Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN

PRAKTIK KERJA INDUSTRI

Disusun Oleh:

YOSUA NIGEL

0021855162

KOMPETENSI KEAHLIAN

TEKNIK PERMESINAN

TAHUN 2018
LAPORAN KEGIATAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
(PRAKERIN)
PT. INDONESIA POWER
Komplek PLTU Suralaya Kotak Pos 15 Merak

DISUSUN OLEH :

NAMA : YOSUA NIGEL

KELAS : XI MESIN 2

NIS/NISN : 0021855162

PROGRAM KEAHLIAN : PERMESINAN

SMK NEGERI 1 CILEGON


JL. Gedungbaya No. 21 Kel. Kalitimbang Kec. Cibeber Kota Cilegon

Kode Pos 42424

Telp : (0254) 397523 Fax : (0254) 374419

TAHUN AJARAN 2018 / 2019


LEMBARAN PENGESAHAN 1

LAPORAN PRATEK KERJA LAPANGAN

SMK NEGERI 1 CILEGON

JURUSAN TEKNIK PEMESINAN

Periode 03 September – 28 September

YOSUA NIGEL
0021855162

DISAHKAN OLEH :

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Muhammad Sofian,ST Ujang Dindin ,S.Pd

NIP. 19680829 200701 1 007. NIP. 19780913 2010 01 1004

Kepala Sekolah

Widodo, MPd

NIP. 19750422 2000312 1007

i
LEMBARAN PENGESAHAN II

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

JURUSAN TEKNIK PEMESINAN

PT. INDONESIA POWER

UNIT PEMBANGKIT SURALAYA

Periode 03 September – 28 September 2018

YOSUA NIGEL
0021855162

PEMBIMBING

Supervisior Pemeliharaan Teknisi Senior

Bengkel Mesin dan Bengkel

Kaswi Mayaris Sulaeman Bin Kamar

ii
IDENTITAS SISWA

1. Nama Lengkap : Yosua Nigel


2. Nomor Induk Siswa : 0021855162
3. Tempat / Tanggal Lahir : Cilegon, 19 Mei 2002
4. Jenis Kelamin : Laki-Laki
5. Agama : Kristen Protestan
6. Alamat : Komplek Bpi blok E1 NO.09 RT 04/RW 04
7. Pendidikan
a. Nama Sekolah : SMK NEGERI 1 CILEGON
b. Alamat : JL. Gedungbaya No. 21 Kel. Kalitimbang Kec. Cibeber
Kota Cilegon
c. No. Telepon : (0254) 397523
d. No. Fax : (0254) 374419
8. Nama Orang Tua
a. Ayah : Pangihutan Sitohang
b. Ibu : Darmawati Siburian
9. Pekerjaan Orang Tua
a. Ayah : Wiraswasta
b. Ibu : Ibu Rumah Tangga
10. Alamat Orang Tua : Komplek Bpi Blok E1 No 09 RT 04/RW 04

iii
PROFIL PERUSAHAAN

Nama Dunia Usaha Industri : PT. INDONESIA POWER

Jenis Usaha : Unit Pembangkit Suralaya

Alamat : Komplek PLTU Suralaya Kotak Pos 15 Merak 24456

Cilegon,Banten

No Telp : (02254)-571230,572140,571243

No Fax : (02254)-571235

Nama Manager : Alex Fernandes

Pembimbing I : Muhammad Sofian,ST, MM

Pembimbing II : Ujang Dindin Roswadin, SPd.

Bagian/Ruang : Workshop unit 5-7

Jam Kerja Prakerin : - Senin s/d Jumat : 07.00 s/d 16.00 wib

- Istirahat : 12.00 s/d 13.00 wib

iv
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, penulis dapat
menyelesaikan laporan kerja praktik ini tanpa halangan suatu apapun.

Kerja praktik ini dilaksanakan (kurang lebih satu bulan) terhitung mulai dari
tanggal 3 September 2018 sampai dengan 28 September 2018. Laporan kerja
praktik ini disusun untuk memenuhi persyaratan akademis pada matakuliah kerja
praktik di Teknik Mesin,SMKN 1 Cilegon.

Dengan selesainya penyusunan Laporan Kerja Praktik ini penulis


menyampaikan terimakasih kepada :

1. Tuhan YME yang telah memberikan berkah-Nya sehingga dapat menyusun


laporan kerja praktik di PT Indonesia Power Unit Pembangkitan Suralaya.

2. Kedua orang tua saya, Bapak Pangihutan dan Ibu Darmawati yang
memberikan dukungan baik moral, spiritual maupun material hingga
terselesainya laporan kerja praktik ini.

3. Bapak Widodo M.Pd selaku Kepala Sekolah SMKN 1 Cilegon.

4. Bapak Syamsul Maarif, selaku HUMAS SMKN 1 Cilegon..

5. Bapak Marsudi Utomo selaku Walikelas 11 Mesin 2 SMKN 1 Cilegon.

6. Bapak Muhammad Sofian ST. MM selaku Pembimbing 1.

7. Bapak Ujang Dindin Rosdiawan S.Pd selaku Pembimbing 2.

8. Bapak Hanafi Rifai selaku General Manager PT Indonesia Power UP


Suralaya, beserta para stafnya yang telah memberikan tempat dan sarana bagi
penulis untuk melaksanakan kerja praktik.

9. Bapak Kaswi Mayaris selaku SP Bengkel unit 5-7.


10. Pak Sulaiman Bin Kamar ,Mas Gery Rizqy, Mas Yosep Mario ,Pak Apin
Wahyudin ,Pak Bambang Setiawan ,Pak Sahroni ,dan Mas Junedi sebagai
pembimbing di lapangan.

v
Dalam penyusunan laporan kerja praktik ini, penulis menyadari bahwa
laporan ini masih jauh dari kata kesempurnaan. Untuk itu, perlu adanya kritik dan
saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat diharapkan demi
kesempurnaan penyusunan laporan kerja praktik ini. Semoga laporan kerja praktik
ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembacanya.

Cilegon, September 2018


Penulis

Yosua Nigel
0021855162

v
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN I ....……..…….……………................................. i

LEMBAR PENGESAHAN I1 ..…..………………………………………….. ii

IDENTITAS SISWA ……....………………….....…………………………….iii

PROFIL PERUSAHAAN….……………………………………………………iv

KATA PENGANTAR …....…………………………………………………...v

DAFTAR ISI ………………………………………………………………vi

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 2
1.3 Batasan Masalah ........................................................................... 2
1.4 Tujuan Penulisan ......................................................................... 3
1.5 Manfaat Penulisan ........................................................................ 3
1.6 Waktu dan Lokasi Pelaksanaan ................................................... 3
1.7 Metode Pengambilan Data .................................................................. 4
1.8 Sistematika Penulisan .......................................................................... 4

BAB II. PROFIL PERUSAHAAN


2.1 Sejarah PT Indonesia Power ....................................................... 5
2.2 Makna Bentuk dan Warna Logo PT Indonesia Power ................ 7
2.3 Visi, Misi, Motto, Tujuan, dan Paradigma Perusahaan ................ 8
2.4 PT Indonesia Power UP Suralaya ................................................ 9
2.4.1 Lokasi PT Indonesia Power Unit Pembangkitan Suralaya ……….. 9
2.4.2 Struktur Organisasi PT Indonesia Power Unit
Pembangkitan Suralaya……………………………………………. 10

2.5 Budaya Perusahaan, Lima Filosofi Perusahaan dan Tujuh Nilai


Perusahaan PT Indonesia Power (IP-HaPPPI) .............................. 10

vi
v
BAB III. DASAR TEORI
3.1 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) ……............................................. 13
3.1.1 Gambaran Umum PLTU ........................................................................... 13
3.1.2 Komponen Utama PLTU ........................................................................... 14
3.1.3 Proses Produksi Energi Listrik .................................................................. 16
3.2 Perngertian Perbubutan ................................................................................ 18
3.2.1 Prinsip Mesin Bubut .............................................................................. 18
3.2.2 Bagian-bagian Mesin Bubut ...................................................................... 18
3.2.3 Fungsi bagian Mesin Bubut ..................................................................... 19
3.2.4 Dimensi dan Jenis Mesin Bubut ............................................................... 20
3.2.5 Gerakan-Gerakan dalam Membubut ......................................................... 21
3.3 Cara Menggunakan Mesin Bubut ……….................................................. 22
3.3.1 Peralatan Pelengkap Yang Terdapat Pada Mesin Bubut ………………… 22
3.3.2 Jenis Pekerjaan Yang Dapat Dilakukan Mesin Bubut .............................. 23
3.3.3 Parameter Pemotongan Pada Mesin Bubut .............................................. 27
3.3.3.1 Jenis Pahat Mesin Bubut ........................................................................ 29
3.3.3.2 Keselamatan Kerja Pada Proses Bubut................................................... 31
3.3.3.3 Hal-hal yang perlu dilakukan untuk menghindari kecelakaan kerja ……. 31

BAB IV. PEMBAHASAN


4.1 Membubut Gear Box ................................................................................. 41
4.2 Membuat Plenge Pipa................................................................................... 42
4.3 Pembahasan ………………......................................................................... 45
4.4 Penerapan K3 …………………………………............................................ 49

BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 51
5.2 Saran ................................................................................................ 51
5.3 Lampiran …………………………………………………………… 51

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bertambahnya penduduk dengan berbagai sektor di Indonesia
menyebabkan adanya peningkatan kebutuhan listrik. Dalam mengatasi hal ini,
pemerintah melakukan program percepatan pembangkitan listrik dengan
mendirikan beberapa unit pembangkit listrik. Saat ini, Indonesia sudah banyak
mendirikan unit-unit pembangkit listrik salah satunya yaitu pembangkit listrik
tenaga uap (PLTU). Alasannya yakni karena PLTU memiliki efisiensi yang cukup
tinggi serta menggunakan bahan bakar yang relatif ergonomis dibandingkan dengan
jenis-jenis pembangkit lainnya. Salah satu PLTU milik pemerintah yakni PT.
Indonesia Power Unit Pembangkitan Suralaya dengan kapasitas total 3400 MW
menggunakan bahan bakar utama yakni batubara.

Komponen utama pada suatu sistem PLTU meliputi boiler, turbin, pompa,
kondensor, dan generator. Namun, komponen-komponen lainnya dalam lingkup
yang lebih spesifik dapat membantu menaikkan efisiensi secara keseluruhan pada
PLTU. Salah satunya yaitu komponen high pressure heater (HP heater). HP heater
merupakan suatu alat penukar kalor yang memanfaatkan energi sisa dari uap yang
telah digunakan untuk memutar turbin bertekanan tinggi (high pressure turbine).
Uap tersebut disebut uap ekstraksi (steam extraction).

Secara umum proses pemanasan awal yang dilakukan alat ini dengan
menggunakan uap ekstraksi (steam extraction) dari high pressure turbine untuk
pemanas awal bertekanan tinggi. Dengan dilakukan proses pemanasan awal ini,
jelas akan menghemat bahan bakar untuk proses penguapan air menjadi uap. Proses
pemanasan awal pada air umpan memiliki dua acuan yaitu tekanan dan temperatur,
oleh karenanya kedua faktor tersebut harus dijaga agar selalu berada pada nilai
standart yang ditetapkan. Performa HP heater bisa saja penurunan apabila tekanan
dan temperatur tidak dijaga, sehingga temperatur air umpan yang dipanaskan tidak
sesuai standart yang ditetapkan. Penurunan performa kemungkinan bisa terjadi
masalah pada beberapa bagian HP heater, misalnya

1
pada water chamber, drain line dan sebagainya. Masalah tersebut mungkin saja
terjadi karena kegagalan dari proses operasi, adanya tube yang bocor ataupun
kotoran yang menempel di dalam tube maupun shell pada HP heater tersebut.

Oleh karena itu, untuk mengetahui performa pada HP heater tersebut apakah masih
beroperasi pada kondisi baik perlu dilakukan pemeriksaan dengan metode secara
matematis. Metode yang dimaksud adalah analisis performa HP heater dengan
metode penyerapan kalor pada feedwater, heat transfer rate, dan logarithmic mean
temperature difference (LMTD). Dengan dilaksanakannya perhitungan ini, akan
didapatkan hasil analisis apakah ada terjadinya penurunan performa. Apabila ada
penurunan performa, maka bisa segera dilakukan perbaikan guna mempertahankan
performa pada HP heater sehingga dapat beroperasi dengan baik.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah pada laporan ini meliputi :
1. Apasaja yang harus diperhatikan sebelum menggunakan mesin bubut?
2. Jelaskan apa saja perawatan yang harus dilakukan sebelum dan sesudah
menggunakan mesin bubut ?
3. Bagaimana menghitung kecepatan pemakanan dan kecepatan potong ?

1.3 Batasan Masalah


Untuk menegaskan dan memfokuskan permasalahan yang akan dianalisa, maka
akan dibatasi permasalahan-permasalahan yang akan dibahas sebagai berikut :

1. Mesin yang digunakan sebagai objek adalah mesin bubut konvesional.


2. Spesifikasi perawatan mesin bubut sesuai dengan arahan mentor.
3. Menganalisa perhitungan kecepatan potong dan kecepatan pemakanan pada
saat membuat gear box dan plenge pipa.

5
1.4 Tujuan Penulisan
Dari latar belakang permasalahan yang dijelaskan, maka dapat ditentukan bahwa
tujuan dari laporan ini meliputi :

1. Mengetahui gambaran umum pada sistem pembangkit di PT Indonesia Power


UP Suralaya.

2. Mengetahui apakah kinerja dari high pressure heater 6 unit 4 masih layak
untuk beroperasi.

3. Melakukan analisis perbandingan performansi high pressure heater 6 unit 4


dengan data secara aktual.

4. Mengkaji laju perpindahan panas pada high pressure heater 6 unit 4.


5. Mengetahui proses pemeliharaan high pressure heater 6 unit 4.

1.5 Manfaat Penulisan


Manfaat dari laporan ini meliputi :
1. Memberikan gambaran siklus pada PLTU terutama bagian bengkel 5-7 di PT
Indonesia Power UP Suralaya.

2. Memberikan tambahan sumber data pembelajaran membubut dan pengelasan.


.

1.6 Waktu dan Lokasi Pelaksanaan


Kegiatan kerja praktik ini dilakukan dari tanggal 3 September 2018 dan berakhir
pada tanggal 28 September 2018, pelaksanaannya dilakukan sesuai jam kerja
karyawan nonshift dan lokasi pelaksanaannya yaitu di PT Indonesia Power Unit
Pembangkitan Suralaya.

4
1.7 Metode Pengambilan Data
Laporan ini disusun berdasarkan metode pengumpulan informasi meliputi :
1. Metode Observasi (Pengamatan)
Yakni metode pengumpulan data dengan cara langsung melakukan
pengamatan di lapangan.
2. Metode Informasi (Wawancara)
Yakni metode pengumpulan dara dengan cara bertanya hal-hal yang berkaitan
dengan topik pembahasan.

3. Metode Studi Literatur


Yakni metode pengumpulan data dengan membaca serta mempelajari literatur
yang berhubungan dengan topik pembahasan.

4. Metode Browsing
Yakni metode pengumpulan data dengan cara melakukan pencarian data yang
dibutuhkan di internet.

1.8 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan laporan kerja praktik ini tersusun dalam 5 bab yang
dijelaskan sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan
Pada bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, batasan
masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, waktu dan lokasi, metode
pengambilan data, dan sistematika penulisan.

BAB II : Profil Perusahaan


Pada bab ini berisi tentang sejarah serta latar belakang, visi dan misi
perusahaan, budaya perusahaan, filosofi perusahaan dan nilai perusahaan
PT Indonesia Power.

BAB III : Dasar Teori


Pada bab ini memaparkan teori-teori yang berisi tentang perbubutan yang
berada pada unit 5-7.

5
BAB IV : Pembahasan
Pada bab ini membahas tentang membubt dan mengelas yang berada di
unit 5-7.

BAB V : Penutup
Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran dari laporan kerja praktik
di bengkel unit 5-7.

4
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN

2.1 Sejarah PT Indonesia Power


Berdirinya PT Indonesia Power dimulai pada tahun 1990-an, pemerintah
Indonesia mempertimbangkan perlunya deregulasi pada sektor ketenagalistrikan.
Langkah tersebut diawali dengan berdirinya Paiton swasta I, yang dipertegas dengan
dikeluarkannya Keputusan Presiden nomor 37 tahun 1992 tentang pemanfaatan
sumber daya swasta melalui pembangkit-pembangkit listrik swasta. Kemudian pada
akhir 1993, Menteri Pertambangan dan Energi menerbitkan kerangka dasar
kebijakan (sasaran dan kebijakan pengembangan sub sektor ketenagalistrikan) yang
merupakan pedoman jangka panjang restrukturasi sektor ketenagalistrikan.

Sebagai penerapan tahap awal, pada tahun 1994 PLN diubah statusnya dari
Perum menjadi Persero. Setahun kemudian, tepatnya 3 Oktober 1995, PT PLN
(Persero) membentuk dua anak perusahaan dengan tujuan untuk memisahan misi
sosial dan misi komersial dari Badan Usaha Milik Negara tersebut. Salah satu anak
perusahaan itu adalah PT Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa-Bali I, atau dikenal
dengan nama PLN PJB1. Anak perusahaan ini ditujukan untuk menjalankan usaha
komersial pada bidang pembangkitan tenaga listrik dan usahausaha yang terkait.

Pada 3 Oktober 2000, bertepatan dengan ulang tahunnya yang kelima,


manajemen perusahaan secara resmi mengumumkan perubahan nama PLN PJB I
menjadi PT Indonesia Power. PT Indonesia Power memiliki sejumlah unit
pembangkit dan fasilitas-fasilitas pendukungnya. Pembangkit-pembangkit tersebut
dengan menggunakan beragam energi primer seperti air, batubara, panas bumi, gas,
dan sebagainya. Namun demikian dari pembangkit-pembangkit tersebut ada pula
sejumlah pembangkit paling tua di Indonesia seperti PLTA Plengan, PLTA Ubrug,
PLTA Ketenger, dan sejumlah PLTA lainnya yang dibangun pada tahun 1920-an dan
sampai sekarang masih beroperasi. Dari hal tersebut, maka dapat dipandang
berdasarkan sejarahnya pada dasarnya usia PT Indonesia Power dengan keberadaan
listrik di Indonesia.

5
Pembangkit-pembangkit yang dimiliki oleh Indonesia Power Unit
Pembangkit diantaranya : Suralaya 3400 MW, Priok 1444,08 MW, Saguling 797,36
MW, Kamojang 360 MW, Semarang 1414,16 MW, Mrica 306,44 MW, Perak dan
Grati 864,08 MW, dan Bali 335,07 MW.

Dengan total daya yang terpasang sebesar 8921,19 MW, PT Indonesia


Power menjadi pemasok listrik terbesar di Indonesia dan terbesar ketiga di dunia.
Beroperasinya PT Indonesia Power UP Suralaya diharapkan akan menambah
kapasitas dan keandalan energi listrik di pulau Jawa-Bali yang terhubung dalam
sistem interkoneksi se-Jawa dan Bali, dan juga untuk mensukseskan program
pemerintah dalam rangka untuk penganekaragaman sumber energi untuk
pembangkit tenaga listrik sehingga lebih menghemat bahan bakar minyak, juga
meningkatkan produksi dalam negeri. Proses pembangunan PT Indonesia Power UP
Suralaya melalui tiga tahap, yaitu :

Tahap I : Pembangunan dua unit PLTU yaitu Unit 1 dan Unit 2 yang masing-
masing berkapasitas 400 MW. Dimana pembangunannya dimulai pada bulan Mei
1980 sampai dengan Juni 1985 dan telah beroperasi sejak 4 April 1985 untuk Unit
1 dan 26 Maret 1986 untuk Unit 2.

Tahap II : Pembangunan dua unit PLTU yaitu Unit 3 dan Unit 4 yang
masing-masing berkapasitas 400 MW. Dimana pembangunannya dimulai pada
bulan Juni 1985 dan berakhir pada bulan Desember 1989 dan telah beroperasi sejak
6 Februari 1989 untuk Unit 3 dan 6 November 1989 untuk Unit 4.

Tahap III : Pembangunan tiga PLTU yaitu Unit 5, 6, dan 7 yang


masingmasing 600 MW. Pembangunannya dimulai sejak bulan Januari 1993 dan
telah beroperasi pada 25 Juni 1996 untuk Unit 5, pada 11 September 1997 untuk
Unit 6 dan 19 Desember 1997 untuk Unit 7.

4
Kapasitas terpasang PT Indonesia Power UP Suralaya 3400 MW :
1. Unit 1-4 = 4 x 400 MW = 1600 MW
2. Unit 5-7 = 3 x 600 MW = 1800 MW
+

Total = 3400 MW

Dalam pembangunannya secara keseluruhan dibangun oleh PLN Proyek


Induk Pembangkit Termal Jawa Barat dan Jakarta Raya dengan konsultasi asing dari
montreal company (Monenco) Canada untuk unit 1-4 sedangkan unit 5-7 dari black
& veatch international (BVI) Amerika Serikat. Dengan melaksanakan
pembangunan proyek PLTU Suralaya dibantu oleh beberapa kontraktor lokal dan
kontraktor asing.

2.2 Makna Bentuk dan Warna Logo PT Indonesia Power


Logo mencerminkan identitas dari PT Indonesia Power sebagai power utility
company terbesar di Indonesia.

Gambar 2.1 Logo PT Indonesia Power

1. Makna Berdasarkan Bentuk, yakni :


a. INDONESIA dan POWER ditampilkan dengan menggunakan dasar jenis
huruf future book/regular dan future bold menandakan font yang kuat dan
tegas.

b. Aplikasi bentuk kilat petir pada huruf “O” melambangkan “tenaga listrik”
yang merupakan lingkup usaha utama perusahaan.

5
c. Titik/bulatan merah diujung kilat petir merupakan simbol perusahaan yang
telah digunakan sejak masih bernama PT PLN PJB 1. Titik ini merupakan
simbol yang digunakan di sebagian besar materi komunikasi perusahaan.
2. Makna Berdasarkan Warna
a. Merah
Diaplikasikan pada kata INDONESIA menunjukkan identitas yang kuat dan
kokoh sebagai pemilik sumber daya untuk memproduksi tenaga listrik, guna
memanfaatkan di Indonesia dan luar negeri.

b. Biru
Diaplikasikan pada kata POWER. Pada dasarnya warna
biru menggambarkan sifat pintar dan bijaksana, dengan aplikasi kata
POWER, maka warna ini menunjukkan produk tenaga listrik yang
dihasilkan perusahaan memiliki ciri-ciri berteknologi tinggi, efisien, aman
dan ramah lingkungan.

2.3 Visi, Misi, Motto, Tujuan dan Paradigma Perusahaan


a. Visi
Menjadi perusahaan energi terpercaya yang tumbuh berkelanjutan.
b. Misi
Menyelenggarakan bisnis pembangkitan tenaga listrik dan jasa terkait yang
bersahabat dengan lingkungan.

c. Motto
“Bersama kita maju”
d. Tujuan
1) Meningkatkan pertumbuhan perusahaan secara berkesinambungan
dengan bertumpu pada usaha penyedia tenaga listrik dan sarana
penunjang yang berorientasi pada permintaan dasar yang berwawasan
lingkungan.

2) Menciptakan kemampuan dan peluang untuk memperoleh pendanaan


dari berbagai sumber yang saling menguntungkan.

4
3) Mengoperasikan pembangkit listrik secara kompetitif serta mencapai
standar kelas dunia dalam hal keamanan, kehandalan, efisiensi, maupun
kelestarian lingkungan.
4) Mengembangkan kebudayaan perusahaan yang sehat, yaitu saling
menghargai antar karyawan dan mitra serta mendorong terus kekokohan
integritas pribadi dan profesionalisme.

5) Menciptakan mekanisme peningkatan efisiensi yang terus menerus


dalam penggunaan sumber daya perusahaan.

e. Paradigma Perusahaan
“Hari ini lebih baik dari kemarin, hari esok lebih baik dari hari ini”.

2.4 PT Indonesia Power Unit Pembangkitan Suralaya


2.4.1 Lokasi PT Indonesia Power Unit Pembangkitan Suralaya
PT. Indonesia Power UP Suralaya terletak di ujung barat laut Pulau Jawa, lebih
tepatnya 7 kilometer ke arah utara dari pelabuhan Merak atau sekitar 110 kilometer
sebelah barat dari kota Jakarta. Adapun lokasi PT. Indonesia Power UP Suralaya
berada di desa Suralaya, kecamatan Pulo Merak, kota Cilegon. Luas lahan yang
digunakan untuk membangun PT. Indonesia Power UP Suralaya berikut sarana dan
fasilitas penunjang lainnya adalah 240,65 hektar. Lahan yang digunakan merupakan
lembah yang dikelilingi oleh bukit atau hutan lindung yang dibatasi oleh desa
Pulorida dan desa Salira.

Sebelumnya ada 4 lokasi alternatif yang dipilih sebagai lokasi dengan bahan
bakar utamanya batubara, yakni Cigading, Suralaya, Gorenjang, atau Tanjung Pasir.
Hasil dari studi kelayakan, daerah Suralaya yang dipilih sebagai lokasi yang paling
baik, dikarenakan beberapa faktor sebagai berikut:

a. Tersedia tanah dataran yang cukup luas.


b. Tersedia pantai dan laut yang cukup dalam, tenang, dan bersih. Hal ini baik
jika digunakan sebagai pelabuhan dan untuk air pendingin PLTU.

c. Jalan masuk ke lokasi tidak terlalu jauh.


d. Karena jumlah penduduk disekitar lokasi masih relatif sedikit.

5
e. Tersedia tempat yang cukup untuk penimbunan limbah abu dari sisa
pembakaran batubara.

f. Dampak lingkungannya baik karena terletak diantara perbukitan dan laut.


g. Menimbang data monitoring beban listrik di Indonesia, bahwa kebutuhan
akan tenaga listrik di Pulau Jawa merupakan yang terbesar. Maka, tepat
apabila dibangun pembangkit yang besar di Pulau Jawa.

2.4.2 Struktur Organisasi PT Indonesia Power Unit Pembangkitan Suralaya

Gambar 2.2 Skema Struktur Organisasi PT Indonesia Power UP Suralaya

2.5 Budaya Perusahaan, Lima Filosofi Perusahaan dan Tujuh Nilai


Perusahaan PT Indonesia Power UP Suralaya (IP-HaPPPI)
2.5.1 Budaya Perusahaan
Salah satu aspek dari pengembangan sumber daya manusia perusahaan
adalah pembentukan daya perusahaan. Unsur-unsur budaya perusahaan :

a. Perilaku akan ditunjukkan seseorang akibat adanya suatu keyakinan akan


nilai-nilai atau filosofi.

4
b. Nilai adalah bagian dari pada budaya/culture perusahaan yang dirumuskan
untuk membantu upaya mewujudkan budaya perusahaan tersebut di PT
Indonesia Power, nilai ini disebut dengan “Filosofi Perusahaan”.
c. Paradigma adalah suatu kerangka berpikir yang melandasi cara seseorang
menilai sesuatu.

Budaya perusahaan diarahkan untuk membentuk sikap dan perilaku


yang didasarkan pada 5 filosofi dasar dan lebih lanjut, filosofi dasar ini
diwujudkan dalam tujuh nilai perusahaan PT Indonesia Power (IPHaPPPI).

2.5.2 Lima Filosofi Perusahaan


a. Menjunjung tinggi etika bisnis.
Menerapkan etika bisnis sesuai standar etika bisnis internasional.
b. Mengutamakan pasar dan pelanggan.
Berorientasi kepada pasar serta memberikan pelayanan yang terbaik dan nilai
tambah kepada pelanggan.

c. Menciptakan keunggulan untuk memenangkan persaingan.


Menciptakan keunggulan melalui sumber daya manusia, teknologi finansial
dan proses bisnis yang handal dengan semangat untuk memenangkan
persaingan.

d. Mempelopori pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi.


Terdepan dalam memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi secara optimal.

e. Memberikan penghargaan atas prestasi.


Memberi penghargaan atas prestasi untuk mencapai kinerja perusahaan yang
maksimal.

2.5.3 Tujuh Nilai Perusahaan PT Indonesia Power UP Suralaya (IP-HaPPPI) a.


Integritas
Sikap moral yang mewujudkan tekad untuk memberikan yang terbaik kepada
perusahaan.

5
b. Profesional
Mengusai pengetahuan, keterampilan, dan kode etik sesuai bidang.

c. Harmoni
Serasi, selaras, seimbang dalam pengembangan kualitas pribadi. Hubungan
dengan stakeholder (pihak terkait) dan hubungan dengan lingkungan hidup.

d. Pelayanan Prima
Memberikan pelayanan yang memenuhi kepuasan melebihi harapan
stakeholder.

e. Peduli
Peka tanggap dan bertindak untuk melayani stakeholder serta memelihara
lingkungan sekitar.

f. Pembelajar
Terus menerus meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta kualitas
diri yang mencakup fisik, mental, sosial, agama dan kemudian berbagi
dengan orang lain.

g. Inovatif
Terus menerus dan berkesinambungan menghasilkan gagasan baru dalam
usaha melakukan pembaharuan untuk menyempurnakan baik proses maupun
produk dengan tujuan peningkatan kerja.

4
BAB III
DASAR TEORI

3.1 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)


3.1.1 Gambaran Umum PLTU
Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) merupakan pembangkit yang
mengandalkan energi kinetik berupa uap untuk menghasilkan energi listrik. Bentuk
utama dari PLTU yakni komponen generator yang dihubungkan ke turbin yang
digerakkan oleh tenaga kinetik yang berasal dari uap. Pembangkit jenis ini bekerja
berdasarkan siklus termodinamika tertutup (closed cycle) yang disebut dengan siklus
rankine yang menggunakan air sebagai medianya.

Gambaran secara umum dari PLTU ialah air dipanaskan di dalam ketel uap
(boiler), maka terjadi perubahan fasa dari cair menjadi uap. Uap tersebut
dikembangkan melalui pemancar (nozzle) dan sudu turbin, sehingga energi yang
terkandung di dalam uap dapat diubah menjadi energi kinetik yang menghasilkan
putaran rotor turbin. Selanjutnya putaran ini menggerakan rotor pada generator yang
dapat mengkonversikan menjadi energi listrik pada lilitan stator dari generator.
Energi listrik tersebut disalurkan ke pengguna melalui sistem jaringan. Sistem
jaringan tersebut meliputi trafo, peralatan hubung bagi, kabel, dan sebagainya.

PLTU merupakan mesin konversi energi yang merubah energi kimia dalam
bahan bakar menjadi energi listrik melalui beberapa proses. Proses konversi energi
pada PLTU berlangsung melalui tiga tahapan, yaitu: (dapat dilihat pada Gambar
3.1).

1. Pertama, energi kimia yang terkandung dalam bahan bakar diubah menjadi
energi panas melalui proses pembakaran di dalam furnace boiler. Selanjutnya
energi panas yang dihasilkan oleh proses pembakaran tersebut ditransfer ke
feedwater melalui tube boiler (economizer, riser, superheater) sehingga
menjadi uap bertekanan dan temperatur tinggi.

5
2. Kedua, energi yang terkandung dalam uap superheat (entalphi) diubah menjadi
energi mekanik dalam bentuk putaran turbin melalui profil blade turbin.

3. Ketiga, energi mekanik yang dihasilkan oleh poros turbin diteruskan ke poros
generator yang dihubungkan melalui kopling rigid. Energi mekanik pada poros
generator kemudian diubah menjadi energi listrik.

Gambar 3.1 Proses Konversi Energi Pada PLTU (Sumber: Manual Book)

3.1.2 Komponen Utama PLTU


Berikut adalah penjelasan dari komponen-komponen utama pada PLTU :
a. Ketel Uap (Boiler)
Boiler merupakan komponen yang membangkitkan uap dari air dengan
memanfaatkan tenaga kimia yang terkandung dalam batubara. Batubara tersebut
digunakan sebagai bahan bakar utama pada boiler. Air dipanaskan pada tekanan
tinggi sehingga terbentuk uap panas lanjut yang mengandung entalphi tinggi.
Semakin tinggi temperatur dan tekanan maka semakin tinggi entalphi yang
terkandung di dalam uap tersebut.

Peralatan bantu yang merupakan kelengkapan dari boiler meliputi kipas


hisap, kipas tekan, pemanas udara, pemanas awal udara, penggiling batubara
(pulvarizer, mill), pengumpul batubara (coal feeder), pembakar (burner), dan
sebagainya.

4
b. Turbin
Turbin merupakan komponen yang memanfaatkan energi potensial pada
uap menjadi energi mekanik dalam bentuk putaran rotor turbin. Uap yang masuk
ke turbin melalui pemancar dan sudu turbin, membangkitkan energi kinetik
kecepatan uap dan dimanfaatkan menjadi energi putaran pada sudu rotor turbin.
Uap keluar sudu akhir turbin didinginkan pada kondensor sehingga mengembun
kemudian dialirkan kembali menuju ke boiler.

c. Generator
Generator merupakan alat yang berperan untuk mengubah energi mekanik
(putaran poros turbin) menjadi energi listrik pada lilitan stator dengan alat penguat
medan. Pada lilitan rotor dan stator dari generator, akan timbul energi panas yang
disalurkan keluar dengan pendinginan. Pendinginan dapat dilakukan dengan udara,
gas hidrogen, dan air.

d. Alat Bantu
Alat bantu berfungsi sebagai peralatan untuk menjaga agar siklus air dan uap
dapat terjadi secara setimbang dengan efisiensi yang optimal. Alat bantu terdiri dari
beberapa macam peralatan, diantaranya pompa, pemanas awal air, sistem
pelumasan, sistem pendinginan, kompresor udara kontrol, kompresor udara servis,
sistem hidrogen, minyak perapat, dan sebagainya.

e. Peralatan Penyaluran Listrik


Listrik yang dibangkitkan pada lilitan stator generator, disalurkan melalui
trafo tenaga, alat hubung bagi, saluran udara tegangan tinggi, gardu induk, saluran
tegangan menengah, gardu hubung, saluran tegangan rendah, dan menuju ke
konsumen. Dalam hal khusus, ada konsumen yang mengambil tegangan menengah
bahkan tegangan tinggi.

f. Peralatan Batubara (Bahan Bakar)


Bila PLTU menggunakan batubara sebagai sumber energi (bahan bakar)
maka diperoleh peralatan khusus yang mengangkut, menimbun, menghancurkan

5
bongkahan batubara, mencampur, dan sebagainya. Peralatan ini secara umum
disebut dengan coal handling.

3.1.3 Proses Produksi Energi Listrik


Skema proses produksi energi listrik PT Indonesia Power UP Suralaya
ditunjukkan pada Gambar 3.2 berikut:

Gambar 3.2 Skema Produksi Energi Listrik PT Indonesia Power UP Suralaya


Keterangan :

1. Stacker Reclaimer 17. Reheater


2. Telescopic Chute 18. Intermediate Pressure Turbine
3. Junction House 19. Low Pressure Turbine
4. Scraper Conveyor 20. Rotor Generator
5. Coal Bunker 21. Stator Generator
6. Coal Feeder 22. Generator Transformer
7. Pulverizer 23. Condenser
8. Primary Air Fan 24. Condensate Extraction Pump
9. Coal Burner 25. Low Pressure Heater
10. Forced Draft Fan 26. Sea Water
11. Air Heater 27. Deaerator
12. Induced Draft Fan 28. Boiler Feed Pump
13. Electrostatic Precipitator 29. High Pressure Heater
14. Stack 30. Economizer
15. Superheater 31. Steam Drum

4
16. High Pressure Turbin 32. Circulating Water Pump

PLTU Suralaya telah direncanakan dan dibangun untuk menggunakan


batubara sebagai bahan bakar utamanya. Sedangkan sebagai bahan bakar cadangan
menggunakan bahan bakar residu, main fuel oil (MFO) dan juga menggunakan solar,
high speed diesel (HSD) sebagai bahan bakar ignitor atau pemantik pada penyalaan
awal dengan bantuan udara panas bertekanan. Batubara diperoleh dari tambang
Bukit Asam, Sumatera Selatan dari jenis subbituminous dengan nilai kalor 5000-
5500 kkal/kg. Transportasi batubara dari mulut tambang Tanjung Enim ke
pelabuhan Tarahan dilakukan dengan kereta api. Selanjutnya dibawa dengan kapal
laut ke Jetty Suralaya.

Batubara yang dibongkar dari kapal di coal Jetty dengan menggunakan ship
unloader atau dengan peralatan pembongkaran kapal itu sendiri, dipindahkan ke
hopper dan selanjutnya diangkut dengan conveyor menuju penyimpanan sementara
(temporary stock) dengan melalui telescopic chute (2) atau dengan menggunakan
stacker/reclaimer (1) atau langsung batubara tersebut ditransfer malalui junction
house (3) ke scrapper conveyor (4) lalu ke coal bunker (5), seterusnya ke coal feeder
(6) yang berfungsi mengatur jumlah aliran ke pulverizer (7) dimana batubara
digiling dengan ukuran yang sesuai kebutuhan menjadi serbuk yang halus.

Serbuk batubara ini dicampur dengan udara panas dari primary air fan (8)
dan dibawa ke coal burner (9) yang menyemburkan batubara tersebut ke dalam
ruang bakar untuk proses pembakaran dan terbakar seperti gas untuk mengubah air
menjadi uap. Udara pembakaran yang digunakan pada ruangan bakar dipasok dari
forced draft fan (FDF) (10) yang mengalirkan udara pembakaran melalui air heater
(11). Hasil proses pembakaran yang terjadi menghasilkan limbah berupa abu dalam
perbandingan 14:1. Abu yang jatuh ke bagian bawah boiler secara periodik
dikeluarkan dan dikirim ke ash valley. Gas hasil pembakaran dihisap keluar dari
boiler oleh induce draft fan (IDF) (12) dilewatkan melalui electric precipitator (13)
yang menyerap 99,5% abu terbang dan debu dengan sistem elektroda, lalu
dihembuskan ke udara melalui cerobong atau stack (14). Abu dan debu kemudian

5
dikumpulkan dan diambil dengan alat pneumatic gravity conveyor yang digunakan
sebagai material pembuat semen dan bahan bangunan.
Panas yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar, diserap oleh pipa pipa
penguap (water walls) menjadi uap jenuh atau uap basah yang kemudian dipanaskan
di super heater (15) yang menghasilkan uap kering. Kemudian uap tersebut dialirkan
ke Turbin tekanan tinggi high pressure turbine (16), (30) dimana uap tersebut
diekspansikan melalui nozzle ke sudu-sudu turbin. Tenaga dari uap mendorong
sudu-sudu turbin dan membuat turbin berputar. Setelah melalui HP turbine, uap
dikembalikan kedalam boiler untuk dipanaskan ulang di reheater (17) guna
menambah kualitas panas uap sebelum uap tersebut digunakan kembali di
intermediate pressure (IP) turbine (18) dan low pressure (LP) turbine (19).

Sementara itu, uap bekas dikembalikan menjadi air di condenser (23) dengan
pendinginan air laut (26) yang dipasok oleh circulating water pump (32). Air
kondensasi akan digunakan kembali sebagai air pengisi boiler. Air dipompakan dari
kondenser dengan menggunakan condensate extraction pump (24), pada awalnya
dipanaskan melalui low pressure heater (25), dinaikkan ke deaerator (27) untuk
menghilangkan gas-gas yang terkandung didalam air. Air tersebut kemudian
dipompakan oleh boiler feed pump (28) melalui high pressure heater (29), dimana
air tersebut dipanaskan lebih lanjut sebelum masuk kedalam boiler pada economizer
(30), kemudian air masuk ke steam drum (31). Siklus air dan uap ini berulang secara
terus menerus selama unit beroperasi.

Poros turbin dikopel dengan rotor generator (20), maka kedua poros
memiliki jumlah putaran yang sama. Ketika telah mencapai putaran nominal 3000
rpm, pada rotor generator dibuatlah magnetasi dengan brushless exitation system
dengan demikian stator generator (21) akan membangkitkan tenaga listrik dengan
tegangan 23 kV. Listrik yang dihasilkan kemudian disalurkan ke generator
transformer (22) untuk dinaikan tegangannya menjadi 500 kV. Sebagian besar listrik
tersebut disalurkan kesistem jaringan terpadu (interkoneksi) se Jawa-Bali melalui
saluran udara tegangan ekstra tinggi 500 kV dan sebagian lainnya disalurkan ke
gardu induk Cilegon dan daerah Industri Bojonegara melalui saluran udara tegangan
tinggi 150 kV. (Faisal & Kristianto, 2008).

4
3.2 Pengertian Perbubutan
Mesin bubut adalah salah satu jenis mesin perkakas yang digunakan untuk
proses pemotongan benda kerja yang dilakukan dengan membuat sayatan pada benda
kerja dimana pahat digerakkan secara translasi dan sejajar dengan sumbu dari benda
kerja yang berputar.
Mesin bubut merupakan mesin perkakas yang memiliki populasi terbesar di dunia ini
dibandingkan mesin perkakas lain seperti mesin freis, drill, sekrap dan mesin
perkakas lainnya.

3.2.1 Prinsip Mesin Bubut


Prinsip kerja mesin bubut ialah menghilangan bagian dari benda kerja untuk
memperoleh bentuk tertentu dimana benda kerja diputar dengan kecepatan tertentu
bersamaan dengan dilakukannya proses pemakanan oleh pahat yang digerakkan
secara translasi sejajar dengan sumbu putar benda kerja. Gerakan putar dari benda
kerja disebut gerak potong relatif dan gerakkan translasi dari pahat disebut gerak
makan (feeding).

3.2.2 Bagian-Bagian Mesin Bubut

Pada dasarnya mesin bubut terdiri dari beberapa komponen utama antara lain:

1. Meja mesin
2. Headstock
3. Tailstock
4. Compound slide
5. Across slide
6. Toolpost
7. Leadscrew
8. dan lain-lain.

5
3.2.3 Fungsi Bagian Mesin Bubut
Fungsi masing-masing bagian mesin bubut ialah sebagai berikut:

1. Tailstock untuk memegang atau menyangga benda kerja pada bagian ujung
yang berseberangan dengan chuck (pencekam) pada proses pemesinan di
mesin bubut.
2. Lead crew adalah poros panjang berulir yang terletak agak dibawah dan
sejajar dengan bangku, memanjang dari kepala tetap sampai ekor tetap.
Dihubungkan dengan roda gigi pada kepala tetap dan putarannya bisa dibalik.
Dipasang ke pembawa (carriage) dan digunakan sebagai ulir pengarah untuk
membuat ulir saja dan bisa dilepas kalau tidak dipakai.
3. Feedrod terletak dibawah ulir pengarah yang berfungsi untuk menyalurkan
daya dari kotak pengubah cepat (quick change box) untuk menggerakkan
mekanisme apron dalam arah melintang atau memanjang.
4. Carriage terdiri dari tempat eretan, dudukan pahat dan apron. Konstruksinya
kuat karena harus menyangga dan mengarahkan pahat pemotong. Dilengkapi
dengan dua cross slide untuk mengarahkan pahat dalam arah melintang.
Spindle yang atas mengendalikan gerakan dudukan pahat dan spindle atas
untuk menggerakkan pembawa sepanjang landasan.
5. Toolpost digunakan sebagai tempat dudukan pahat bubut, dengan
menggunakan pemegang pahat.
6. Headstock adalah tempat terletaknya transmisi gerak pada mesin bubut yang
mengatur putaran yang dibutuhkan pada proses pembubutan.

3.2.4 Dimensi dan Jenis Mesin Bubut


Dimensi atau ukuran mesin bubut biasanya dinyatakan dalam diameter benda
kerja yang dapat dikerjakan pada mesin tersebut. misalnya sebuah mesin bubut
ukuran 400 mm mempunyai arti mesin bisa mengerjakan benda kerja sampai
diameter 400 mm. Ukuran kedua yang diperlukan dari sebuah mesin bubut adalah
panjang benda kerja. Beberapa pabrik menyatakan dalam panjang maksimum benda
kerja diantara kedua pusat mesin bubut, sedangkan sebagian pabrik lain menyatakan
dalam panjang bangku. Ada beberapa variasi dalam jenis mesin bubut dan variasi
dalam desainnya tersebut tergantung cara pengoparasiannya dan jenis produksi atau
jenis benda kerja.

Dilihat cara pengoperasian mesin bubut dibagi menjadi dua jenis yaitu mesin bubut
manual/mesin bubut konvensional dan mesin bubut otomatis/ mesin bubut cnc. Mesin

4
bubut manual adalah mesin bubut yang proses pengoperasiannya secara manual
dilakukan oleh manusia secara langsung, sedangkan mesin bubut atomatis adalah
mesin bubut yang perkakasnya secara otomatis memotong benda kerja dan mundur
setelah proses diselesaikan, dimana semua pegerakan sudah diatur atau diprogram
secara otomatis dengan mengunakan komputer. Mesin bubut yang otomatis
sepenuhnya dilengkapi dengan tool magazine sehingga sejumlah alat potong dapat
diletakan dimesin secara berurutan dengan hanya sedikit pengawasan dari operator.

3.2.5 Gerakan-Gerakan dalam Membubut

1. Gerakan berputar, yaitu bentuk gerakan rotasi dari benda kerja yang
digerakan pahat dan dinamakan gerakan potong.
2. Gerakan memanjang, yaitu bentuk gerakan apabila arah pemotongannya
sejajar dengan sumbu kerja. Gerakan ini juga disebut gerakan pemakanan.
3. Gerakan melintang, yaitu bentuk gerakan apabilah arah pemotongannya tegak
lurus terhadap sumbu kerja. Gerakan ini juga disebut dengan gerakan
melintan atau pemotongan permukaan.

3.3 Cara Menggunakan Mesin Bubut

1. Mepersiapkan alat-alat yang diperlukan seperti pahat bubut,kunci chuck, dll,


2. Memastikan keadaan mesin masih off dan mesin itu terhindar dari benda
yang mudah terbakar,
3. Memasang pahat bubut pada rumah pahat (tool post) setinggi ujung senter.
4. Memasang benda kerja yang akan dibubut pada cekam/chuck.
5. Membubut benda kerja sesuai spesifikasi yang diinginkan.

3.3.1 Peralatan Pelengkap Yang Terdapat Pada Mesin Bubut

 Pelat cekam (pencekam)


 Pelat pembawa
 Senter
 Collet
 Penyangga
 Pahat bubut
 dll

5
 Teori Dasar Mesin Bubut

Mesin bubut merupakan salah satu metal cutting machine dengan gerak utama
berputar. Prinsip kerjanya adalah benda kerja dicekam oleh chuck dan berputar
sedangkan pahat potong bergerak maju untuk melakukan pemotongan dan
pemakanan. Proses bubut adalah proses pemesianan untuk menghasilkan bagian-
bagian mesin berbentuk silindris yang dikerjakan dengan menggunakan mesin
bubut.

 Komponen – Komponen Utama Mesin Bubut

 Kepala Tetap (Headstock)

Kepala tetap terletak pada bagian sebelah kiri mesin bubut. Pada bagian ini
terdapat spindel yang berfungsi untuk memutar benda kerja. Pada bagian
headstock juga terdapat tuas – tuas yang berguna untuk mengatur kecepatan putar
spindel.

Gambar 1. Kepala Tetap.

 Kepala Lepas (Tailstock)

Kepala lepas terletak pada bagian sebelah kanan mesin bubut. Kepala lepas
berfungsi pada pekerjaan bubut dengan dua center, untuk menghindari benda
kerja bengkok pada saat proses pembubutan, misalnya pada pekerjaan
pembubutan As dan kepala lepas juga dapat dipasangi mata bor untuk pekerjaan
pengeboran.

Gambar 2. Kepala Lepas.

4
 Eretan (Carriage)

Carriage merupakan penopang dan pembawa pahat bubut. Pada Carriage


terdapat eretan melintang dan eretan kombinasi yang berguna untuk mengatur
gerak dan posisi pahat. Pada carriage juga terdapat tool holder dan juga tuas
menggerakkan carriage secara manual maupun otomatis.

Gambar 3. Carriage.

 Meja Mesin (Lathe Bed)

Lathe bed merupakan kerangka mesin bubut. Di bagian atasnya terdapat kepala
lepas dan carriage.

Gambar 4. Meja Mesin.

5
 Parameter Proses Bubut

Dalam proses pembubutan terdapat elemen dasar proses bubut yang dapat
diketahui atau dihitung dengan menggunakan rumus yang dapat diturunkan dari
gambar kerja. Kondisi pemotongan ditentukan sebagai berikut :

Benda Kerja :

𝑑𝑜 = diameter mula (mm)

𝑑𝑚 = diameter akhir (mm)

𝑙𝑡 = panjang pemesinan (mm)

Pahat :

𝑥𝑟 = sudut potong utama (◦)

𝛾𝑜 = sudut geram (◦)

Mesin Bubut :

𝑎 = kedalaman potong (mm)

𝑓 = gerak makan (mm/r)

𝑛 = putaran poros utama (rpm)

Elemen dasar dapat dihitung dengan rumus-rumus berikut :

a. Kecepatan Potong :

Dimana, d = diameter rata-rata, yaitu :

4
b. Kecepatan Makan :

𝑣𝑓=𝑓.𝑛 (𝑚/𝑚𝑖𝑛)

c. Kedalaman Potong :

d. Waktu Pemotongan :

𝑡𝑐= 𝑙𝑡𝑣𝑓 (𝑚𝑖𝑛)


e. Kecepatan penghasilan geram : 𝑍=𝐴.𝑉 dimana, penampang geram sebelum
terpotong 𝐴=𝐹.𝑎 (𝑚𝑚3), maka :
𝑍=𝑓.𝑎.𝑣 (𝑐𝑚3min ) ……………………………………………………

3.3.2 Jenis Pekerjaan Yang Dapat Dilakukan Mesin Bubut

1. Pembubutan muka (facing), yaitu proses pembubutan yang dilakukan pada


tepi penampang atau gerak lurus terhadap sumbu benda kerja, sehingga
diperoleh permukaan yang halus dan rata.
2. Pembubutan rata (pembubutan silindris), yaitu pengerjaan benda yang
dilakukan sepanjang garis sumbu.
3. Pembubutan ulir (threading), yaitu pembubutan ulir dengan pahat ulir.
4. Pembubutan tirus (taper), yaitu proses pembubutan enda kerja berbentu
konis.
5. Pembubutan (drilling), yaitu pembubutan denganmenggunakan mata or,
sehingga akan diperoleh lubang pada benda kerja.
6. Perluasan lubang (boring), yaitu proses pembubutan yang bertujuan untuk
memperbesar lubang.

5
7. Knurling, yaitu proses pembubutan luar (pembubutan silindris) yang
bertujuan untuk membubut profil pada permukaan benda kerja.

3.3.3 Parameter Pemotongan Pada Mesin Bubut

1. Kecepatan potong (Cutting Speed), yaitu kecepatan dimana pahat melintasi


benda kerja untuk mendapatkan hasil yang paling baik pada kecepatan yang
sesuai.
2. Gerak makan (Feed), adalah penggerak titik sayat alat potong per satu
putaran benda kerja.
3. Kedalaman Pemotongan (Depth of Cut), adalah dimana dalamnya masuk alat
potong menuju sumbu-sumbu benda.
4. Waktu Pemesinan ( Mechining Time), adalah banyaknya waktu penyayatan
yang dibutuhkan untuk mengerjakan (membentuk atau memotong) suatu
benda kerja.

3.3.3.1 Jenis Pahat Mesin Bubut


A. Pahat HSS (High Speed Steel)
Bila diartikan kedalam bahasa indonesia maka menjadi baja berkecepatan
tinggi. Namun dapat dipahami HSS merupakan peralatan yang berasal dari baja
dengan unsur karbon yang tinggi. Biasanya digunakan untuk mengasah atau
memotong benda kerja. Pahat ini sering digunakan karena kuat dalam pengerjaan
panas. Pahat HSS memiliki ketahanan terhadap abrasif yang tinggi, jadi awet jika
digunakan.
B. Carbide
Pahat jenis ini dibentuk dengan campuran bahan kimia. Dalam bentuk dasarnya
carbide berbentuk butir – butir abrasif yang sangat halus, tetapi dapat dipadatkan
dan dibentuk menjadi peralatan dalam perindustrian. Carbide ini memiliki kekerasan
3 kali lipat dari baja. Sehingga hanya dapat dilakukan proses pemolesan
menggunakan silikon karbida, boron nitrida bahkan berlian.

Beragam bentuk benda kerja yang ingin kita buat di mesin bubut
menuntut kita untuk mempersiapkan bentuk – bentuk pahat bubut yang umum
dipakai. Bambar berikut menjelaskan macam – macam bentuk pahat bubut dan
benda kerja yang dihasilkan. Bagian pahat yang bertanda bintang adalah pahat
kanan, artinya melakukan pemakanan dari kanan ke kiri saat proses pengerjaan.

Berdasarkan bentuknya, pahat bubut diatas dari kanan ke kiri adalah:

4
1. Pahat alur lebar
2. Pahat pinggul kiri
3. Pahat sisi kiri
4. Pahat ulir segitiga
5. Pahat alur segitiga (kanan – kiri)
6. Pahat alur
7. Pahat ulir segitiga kanan
8. Pahat sisi/ permukaan kanan (lebih besar)
9. Pahat sisi/permukaan kanan
10. Pahat pinggul/champer kanan
11. Paha sisi kanan

Berikut adalah gambar, penjelasan dan fungsi pahat-pahat pada mesin


bubut CNC.
1. Pahat Ulir atau Insert Ulir

Fungsinya digunakan untuk membuat ulir, baik ulir tunggal maupun ulir
ganda. Bentuk pahat ulir harus sesuai dengan bentuk ulir yang diinginkan, misalnya
sudut ulir yang di inginkan 45˚ maka pahat yang harusnya dibuat adalah memiliki
sudut 45˚. Untuk itu diperlukan pengasahan pahat sesuai dengan mal ulirnya.
Standart sudut pahat ulir di lihat dari bentuknya di bagi menjadi 2 : sudut metris 60˚
dan sudut ulir whitwoth 55°.

*Contoh pembubutan ulir di CNC

Cara pemakanan ulir agar pahat tidak mudah aus dan patah:
a. Miringkan sudut tirus searah jarum jam dengan sudut (sudut pahat ulir / 2; metris
60°/2=30°, whitwoth 55°/2 = 27,5°)
b. Baskan ketinggian pahat dengan sumbu senter.
c. Tegak luruskan pahat dengan benda kerja dengan menggunakan mal pahat ulir.
d. Demakanan harus 2:1 yaitu nonius eretan bawah dua kali lipat dari nonius eretan
atas yaitu eretan tirus (misal: nonius eretan bawah pemakanan 2 strip atau 2 garis
nonius dan ditambah nonius eretan atas atau tirus 1 strip atau 1 garis nonius.

5
2. Pahat pengasaran biasanya digunakan untuk program G71 dimana jenis
pahat ini terdapat dua jenis (yang di lingkari) :

a. Pahat Rata Kiri

Fungsinya digunakan untuk pembubutan rata memanjang yang pemakanannya di


mulai dari kiri ke arah kanan mendekati posisi kepala lepas. Pahat rata kiri ini
memiliki sudut baji 55˚.

b. Pahat Rata kanan

Fungsinya digunakan untuk pembubutan rata memanjang yang pemakanannya di


mulai dari kiri ke arah kanan mendekati posisi cekam. Pahat bubut rata kanan
memiliki sudut baji 80˚ dan sudut-sudut bebas lainnya.

3. Pahat Bor
Kegunaan Pahat Bor yaitu digunakan untuk mendapatkan kedalaman yang
diharapkan, letaknya di ujung rangkaian pipa pemboran dinamakan mata bor atau bit.
Semakin besar diameter pahat maka semakin kecil kecepatan putaran sehingga tools
/ pahat bor menjadi awet.
 Ada tiga macam mata bor jika dilihat dari jenis batuan yang dibor, yaitu :
- Mata bor untuk batuan lunak , bentuk gigi panjang dan langsing.
- Mata bor untuk batuan sedang, bentuk gigi agak pendek dan tebal.
- Mata bor untuk batuan keras, bentuk gigi pendek dan tebal.
 Ukuran – ukuran pahat yang biasa dipakai :
- Pahat 36” untuk pipa selubung 30”
- Pahat 26” untuk pipa selubung 20”
- Pahat 17. 1/2 untuk pahat selubung 13. 3/8”
- Pahat 12. 1/4” untuk pipa selubung 9. 5/8”
- Pahat 8. 1/2” untuk selubung 7”
- Pahat 6” untuk pipa selubung 4.1/2”

4. Pahat Potong (cutting)


Sesuai dengan namanya pahat ini memiliki fungsi yang digunakan untuk
memotong benda kerja. Setalah dilakukan pembubutan hingga hasil akhir maka
selanjutnya diteruskan dengan pemotongan benda kerja lihat gambar dibawah ini
bentuk pahat potong untuk bubut.

4
3.3.3.2 Keselamatan Kerja Pada Proses Bubut

1. Baca dulu intruksi manual sebelum memulai mengoprasikan mesin


2. Upayakan tempat kerja tetap bersih dengan penerangan yang memadai
3. Semua peralatan harus digrounded
4. Gunakan selalu kacamata pelindung setiap saat bekerja dengan mesin
5. Hindari pengoprasian mesin pada lingkungan yang berbahaya, seperti
lingkungan yang banyak mengan dung bahan mudah terbakar
6. Yakinkan bahwa tombol dalam keadaan OFF sebelum menghubungkan
mesin dengan sumber listrik
7. Pertahan kan kebersihan tempat kerja, bebas dari kekacaua, minyak dan
sebagainya
8. Tetapkan batas aman untuk pengunjung
9. Ketika membersihkan mesin, upayakan mesin dalam keadaan mati, maka
lebih baik jika hubungan dengan sumber listrik diputus
10. Gunakan selalu alat dan perlengkapan yang ditentukan
11. Gunakan selalu alat yang benar.

3.3.3.3 Hal-hal Yang Perlu Dilakukan Untuk Menghindari Kecelakaan


Kerja

1. Lindungi lintasan meja dari hubungan langsung dengan listrik.


2. Selalu gunakan kaca mata pelindung.
3. Jangan menghentikan spindel dengan tangan.
4. Jangan biarkan kunci chuck tetap menempel pada chuck.

5
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 PERAWATAN MESIN BUBUT

Perawatan mesin dimaksudkan agar kondisi mesin bubut selalu dalam keadaan siap
pakai. Selain itu juga agar umur pakai (life time) mesin bubut dapat lebih lama. Artikel
kali ini akan membahas tentang cara perawatan mesin bubut konvensional yang
benar. Perawatan ini sebaiknya dilakukan oleh operator yang menggunakan mesin
bubut tersebut maupun teknisi yang memang bertanggungjawab terhadap kondisi
mesin bubut tersebut. Perawatan ini dilakukan juga dalam rangka menjaga aspek
keselamatan kerja dalam penggunaan mesin. Perawatan ini secara umum dilakukan
dalam dua kategori, yaitu: perawatan rutin dan perawatan berkala.

Perawatan rutin atau juga disebut perawatan ringan dilakukan setiap kali mesin
digunakan. Perawatan ini harus dilakukan oleh operator yang menggunakan mesin
tersebut. Berikut ini beberapa hal yang minimal harus dilakukan oleh operator mesin
bubut dalam perawatan rutin, yaitu:

 Cara perawatan mesin bubut konvensional: Sebelum digunakan

 Memastikan semua bagian mesin bubut dalam kondisi baik dan siap digunakan.
 Memeriksa terlebih dahulu bagian-bagian bergerak dan atau bergesekan dan
memastikan kondisi pelumasan masih baik, misal: semua eretan, kepala lepas,
cekam, dan handle pengatur.
 Mencoba putaran mesin terlebih dahulu pada putaran rendah.
 Mencoba fungsi pengereman mesin dan memastikan bahwa masih berfungsi
dengan baik

4
 Cara perawatan mesin bubut konvensional: Selama dioperasikan

 Memastikan benda kerja dicekam dengan kuat dan alat potong/pahat juga diikat
dengan baik.
 Mengoperasikan mesin bubut sesuai dengan parameter pembubutan yang benar,
putaran mesin, feed rate dan ketebalan pemakanan.
 Segera menghentikan mesin ketika terdengar suara atau terjadi kondisi yang
tidak semestinya dan segera laporkan pada teknisi.
 Operator tidak diperbolehkan melakukan perbaikan sendiri terhadap kerusakan
yang terjadi pada mesin.

 Cara perawatan mesin bubut konvensional: Setelah selesai digunakan

 Membersihkan semua bagian mesin dari bram/tatal atau kotoran lain akibat
pengoperasian mesin bubut.
 Melepaskan benda kerja dan semua alat potong maupun alat bantu lainnya
setelah selesai menggunakan mesin bubut.
 Memeriksa dan memastikan semua bagian mesin kembali semula seperti pada
saat sebelum digunakan.
 Menempatkan kepala lepas dan eretan pada posisi paling kanan dari meja.
 Memposisikan saklar power pada posisi OFF dan memastikan semua aliran
listrik pada mesin bubut sudah mati

Cara perawatan mesin bubut konvesional yang lain adalah dilakukan perawatan
berkala dalam rentang waktu tertentu. Perawatan ini sebaiknya hanya dilakukan oleh
teknisi yang memiliki kompetensi untuk melakukan perawatan sesuai dengan
petunjuk perawatan mesin yang dikeluarkan oleh fabrikan mesin bubut tersebut.
Jangka waktu perawatan tergantung tingkat perawatan yang dilakukan, yaitu:
perwatan weekly, monthly dan annually. Sebagai contoh perawatan ini adalah
pemeriksaan pelumasan, penggantian air coolant, pemeriksaan roda-roda gigi

5
transmisi, kondisi eretan dan lainnya. Perawatan ini juga sebaiknya dilakukan ketika
terjadi masalah atau kerusakan pada mesin pada saat sedang dioperasikan.

4.2 Perhitungan Data


Parameter
Parameter pada proses pembubutan adalah, informasi berupa dasar-dasar
perhitungan, rumus dan tabel-tabel yang mendasari teknologi proses
pemotongan/penyayatan pada mesin bubut. Parameter pemotongan pada proses
pembubutan meliputi:
 kecepatan potong (Cutting speed - Cs),
 kecepatan putaran mesin(Revolotion Permenit - Rpm),
 kecepatan pemakanan (Feed - F)
 waktu proses pemesinannya

Kecepatan potong (Cutting speed – Cs )


Kecepatan potong (Cs) adalah kemampuan alat potong menyayat bahan dengan aman
menghasilkan tatal dalam satuan panjang/waktu (meter/menit atau feet/ menit).

Kecepatan Putaran Mesin Bubut ( Rpm)


Kecepatan putaran mesin bubut adalah, kemampuan kecepatan putar mesin bubut
untuk melakukan pemotongan atau penyayatan dalam satuan putaran/menit. Maka
dari itu untuk mencari besarnya putaran mesin sangat dipengaruhi oleh seberapa
besar kecepatan potong dan keliling benda kerjanya. Mengingat nilai kecepatan

4
potong untuk setiap jenis bahan sudah ditetapkan secara baku, maka komponen
yang bisa diatur dalam proses penyayatan adalah putaran mesin/benda kerjanya.
Dengan demikian rumus dasar untuk menghitung putaran mesin bubut adalah:

Keterangan:
d : diameter benda kerja (mm)
Cs : kecepatan potong (meter/menit)
π : nilai konstanta = 3,14

Contoh :
Sebuah baja lunak berdiameter 62 mm, akan dibubut dengan kecepatan potong (Cs)
25 meter/menit. Kecepatan putaran (rpm) adalah:

Jadi kecepatan putaran mesinnya adalah sebesar 128,415 putaran per-menit

Hasil perhitungan di atas sebagai acuan dalam menyetel putaran mesin agar sesuai
dengan putaran mesin yang tertulis pada tabel yang ditempel di mesin tersebut.
Artinya, putaran mesin aktualnya dipilih dalam tabel pada mesin yang nilainya
paling dekat dengan hasil perhitungan di atas. Untuk menentukan besaran putaran
mesin bubut juga dapat menggunakan tabel yang sudah ditentukan berdasarkan
perhitungan empiris

5
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan analisis di PT Indonesia Power UP Suralaya dengan
perhitungan dan menganalisa perbandingan performa antara spesifikasi desain
dengan data aktual, sehingga dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu:

1. Dilihat dari mesin-mesin bengkel unit 5-7 masih dalam kondisi baik dan
lingkungan tempat kerja terlihat sangat bersih, sehingga dapat dikatakan
bahwa lingkungan bengkel unit 5-7 masih dalam kondisi baik.

2. Kapasitas coolant yang sangat banyak sering kali menyebabkan banyaknya


coolant tergenang pada Mesin Bubut berdasarkan fakta di lapangan.

5.2 Saran
Pelaksanaan Cleaning Workshop sesuai prosedur seharusnya dilakukan pada
sore hari lagi, supaya tempat workshop bengkel unit 5-7 lebih bersih lagi.

4
DAFTAR PUSTAKA

Basuki. (2008). Pemeliharaan Kondensor Unit 1-4 PLTU Suralaya. Jakarta: Jurusan
Teknik Mesin Sekolah Tinggi-PLN.

Brogan, R. (2011). Shell and Tube Heat Exchanger.


Pada link http://www.thermopedia.com/content/1121/. Diakses pada
tanggal 26 Juli 2017 pada pukul 20.5 WIB.

Buku Manual. Teori Dasar Termal Pembangkit. Suralaya: Perpustakaan PT


Indonesia Power Unit Pembangkitan Suralaya.

Faisal, A. dan Kristianto, A. (2008). Sistem Pengukuran Kuantitas Batubara Pada


Instalasi Penyaluran Bahan Bakar. Yogyakarta: Jurusan Teknik Fisika
Universitas Gadjah Mada.

Incropera, F., Dewitt, D., Lavine, A. dan Bergman, T. (2007). Fundamentals of Heat
and Mass Transfer: Sixth Edition.

Perusahaan Umum Milik Negara. Maintenance Manual : Main Condenser and Feed
Water System. Suralaya: Perpustakaan PT Indonesia Power Unit
Pembangkitan Suralaya. Vol. TM2.

Wibawa, I. (2014). Heat Exchanger. Lampung: Jurusan Teknik Kimia Universitas


Lampung.

Widiatmoko, Y. (2013). Analisa Performa Feedwater Heater Sebelum dan Sesudah


Outage PLTU Tanjung Jati B Unit 1. Yogyakarta: Program Diploma
Teknik Mesin Universitas Gadjah Mada.

xiii

Anda mungkin juga menyukai