Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pengertian ilmu gizi adalah segala ilmu yang mempelajari segala sesuatu
tentang makanan dalam hubungannya dengan kesehatan optimal. Kata “gizi” berasal
dari bahasa Arab ghizda, yang berarti makanan. Di satu sisi ilmu gizi berkaitan dengan
makanan dan di sisi lain dengan tubuh manusia.
Ilmu gizi merupakan salah satu disiplin ilmu yang sudah diakui, meskipun
masih dianggap sebagai bagian dari rumpun ilmu kesehatan masyarakat. Ilmu gizi
mula-mula hanya mencakup ruang lingkup yang sangat sempit, tetapi dalam
perkembangannya melebar meliputi suatu kawasan studi yang luas.
Karena ruang lingkupnya yang luas, bila dikaji pengertian ilmu gizi secara
lebih mendalam, ilmu gizi erat kaitannya dengan ilmu-ilmu agronomi, peternakan, ilmu
pangan, mikrobiologi, biokimia, faal, biologi molekular dan kedokteran.
Ilmu gizi mempunyai konsep dasar yang berbeda dengan disiplin ilmu yang
lain. Pengertian dari konsep dasar itu sendiri adalah merupakan suatu dasar, ide atau
bentuk dasar dari sesuatu. Konsep dasar dari ilmu gizi meliputi tentang gizi dan ilmu
gizi, zat-zat gizi apa yang biasa terkandung dalam makanan, berbagai cara pengolahan
pangan mulai dari penyediaannya, distribusi, konsumsi makanan dan penggunaannya,
bahan-bahan makanan yang biasa kita konsumsi, dan keterkaitan konsumsi makanan
dengan status gizi yang dimiliki oleh setiap orang yang berbeda-beda.
Di dalam ilmu gizi terdapat dua komponen penting yang menjadi pusat
perhatian, ialah makanan dan kesehatan tubuh. Makanan mengandung zat-zat gizi yang
sangat diperlukan oleh tubuh untuk melakukan fungsi optimalnya. Sedangkan
kesehatan tubuh bisa dilihat dari status gizi yang dibedakan menjadi gizi buruk, kurang,
baik, dan lebih.

B. Rumusan masalah
Dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan dibahas pada
makalah ini meliputi pengertian dari gizi, sejarah perkembangan gizi, ruang lingkup
ilmu gizi, serta bagaimanakah pengaruh gizi pada tubuh seseorang.

1
2

C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agara pembaca dapat memahami
mengenai :
1. Pengertian gizi
2. Sejarah perkembangan ilmu gizi
3. Ruang lingkup ilmu gizi
4. Pengaruh gizi pada tubuh
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Istilah gizi berasal dari bahasa Arab giza yang berarti zat makanan, dalam
bahasa Inggris dikenal dengan istilah nutrition yang berarti bahan makanan atau zat gizi
atau sering diartikan sebagai ilmu gizi. Pengertian lebih luas bahwa gizi diartikan
sebagai proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal
melalui proses pencernaan, penyerapan, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan
pengeluaran zat gizi untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi
normal organ tubuh serta untuk menghasilkan tenaga. Beberapa ahli mendefinisikan
ilmu gizi seperti :
1. Menurut Turner, llmu Gizi adalah ilmu yang mempelajari proses-proses
dimana organisme hidup yang mempergunakan material-material yang diperlukan
untuk pemeliharaan fungsi tubuh.
2. Menurut Vrause, llmu Gizi adalah ilmu yang mempelajari makanan dalarn
hubungannya dengan kesejahteraan tubuh meliputi kebutuhan makanan, nilai
makanan, pemeliharaan rnakanan untuk golongan usia dan aktifitas tertentu.
3. Menurut Yean Bogert, llmu gizi adalah ilmu yang mempelajari tentang
pemberian makanan kepada tubuh setepat-tepatnya un!uk pertumbuhan,
pemeliharaan dan perbaikan.
4. Menurut Eva D. Wilson, llmu Gizi adalah ilmu yang mempelajari ten!ang
tubuh yang terdiri dari jenis, jumlah dan materi yang harus dicukupi dalam
makanan seharl-hari, guna pemeliharaan sel-sel tubuh.
5. Graham Lusk berpendapat yang dimaksud dengan ilmu gizi adalah totalitas
dari pada peristiwa-peristiwa yang berhubungan dengan pertumbuhan,
pemeliharaan dan perbaikan hidup dari tubuh secara keseluruhan.
6. Menurut Sunita Almatsier, llmu Gizi adalah ilmu yang mempelajari segala
sesuatu tentang makanan dalam hubungannya dengan kesehatan optimal.
Ilmu gizi didefinisikan sebagai suatu cabang ilmu yang mempelajari hubungan
antara makanan yang dimakan dengan kesehatan tubuh yang diakibatkan, serta faktor-
faktor yang mempengaruhinya.
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi
secara normal melalui proses digesti, absobsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme
dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan,
pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi.
Tak satu pun jenis makanan yang mengandung semua zat gizi, yang mampu
membuat seseorang untuk hidup sehat, tumbuh kembang dan produktif. Oleh karena
itu, setiap orang perlu mengkonsumsi anekaragam makanan; kecuali bayi umur 0-4
4

bulan yang cukup mengkonsumsi Air Susu Ibu (ASI) saja. Bagi bayi 0-4 bulan, ASI
adalah satu-satunya makanan tunggal yang penting dalam proses tumbuh kembang
dirinya secara wajar dan sehat.
Makan makanan yang beranekaragam sangat bermanfaat bagi kesehatan.
Makanan yang beraneka ragam yaitu makanan yang mengandung unsur-unsur zat gizi
yang diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantintasnya, dalam pelajaran ilmu gizi
biasa disebut triguna makanan yaitu, makanan yang mengandung zat tenaga,
pembangun dan zat pengatur. Apabila terjadi kekurangan atas kelengkapan salah satu
zat gizi tertentu pada satu jenis makanan, akan dilengkapi oleh zat gizi serupa dari
makanan yang lain. Jadi makan makanan yang beraneka ragam akan menjamin
terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.
Makanan sumber zat tenaga antara lain: beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi
jalar, kentang, sagu, roti dan mi. Minyak, margarin dan santan yang mengandung lemak
juga dapat menghasilkan tenaga. Makanan sumber zat tenaga menunjang aktivitas
sehari-hari.
Makanan sumber zat pembangun yang berasal dari bahan makanan nabati
adalah kacang-kacangan, tempe, tahu. Sedangkan yang berasal dari hewan adalah telur,
ikan, ayam, daging, susu serta hasil olahan, seperti keju. Zat pembangun berperan
sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan seseorang.
Makanan sumber zat pengatur adalah semua sayur-sayuran dan buah-buahan.
Makanan ini mengandung berbagai vitamin dan mineral, yang berperan untuk
melancarkan bekerjanya fungsi organ-organ tubuh.

B. Sejarah Perkembangan Gizi


Pada waktu zaman purba manusia sudah mulai mengenal akan pentingnya
kehidupan. Ini dibuktikan dengan anggapan mereka akan pentingnya makanan. Pada
saat itu anggapan tersebut bersifat tabuh karena disertai dengan unsur-unsur magis dan
mereka percaya bahwa makanan yang dimakan dapat menyembuhkan penyakitnya.
Kemudian perkembangan gizi sebagai salah satu cabang ilmu, dikemukakan oleh
Todhunter dengan bertitik tolak dari fungsi makanan bagi kehidupan. Secara formal,
gizi sebagai bagian ilmu mungkin berkembangnya dimulai dari tulisan hippocrates
(460-360 SM) yang menyatakan bahwa “……..to the human body its makes a great
difference wether the bread be fine or coarse;with or without the hull, whether mixed
with much or little water, strongly wrought or scarcelyat all, baked or raw. ….. whoever
pays no attention to these things, or paying attention, does not comprehend them, how
can he understand the diseases which befall man?”. …. ditulisan lain, juga
5

menyatakan : “let your food be your medicine, and your only medicine be your food”.
Pada intinya makanan yang sebenarnya yang telah kita makan adalah penyedia unsur
panas yang sangat dibutuhkan manusia atau dengan kata lain makanan sebagai panas
yang dibutuhkan manusia. Selain itu hipocrates juga berhasil menyembuhkan dan
mengobati orang-orang yang menderita rabun senja dengan hati binatang buruan, yang
bertahun-tahun kemudian baru diketahui bahwa penyakit tersebut disebabkan karena
kekurangan vitamin A.
Aristoteles (384-322 SM) bapak ilmu gizi dunia menjelaskan mengenai proses
fisiologi zat gizi dan dampak negative dari konsumsi zat gizi yang berlebihan.
Aristoteles menyatakan “ food is broken up mechanically In the mouth undergoes a first
‘concoction’ on the stomach (pepsis), that the fluid portion is of use in nutrition and
absorbed by the blood vessel of the stomach and intestine while the solid and
indigestible portions are excreted in the feeces”. Selanjutnya, asristoteles menyatakan
“when nourishment is abundant flesh is formed where as excess is converted into fat-
too much fat is harmfull”. Inti dari tulisannya tersebut yaitu mengeaani penggunaan
energy makanan oleh tubuh manusia. Kemudian pada 129-199 M, Gallen menyatakan “
Nutrition is a metabolic process occurring in the tissues-food must be prepared or
altered by the action of saliva and further changed in the stomach”. Selanjutnya Gallen
menegaskan bahwa “ any disturbance in the intergrated process of absorption,
distribution, metabolism, assimilation, and excretion would upset the delicate balance
of the body an lead to emaciation or obesity.” Ia juga menyarankan bahwa “swift
exercises such as running as a means of reducing obesity”. Jauh sebelum
dipublikasikannya hasil penelitian yang dilakukan oleh Lavoisier, Gallen telah
membandingkan “ the production of heat from food with the process of combustion as
occurs outside the body”.
Pada zaman pelayaran Vasco De Gama, awak kapalnya banyak diserang oleh
penyakit skorbut, dan awal abad 20 ahli medis megetahui penyebabnya yaitu karena
kekurangan vitamin c. langkah kemajuan perkembangan ilmu gizi terus berlanjut
terutama setelah “Bapak Kimia Organik” Justus von Liebig (1803-1873)
mempublikasikan bukunya “ animal chemistry or organic chemistry in its application to
fisiology and pathology”. Pada tahun 1834. Dalam buku tersebut, salah satu kesimpulan
penting yaitu “ the heat in volved in the combustion of food in the body explains the
constain temperature of the body, that combustion can take place rapidly or slowly, at
high or low temperature, and that the amount of heat liberated is constant. Liebig
6

selanjutnya membagi makanan menjadi dua kelompok yaitu nitrogenous dan non-
nitrogenous. Kelompok makanan ‘nitrogenous’ dirubah menjadi darah dan otot,
sedangkan kelompok makanan non- nitrogenous menghasilkan panas yang disebutnya
sebagai “ respiratory foodstuffs”. Penelitian Liebig di Munich ini diteruskan oleh Carl
Voit bersama muridnya Wilbur O Atwater dari Wesleyan University , Middletown,
Connecticut.
Awal abad ke-19 Magendie mengemukakan hal baru yang sangat
menakjubkan yaitu bisa membedakan karbohidarat, lemak, dan protein. Pada tahun
1803-1873 timbul pernyataan karbohidrat, lemak, dan protein dioksidasi dalam tubuh
dan menghasilkan panas atau energy serta menghitung nilai energy. Pada tahun 1840,
Reagmult dan Reiset menambahkan dengan hasil penemuannya yaitu bahwa CO2 yang
dikeluarkan O2 yang dikonsumsi berbeda menurut jenis makanan dan selanjutnya
pernyataan ini mulai dikembangkan. Carl Voit (1831-1908) merupakan ilmuan gizi
yang menghitung jumlah energy dan komposisi makanan manusia normal
(referensinen) yang terdiri 50-65% karbohidrat, 20-30% lemak, dan 10-20% protein
yang masih kita gunakan hingga sekarang. Wilbur O Atwater (1844-1907) merupakan
perintis perkembangan ilmu gizi di Amerika. Atwater banyak belajar dari Void
mengenai metabolism hitrogen, ‘balance technique’ dan perdebatan mengenai gizi
(nutrition) sebagai salah satu cabang ilmu selalu menarik untuk dicermati. Kata
‘nutrition’ baru digunakan sebagai istilah ilmu pengetahuan pada tahun 1889. Menurut
Todhunter, dikutip dari Soekirman, defenisi tertua “nutrition” ditulis oleh Lusk, 1931,
“Nutrition may be defined as the sum of processes concerned in the growth,
maintenance and repair of the living body is a whole or its constituent parts’. Batasan
itu disempurnakan oleh Mary Swartz pada tahun 1935 “Nutrition deals with the
scientific laws governing the requirement of human being for maintenance, growth,
activity, reproduction and lactation”. Todhunter pada tahun 1967 memperjelas
“Nutrition deals with: (a) the scientific laws governing the requirement of human being
for maintenance, growth, activity, reproduction and lactation; (b) all that makes man a
healthy, functioning, creative human being through well chosen diet.” Dengan
menambahkan butir kedua, Todhunter selanjutnya menegaskan pentingnya ilmu gizi
serta manfaatnya bagi kehidupan dan penghidupan manusia.
Diseluruh dunia, ilmu gizi terus berkembang baik dari aspek keilmuan,
kemanfaatan serta lembaga pendidikan (sumber daya manusia). Pertanyaan yang selalul
didengungkan adalah “siapakah ahli gizi atau ‘nutritionist’, atau kompetensi apa saja
7

yang harus dimiliki oleh seseorang bila ingin menyebut dirinya ahli gizi atau ahli diet
atau ‘nutritionist/dietitian’?”. Hunt dan Kaufman menyatakan: “All nutritionists must
be expert in normal and clinical nutrition and be competent in bringing about changes
in eating behavior… the nutritionists must understand the fundamentals of nutrition
science, food science, and dietetics, along with their underlying base in human
physiology, chemistry, biochemistry, and the behavioral science. This inludes in-depth
knowledge of nutrition and diet applied to primary, secondary, and tertiary disease
prevention at each stage in the life span”, di Boston 1978, menjelaskan bahwa setiap
ahli gizi (nutritionists) harus memiliki ilmu dan pengetahuan tentang : (a) digesti,
absorpsi dan metabolism zat-zat gizi, (b) kebutuhan zat-zat gizi untuk pertumbuhan dan
mempertahankan hidup sehat, (c) kebutuhan khusus zat gizi pada masa hamil dan
laktasi, (d) komposisi zat gizi makanan, (e) dasar-dasar interaksi zat gizi dan obat-obat
tertentu, (f) etiologi dan pathogenesis penyakit-penyakit yang berkaitan dengan
kelebihan dan kekurangan zat gizi, (g) penatalaksanaan dietetic-metabolic, gangguan
absorpsi, penyakit-penyakit neoplastic termasuk penggunaan hiperalimentasi, (h) gizi
kesehatan masyarakat untuk pencegahan gangguan gizi dan perencanaan program gizi
di masyarakat, (i) sosio-budaya gizi yang berkaitan dengan preferensi, tabu, nilai sosio-
kultural-ideologi makanan, dan sikap-perilaku keluarga berkaitan gizi dan makanan, (j)
penilaian keadaan gizi (antropometri, dietary, dan laboratorium).
The American Dietetic Association (ADA) menyebutkan bahwa “ foundation
knowledge and skilss” dari seseorang dietitian meliputi bidang “communications,
physical, and biological sciences, nutrition and dietetics, food, social sciences,
management, and research.” Dengan demikian seorang dietititan yang baru saja
menyelesaikan pendidikan setingkat B.sc in nutrition memiliki 84 kompetensi.
Sedangkan, Dietitians Association of Australia (DAA) Menjelaskan bahwa kompetensi
yang harus dimiliki oleh seorang dietitian yang baru menyelesaikan pendidikan (at
entry level) sebagai berikut : “(a) demonstrates knowledge sufficient to ensure safe
practice, (b) interpets and translates scientific knowledge and principles related to
nutrition into practical information, (c) collect, organizes and assesses data relating to
the health and nutritional status of individuals and groups, (d) manages nutrition care
for individuals, (e) manages components of programs which deal with nutrition issus in
the community as part of a health care team, (f) influences and contributes to activities
promoting a safe and nutritipus food supply, (g) demonstrates basic skils in research
8

and evaluation, (h) demonstrates and organized, professional and ethical approach to
work”.
Hasil survey yang dilakukan oleh Food and Nutrition Board seperti yang
dilaporkan oleh Thomas dan Earl menyebutkan bahwa : ‘…. The best undergraduate
program in nutrition draw upon the biological, chemical, physical, and behavioral
sciences to help students undertand the inter relationships of nutrition, food, and health
and to develop critical thinking and problem-solving skills.’ Badan ini selanjutnya
merekomendasikan ‘core curriculum’ sebagai berikut : “general chemistry, organic,
chemistry, biochemistry, biology and integrative biology (e.g. physiology), nutrition
science and dietetics, microbiology, food chemistry, matemathics through elementary
calculus, physics, statistics, and behavioral science. These cources give a broad
perspective on the diet-related interests of concern to individuals and populations
before they enroll in nutritional biochemistry and methabolism. “selanjutnya disebutkan
pula bahwa ‘it is advisable the program offers the following courses: nutrition and
physical fitness, nutrition and degenerative diseases, food safety, maternal and infant
nutrition, nutrition and aging, and social influences on eating habits and access to food.
Di Indonesia, istilah ‘gizi’ yang merupakan terjemahan ‘nutrition’ untuk
pertama kalinya digunakan sebagai ‘istilh ilmiah’ oleh soedjono D. Poesponegoro pada
tahun 1952 dalm pidato pengukuhannya sebagai guru besar di fakultas kedoteran
universitas indonesia. Istilh “Ilmu gizi” sebagai terjemahan ‘nutritionscience’ secara
resmi dipakai pada thun 1955 bersamaan dengan masuknya ‘ilmu gizi’ da kurikulum
fakultas kedokteran universitas indonesi. Pada tahun 1958, poorwo soedarmo
dikukuhkan sebagai guru besar ‘ilmu gizi’, dan merupkan guru besar ilmu gizi pertama
di Indonesia. Beliau saat ini dikenal sebagai “bapak gizi indonesia”. Dengan demi kian,
sangat disayangkan bil ada individu baik dari perguruan tinggi maupun praktisi yang
masih menggunakan istilah ‘nutrisi’ dan mereka sebenarnya menyadari bahwa kata
‘gizi’ sudah menjadi terjemahan resmi dari kat ‘nutrition’.
Nyata sekali bahwa mereka belum mempunyai rasa hormat dan kebanggan
akan hasil karya anak bangsa sendiri. Di Indonesi, pengembangan sumber daya di
bidang gizi belum mempunyai pola yang jelas. Saat ini yang ada hanyala D-3 Gizi,
sarjana kesehatan masyarakat dengan gizi, S2 dan S3 gizi(ekslusif) atau S3 gizi kesmas.
Sementara itu, perkembangan ilmu gizi yng sangat pesat saai ini maupun dimassa
mendatang menuntut pola pendidikan keahlian dibidang gizi di berbagai strata.
Diharapkan kiranya program pendidikan strata yang lebih tinggi diarahkan
9

pembentukan calon peneliti untuk kemajuan ilmu gizi dimasa mendatang. Hal ini
sekaligus juga menuntut agar para pendidik dengan kualifikasi memadai lebih banyak
terliabat dalam bidang penelitian (research) bukan hanya pelayanan (services). Untuk
pengembangan program pendidik tingkat sarjana(S-1) perlu kiranya memanfaatkan
acuan yang sudah ada, misalnya dari American dietetics association (ADA) tahun 2000
dan dietetics association of australia (DAA) tahun 1994. Kedua organisasi ini selalu
mengembangkan program pendidikan tenaga gizi (dietitian and nutritionist) dengan
mengevaluasi kinerja tenaga gizi secara periodik.
Disamping itu, seluruh universitas(institusi pendidikan tinggi) dinegara
masing-masing selalu mengacu dan mentaati aturan yang dikeluarkan oleh organisasi
tersebut. Sebagai penutup, dari catatan kecil ini diharapkan muncul diskusi intensif
untuk memperluas wawasan yang sangat diperlukan dalam penataan pendidikan tinggi
tenaga gizi dan mengejar ketinggalan kemajuan ilmu gizi dengan penelitian-penelitian
yang ditwrandalkan. Sejak PELITA II terdapat kebijakan nasional tentang
perkembangan gizi yang ditegaskan oleh INPRES No. 14 tahun 1974. Pada tahun
1976/1977 terdapat kampaye pemberian vitamin A dan oerbaikan gizi. Kebijakan ini
kemudian ditindak lanjuti oleh propinsi. Tahun 1976, Mendagri menginstruksikan
program upaya keseahtan sekolah yang dilengakapi dengan peogram pemberian
makanan tambahan anak sekolah (PMT-AS). Evaluasi secara periodik dapat dicatat
kemajuan lain berupa jaringan informasi pangan dan gizi yang saat ini bsrfungsi
sebagai pusat informasi tentang perkembangan penyediaan dan komsumsi pangan yang
berguna bagi perencanaan pengelolaan dan evaluasi program pangan dan gizi.

C. Ruang Lingkup Gizi


Gizi atau disebut juga nutrisi, merupakan ilmu yang mempelajari perihal
makanan serta hubungannya dengan kesehatan. Ilmu pengetahuan tentang gizi (nutrisi)
membahas sifat-sifat nutrien (zat-zat gizi) yang terkandung dalam makanan, pengaruh
metaboliknya serta akibat yang timbul bila terdapat kekurangan (ketidakcukupan) zat
gizi. Terdapat sejumlah besar zat gizi yang sebagian diantaranya, bersifat esensial yang
artinya tak dapat disintesis sendiri oleh tubuh sehingga harus dikonsumsi dari makanan-
makanan kita. Zat gizi secara garis besar dibedakan dalam dua bentuk, yaitu
makronutrien (zat gizi makro) dan mikronutrien (zat gizi mikro).
Ruang lingkup ilmu gizi cukup luas. Fokus perhatian gizi dimulai dari cara
produksi pangan (agronomi dan peternakan), perubahan-perubahan yang terjadi pada
tahap pascapanen mulai dari penyediaan pangan, distribusi dan pengolahan pangan,
10

konsumsi makanan dan cara-cara pemanfaatan makanan oleh tubuh dalam keadaan
sehat dan sakit. Oleh karena itu ilmu gizi juga sangat erat kaitannya dengan ilmu
agronomi, peternakan, ilmu pangan, mikrobiologi, biokimia, faal, biologi molekuler
dan kedokteran. Karena konsumsi makanan dipengaruhi oleh kebiasaan makan,
perilaku makan dan keadaan ekonomi maka ilmu gizi juga berkaitan dengan ilmu-ilmu
sosial seperti antropologi, sosiologi, psikologi dan ekonomi.
Oleh komisi pangan dan gizi NAS Amerika, ruang lingkup ilmu gizi dan ilmu
teknologi pangan dibagi kedalam empat kelompok konsentrasi (gambar 1), yaitu :
1. Gizi seluler atau lingkungan in vitro dengan ilmu dasar meliputi : kimia
analitik, biokimia, biologi sel, imunologi, biologi molekuler dan genetika
molekuler.
2. Gizi organ khusus, gizi manusia dan gizi hewan, dengan ilmu dasar meliputi
ilmu nutrisi hewan, klinik, genetika medis, dietetika, patologi, fidiologi, dan kimia
fisiologi
3. Gizi masyarakat meliputi ilmu – ilmu antropologi, demografi, ekologi,
ekonomi, epidiomologi, kebijakan pangan, produksi dan keamanan pangan.
4. Pangan, meliputi pertanian, peternakan, pengelolaan lingkungan, tekhnologi
pangngan, pengelolaan pangana, produksi dan keamanan pangan.

Dilihat dari segi sifatnya, ruang lingkup ilmu gizi dapat dibagi dua,yakni:
1. Ilmu Gizi Perorangan atau Gizi Klinik
Ilmu ini lebih menitikberatkan pada kuratif daripada preventif dan
promotifnya. Dengan pendekatan kuratif prosesnya dimulai dari anamnesis dan
pengkajian status nutrisi pasien, pemeriksaan antropometri beserta tindak lanjut
terhadap gangguannya, pemeriksaan radiologi dan tes laboratorium yang bertalian
dengan status nutrisi pasien, suplementasi oral, enteral dan parenteral, interaksi
timbal balik antara nutrien dan obat-obatan.
2. Ilmu Gizi Kesehatan Masyarakat (Public Health Nutrition)
Ilmu gizi masyarakat berkaitan dengan gangguan gizi pada kelompok
masyarakat. Oleh sebab itu, sifatnya lebih ditekankan pada pencegahan (preventif)
dan peningkatan (promotif). Termasuk juga tentang bahan tambahan makanan
(pewarna ,penyedap , dan bahan-bahan kontaminan lainnya).
Atas dasar pemahaman tersebut, WHO menyatakan bahwa gizi adalah pilar
utama darikesehatan dan kesejahteraan sepanjang siklus kehidupan. Dengan pengertian
itu WHO membagi ruang lingkup ilmu gizi kedalam tiga kelompok besar, yaitu :
1. Kelompok gizi biologik dan metabolik
2. Kelompok gizi perorngan sepanjang siklus hidup
3. Gizi masyarakat baik bersifat lokal, nasional, regional, dan global
11

Berkembangnya pemahaman dan ruang lingkup ilmu gizi tidak lepas dari
sejarah perkembangan ilmu gizi.

Gambar 1. Ruang Lingkup Ilmu Gizi Berdasarkan Komisi Pangan Dan Gizi Amerika
Tahun 1995 (Soekirman, 2001)

Telah lama disadari tentang besarnya pengaruh nutrisi dalam setiap praktik
medik dan keperawatan, serta dimanfaakan juga untuk setiap daur kehidupan. Termasuk
di sini penerapan prinsip-prinsip ilmu gizi yang ditujukan untuk diagnosis, pengobatan
maupun pencegahan terhadap kasus-kasus akibat kurang gizi, kelebihan gizi serta
ketidakseimbangan metabolisme nutrien. Ruang lingkup ilmu gizi semakin berkembang
pesat yang dewasa ini masalah terbaru semakin dipandang penting, seperti:
1. Informasi gizi yang diberikan kepada komponen-komponen masyarakat yang
perlu disesuailkan dengan sumber daya gizi yang tersedia setempat, yang mencakup
gizi individu, keluarga dan masyarakat gizi institusi (seperti gizi pada panti asuhan,
pani jompo, penjara); dan gizi olahraga
2. Ferkembangan gizi klinis yang meliputi:
a. Anamnesis dan pengkajian status nutrisi pasien
b. Pemeriksaan fisik yang berkaitan dengan defisiensi zat gizi
c. Pemeriksaan antropometris beserta tindak lanjut terhadap gangguannya
d. Pemeriksaan radiologi dan tes boratorium yang bertalian dengan status
nutrisi pasien.
e. Suplementasi oral, enteral, dan parenteral
f.Interaksi timbal balik antara nutrien dan obat - obatan
3. Bahan tambahan makanan (pewarna, penyedap dan sejenis serta bahan-bahan
kontaminan).
Ruang lingkup ilmu gizi juga berkaitan dengan sistem pangan karena ilmu gizi
tidak bisa lepas dari ilmu pertanian, sosial, dan ekonomi. Sistem adalah suatu
komponen yang saling terkait menuju tujuan yang sama. Sistem pangan dan gizi
12

mempunyai tujuan meningkatkan dan mempertahankan status gizi masyarakat dalam


keadaan optimal. Sistem pangan dan gizi mempunyai empat komponen, yaitu: (1)
penyedian pangan, (2) distribusi pangan, (3) konsumsi makanan, dan (4) utilisasi
makanan.
1. Penyediaan Pangan
Upaya mencapai status gizi masyarakat yang baik dimulai dengan penyediaan
pangan yang cukup. Penyediaan pangan yang cukup diperoleh melalui produksi
pangan dalam negeri melalui upaya pertanian dalam menghasilkan bahan makanan
pokok, lauk-pauk, sayur-mayur dan buah-buahan. Agar produksi pangan dapat
dimanfaatkan setinggi-tingginya, perlu diberikan perlakuan pascapanen sebaik-
baiknya. Tujuannya adalah menyiapkan hasil panen agar tahan disimpan untuk
jangka waktu yang lama tanpa mengalami kerusakan dan dapat dipasarkan dalam
kondisi baik.
2. Distribusi Pangan
Agar sampai kepada masyarakat luas dalam keadaan baik, distribusi pangan
perlu memperhatikan aspek transpirtasi, penyimpanan, pengolahan, pengemasan,
dan pemasaran. Hal ini bertujuan agar pangan yang disediakan bisa sampai di
masyarakan secara merata, dalam keadaan baik, tidak banyak yang terbuang dan
dengan harga yang terjangkau.
3. Konsumsi makanan
Konsumsi makanan oleh masyarakat bergantung pada jumlah dan jenis pangan
yang dibeli, pemasakan, distribusi dalam keluarga dan kebiasaan makan secara
perorangan. Hal ini begantung pula pada pendapatan, kebiasaan, dan pendidikan
masyarakat yang bersangkutan.
4. Utilisasi makanan
Penggunaan makanan oleh tubuh bergantung pada pencernaan san penyerapan
serta metabolisme zat besi. Hal ini bergantung pada kebersihan lingkungan dan ada
tidaknya penyakit yang berpengaruh terhadap penggunaan zat-zat gizi oleh tubuh.
Tujuan akhir dari konsumsi dan penggunaan makanan oleh tubuh adalah
tercapainya status gizi yang optimal.

D. Pengaruh Gizi pada Tubuh Kita


Hubungan antara makanan dan kesehatan tubuh sudah diketahui sejak
berabad-abad yang lampau. Pada zaman pemerintahan raja Nebukadnezar di kerajaan
Babilonia diceritakan, bahwa pada suatu masa raja bermaksud mendidik empat orang
pemuda untuk dijadikan ksatria. Keempat pemuda itu mendapat kehormatan
sedemikian rupa dan raja Nebukadnezar dan setiap hari mereka mendapat makanan
13

berupa daging dan anggur dari istana. Akan tetapi, keempat calon ksatria itu khawatir
jangan-jangan mereka tidak dapat memenuhi harapan raja untuk menjadi ksatria yang
ketangkasannya melebihi ketangkasan ksatria lainnyayang tidak mendapatkan layanan
makanan istimewa dan istana raja. Oleh karena itu, keempat pemuda tadi memutuskan
untuk menolak hidangan makanan berupa daging dan anggur itu, dan sebagai gantinya
mereka memakan makanan yang terdiri dari berbagai jenis kacang dan air. Pada latihan
terakhir ternyata keempat pemuda tadi jauh lebih tangkas dan gagah daripada ksatria
lainnya. Sesungguhnya faktor ketekunan berlatih dalam hal ini memegang peranan
penting, namun jelas terlihat pada waktu itu bahwa makanan yang baik akan
memberikan kekuatan jasmani yang sempurna.
Ada sebuah kejadian lagi di zaman purba yang hubungannya dengan pengaruh
makanan terhadap kesehatan tubuh. Hipocrates, seorang pelopor dunia kedokteran
Yunani dalam tahun 460 sebelum Masehi, telah berhasil mengobati dan menyembuhkan
orang-orang yang menderita rabun senja dengan jalan memberikan hati hewan sebagai
makanan ekstra kepada para penderita penyakit itu. Ratusan tahun kemudian barulah
ditemukan, bahwa penyakit rabun adalah penyakit yang diakibatkan kurangnya vitamin
A dalam tubuh penderita. Sementara itu, hasil penelitian menunjukkan pula bahwa hati
hewan adalah jenis bahan makanan yang mengandung vitamin A dalam jumlah yang
sangat banyak.
Penyakit-penyakit yang timbul akibat makanan kurang baik seperti makanan
yang dimakan tidak cukup gizinya, atau makan makanan yang kadar zat gizinya tidak
seimbang disebut penyakit gangguan gizi.
Penyakit gangguan gizi yang pertama kali dikenal adalah penyakit skorbut
atau disebut juga sariawan. Vasco de Gama dalam pelayarannya menuju Indonesia
tahun 1497 telah kehilangan lebih dan separuh awak kapalnya yang meninggal akibat
menderita penyakit skorbut. Penyakit itu ditandai oleh pembengkakan gusi, gigi mudah
tanggal, dan gangguan pencernaan. Baru pada permulaan abad ke-20 paea ahli
kedokteran dapat memastikan penyebab peyakit itu adalah karena kekurangan vitamin
C.
Dr. Eijkman, seorang dokter bangsa Belanda yang bertugas mengawasi
kesehatan narapidana di Jakarta tahun 1897 menemkan burung dara yang diberi makan
sisa makanan narapidana tersebut, menderita penyakit radang saraf (polyneuritis). Dr.
Takaki dari angkatan lau Kerajaan Jepang ke Eropa melihat bahwa sebagian dari awak
kapal yang berlayar bersamanya memperlihatkan gejala radang saraf. Gejala itu hilang
setelah ransum awak kapal tersebut diganti dengan sejenis gandum (barley). Baru pada
14

tahun 1901 Dr. Grijns dapat memastikan bahwa gejala polyneuritis itu timbul akibat
kekurangan vitamin B1.
Perkembangan yang pesat dari ilmu gizi dan berbagai ilmu lainnya terutama
setelah Perang Dunia II, telah berhasil menemukan berbagai penyakit gangguan gizi
lain seperti penyakit xerophthalmi, yaitu penyakit akibat kekurangan kalori dan protein,
penyakit akibat kekurangan zat besi, kekurangan yodium dan sebagainya serta cara
menanggulanginya. Para ahli kesehatan anak memperkirakan bahwa sebagian besar
kematian bayi dan anak di seluruh dunia adalah akibat tidak baiknya mutu makanan
mereka sehingga pertumbuhan tubuh anak-anak terhambat dan daya tahan tubuh
mereka terhadap serangan penyakit infeksi menjadi sangat lemah.
Gizi seseorang juga dapat berpengaruh terhadap prestasi kerja dan
produktivitas. Ada hipotesa yang menyebutkan bahwa kerja otot akan menjadi lebih
berhasil guna pada saat setelah makan. Suatu percobaan yang sangat terkenal yang
dilakukan oleh Ancel Keys untuk melihat pengaruh kecukupan makanan terhadap
produktivitas kerja yaitu “Minnesota Starvatio Study”. Oleh karena itu, perlu sekali
diperhatikan kecukupan makanan para buruh yang bekerja di pusat-pusat industry
ataupun perkebunan untuk memperoleh produktivitas kerja yang maksimal. Percobaan
tersebut bahkan juga menunjukkan bahwa ada hubungan antara kecukupan pangan
penduduk di suatu daerah dengan kejadian-kejadian kriminalitas seperti pencutian,
perampokan, dan sebagainya.
Yang paling banyak menarik perhatikan para ahli gizi dan ahli kesehatan anak
dewasa ini adalah oengaruh gizi terhadap perkembangan mental anak. Hal ini
sehubungan dengan terhambatnya pertumbuhan sel otak. Yang terjadi pada anak yang
menderita gangguan gizi pada usia sangat muda bahkan sejak dalam kandugan.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Istilah gizi berasal dari bahasa Arab giza yang berarti zat makanan, dalam
bahasa Inggris dikenal dengan istilah nutrition yang berarti bahan makanan atau zat gizi
atau sering diartikan sebagai ilmu gizi. Ilmu gizi didefinisikan sebagai suatu cabang
ilmu yang mempelajari hubungan antara makanan yang dimakan dengan kesehatan
tubuh yang diakibatkan, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Perkembangan ilmu gizi sudah ada sejak 460-360 SM sebagaimana yang
dikemukakan oleh Todhunter dengan bertitik tolak dari fungsi makanan bagi
kehidupan. Selanjutnya, Aristoteles (384-322 SM) bapak ilmu gizi dunia menjelaskan
mengenai proses fisiologi zat gizi dan dampak negative dari konsumsi zat gizi yang
berlebihan. Kemudian pada 129-199 M, Gallen menyatakan bahwa” Nutrition is a
metabolic process occurring in the tissues-food must be prepared or altered by the
action of saliva and further changed in the stomach”. Pada zaman pelayaran Vasco De
Gama, awak kapalnya banyak diserang oleh penyakit skorbut, dan awal abad 20 ahli
medis megetahui penyebabnya yaitu karena kekurangan vitamin c. langkah kemajuan
perkembangan ilmu gizi terus berlanjut terutama setelah “Bapak Kimia Organik” Justus
von Liebig (1803-1873). Awal abad ke-19 Magendie mengemukakan hal baru yang
sangat menakjubkan yaitu bisa membedakan karbohidarat, lemak, dan protein. Pada
tahun 1803-1873 timbul pernyataan karbohidrat, lemak, dan protein dioksidasi dalam
tubuh dan menghasilkan panas atau energy serta menghitung nilai energy dan diringi
dengan banyak penemuan – penemuan baru oeh para peneliti.
Di Indonesia, istilah ‘gizi’ yang merupakan terjemahan ‘nutrition’ untuk
pertama kalinya digunakan sebagai ‘istilh ilmiah’ oleh soedjono D. Poesponegoro pada
tahun 1952 dalm pidato pengukuhannya sebagai guru besar di fakultas kedoteran
universitas indonesia. Istilh “Ilmu gizi” sebagai terjemahan ‘nutritionscience’ secara
resmi dipakai pada thun 1955 bersamaan dengan masuknya ‘ilmu gizi’ da kurikulum
fakultas kedokteran universitas indonesi. Pada tahun 1958, poorwo soedarmo
dikukuhkan sebagai guru besar ‘ilmu gizi’, dan merupkan guru besar ilmu gizi pertama
di Indonesia. Saat ini yang ada hanyala D-3 Gizi, sarjana kesehatan masyarakat dengan
gizi, S2 dan S3 gizi(ekslusif) atau S3 gizi kesmas. Untuk pengembangan program
pendidik tingkat sarjana(S-1) perlu kiranya memanfaatkan acuan yang sudah ada,
misalnya dari American dietetics association (ADA) tahun 2000 dan dietetics
association of australia (DAA) tahun 1994. Sejak PELITA II terdapat kebijakan
17

nasional tentang perkembangan gizi yang ditegaskan oleh INPRES No. 14 tahun 1974.
Pada tahun 1976/1977 terdapat kampaye pemberian vitamin A dan oerbaikan gizi.
Kebijakan ini kemudian ditindak lanjuti oleh propinsi. Tahun 1976, Mendagri
menginstruksikan program upaya keseahtan sekolah yang dilengakapi dengan peogram
pemberian makanan tambahan anak sekolah (PMT-AS).
Ruang lingkup ilmu gizi cukup luas. Fokus perhatian gizi dimulai dari cara
produksi pangan (agronomi dan peternakan), perubahan-perubahan yang terjadi pada
tahap pascapanen mulai dari penyediaan pangan, distribusi dan pengolahan pangan,
konsumsi makanan dan cara-cara pemanfaatan makanan oleh tubuh dalam keadaan
sehat dan sakit. Oleh karena itu ilmu gizi juga sangat erat kaitannya dengan ilmu
agronomi, peternakan, ilmu pangan, mikrobiologi, biokimia, faal, biologi molekuler
dan kedokteran. Karena konsumsi makanan dipengaruhi oleh kebiasaan makan,
perilaku makan dan keadaan ekonomi maka ilmu gizi juga berkaitan dengan ilmu-ilmu
sosial seperti antropologi, sosiologi, psikologi dan ekonomi.
Hubungan antara makanan dan kesehatan tubuh sudah diketahui sejak
berabad-abad yang lampau. Pada zaman pemerintahan raja Nebukadnezar di kerajaan
Babilonia diceritakan, bahwa pada suatu masa raja bermaksud mendidik empat orang
pemuda untuk dijadikan ksatria.yang menyadari apabila ia memakan sesuatu makanan
yang tidak diperlukan oleh tubuhnya dapat menyebabkan maslah pada kebugaran
kesatria tersebut. Disisi lain, terlihat bahwa hubungan gizi terhadap prestasi kerja,
produktivitas dan pertumbuhan mental anak sangat dipengaruhi oleh gizi yang ia
peroleh oleh tubuh seseorang, maka dapat kita simpulkan bahwasannya hubungan
antara gizi terhadap tubuh seseorang sangat erat kaitannya.

B. Saran
Semoga Makalah ini dapat berguna bagi penyusun dan pembaca. Kritik dan
saran sangat diharapkan untuk pengerjaan berikutnya yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Respati Ambarwati Fitri, April 2015, Gizi Dan Kesehatan Reproduksi,


Yogyakarta, Cakrawala Ilmu

Yuniastuti Ari, 2008, Gizi Dan Kesehatan, Yogyakarta, Graha Ilmu

Proverawati atikah, Asfuah siti, Desember 2009, Buku Ajar Gizi untuk
Kebidanan, Yogyakarta, Nuha Medica

Indra dewi, Wulandari yetik, 2013, Prinsip – Prinsip Dasar Ahli Gizi, Jakarta
Timur, Dunia Cerdas

Syafrizar, Welis Wilda, agustus 2008, ILMU GIZI, Malang, Fakultas ilmu
keolahragaan UNP bersama wineka media

Moehyi sjahmien, 2017, Dasar – Dasar Ilmu Gizi 1, Depok Timur, Pustaka
Kemang

Anda mungkin juga menyukai