukasi aktivitas/istirahat
yang keperawatan selama 2x24
jam diharapkan tingkat Obesrvasi :
berhubung keletihan
1. Identifikasikesiapan 1. Untuk
an menurun, dengankriteria hasil : dankemampuan
menerima informasi mengetahui
dengan 1. Gelisah menurun
dengan 2. Lesu menurun kesiapan
3. Selara makanmembaik dan
ansietas, Terapeutik :
4. Pola nafas membaik
5. Pola istirahat membaik kemampua
peningkata 1. Jadwalkan
6. Verbalisasikepulihan pemberian nuntuk
n energimeningkat
pendidikan kesehatan menerima
kelelahan sesuaikesepakatan
2. Berikan kesempatan informasi
fisik,
kepada pasien dan
kurang keluargauntuk bertanya 2. Mendisipli
nkan dalam
tidur,
Edukasi : hidup sehat
stresor
1. Jelaskan pentingnya 3. Untuk
melakukan aktivitas Mengetahu
fisik/olahraga secara
rutin i sejauh
2. Ajarkan cara
mengidentifikasi mana
kebutuhan istirahat keluarga
(mis. Kelelahan, sesak memahami
nafas saat beraktivitas)
tentang
materi
yang telah
disampaika
n
4. Membantu
mencegah
dan
mengendali
kan
penyakit
dan
membantu
mencegah
hipertensi
DAFTAR PUSTAKA

Sahbiyah, M. F. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Ny. U G1P0A0 dengan


Komplikasi PreeklampsiaBerat (Peb) diRuang KenariRsd. Kalisat Jember. 4(1), 1-
23.

Saralangi, R. (2014). Asuhan Keperawatan Pada Ny. P Kehamilan Dengan (PEB)


PreeklamsiaBerat diRuangMawarDiRumah Sakit Dr. Moewardi. 2- 16.

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus


Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus


Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus


Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Anda mungkin juga menyukai