Sejarah Dan Perkembangan
Sejarah Dan Perkembangan
EKOWISATA
EKOWISATA :
SEJARAH DAN PERKEMBANGANNYA
Oleh :
F. Rudi Prasetyo Hantoro
NIM : 23010317410003
3. Alaska
Meski terletak di wilayah yang berhawa dingin, Alaska layak dimasukkan dalam daftar tempat
tujuan ekowisata. Saat Anda sampai di sana, Anda akan dimanjakan dengan pemandangan ratusan ribu
gletser yang menakjubkan. Tak hanya itu, udara di Alaska masih bebas dari polusi sehingga Anda dapat
memandang lautan bintang pada malam hari di sana. Anda juga mesti mencoba menjelajahi Alaska
dengan menggunakan perahu.
6. Dominika
Menikmati dan merasakan keaslian alam namun kaya akan budaya dalam satu paket, mungkin
bisa menjadi bahan pertimbangan Anda mengunjungi Dominika. Keaslian alamnya yang masih orisinil
merupakan tujuan favorit pejalan kaki dan penyelam. Dominika sangat kaya dengan belantara hutan,
mata air, sungai, dan air terjun. Tak heran, tempat ini menjadi tempat ideal bagi flora dan fauna eksotis
di tempat ini.
7. Kostarika
Merupakan surga alami dan merupakan salah satu tujuan favorit para ecoturis dari seluruh
belahan dunia. Dibalut dengan kekayaan alam dan pemandangan yang sayang untuk dilewatkan, Anda
bisa menemukan berbagai jenis ikan air tawar maupun air asin yang unik. Reptil, amfibi, maupun
tumbuh-tumbuhannya juga pasti memukau.
SEJARAH PERKEMBANGAN EKOWISATA DI INDONESIA
Di Indonesia kegiatan ekowisata mulai dirasakan pada pertengahan 1980-an, dimulai dan
dilaksanakan oleh orang atau biro wisata asing, salah satu yang terkenal adalah Mountain Travel Sobek
– sebuah biro wisata petualangan tertua dan terbesar. Bebepa objek wisata terkenal yang dijual oleh
Sobek antara lain adalah pendakian gunung api aktif tertinggi di garis khatulistiwa - Gunung
Kerinci (3884 m), pendakian danau vulkanik tertinggi kedua di dunia - Danau Gunung Tujuh dan
kunjungan ke danau vulkanik terbesar didunia - Danau Toba. Diperkuat lagi oleh konferensi Pata pada
tahun 1991 di Bali yang menempatkan istilah ekowisata pada pokok bahasan dan selanjutnya menjadi
kepentingan industri pariwisata Indonesia (Nur E., 2005). Sementara menurut Gatot, ekowisata mulai
menjadi isu nasional di Indonesia semenjak diadakannya seminar dan lokakarya (Semiloka) Nasional
yang diselenggarakan oleh Pact-Indonesia dan WALHI pada bulan April 1995 yang dalam acara
tersebut dihasilkan suatu rumusan dalam kegiatan ekowisata, bahwa dalam pengelolaannya harus
melibatkan masyarakat lokal secara proporsional.
Perkembangannya ekowisata di Indonesia yang dimulai dan dikenal sejak awal tahun 1990-an
hingga akhir tahun 1999 masih dinilai sangat lambat. Padahal jika dilihat dari potensi yang ada
seharusnya jumlah produk ekowisata sudah cukup banyak. Hal ini mungkin dilatarbelakangi oleh belum
adanya panduan yang mendorong kegiatan ekowisata menjadi kegiatan pelestarian alam dan ekonomi
berkelanjutan, kemudian masih rendahnya tingkat pemahaman terhadap ekowisata, hal ini disebabkan
oleh kurangnya sosialisasi atau seminar tentang ekowisata. Pentingnya kesadaran dari lembaga-
lembaga untuk mensosialisasikan tentang potensi ekowisata sebagai program ekonomi berkelanjutan,
mengingat potensi-potensi ekowisata banyak ditemukan di daerah pedesaan yang tentunya dapat
berguna sekali untuk menyejahterakan masyarakat setempat dalam hal perekonomian serta menambah
daya guna lingkungan sebagai upaya pelestarian.
Indonesia memiliki potensi sumber daya alam dan peninggalan sejarah, seni dan budaya yang
sangat besar sebagai daya tarik pariwisata dunia. Ahli biokonservasi memprediksi bahwa Indonesia
yang tergolong negara Megadiversity dalam hal keaneka ragaman hayati akan mampu menggeser Brasil
sebagai negara tertinggi akan keaneka jenis, jika para ahli biokonservasi terus giat melakukan
pengkajian ilmiah terhadap kawasan yang belum tersentuh. Bayangkan saja bahwa Indonesia memiliki
10% jenis tumbuhan berbunga yang ada di dunia, 12% binatang menyusui, 16% reptilia and amfibia,
17% burung, 25% ikan, dan 15% serangga, walaupun luas daratan Indonesia hanya 1,32% seluruh luas
daratan yang ada di dunia (BAPPENAS, 1993). Di dunia hewan, Indonesia juga memiliki kedudukan
yang istimewa di dunia. Dari 500-600 jenis mamalia besar (36% endemik), 35 jenis primata (25%
endemik), 78 jenis paruh bengkok (40% endemik) dan 121 jenis kupu-kupu (44% endemik) (McNeely
et.al. 1990, Supriatna 1996). Sekitar 59% dari luas daratan Indonesia merupakan hutan hujan tropis atau
sekitar 10% dari luas hutan yang ada di dunia. Sekitar 100 juta hektar diantaranya diklasifikasikan
sebagai hutan lindung, yang 18,7 juta hektarnya telah ditetapkan sebagai kawasan konservasi.
Sebagai negara terkaya keaneka ragaman hayati di kawasan yang sangat sensitif, karena biota
Indonesia tersebar di lebih dari 17,000 pulau, pemerintah harus merumuskan suatu kebijakan dan
membuat pendekatan yang berbeda di dalam pengembangan sistem pemanfaatan keaneka ragaman
hayatinya, terutama kebijakan dalam pengembangan pariwisata yang secara langsung memanfaatkan
sumber daya alam sebagai aset. Pengembangan sumber daya alam yang non-ekstraktif, non-konsumtif
dan berkelanjutan perlu diprioritaskan dan dalam bidang pariwisata pengembangan
seperti ekowisata harus menjadi pilihan utama.
Di Indonesia kegiatan ekowisata diatur Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33 Tahun 2009.
Secara umum objek kegiatan ekowisata tidak jauh berbeda dari kegiatan wisata alam biasa, namun
memiliki nilai-nilai moral dan tanggung jawab yang tinggi terhadap objek wisatanya.
Wisata pemandangan:
Objek-objek alam (pantai, air terjun, terumbu karang)
Flora (hutan, tumbuhan langka, tumbuhan obat-obatan)
Fauna (hewan langka dan endemik)
Perkebunan (teh, kopi)
Wisata petualangan:
Kegiatan alam bebas (lintas alam, berselancar)
Ekstrem (mendaki gunung, paralayang)
Berburu (babi hutan)
Wisata kebudayaan dan sejarah :
Suku terasing (orang Rimba, orang Kanekes)
Kerajinan tangan (batik, ukiran)
Peninggalan bersejarah (candi, batu bertulis, benteng kolonial)
Wisata penelitian:
Pendataan spesies (serangga, mamalia dan seterusnya)
Pendataan kerusakan alam (lahan gundul, pencemaran tanah)
Konservasi (reboisasi, lokalisasi pencemaran)
Wisata sosial, konservasi dan pendidikan:
Pembangunan fasilitas umum di dekat objek ekowisata (pembuatan sarana komunikasi,
kesehatan)
Reboisasi lahan-lahan gundul dan pengembang biakan hewan langka
Pendidikan dan pengembangan sumber daya masyarakat di dekat objek ekowisata
(pendidikan bahasa asing, sikap)
2. Gunung Kidul
Aktivitas hiking di Gunung Kidul dan air terjun Sri Gethuk. Tepatnya di Gunung
Nglanggeran, gunung api purba yang dirawat sedemikian rupa dan pada akhirnya dikembangkan
sebagai tujuan ekowisata. Terdapat sebuah jalur yang menawarkan pemandangan luar biasa indah
secara 360 derajat. Lanjutkan dengan menyegarkan diri di air terjun Sri Gethuk, lalu
mengunjungi Goa Ngeleng, gua horisontal sedalam 100 meter untuk menyaksikan 100.000
kelelawar keluar dari sarang.
3. Pulau Komodo
Taman Nasional Komodo terletak di antara Pulau Sumbawa dan Flores. Terdiri dari 3 pulau besar
yaitu Komodo, Rinca, dan Padar, dibuat untuk melindungi habitat komodo yang hampir punah
beserta keanekaragaman hayati lain seperti terumbu karang.
4. Kawah Ijen
Kawah Ijen adalah salah satu alasan utama kenapa orang belakangan berbondong-bondong
mendatangi Banyuwangi. Danau kawah di Gunung Ijen yang terkenal dengan fenomena blue
fire atau api biru begitu indahnya. Fenomena tersebut muncul akibat adanya aliran cairan belerang
yang banyak sekali di sekitar Kawah Ijen.
DAFTAR PUSTAKA
Agnas Setiawan, 2016, Dampak Positif dan Negatif Pariwisata,
http://geograph88.blogspot.co.id/2016/08/dampak-positif-dan-negatif-pariwisata.html
Gatot Sudarto, Ekowisata: Wahana,
Marcy Anandarat, 2015. Eco-tourirm Origin and Development. International Journal of manajement
Humanities. Vol 02. Isue 01, 2015
Nur Emma Suriani dan Nurdin Razak, “Pembangunan Ekowisata di Indonesia”, Jurnal Masyarakat
Kebudayaan Dan Politik , Vol. 18 No. 4 (Oktober, 2005), 83
Oram mark B. 1995. Towards a more Diserable from of ecoturism. In Tourism Management, Vol. 16.
No 1 pp. 3-8. Great Britain. Elsevier Science Ltd.
Sinaga, Supriono. 2010. Potensi dan Pengembangan Objek Wisata Di Kabupaten Tapanuli Tengah.
Kertas Karya. Program DIII Pariwisata. Universitas Sumatera Utara.
Sulung Lahitani, 2015. 8 Tempat Tujuan Ekowisata Terbaik di Dunia.
http://citizen6.liputan6.com/read/2218171/8-tempat-tujuan-ekowisata-terbaik-di-dunia
Supriatna, J. 1995. Ekowisata dan Prospeknya di Indonesia: sudut Pandang dari Biologi Konservasi.
Pusat Studi Biodiversitas dan Konservasi Universitas Indonesia dan Conservation International
Indonesia Program. Jakarta.
Wikipedia , https://id.wikipedia.org/wiki/Ekowisata