Anda di halaman 1dari 2

Umar Kayam

Umar Kayam adalah seorang actor, sastrawan, sosiolog dan budayawan yang
lahir pada tanggal 30 April 1932 di Ngawi, Hindia Belanda. Dia meninggal pada
tanggal 16 Maret 2002 saat berumur 69 tahun. Dia lulus dengan gelar Master of
Education dari University School of Education di Amerika Serikat pada tahun
1963. Dia juga pernah menjadi dosen di Universitas Gajah Mada di Yogyakarta
dan pension saat berumur 65 tahun. Beberapa karya dari Umar Kayam adalah
sebagai berikut:

1. Seribu Kunang-kunang di Manhattan (kumpulan cerpen, 1972)


mendapat hadiah majalah Horison (1966/1967)
2. Totok dan Toni (cerita anak, 1975)
3. Sri Sumarah dan Bawuk (1975)
4. Seni, Tradisi, Masyarakat (kumpulan esai, 1981)
5. Sri Sumarah (kumpulan cerpen, 1985, juga terbit dalam edisi Malaysia,
1981)
6. Semangat Indonesia: Suatu Perjalanan Budaya (bersama Henri
Peccinotti, 1985)
7. Para Priyayi (novel, 1992) Mendapat Hadiah Yayasan Buku Utama
Departemen P dan K, diberikan pada tahun 1995)
8. Parta Karma (kumpulan cerpen, 1997)
9. Jalan Menikung (novel, 1999)

Ciri khas dari karya-karya Umar Kayam adalah pada cerita-ceritanya yang
memiliki lebih dari satu arti. Dia memberikan pembaca untuk berspekulasi
tentang kesimpulan cerita. Pembaca bisa menemukan banyak tema cerita yang
ingin disampaikannya melalui berbagai segi. Dalam novelnya, ia mampu
memanfaatkan rekaman realitas individu (data-data pribadi) yang tidak
ditangkap oleh sejarah dan sosiologi yang hanya mampu merekonstruksi data-
data kasat mata. Umar Kayam adalah seorang realis yang mampu mengolah
data-data cultural dan etnisitas secara kreatif. Dia juga memadukan ilmu dan seni,
sehingga pada beberapa tulisannya sulit dicari garis tegas membedakan tulisan-
tulisannya itu sebagai karya fiksi atau karya ilmiah.

Proses Umar Kayam dalam menulis novelnya biasanya dimulai dengan idenya
tentang transformasi cultural dari budaya agraris menuju modern. Dia terkenal
dengan teorinya tentang manusia sebagai “pejalan budaya” yang berarti sebagai
orang yang bergerak secara ulang- alik dari tradisionalitas menjadi modernitas.
Umar Kayam berpendapat bahwa seorang penulis menulis bergerak menurut
kata hati hingga banyak dari unsur-unsur proses terjadinya penulisan itu tidak
bisa dijelaskan lewat satu penalaran rasional. Begitu banyak dengan sendirinya
terjadi dalam proses penulisan itu. Proses menulis kreatif yang dilakukan oleh
Umar Kayam berbeda disetiap hasil karyanya.

Pendapat orang tentang karyanya Jalan Menikung adalah bahwa kisah di buku
ini sedikit banyak ingin menyentil bagaimana terkadang kita sendiri masih
berpikiran rasis dan diskriminasi di belahan dunia mana pun masih saja ada.
Novel ini juga menarik karena menceritakan tentang beragaram karakter yang
mempunyai sifat dan hubungan antar karakternya. Penulis juga tetap
menggunakan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa dominan tidak seperti peulis
lain yang banyak mencampur dengan Bahasa Inggris. Novel ini juga
menyenangkan untuk dibaca karena ceritanya yang ringan tetapi penuh makna
dari awal hingga akhir cerita.

Bibliografi:
http://moeclazh.blogspot.com/2013/11/biografi-umar-kayam.html
https://www.kompasiana.com/juventipermana/551b1479813311b67f9de471/no
vel-para-priyayi-karya-umar-kayam-yang-mampu-menghipnotis-pembaca
https://colinawati.blog.uns.ac.id/2010/05/10/3/

Anda mungkin juga menyukai