Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN FEBRIS

DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. A DI RUANG IGD


RSUD NGUDI WALUYO WLINGI

Di susun oleh :
TIARA ANGGITA PUTRI
P17221174051

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN LAWANG
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
FEBRIS

A. DEFINISI
Febris (demam) adalah kenaikan suhu tubuh di atas variasi sirkadian yang normal
sebagai akibat dari perubahan pada pusat termoregulasi yang terletak dalam hipotalamus
anterior. Suhu tubuh normal dapat dipertahankan, ada perubahan suhu lingkungan, karena
adanya kemampuan pada pusat termoregulasi untuk mengatur keseimbangan antara panas
yang diproduksi oleh jaringan, khususnya oleh otot dan hati, dengan panas yang hilang.
Dalam keadaan febris, keseimbangan tersebut bergeser hingga terjadi peningkatan suhu
dalam tubuh.
Definisi demam (febris) adalah suhu rectal yang lebih dari 380C (100,4 0F). suhu normal
dapat berfluktuasi sepanjang hari, berkisar antara 36,1 0C-380C (970F-100,4oF).
Febris adalah peningkatan abnormal suhu badan rectal minimal 380C. demam
merupakan tanda adanya masalah yang menjadi penyebab, buakan suatu penyakit dan tidak
terjadi dengan sendirinya.

B. ETIOLOGI
Penyebab febris selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan
atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral
(misalnya : perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis
penyebab demam antara lain: ketelitian pengambilan riwayat penyakit pasien, pelaksanaan
pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit, dan evaluasi pemeriksaan laboratorium,
serta penunjang lain secara tepat dan holistic.
Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam adalah cara timbul demam, lama
demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala lain yang menyertai demam.
Febris umumnya terjadi akibat adanya gangguan pada hipotalamus, atau sebaliknya
dapat disebabkan oleh setiap gangguan berikut:
1. Penyebab umum febris pada bayi antara lain infeksi saluran pernapasan atas dan bawah,
faringitis, otitis media, dan infeksi virus umum dan enteric. Reaksi vaksinasi dan pakaian
yang terlalu tebal juga sering menjadi penyebab demam pada bayi.
2. Penyebab febris yang lebih serius antara lain infeksi saluran kemih, pneumonia,
bakteremia, meningitis, osteomielitis, atritis septic, kanker, gangguan imunologik,
keracunan atau overdosis obat, dan dehidrasi.
C. MANIFESTASI KLINIS
1. Pasien gelisah (suhu lebih tinggi dari 37,8 C-40C)
2. Kulit kemerahan
3. Hangat pada sentuhan
4. Peningkatan frekuensi pernapasan
5. Menggigil
6. Dehidrasi
7. Kehilangan nafsu makan

D. KLASIFIKASI FEBRIS
Tipe demam yang mungkin kita jumpai antara lain adalah:
1. Demam septic
Suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan
turun kembali ketingkat di atas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan mengigil
dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ke tingkat yang normal
dinamakan juga demam hektik.
2. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan
normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak
sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik.
3. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalamsatu hari. Bila
demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari
terbebas demam diantara dua serangan demam disebut kuartana.
4. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat
demam yang etrus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
5. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa
periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu
seperti semula.
Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit tertentu
misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien dengan keluhan demam
mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas seperti: abses,
pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria, tetapi kadang sama sekali tidak dapat
dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas. (Nurarif & Kusuma, 2013)
Menurut beberapa definisi tentang febris di atas, dapat disimpulkan bahwa
febris adalah peningkatan abnormal suhu badan minimal 380C sebagai akibat dari
perubahan pada pusat termoregulasi yang terletak dalam hipotalamus anterior.

E. PATOFISIOLOGI
Demam terjadi sebagai respon tubuh terhadap peningkatan set point, tetapi ada
peningkatan suhu tubuh karena pembentukan panas berlebihan tetapi tidak disertai
peningkatan set point.
Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh (respon imun) klien
terhadap infeksi atau zatasing yang masuk ke dalam tubuhnya. Bila ada infeksi atau zat
asing masuk ke tubuh akan merangsang sistem pertahanan tubuh dengan dilepaskannya
pirogen.Pirogen adalah zat penyebab demam, ada yang berasal dari dalam tubuh
(pirogen endogen) dan luar tubuh (pirogen eksogen) yang bisa berasal dari infeksi oleh
mikroorganisme atau merupakan reaksi imunologik terhadap benda asing (noninfeksi).
Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima (reseptor) yang
terdapat pada tubuh untuk disampaikan ke pusat pengatur panas di hipotalamus. Dalam
hipotalamus pirogen ini akan dirangsang pelepasan asam arakidonat serta
mengakibatkan peningkatan produksi prostaglandin (PGEZ). Ini akan menimbulkan
reaksi menaikkan suhu tubuh dengan cara menyempitkan pembuluh darah tepi dan
menghambat sekresi kelenjar keringat. Pengeluaran panas menurun, terjadilah
ketidakseimbangan pembentukan dan pengeluaran panas.
Inilah yang menimbulkan demam. Suhu yang tinggi ini akan merangsang
aktivitas sel makrofag dan sel limfosit T untuk memerangi zat asing tersebut dengan
meningkatkan proteolisis yang menghasilkan asam amino yang berperan dalam
pembentukan antibodi atau system kekebalan tubuh. Sedangkan sifat-sifat demam dapat
berupa menggigil atau krisis/flush.
Menggigil, bila pengaturan termostat dengan mendadak diubah dari tingkat
normal ke nilai yang lebih tinggi dari normal sebagai akibat dari kerusakan jaringan,zat
pirogen atau dehidrasi. Suhu tubuh biasanya memerlukan beberapa jam untuk mencapai
suhu baru.
Krisis/flush, bila faktor yang menyebabkan suhu tinggi dengan mendadak
disingkirkan, termostat hipotalamus dengan mendadak berada pada nilai rendah,
mungkin malahan kembali ke tingkat normal.

F. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada penderita febris diantaranya adalah
1. Dehidrasi
2. Kejang demam

G. Pathway

Infeksi zat asing masuk ke Merangsang sistem Melapaskan


dalam tubuh pertahanan pirogen

Dari dalam tubuh Dari luar tubuh


(pirogen endogen)
(pirogen eksogen)

Reaksi menaikkan Dirangsang pelepasan asam


suhu tubuh arakidonat & produksi Membawa pesan ke
prostaglandin meningkat hipotalamus

Pembuluh di arteri sempit


&sekresi kelenjar keringat febris hipertermi Metabolisme basal meningkat
terhambat

Kekurangan volume Oksigen ke otak menurun Ketidakseimbangan nutrisi


cairan kurang dari kebutuhan
tubuh

Kejang demam TIK meningkat

Ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Sebelum meningkat ke pemeriksaan yang lebih mutakhir yang siap untuk digunakan
seperti ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih dapat diperiksa uji coba darah,
pembiakan kuman dari cairan tubuh/lesi permukaan atau sinar tembus rutin. Dalam tahap
melalui biopsi pada tempat-tempat yang dicurigai. Juga dapat dilakukan pemeriksaan seperti
anginografi, aortografi atau limfangiografi.
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Hematologi
Kadar hemoglobin dapat normal atau menurun bila terjadi penyulit perdarahan usus.
b. Kimia darah
Pemeriksaan elektrolit, kadar glukosa, blood urea nitrogen dan kreatinin harus
dilakukan.
c. Imunorologi
Widal : pemeriksaan serologi ini ditujukan untuk mendeteksi adanya antibody di
dalam darah terhadap antigen kuman Salmonella typhi. Hasil positif dinytakan dengan
adanya aglutinasi. Hasil negative palsu dapat disebabkan oleh karena antara lain
penderita sudah mendapatkan terapi antibiotika, waktu pengambilan darah kurang dari
1 minggu sakit, keadaan umum pasien buruk, dan adanya penyakit imunologik lain.
d. Urinalis
Protein: bervariasi dari negative sampai positif (akibat demam)
Leukosit dan eritrosit normal : bila meningkat kemungkinan terjadi penyulit
e. Mikrobiologi
Sediaan apus dan kultur dari tenggorok, uretra, anus, serviks dan vagina harus dibuat
dalam situasi yang tepat. Pemeriksaan sputum diperlukan untuk pasien yang demam
disertai batuk-batuk. Pemeriksaan kultur darah dan kultur cairan abnormal serta urin
diperlukan untuk mengetahui komplikasi yang muncul.
f. Radiologi
Pembuatan foto toraks biasanya merupakan bagian dari pemeriksaan untuk setiap
penyakit demam yang signifikan.
g. Biologi molekuler
Dengan PCR (Polymerase Chain Reaction), dilakukan dengan perbanyakan DNA
kuman yang kemudian diidentifikasi dengan DNA probe yang spesifik. Kelebihan uji
ini dapat mendeteksi kuman yang terdapat dalam jumlah sedikit (sensifitas tinggi)
serta kekhasan (spesifitas) yang tinggi pula. Specimen yang digunakan dapat berupa
darah, urin, cairan tubuh lainnya serta jaringan biopsy.

I. PENATALAKSANAAN
1. Secara fisik
a. Mengawasi kondisi klien dengan pengukuran suhu secara berkala setiap 4-6 jam.
Perhatikan apakan klien tidur gelisah, sering terkejut atau mengigau. Perhatikan pula
apakah mata klien cenderung melirik keatas atau apakah klien mengalami kejang-
kejang. Demam yang disertai kejang yang terlalu lama akan berbahaya bagi
perkembangan otak, karena oksigen tidak mampu mencapai otak. Terputusnya
suplai oksigen ke otak akan berakibat rusaknya sel-sel otak. Dalam keadaan
demikian, cacat seumur hidup dapat terjadi berupa rusaknya fungsi intelektual
tertentu.
b. Memperhatikan aliran udara di dalam ruangan
c. Jalan napas harus terbuka untuk mencegah terputusnya suplai oksigen ke otak yang
akan berakibat rusaknya sel-sel otak
d. Berikan cairan melalui mulut, minum sebanyak-banyaknya
e. Tidur yang cukup agar metabolism berkurang
f. Kompres dengan air biasa pada dahi, ketiak, lipat paha. Tujuannya untuk
menurunkan suhu tubuh di permukaan tubuh klien.
2. Obat-obatan antipiretik
Antipiretik bekerja secarasentral menurunkan suhu di pusat pengatur suhu di
hipotalamus. Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan prostaglandin dengan
jalan menghambat enzim cyclooxygenase sehingga set poin hipotalamus direndahkan
kembali menjadi normal yang mana diperintah memproduksi panas di atas normal dan
mengurangi pengeluaran panas tidak ada lagi.
J. FOKUS PENGKAJIAN KEGAWAT DARURATAN
a. Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat kelemahan
reflek batuk. Jika ada obstruksi maka lakukan :
– Chin lift / jaw trust
– Suction / hisap
– Guedel airway
– Intubasi trakhea dengan leher ditahan (imobilisasi) pada posisi netral.
b. Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang sulit dan
/ atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi, whezing, sonor, stidor/ ngorok,
ekspansi dinding dada.
c. Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi, bunyi
jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin,
sianosis pada tahap lanjut
d. Disability
Menilai kesadaran dengan cepat,apakah sadar, hanya respon terhadap nyeri atau atau sama
sekali tidak sadar. Tidak dianjurkan mengukur GCS. Adapun cara yang cukup jelasa dan
cepat adalah
Awake :A
Respon bicara :V
Respon nyeri : P
Tidak ada respon :U
e. Eksposure
Lepaskan baju dan penutup tubuh pasien agar dapat dicari semua cidera yang mungkin
ada, jika ada kecurigan cedera leher atau tulang belakang, maka imobilisasi in line harus
dikerjakan
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Data dasar pengkajian pasien dengan febris adalah :
1. Aktivitas atau istirahat
Gejala yang ditemukan pada kasus febris antara lain kelemahan, malaise, kelelahan,
merasa gelisah dan ansietas, cepat lelah dan insomnia.
2. Sirkulasi
Tanda takikardi, kemerahan, tekanan darah hipotensi, kulit membrane mukosa
kotor, turgor buruk, kering dan lidah pecah-pecah akan ditemukan pada pasien
febris.
3. Integritas ego
Gejala seperti ansietas, emosi, kesal dan faktor stress serta tanda seperti menolak
dan depresi juga akan ditemukan dalam pengkajian integrits ego pasien.
4. Eliminasi
Pengkajian eiminasi akan menemukan gejala tekstur feses yang bervariasi dari
lunak sampai bau atau berair, perdarahan per rectal dan riwayat batu ginjal dengan
tanda menurunnya bising usus, tidak ada peristaltik dan ada haemoroid.
5. Makanan dan cairan
Pasien akan mengalami anoreksia, mual, muntah, penurunan berat badan dan tidak
toleran terhadap diet. Dan tanda yang ditemukan berupa penurunan lemak sub
kutan, kelemahan hingga inflamasi rongga mulut.
6. Hygiene
Pasien akan mengalami ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri dan bau
badan.
7. Nyeri atau ketidaknyamanan
Nyeri tekan pada kuadran kiri bawah akan dialami pasien dengan titik nyeri yang
dapat berpindah.
8. Keamanan
Pasien mengalami anemia hemolitik, vaskulotis, arthritis dan peningkatan suhu
tubuh dengan kemungkinan muncul lesi kulit.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Hyperthermia berhubungan dengan proses infeksi.
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b/d hipovolemia
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nafsu
makan yang menurun.
4. Kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit, kebutuhan pengobatan dan prognosis
berhubungan dengan kurang informasi atau informasi yang tidak adekuat.

C. Analisa Data
Diagnosa yang muncul:
Dx Keperawatan & data Batasan Karakteristik Fator yang berhubungan
focus
Hipertermia (0007) 1. konvulsi 1. anastesia
Ds: Ibu klien mengatakan 2. kulit kemerahan 2. penurunan respirasi
kliennya panas 3. peningkatan suhu 3. dehidrasi
Do: tubuh di atas normal 4. pemajanan lingkugan
a. Suhu tubuh klien 4. kejang yang panas
lebih dari 370C 5. takikardi 5. penyakit
b. Kulit terasa hangat 6. takipnea 6. pemakaian pakaian
c. Kulit terlihat 7. kulit terasa hangat yang tidak sesuai
kemerahan dengan suhu
d. Kejang lingkungan
e. Takikardi 7. peningkatan laju
f. takipnea metabolism
8. medikasi
9. trauma
10. aktivitas
berlebihan
Ketidakseimbangan 1. Kram abdomen 1. Factor biologis
nutrisi kurang dari 2. Nyeri abdomen 2. Factor ekonomi
kebutuhan tubuh (00002) 3. Menghindari makanan 3. Ketidakmampuan
Ds untuk mengabsorbsi
nutrien
a. Ibu klien mengatakan 4. Berat badan 20 % atau 4. Ketdakmampuan
kliennya susah makan lebih dibawah berat untuk mencerna
b. Ibu Klien badan ideal makanan
mengatakan kliennya 5. Kerapuhan kapiler 5. Ketidakmampuan
mengalami muntah 6. Diare menelan makanan
Do 7. Kehilangan rambut 6. Factor psikologis
a. Klien tampak lemas berlebihan
dan tak memiliki stamina 8. Bising usus hiperaktif
b. Berat badan klien 9. Kurang makanan
mengalami penurunan 10. Kurang informasi
c. Klien terlihat tidak 11. Kurang minat pada
memilki nafsu makan makanan
d. Membran mukosa 12. Penurunan beratbadan
klien pucat dengan asupan
e. Adanya sariawan makanan adekuat
f. Klien tampak 13. Kesalahan konsepsi
menghindari makanan 14. Kesalahan informasi
15. Membrane mukosa
pucat
16. Ketidakmampuan
memakan makanan
17. Tonus otot menurun
18. Mengeluh gangguan
sensasi rasa
19. Mengeluh asupan
makanan berkurang
20. Cepat kenyang setelah
makan
21. Sariawan rongga
mulut

Ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer (00204)
Ds:
a. Ibu klien mengatakan
kliennya lemas
Do:
a. Kulit menjadi kering
b. Capillary refill >3
detik
c. Terjadi peurunan nadi

D. Intervensi
N DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
O KEPERAWAT
. AN
1. Hipertermia(00 NOC: NIC:
007) 1. Hidration Temperature regulation
2. Adherence behavior (pengaturansuhu)
3. Immune status 1. Monitor suhu minimal
4. Risk control tiapdua jam
5. Risk detection 2. Rencklienan monitoring
Kriteriahasil: suhu secara kontinyu
1. Keseimbangan 3. Monitor tekanan darah, nadi
antaraproduksi panas, dan respiratory rate
panas yang diterima, dan 4. Monitor warna dan suhu
kehilangan panas kulit
2. Seimbangan antara 5. Monitor tanda-tanda
produksi panas, panas hipertermi dan hipotermi
yang diterima, dan 6. Tingkatkan intake cairan
kehilangan panas selama dan nutrisi
28 hari pertama kehidupan 7. Selimuti pasien untuk
3. Keseimbangan asam basa mencegah hilangnya
bayi baru lahir kehangatan tubuh
4. Temperature stabil : 36,5 – 8. Ajarkan pada orang tua
37,5°C pasien cara mencegah
5. Tidak ada kejang keletih klien ibat panas
6. Tidak ada perubahan 9. Diskusikan tentang
warna kulit pentingnya pengaturan suhu
7. Pengendalian risiko: dan kemungkinan efek
hipertermia negative dari kedinginan
8. Pengendalian risiko: 10. Beritahu tentang indikasi
hipotermia terjadinya keletihan dan
9. Pengendalian risiko: penanganann emergency
proses menular yang diperlukan
10. Pengendalian risiko: 11. Ajarkan indikasi dari
paparan sinar matahari hipotermia dan penanganan
yang diperlukan yang
diperlukan
12. Berikan anti piretik jika
diperlukan
2. Ketidakseimban NOC: NIC
gan nutrisi 1. Nutritional status Weight Management (1260)
kurang dari 2. Nutritional status: Food 1. Bina hubungan dengan
kebutuhan and fluid intake keluarga klien
tubuh (00002) 3. Nutritional status: nutrient 2. Jelaskan keluarga klien
intake mengenai pentingnya
4. Weight control pemberian makanan,
Kriteria Hasil: penambahan berat badan dan
1. Adanya peningkatan berat kehilagan berat badan
badan sesuai dengan 3. Jelaskan kelurga klien
tujuan tentang kondisi berat badan
2. Berat badan ideal sesuai klien
dengan tinggi badan 4. Jelaskan resiko dari
3. Mampu mengidentifikasi kekurangan berat badan
kebutuhan nutrisi
4. Tidak ada tanda malnutrisi
5. Menunjukan peningkatan 5. Berikan motivasi keluarga
fungsi pengecapan dari klien untuk meningkatkan
menelan berat badan klien
6. Tidak terjadi penurunan 6. Pantau porsi
berat badan yang berarti Makan klien
7. Anjurkan klienmakanteratur

3. Ketidakefektifa NOC: NIC:


n perfusi 1. Circulation Status Peripheral Sensation
jaringan perifer 2. Tussue Perfusion : Management
(00204) Cerebral
Kriteria Hasil: 1. Monitor adanya daerah
Mendemonstrasikan status tertentu yang hanya peka
sirkulasi yang ditandai terhadap
dengan: panas/dingin/tajam/tumpul
1. Tekanan systole dan 2. Monitor adanya paretese
diastole dalam rentang 3. Instruksikan keluarga untuk
yang diharapakan mengobservasi kulit jika ada
2. Tidak ada ortostatik lesi atau laserasi
hipertensi 4. Gunakan sarung tangan
3. Tidak ada tanda-tanda untuk proteksi
peningkatan intrakranial 5. Kolaborasi pemberian
analgetik
6. Batasi gerakan pada kepala,
leher dan punggung
DAFTAR PUSTAKA

Huda Nurarif, Amin & Kusuma, Hardhi. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & Nanda-NIC NOC. Jakarta: MediAction
Johnson, M., et all. (2010). Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Julia Klaartje Kadang, SpA (2015). Metode Tepat Mengatasi Demam. www. Google. Com
diakses tanggal 29 Januari 2020.
Kaneshiro, N.K., and Zieve, D. (2010). Fever. University of Washington. Available from
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000980.htm. Diakses pada tanggal
29 Januari 2020.
Nanda. (2015). Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi. Jakarta :
Prima Medika.
Robert, (2007), Penyakit – Penyakit Tropis, Artikel diakses dari ww.who_peditric.com
Santosa, Budi. (2007). Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika.
Sinarty hartanto. (2003). Klien Demam Perlu Kompres. www. Pediatrik. Com/knal.php.
diakses tanggal 29 Januari 2020.
Soedarto, (2007), Sinopsis Kedokteran Tropis. Surabaya: Airlangga Universitas Press.

Anda mungkin juga menyukai