Keluarga Binaan
Kegiatan:
Penelitian tentang keluarga binaan.
Penyuluhan tentang perilaku hidup bersih dan sehat pada keluarga
binaan
Melakukan tanya jawab dengan keluarga binaan.
Tujuan:
Memberikan informasi dan pengetahuan tentang penyakit
Hipertensi kepada keluarga binaan.
Memberikan edukasi kepada keluarga binaan tentang diet
seimbang, istirahat cukup, cek kesehatan secara rutin dan kelola
setres .
Memberikan edukasi kepada keluarga binaan tentang menjaga
kebersihan dan sanitasi di rumah.
Sasaran:
Keluarga Binaan
1
FORM ISIAN
PROFIL KESEHATAN KELUARGA BINAAN
DI KOTA MEDAN TAHUN 2019
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Boy Irawan
Tanggal lahir / Umur : 19-06-1976 / 43 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : JL.Kramat Indah, Gg. Trenggono-2
Agama : Islam
Suku : Melayu
Pendidikan : SLTA/Sederajat
Pekerjaan : Wiraswasta
Status Perkawinan : Menikah
2. IDENTITAS KELUARGA
Keluarga yang akan dibina dalam kasus ini adalah keluarga Bapak Boy
Irawan. Bapak Boy Irawan merupakan kepala keluarga dalam rumah yang
2
dihuninya. Keluarga inti terdiri dari Kepala Keluarga dan dua anaknya. Berikut ini
adalah identitas anggota keluarga yang diperoleh pada saat kunjungan pertama:
Anggota Keluarga Keterangan
Nama Boy Irawan
Umur 43 tahun
Alamat JL. Kramat Indah,
Gg.Trenggono-2 Kepala
Agama Islam Keluarga
Pendidikan SLTA/Sederajat
Pekerjaan Wiraswasta
Status Menikah
Anggota Keluarga Keterangan
Nama Ramayani
Umur 38 tahun
Alamat Jl. Kramat Indah,
Gg.Trenggono-2
Istri
Agama Islam
Pendidikan SD
Pekerjaan Ibu Rumah Tangga
Status Menikah
Anggota Keluarga Keterangan
Nama Nazla Marsya Irawan
Umur 13 tahun
3
Status Belum menikah
Anggota Keluarga Keterangan
Nama Aulia Ikhsan Irawan
Umur 9 tahun
Alamat JL. Kramat Indah,
Gg.Trenggono-2
Anak
Agama Islam
Pendidikan Belum tamat SD/Sederajat
Pekerjaan -
Status Belum Menikah
4. GENOGRAM
Keterangan:
Perempuan
4
5. DATA STATUS KESEHATAN KELUARGA
Data kesehatan awal, diambil saat kunjungan pertama ke rumah keluarga binaan.
Aspek
Anak Anak
Pemeriksaa Tn. B Istri
ke-1 ke-2
n
BB 60 kg 45 kg 35 kg 29 kg
TB 168 cm 150 cm 140 cm 130 cm
TD 150/10 130/70 120/80 120/80
0
N 88x/m 84x/mnt 88x/m 74x/m
nt nt nt
RR 20x/m 19x/mnt 22x/m 20x/m
nt nt nt
T 37.0 37,0 36,0 36,7
5
Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga yang mengalami keluhan atau penyakit serupa dengan
pasien disangkal.
Riwayat Pemakaian Obat
Pasien tidak mengkonsumsi obat anti hipertensi.
Riwayat Alergi
Riwayat alergi obat dan makanan disangkal pasien
Status Generalisata :
Kepala Kesan normal, bentuk dan ukuran normal,deformitas (-)
Mata Pupil : reflek cahaya +/+. isokor (+), myosis (-), fmidriasis (-
), sekret mata: (-/-). Konjungtiva: anemis (-/-), edema
palpebra: (-)
Telinga Kesan normal, bentuk dan fungsi normal,serumen(-)
Hidung Kesan normal, bentuk dan fungsi normal, pernafasan cuping
hidung (-), epistaksis (-), sekret (-)
Leher Pembesaran KGB (-)
Thorax Inspeksi : kelainan bentuk (-), pergerakan dinding dada
6
simetris, retraksi dinding dada (-)
Palpasi : Sterm fremitus normal (+/+) anterior posterior
Perkusi : Sonor di seluruh lapangan paru
Auskultasi : Pulmo : vesikuler (+/+), rhonkii basah (-/-)
wheezing (-/-). Cor : S1, S2 tunggal, regular, murmur (-),
gallop (-)
Abdomen Inspeksi : Bentuk : distensi (-), scar (-), keloid (-)
Palpasi : Turgor normal, hepar tidak teraba, lien tidak teraba,
renal tidak teraba.
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Peristaltik usus : + normal
Ekstremitas Akral hangat
+ +
+ +
Edema (-), kelainan bentuk (-), CTR < 2 detik.
PEMERIKSAAN PENUNJANG : -
DIAGNOSIS : HYPERTENSI DERAJAT 1
RENCANA :-
7
5. Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan
6. Penderita hipertensi mendapatkan pengobatan sesuai standar
7. Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur
8. Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan
9. Anggota keluarga tidak ada yang merokok
10. Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
11. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih
12. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat
Berdasarkan indikator tersebut, dilakukan penghitungan Indeks Keluarga Sehat
(IKS) dari suatu keluarga.
8
ditelantarkan
9 Anggota keluarga tidak ada yang merokok Y
10 Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional T
(JKN)
11 Keluarga mempunyai akses sarana air bersih Y
12 Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat T
Indeks Keluarga Sehat 0,33
C. EDUKASI :
- Anjuran kepada pasien untuk rutin minum obat, sesuai anjuran resep dari
dokter.
- Batasi konsumsi alkohol tidak lebih dari 30 ml pada pria dan 15 ml pada
wanita setiap harinya (rentang penurunan tekanan darah sitolik sekitar 2 –
4 mmhg )
- Berhenti merokok dan kurangi makanan yang berlemak serta tinggi
kolestrol untuk kesehatan jantung.
- Menerapkan pola hidup sehat.
- Meningkatkan konsumsi sayur dan buah
- Kontrol tekanan darah secara teratur dan mengkonsumsi obat anti
hipertensi sesuai dengan anjuran dokter.
- Kurangi konsumsi natrium tidak >100mmol/hari atau 6 gram Nacl/hari
(rentang penurunan tekanan darah sistolik 2-8 mmhg ).
9
Anggota Masalah Kemungkinan Penyebab
No.
Keluarga Kesehatan Masalah Kesehatan
Dari tabel di atas, diperoleh data bahwa saat kunjungan rumah masalah
kesehatan dialami oleh Bapak Boy. Dengan demikian tidak seluruh anggota
keluarga memilki masalah kesehatan.
Jika dilihat dari aspek kesehatan masyarakat, maka masalah-masalah
kesehatan yang dialami oleh Tn. B terkait dengan determinan kesehatan yang ada
10
yaitu aspek lingkungan, aspek perilaku/gaya hidup, dan aspek pelayanan
kesehatan.
Masalah kesehatan yang pertama kali diidentifikasi adalah berasal dari Tn.
B, dalam hal ini yang merupakan anggota keluarga dalam keluarga inti dengan
keluhan tekanan darah tinggi yang sudah dialami pasien sejak lebih dari 3 bulan
yang lalu, ketika tekanan darah meningkat os merasa nyeri kepala. Keluhan ini
diakui berlangsung terus menerus dan semakin memberat ketika os sedang stress.
Selain itu os juga mengeluhkan nyeri pada bagian belakang leher dan rasa pegal –
pegal pada punggung serta kaki. Os juga merasa pusing berputar dan merasa
kelelahan , kesemutan di tangan dan kaki . namun os mengaku tidak merasa mual
dan muntah atau sampai muntah. Jantung berdebar – debar (-) , gangguan
penglihatan (-) , BAB dan BAK (-) .
11
Ny R mengatakan untuk kebutuhan air bersih sehari-hari, ia dan
keluarga menggunakan air PDAM. Air tersebut digunakan untuk memasak
dan kebutuhan sehari-hari lainnya. Air minum berasal dari rebusan.
b. Sosial Ekonomi
Tn B adalah seorang kepala keluarga dan istrinya bekerja sebagai ibu
rumah tangga. Penghasilan tidak tetap tergantung penjualan produk keripik
buatannya. bisa mendapat penghalisan sekitar Rp 700.000 – Rp 1.000.000
per bulan.
2. Etiologi
Menurut (widjadja, 2009) penyebab hypertensi dapat di kelompokkan
menjadi 2 yaitu :
A. Hypertensi primer atau esensial
Hypertensi primer artinya hypertensi yang belum diketahui penyebab
dengan jelas. Berbagai faktor diduga turut berperan sebagai penyebab
hypertensi primer, seperti bertambahnya usia, setres psikologis, pola
12
konsumsi yang tidak sehat , dan hereditas (keturunan) sekitar 90% pasien
hypertensi di perkirakan termasuk dalm kategori ini .
B. Hypertensi sekunder
Hypertensi sekunder yang penyebabnya sudah di ketahui, umumnya
berupa penyakit atau kerusakan organ yang berhubungan dengan cairan
tubuh, misalnya ginjal yang tidak berfungsi, pemakaian kontrasepsi oral,
dan terganggunya kesimbangan hormon yang merrupakan faktor
pengaruh tekanan darah. Dapat disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit
endokrin, dan penyakit jantung.
3. Klasifikasi
Klasifikasi berdasarkan WHO
a. Tingkat 1 : Tekanan darah meningkat tanpa gejala – gejala dari gangguan
atau kerusakan system kardiovaskular.
b. Tingkat II : Tekanan darah meningkat dengan gejala hipertropi
kardiovaskular, tetapi tanpa adanya gejala – gejala kerusakan atau
gangguan alat atau organ lain
c. Tingkat III : Tekanan darah meningkat dengan gejala – gejala yang jelas
dari kerusakan dan gangguan faal dari target organ.
4. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak. dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke kordaspinalis dan keluar
dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di thoraks dan abdomen.
rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk inpuls yang bergerak ke
bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan mengrangsang serabut saraf pasca
13
ganglion kepembuluh darah, dimana dengan di lepaskannya noreepinefrin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah .
Berbagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembiuluh darah terhadap rangsang vasokontriksi. Individu dengan hypdertensi
sangat sensitive terhadap noreepinefrin, meskipun tidak di ketahui dengan jerlas
mengapa hal tersebut bias terjadi.
Pada saat bersamaam dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktifitas vasokontriksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokontriksi. Kortes adrenal mengsekresi kortisol
dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokontriktor pembuluh
darah. Vasokontriksi yangv mengakibatkan penurunan air ginjal, menyebabkan
pelapisan renin menjadi angiotensin 2, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada
gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volum intrafaskular. Semua faktor ini cendrung mencetuskan
keadaan hypertensi (Rohaendi, 2008) .
6. Manifestasi Klinik
Sebagian besar manifestasi klinsi timbul setelah mengalami hipertensi
bertahun tahun berupa :
1. Nyrei kepala saat terjaga , kadang – kadang disertai mual dan muntah.
2. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina atau akibat hipertensi.
3. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat.
4. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus.
5. Edema defenden dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler
(Elizabeth J, 2000).
14
7. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai tropi
bertujuan menentukan adanya kerusakan jaringan dan factor resiko lain atau
mencari penyebab hipertensi, biasanya di priksa urinalisa, darah perifer lengkap,
kimia darah, (kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolestrol total,
kolestrol HDL, dan EKG) (Mansjoer, 2001 ).
8. Komplikasi
Hipertensi yang tidak teratasi, dapat menimbulkan komplikasi yang
berbahaya menurut price dan Wilson (2006), Corwin (2009),Vitahealth (2005),
Setiati, Alwi, Sudoyo, Simanibrata, dan Syam (2014), Irianto (2014 ) Seperti :
a. Payah jantung
Payah jantung (congestive heart failure ) adalah kondisi jantung tidak
mampu lagi memompa darah yang dibutuhkan tubuh. Kondisi ini terjadi
karena kerusakan otot jantung atau system listrik jantung.
b. Stroke
Hipertensi adalah faktor penyebab utama terjadi stroke , karena tekanan
darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pembuluh darah yang sudah
lemah menjadi pecah . Bila hal ini terjadi pada pembuluh darah otak ,
maka terjadi pendarahan otak yang dapat berakibat kematian .
c. Kerusakan ginjal
Hipertensi dapat menyebabkan penyempitan dan menebalkaqn aliran darah
yang menuju ginjal, yang berfungsi sebagai penyaring kotoran tubuh .
dengan adanya gangguan tersebut, ginjal menyaring lebih sedikit cairan
dan membuangnya kembali ke darah .
d. Kerusakan penglihatan
Hipertensi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah dimata sehingga
mengakibatkan penglihtan menjadi kabur atau buta.
15
Komplikasi yang biasa terjadi dari penyakit hipertensi menurut
department kesehatan (DEPKES, 2006) adalah tekanan darah tinggi dalam
jangka waktu yang lama akan merusak endotel arteri dan mempercepat
atherosclerosis. Komplikasi dari hipertensi termasuk rusaknya organ
tubuh seperti jantung, mata, ginjal, otak, dan pembuluh darah besar .
9. Penataaksanaan
Penatalaksanaan non farmokologi
Penatalaksanaan non farmokologi yang berperan dalam keberhasilan
penanganan hipertensi adalah dengan memodifikasi gaya hidup pada hipertensi
derajat 1, pengobatan secara non farmakologi dapat mengendalikan tekana darah
sehingga pengobatan farmakologi tidak di perlukan atau pemberiannya dapat
ditunda .modifikasi gaya hidup yang dianjurkan dalam penanganan hipertensi
antara lain :
1. Mengurangi berat badan bila terdapat kelebihan ( BMI ≥27 ).
Penerapan pola makan seimbang dapat mengurangi berat badan dan
menurunkan tekanan darah. Diet rendah kalori dianjurkan bagi orang
dengan kelebihan berat badan atau obesitas yang beresiko menderita
hipertensi, terutama padsa orang berusia sekitar 40 tahun yang, mudah
terkena hipertensi .
2. Olahraga dan aktiftias fisik
Olahraga isotonik seperti berjalan kaki, jogging, berenang dan bersepeda
berperan dalam penurunan tekana darah .
3. Mengurangi asupan garam
Pembatasan asupan garam sampai 60 mmol/hari atau dengan kata lain
konsumsi garam dapur tidak lebih dari seperempat sampai setengan
sendok teh garam perhari.
16
4. Diet rendah lemak jenuh
Tubuh memperoleh kolestrol dari makanan sehari – hari dan darfi hasil
sintesis dalam hati. Kolestrol dapat berbahaya apabila dikonsumsi lebih
banyak dari yang dibutuhkan oleh tubuh.
5. Diet tinggi serat
Diet tinggi serat sangat penting pada penderita hipertensi, serat banyak
terdapat makanan karbohidrat seperti kentang, beras, singkong dan kacang
hijau, serta pada sayur –sayuran dan buah – buahan.
6. Tidak merokok
Merokok sangat besar perannya dalam meningkatkan tekana darah , hal
tersebut di sebabkan oleh nikotin yang terdapat di dalam rokok yang
memicu hormone adrenalin yang menyebabkan tekanan darah meningkat .
7. Istirahat yang cukup
Istirahat dapat dilakukan dengan meluangkan waktu.
Penatalaksanaan farmakologi
Penatalaksanaan dengan obat anti hipertensi bagi sebagian besar pasien
dimulai dengan dosis rendah kemudian ditingkatkan secara titrasi sesuai dengan
umur, kebutuhan, dan usia. Dosis tunggal lebih diprioritaskan karena kepatuhan
lebih baik dan lebih murah. Sekarang terdapat obat yang berisi kombinasi dosis
rendah dua obat dari golongan berbeda. Kombinasi ini terbukti memberikan
efektifitas tambahan dan mengurangi efek samping. Jenis – jenis obat anti
hipertensi untuk terapi farmakologi hipertensi yang dianjurkan oleh JNC VII yaitu
diuretic (terutama jenis thiazide atau aldosterone antagonist ), beta bloker,
calcium channel bloker, angiotensin convereting enzyme inhibitor, dan
angiotensin II reseptor bloker. Diuretik biasanya menjadi tambahan karena
meningkatkan efek obat yang lain. Jika tambahan obat kedua dapat mengontrol
tekana darah dengan baik minimal setelah satu tahun, maka di coba untuk
menghentikan obat pertama melalui penurunan dosis.
17
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Hipertensi adalah penyakit tidak menular yang cukup berbahaya karena
tidak menimbulkan gejala yang spesifik dan secara fisik. Banyak penderita
hipertensi baru saja menyadari hipertensinya 5 tahun terakhir dan di diagnosis
pada kejadian pelayanan darurat. Sebagian besar penderita hipertensi tidak rutin
mengecek tekanan darahnya walaupun sudah mengetahui komplikasinya secara
mendatar. Begitu juga dengan kepatuhan minum obat, banyak penderita hipertensi
yang tidak patuh dalam minum obat karna hanya meminum obat saat timbul
gejala. Hal ini menunjukkan kurangnya pemahaman penderita hipertensi terdapat
penyakitnya.
B. SARAN
1. Program nasional PIS-PK tentang penyakit tidak menular khususnya
hipertensi sudah berjalan dengan baik. Namun, untuk beberapa daerah
masih belum tersampaikan dengan baik. Sehingga perlunya usaha lebih
untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran penderita hipertensi tentang
penyakitnya.
2. Penyamarataan dan inovasi program dari puskesmas lebih ditingkatkan,
karena dibeberapa puskesmas sangat intensif dalam menjalankan program
tetapi tidak dengan beberapa puskesmas lain.
18
DOKUMENTASI KELUARGA BINAAN
19