Anda di halaman 1dari 5

Andi Zaenal Abidin

C011171592
Universitas Hasanuddin

Peran Mahasiswa Kedokteran dalam Pemerataan Pelayanan Kesehatan


di Indonesia

A. Latar Belakang

Seluruh warga negara di Republik Indonesia mempunyai hak yang sama


untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, sebagaimana yang dimaksud dalam
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 bahwa
kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang
harus diwujudkan sesui dengan cita-cita bangsa Indonesia. Hal tersebut selain
dijelaskan dalam Undang-Undang Dasar tahun 1945 juga dipaparkan pada Undang-
Undang RI No. 36 Tahun 2009. Pada UU RI No. 36 tahun 2009 juga dituliskan
secara rinci dan lengkap tentang pengertian tenaga kesehatan, tanggung jawab
pemerintah dalam penyediaan dan pemerataan tenaga kesehatan, serta upaya
pengawasan maupun pembinaan atas hal tersebut.

Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan


sumberdaya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang
tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang prima, serta cerdas. Pembangunan
kesehatan bertujuan untuk memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi
masyarakat untuk memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Penyelenggaraan
upaya pembangunan kesehatan dan sumber dayanya merupakan bagian
tanggungjawab pemerintah dan masyakat, yang ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan akan kesehatan dan agar semua penduduk mampu hidup sehat sehingga
dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal dan dilakukan
secara terpadu serta berkesinambungan untuk dapat mencapai hasil yang
ditentukan. Hingga kini masih terdapat masalah kesenjangan pada pemenuhan
jumlah tenaga kesehatan di negara ini, yaitu diantara daerah-daerah terpencil
dengan kota-kota besar. Terutama pada daerah-daerah yang masih tertinggal sarana
dan prasarana infrastrukturnya, baik transportasi dan komunikasi. Dengan adanya
masalah-masalah tersebut, sampai sekarang masih banyak tenaga kesehatan seperti
Dokter dan Perawat yang enggan ditugaskan atau mengajukan diri untuk
melaksanakan pelayanan kesehatan di daerah-daerah yang termasuk pada kategori
tersebut.

B. Penjabaran Masalah

Perkembangan sistem Jaminan Kesehatan Nasional melalui BPJS yang


diharapkan bisa meningkatkan akses masyarakat terhadap kesehatan malah
menimbulkan masalah antara penyedia layanan kesehatan dengan pihak BPJS, yang
pada akhirnya mempengaruhi kualitas pelayanan kesehatan. Hal ini seringkali
menjadi “buah simalakama” yang dapat menyebabkan baik pasien ataupun
penyedia layanan kesehatan menjadi korban. Sebagai contoh, pelaksanaan sistem
BPJS yang diperuntukkan seluruh masyarakat Indonesia, baik di perkotaan sampai
pelosok, belum diimbangi dengan peningkatan fasilitas kesehatan di daerah
terpencil. Hal ini menyebabkan masyarakat di daerah terpencil yang memiliki BPJS
tidak dapat memperoleh pelayanan sesuai standar karena tidak tersedianya fasilitas
diagnostik maupun obat-obatan di daerah tersebut. Akhirnya pasien terpaksa
dirujuk ke daerah lain yang memiliki fasilitas lebih lengkap. Hal ini akan
menimbulkan masalah bagi pasien dari keluarga yang kurang mampu. Walaupun
pembiayaan untuk pengobatan ditanggung oleh BPJS, tingginya biaya transportasi
dan akomodasi menjadi pertimbangan yang menentukan bersedia tidaknya pasien
tersebut dirujuk untuk mendapatkan pelayanan lebih lanjut. Mungkin masih banyak
yang belum mengetahui kesenjangan yang cukup besar dalam fasilitas maupun
sumber daya manusia (SDM) antara daerah perkotaan dan daerah terpencil. Tenaga
kesehatan di daerah terpencil seringkali merasa miris karena tidak mampu melayani
pasien akibat terbatasnya fasilitas dan obat-obatan. Kurangnya akses informasi
untuk pelatihan dan update ilmu, serta kurangnya pemantauan dan pembinaan dari
pusat menyebabkan rendahnya kualitas SDM di daerah terpencil.

C. Pembahasan

Banyak faktor yang menyebabkan tingkat kesehatan di kalangan


masyarakat menengah ke bawah rendah. Diantaranya adalah kurangnya kesadaran
dari masyarakat, pemerintah yang kurang perhatian terhadap masyarakat kelas
bawah, lingkungan sekitar yang tidak layak dalam standar kesehatan, dan sarana
prasarana kesehatan yang kurang mendukung. Ditambah lagi tenaga medis yang
kurang dan kurang pengalaman, terutama di daerah pedesaan. Dengan rendahnya
tingkat tingkat kesehatan di kalangan masyarakat bawah, terjadi ketimpangan
dalam pemerataan tingkat kesehatan. Di satu sisi masyarakat menengah ke atas
menikmati kesehatan yang baik dan di sisi lain masyarakat menengah ke bawah
mengalami degradasi tingkat kesehatan sampai derajat yang sangat rendah.
Perbedaan ini harus segera dikikis habis demi kemajuan kesehatan di Indonesia.

D. Solusi dan Langkah Konkret

Mahasiswa, sebagai kaum terpelajar di tengah-tengah masyarakat sangat


berperan besar sebagai agent of change. Perubahan tingkat kesehatan di
masayarakat golongan menengah ke bawah dapat diwujudkan dengan bantuan para
mahasiswa. Masyarakat kelas menengah kebawah umumnya hanya menganggap
perilaku hidup bersih dan sehat hanya kegiatan yang akan menghabiskan biaya,
Mahasiswa sebagai intelek muda harus meluruskan pola pikir yang salah tersebut.
Dengan begitu, peran mahasiswa di tengah masyarakat dapat terlihat dan juga
membantu masayarakat yang bersangkutan untuk memperbaiki tingkat
kesehatannya menjadi lebih baik. Mahasiswa seharusnya menyadari peran penting
kesehatan dalam pembangunan nasional. Seperti yang dikatakan Soe Hok Gie :
“Kami jelaskan apa sebenarnya tujuan kami. Kami katakan bahwa kami adalah
manusia-manusia yang tidak percaya pada slogan. Patriotisme tidak mungkin
tumbuh dari hipokrisi dan slogan-slogan. Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu
secara sehat kalau ia mengenal objeknya. Dan mencintai tanah air Indonesia dapat
ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat.
Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik
yang sehat. Karena itulah kami naik gunung.”

Maka dari itu Solusi & langkah konkret yang saya tawarkan ialah pertama,
menumbuhkan rasa kesadaran & empati kepada mahasiswa khususnya mahasiswa
kedokteran bahwa mahasiswalah sebagai ujung tombak negara ini, seluruh harapan
rakyat berada dipundak pemuda, yaitu mahasiswa. Setelah tumbuhnya rasa
kesadaran & empati dari mahasiswa terkhusus mahasiswa kedokteran, maka ego
dalam memilih “penempatan” dalam mengabdi akan mulai terkikis. Selain itu,
sarana dan prasarana yang disediakan oleh Pemerintah haruslah merata, karena
dengan adanya tim medis yang berkualitas akan tetapi tidak didukung dengan
sarana yang memadai tidak akan bias memenuhi persyaratan untuk meningkatkan
kualitas kesehatan masyarakat yang berada didaerah-daerah terpencil di Indonesia.
Daftar Pustaka

Elsa Pudji Setiawati, Nita Arisanti, Insi Farisa Desy Arya, Lukman Hilfi, Sekar
Ayu Paramita, Asimetri. Supply dan Demand dalam Pemenuhan serta Pemerataan
Dokter di Puskesmas di Jawa Barat. Jakarta: 2014

Ilyas, Yasis. DETERMINAN DISTRIBUSI DOKTER SPESIALIS DI


KOTA/KABUPATEN INDONESIA. Yogyakarta: 2015

Setiawan, dr.Andre. Dokter Rakyat. Jakarta Pusat: 2015. pp: 137, 143, 156-179

Anda mungkin juga menyukai