Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MATA KULIAH

EKOWISATA

EKOWISATA :
SEJARAH DAN PERKEMBANGANNYA

Oleh :
F. Rudi Prasetyo Hantoro
NIM : 23010317410003

PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS


FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2017
PENDAHULUAN
Saat ini kegiatan pariwisata semakin berkembang pesat di dunia. Penatnya hidup oleh pekerjaan
membuat manusia kini semakin membutuhkan wisata sebagai sarana melepas lelah. Menurut Sinaga
(2010) pariwisata merupakan suatu perjalanan terencana yang dilakukan secara individu atau kelompok
ke semua tempat atau keadaan alam yang memiliki sumber daya wisata yang dibangun dan
dikembangkan sehingga mempunyai daya tarik dan diusahakan sebagai tempat yang dikunjungi dengan
tujuan untuk mendapatkan kepuasan dan kesenangan (SK Menparpostel, 1987).
Pariwisata memberikan dampak positif dan negatif terhadap suatu daerah. Dampak positif dari
sektor pariwisata antara lain a) membawa membawa banyak investasi ke daerah, b) menyediakan
banyak lapangan pekerjaan, c) hasil pariwisata digunakan untuk perbaikan insfrastruktur, d) negara
mendapat keuntungan, e) membantu memperkenalkan budaya lokal kepada dunia luar. Sedangkan
dampak negatifnya yaitu a) di negara berkembang hasil sektor wisata tidak masuk kas negara, b) pekerja
lokal tidak menerima upah yang sesuai, c) wisatawan memanfaatkan kelonggaran imigasi untuk
penyelendupan barang berbahaya atau dilarang, d) peningkatan jumlah wisatawan membawa masalah
seperti banyaknya wisatawan yang membuang sampah secara sembarangan sehingga merusak
lingkungan, e) budaya lokal menjadi terdevaluasi oleh budaya asing yang dibawa oleh wisatawan
(Agnas, 2016). Dari sinilah ekowisata dimulai ketika dampak negatif dari pariwisata mulai dirasakan.
Konsep ekowisata merupakan ide atau gagasan yang dapat dikatakan masih baru, konsep ini
mulai berkembang sekitar 30 tahun terakhir. Pada tahun 1976, Budowski mempunyai usulan untuk
menggabungkan wisata alam dengan konservasi pertama kali. Dan istilah ekoturisme sendiri baru
muncul sekitar tahun 1980an (Oram Mark B, 1995). Beberapa istilah ekowisata menurut para ahli antara
lain 1) wisata ke alam perawan yang relatif belum terjamah atau tercemar dengan tujuan khusus
mempelajar, mengagumi, serta perwujudan bentuk budaya yang ada di dalam kawasan tersebut (Hector
Cebollos Lascurain, 1987), 2) wisata yang berbasis alam yang berkaitan dengan pendidikan
dan pemahaman lingkungan alam dan dikelola dengan prinsip berkelanjutan (sustainable) (Australian
National Ecotourism Strategy, 1994). 3) Perjalanan yang dapat dipertanggungjawabkan, kekawasan
alam dengan memelihara lingkungan yang bisa menopang kesejahteraan penduduk setempat (Blangey
dan Wood in Wall, 1995), 4) Kegiatan petualangan, wisata alam, budaya, dan alternatif yang
mempunyai karakteristik : adanya pertimbangan yang kuat pada lingkungan dan budaya lokal,
kontribusi positif pada lingkungan dan sosial-ekonomi lokal, pendidikan dan pemahaman, baik untuk
penyedia jasa maupun pengunjung mengenai konservasi alam dan lingkungan. (Alan A., 1996), 5)
sedangkan menurut Entin Supriatin (1997) seorang ahli ekowisata dari Indonesia mengungkapkan
bahwa ekowisata adalah jenis pariwisata yang kegiatannya semata-mata menikmati aktivitas
yang berkaitan dengan lingkungan alam dengan segala bentuk kehidupan dalam kondisi apa
adanya dan berkecenderungan sebagai ajang atau sarana lingkungan bagi wisatawan dengan
melibatkan masyarakat di sekitar kawasan proyek wisata.
SEJARAH PERKEMBANGAN EKOWISATA DI DUNIA
Istilah 'eco' pada pariwisata berasal dari kata Yunani 'oikos' yang berarti 'rumah'. Asal mula
kata yang sebenarnya berasal dari 'ekologi'. Istilah 'eco-tourism' secara sederhana diartikan 'pariwisata
ekologis' atau 'pariwisata yang sensitif secara ekologis'. Wisatawan eko harus peduli terhadap tempat
yang dikunjungi sama seperti dia atau dia peduli dan menghargai rumah. Kata Eco-tourism pertama kali
muncul di tempat yang dikenal dengan nama Belize di Amerika Tengah, yang terkenal dengan banyak
tempat dan pemandangan indah. Belize adalah negara kepulauan kecil di Amerika Tengah yang 98
persen penghasilan negara Belize dari ekowisata. Belize mengandalkan laut sebagai sumber
pendapatan, karena memiliki karang penghalang terbesar kedua di dunia setelah Australia. Maka tak
heran, scuba menjadi pilihan bagi pelancong (Mercy A, 2015).
Kegiatan ekowisata pada awalnya muncul karena adanya kegiatan berburu hewan di alam bebas
yang dilakukan oleh para petualang dan pemburu di Afrika. Kegiatan ini marak pada awal 1900.
Pemerintahan Kenya memberi kesempatan dan membuka peluang bisnis dari kegiatan ini. Pemerintah
Kenya yang baru merdeka, dengan sumber daya flora dan fauna yang dimilikinya menjual kegiatan
petualangan safari kepada para pemburu yang ingin merasakan sensasi padang safana dan mamalia
Afrika yang liar dan eksotis. Pemerintah Kenya menjual satu ekor singa sebagai buruan seharga
US$27.000 pada tahun 1970. Namun akhirnya disadari bahwa perburuan yang tidak terkendali dapat
mengakibatkan kepunahan spesies flora atau fauna dan mengganggu keseimbangan ekosistem yang
ada. Belajar dari pengalaman ini, pemerintah Kenya akhirnya melakukan banyak perubahan di dalam
pelaksanaan kegiatan safari dan mulai menerapkan konsep-konsep ekowisata modern di dalam industri
pariwisata (Wikimapia)
Sejak 1980, ketika produser film, akademisi, jurnalis, atau petualang mampu
memvisualisasikan fungsi, kekayaan dan kerentanan hutan tropika basah dan terumbu karang. Costarica
dipilih oleh badan dunia PBB sebagai proyek percontohan kegiatan ekowisata. Belajar dari pengalaman
di Kenya, di Costarica pelaksanaan kegiatan ini melibatkan berbagai pihak, yaitu: pemerintah, swasta,
masyarakat dan badan lingkungan hidup international. Proyek ini kemudian dinilai berhasil dan menjadi
contoh bagi pelaksanaan kegiatan ekowisata diseluruh dunia.
Pemerintah Costa Rica memobilisasi masyarakatnya untuk berperan aktif dalam kegiatan
ekowosata. Tidak ada hotel berbintang dan bandara international yang dibangun di dekat objek wisata
alam. Yang ada adalah rumah-rumah masyarakat yang terbuka untuk ditinggali sementara oleh para
wisatawan (sekarang disebut home stay atau rumah singgah). Masyarakatpun tidak menyediakan menu
masakan international kepada para wisatawan, mereka menyuguhkan masakan tradisional dengan
standar kebersihan yang tinggi. Pemerintah Costarica yakin bahwa peserta ekowisata bukan hanya
tertarik kepada eksotisme alam dari negaranya, tetapi juga tertarik kepada eksotisme kebudayaan dan
cara hidup masyarakatnya.
Perkembangan ekowisata di dunia secara umum terasa cukup cepat dan mendapat prioritas dan
perhatian dari pemerintahan masing-masing negara yang melaksanakannya. Walaupun dimulai dari
Afrika, ekowisata berkembang pesat dan berevolusi secara menakjubkan justru di Amerika Latin. Di
beberapa negara Amerika Latin (terutama yang dialiri oleh sungai Amazon), kegiatan mengunjungi
objek wisata alam berkembang menjadi kegiatan penyelamatan lingkungan hidup (konserfasi). Seiring
dengan berjalannya waktu, ternyata banyak peserta ekowisata yang tertarik dan ingin berkontribusi di
dalam penyelamatan alam (flora dan fauna) dari kerusakan yang semakin parah. Beberapa lembaga atau
organisasi yang bergerak dibidang lingkungan hidup menangkap peluang ini dan mulai mengadakan
kegiatan reboisasi beserta dengan masyarakat luas termasuk peserta ekowisata, hingga kepada
penggalangan dana dan penanaman pohon yang dapat diikuti melalui media internet.
Selain itu muncul jasa-jasa wisata alam seperti menikmati burung, dan flora/fauna lain di Costa
Rica, Ecuador, dengan melibatkan pemandu penduduk lokal. Kehidupan suku terasing Indian dengan
budayanya yang unik dan menghormati lingkungan di aliran sungai Amazon juga mengundang daya
tarik wisatawan yang kemudian menjadi peluang yang di organisir oleh masyarakat, biro wisata dan
pemerintah untuk menarik wisatawan agar mau menetap untuk belajar dan mengetahui lebih lanjut
kehidupan dan budaya dari masyarakat Indian.

LOKASI EKOWISATA DI DUNIA


Berikut adalah kawasan ekowisata yang tersebar di seluruh dunia sumber Sulung (2015) :
1. Blue Mountain, Australia
Kawasan Blue Mountain merupakan wilayah pegunungan yang terkenal di wilayah Australia.
Tempat ini telah dideklarasikan sebagai warisan dunia dan merupakan kawasan favorit bagi para pecinta
lingkungan. Tempat ini sangat direkomendasikan untuk tujuan ekowisata karena akan memberikan
Anda banyak kesempatan menikmati keindahan alam. Baik pemandangan air terjuan, hutan prasejarah,
maupun lembah yang dalam, semuanya akan memukau Anda dan membuat Anda semakin mencintai
bumi.
2. Hutan Amazon, Brazil
Hutan yang satu ini terkenal sebagai gudangnya sumber daya alam. Hampir 20% persediaan
oksigen dunia dihasilkan dari hutan hujan tropis ini. Amazon dihuni ratusan spesies hewan, tumbuhan,
reptil, amfibi, dan hewan-hewan endemik lainnya. Hutan ini penuh dengan keanekaragaman hayati
yang pasti membuat Anda tercengang.

3. Alaska
Meski terletak di wilayah yang berhawa dingin, Alaska layak dimasukkan dalam daftar tempat
tujuan ekowisata. Saat Anda sampai di sana, Anda akan dimanjakan dengan pemandangan ratusan ribu
gletser yang menakjubkan. Tak hanya itu, udara di Alaska masih bebas dari polusi sehingga Anda dapat
memandang lautan bintang pada malam hari di sana. Anda juga mesti mencoba menjelajahi Alaska
dengan menggunakan perahu.

4. Pegunungan Himalaya, Nepal


Terkenal sebagai puncak tertinggi di dunia, Anda harus mencoba menjelajah tempat yang satu
ini. Kombinasi alam menakjubkan bisa dilihat saat melintasi salah satu hutan di sana, gunung, serta
padang rumput memadu menjadi hamparan pemandangan yang menakjubkan. Tiap tahunnya tempat
ini tak pernah sepi. Ribuan wisatawan dari penjuru dunia terpikat akan roh Himalaya yang misterius.
5. Antartika
Merupakan sebuah keindahan tak terjamah. Saat Anda berada di tempat ini, Anda seperti berada
di dunia lain. Pemandangan yang terhampar hanyalah warna putih yang menyilaukan. Namun Anda
tentunya tak hanya melihat hamparan es di sini. Satwa-satwa khas Antartika seperti ikan paus, burung
albatros, anjing laut, dan tentu saja, penguin..

6. Dominika
Menikmati dan merasakan keaslian alam namun kaya akan budaya dalam satu paket, mungkin
bisa menjadi bahan pertimbangan Anda mengunjungi Dominika. Keaslian alamnya yang masih orisinil
merupakan tujuan favorit pejalan kaki dan penyelam. Dominika sangat kaya dengan belantara hutan,
mata air, sungai, dan air terjun. Tak heran, tempat ini menjadi tempat ideal bagi flora dan fauna eksotis
di tempat ini.

7. Kostarika
Merupakan surga alami dan merupakan salah satu tujuan favorit para ecoturis dari seluruh
belahan dunia. Dibalut dengan kekayaan alam dan pemandangan yang sayang untuk dilewatkan, Anda
bisa menemukan berbagai jenis ikan air tawar maupun air asin yang unik. Reptil, amfibi, maupun
tumbuh-tumbuhannya juga pasti memukau.
SEJARAH PERKEMBANGAN EKOWISATA DI INDONESIA
Di Indonesia kegiatan ekowisata mulai dirasakan pada pertengahan 1980-an, dimulai dan
dilaksanakan oleh orang atau biro wisata asing, salah satu yang terkenal adalah Mountain Travel Sobek
– sebuah biro wisata petualangan tertua dan terbesar. Bebepa objek wisata terkenal yang dijual oleh
Sobek antara lain adalah pendakian gunung api aktif tertinggi di garis khatulistiwa - Gunung
Kerinci (3884 m), pendakian danau vulkanik tertinggi kedua di dunia - Danau Gunung Tujuh dan
kunjungan ke danau vulkanik terbesar didunia - Danau Toba. Diperkuat lagi oleh konferensi Pata pada
tahun 1991 di Bali yang menempatkan istilah ekowisata pada pokok bahasan dan selanjutnya menjadi
kepentingan industri pariwisata Indonesia (Nur E., 2005). Sementara menurut Gatot, ekowisata mulai
menjadi isu nasional di Indonesia semenjak diadakannya seminar dan lokakarya (Semiloka) Nasional
yang diselenggarakan oleh Pact-Indonesia dan WALHI pada bulan April 1995 yang dalam acara
tersebut dihasilkan suatu rumusan dalam kegiatan ekowisata, bahwa dalam pengelolaannya harus
melibatkan masyarakat lokal secara proporsional.
Perkembangannya ekowisata di Indonesia yang dimulai dan dikenal sejak awal tahun 1990-an
hingga akhir tahun 1999 masih dinilai sangat lambat. Padahal jika dilihat dari potensi yang ada
seharusnya jumlah produk ekowisata sudah cukup banyak. Hal ini mungkin dilatarbelakangi oleh belum
adanya panduan yang mendorong kegiatan ekowisata menjadi kegiatan pelestarian alam dan ekonomi
berkelanjutan, kemudian masih rendahnya tingkat pemahaman terhadap ekowisata, hal ini disebabkan
oleh kurangnya sosialisasi atau seminar tentang ekowisata. Pentingnya kesadaran dari lembaga-
lembaga untuk mensosialisasikan tentang potensi ekowisata sebagai program ekonomi berkelanjutan,
mengingat potensi-potensi ekowisata banyak ditemukan di daerah pedesaan yang tentunya dapat
berguna sekali untuk menyejahterakan masyarakat setempat dalam hal perekonomian serta menambah
daya guna lingkungan sebagai upaya pelestarian.
Indonesia memiliki potensi sumber daya alam dan peninggalan sejarah, seni dan budaya yang
sangat besar sebagai daya tarik pariwisata dunia. Ahli biokonservasi memprediksi bahwa Indonesia
yang tergolong negara Megadiversity dalam hal keaneka ragaman hayati akan mampu menggeser Brasil
sebagai negara tertinggi akan keaneka jenis, jika para ahli biokonservasi terus giat melakukan
pengkajian ilmiah terhadap kawasan yang belum tersentuh. Bayangkan saja bahwa Indonesia memiliki
10% jenis tumbuhan berbunga yang ada di dunia, 12% binatang menyusui, 16% reptilia and amfibia,
17% burung, 25% ikan, dan 15% serangga, walaupun luas daratan Indonesia hanya 1,32% seluruh luas
daratan yang ada di dunia (BAPPENAS, 1993). Di dunia hewan, Indonesia juga memiliki kedudukan
yang istimewa di dunia. Dari 500-600 jenis mamalia besar (36% endemik), 35 jenis primata (25%
endemik), 78 jenis paruh bengkok (40% endemik) dan 121 jenis kupu-kupu (44% endemik) (McNeely
et.al. 1990, Supriatna 1996). Sekitar 59% dari luas daratan Indonesia merupakan hutan hujan tropis atau
sekitar 10% dari luas hutan yang ada di dunia. Sekitar 100 juta hektar diantaranya diklasifikasikan
sebagai hutan lindung, yang 18,7 juta hektarnya telah ditetapkan sebagai kawasan konservasi.
Sebagai negara terkaya keaneka ragaman hayati di kawasan yang sangat sensitif, karena biota
Indonesia tersebar di lebih dari 17,000 pulau, pemerintah harus merumuskan suatu kebijakan dan
membuat pendekatan yang berbeda di dalam pengembangan sistem pemanfaatan keaneka ragaman
hayatinya, terutama kebijakan dalam pengembangan pariwisata yang secara langsung memanfaatkan
sumber daya alam sebagai aset. Pengembangan sumber daya alam yang non-ekstraktif, non-konsumtif
dan berkelanjutan perlu diprioritaskan dan dalam bidang pariwisata pengembangan
seperti ekowisata harus menjadi pilihan utama.
Di Indonesia kegiatan ekowisata diatur Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33 Tahun 2009.
Secara umum objek kegiatan ekowisata tidak jauh berbeda dari kegiatan wisata alam biasa, namun
memiliki nilai-nilai moral dan tanggung jawab yang tinggi terhadap objek wisatanya.
Wisata pemandangan:
 Objek-objek alam (pantai, air terjun, terumbu karang)
 Flora (hutan, tumbuhan langka, tumbuhan obat-obatan)
 Fauna (hewan langka dan endemik)
 Perkebunan (teh, kopi)
Wisata petualangan:
 Kegiatan alam bebas (lintas alam, berselancar)
 Ekstrem (mendaki gunung, paralayang)
 Berburu (babi hutan)
Wisata kebudayaan dan sejarah :
 Suku terasing (orang Rimba, orang Kanekes)
 Kerajinan tangan (batik, ukiran)
 Peninggalan bersejarah (candi, batu bertulis, benteng kolonial)
Wisata penelitian:
 Pendataan spesies (serangga, mamalia dan seterusnya)
 Pendataan kerusakan alam (lahan gundul, pencemaran tanah)
 Konservasi (reboisasi, lokalisasi pencemaran)
 Wisata sosial, konservasi dan pendidikan:
 Pembangunan fasilitas umum di dekat objek ekowisata (pembuatan sarana komunikasi,
kesehatan)
 Reboisasi lahan-lahan gundul dan pengembang biakan hewan langka
 Pendidikan dan pengembangan sumber daya masyarakat di dekat objek ekowisata
(pendidikan bahasa asing, sikap)

LOKASI EKOWISATA DI INDONESIA


Berikut beberapa lokasi ekowisata di Indonesia yaitu :
1. Rinjani Trek
Rinjani Trek di Gunung Rinjani yang merupakan bagian dari Taman Nasional Gunung Rinjani
menawarkan pemandangan spektakuler yang harus Anda nikmati dalam hidup! Terdapat 2
jalur trekking untuk mencapai puncaknya, yaitu Desa Senaru dan Desa Sembalun Lawang.
Pemandangan spektakuler tersebut seperti misalnya Savana Sembalun, Bukit Tiga Dara, Segara
Anak, dan lainnya.

2. Gunung Kidul
Aktivitas hiking di Gunung Kidul dan air terjun Sri Gethuk. Tepatnya di Gunung
Nglanggeran, gunung api purba yang dirawat sedemikian rupa dan pada akhirnya dikembangkan
sebagai tujuan ekowisata. Terdapat sebuah jalur yang menawarkan pemandangan luar biasa indah
secara 360 derajat. Lanjutkan dengan menyegarkan diri di air terjun Sri Gethuk, lalu
mengunjungi Goa Ngeleng, gua horisontal sedalam 100 meter untuk menyaksikan 100.000
kelelawar keluar dari sarang.
3. Pulau Komodo
Taman Nasional Komodo terletak di antara Pulau Sumbawa dan Flores. Terdiri dari 3 pulau besar
yaitu Komodo, Rinca, dan Padar, dibuat untuk melindungi habitat komodo yang hampir punah
beserta keanekaragaman hayati lain seperti terumbu karang.

4. Kawah Ijen
Kawah Ijen adalah salah satu alasan utama kenapa orang belakangan berbondong-bondong
mendatangi Banyuwangi. Danau kawah di Gunung Ijen yang terkenal dengan fenomena blue
fire atau api biru begitu indahnya. Fenomena tersebut muncul akibat adanya aliran cairan belerang
yang banyak sekali di sekitar Kawah Ijen.
DAFTAR PUSTAKA
Agnas Setiawan, 2016, Dampak Positif dan Negatif Pariwisata,
http://geograph88.blogspot.co.id/2016/08/dampak-positif-dan-negatif-pariwisata.html
Gatot Sudarto, Ekowisata: Wahana,
Marcy Anandarat, 2015. Eco-tourirm Origin and Development. International Journal of manajement
Humanities. Vol 02. Isue 01, 2015
Nur Emma Suriani dan Nurdin Razak, “Pembangunan Ekowisata di Indonesia”, Jurnal Masyarakat
Kebudayaan Dan Politik , Vol. 18 No. 4 (Oktober, 2005), 83
Oram mark B. 1995. Towards a more Diserable from of ecoturism. In Tourism Management, Vol. 16.
No 1 pp. 3-8. Great Britain. Elsevier Science Ltd.
Sinaga, Supriono. 2010. Potensi dan Pengembangan Objek Wisata Di Kabupaten Tapanuli Tengah.
Kertas Karya. Program DIII Pariwisata. Universitas Sumatera Utara.
Sulung Lahitani, 2015. 8 Tempat Tujuan Ekowisata Terbaik di Dunia.
http://citizen6.liputan6.com/read/2218171/8-tempat-tujuan-ekowisata-terbaik-di-dunia
Supriatna, J. 1995. Ekowisata dan Prospeknya di Indonesia: sudut Pandang dari Biologi Konservasi.
Pusat Studi Biodiversitas dan Konservasi Universitas Indonesia dan Conservation International
Indonesia Program. Jakarta.
Wikipedia , https://id.wikipedia.org/wiki/Ekowisata

Anda mungkin juga menyukai