Chapter II SUAKA POLITIK PDF
Chapter II SUAKA POLITIK PDF
Pada awalnya suaka merujuk pada tempat yang aman. Dahulu, suaka dikenal dengan
tempat suci disekitar altar pada gereja dan juga kuil. Suaka adalah tempat mengungsi ,
Suaka sudah ada sejak ratusan tahun bahkan ribuan tahun yang lalu, bahkan pada
zaman primitif-pun suaka telah dikenal dimana-mana. Menurut Enny Soeprapto, masyarakat
Yunani Purba telah mengenal lembaga yang disebut dengan “asylia” walaupun agak berbeda
dengan maksud dan pengertiannya tentang “suaka” yang kita kenal sekarang.
Pada masa Yunani purba itu, agar seseorang, terutama pedagang yang berkunjung ke
negara-negara lainnya, mendapatkan perlindungan, maka antara sesama negara kota di negeri
yang disebut “asphalia” yang tujuannya melindungi benda-benda milik orang yang
rumah ibadat seperti gereja, merupakan tempat suaka. Demikian juga dengan rumah-rumah
sakit yang sering dipandang sebagai tempat suaka. Dalam kelanjutannya pada awal masehi,
suaka berarti suatu tempat pengungsian atau perlindungan terhadap orang yang
peribadatannya dihina. Untuk selanjutnya, dalam waktu yang lama, suaka diberikan kepada
pelarian pada umumnya terlepas dari sifat perbuatan atau tindak pidana yang dilakukan oleh
17
Kamus Besar Bahasa Indonesia
pencari suaka yang menyebabkannya dikejar-kejar. Dalam waktu yang lama pelaku tindak
Suaka atau dalam bahasa Inggris disebut asylum diartikan sebagai perlindungan yang
diberikan oleh suatu negara kepada pengungsi politik atau aktivis politik yang berasal dari
negara lain dan negara itu mengizinkan untuk masuk ke dalam wilayahnya atas
permintaannya.
Institute of International Law dalam sebuah sesi pertemuan di Bath, tahun 1950,
”Asylum is the protection which a State grants on its territory or in some other places
under the control of its organs, to a person who comes to seek it”.
Dalam Deklarasi Universal PBB mengenai Hak Azasi Manusia pada tahun 1948
dinyatakan:
“bahwa setiap orang mempunyai hak untuk mencari suaka dan menikmatinya di
negara lain atas permintaan yang diajukan. Hak negara untuk mengizinkan pengungsi atau
aktivis politik yang mengajukan suaka itu masuk atau tinggal di wilayah negara tersebut atas
perlindungannya 19.
Suaka sebenarnya belum memiliki pengertian umum yang disepakati oleh negara-
negara, namun beberapa sarjana mengemukakan pendapatnya tentang suaka, yaitu sebagai
berikut:
Suaka adalah dimana seorang pengungsi atau pelarian politik mencari perlindungan
baik dari wilayah suatu negara lain maupun di dalam lingkungan gedung perwakilan
diplomatik dari suatu negara. Jika perlindungan yang dicari itu diberikan, pencari suaka itu
dapat kebal dari proses hukum dari negara dimana ia berasal 20.
18
Suaka, diakses dari http://roysanjaya.blogspot.com/2009/05/suaka.html
19
Suryokusumo Sumaryo, 2013, Hukum Diplomatik dan Konsuler, Tatanusa, Jakarta, halaman 187
20
Ibid, Sumaryo. Hal 163
Suaka adalah suatu perlindungan yang diberikan oleh suatu negara kepada individu
yang memohonnya dan alasan mengapa individu-individu itu diberikan perlindungan adalah
Suaka adalah perlindungan yang diberikan kepada individu oleh kekuasaan lain atau
4. Oppenheim Lauterpacht
kedaulatan di atas teritorialnya untuk memperbolehkan seorang asing memasuki dan tinggal
5. Hugo Grotius
Suaka hanya dapat diklaim oleh mereka yang mengalami tuntutan politis atau
keagamaan. Sejak pertengahan abad ke-19 bagian besar perjanjian ekstradisi mengakui
prinsip non ekstradisi bagi tindak pidana politik, kecuali yang dilakukan terhadap kepala
negara.
6. Gracia Mora
Suaka adalah suatu perlindungan yang diberikan oleh sesuatu negara kepada orang
7. Charles de Visscher
Suaka adalah sesuatu kemerdekaan dari suatu negara untuk memberikan suatu suaka
8. J. G. Starke
21
Sulaiman Hamid, Lembaga Suaka Dalam Hukum Internasional, Jakarta: PT RajaGrafindo. 2002, hlm 42
Bahwa konsep dari suaka dalam hukum internasional mencakup dua hal sebagai
berikut, yaitu:
b. Pemberian perlindungan dari pembesar yang menguasai daerah suaka secara aktif
1. Tempat perlindungan
2. Suaka tingkat perlindungan aktif dari pihak penguasa wilayah pemberi suaka
Sedangkan politik (dari bahasa Yunani: politikos, yang berarti dari, untuk, atau yang
berkaitan dengan warga negara) adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam
masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara.
Pengertian ini merupakan upaya penggabungan antara berbagai definisi yang berbeda
mengenai hakikat politik yang dikenal dalam ilmu politik. Politik adalah seni dan ilmu untuk
meraih kekuasaan secara konstitusional maupun nonkonstitusional 23. Di samping itu politik
juga dapat ditilik dari sudut pandang berbeda, yaitu antara lain:
• Politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan
• Politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan negara
kekuasaan di masyarakat
• Politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan
publik.
22
Suaka, diakses dari http://kreket-kreket.blogspot.com/2011/02/suaka.html
23
Politik, diakses dari http://id.wikipedia.org/wiki/Politik
Beberapa ahli juga memberikan pendapatnya tentang politik, diantara sebagai
berikut 24:
a. Roger F. Soltau
negara dan lembaga lembaga yang akan melaksanakan tujuan tujuan itu; hubungan antara
negara dengan warga negaranya serta dengan negara-negara lain' (Political science is the
study of the state, its aims and purposes...the institutions by which these are going to be
realized, its relations with its individual members and other states.)
b. J.Barents
Politik adalah ilmu yang mempelajari, kehidupan negara yang merupakan bagian dari
(De wetenschap der politiek is de wetenschap die het leven van de staat bestudeert...een
maatschappelijk leven....waarvan de staat een onderdeel vormt. Aan het oderzoek van die
c. Menurut W. A. Robson
yaitu sifat hakiki, dasar, proses-proses, ruang lingkup dan hasil hasil. Fokus perhatian seorang
sarjana ilmu politik tertuju pada perjuangan untuk mencapai atau mempertahanakan
kekuasaan, melaksanakan kekuasaan atau pengaruh atas orang lain atau menentang
24
Pengertian Ilmu Politik menurut para ahli, diakses dari
http://www.apapengertianahli.com/2014/09/pengertian-ilmu-politik-menurut-para.html#_
d. Menurut Deliar Noer
Pengertian ilmu politik dalam buku pengantar ke pemikiran politik, 'Ilmu politik
memusatkan perhatian pada masalah kekuasaan dalam kehidupan bersama atau masyarakat.
Kehidupan seperti ini tidak terbatas pada bidang hukum semata-mata, dan tidak pula pada
negara yang tumbuhnya dalam sejarah hidup manusia relatif baru. Di luar bidang hukum serta
sebelum negara ada, masalah kekuasaan itu pun telah pula ada. Hanya dalam zaman modern
Dalam fundamentals of Political Science: pengertian ilmu politik yaitu ilmu sosial
yang khusus mempelajari sifat dan tujuan dari negara sejauh negara merupakan organisasi
kekuasaan, beserta sifat dan tujuan dari gejala-gejala kekuasaan lain yang tak resmi, yang
dapat mempengaruhi negara. Flechtheim ini juga menekankan bahwa kekuasaan politik dan
tujuan politik mempengaruhi satu sama lain dan bergantung satu sama lain.
Suaka sangat erat kaitannya dengan pengungsi, bahkan suaka dan pengungsi sering
sekali diartikan sama. Pengungsi dalam hukum internasional terbagi dalam beberapa kategori,
1. Pengungsi Internal
Pengungsi Internal adalah orang-orang atau kelompok orang yang telah terpaksa atau
harus berpindah atau meninggalkan rumah atau kampung halaman mereka, terutama sebagai
akibat dari atau demi menghindari pengaruh konflik bersenjata, situasi kekerasan yang
meluas, pelecehan terhadap hak asasi manusia atau karena bencana alam maupun bencana
akibat ulah manusia, dan tidak melintasi batas-batas Negara yang diakui secara
internasional 25.
sendiri.
2. Pencari Suaka
Pencari suaka adalah orang yang telah mengajukan proses permohonan untuk
mendapatkan perlindungan oleh negara yang dituju untuk menerima suaka. Pencari suaka
punya banyak alasan untuk mencari suaka seperti perang, permasalah SARA dan lainnya.
Dalam kisruh perang di suatu negara, sering sekali sekumpulan orang pergi ke suatu
negara untuk meminta suaka. Dalam hal atau kasus ini, negara tidak lagi melihat alasan
sekumpulan orang tersebut untuk menerima suaka karena sangat tidak praktis.
Dalam hal ini, pengungsi dari daerah Afrika banyak yang mengungsi ke Amerika
berkenaan dengan hal yang membuat seorang individu memiliki landasan yang bermanfaat
secara hukum untuk menyatakan kewarganegaraannya, atau di mana ia memiliki klaim yang
25
Prinsip-prinsip Panduan tentang Pengungsian Internal, Pengantar, paragraf 2
pertimbangan praktis seperti biaya, adanya gangguan sipil, atau ketakutan akan
penganiayaan.
Badan PBB untuk pengungsi (UNHCR) memperkirakan bahwa ada kurang lebih tiga
wilayah-wilayah dunia di mana mereka dapat memperoleh hak-hak dasar dan menghindari
Dari penjelasan diatas, dapat kita simpulkan bahwa suaka adalah cara satu orang
maupun berkelompok untuk mendapatkan perlindungan dari negara lain, dengan beberapa
alasan seperti permasalahan ras, agama, perang saudara dan lainnya dengan cara melakukan
permohonan.
atau negara. Artinya, negara dalam hal suaka adalah pihak yang memiliki wewenang untuk
Suaka pada hakikatnya menyangkut dua hal yaitu suaka teritorial dan suaka
diplomatik. Suaka politik timbul melalui gagasan tentang korban opini politik di dunia.
Endowment for International Peace memberikan rumusan landasan hukum bagi pemberian
suaka. Pengertian Suaka teritorial dan diplomatik sama halnya seperti suaka tidak memiliki
26
Refugee, diakses dari http://jrs.or.id/refugee/
Majelis Umum PBB pada sidangnya tanggal 14 Desember 1967 telah menyetujui
1. Jika seseorang meminta suaka, permintaan seharusnya tidak ditolak atau jika ia
memasuki wilayah negara itu, ia tidak perlu diusir tetapi jika suatu kelompok
orang-orang dalam jumlah besar meminta suaka, hal itu dapat ditolak atas dasar
2. Jika suatu negara merasa sukar untuk memberikan suaka, haruslah memperhatikan
3. Jika suatu negara memberikan suaka kepada kaum pelarian dan buronan, negara-
atau aktivis politik masuk atau tinggal di bawah negara tersebut yang juga berarti di bawah
perlindungannya, karena itu memberikan suaka kepadanya, yang tidak asing lagi dalam
hukum internasional. 29
“Territorial asylum’ is still about the protection accorded by a State to an individual who
comes to seek it, as the Institute of International Law noted in 1950. In the gap that remains
to be bridged, it may be those “elementary considerations of humanity” and basic rights of
the human person, many of which are the subject of obligations erga omnes and referred to
by the International Court of Justice on several occasions, that provide the source for a
solution.”
27
Ibid, Sumaryo. Hal 193
28
Declaration on Territorial Asylum
29
Carnegie Manual of Public International Law, ed. Max Sorensen, hlm. 491
Artinya, Suaka teritorial masih tentang perlindungan yang diberikan oleh Negara
kepada seseorang yang datang untuk mencarinya , sebagai Lembaga Hukum Internasional
mencatat pada tahun 1950. Dalam kesenjangan yang masih harus dijembatani , mungkin
orang-orang " pertimbangan dasar kemanusiaan " dan hak-hak dasar pribadi manusia ,
banyak yang merupakan subjek dari kewajiban erga omnes dan disebut oleh Mahkamah
Beberapa hal penting yang patut untuk dilihat dari deklarasi ini diantaranya sebagai
“Article 14, paragraph 1, of the 1948 Universal Declaration on Human Rights proclaims the
right of everyone, “to seek and to enjoy in other countries asylum from persecution”. Its
final, equivocal wording – there is no reference to the right to be granted asylum – was a
compromise between States which saw this form of protection as but one aspect of their
territorial sovereignty, and those which urged that an individual entitlement to asylum be
recognized, as well as the involvement or responsibility of the United Nations”.
Pada pasal 14 , ayat 1 , Deklarasi Universal 1948 tentang Hak Asasi Manusia
menyatakan hak setiap orang , "untuk mencari dan menikmati suaka di negara lain dari
penganiayaan" . Yang terakhir , samar-samar kata-kata - tidak ada referensi ke kanan untuk
diberi suaka - adalah kompromi antara Negara-negara yang melihat bentuk perlindungan
sebagai satu aspek dari kedaulatan teritorial mereka , dan orang-orang yang mendesak bahwa
hak individu untuk suaka diakui , serta keterlibatan atau tanggung jawab PBB .
“It was understood that the principle of non-refoulement was the core of the Declaration,
although with some reservations as to the text: “no one entitled under article 14 ... to seek
and to enjoy asylum shall be subject to measures, such as expulsion, return or rejection at the
frontier, which would result in compelling him to return to or remain in a territory where his
life, physical integrity or liberty would be threatened on account of his race, religion,
nationality, or membership of a particular social group or political opinion” (draft article 3
of the draft Declaration as submitted by the representative of France (E/CN.4/L.517)). Also,
although the permissible exceptions to the principle were based on article 33, paragraph 2 of
the 1951 Convention relating to the Status of Refugees, some members highlighted their
ambiguity and lack of precision, while others were worried about a possible mass influx and
the necessity to acknowledge other ‘compelling reasons’ as a basis for exceptions (E/3335,
paras. 110, 113-14).”
Dijelaskan bahwa dapat dimengerti bahwa prinsip non-refoulement adalah inti
dari Deklarasi, meskipun dengan beberapa syarat untuk teks:" tidak ada yang berhak
berdasarkan pasal 14 ... untuk mencari dan menikmati suaka dikenakan tindakan, seperti
menarik dia untuk kembali ke atau tetap berada dalam wilayah di mana hidup, integritas fisik
atau kebebasan akan terancam karena ras, agama, kebangsaan, atau keanggotaan tertentu
kelompok sosial atau pandangan politik "(draft pasal 3 draft Deklarasi yang disampaikan oleh
prinsip didasarkan pada pasal 33, ayat 2 Konvensi 1951 yang berkaitan dengan Status
Pengungsi, beberapa anggota disorot ambiguitas dan kurangnya presisi, sementara yang lain
khawatir tentang masuknya massa mungkin dan perlunya untuk mengakui lain alasan kuat
Dan yang paling terpenting dalam deklarasi ini adalah Article 3 on non-
refoulement was considered the most important article, and the Working Group focused on
the most appropriate way of formulating the principle, the grounds for exception, and
possible alternatives (A/6570, Annex, para. 54). It agreed that the principle should refer not
only to the State of flight, but also to any other State where the individual might be in danger
of persecution (A/6570, Annex, para. 55). On exceptions, it agreed that national security
should be mentioned, but there were differences as to whether ‘safeguarding the population’
thought the term too wide, and suggested specific reference instead to a ‘mass influx’.
The Working Group decided not to include other possible grounds for exception,
such as ‘public order’, which was described as ‘both dangerously wide and vague’, as well
as being subject to different meanings in common law and civil law countries (A/6570,
Annex, para. 57). It agreed finally on a compromise text which would permit an exception to
the principle “in order to safeguard the population, as in the case of a mass influx of
persons.” In the words of the Working Group, “[it] was felt that this phrase, while not unduly
restricting the exception concerned, indicated that it was to be invoked only in matters of
Kelompok Kerja berfokus pada cara yang paling tepat merumuskan prinsip, dengan alasan
untuk pengecualian, dan alternatif yang mungkin (A / 6570, Lampiran, para. 54). Hal sepakat
bahwa prinsip harus mengacu tidak hanya untuk Negara penerbangan, tetapi juga bagi setiap
Negara lain di mana individu mungkin dalam bahaya penganiayaan (A / 6570, Lampiran,
para. 55). Pada pengecualian, itu sepakat bahwa keamanan nasional harus disebutkan, tapi
ada perbedaan apakah 'menjaga populasi' harus dimasukkan, baik sama sekali, atau dengan
Beberapa perwakilan pikir istilah terlalu lebar, dan menyarankan referensi khusus
bukan untuk 'masuknya massa'. Kelompok Kerja memutuskan untuk tidak menyertakan
alasan lain yang mungkin untuk pengecualian, seperti 'ketertiban umum', yang digambarkan
sebagai 'baik berbahaya luas dan samar-samar', serta menjadi tunduk pada arti yang berbeda
dalam hukum umum dan hukum perdata negara (A / 6570, Annex, para. 57).
Hal setuju akhirnya pada teks kompromi yang akan memungkinkan pengecualian
prinsip "untuk menjaga populasi, seperti dalam kasus masuknya massa orang." Dalam kata-
kata Kelompok Kerja, "[itu] merasa bahwa kalimat ini, sementara tidak terlalu membatasi
pengecualian bersangkutan, menunjukkan bahwa itu akan dipanggil hanya dalam hal impor
bulan Januari dan Februari 1977, walaupun masalah tersebut telah dibicarakan tetapi tidak
berhasil mengesahkan rancangan Konvensi dan merekomendasikan Majelis Umum PBB
Kemudian pada akhir tahun 1977, Majelis memutuskan agara dengan persiapan
yang matang dan berkonsultasi dengan pemerintah negara-negara anggota dapat diadakan
korban isu politik si peminta suaka di negaranya. Beberapa pengertian suaka antara lain:
Dalam English Dictionary, suaka politik berarti the right to live in a foreign
country, and is given by the government of that country to people who have to leave their own
Artinya, Suaka politik adalah hak untuk hidup di negara asing , dan diberikan oleh
pemerintah negara itu untuk orang-orang yang harus meninggalkan negara mereka sendiri
Sedangkan British English mendeskripsikan suaka politik sebagai the right to live in
a foreign country and is given by the government of that country to people who have to leave
their own country for political reasons. Hampir sama dengan yang diatas namun
2. Wikipedia
Someone may ask for political asylum when they are frightened to live in their
own country. They will then go to another country. If they are allowed to live in the new
country this is called political asylum. People who seek asylum are usually victims of threats,
30
Political Asylum, diakses dari http://www.collinsdictionary.com/dictionary/english/political-asylum
physical harm or denigration of their human dignity as these are violating their human
rights.
Artinya, Seseorang mungkin meminta suaka politik ketika mereka takut untuk
tinggal di negara mereka sendiri . Mereka kemudian akan pergi ke negara lain . Jika mereka
diizinkan untuk tinggal di negara yang baru ini disebut suaka politik . Orang-orang yang
mencari suaka biasanya korban ancaman , bahaya fisik atau fitnah martabat manusia mereka
Suaka politik adalah salah satu hak asasi manusia yang ditegaskan oleh Pasal 14
dari Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, dan aturan hukum hak asasi manusia
internasional. Semua negara yang telah menyetujui Konvensi PBB Berkaitan dengan Status
Pengungsi harus membiarkan orang, yang memenuhi syarat, datang ke negara mereka.
yang mengatakan bahwa ada kewajiban bagi setiap negara untuk memberikan suaka kepada
orang-orang yang lari dari negaranya karena alasan ras, agama atau politik.
Dalam perkembangannya, dikenal juga suaka netral. Si pencari suaka dalam hal ini
Dapat disimpulkan bahwa suaka teritorial dan politik berhubungan erat. Namun,
dalam suaka politik terdapat ekstradisi yang bisa dilakukan dengan beberapa ketentuan.
31
Political Asylum, diakses dari http://simple.wikipedia.org/wiki/Political_asylum
32
Suaka Diplomatik Dalam Hukum Internasional, diakses dari
http://www.library.ohiou.edu/indopubs/1997/03/07/0015.html
C. Praktek Negara-Negara Dalam Suaka Politik
1. Australia
Australia adalah negara yang akrab dengan isu suaka. Banyak pengungsi dari Papua
Nugini dan negara lain meminta suaka kepada pemerintah Australia. Menyangkut suaka
politik, Australia pernah menolak pemerintah Iran terkait ekstradisi Monis karena tidak
adanya perjanjian timbal balik kedua negara. Monis adalah pelaku penyanderaan di Australia
“Kepala polisi Iran mengatakan Monis hendak diadili di Iran karena terlibat dalam tindak
penipuan ketika menjalani bisnis biro perjalanan sebelum dia kemudian melarikan diri ke
Sebelumnya, Australia juga sempat bersitegang dengan Indonesia terkait suaka. Juru
Bicara Departemen Luar Negeri Yuri O Thamrin kepada wartawan di Jakarta, Jumat.
Pemerintah Indonesia terus mendesak Australia buat memberikan akses kekonsuleran secara
penuh kepada pihak berwenang RI sesuai Konvensi Wina tahun 1961 terhadap para 43 warga
Papua, kendati sebagian besar dari mereka menyatakan kepada otoritas Australia bahwa
Menurut Yuri, hingga saat ini Indonesia masih terus mengupayakan buat memperoleh
akses kekonsuleran tersebut sebab itu merupakan hak Indonesia sebagai negara tidak terkait
dengan bersedia atau tidak bersedianya individu. "Akses kekonsuleran tersebut merupakan
hak kita sesuai dengan Konvensi Wina tahun 1961, jadi tidak tergantung dari individunya
melainkan akses yang sah bagi perwakilan kita buat berjumpa dengan warga negara," kata
Yuri.
33
Australia Pernah Tolak Permintaan Ekstradisi Monis ke Iran, diakses dari
http://news.detik.com/read/2014/12/17/095331/2779831/1513/australia-pernah-tolak-permintaan-ekstradisi-
monis-ke-iran
"Hingga saat ini yang kita peroleh barulah penjelasan dari pihak imigrasi setempat, kita
hargai penjelasan tersebut tetapi tentu saja penjelasan itu tidak mengurangi hak kita buat
mengungkapkan bahwa status pendatang ilegal yang dikenakan terhadap 43 warga Papua itu
ternyata tidak sesuai dengan pemberlakuan peraturan mengenai permintaan visa Australia 34.
2. Uruguay
3. Ekuador
Ekuador memberikan suaka kepada Julian Assange dan Edward Snowden. Menlu
penindasan politik itu sah. Ia mengatakan negaranya tetap menjalankan tradisi melindungi
Terkait dengan Edward Snowden, Rusia dan Ekuador menerima permohonan Suaka
Snowden. Kanada, Jerman, Inggris, Amerika Serikat adalah negara yang kerap memberikan
suaka. Namun dalam hal suaka politik, Ekuador termasuk yang akrab dengan pemberian
suaka politik. Suaka politik juga kerap memanaskan hubungan antar dua negara. Seperti
Rusia dan Amerika Serikat terkait Edward Snowden. Faktor politik, hubungan kedua negara,
dan alasan korban politik pencari suaka menjadi faktor penentu pemberian suaka.
34
RI Desak Australia berikan akses temui 43 Warga Papua, diakses dari http://berita.ohapa.com/08/55/42/ri-
desak-australia-berikan-akses-temui-43-warga-papua.htm
35
Ekuador Berikan Suaka Kepada Julian Assange, diakses dari
http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2012/08/120816_assangeecuador.shtml