Anda di halaman 1dari 6

PROPOSAL

FORMULASI ENTERAL TEPUNG UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas L.) DAN TEPUNG
DAUN PEGAGAN (Centella asiatica L.) BAGI PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2

ALFIS DYAN TREESMA


P17111173033

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
PRODI SARJANA TERAPAN GIZI
TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes termasuk satu dari empat penyakit tidak menular yang menjadi prioritas
penanganan bagi para pemimpin dunia. Hal ini disebabkan karena prevalensi diabetes
terus meningkat sejak beberapa dekade terakhir. World Health Organization (WHO)
menyatakan bahwa diperkirakan sebanyak 422 juta orang dewasa terkena penyakit
diabetes di tahun 2014. Hal ini menunjukkan bahwa prevalensi penyakit diabetes
meningkat dua kali lipat sejak tahun 1980 (dari 4,7% menjadi 8,5%). Penyakit diabetes
juga lebih sering dijumpai di negara berkembang dibandingkan di negara maju. Hal ini
juga diperkuat dengan data dari WHO Global Report yang menunjukkan persentase
kematian akibat diabetes yang terjadi pada usia 20-69 tahun lebih tinggi di negara-
negara dengan penghasilan rendah maupun menengah dari pada negara dengan
penghasilan tinggi. Sedangkan menurut data Riskesdas 2007, diabetes termasuk
salah satu penyakit tidak menular yang menjadi penyebab utama kematian di
Indonesia. Jika dilihat dari tahun 1995 hingga 2007, angka kematian akibat penyakit
tidak menular mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Indonesia sendiri menjadi negara peringkat pertama di Asia Tenggara dengan
jumlah penderita diabetes melitus terbanyak, yaitu 10.021.400 jiwa (IDF, 2015). WHO
memprediksi bahwa penyakit diabetes akan menyerang hampir 21 juta penduduk
Indonesia pada tahun 2030. Jika dibandingan dengan tahun 2013, data Riskesdas
2018 menunjukkan angka prevalensi diabetes melitus pada usia lebih dari 15 tahun
naik hingga 2%. Prevalensi diabetes terbanyak yaitu DKI Jakarta sebesar 3,4%.
Sedangkan NTT merupakan provinsi dengan prevalensi diabetes terkecil, yaitu 0,9%.
Di Jawa Timur prevalensi diabetes melitus juga cukup tinggi, yaitu 2,6%.
Diabetes melitus sendiri memiliki gejala yang sangat bervariasi. Dalam
penanganannya, terdapat 4 poin penting yang perlu diperhatikan, yaitu edukasi, terapi
gizi medis, latihan jasmani, dan intervensi farmakologis. Hal ini bertujuan untuk
mengurangi bahkan menghilangkan keluhan akibat diabetes melitus dalam waktu
yang singkat. Salah satunya dengan pengosongan lambung menggunakan serat yang
dapat menghambat penyerapan glukosa di dalam darah. Menurut Nirmala (2012),
dengan mengonsumsi serat sebesar 400mg/kgBB dapat menurunkan kadar glukosa
darah sebanding dengan obat atidiabetes, yaitu glibenklamid 2mg/kgBB.
Salah satu cara penanganan diabetes melitus adalah dengan menggunakan
terapi farmakologis dan non farmakologis. Terapi farmakologis bisa dilakukan dengan
cara pemberian obat oral, terapi insulin, atau juga kombinasi keduanya. Untuk terapi
insulin wajib dilakukan oleh penderita penyakit diabetes melitus tipe 1. Hal ini karena
sel-sel beta pankreas penderita DM tipe 1 telah rusak, sehingga tidak dapat
menghasilkan insulin. Akan tetapi, terapi insulin juga dibutuhkan oleh 30% penderita
penyakit DM tipe 2 di samping terapi obat oral. Obat Sulfolinurea, Megltinida,
Biguanida, Tiazolindindion, merupakan golongan obat hipoglikemik. Sedangkan terapi
non farmakologis dilakukan dengan perubahan lifestyle, edukasi mengenai
pengaturan pola makan serta pembatasan saturated fatty acid dan kolesterol <300 mg
per hari, serta mengonsumsi karbohidrat komplek rendah gula, protein yang
mengandung asam amino esensial dan juga makanan kaya serat 25-35 g/hari yang
berasal dari tumbuhan yang mengandung antosianin dan antioksidan. Oleh sebab itu,
diperlukan adanya formulasi makanan yang mengandung kebutuhan gizi bagi para
penderita DM tipe 2 yang ekonomis, praktis, dan rendah efek samping. Salah satunya
yaitu dengan mengembangkan formulasi enteral dengan bahan dasar ubi jalar ungu
dan daun pegagan.
Ubi jalar ungu (Ipomea batatas poireti) merupakan sumber karbohidrat Low
Glycamix Index sehingga glukosa darah tidak naik secara drastis apabila
mengonsumsi sumber makanan tersebut. Selain itu, ubi jalar ungu juga mengandung
serat dan sumber beta karoten. Kandungan protein, lemak, kalsium, vitamin A, fosfor,
besi, vitamin B1, vitamin C, dan pigmen antosianin pada ubi jalar ungu lebih tinggi
dibandingkan dengan varietas lain. Sedangkan prbiotik dan antioksida yang berfungsi
untuk menurunkan kadar gula darah dan anti radikal bebas dapat ditemukan di dalam
ekstrak ubi jalar ungu. Antosianin pada ubi jalar ungu cukup tinggi, yaitu sekitar 110-
210mg/100 g, hasil ini berdasarkan penelitian yang dilkukan oleh fakultas pertanian
Universitas Udayana Bali. Sementara, tanaman pegagangan juga merupakan
tanaman yang mengandung antioksidan.
Komponen utama antioksidan pada tanaman pegagan yaitu, asam asiatic, asam
madecassic, asiaticoside, dan madecassoside. Klorofil pada daun pegagan juga
berpotensi untuk dikembangkan menjadi pangan fungsional atau suplemen. Pada
penelitian sebelumnya, terbukti bahwa ekstrak etanol pegagan dapat menurunkan
kadar gula darah, serta meningkatkan produktivitas insulin pada tikus DM tipe 2
selama 28 hari dan dengan dosis 300mg/kgBB. Senyawa aglikon tritepen pada
pegagan bersifat nonpolar sehingga kelarutannya dalam air juga kecil meskipun
berikatan dengan 3 molekul gula dan akan lebih larut dalam etanol dengan konsentrasi
70%. Nurushoimah dan Salamah (2014) menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan
ekstrak etanol pegagan berkisar antara 60-75,2%.
Salah satu cara pemanfaatan ubi jalar ungu dan daun pegagan adalah dengan
melakukan penepunya kedua bahan tersebut agar bisa digunakan sebagai bahan
utama makanan. Formulasi enteral dengan bahan utama ubi jalar ungu dan daun
pegagan dapat menjadi alternatif enteral untuk penderita DM tipe 2. Hal ini karena
enteral ubi jalar ungu dan daun pegagan lebih ekonomis dan rendah toksisitas.
Sementara, budidaya daun pegagan dan ubi jalar ungu juga mudah dijumpai di
masyarakat. Sehingga, pengembangan formulasi dapat dikatakan lebih mudah karena
bahan dasar pembuatan yang mudah didapatkan serta ekonomis.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh formulasi tepung ubi jalar ungu dan daun pegagan sebagai
bahan pembuatan enteral terhadap nilai energi, karakteristik kimiawi (kadar air, kadar
abu, protein, karbohidrat, lemak), mutu fungsional, dan organoleptik enteral?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian adalah mengembangkan formulasi enteral berbahan
tepung ubi jalar ungu dan daun pegagan, mengetahui nilai energi, karakteristik kimiawi
(kadar air, kadar abu, protein, karbohidrat, lemak), mutu fungsional, dan organoleptik
enteral.
2. Tujuan Khusus
a. Menganalisis nilai energi pada formulasi enteral dengan bahan dasar tepung ubi jalar
ungu dan daun pegagan
b. Menganalisis karakteristik kimiawi (kadar air, kadar abu, protein, karbohidrat, lemak)
pada formulasi enteral dengan bahan dasar tepung ubi jalar ungu dan daun pegagan
c. Menganalisis mutu fungsional pada formulasi enteral dengan bahan dasar tepung ubi
jalar ungu dan daun pegagan
d. Menganalisis nilai organoleptik pada formulasi enteral dengan bahan dasar tepung ubi
jalar ungu dan daun pegagan
e. Menentukan formulasi enteral terbaik
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan di
bidang pangan dan gizi, serta dapat memberikan intervensi yang tepat dalam
menangani penyakit Diabetes Melitus Tipe 2
2. Bagi Institusi
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif solusi pemberian enteral
yang memenuhi kebutuhan gizi pasien dengan penyakit Diabetes Melitus Tipe 2
3. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pada masyarakat mengenai
pengembangan formula enteral yang praktis dan ekonomis
E. Kerangka Konsep
Prevalensi DM

Tipe 1 Tipe 2 Gestasional

Tingginya Prevalensi Penderita DM

Edukasi Latihan Intervensi Algoritma Kriteria


Jasmani Farmakologis Pengobatan DM Pengendalian
tipe 2 Tanpa DM
Dekompensasi
Terapi Nutrisi Metabolik
Medis

Pengembangan Enteral Tepung Ubi Jalar Ungu dan Tepung Pegagan

Nilai Energi Mutu Kimia Mutu Fungsional Mutu Perlakuan


Organoleptik Terbaik
1. Kadar 1. Kadar serat
air 2. Aktivitas 1. Warna
2. Kadar antioksidan 2. Aroma
abu 3. Rasa
3. Protein 4. tekstur
4. Lemak
5. karbohi
drat

Keterangan:
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
F. Hipotesis
a. Terdapat pengaruh formulasi enteral dengan bahan dasar tepung ubi jalar ungu dan
daun pegagan terhadap nilai gizi untuk penderita DM tipe 2
b. Terdapat pengaruh formulasi enteral dengan bahan dasar tepung ubi jalar ungu dan
daun pegagan terhadap karakteristik kimiawi (kadar air, kadar abu, protein,
karbohidrat, lemak) untuk penderita DM tipe 2
c. Terdapat pengaruh formulasi enteral dengan bahan dasar tepung ubi jalar ungu dan
daun pegagan terhadap mutu fungsional untuk penderita DM tipe 2
d. Terdapat pengaruh formulasi enteral dengan bahan dasar tepung ubi jalar ungu dan
daun pegagan nilai organoleptik untuk penderita DM tipe 2

Anda mungkin juga menyukai