Disusun Oleh:
YOSUA NIGEL
0021855162
KOMPETENSI KEAHLIAN
TEKNIK PERMESINAN
TAHUN 2018
LAPORAN KEGIATAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
(PRAKERIN)
PT. INDONESIA POWER
Komplek PLTU Suralaya Kotak Pos 15 Merak
DISUSUN OLEH :
KELAS : XI MESIN 2
NIS/NISN : 0021855162
YOSUA NIGEL
0021855162
DISAHKAN OLEH :
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Kepala Sekolah
Widodo, MPd
i
LEMBARAN PENGESAHAN II
YOSUA NIGEL
0021855162
PEMBIMBING
ii
IDENTITAS SISWA
iii
PROFIL PERUSAHAAN
Cilegon,Banten
No Telp : (02254)-571230,572140,571243
No Fax : (02254)-571235
Jam Kerja Prakerin : - Senin s/d Jumat : 07.00 s/d 16.00 wib
iv
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, penulis dapat
menyelesaikan laporan kerja praktik ini tanpa halangan suatu apapun.
Kerja praktik ini dilaksanakan (kurang lebih satu bulan) terhitung mulai dari
tanggal 3 September 2018 sampai dengan 28 September 2018. Laporan kerja
praktik ini disusun untuk memenuhi persyaratan akademis pada matakuliah kerja
praktik di Teknik Mesin,SMKN 1 Cilegon.
2. Kedua orang tua saya, Bapak Pangihutan dan Ibu Darmawati yang
memberikan dukungan baik moral, spiritual maupun material hingga
terselesainya laporan kerja praktik ini.
v
Dalam penyusunan laporan kerja praktik ini, penulis menyadari bahwa
laporan ini masih jauh dari kata kesempurnaan. Untuk itu, perlu adanya kritik dan
saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat diharapkan demi
kesempurnaan penyusunan laporan kerja praktik ini. Semoga laporan kerja praktik
ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembacanya.
Yosua Nigel
0021855162
v
DAFTAR ISI
PROFIL PERUSAHAAN….……………………………………………………iv
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 2
1.3 Batasan Masalah ........................................................................... 2
1.4 Tujuan Penulisan ......................................................................... 3
1.5 Manfaat Penulisan ........................................................................ 3
1.6 Waktu dan Lokasi Pelaksanaan ................................................... 3
1.7 Metode Pengambilan Data .................................................................. 4
1.8 Sistematika Penulisan .......................................................................... 4
vi
v
BAB III. DASAR TEORI
3.1 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) ……............................................. 13
3.1.1 Gambaran Umum PLTU ........................................................................... 13
3.1.2 Komponen Utama PLTU ........................................................................... 14
3.1.3 Proses Produksi Energi Listrik .................................................................. 16
3.2 Perngertian Perbubutan ................................................................................ 18
3.2.1 Prinsip Mesin Bubut .............................................................................. 18
3.2.2 Bagian-bagian Mesin Bubut ...................................................................... 18
3.2.3 Fungsi bagian Mesin Bubut ..................................................................... 19
3.2.4 Dimensi dan Jenis Mesin Bubut ............................................................... 20
3.2.5 Gerakan-Gerakan dalam Membubut ......................................................... 21
3.3 Cara Menggunakan Mesin Bubut ……….................................................. 22
3.3.1 Peralatan Pelengkap Yang Terdapat Pada Mesin Bubut ………………… 22
3.3.2 Jenis Pekerjaan Yang Dapat Dilakukan Mesin Bubut .............................. 23
3.3.3 Parameter Pemotongan Pada Mesin Bubut .............................................. 27
3.3.3.1 Jenis Pahat Mesin Bubut ........................................................................ 29
3.3.3.2 Keselamatan Kerja Pada Proses Bubut................................................... 31
3.3.3.3 Hal-hal yang perlu dilakukan untuk menghindari kecelakaan kerja ……. 31
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 51
5.2 Saran ................................................................................................ 51
5.3 Lampiran …………………………………………………………… 51
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Komponen utama pada suatu sistem PLTU meliputi boiler, turbin, pompa,
kondensor, dan generator. Namun, komponen-komponen lainnya dalam lingkup
yang lebih spesifik dapat membantu menaikkan efisiensi secara keseluruhan pada
PLTU. Salah satunya yaitu komponen high pressure heater (HP heater). HP heater
merupakan suatu alat penukar kalor yang memanfaatkan energi sisa dari uap yang
telah digunakan untuk memutar turbin bertekanan tinggi (high pressure turbine).
Uap tersebut disebut uap ekstraksi (steam extraction).
Secara umum proses pemanasan awal yang dilakukan alat ini dengan
menggunakan uap ekstraksi (steam extraction) dari high pressure turbine untuk
pemanas awal bertekanan tinggi. Dengan dilakukan proses pemanasan awal ini,
jelas akan menghemat bahan bakar untuk proses penguapan air menjadi uap. Proses
pemanasan awal pada air umpan memiliki dua acuan yaitu tekanan dan temperatur,
oleh karenanya kedua faktor tersebut harus dijaga agar selalu berada pada nilai
standart yang ditetapkan. Performa HP heater bisa saja penurunan apabila tekanan
dan temperatur tidak dijaga, sehingga temperatur air umpan yang dipanaskan tidak
sesuai standart yang ditetapkan. Penurunan performa kemungkinan bisa terjadi
masalah pada beberapa bagian HP heater, misalnya
1
pada water chamber, drain line dan sebagainya. Masalah tersebut mungkin saja
terjadi karena kegagalan dari proses operasi, adanya tube yang bocor ataupun
kotoran yang menempel di dalam tube maupun shell pada HP heater tersebut.
Oleh karena itu, untuk mengetahui performa pada HP heater tersebut apakah masih
beroperasi pada kondisi baik perlu dilakukan pemeriksaan dengan metode secara
matematis. Metode yang dimaksud adalah analisis performa HP heater dengan
metode penyerapan kalor pada feedwater, heat transfer rate, dan logarithmic mean
temperature difference (LMTD). Dengan dilaksanakannya perhitungan ini, akan
didapatkan hasil analisis apakah ada terjadinya penurunan performa. Apabila ada
penurunan performa, maka bisa segera dilakukan perbaikan guna mempertahankan
performa pada HP heater sehingga dapat beroperasi dengan baik.
5
1.4 Tujuan Penulisan
Dari latar belakang permasalahan yang dijelaskan, maka dapat ditentukan bahwa
tujuan dari laporan ini meliputi :
2. Mengetahui apakah kinerja dari high pressure heater 6 unit 4 masih layak
untuk beroperasi.
4
1.7 Metode Pengambilan Data
Laporan ini disusun berdasarkan metode pengumpulan informasi meliputi :
1. Metode Observasi (Pengamatan)
Yakni metode pengumpulan data dengan cara langsung melakukan
pengamatan di lapangan.
2. Metode Informasi (Wawancara)
Yakni metode pengumpulan dara dengan cara bertanya hal-hal yang berkaitan
dengan topik pembahasan.
4. Metode Browsing
Yakni metode pengumpulan data dengan cara melakukan pencarian data yang
dibutuhkan di internet.
BAB I : Pendahuluan
Pada bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, batasan
masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, waktu dan lokasi, metode
pengambilan data, dan sistematika penulisan.
5
BAB IV : Pembahasan
Pada bab ini membahas tentang membubt dan mengelas yang berada di
unit 5-7.
BAB V : Penutup
Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran dari laporan kerja praktik
di bengkel unit 5-7.
4
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
Sebagai penerapan tahap awal, pada tahun 1994 PLN diubah statusnya dari
Perum menjadi Persero. Setahun kemudian, tepatnya 3 Oktober 1995, PT PLN
(Persero) membentuk dua anak perusahaan dengan tujuan untuk memisahan misi
sosial dan misi komersial dari Badan Usaha Milik Negara tersebut. Salah satu anak
perusahaan itu adalah PT Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa-Bali I, atau dikenal
dengan nama PLN PJB1. Anak perusahaan ini ditujukan untuk menjalankan usaha
komersial pada bidang pembangkitan tenaga listrik dan usahausaha yang terkait.
5
Pembangkit-pembangkit yang dimiliki oleh Indonesia Power Unit
Pembangkit diantaranya : Suralaya 3400 MW, Priok 1444,08 MW, Saguling 797,36
MW, Kamojang 360 MW, Semarang 1414,16 MW, Mrica 306,44 MW, Perak dan
Grati 864,08 MW, dan Bali 335,07 MW.
Tahap I : Pembangunan dua unit PLTU yaitu Unit 1 dan Unit 2 yang masing-
masing berkapasitas 400 MW. Dimana pembangunannya dimulai pada bulan Mei
1980 sampai dengan Juni 1985 dan telah beroperasi sejak 4 April 1985 untuk Unit
1 dan 26 Maret 1986 untuk Unit 2.
Tahap II : Pembangunan dua unit PLTU yaitu Unit 3 dan Unit 4 yang
masing-masing berkapasitas 400 MW. Dimana pembangunannya dimulai pada
bulan Juni 1985 dan berakhir pada bulan Desember 1989 dan telah beroperasi sejak
6 Februari 1989 untuk Unit 3 dan 6 November 1989 untuk Unit 4.
4
Kapasitas terpasang PT Indonesia Power UP Suralaya 3400 MW :
1. Unit 1-4 = 4 x 400 MW = 1600 MW
2. Unit 5-7 = 3 x 600 MW = 1800 MW
+
Total = 3400 MW
b. Aplikasi bentuk kilat petir pada huruf “O” melambangkan “tenaga listrik”
yang merupakan lingkup usaha utama perusahaan.
5
c. Titik/bulatan merah diujung kilat petir merupakan simbol perusahaan yang
telah digunakan sejak masih bernama PT PLN PJB 1. Titik ini merupakan
simbol yang digunakan di sebagian besar materi komunikasi perusahaan.
2. Makna Berdasarkan Warna
a. Merah
Diaplikasikan pada kata INDONESIA menunjukkan identitas yang kuat dan
kokoh sebagai pemilik sumber daya untuk memproduksi tenaga listrik, guna
memanfaatkan di Indonesia dan luar negeri.
b. Biru
Diaplikasikan pada kata POWER. Pada dasarnya warna
biru menggambarkan sifat pintar dan bijaksana, dengan aplikasi kata
POWER, maka warna ini menunjukkan produk tenaga listrik yang
dihasilkan perusahaan memiliki ciri-ciri berteknologi tinggi, efisien, aman
dan ramah lingkungan.
c. Motto
“Bersama kita maju”
d. Tujuan
1) Meningkatkan pertumbuhan perusahaan secara berkesinambungan
dengan bertumpu pada usaha penyedia tenaga listrik dan sarana
penunjang yang berorientasi pada permintaan dasar yang berwawasan
lingkungan.
4
3) Mengoperasikan pembangkit listrik secara kompetitif serta mencapai
standar kelas dunia dalam hal keamanan, kehandalan, efisiensi, maupun
kelestarian lingkungan.
4) Mengembangkan kebudayaan perusahaan yang sehat, yaitu saling
menghargai antar karyawan dan mitra serta mendorong terus kekokohan
integritas pribadi dan profesionalisme.
e. Paradigma Perusahaan
“Hari ini lebih baik dari kemarin, hari esok lebih baik dari hari ini”.
Sebelumnya ada 4 lokasi alternatif yang dipilih sebagai lokasi dengan bahan
bakar utamanya batubara, yakni Cigading, Suralaya, Gorenjang, atau Tanjung Pasir.
Hasil dari studi kelayakan, daerah Suralaya yang dipilih sebagai lokasi yang paling
baik, dikarenakan beberapa faktor sebagai berikut:
5
e. Tersedia tempat yang cukup untuk penimbunan limbah abu dari sisa
pembakaran batubara.
4
b. Nilai adalah bagian dari pada budaya/culture perusahaan yang dirumuskan
untuk membantu upaya mewujudkan budaya perusahaan tersebut di PT
Indonesia Power, nilai ini disebut dengan “Filosofi Perusahaan”.
c. Paradigma adalah suatu kerangka berpikir yang melandasi cara seseorang
menilai sesuatu.
5
b. Profesional
Mengusai pengetahuan, keterampilan, dan kode etik sesuai bidang.
c. Harmoni
Serasi, selaras, seimbang dalam pengembangan kualitas pribadi. Hubungan
dengan stakeholder (pihak terkait) dan hubungan dengan lingkungan hidup.
d. Pelayanan Prima
Memberikan pelayanan yang memenuhi kepuasan melebihi harapan
stakeholder.
e. Peduli
Peka tanggap dan bertindak untuk melayani stakeholder serta memelihara
lingkungan sekitar.
f. Pembelajar
Terus menerus meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta kualitas
diri yang mencakup fisik, mental, sosial, agama dan kemudian berbagi
dengan orang lain.
g. Inovatif
Terus menerus dan berkesinambungan menghasilkan gagasan baru dalam
usaha melakukan pembaharuan untuk menyempurnakan baik proses maupun
produk dengan tujuan peningkatan kerja.
4
BAB III
DASAR TEORI
Gambaran secara umum dari PLTU ialah air dipanaskan di dalam ketel uap
(boiler), maka terjadi perubahan fasa dari cair menjadi uap. Uap tersebut
dikembangkan melalui pemancar (nozzle) dan sudu turbin, sehingga energi yang
terkandung di dalam uap dapat diubah menjadi energi kinetik yang menghasilkan
putaran rotor turbin. Selanjutnya putaran ini menggerakan rotor pada generator yang
dapat mengkonversikan menjadi energi listrik pada lilitan stator dari generator.
Energi listrik tersebut disalurkan ke pengguna melalui sistem jaringan. Sistem
jaringan tersebut meliputi trafo, peralatan hubung bagi, kabel, dan sebagainya.
PLTU merupakan mesin konversi energi yang merubah energi kimia dalam
bahan bakar menjadi energi listrik melalui beberapa proses. Proses konversi energi
pada PLTU berlangsung melalui tiga tahapan, yaitu: (dapat dilihat pada Gambar
3.1).
1. Pertama, energi kimia yang terkandung dalam bahan bakar diubah menjadi
energi panas melalui proses pembakaran di dalam furnace boiler. Selanjutnya
energi panas yang dihasilkan oleh proses pembakaran tersebut ditransfer ke
feedwater melalui tube boiler (economizer, riser, superheater) sehingga
menjadi uap bertekanan dan temperatur tinggi.
5
2. Kedua, energi yang terkandung dalam uap superheat (entalphi) diubah menjadi
energi mekanik dalam bentuk putaran turbin melalui profil blade turbin.
3. Ketiga, energi mekanik yang dihasilkan oleh poros turbin diteruskan ke poros
generator yang dihubungkan melalui kopling rigid. Energi mekanik pada poros
generator kemudian diubah menjadi energi listrik.
Gambar 3.1 Proses Konversi Energi Pada PLTU (Sumber: Manual Book)
4
b. Turbin
Turbin merupakan komponen yang memanfaatkan energi potensial pada
uap menjadi energi mekanik dalam bentuk putaran rotor turbin. Uap yang masuk
ke turbin melalui pemancar dan sudu turbin, membangkitkan energi kinetik
kecepatan uap dan dimanfaatkan menjadi energi putaran pada sudu rotor turbin.
Uap keluar sudu akhir turbin didinginkan pada kondensor sehingga mengembun
kemudian dialirkan kembali menuju ke boiler.
c. Generator
Generator merupakan alat yang berperan untuk mengubah energi mekanik
(putaran poros turbin) menjadi energi listrik pada lilitan stator dengan alat penguat
medan. Pada lilitan rotor dan stator dari generator, akan timbul energi panas yang
disalurkan keluar dengan pendinginan. Pendinginan dapat dilakukan dengan udara,
gas hidrogen, dan air.
d. Alat Bantu
Alat bantu berfungsi sebagai peralatan untuk menjaga agar siklus air dan uap
dapat terjadi secara setimbang dengan efisiensi yang optimal. Alat bantu terdiri dari
beberapa macam peralatan, diantaranya pompa, pemanas awal air, sistem
pelumasan, sistem pendinginan, kompresor udara kontrol, kompresor udara servis,
sistem hidrogen, minyak perapat, dan sebagainya.
5
bongkahan batubara, mencampur, dan sebagainya. Peralatan ini secara umum
disebut dengan coal handling.
4
16. High Pressure Turbin 32. Circulating Water Pump
Batubara yang dibongkar dari kapal di coal Jetty dengan menggunakan ship
unloader atau dengan peralatan pembongkaran kapal itu sendiri, dipindahkan ke
hopper dan selanjutnya diangkut dengan conveyor menuju penyimpanan sementara
(temporary stock) dengan melalui telescopic chute (2) atau dengan menggunakan
stacker/reclaimer (1) atau langsung batubara tersebut ditransfer malalui junction
house (3) ke scrapper conveyor (4) lalu ke coal bunker (5), seterusnya ke coal feeder
(6) yang berfungsi mengatur jumlah aliran ke pulverizer (7) dimana batubara
digiling dengan ukuran yang sesuai kebutuhan menjadi serbuk yang halus.
Serbuk batubara ini dicampur dengan udara panas dari primary air fan (8)
dan dibawa ke coal burner (9) yang menyemburkan batubara tersebut ke dalam
ruang bakar untuk proses pembakaran dan terbakar seperti gas untuk mengubah air
menjadi uap. Udara pembakaran yang digunakan pada ruangan bakar dipasok dari
forced draft fan (FDF) (10) yang mengalirkan udara pembakaran melalui air heater
(11). Hasil proses pembakaran yang terjadi menghasilkan limbah berupa abu dalam
perbandingan 14:1. Abu yang jatuh ke bagian bawah boiler secara periodik
dikeluarkan dan dikirim ke ash valley. Gas hasil pembakaran dihisap keluar dari
boiler oleh induce draft fan (IDF) (12) dilewatkan melalui electric precipitator (13)
yang menyerap 99,5% abu terbang dan debu dengan sistem elektroda, lalu
dihembuskan ke udara melalui cerobong atau stack (14). Abu dan debu kemudian
5
dikumpulkan dan diambil dengan alat pneumatic gravity conveyor yang digunakan
sebagai material pembuat semen dan bahan bangunan.
Panas yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar, diserap oleh pipa pipa
penguap (water walls) menjadi uap jenuh atau uap basah yang kemudian dipanaskan
di super heater (15) yang menghasilkan uap kering. Kemudian uap tersebut dialirkan
ke Turbin tekanan tinggi high pressure turbine (16), (30) dimana uap tersebut
diekspansikan melalui nozzle ke sudu-sudu turbin. Tenaga dari uap mendorong
sudu-sudu turbin dan membuat turbin berputar. Setelah melalui HP turbine, uap
dikembalikan kedalam boiler untuk dipanaskan ulang di reheater (17) guna
menambah kualitas panas uap sebelum uap tersebut digunakan kembali di
intermediate pressure (IP) turbine (18) dan low pressure (LP) turbine (19).
Sementara itu, uap bekas dikembalikan menjadi air di condenser (23) dengan
pendinginan air laut (26) yang dipasok oleh circulating water pump (32). Air
kondensasi akan digunakan kembali sebagai air pengisi boiler. Air dipompakan dari
kondenser dengan menggunakan condensate extraction pump (24), pada awalnya
dipanaskan melalui low pressure heater (25), dinaikkan ke deaerator (27) untuk
menghilangkan gas-gas yang terkandung didalam air. Air tersebut kemudian
dipompakan oleh boiler feed pump (28) melalui high pressure heater (29), dimana
air tersebut dipanaskan lebih lanjut sebelum masuk kedalam boiler pada economizer
(30), kemudian air masuk ke steam drum (31). Siklus air dan uap ini berulang secara
terus menerus selama unit beroperasi.
Poros turbin dikopel dengan rotor generator (20), maka kedua poros
memiliki jumlah putaran yang sama. Ketika telah mencapai putaran nominal 3000
rpm, pada rotor generator dibuatlah magnetasi dengan brushless exitation system
dengan demikian stator generator (21) akan membangkitkan tenaga listrik dengan
tegangan 23 kV. Listrik yang dihasilkan kemudian disalurkan ke generator
transformer (22) untuk dinaikan tegangannya menjadi 500 kV. Sebagian besar listrik
tersebut disalurkan kesistem jaringan terpadu (interkoneksi) se Jawa-Bali melalui
saluran udara tegangan ekstra tinggi 500 kV dan sebagian lainnya disalurkan ke
gardu induk Cilegon dan daerah Industri Bojonegara melalui saluran udara tegangan
tinggi 150 kV. (Faisal & Kristianto, 2008).
4
3.2 Pengertian Perbubutan
Mesin bubut adalah salah satu jenis mesin perkakas yang digunakan untuk
proses pemotongan benda kerja yang dilakukan dengan membuat sayatan pada benda
kerja dimana pahat digerakkan secara translasi dan sejajar dengan sumbu dari benda
kerja yang berputar.
Mesin bubut merupakan mesin perkakas yang memiliki populasi terbesar di dunia ini
dibandingkan mesin perkakas lain seperti mesin freis, drill, sekrap dan mesin
perkakas lainnya.
Pada dasarnya mesin bubut terdiri dari beberapa komponen utama antara lain:
1. Meja mesin
2. Headstock
3. Tailstock
4. Compound slide
5. Across slide
6. Toolpost
7. Leadscrew
8. dan lain-lain.
5
3.2.3 Fungsi Bagian Mesin Bubut
Fungsi masing-masing bagian mesin bubut ialah sebagai berikut:
1. Tailstock untuk memegang atau menyangga benda kerja pada bagian ujung
yang berseberangan dengan chuck (pencekam) pada proses pemesinan di
mesin bubut.
2. Lead crew adalah poros panjang berulir yang terletak agak dibawah dan
sejajar dengan bangku, memanjang dari kepala tetap sampai ekor tetap.
Dihubungkan dengan roda gigi pada kepala tetap dan putarannya bisa dibalik.
Dipasang ke pembawa (carriage) dan digunakan sebagai ulir pengarah untuk
membuat ulir saja dan bisa dilepas kalau tidak dipakai.
3. Feedrod terletak dibawah ulir pengarah yang berfungsi untuk menyalurkan
daya dari kotak pengubah cepat (quick change box) untuk menggerakkan
mekanisme apron dalam arah melintang atau memanjang.
4. Carriage terdiri dari tempat eretan, dudukan pahat dan apron. Konstruksinya
kuat karena harus menyangga dan mengarahkan pahat pemotong. Dilengkapi
dengan dua cross slide untuk mengarahkan pahat dalam arah melintang.
Spindle yang atas mengendalikan gerakan dudukan pahat dan spindle atas
untuk menggerakkan pembawa sepanjang landasan.
5. Toolpost digunakan sebagai tempat dudukan pahat bubut, dengan
menggunakan pemegang pahat.
6. Headstock adalah tempat terletaknya transmisi gerak pada mesin bubut yang
mengatur putaran yang dibutuhkan pada proses pembubutan.
Dilihat cara pengoperasian mesin bubut dibagi menjadi dua jenis yaitu mesin bubut
manual/mesin bubut konvensional dan mesin bubut otomatis/ mesin bubut cnc. Mesin
4
bubut manual adalah mesin bubut yang proses pengoperasiannya secara manual
dilakukan oleh manusia secara langsung, sedangkan mesin bubut atomatis adalah
mesin bubut yang perkakasnya secara otomatis memotong benda kerja dan mundur
setelah proses diselesaikan, dimana semua pegerakan sudah diatur atau diprogram
secara otomatis dengan mengunakan komputer. Mesin bubut yang otomatis
sepenuhnya dilengkapi dengan tool magazine sehingga sejumlah alat potong dapat
diletakan dimesin secara berurutan dengan hanya sedikit pengawasan dari operator.
1. Gerakan berputar, yaitu bentuk gerakan rotasi dari benda kerja yang
digerakan pahat dan dinamakan gerakan potong.
2. Gerakan memanjang, yaitu bentuk gerakan apabila arah pemotongannya
sejajar dengan sumbu kerja. Gerakan ini juga disebut gerakan pemakanan.
3. Gerakan melintang, yaitu bentuk gerakan apabilah arah pemotongannya tegak
lurus terhadap sumbu kerja. Gerakan ini juga disebut dengan gerakan
melintan atau pemotongan permukaan.
5
Teori Dasar Mesin Bubut
Mesin bubut merupakan salah satu metal cutting machine dengan gerak utama
berputar. Prinsip kerjanya adalah benda kerja dicekam oleh chuck dan berputar
sedangkan pahat potong bergerak maju untuk melakukan pemotongan dan
pemakanan. Proses bubut adalah proses pemesianan untuk menghasilkan bagian-
bagian mesin berbentuk silindris yang dikerjakan dengan menggunakan mesin
bubut.
Kepala tetap terletak pada bagian sebelah kiri mesin bubut. Pada bagian ini
terdapat spindel yang berfungsi untuk memutar benda kerja. Pada bagian
headstock juga terdapat tuas – tuas yang berguna untuk mengatur kecepatan putar
spindel.
Kepala lepas terletak pada bagian sebelah kanan mesin bubut. Kepala lepas
berfungsi pada pekerjaan bubut dengan dua center, untuk menghindari benda
kerja bengkok pada saat proses pembubutan, misalnya pada pekerjaan
pembubutan As dan kepala lepas juga dapat dipasangi mata bor untuk pekerjaan
pengeboran.
4
Eretan (Carriage)
Gambar 3. Carriage.
Lathe bed merupakan kerangka mesin bubut. Di bagian atasnya terdapat kepala
lepas dan carriage.
5
Parameter Proses Bubut
Dalam proses pembubutan terdapat elemen dasar proses bubut yang dapat
diketahui atau dihitung dengan menggunakan rumus yang dapat diturunkan dari
gambar kerja. Kondisi pemotongan ditentukan sebagai berikut :
Benda Kerja :
Pahat :
Mesin Bubut :
a. Kecepatan Potong :
4
b. Kecepatan Makan :
𝑣𝑓=𝑓.𝑛 (𝑚/𝑚𝑖𝑛)
c. Kedalaman Potong :
d. Waktu Pemotongan :
5
7. Knurling, yaitu proses pembubutan luar (pembubutan silindris) yang
bertujuan untuk membubut profil pada permukaan benda kerja.
Beragam bentuk benda kerja yang ingin kita buat di mesin bubut
menuntut kita untuk mempersiapkan bentuk – bentuk pahat bubut yang umum
dipakai. Bambar berikut menjelaskan macam – macam bentuk pahat bubut dan
benda kerja yang dihasilkan. Bagian pahat yang bertanda bintang adalah pahat
kanan, artinya melakukan pemakanan dari kanan ke kiri saat proses pengerjaan.
4
1. Pahat alur lebar
2. Pahat pinggul kiri
3. Pahat sisi kiri
4. Pahat ulir segitiga
5. Pahat alur segitiga (kanan – kiri)
6. Pahat alur
7. Pahat ulir segitiga kanan
8. Pahat sisi/ permukaan kanan (lebih besar)
9. Pahat sisi/permukaan kanan
10. Pahat pinggul/champer kanan
11. Paha sisi kanan
Fungsinya digunakan untuk membuat ulir, baik ulir tunggal maupun ulir
ganda. Bentuk pahat ulir harus sesuai dengan bentuk ulir yang diinginkan, misalnya
sudut ulir yang di inginkan 45˚ maka pahat yang harusnya dibuat adalah memiliki
sudut 45˚. Untuk itu diperlukan pengasahan pahat sesuai dengan mal ulirnya.
Standart sudut pahat ulir di lihat dari bentuknya di bagi menjadi 2 : sudut metris 60˚
dan sudut ulir whitwoth 55°.
Cara pemakanan ulir agar pahat tidak mudah aus dan patah:
a. Miringkan sudut tirus searah jarum jam dengan sudut (sudut pahat ulir / 2; metris
60°/2=30°, whitwoth 55°/2 = 27,5°)
b. Baskan ketinggian pahat dengan sumbu senter.
c. Tegak luruskan pahat dengan benda kerja dengan menggunakan mal pahat ulir.
d. Demakanan harus 2:1 yaitu nonius eretan bawah dua kali lipat dari nonius eretan
atas yaitu eretan tirus (misal: nonius eretan bawah pemakanan 2 strip atau 2 garis
nonius dan ditambah nonius eretan atas atau tirus 1 strip atau 1 garis nonius.
5
2. Pahat pengasaran biasanya digunakan untuk program G71 dimana jenis
pahat ini terdapat dua jenis (yang di lingkari) :
3. Pahat Bor
Kegunaan Pahat Bor yaitu digunakan untuk mendapatkan kedalaman yang
diharapkan, letaknya di ujung rangkaian pipa pemboran dinamakan mata bor atau bit.
Semakin besar diameter pahat maka semakin kecil kecepatan putaran sehingga tools
/ pahat bor menjadi awet.
Ada tiga macam mata bor jika dilihat dari jenis batuan yang dibor, yaitu :
- Mata bor untuk batuan lunak , bentuk gigi panjang dan langsing.
- Mata bor untuk batuan sedang, bentuk gigi agak pendek dan tebal.
- Mata bor untuk batuan keras, bentuk gigi pendek dan tebal.
Ukuran – ukuran pahat yang biasa dipakai :
- Pahat 36” untuk pipa selubung 30”
- Pahat 26” untuk pipa selubung 20”
- Pahat 17. 1/2 untuk pahat selubung 13. 3/8”
- Pahat 12. 1/4” untuk pipa selubung 9. 5/8”
- Pahat 8. 1/2” untuk selubung 7”
- Pahat 6” untuk pipa selubung 4.1/2”
4
3.3.3.2 Keselamatan Kerja Pada Proses Bubut
5
BAB IV
PEMBAHASAN
Perawatan mesin dimaksudkan agar kondisi mesin bubut selalu dalam keadaan siap
pakai. Selain itu juga agar umur pakai (life time) mesin bubut dapat lebih lama. Artikel
kali ini akan membahas tentang cara perawatan mesin bubut konvensional yang
benar. Perawatan ini sebaiknya dilakukan oleh operator yang menggunakan mesin
bubut tersebut maupun teknisi yang memang bertanggungjawab terhadap kondisi
mesin bubut tersebut. Perawatan ini dilakukan juga dalam rangka menjaga aspek
keselamatan kerja dalam penggunaan mesin. Perawatan ini secara umum dilakukan
dalam dua kategori, yaitu: perawatan rutin dan perawatan berkala.
Perawatan rutin atau juga disebut perawatan ringan dilakukan setiap kali mesin
digunakan. Perawatan ini harus dilakukan oleh operator yang menggunakan mesin
tersebut. Berikut ini beberapa hal yang minimal harus dilakukan oleh operator mesin
bubut dalam perawatan rutin, yaitu:
Memastikan semua bagian mesin bubut dalam kondisi baik dan siap digunakan.
Memeriksa terlebih dahulu bagian-bagian bergerak dan atau bergesekan dan
memastikan kondisi pelumasan masih baik, misal: semua eretan, kepala lepas,
cekam, dan handle pengatur.
Mencoba putaran mesin terlebih dahulu pada putaran rendah.
Mencoba fungsi pengereman mesin dan memastikan bahwa masih berfungsi
dengan baik
4
Cara perawatan mesin bubut konvensional: Selama dioperasikan
Memastikan benda kerja dicekam dengan kuat dan alat potong/pahat juga diikat
dengan baik.
Mengoperasikan mesin bubut sesuai dengan parameter pembubutan yang benar,
putaran mesin, feed rate dan ketebalan pemakanan.
Segera menghentikan mesin ketika terdengar suara atau terjadi kondisi yang
tidak semestinya dan segera laporkan pada teknisi.
Operator tidak diperbolehkan melakukan perbaikan sendiri terhadap kerusakan
yang terjadi pada mesin.
Membersihkan semua bagian mesin dari bram/tatal atau kotoran lain akibat
pengoperasian mesin bubut.
Melepaskan benda kerja dan semua alat potong maupun alat bantu lainnya
setelah selesai menggunakan mesin bubut.
Memeriksa dan memastikan semua bagian mesin kembali semula seperti pada
saat sebelum digunakan.
Menempatkan kepala lepas dan eretan pada posisi paling kanan dari meja.
Memposisikan saklar power pada posisi OFF dan memastikan semua aliran
listrik pada mesin bubut sudah mati
Cara perawatan mesin bubut konvesional yang lain adalah dilakukan perawatan
berkala dalam rentang waktu tertentu. Perawatan ini sebaiknya hanya dilakukan oleh
teknisi yang memiliki kompetensi untuk melakukan perawatan sesuai dengan
petunjuk perawatan mesin yang dikeluarkan oleh fabrikan mesin bubut tersebut.
Jangka waktu perawatan tergantung tingkat perawatan yang dilakukan, yaitu:
perwatan weekly, monthly dan annually. Sebagai contoh perawatan ini adalah
pemeriksaan pelumasan, penggantian air coolant, pemeriksaan roda-roda gigi
5
transmisi, kondisi eretan dan lainnya. Perawatan ini juga sebaiknya dilakukan ketika
terjadi masalah atau kerusakan pada mesin pada saat sedang dioperasikan.
4
potong untuk setiap jenis bahan sudah ditetapkan secara baku, maka komponen
yang bisa diatur dalam proses penyayatan adalah putaran mesin/benda kerjanya.
Dengan demikian rumus dasar untuk menghitung putaran mesin bubut adalah:
Keterangan:
d : diameter benda kerja (mm)
Cs : kecepatan potong (meter/menit)
π : nilai konstanta = 3,14
Contoh :
Sebuah baja lunak berdiameter 62 mm, akan dibubut dengan kecepatan potong (Cs)
25 meter/menit. Kecepatan putaran (rpm) adalah:
Hasil perhitungan di atas sebagai acuan dalam menyetel putaran mesin agar sesuai
dengan putaran mesin yang tertulis pada tabel yang ditempel di mesin tersebut.
Artinya, putaran mesin aktualnya dipilih dalam tabel pada mesin yang nilainya
paling dekat dengan hasil perhitungan di atas. Untuk menentukan besaran putaran
mesin bubut juga dapat menggunakan tabel yang sudah ditentukan berdasarkan
perhitungan empiris
5
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan analisis di PT Indonesia Power UP Suralaya dengan
perhitungan dan menganalisa perbandingan performa antara spesifikasi desain
dengan data aktual, sehingga dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu:
1. Dilihat dari mesin-mesin bengkel unit 5-7 masih dalam kondisi baik dan
lingkungan tempat kerja terlihat sangat bersih, sehingga dapat dikatakan
bahwa lingkungan bengkel unit 5-7 masih dalam kondisi baik.
5.2 Saran
Pelaksanaan Cleaning Workshop sesuai prosedur seharusnya dilakukan pada
sore hari lagi, supaya tempat workshop bengkel unit 5-7 lebih bersih lagi.
4
DAFTAR PUSTAKA
Basuki. (2008). Pemeliharaan Kondensor Unit 1-4 PLTU Suralaya. Jakarta: Jurusan
Teknik Mesin Sekolah Tinggi-PLN.
Incropera, F., Dewitt, D., Lavine, A. dan Bergman, T. (2007). Fundamentals of Heat
and Mass Transfer: Sixth Edition.
Perusahaan Umum Milik Negara. Maintenance Manual : Main Condenser and Feed
Water System. Suralaya: Perpustakaan PT Indonesia Power Unit
Pembangkitan Suralaya. Vol. TM2.
xiii