Magnetic Sepration
Magnetic Sepration
PENDAHULUAN
1
separation. Dengan adanya pratikum ini, mahasiswa diharapkan dapat mengetahui
tentang bagian-bagian dari alat dan prinsip kerja dari alat serta bagaimana mekanisme
kerja dari alat yang akan digunakan.
Rumusan masalah yang muncul dari adanya latar belakang di atas ialah sebagai
berikut:
1. Bagaimana mekanisme pemisahan partikel berdasarkan sifat kemagnetannya?
2. Bagaimana hubungan distribusi sampel terhadap produk yang dihasilkan?
3. Bagaimana pengaruh kecepatan terhadap produk hasil pemisahan partikel
menggunakan magnetic separator?
Tujuan yang ingin dicapai pada praktikum mata kuliah Pengolahan Bahan
Galian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui prinsip kerja magnetik separator.
2. Mengetahui hubungan distribusi sampel terhadap produk yang dihasilkan.
3. Mengetahui pengaruh kecepatan dan waktu terhadap proses pemisahan
partikel meggunakan magnetic separator
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bijih besi merupakan bahan baku utama dalam pembuatan bijih besi dan baja.
Indonesia memiliki potensi sumber daya bijih besi yang cukup besar yang selama ini
belum dimanfaatkan secara optimal. Hal ini terjadi dikarenakan adanya berbagai
kendala, baik secara teknis maupun kendala secara non-teknis. Diantaranya adalah
rendahnya kandungan kadar besi (Fe) yang dimiliki oleh bahan baku bijih dalam negeri
yaitu, 35-59 % dengan pengotornya antara lain Al2O3, CaO, SiO2 serta pengotor
utamanya Titanium Oksida yang kadarnya hingga 14% (Distamben Jabar, 2007).
Bijih besi merupakan campuran mineral yang mengandung besi berupa mineral
Hematit, Magnetit, Limonit dengan mineral pengotor seperti Silika. Mineral pengotor
dan mineral besinya terdapat perbedaan sifat kemagnetan yang cukup signifikan.
Dalam keadaan seperti ini, untuk memisahkan mineral besi dengan mineral
pengotornya yang sekaligus meningkatkan kandungan besinya dapat dilakukan
pemisahan melalui pemisahan berdasarkan sifat magnetiknya (Distamben Jabar,
2007).
Sebelum dilakukan konsentrasi bijih besi diklasifikasikan berdasarkan ukurannya
pada tahap classification dengan menggunakan screen maupun classifier . Tahap
konsentrasi, peningkatan kadar mineral dapat dilakukan berdasarkan sifat-sifat dari
mineral tersebut, seperti berat jenis, sifat kelistrikan dan sifat kemagnetan serta sifat
mampu basahnya. Oleh karena itu, proses konsentrasi dibedakan berdasarkan sifat
tersebut menjadi empat macam, yaitu (Distamben Jabar, 2007):
1. Gravity Concentration, yaitu pemisahan mineral berdasarkan perbedaan berat
jenisnya. Alatnya antara lain heavy medium separator, jig concentration, sluice
box, humprey spiral, dan shaking table.
2. Magnetic Separation, yaitu pemisahan mineral berdasarkan daya tarik mineral
dalam medan magnet.
3. Electrostatic Separation merupakan metode pemisahan berdasarkan sifat
konduktivitas mineral terhadap medan listrik.
3
4. Floation atau pengapungan merupakan metode pemisahan berdasarkan sifat
mampu basah permukaan.
5. Konsentrasi secara magnetik adalah metoda yang paling banyak digunakan
untuk memisahkan mineral besi dari mineral-mineral pengotornya (mineral
dengan sifat magnet yang lemah ataupun yang non magnet). Saat ini hampir
90% proses konsentrasi besi dunia menggunakan cara ini.
4
2.3 Kemagnetan Mineral
5
Gambar 2.1 Gaya-gaya pada Partikel Mineral (Norrgran, 1983).
Partikel mineral akan tertarik atau terlempar dari permukaan drum tergantung
pada nilai entrapment ratio. Entrapment ratio adalah rasio gaya magnet terhadap gaya
sentrifugal, gaya gravitasi dan gaya dorong dimaan entrapment ratio dinyatakan dalam
persamaan berikut (Norrgran, 1983):
𝐹𝑚
ER = ................................................ (2.1)
𝐹𝑐+ 𝐹𝑔+ 𝐹𝑑
Keterangan:
ER = Entrapment Ratio
Fm = Gaya Magnet
Fg = Gaya Gravitasi
Fd = Gaya Dorong
Fc= Gaya Sentrifugal
Jika partikel mineral memiliki nilai entrapment ratio lebih daripada satu, ER>1,
maka partikel tersebut akan tertarik dan tetap menempel di permukaan drum
separator dimana kondisi ER>1 artinya medan magnet memberikan pengaruhnya jauh
lebih besar dibanding dengan total dari tiga gaya lainnya. ketika partikel memiliki
entrapment ratio kurang dari satu maka partikel tersebut akan terlempar atau tertolak
dari permukaan drum separator. Pada kondisi ER<1 maka medan magnet kurang
terpengaruh dibandingkan dengan total tiga gaya lainnya. jika operasi pemisahan
dilakukan pada bijih yang memiliki rentang ukuran yang sempit, maka gaya dorong
dapat diabaikan, sehingga entrapment ratio berubah menjadi rasio gaya magnet
terhadap gaya sentrifugal dan gaya gravitasi (Norrgran, 1983).
6
𝐹
ER = 𝐹𝑐+𝑚𝐹𝑔 ..................................................... (2.2)
Keterangan:
ER= Entrapment Ratio
Fm= Gaya Magnet
Fg = Gaya Gravitasi
Fc = Gaya Sentrifugal
Mineral magnetik dapat ditarik oleh salah satu kutub magnet yang bekerja pada
mineral tersebut. Gaya magnet tersebut tergantung dari besarnya intensitas dan
gradien medan magnetnya. Gaya-gaya yang bekerja pada magnetic separator antara
lain (Curie, 1973):
1. Gaya magnet, fenomena ini dapat dibayangkan sebagai titik dipol magnet
dikelilingi oleh massa partikel.
2. Gaya hambatan yang terdiri dari gaya gravitasi, gaya hambatan hidrodinamis,
gaya gesek dan gaya momen ataupun gaya sentrifugal. Alat pemisah kering
(dry magnetic separator) berfungsi untuk memisahkan material yang relatif
besar, maka gaya magnet harus cukup untuk menahan material terhadap gaya
hambatan. Alat pemisah basah (wet magnetic separator) berfungsi untuk
memisahkan material yang relatif kecil, maka gaya magnet harus lebih besar
dari gaya gesek material.
Gaya-gaya tersebut menentukan separator yang mana bergantung pada umpan
dan karakterisasi separator. Umpan yang diberikan harus mencakupi distribusi ukuran,
magnetic susceptibility (mudah atau tidaknya material memiliki pengaruh dalam medan
magnet), dan sifat fisik kimia lainnya yang mempengaruhi gaya-gaya yang berkaitan.
Apabila material ferromagnetik berada di dalam medan magnet, maka momen dipol
dari material tersebut akan berubah apabila telah mencapai taraf jenuh magnet.
Apabila medan magnet tersebut dipindahkan, maka momen dipol magnet akan
berkurang akan tetapi tidak mencapai nol. Seperti proses induksi magnet yang
dikenakan pada sekumparan kawat yang prosesnya merupakan proses tidak reversible
atau tidak dapat kembali ke semula lagi. Proses ini disebut dengan akan berubah
apabila telah mencapai taraf jenuh magnet. Apabila medan magnet tersebut
dipindahkan, maka momen dipol magnet akan berkurang akan tetapi tidak mencapai
nol. Seperti proses induksi magnet yang dikenakan pada sekumparan kawat yang
prosesnya merupakan proses tidak reversible. Proses ini disebut dengan histeresis.
Histeresis adalah suatu sifat yang dimiliki oleh sistem dimana sistem tidak secara cepat
7
mengikuti gaya yang diberikan kepadanya. Namun memberi reaksi secara perlahan
atau bahkan sistem tidak kembali lagi pada keadaan awalnya (Curie, 1973).
Beberapa macam mekanisme pemisahan dengan menggunakan magnetic
separator, yaitu (Grewal, 2015):
1. Horizontal, pada sistem ini letak kutub magnet dibuat mendatar, sedang umpan
dijatuhkan melalui garis-garis gaya medan magnet yang posisinya horizontal.
Maka mineral yang bersifat magnetik akan tertarik ke kutub positif (yang dibuat
runcing agar lebih memusat dan kuat) sedangkan mineral non magnetik akan
jatuh lurus ke bawah.
2. Vertikal, pemisahan secara vertikal maka kutub magnet juga diposisikan
vertikal, dimana kutub positif terletak di atas sedangkan kutub negatif terletak
dibawah. Diantara kedua kutub tersebut diletakkan dua belt conveyor yang
saling bersilangan. Umpan diletakkan pada belt bagian bawah, ketika melalui
medan magnet akan terjadi pemisahan antara mineral magnetik dan mineral
non magnetik. Mineral magnetik akan menuju belt conveyor atas dan setelah
keluar dari pengaruh medan magnet akan dilepas dan ditampung dalam bak
mineral magnetik, sedangkan mineral non magnetik akan ikut terus dengan belt
conveyor bawah dan ditampung dalam bak mineral non magnetik.
3. Drum Magnetic, dilakukan pada mineral yang memiliki sifat kemagnetan tinggi.
Beberapa tipe pemisahan diantaranya:
a. Belt conveyor dengan pulley yang diberi magnet sehingga ketika ada
material yang mengandung magnet akan tertarik ke arah pulley yang
menempel pada belt conveyor dan akan terlepas setelah pengaruh
kemagnetan tidak ada.
b. Suatu drum yang diputar pada porosnya biasanya terbuat dari alumunium,
bagian dalamnya dipasang medan magnet tetap dengan sudut kemiringan
120. Magnet ini tidak ikut berputar, maka antara mineral magnetik dan non
magnetik dapat dipisahkan.
4. Roll Induksi, roll yang berputar terletak di antara kutub positif dan negatif
sehingga roll tersebut dipengaruhi oleh medan magnet. Apabila dimasukkan
mineral di antara roll dengan kutub positif maka mineral magnetik akan dapat
dipisahkan dengan mineral non magnetik.
8
Gambar 2.2 Prinsip Kerja Magnetic Separator (Grewal, 2015).
Gambar 2.3 Pengaruh Variabel Operasi dan Alat pada Magnetic Separation
(Spottiswood, 1982).
9
Perolehan mineral magnetik akan meningkat ketika medan magnet yang digunakan
lebih besar, sedangkan magnetik akan masuk jalur tailing pada kecepatan fluida yang
besar. Pemisahan yang dilakukan pada ukuran mineral yang besar dapat meningkatkan
perolehan mineral magnetik. Pemisahan menggunakan magnet bergantung pada
besarnya daya magnet dari bahan yang akan dipisahkan. Efisiensi dari pemisahan
menggunakan magnet dapat dilihat dengan adanya recovery dan tingkat magnetik
konsentrat. Magnetic separation merupakan pemisahan secara fisik untuk mineral
dengan perbedaan permeability dan susceptibility berdasarkan empat cara yaitu
kekuatan tarikan (tractive magnetic forces), gravitasi, friksi, dan inertial.Pengaruh
variable pada magnetic separation, yaitu (Spottiswood, 1982):
1. Perolehan dipengaruhi oleh medan magnet, ukuran mineral, kecepatan fluida
dan radius drum.
2. Perolehan mineral magnetik meningkat ketika medan magnet besar.
3. Sebagian magnetik masuk tailing pada kecepatan fluida besar.
4. Ukuran mineral yang besar dapat meningkatkan perolehan mineral magnetik.
10
b. Laju alir, optimumkan laju alir feed sehingga partikel yang diinginkan dapat
tertarik semua oleh magnet. Jika terlalu rendah akan menurunkan kapasitas,
namun jika terlalu cepat akan menurunkan efisiensi.
c. 3% solid, semakin encer feed maka akan semakin efisien alat, namun akan
menurunkan kapasitas.
d. Ukuran partikel, tidak baik ukuran partikel terlalu halus karena dapat terbawa
oleh aliran tailing
Efisiensi dari magnetic separator dapat dinaikkan dengan mengubah variabel
seperti ukuran partikel dapat diubah supaya tidak telalu halus, getaran conveyor
belt diperkecil sehingga partikel bermagnet dapat sepenuhnya tertarik pada magnet,
kekuatan magnet dapat diatur agar sesuai dengan keperluan, dan kecepatan
rotor yang dikondisikan agar mineral yang telah menempel tidak terlepas dari magnetic
roll. Contoh mineral-mineral di Indonesia yang dapat diolah dengan menggunakan
magnetic separator adalah Hematit di Belitung, Ilmenit di Kalimantan, Magnetit di
Jawa, Siderit dan Pirit. Adapun syarat-syarat yang harus ada pada magnetic separator
ialah alat harus menimbulkan medan magnet yang mengumpul (konvergen) sehingga
kekuatan positif besar, intensitas medan magnet dapat diatur dengan mudah, material
umpan dalam medan magnet harus merata, ada peralatan yang dapat memisahkan
mineral magnetik dan non magnetik, kecepatan bergerak material dalam medan
magnet harus dapat dikendalikan, terdapat alat penampung middling dan peralatan
tidak banyak bergerak karena dapat mempengaruhi medan magnet (Ardi, 2008).
Magnetic separator adalah salah satu alat yang digunakan dalam proses
pemisahan yang berdasarkan sifat kemagnetan material. Secara umum, magnetic
separator dibagi menjadi dua tipe, yaitu (Sandgren, 2015):
1. Primary magnet type, dalam primary magnet type ini magnet yang digunakan
adalah magnet langsung yang dipasang pada alat tersebut. Yang termasuk
dalam jenis ini adalah:
a. Magnetic pulleys, mineral non magnetik akan terjatuh karena tidak tertarik
oleh magnet pada separator dan karena gaya gravitasinya sendiri.
Sementara mineral magnetik akan terus menempel pada belt
11
conveyor sampai pada suatu titik saat gaya magnet sudah tidak menjangkau
lagi dan akhirnya akan jatuh ditempat yang sudah tersedia.
b. Drum type magnetic separator, alat ini dipergunakan untuk mineral yang
mempunyai sifat kemagnetan yang kuat dan terdiri dari drum yang pada
bagian dalamnya ditempatkan magnet tetap (stasioner), luas magnet pada
drum ini lebih kurang sepertiga bagian dari kelilingnya. Material yang
menempel adalah yang bersifat magnetik kuat dan yang non magnetik akan
jatuh karena gaya gravitasinya. Drum yang digunakan tidak hanya satu saja,
jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan. Drum-drum tersebut diberi
magnet drngan kekuatan yang tidak sama besar, dari yang kekuatan besar
terus mengecil. Hal ini dimaksudkan agar material yang tertarik benar-benar
mineral magnetik. Alat yang termasuk drum type adalah Ball Norton Drum
Separator.
c. Belt magnetic separator, alat ini dipergunakan untuk material yang gaya
kemagnetannya lemah dengan proses kering, sedangkan yang gaya
kemagnetannya kuat dengan proses basah. Contoh dari alat ini
adalah Wetherill Rowans Cross-Belt.
2. Secondary Magnet Type, alat ini terdiri dari kumparan kawat (coil) yang diberi
arus listrik sehingga menimbulkan gaya-gaya magnet, yang selanjutnya juga
menimbulkan medan magnet. Medan magnet ini yang menginduksi rotor
sehingga rotor tersebut bersifat magnetik. Alat ini digolongkan dalam induksi
magnet separator atau secondary magnet separator type. Contoh dari alat ini
yaitu Dings Incuded-roll Separator.
12
Magnetic separator dibagi menjadi empat jenis separator berdasarkan kekuatan
atau intensitas medan magnetnya yaitu (Sandgren, 2015):
1. Low Intensity Magnetic Separator atau LIM Separator, alat yang memisahkan
berdasarkan perbedaan sifat magnet yang sangat besar (antara diamagnetik
dan ferromagnetik). Contoh alat: drum separator.
2. High Intensity Magnetic Separator atau HIM Separator, alat yang memisahkan
material berdasarkan perbedaan sifat magnet yang cukup besar (antara
diamagnetik dan paramagnetik). Contoh alat: Induced roll magnetic separator.
13
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan praktikum Pengolahan Bahan
Galian Acara IV (Magnetic Separation) adalah sebagai berikut:
3.1.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum Pengolahan Bahan Galian yaitu:
1. Timbangan digital, digunakan untuk menimbang berat dari material.
14
3. Kuas, fungsinya untuk mengumpulkan sampel dan membersihkan magnetic
separator dari sisa-sisa material.
15
Gambar 3.5 Air Compressor
16
8. Sarung tangan, berfungsi untuk melindungi tangan saat preparasi alat dan
bahan.
3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam kegiatan praktikum Pengolahan Bahan Galian
yaitu:
1. Pasir besi, fungsinya sebagai umpan (feed) dalam proses pemisahan dengan
menggunakan magnetic separator.
17
2. Kantong sampel, fungsinya untuk menyimpan material hasil pemisahan.
18
BAB IV
60
50
Nilai Persen Konsentrat
40
30 250 rpm
500 rpm
20
750 rpm
10
0
Kecepatan Putar Drum
19
2. Grafik Hubungan Persen Middling
45
40
Nilai Persen Middling 35
30
25
250 rpm
20
15
10
5 500 rpm 750 rpm
0
Kecepatan Putar Drum
50
45
40
Nilai Persen Tailing
35
30 750 rpm
25 500 rpm
20
15
10
5
250 rpm
0
Kecepatan Putar Drum
20
935 gram
2. % Konsentrat = 1996,7 gram
x 100% = 46,82%
874,4 gram
3. % Konsentrat = 1993 gram
x 100% = 43,87%
4.3 Pembahasan
21
dimana tiap penggunaannya memiliki kecepatan putar drum yang berbeda sesuai
dengan arahan dari asisten laboratorium.
Hasil percobaan yang diperoleh dengan menggunakan kecepatan putar drum
sebesar 250 rpm dan menghasilkan berat konsentrat sebesar 1043,5 gram, berat
middling sebesar 773 gram berat tailing sebesar 160,3 gram serta material hilang
(loss) sebesar 23,2 gram. Kecepatan putar drum sebesar 500 rpm menghasilkan berat
konsentrat sebesar 935 gram, berat middling sebesar 153,1 gram berat tailing sebesar
908,6 gram serta material hilang (loss) sebesar 3,3 gram. Sedangkan kecepatan putar
drum sebesar 750 rpm menghasilkan berat konsentrat sebesar 874,4 gram, berat
middling sebesar 174 gram dan berat tailing sebesar 944,6 gram serta material hilang
(loss) sebesar 7 gram.
Data yang didapatkan dari percobaan kali ini diolah lebih lanjut lagi untuk
mengetahui berapa persen berat dari produk yang dihasilkan baik itu konsentrat
middling maupun tailing. Gambar 4.1 memperlihatkan bahwa hasil persentase
konsentrat dengan kecepatan 250 rpm lebih tinggi dari pada persentase konsentrat
kecepatan 500 rpm dan 750 rpm. Gambar 4.2 memperlihatkan bahwa hasil persentase
middling dengan kecepatan 250 rpm lebih tinggi dari pada persentase middling
kecepatan 500 rpm dan 750 rpm. Gambar 4.3 memperlihatkan bahwa pada hasil
persentase tailing berbanding terbalik dari persentase konsentrat dan middling dimana
dengan kecepatan 750 rpm lebih tinggi dari pada persentase tailing kecepatan 500 rpm
dan 250 rpm. Hal tersebut mungkin terjadi disebabkan karena umpan atau material
yang dipisahkan pada saat di sampling, kedalamannya hanya 5-10 cm dimana masih
banyak kotoran-kotoran sehingga pasir besinya tidak terlalu banyak mengandung besi
dan hal lainnya karena alatnya kurang bersih kami bersihkan sehingga masih ada
material-material yang tidak mengandung logam.
Proses pemisahan dari konsentrat dan tailing berdasarkan pada kecepatan putar
drum. Kecepatan putar drum yang digunakan yaitu berturut-turut, 250 rpm, 500 rpm,
dan 750 rpm. Hasil konsentrat yang dihasilkan dari pemisahan ini juga berbeda-beda
berdasarkan kecepatan putar drum yang digunakan. Berdasarkan data yang diperoleh
terlihat bahwa kecepatan putar drum mempengaruhi hasil berat konsentrat yang
didapatkan. Dari data dapat dilihat semakin besar kecepatan putar drum yang
digunakan maka hasil konsentrat yang didapatkan juga semakin sedikit hasilnya,
begitupun sebaliknya. Sedangkan semakin cepat besar kecepatan putar drum yang
digunakan maka hasil dari tailing juga akan semakin besar.
22
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Pada kegiatan praktikum ini, praktikan ingin memberikan beberapa saran agar
kegiatan praktikum berikutnya menjadi semakin baik dan teratur.
1. Saran untuk Laboratorium
Saran untuk Laboratorium adalah agar tetap menjaga kebersihan
2. Saran untuk Asisten
Saran untuk asisten kegiatan praktikum Mata Kuliah Pengolahan Bahan Galian
adalah tetap pertahankan sifat dan sikap yang selalu membimbing praktikannya
selama praktikum dan dalam mengerjakan laporan.
23
DAFTAR PUSTAKA
Afdal, dan Lusi N., 2012. Karakterisasi Sifat Magnet Dan Kandungan Mineral Pasir Besi
Sungai Batang Kuranji Padang Sumatera Barat. Vol. 4, No. 1.
Ardi, Rio. 2008. Kerja Magnetic Separator pada Proses Pemisahan Mineral Besi dari
Mineral Pengotornya. Jurusan Teknik Metalurgi: Cilegon.
Kelly, G. dan Spottiswood D.J. 1982. “Introduction to Mineral Processing”. New York:
John Wiley & Sons Inc.
Malada, Hilbert P. Dkk, 2012. Teknologi Pengolahan Material Pasir Besi. Surabaya: ITS.
Munaf, Yulman, 2012. Pengujian Tailing dan Shaking Table untuk Mengkaji Stabilitas
Dinding Penahan Tanah Akibat Beban Gempa. Jurnal Artikel, Vol. 12, No. 3.
Norrgran, A. Daniel & Mankosa, J.Michael. 1983. Bench scale and Pilot Plant Test for
Magnetic Concentration Circuit Design. Mineral Processing Plant Design, Practice
and Control Proceedings, Volume1 (pp. 176-200), Littleton. Society for Mining:
Metallurgy and Exploration,Inc.
Rizky, 2011. Peningkatan Kadar Konsentrasi. Materi Kuliah Pertambangan dan Geologi.
Diakses tanggal 4 Desember 2016.
Sandgren, Erik, dkk. 2015. Basics In Minerals Processing. Edisi 10. English: Metso
Corporation.
24