Anda di halaman 1dari 53

ANALISIS INVESTASI RWANDA KEPADA ARSENAL DALAM

MELAKUKAN NATION BRANDING MELALUI PROGRAM VISIT RWANDA

PROPOSAL SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Politik pada Program Studi Hubungan

Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya

Disusun oleh:

Fauzan Azhima Hendriyanto

155120407121003

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL


FAKULTAS LMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Fauzan Azhima Hendriyanto

Nomor Induk Mahasiswa : 155120407121003

Program Studi : Hubungan Internasional

Judul Proposal Skripsi : Analisis Investasi Rwanda Kepada Arsenal dalam


melakukan Nation Branding melalui Program Visit
Rwanda

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Proposal Skripsi ini benar-benar saya kerjakan
sendiri.

Proposal ini bukan merupakan plagiarisme, pencurian hasil karya milik orang lain, hasil
kerja orang lain untuk kepentingan saya karena hubungan material maupun non-material,
ataupun segala kemungkinan yang pada hakekatnya bukan merupakan karya tulis tugas
akhir saya secara orisinil dan otentik.

Bila di kemudian hari diduga kuat ada ketidaksesuaian antara fakta dengan kenyataan ini,
saya bersedia diproses oleh tim Fakultas yang dibentuk untuk melakukan verifikasi,
dengan sanksi terberat berupa pembatalan kelulusan/kesarjanaan.

Pernyataan ini saya buat dengan kesadaran sendiri dan tidak atas tekanan ataupun paksaan
dari pihak manapun demi menegakkan integritas akademik di institusi ini.

Malang, 24 April 2019

Fauzan Azhima Hendriyanto

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti sampaikan kepada divine being yang entah seperti apa

wujudnya karena atas limpahan dan karunia-Nya peneliti diberikan kelancaran dalam

menyelesaikan Proposal Skripsi yang berjudul “Analisis Investasi Rwanda Kepada

Arsenal Dalam Melakukan Nation Branding Melalui Program Visit Rwanda” di akhir

masa perkuliahan ini. Adapun maksud dan tujuan penelitian Proposal Skripsi ini adalah

untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Hubungan

Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya. Pendidikan

dan juga Proposal Skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan, dorongan, dan

motivasi dari:

1. Divine being yang telah menciptakan alam semesta sehingga peneliti mampu

menyelesaikan Proposal Skripsi ini.

2. Kedua orang tua, adik, dan juga pasangan peneliti yaitu Bapak Hendriyanto

Rachman, Ibu Dewi Ina Safarina, Fauzi Ilham Hendriyanto, dan Alicia Calista

Sevanya yang telah menjadi motivasi peneliti serta mendukung peneliti dalam

menyelesaikan Proposal Skripsi ini.

3. Bapak Muhammad Riza Hanafi, S.IP, M.IA., selaku pembimbing utama saya

dalam proses penyelesaian Proposal Skripsi ini.

4. Bapak Adhi Cahya Fahadayna, S.Hub.Int., M.S., selaku pembimbing kedua saya.

5. Bapak Reza Triarda, S.Sos., M.A., yang telah membantu dalam brainstorming

bersama peneliti untuk menyelesaikan Proposal Skripsi ini.

6. Bapak Ariyanto Azis, S.IP., M.DevSt selaku Ketua Program Studi Hubungan

Internasional Fakultas Ilmu Sosisal dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya.

iii
7. Teman-teman kontrakan peneliti yaitu Alif, Kukang, Cokin, Yahyun, Atya, dan

juga Codel.

8. Teman bercengkrama peneliti seperti Nobma, Babon, Sundul, Rezha, Kenilla,

Jihadul, Tania, Rois, Ajen, dan Lembu.

9. Teruntuk Bata Gang, Crew, dan Family.

10. Bagian dari peer group peneliti yang tidak dapat ditulis satu persatu.

11. Seluruh mahasiswa Program Studi Hubungan Internasional angkatan 2015 yang

telah mendukung peneliti.

Malang, 24 April 2019

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS.........................................................................i

KATA PENGANTAR.............................................................................................................iii

DAFTAR ISI............................................................................................................................v

DAFTAR TABEL...................................................................................................................vi

DAFTAR GRAFIK................................................................................................................vii

DAFTAR SINGKATAN......................................................................................................viii

BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................................12
1.3 Tujuan Penelitian......................................................................................................................12
1.4 Manfaat Penelitian....................................................................................................................12

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................14

2.1 Studi Terdahulu.........................................................................................................................15


2.2 Kerangka Konseptual...............................................................................................................22
2.3 Operasionalisasi Konsep........................................................................................................33
2.4 Alur Pemikiran...........................................................................................................................39
2.5 Hipotesa........................................................................................................................................40

BAB 3 METODE PENELITIAN.........................................................................................41

3.1 Jenis Penelitian..........................................................................................................................41


3.2 Ruang Lingkup Penelitian......................................................................................................41
3.3 Teknik Pengumpulan Data.....................................................................................................41
3.4 Sistematika Penelitian.............................................................................................................42

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................44

v
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 : Jumlah Foreign Aid yang diterima oleh Rwanda.............................................2

Tabel 1.2 : Daftar klub Sepak Bola Terkaya di Dunia per tahun 2019..............................9

Tabel 2.1 : Operasionalisasi konsep nation branding Keith Dinnie..................................37

vi
DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1 : Total Bantuan Luar Negeri yang diterima oleh Rwanda..................................2

Grafik 1.2 : Ketergantungan Rwanda terhadap BLN Inggris dalam berbagai sektor........4

Grafik 1.3 : Perbandingan penonton dari 5 liga sepak bola di Eropa.................................8

vii
DAFTAR SINGKATAN

BLN : Bantuan Luar Negeri

CRM : Customer Relationship Management

DFID : Department for International Development

EPL : English Premier League

FDI : Foreign Direct Investment

FIFA : Fédération Internationale de Football

GMI : Global Market Insite

SSD : Sleeve Sponsorship Deal

UN : United Nations

viii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rwanda --yang merupakan negara landlocked di Afrika timur-- adalah salah satu

negara termiskin di Dunia. Kemiskinan masih menjadi polemik yang nyata bagi

Rwanda; sebanyak 39% populasi negaranya masih hidup di bawah garis kemiskinan

dan 19% warganya berada di kategori kemiskinan ekstrem. 1 Sebanyak 44% anak-

anak dari total demografi Rwanda mengalami kekurangan kebutuhan dasar.

Meskipun pertumbuhan ekonomi dapat terbilang stabil, angka inflasi meningkat dan

bantuan pembangunan untuk sektor sosial menurun, sementara pendapatan nasional,

meskipun tumbuh, tidak cukup untuk memenuhi permintaan pertumbuhan sektor

sosial dan ekonomi. 2

Bantuan luar negeri memainkan peranan penting dalam pembangunan ekonomi

nasional Rwanda. Dengan motivasi untuk memperbaiki kondisi negaranya yang telah

mengalami peristiwa genosida, total nominal BLN yang diterima oleh Rwanda telah

meningkat secara signifikan. Hal tersebut dibuktikan dengan fakta bahwa 40% APBN

pemerintah Rwanda bersumber dari bantuan luar negeri. 3 Adapun jumlah bantuan luar

1
Unicef, “Rwanda at a glance”, https://www.unicef.org/rwanda/overview.html, Diakses pada 5 Maret
2019.
2
ibid
3
Rosamond Hutt, “5 things to know about Rwanda’s economy”, 2016, World Economic Forum,
https://www.weforum.org/agenda/2016/04/5-things-to-know-about-rwanda-s-economy/, Diakses pada 12
Maret 2019.

1
negeri yang diterima oleh Rwanda dapat dijabarkan melalui grafik dan juga tabel

sebagai berikut:

Grafik 1.1 Total bantuan luar negeri yang telah diterima Rwanda

Sumber: LERIBA Consulting official website: “Investing in Rwanda”

Tabel 1.1 Jumlah Foreign Aid yang diterima oleh Rwanda dari

berbagai negara

FUNDING DISBURSED, US$

SOURCE

2013/2014 2014/2015 2015/2016 TOTAL

United States
195,513,663 163,086,298 170,434,858 529,034,819
of America

2
United 113,018,839 61,233,900 53,907,168 228,159,907

Kingdom

Netherlands 37,834,447 38,293,692 39,101,843 115,229,982

Belgium 44,115,371 36,039,011 29,198,896 109,353,278

Germany 19,955,417 35,827,317 36,298,981 92,081,714

Japan 45,207,749 14,319,357 25,586,321 85,113,427

South Korea 13,371,213 20,333,764 23,798,060 57,503,037

Switzerland 6,511,052 10,388,652 15,938,574 32,838,278

Sweden 4,050,447 11,993,766 6,159,777 22,203,990

Canada 3,847,569 3,952,430 0 7,799,999

Total 483,425,766 395,468,186 400,424,478 1,279,318,430

Sumber: Rwanda Development Assistance Database

3
Melihat data yang dipaparkan di atas, dapat kita simpulkan bahwa Rwanda

merupakan negara yang memiliki ketergantungan terhadap bantuan luar negeri.

Bantuan luar negeri memiliki peranan penting dalam laju roda perokonomian

Rwanda. Dalam konteks ini peneliti akan lebih mengerucut pada salah satu pemberi

bantuan luar negeri terbesar kepada Rwanda. Tentunya dapat kita lihat bahwa

faktanya Inggris merupakan donatur terbesar ke-2 setelah Amerika Serikat. Adapun

penjelasan mengenai ketergantungan Rwanda terhadap bantuan luar negeri Inggris

dapat dijabarkan melalui grafik berikut:

Grafik 1.2 Ketergantungan Rwanda terhadap Bantuan Luar Negeri

Inggris dalam berbagai sektor

Sumber: Rwanda Official Development Assistance Report

Tidak dapat kita pungkiri bahwa Inggris mendukung Rwanda untuk melanjutkan

langkahnya menuju kesejahteraan, stabilitas dalam jangka panjang, pertumbuhan

ekonomi, serta pengentasan kemiskinan. Bantuan luar negeri tersebut membantu

membangun pemerintahan yang efektif, mengembangkan masyarakat menjadi lebih

terbuka dan inklusif, dan juga menempatkan posisinya dalam ruang yang kosong

4
untuk pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat miskin. 4 DFID berinvestasi dalam

pendidikan dasar untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Hal tersebut akan

memastikan demografi populasi muda dan berkembang di Rwanda memiliki

keterampilan yang mereka butuhkan agar bekerja secara produktif di masa yang akan

datang.5 Tak hanya sampai di situ, Inggris pun melalui bantuan luar negerinya dengan

DFID berperan sebagai penyalur turut mendukung transformasi struktural ekonomi

melalui program yang diharapkan dapat meningkatkan produktivitas di bidang

pertanian serta menciptakan lebih banyak peluang untuk komersialisasi dan juga

privatisasi. 6 Dengan bantuan Inggris yang dapat dikatakan jumlahnya sangat masif

pula Inggris memilki tujuan serta maksud untuk membantu mengurangi biaya yang

diperlukan dalam melakukan bisnis di Rwanda. 7

Sepak bola atau The Beautiful Game, sebagaimana olahraga ini sering disebutkan,

memiliki penggemar dari Timur Jauh, Amerika Utara, hingga negara-negara dari

benua Hitam. Akan tetapi dalam konteks popularitas, olahraga sepak bola sangat

diminati di Eropa.8 Bagi sebagian besar negara-negar di Eropa, sepak bola dipandang

bukan hanya sebatas sebagai permainan melainkan way of life mereka.

Hal tersebut menjadi masuk akal apabila kita mengingat bahwa aksebilitas

masyarakat terhadap olahraga ini relatif mudah. Alasan peneliti berargumen demikian

adalah minimnya perangkat yang diperlukan untuk masyarakat memainkan olahraga

4
Department for International Development, “DFID Rwanda Profile: July 2018”, 2018,
https://www.gov.uk/government/publications/dfid-rwanda-profile-july-2018, Diakses pada 20 Maret
2019.
5
Ibid
6
Ibid
7
Ibid
8
Total Sportek, “25 Most Popular Sports Ranked by 13 Factor”, https://www.totalsportek.com/most-
popular-sports/, Diakses pada 27 Maret 2019.

5
sepak bola ini. Bermodalkan jumlah pemain yang cukup dan juga satu buah bola

sepak, olahraga ini bisa dimainkan dimana saja dan kapan saja. Tak ayal, banyak

sekali orang-orang dari segala rentang umur menginginkan tim kesayangannya untuk

memenangkan segala pertandingan yang ada.

Dalam penelitian kali ini, fokus peneliti akan mengerucut pada salah satu tim

sepak bola yang berkompetisi di liga yang dapat dikatakan sebagai liga terbaik dalam

kasta persepakbolaan dunia. Kompetisi sepak bola yang dimaksudkan oleh peneliti

ialah Liga Primer Inggris. Ketika kita berbicara mengenai Liga Primer Inggris, stigma

yang akan muncul adalah glamor serta kemewahan yang diberikan oleh taburan

pemain bintang dan elit dari berbagai penjuru dunia. Liga Primer Inggris merupakan

kasta tertinggi dalam sistem kompetisi sepak bola Inggris. Dikontestasi oleh 20 klub,

Liga Primer Inggris beroperasi pada sistem promosi dan relegasi dari kasta di

bawahnya yaitu Championship.9

Liga Primer Inggris dapat dikatakan beroperasi layaknya perusahaan dimana

anggota dari kompetisi tersebut dianggap sebagai pemegang saham. Musim kompetisi

berlangsung dari bulan Agustus hingga Mei dengan masing-masing tim bermain 38

pertandingan (bermain dengan 19 tim lainnya di kandang dan tandang). Sebagian

besar permainan dimainkan pada hari sabtu dan minggu sore. Sejak awal bergulirnya

kompetisi tersebut, tercatat 47 klub Inggris dan 2 klub Wales telah menjadi

9
Premier League, “When will goal-line technology be introduced?”, 2013,
https://web.archive.org/web/20130709015312/http://www.premierleague.com/content/premierleague/en-
gb/fans/faqs/when-will-goal-line-technology-be-introduced.html, Diakses pada 8 April 2019.

6
kompetitor yang dimana hal tersebut menjadikan Liga Primer Inggris liga lintas

negara. 10

Liga Primer Inggris meraup keuntungan sebesar GBP 2.2 miliar dari hak siar

secara domestik maupun internasional. 11 Klub-klub mendapatkan pemasukan sebesar

GBP 2,4 miliar pada periode 2016-2017.12 Liga Primer Inggris adalah olahraga yang

paling banyak ditonton di dunia, disiarkan di 212 wilayah ke 643 juta rumah dengan

estimasi penonton sebanyak 4,7 miliar orang. 13 Pada musim 2014-2015, angka rata-

rata penonton pertandingan di dalam stadion mencapai 36.000, tertinggi kedua dari

liga sepak bola profesional mana pun yang dimana posisi puncak diduduki oleh

Bundesliga dengan perolehan angka 43.500 penonton.14 Fakta tersebut tertuang dalam

bentuk grafik sebagai berikut:

10
ibid
11
Tariq Panja, “Top Soccer Leagues Get 25% Rise in TV Rights Sales”, 2013, Bloomberg,
https://www.bloomberg.com/news/articles/2013-11-11/top-soccer-leagues-get-25-rise-in-tv-rights-sales-
report-says, Diakses pada 8 April 2019.
12
Premier League, “Premier League value of central payments to Clubs”, 2017,
https://www.premierleague.com/news/405400, Diakses pada 13 April 2019.
13
British Council, “Playing the game: The soft power of sport”, 2015,
https://www.britishcouncil.org/organisation/policy-insight-research/insight/playing-game-soft-power-
sport, Diakses pada 14 April 2019.
14
ibid

7
Grafik 1.3 Perbandingan penonton dari 5 liga sepak bola di Eropa

Sumber: Football Benchmark Official Website: “Matchday attendances across the

‘big five’ European leagues”

Berkaitan dengan berbagai pemaparan di atas, tentunya peneliti akan mengerucut

pada salah satu tim terbesar dalam olahraga sepak bola yaitu Arsenal. Berdasarkan

statistik yang ada, Arsenal FC merupakan salah satu tim terkaya dan tersukses. Hal

tersebut dapat ditampilkan dalam tabel sebagai berikut:

8
Tabel 1.2 Daftar klub Sepak Bola Terkaya di Dunia per tahun 2019

Logo Ranking Current 1-Yr Value Debt/Value Revenue Operating

Value Change Income

#1 $4.123 12% 18% $737 $254

Miliar Miliar Miliar

#2 $4.088 14% 2% $735 $94

Miliar Miliar Miliar

#3 $4.064 12% 1% $706 $111

Miliar Miliar Miliar

#4 $3.063 13% 0% $640 $105

Miliar Miliar Miliar

$2.474 19% 0% $575 $133

#5 Miliar Miliar Miliar

9
#6 $2.238 16% 12% $531 $178

Miliar Miliar Miliar

$2.062 12% 0% $466 $67

#7 Miliar Miliar Miliar

#8 $1.944 30% 5% $462 $93

Miliar Miliar Miliar

#9 $1.472 17% 6% $442 $62

Miliar Miliar Miliar

#10 $1.237 17% 19% $387 $141

Miliar Miliar Miliar

Sumber: Forbes Official Website: “The Bussiness of Soccer”

Sedikit menilik dari sejarah yang ada, Arsenal Football Club merupakan klub

sepak bola profesional yang berbasis di London, Inggris. Arsenal telah memenangkan

13 titel divisi utama Liga Inggris, 13 Piala FA, 2 Piala Liga, 15 Community Shields

10
dan 1 UEFA Cup Winners’ Cup. 15 Dengan pemaparan fakta tersebut, tentunya sangat

masuk akal serta rasional apabila kita menempatkan Arsenal FC sebagai salah satu

klub elit papan atas. Tidak hanya berdasarkan prestasi, akan tetapi dari persepektif

ekonomi pun Arsenal merupakan salah satu klub terkaya dengan estimasi nilai jual

tertinggi ke-6 apabila kita merujuk pada tabel yang dipaparkan di atas.

Dengan jumlah pemasukan yang dapat terbilang masif, menjadi suatu anomali dan

juga absurditas apabila kita melihat faktanya di lapangan bahwa salah satu pendonor

yang melakukan kesepakatan kerja sama dengan Arsenal adalah Rwanda. Dewan

Pengembangan Rwanda menandatangani perjanjian sponsor lengan dengan klub Liga

Primer Inggris asal London, Arsenal. Selama periode tiga tahun, iklan "Visit Rwanda"

seluas 200 sentimeter persegi akan menelan biaya $39 juta bagi Rwanda. 16

Fokus pembahasan peneliti akan tertuju kepada promosi Rwanda sebagai tempat

yang tepat untuk dijadikan destinasi wisata melalui program Visit Rwanda yang

direalisasikan dengan kerja sama sponsorship dengan Arsenal. Korelasi antara

program promosi Visit Rwanda dengan berbagai premis yang disampaikan

sebelumnya menjadi alasan yang mendasari peneliti dalam melakukan penelitian ini.

15
James Ross, Michael Heneghan, Stuart Orford, dan Eoin Culliton, “English Clubs Divisional
Movements 1888-2016”, 2016, http://www.rsssf.com/tablese/engall.html, Rec Sport Statistics Foundation,
Diakses pada 16 April 2019.
16
Filip Reyntjens, “When the poor sponsors the rich: Rwanda and Arsenal FC”, 2018, The Conversation,
https://theconversation.com/when-the-poor-sponsor-the-rich-rwanda-and-arsenal-fc-97330, Diakses pada
17 April 2019.

11
1.2 Rumusan Masalah

Mengingat bahwa Rwanda merupakan salah satu penerima bantuan luar negeri

dari negara dimana Arsenal berasal, besarnya investasi yang dilakukan oleh Rwanda

kepada Arsenal melalui kerja sama penyantuman slogan Visit Rwanda di lengan baju

pertandingan Arsenal menjadi objek penelitian yang menarik. Dengan demikian,

maka rumusan masalah yang akan ditelaah lebih lanjut dalam penelitian ini adalah

bagaimana upaya nation branding Rwanda dalam mempromosikan program

Visit Rwanda melalui investasinya kepada Arsenal?

1.3 Tujuan Penelitian

Dari penelitian rumusan masalah yang telah dibuat oleh peneliti, maka tujuan

penelitian yang ingin dicapai adalah:

1. Memahami upaya Rwanda dalam melakukan nation branding melalui

promosi program wisatanya yaitu Visit Rwanda.

1.4 Manfaat Penelitian

Peneliti berharap tulisan ini mampu memberikan manfaat bagi setiap insan yang

membacanya baik dari segi akademis maupun praktis, yang antara lain adalah:

1.4.1 Segi Akademis

a. Sebagai bahan kajian dalam membangun pemikiran pengembangan ilmu

Hubungan Internasional dan ilmu pengetahuan pada umumnya.

12
b. Sebagai bekal wawasan dan pengetahuan bagi peneliti dalam

mengembangkan kemampuan berpikir serta belajar menganalisis

permasalahan yang ada.

1.4.2 Segi Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan

memberikan informasi bagi para peneliti lain yang memliki minat dan kajian yang

sama dalam studi ilmu Hubungan Internasional. Adapun manfaat praktis yang

peneliti harapkan adalah:

1. Pembaca mengetahui dan memahami mengenai penerapan konsep nation

branding Keith Dinnie.

2. Pembaca mengetahui langkah-langkah yang dilakukan oleh Rwanda

dalam melakukan nation branding negaranya melalui kerja sama dengan

Arsenal.

13
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini, peneliti akan membahas beberapa bahasan yang diantaranya adalah

studi terdahulu, definisi konseptual, operasionalisasi konsep, alur pemikiran, dan juga

hipotesa. Bahasan pertama akan menjabarkan mengenai studi terdahulu, dimana studi

terdahulu merupakan penelitian terdahulu yang menjadi referensi dalam membantu

peneliti melakukan penelitian ini. Secara spesifik, peneliti akan menggunakan dua

studi terdahulu yang memiliki beberapa aspek persamaan dan juga perbedaan

tersendiri. Dalam studi terdahulu pertama, terdapat persamaan fenomena yang

dibahas, akan tetapi fokus pembahasan menjadi pembeda yang jelas dan konkrit.

Berbeda dengan studi terdahulu pertama, fenomena yang dijelaskan dalam

penelitiannya jelas berbeda dengan judul yang diangkat oleh peneliti. Meskipun

demikian, kesamaan konsep beserta fokus pembahasan dalam studi terdahulu kedua

menjadi acuan peneliti untuk menggunakannya sebagai rujukan.

Kemudian, dalam pembahasan kedua peneliti membahas mengenai definisi

konseptual yang memaparkan konsep yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian

ini. Pembahasan ketiga adalah operasionalisasi konsep yang menjabarkan analisis

peneliti terhadap operasionalisasi konsep yang telah peneliti jelaskan di pembahasan

sebelumnya. Lalu, pembahasan selanjutnya akan menjelaskan mengenai alur

pemikiran dari penelitian ini untuk mempermudah dalam melihat bagaimana cara

kerja berpikir peneliti dalam memandang penelitian ini. Pembahasan terakhir ialah

hipotesa yang merupakan analisis awal atau dugaan peneliti terhadap penelitian ini.

14
2.1 Studi Terdahulu

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua studi terdahulu yang dapat

membantu peneliti dalam menjelaskan upaya nation branding Rwanda kepada

panggung internasional melalui programnya yaitu Visit Rwanda yang direalisasikan

dengan investasinya kepada Arsenal. Pertama, peneliti menggunakan tulisan yang

berjudul “Global and Local Footall: Politics and Europeanisation on the fringes of

the EU” oleh Gary Armstrong dan Jon P. Mitchell pada tahun 2008 silam. 17 Berbeda

dengan studi terdahulu pertama, studi terdahulu kedua yang digunakan peneliti untuk

menunjang penelitian ini merupakan sebuah jurnal yang berjudul “South African

Nation Branding: A comparative study and the analysis of incidents that have affected

the country nation’s brand during and post 2010 FIFA World Cup.” yang ditulis oleh

Kirsty Michelle Gourlay pada tahun 2016. 18

2.1.1. Studi Terdahulu Pertama

Studi terdahulu pertama dalam penelitian ini merupakan sebuah buku

karangan Gary Armstrong dan Jon P. Mitchell yang terdiri dari 10 bab dan berisi

207 halaman. Pada pendahuluan, Gary Armstrong mengantarkan kita pada

pengenalan Eropanisasi dan sepak bola. Lalu pada bab pertama, penyortiran serta

seleksi susunan pemain sepak bola merupakan pokok pembahasan utama.

Berlanjut ke bab kedua, pembahasan lebih berfokus kepada taktik dan juga gaya

17
Gary Armstrong dan Jon P. Mitchell, “Global and Local Football: Politics and Europeanisation on the
fringes of the EU”, 2008, Routledge.
18
Kirsty Michelle G, “South African Nation Branding: A comparative study and the analysis of incidents
that have affected the country nation’s brand during and post 2010 FIFA World Cup.”, 2016, Vega
School of Brand Leadership: Cape Town.

15
permainan sepak bola baru yang ditawarkan oleh Gary Armstrong dan juga Jon

P. Mitchell. Pada bab ketiga, terdapat penjeleasan mengenai korelasi antara empat

aspek yang dianggap memiliki identitas berbeda akan tetapi nyatanya sulit

dipisahkan: sepak bola, tradisi, modernitas, dan juga politik. Di bab keempat,

pembahasan lebih ditekankan kepada aspek-aspek eksternal seperti intervensi dari

negara luar dan juga pengaruh kolonialisme terhadap eksistensi persepakbolaan

suatu negara. Pada bab selanjutnya, Gary Armstrong dan juga Jon P. Mitchell

membahas lebih dalam mengenai pentingnya profesionalitas dalam dunia sepak

bola. Lalu tidak hanya itu, pada bab keenam terdapat penjelasan mengenai harga

yang perlu ditebus dari seseorang apabila ingin bermain dalam industri sepak bola.

Berlanjut ke bab ketujuh, Gary Armstrong dan juga Jon P. Mitchell mencoba

menjelaskan mengenai peranan penting suatu pimpinan negara terhadap

persepakbolaan negaranya. Pada bab delapan, terdapat ekplanasi yang mendalam

mengenai posisi naturalisasi beserta dampaknya terhadap dunia sepak bola

domestik. Dan lalu pada bab yang terakhir, pendukung lintas negara menjadi

fokus pembahasan dalam buku tersebut.

Peneliti menyadari bahwa tidak semua bab maupun subbab yang telah

dijabarkan dalam buku karangan Gary Amstrong dan Jon P. Mitchell akan dipakai

untuk menjelaskan fenomena yang peneliti angkat. Untuk itu, diperlukan

penekanan pada beberapa bab yang telah mereka tulis. Pengerucutan tersebut

dilakukan atas dasar asumsi bahwa hanya dua bab yang memiliki korelasi dengan

judul penelitian yang telah diamini oleh peneliti. Adapun pembagian bab tersebut

adalah: bab 3 dan juga bab 9.

16
Pembahasan pertama yang peneliti anggap memiliki korelasi dengan

penelitian yang telah diangkat tercantum pada bab 3. Dalam bab tersebut,

dijelaskan bahwa partai-partai politik telah memasuki segala ranah sosial

masyarakat Malta terutama sepak bola.19 Hal tersebut tersajikan dalam kontestasi

kekuasaan yang tergambar dalam dua klub sepak bola yang merepresentasikan

ideologi partai masing-masing. Perhelatan antara Valetta City--yang merupakan

representasi dari Partai Nasionalis Malta—dan Hibernians FC--selaku perwakilan

Partai Buruh Malta-- adalah manifestasi konkrit dari polaritas politik yang tidak

bisa dipisahkan dengan sepak bola. 20 Dengan contoh tersebut, terdapat maksud

implisit yang menyatakan bahwa nilai-nilai tradisi, kelas sosial, politik dan juga

sepak bola merupakan kesatuan entitas yang sukar dipisahkan antara satu dengan

yang lainnya.

Berlanjut kepada pembahasan berikutnya yang tertuang dalam bab 9, Gary

Armstrong beserta Jon P. Mitchell memberikan eksplanasi lebih rinci terkait

keuntungan yang dapat diraup apabila suatu negara melakukan investasi kepada

industri sepak bola. Adapun salah satu contoh keuntungan yang dimaksudkan oleh

Gary Armstrong dan juga Jon P. Mitchell tertuang dalam tulisannya yang

berbunyi:

“As with all such global scapes, its manifestations are locally specific.

Hence, access to the globalised consumer products that are the big European

19
Gary Armstrong dan Jon P. Mitchell, “Global and Local Footall: Politics and Europeanisation on the
fringes of the EU”, 2008, Routledge, hal.53.
20
Ibid, hal. 54.

17
teams is mediated by local figures with the organisational and business abilities

to set up Associations and to run clubhouses or bars which can accommodate

enthusiasts and – all-importantly – large-screen satellite broadcasts of the teams

in action.”21

Dalam pernyataan tersebut terdapat penyampaian secara tegas bahwa

televisi, internet, dan berbagai platform lainnya sangat menunjang aksesibilitas

masyarakat yang jumlahnya masif terhadap permintaan akan sepak bola Eropa

yang angkanya kian meningkat. Tentunya hal tersebut secara langsung maupun

tidak langsung akan meningkatkan sumber pendapatan negara.

Perbedaan yang kemudian dapat dicermati dari tulisan ini dengan

pembahasan peneliti ialah tulisan ini tidak serta merta menjelaskan secara spesifik

mengenai hubungan antara sepak bola dan juga nation branding, terutama

Rwanda. Akan tetapi Gary Armstrong dan juga Jon P. Mitchell lebih

memfokuskan pembahasan kepada kaitan erat yang dimiliki oleh sepak bola

dengan tradisi, budaya, politik, dan juga nilai jualnya yang sangat tinggi.

Meskipun demikian, kesamaan fenomena yang dibahas dijadikan landasan oleh

peneliti untuk menggunakan buku ini sebagai rujukan.

2.1.2. Studi Terdahulu Kedua

Dalam studi terdahulu kedua, “South African Nation Branding: A

comparative study and the analysis of incidents that have affected the country’s

nation brand during and post 2010 FIFA World Cup” telah menjadi pilihan

21
Ibid, hal. 162.

18
peneliti untuk membantu peneliti dalam memandang kasus ini. Sebuah jurnal

karangan Kirsty Michelle Gourlay yang diterbitkan pada tahun 2016 lalu dan

berjumlah 61 halaman tersebut membahas lebih dalam mengenai berbagai aspek

nation branding yang dilakukan oleh Afrika Selatan kepada dunia melalui

perhelatan kompetisi akbar, Piala Dunia FIFA 2010.

Pada pembahasan pertama dalam jurnal tersebut, Kirsty Michelle Gourlay

mengantarkan kita pada hal-hal fundamental seperti latar belakang masalah yang

dihadapi Afrika Selatan dalam melakukan nation branding negaranya, rumusan

masalah yang dapat dimunculkan atas pemaparan yang telah disampaikan,

konseptualisasi penelitian, dan lain hal sebagainya. Berlanjut kepada bab kedua,

tinjauan pustaka beserta penjelasan mengenai faktor-faktor yang menjadi

indikator kesuksesan Piala Dunia FIFA dalam ranah ekonomi, politik, dan juga

sosial menjadi pilihan Kirsty Michelle Gourlay untuk dibahas. Pada bab 3,

terdapat penjelasan mengenai relevansi rumusan masalah, metode pengumpulan

data, beserta pengklasifikasian data yang telah diperoleh. Kemudian pada

pembahasan berikutnya pada bab 4, analisis data dan juga interpretasi yang

ditemukan dalam penelitian Kirsty Michelle Gourlay menjadi fokus utama.

Selanjutnya pada bab terakhir, implikasi, konklusi, beserta pembatasan penelitian

menjadi penutup atas penelitian yang telah dilakukan.

Seperti yang peneliti lakukan dalam merujuk studi terdahulu pertama,

tentunya peneliti tidak akan menggunakan keseluruhan bab yang tertuang dalam

jurnal yang diteliti oleh Kirsty Michelle Gourlay dalam menelaah judul yang

peneliti angkat. Meskipun demikian, nyatanya peneliti memilih empat dari total

19
lima bab yang tersedia. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat tingkat

relevansi yang tinggi apabila peneliti menjadikan tulisan Kirsty Michelle Gourbay

sebagai studi terdahulu yang kedua.

Pada bab pertama, terdapat penjelasan bahwa Piala Dunia FIFA 2010

merupakan ajang meleburnya seluruh ras, etnis, budaya, dan latar belakang sosial

dalam satu tempat dengan harapan terbentuknya identitas nasional yang kuat.22

Dengan sejarah politik apartheid dan juga minimnya pemcapaian dalam berbagai

ajang olahraga, Piala Dunia FIFA 2010 dianggap sebagai kesempatan bagi mereka

untuk mengubah pandangan dan juga stigma dunia internasional terhadap Afrika

Selatan yang pada mulanya political outcast menjadi negara demokrasi baru yang

berkembang. 23 Operasionalisasi konsep nation branding juga turut digaungkan

dalam bab pertama.

Selanjutnya, peneliti memlih bab 2 sebagai acuan dalam menunjang

penelitian ini dikarenakan pembahasan pada bab tersebut menitikberatkan pada

nation branding Afrika Selatan beserta faktor-faktor yang menjadi kesuksesan

pagelaran Piala Dunia FIFA 2010 dan juga dampaknya terhadap ekonomi, sosial,

dan politik. Disebutkan dalam penelitiannya bahwa Piala Dunia FIFA merupakan

kompetisi akbar yang menghasilkan 35 juta milyar penonton hanya dari layar kaca

saja. Hal tersebut tentunya mengimplikasikan bahwa Piala Dunia FIFA bisa

menjadi ajang publisitas yang baik untuk memasarkan segala bentuk brand.24

22
Kirsty Michelle G, “South African Nation Branding: A comparative study and the analysis of incidents
that have affected the country nation’s brand during and post 2010 FIFA World Cup.”, 2016, Vega
School of Brand Leadership: Cape Town. hal. 1
23
Ibid.
24
Ibid, hal. 10.

20
Melanjutkan pembahasan pada bab berikutnya, peneliti menganggap bab

4 dari penelitian tersebut memiliki relevansi yang tinggi apabila disandingkan

dengan judul peneliti. Pada bab 4, terdapat analisis data dan juga temuan yang

dihasilkan oleh penelitian Kirsty Michelle Gourby. Dapat dikatakan bahwa Afrika

Selatan telah berhasil menyelenggarakan Piala Dunia FIFA 2010 dalam upaya

memberikan imej bangsa yang positif.Ini dicapai melalui organisasi tanpa cela

yang mengarah ke acara serta selama. Hal tersebut dicapai melalui

pengorganisasian yang berjalan dengan baik selama persiapan menuju hari h

hingga selama berlangsungnya acara. Mayoritas warga Afrika Selatan merasa

bahwa penyelarasan pesan utama tentang Piala Dunia dikomunikasikan dengan

baik kepada calon investor dan stakeholders di Afrika Selatan.25

Lalu pada bab terakhir, Kirsty Michelle Gourby mencoba menarik

kesimpulan atas seluruh penelitiannya. Atas dasar itu, peneliti menggunakan bab

tersebut untuk dijadikan tolak ukur dalam penelitian yang diangkat. Dalam bab

terakhirnya, Kirsty Michelle Gourby berpendapat bahwa semua temuan yang

telah dihasilkan memiliki implikasi signifikan bagi seluruh stakeholders Afrika

Selatan karena gagasan dibalik nation branding melibatkan partisipasi semua

anggota yang terlibat. Bagaimanapun juga, nation branding yang dapat dikatakan

berhasil dapat dicapai melalui dukungan segala entitas dan juga pihak yang

terkait.26

25
Ibid, hal. 30
26
Ibid, hal. 38

21
Selain penggunaan konsep yang sama dengan peneliti, jurnal ini juga

membahas mengenai upaya nation branding suatu negara yang juga sama-sama

dijelaskan dalam ranah sepak bola. Hal yang kemudian menjadi pembeda yang

nyata ialah negara yang menjadi titik fokus permasalahan. Dalam jurnal ini, Kirsty

Michelle Gourby memilih Afrika Selatan dan kompetisi Piala Dunia FIFA 2010

yang diselenggarakannya, sedangkan peneliti memfokuskan kepada investasi

Rwanda kepada Arsenal melalui kerja sama yang diharapkan akan

menguntungkan kedua belah pihak.

Melalui penelitian yang telah ditulis oleh Kirsty Michelle Gourby, peneliti

dapat lebih memahami pengoperasionalisasian kasus yang sejenis dengan

menggunakan konsep nation branding milik Keith Dinnie. Di tahun 2008, Dinnie

menjelaskan terdapat berbagai bentuk nation branding yang mana dapat peneliti

gunakan untuk menganalisis investasi Rwanda kepada Arsenal dalam melakukan

nation branding melalui program wisatanya yaitu Visit Rwanda.

2.2 Kerangka Konseptual

2.2.1 Pengertian Sleeve Sponsorship Deal

Sebelum membahas mengenai nation branding yang dilakukan oleh Rwanda,

perlu adanya pemahaman yang cukup akan pengertian dari sleeve sponsorship deal

itu sendiri. SSD merupakan kerja sama yang dilakukan oleh pihak manapun yang

memiliki keinginan untuk mengiklankan produk mereka melalui penyantuman logo

ataupun namanya di baju klub sepak bola.

22
Seperti apa yang peneliti telah jabarkan pada latar belakang masalah di awal,

industri sepak bola merupakan lahan yang sangat menguntungkan apabila kita

memandang dari kacamata ekonomi. Menilik dari sejarah yang ada, fakta di lapangan

menyebutkan bahwa pensponsoran yang dilakukan oleh perusahaan maupun instansi

yang ada terhitung relatif baru apabila disandingkan dengan sejarah sepak bola itu

sendiri. Merujuk kembali pada bukti sejarah seperti foto ataupun video dari

pesepakbola di era 40 hingga 80-an, dapat kita lihat bahwa hanya terdapat warna,

logo, dan nomor pemain dari klub itu sendiri. Di masa sekarang, hal pertama yang

segera terlintas pada baju tim sepak bola adalah sponsornya. Bahkan apabila kita

perhatikan secara seksama, ukuran penyantuman logo sponsor tersebut mendominasi

lambang klub mereka sendiri.

Pengiklanan pada baju olahraga klub sepak bola tentunya tidak muncul begitu

saja. Selama beberapa dekade terakhir, nominal pencapaian angka kesepakatan

sponsor tersebut telah meningkat secara drastis, jauh melebihi tingkat inflasi. 27

Dengan angka yang fantastis, menjadi masuk akal apabila klub-klub sepak bola EPL

lebih mencari sponsorship deals yang memilki jangka kontrak yang panjang. Akan

tetapi hal tersebut berdampak pada berkurangnya jumlah perusahaan yang mampu

mensponsori klub-klub sepak bola tersebut.

Meningkatnya pendapatan klub sepak bola dari sponsor SSD tentunya tidak dapat

dipisahkan dari arus globalisasi, yang dimana hal tersebut sangat menguntungkan

27
These Football Times, “The Rise Of Shirt Sponsorship In English Football”, 2018,
https://thesefootballtimes.co/2018/09/30/the-rise-of-shirt-sponsorship-in-english-football/, Diakses pada
21 April 2019.

23
negara-negara yang sedang mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat. Sebagian

besar uang sponsor sekarang berasal dari perusahaan-perusahaan Asia Timur yang

sedang berkembang, dengan beberapa klub - seperti Crystal Palace dan Huddersfield

- bahkan memiliki alphabet Cina di baju mereka, untuk menarik perhatian penonton

dari berbagai belahan dunia. 28 Tidak hanya Cina, dua dari kesepakatan sponsorship

terbesar - Etihad Airways dan Fly Emirates yang ditandatangani oleh Manchester City

dan Arsenal – bersumber dari negara Uni Emirat Arab yang kaya akan minyak

buminya.29

Zaman berubah dengan cepat dalam dunia sepak bola. SSD telah menjadi cara

utama dalam memasarkan merek perusahaan, dan berbagai perusahaan tersebut

bersedia mengambil risiko yang sangat besar dalam pelaksanaannya. Kurang dari 50

tahun yang lalu, baju klub sepak bola sangatlah polos. Apabila kita melihat realita

yang ada sekarang, setiap klub sepak bola di dunia memiliki kesepakatan sponsor

yang bernilai jutaan poundsterling hanya untuk tambalan pada baju mereka. Adapun

karakter dari sponsor pun berubah setiap tahunnya; namun satu hal yang pasti ialah

angka tersebut tentunya akan semakin meningkat di masa yang akan datang.

2.2.2 Pengertian Nation Branding

Sebelum melakukan pembahasan lebih lanjut mengenai konsep nation branding

milik Keith Dinnie, peneliti akan mencoba menjelaskan mengenai pengertian nation

branding itu sendiri secara umum menurut tokoh-tokoh lainnya. Nation branding

telah dipandang sebagai komponen vital untuk mencapai keunggulan kompetitif di

28
Ibid
29
Ibid

24
pasar dunia; memikat investor asing; pariwisata; imigran; media dan yang lainnya. 30

Secara langsung maupun tidak langsung, negara dengan branding yang baik akan

mendorong pertumbuhan FDI serta menguatkan pengaruh politik dalam panggung

internasional. 31

Menurut pakar nation branding, Peter Van Ham, suatu negara yang telah

terklasifikasikan sebagai negara unbranded akan memiliki kesulitan dalam menarik

perhatian ekonomi dan politik, yang dimana hal tersebut akan berimbas pada kesulitan

dalam membangun imej serta reputasi yang positif. 32 Sejalan dengan pernyataan Peter

Van Ham, Wally Olins berpendapat bahwa suatu negara akan dipandang sebagai

lahan investasi yang menjanjikan apabila negara tersebut telah menumbuhkan

strategic equitiy yang kuat di kancah internasional. 33 Menguatkan argumen

sebelumnya, Kevin Lane Keller menyebutkan bahwa hal fundamental dari kesuksesan

dan juga ekuitas merek adalah citra ataupun imej dari brand itu sendiri. 34 Keller

menambahkan bahwa merek secara nyata berkaitan erat dengan cara berpikir

masyarakat dalam memandang merek itu sendiri. 35

Nation branding bertujuan untuk mengukur, membangun, dan mengelola reputasi

negara. Hal tersebut dilakukan dengan cara menerapkan konsep dan teknik pemasaran

perusahaan ke negara-negara, dalam upaya meningkatkan reputasi mereka di kancah

30
Simon Anholt, “Beyond the Nation Brand: The Role of Image and Identity in International Relations.”,
2011, SURFACE, hal. 65.
31
Peter Van Ham, “The Rise of the Brand State”, 2001, Foreign Affairs.
32
Ibid, hal. 52.
33
Wally Olins, “Wally Olins on Brand”, 2003, Thames & Hudson, hal. 34
34
Kevin Lane Keller, “Marketing Management and Strategy”, 2008, Pearson Education, hal. 65.
35
Ibid

25
internasional. 36 Citra dan juga imej dari suatu negara sebenarnya sama pentingnya

dengan apa yang mereka hasilkan dan jual. 37

Berdasarkan pengertian-pengertian dan penjelasan mengenai nation branding

yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh tersebut, peneliti mengambil kesimpulan bahwa

nation branding merupakan upaya atau langkah yang dilakukan oleh suatu negara

untuk memberikan stigma, stereotip, reputasi, dan imej yang baik kepada negara lain.

Citra yang baik tentunya akan berdampak pada mudahnya interaksi serta kerja sama

dalam konteks bilateral, multilateral, regional, maupun internasional.

Dalam penelitian ini, peneliti berusaha untuk menjelaskan upaya nation branding

yang dilakukan oleh Rwanda melalui program Visit Rwanda dengan investasi kepada

Arsenal. Peneliti menggunakan konsep nation branding milik Keith Dinnie tahun

2008 yang membagi strategi nation branding menjadi 7 bentuk elemen.

2.2.3. Konsep Nation Branding Keith Dinnie

Nation branding suatu negara dapat dicapai dan juga direalisasikan dengan

menggunakan strategi yang spesifik dan juga tujuan serta target yang terukur. Salah

satu strategi nation branding yang kemudian acap digunakan dalam kajian Hubungan

Internasional adalah strategi yang dikemukakan oleh Keith Dinnie.

Keith Dinnie mendefinisikan nation branding sebagai sekumpulan teori dan

praktik atau penerapan yang memliki tujuan untuk membangun, mengukur, serta

36
Pauline Kerr dan Geoffrey Wiseman, “Diplomacy in a Globalizing World: Theories and Practice”,
2013, Oxford University Press., hal. 354.
37
Jacqui True, “Globalisation and Identity”, 2006, Oxford Univeristy Press., hal. 74

26
mengatur reputasi dari suatu negara.38 Keith Dinnie juga memandang bahwa nation

branding masih memiliki hubungan yang erat dengan place branding.39 Nation

branding itu sendiri dapat menjadi alat yang memiliki tendensi kompetitif bagi

negara, kota, maupun wilayah dalam berkompetisi sebagai pemenuh kebutuhan bagi

investor, turis, resident, maupun event-event internasional di kancah dunia.40

Dalam bukunya ”Nation Branding: Concepts, Issues, and Practice” Keith Dinnie

menjelaskan bahwa nation branding terdiri dari beberapa elemen yang spesifik untuk

digunakan sebagai strategi nation branding. Elemen-elemen strategi tersebut terdri

dari Nation Brand Advertising, Customer and Citizen Relationship Management,

Nation-Brand Ambassadors, Diaspora Mobilization, Nation Days, The Naming of

nation-brands, dan nation-brand tracking studies.41

2.2.3.1. Nation Brand Advertising

Pengiklanan tentunya dapat memberikan banyak manfaat bagi suatu

merek. Hal tersebut dapat menghasilkan pasar baru untuk suatu merek;

merevitalisasi brand yang mengalami penurunan nilai jual; mengubah perilaku

konsumen dan menghasilkan peningkatan penjualan yang cepat.42

Dapat dikatakan bahwa pengiklanan merupakan aspek penting dalam

nation branding. Advertising memainkan peranan penting bagi produsen dan juga

konsumen yang dimana dalam konteksi ini adalah Rwanda dan masyarakat

38
Keith Dinnie, “Nation Branding: Concepts, Issues, Practice”, 2015, Routledge; 2nd Edition.
39
Ibid, hal. 13.
40
Keith Dinnie, ”The Dimensions of Nation Brand Personality: A Study of Nine Countries”, 2013.
41
Keith Dinnie, “Nation Branding: Concepts, Issues, Practice”, 2015, Routledge; 2nd Edition, hal. 224-
230.
42
Ibid, hal. 225.

27
internasional. Alasan yang mendasari mengapai advertising sangatlah krusial

adalah karena pengiklanan dapat memungkinkan suatu bisnis untuk mendapatkan

lebih banyak pelanggan, sehingga meningkatkan perputaran bisnis. Pengiklanan

dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai media seperti televisi, radio, surat

kabar, spanduk, pamflet, situs web, dan lain-lain. Setiap media iklan ini memiliki

kelebihan dan kekurangannya tersendiri dan setiap negara yang ingin melakukan

advertising perlu melakukan evaluasi dan juga perencanaan dalam memilih media

tertentu. Hal utama yang perlu dipertimbangkan adalah media pengiklanan yang

telah dipilih harus dapat menjangkau konsumen dalam jumlah yang besar.

Keith Dinnie beranggapan bahwa nation branding tidak hanya terdiri dari

menjalankan kampanye pengiklanan. Tentu, pengiklanan merupakan alat yang

ampuh. Akan tetapi pengiklanan hanyalah satu elemen dari total keseluruhan

strategi nation branding. Bukan saja pengiklanan merupakan bagian dari total

keseluruhan strategi nation branding, apabila suatu negara memiliki sumber daya

finansial yang terbatas, mungkin akan jauh lebih baik untuk memberdayakan

diaspora mereka di negara lain daripada menempatkan harapannya dalam

pengiklanan. Namun apabila kekuatan finansial tersebut memungkinkan dan

tersedia, maka pengiklanan harus digunakan sebagai strategi terpadu dalam

mencapai tujuan spesifik yang dinyatakan secara jelas. 43

43
Ibid, hal. 224.

28
2.2.3.2 Customer And Citizen Relationship Management

CRM adalah praktik mapan di dunia bisnis, dimana akronim tersebut

secara luas dianggap memiliki arti ‘manajemen hubungan pelanggan’. Penerapan

konsep CRM dalam konteks nation branding terhitung masih relatif baru, dimana

istilah ‘manajemen hubungan warga negara’ kemudian dicanangkan.

Konsep manajemen hubungan warga negara negara memandang bahwa

pemerintah perlu terlibat dan merespon kepada warga mereka dengan cara yang

sama seperti perusahaan memperlakukan konsumen mereka. Prinsip-prinsip

CRM tentang pemahaman mengenai kebutuhan serta komunikasi dengan

konsumen dalam frekuensi yang tepat tentunya sesuai dan sejalan dengan strategi

nation branding.44

CRM sebagai proses melibatkan penerapan teknologi untuk membantu

mengelola interaksi dan transaksi dengan pelanggan, sehingga organisasi dapat

mengoptimalkan pengembalian mereka di seluruh portofolio pelanggan mereka

juga memiliki penerapan langsung kepada strategi nation branding yang memiliki

portofolio pelanggan yang tersebar di berbagai sektor yang beragam seperti

pariwisata, FDI, promosi ekspor, dan daya tarik bakat.45

44
Ibid, hal.227
45
Ibid.

29
2.2.3.3 Nation-brand Ambassadors

Berbagai sektor perusahaan akan memperkejakan brand ambassador

dalam rangka memberikan ‘wajah’ di setiap aktivitasnya. Perusahaan penukaran

mata uang Travelex sebagai contohnya, mempekerjakan bintang ragbi asal

Inggris, Jonny Wilkinson, sebagai brand ambassador mereka. 46 Duta-duta merek

ini adalah individu yang sangat antusias dan memiliki pengetahuan mendalam

tentang perusahaan mereka, dan mereka juga memiliki kemampuan untuk

mengkomunikasikan nilai-nilai merek perusahaan secara efektif kepada audiens

yang ditargetkan.47 Negara, di lain sisi, umumya memilih duta besar mereka

secara hati-hati.

Tokoh budaya ataupun figur olahraga yang terkenal dapat melakukan

peranan yang dimiliki oleh duta besar suatu negara tanpa dukungan resmi dari

negara ataupun perjanjian secara tertulis. Demikian pula perilaku warga negara di

negara asing dapat dipandang sebagai perwakilan dari negara asal mereka. 48 Jelas

tidak realistis untuk mengharapkan setiap warga negara dalam jutaan populasi

untuk bertindak sebagai duta nation-brand, namun dimungkinkan untuk

mengidentifikasi individu-individu tertentu yang memenuhi syarat dan bersedia

memainkan peran seperti itu.

46
Ibid, hal. 228.
47
Ibid.
48
Ibid.

30
2.2.3.4 Diaspora Mobilization

Negara-negara yang tidak memiliki strategi untuk mengoptimalkan

jaringan diaspora mereka telah menyia-nyiakan sumber daya unik dan berharga.

Keberadaan jaringan diaspora yang tersebar di seluruh dunia merupakan aset yang

berpotensi besar bagi negara, tidak hanya dalam hal pengiriman uang yang dikirim

oleh anggota diaspora tetapi juga dalam hal menarik FDI melalui intervensi oleh

para eksekutif senior yang ditempatkan dengan baik di perusahaan-perusahaan

internasional. Selain itu, kapasitas pengembangan reputasi jaringan diaspora

merupakan peluang strategis untuk meningkatkan mutu nation-brand.49

Diaspora dapat memiliki dampak signifikan pada pembangunan suatu

negara. Jaringan diaspora yang berhasil menggabungkan tiga fitur utama:

pertama, jaringan menyatukan orang-orang dengan motivasi intrinsik yang kuat;

kedua, anggota memainkan peran langsung (melaksanakan proyek di negara asal)

dan peran tidak langsung (berfungsi sebagai jembatan dan antena untuk

pengembangan proyek di negara asal) dan ketiga, inisatif dari diaspora itu sendiri

dalam melakukan transaksi yang menguntungkan negara asal mereka. 50

Jaringan diaspora tidak harus monolitik dan homogen. Contohnya, ada

banyak jaringan diaspora yang mengambil bentuk asosiasi profesional yang

didedikasikan untuk membantu anggota dalam bidang profesional mereka -

jaringan semacam itu termasuk Asosiasi Dokter Asal Armenia di Amerika

49
Ibid.
50
Ibid.

31
Serikat, Asosiasi Insinyur dari Amerika Latin atau Pengusaha Indus. 51 Pemerintah

seharusnya mendukung jaringan-jaringan tersebut guna mencapai kesinergisan

antara diaspora tersebut.52

2.2.3.5 Nation Days

Peringatan hari nasional merepresentasikan salah satu elemen potensial

dalam strategi nation branding, baik secara internal dimana hal tersebut

membangkitkan ketertarikan dan juga kebanggaan secara domestik dan juga

secara eksternal merupakan hal krusial dalam mempromosikan nation-brand

negara itu sendiri.

2.2.3.6 The Naming of Nation-Brands

Komunikasi adalah aspek penting dari pemasaran. Penamaan suatu merek,

yang menjadi bagian integral dari komunikasi, merupakan aspek fundamental

untuk melakukan strategi pemasaran. Masyarakat memiliki kecenderungan untuk

memberikan ‘label’ kepada segalanya agar lebih mudah dalam mengidentifikasi

dan juga membedakannya dari produk yang lain. Pelabelan tersebut tentunya

berdampak pada asumsi masyarakat terhadap nilai, asosiasi, imej, dan juga posisi

dari suatu brand ketika mereka melihat namanya.

Terdapat efek yang sangat potensial dari penamaan suatu negara terhadap

persepi dan juga stigma negaranya. Pada umumnya, suatu negara jarang sekali

melakukan penggantian nama negara mereka dan ketika mereka menggantinya,

51
Ibid, hal. 229.
52
Ibid.

32
sering kali hal tersebut dikarenakan terjadinya peristiwa simbolis yang kuat

seperti kelahiran suatu negara yang mendapatkan kemerdekaannya dari bekas

kekuasaan kolonial. 53

2.2.3.7 Nation-brand Tracking Studies

Efektivitas strategi nation-branding perlu ditinjau secara berkala.

Berbagai jenis nation-brand tracking studies dapat dilakukan, dan terdapat

banyak indeks tersedia yang dapat digunakan dalam menentukan tingkat

keefektifan strategi nation-branding suatu bangsa. 54

Survey yang dipublikasikan secara luas di bidang nation-branding adalah

Anholt-GMI Nation-Brands Index, yang dimana survey tersebut merupakan

pengukuran keberhasilan nation-branding negara-negara di dunia. Jika suatu

negara mendapat skor tinggi pada kriteria ini, maka negara tersebut harus

menyoroti dan mengomunikasikan kinerja positifnya untuk mencapai tujuan

strategis seperti peningkatan FDI, bakat, dan sebagainya. 55

2.3 Operasionalisasi Konsep

Dalam penelitian ini, peneliti memilih untuk menggunakan konsep nation

branding yang digagas oleh Keith Dinnie untuk menganalisis investasi Rwanda

kepada Arsenal dalam melakukan nation branding melalui program Visit Rwanda,

53
Ibid, hal. 230.
54
Ibid.
55
Ibid.

33
khususnya pada sleeve sponsorship deal mereka. Konsep ini dipilih karena melalui

konsep ini, peneliti dapat menjelaskan upaya nation branding yang telah dilakukan

oleh Rwanda melalui kerja samanya dengan Arsenal. Terdapat tujuh strategi nation

branding yang dijabarkan oleh Keith Dinnie. Melalui konsep inilah kemudian peneliti

dapat mengaplikasikan strategi nation branding yang dilakukan oleh Rwanda.

Variabel yang pertama yaitu nation brand advertising dimana pengiklanan suatu

negara kepada panggung internasional dapat dilakukan melalui berbagai media.

Berkat perkembangan teknologi yang sangat pesat, pengiklanan suatu negara tidak

hanya dapat dilakukan melalui media cetak, akan tetapi terdapat media yang lebih

menjanjikan seperti media virtual. Terdapat tiga indikator dalam variabel ini yang

meliputi brand positioning, media channels, dan media vehicles. Melalui variabel ini,

peniliti dapat menilai upaya pengiklanan yang telah dilakukan oleh Rwanda.

Variabel yang kedua adalah customer and citizen relationship management.

Variabel customer and citizen relationship management memandang bahwa

pemerintah perlu terlibat dan merespon kepada warga mereka dengan cara yang sama

seperti perusahaan memperlakukan konsumen mereka. Melalui variabel ini, peneliti

dapat melihat aksi dan juga reaksi yang dilakukan oleh pemerintah Rwanda dalam

menangani perilau warganya sendiri.

Variabel selanjutnya adalah nation-brand ambassadors. Variabel ini lebih

menjelaskan mengenai peran duta besar dalam mempromosikan negara yang

bersangkutan. Dalam konteks ini, variabel tersebut digunakan atas dasar rasa

34
keingintahuan peneliti terhadap peranan yang diamanahkan oleh Rwanda kepada duta

besar promosi program wisata mereka.

Variabel keempat dalam penelitian ini adalah diaspora mobilization. Pergerakan

serta tindak-tanduk diaspora di negara lain menjadi fokus utama dalam variabel ini.

Peneliti menggunakan variabel ini untuk melihat fungsi yang dimiliki oleh diaspora

Rwanda di berbagai belahan dunia dalam rangka menggaungkan program wisata

mereka yaitu Visit Rwanda.

Variabel yang kelima merupakan nation days. Variabel ini berbicara mengenai

perayaan momentum-momentum bersejarah dari suatu negara yang dilakukan baik

oleh diaspora mereka di luar negeri ataupun di dalam negaranya. Peneliti menganggap

variabel ini relevan dengan penelitian ini karena Rwanda memiliki hari perayaan yang

terbilang unik seperti Umuganura, yang merupakan hari panen nasional, dan juga Hari

Peringatan Genosida Tutsi setiap 7 April yang merupakan hari yang didedikasikan

untuk mengenang sekitar 500.000 hingga 1 juta orang Rwanda yang dibantai tanpa

ampun selama genosida tahun 1994.

Variabel selanjutnya adalah the naming of nation-brands. Variabel ini

menjelaskan pentingnya penamaan dalam strategi nation branding. Tentunya hal

tersebut menjadi masuk akal apabila kita melihat faktanya bahwa nama dapat

memberikan pandangan terhadap nilai, asosiasi, imej, dan juga posisi Rwanda dalam

panggung internasional.

Variabel terakhir yang digunakan oleh peneliti adalah nation-brand tracking

studies. Variabel terakhir ini merupakan alat ukur yang digunakan untuk melihat

35
tingkat keberhasilan suatu negara dalam menjalankan strategi nation branding

mereka. Penempatan variabel ini dalam penelitian yang diangkat oleh peneliti

merupakan hal yang wajar apabila kita mengingat bahwa perlu adanya pembanding

dalam melakukan analisis upaya nation branding yang dilakukan oleh Rwanda.

Dalam subbab ini, terdapat tabel operasionalisasi konsep yang menggambarkan

bagaimana peneliti mengaplikasikan konsep nation branding milik Keith Dinnie.

Pengaplikasian ini dilakukan terhadap data yang telah peneliti temukan di lapangan.

Adapun analisis mengenai investasi Rwanda kepada Arsenal dalam melakukan nation

branding melalui program Visit Rwanda akan dibahas pada Bab V sebagai bab

pembahasan.

Terdapat kemungkinan bahwa operasionalisasi konsep yang peneliti lakukan pada

Bab II dapat mengalami perubahan ataupun pengurangan di Bab V. Hal ini

dikarenakan peneliti berusaha untuk melihat strategi nation branding Rwanda yang

terdapat dalam konsep Keith Dinnie yang dimana konsep tersebut diharapkan dapat

menjabarkan upaya nation branding Rwanda melalui program Visit Rwanda yang

direalisasikan dengan investasinya kepada Arsenal. Berdasarkan data dan fakta yang

peneliti temukan, akan terlihat bentuk-bentuk maupun upaya Rwanda dalam

menggaungkan program tersebut.

Keterlibatan aktor baru serta data-data yang peneliti tidak sebutkan dalam tabel

operasionalisasi konsep dapat muncul di Bab V sesuai dengan dengan temuan

peneliti. Berikut merupakan tabel operasionaliasi konsep penelitian yang penulis

lakukan:

36
Tabel 2.1: Operasionalisasi Konsep Nation Branding Keith Dinnie

Konsep Nation Branding Keith Dinnie

Variabel Indikator Operasionalisasi Konsep

Nation Brand Advertising - Brand positioning yang - Adanya upaya yang dilakukan oleh

dilakukan oleh suatu Rwanda guna mendapatkan stigma

negara. positif dari masyarakat internasional.

- Jumlah Media Channels - Penggaungan Visit Rwanda melalui

yang membantu promosi berbagai media seperti TV, radio,

suatu negara. koran, internet, dan lain sebagainya.

- Varian Media Vehicles - Adanya pemberitaan mengenai Visit

dalam pengiklanan. Rwanda dari berbagai media seperti

The Guardian, CNN, Independent,

dan lain sebagainya.

Customer and Ctizen - Langkah yang dilakukan - Peran pemerintah Rwanda dalam

Relationship oleh pemerintah dalam memperlakukan warga negaranya

Management menyikapi perilaku layaknya perusahaan kepada

warganya. konsumennya.

37
Nation-brand - Penetapan ambassador - Pemilihan Arsenal sebagai duta

Ambassadors untuk merepresentasikan besar Rwanda dalam mempromosikan

suatu negara. program Visit Rwanda.

Diaspora Mobilization - Optimalisasi jaringan - Terdapat banyaknya diaspora

diaspora suatu negara di Rwanda yang tentunya

berbagai belahan dunia. menguntungkan Rwanda seperti Rene

Claude Mugenzi, Gael Bigimarana,

Jessy Reindorf, dan yang lainnya.

Nation Days - Perayaan momentum - Peresmian Hari Peringatan Para

bersejarah dari suatu Korban Genosida Rwanda pada 7

negara. April oleh UN menjadi nilai jual

Rwanda sebagai negara yang toleran.

The Naming of Nation- - Penamaan dalam - Pemilihan slogan Visit Rwanda oleh

brand strategi nation branding pemerintah Rwanda dalam rangka

suatu negara. mempromosikan wisata mereka.

Nation-brand Tracking - Pengukuran yang - Masuknya Rwanda kedalam daftar

Studies digunakan dalam melihat negara yang ditinjau dari Anholt-GfK

tingkat keberhasilan Nation Brands Index.

nation branding suatu

negara.

38
2.4 Alur Pemikiran

Latar Belakang
Meskipun Rwanda merupakan negara aid dependent, upaya nation branding
kepada kancah internasional tetap dilakukan.

Rumusan Masalah
Bagaimana upaya nation branding Rwanda dalam mempromosikan program
Visit Rwanda melalui investasinya kepada Arsenal?

Konsep Nation Branding Keith Dinnie

Nation Branding Advertisement: Upaya Rwanda dalam


mengiklankan negara mereka agar memiliki imej yang positif.

Customer and Citizen Relationship Management: Langkah yang


dilakukan pemerintah Rwanda dalam melayani customer mereka.

Nation-brand Ambassadors: Pemilihan duta besar oleh Rwanda


untuk mempromosikan program wisata mereka.

Diaspora Mobilization: Optimalisasi jaringan diaspora Rwanda di


berbagai belahan dunia.

Nation Days: Perayaan hari bersejarah Rwanda yang juga dirayakan


oleh masyarakat dunia.

The Naming of Nation-brand: Penamaan slogan Visit Rwanda kepada


program wisata Rwanda.

Nation-brand Tracking Studies: Pengunaan indeks pembanding dalam


mengukur tingkat keberhasilan strategi nation branding Rwanda.

39
2.5 Hipotesa

Ketergantungan suatu negara terhadap bantuan luar negeri tidak serta merta

menyurutkan keinginannya untuk mempromosikan negara tersebut. Hal tersebut

dibuktikan dengan investasi yang dilakukan oleh Rwanda kepada Arsenal melalui

kerja sama sleeve sponsorship deal yang berdurasi selama tiga tahun, terhitung

dari 2018 silam hingga 2021 mendatang. Perjanjian sponsor lengan dengan

Arsenal tersebut telah menelan biaya sebesar $39 juta bagi Rwanda. Tentunya

dengan angka yang sangat masif tersebut terdapat pesan yang ingin disampaikan

Rwanda kepada dunia yaitu eksistensi mereka dalam sistem tatanan global patut

diperhitungkan.

Meskipun demikian, peneliti memiliki anggapan bahwa pemerintah Rwanda

tidak fokus kepada semua strategi nation branding yang dijelaskan oleh Keith

Dinnie. Anggapan tersebut kemudian muncul ketika peneliti melihat bahwa

kurangnya pengoptimalisasian diaspora Rwanda di berbagai belahan dunia lain.

Peneliti berasumsi bahwa walaupun usaha nation branding yang dilakukan

oleh Rwanda dapat dikatakan belum maksimal, setidaknya Rwanda sudah

meningkatkan awareness masyarakat dunia akan keberadaan mereka dengan

mensponsori klub sepak bola terkaya keenam di dunia yang dimana titel tersebut

dimiliki oleh Arsenal.

40
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang diambil oleh peneliti, maka penelitian ini

dapat dikategorikan dalam jenis penelitian deskriptif. Peneliti berusaha untuk

menjelaskan upaya nation branding Rwanda melalui program Visit Rwanda yang

direalisasikan dengan investasinya kepada Arsenal.

3.2 Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini, tentu perlu adanya pembatasan untuk memperjelas masalah

yang akan dibahas dan agar tidak terjadi pembahasan yang meluas ataupun

menyimpang. Ruang lingkup penelitian peneliti yaitu dibatasi kepada sponsorship

deal Rwanda dengan Arsenal. Peneliti memutuskan untuk membahas pada ranah

tersebut dikarenakan berdasarkan data yang peneliti peroleh, Rwanda sangat

menggaungkan program wisatanya melalui kerja sama yang dilakukan dengan

Arsenal tersebut. Untuk melihat upaya yang dilakukan oleh Rwanda, peneliti

mengacu kepada 5 strategi nation branding yang dijabarkan oleh Keith Dinnie.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan studi pustaka. Teknik ini

merupakan teknik pengumpulan data yang sangat membantu peneliti dalam

mengerjakan penelitian ini. Peneliti dapat memperoleh data-data sekunder melalui

media perantara. Data-data yang peneliti peroleh melalui teknik ini merupakan data-

41
data yang dapat diakses oleh berbagai elemen masyarakat. Peneliti menggunakan

sumber berupa buku, jurnal, video, ataupun artikel yang mengandung topik atau

pembahasan yang serupa. Data-data yang terkumpul memiliki nilai kegunaan sebagai

data penguat dan juga data pembanding.

3.4 Sistematika Penelitian

Sub bab ini menjelaskan mengenai sistematika penelitian yang dilakukan oleh

peneliti terkait dengan topik dalam penelitian ini. Terdapat enam bab dalam penelitian

ini yang meliputi:

BAB I: Pendahuluan

Dalam bab pertama, dijelaskan mengenai latar belakang masalah yang mendorong

dan juga memotivasi peneliti untuk melakukan penelitian mengenai topik terkait.

Melalui latar belakang masalah tersebut kemudian muncul rumusan masalah dari

penelitian. Dalam bab ini dibahas pula mengenai tujuan dan manfaat dari penelitian

ini.

BAB II: Tinjauan Pustaka

Bab selanjutnya menjelaskan mengenai dua studi terdahulu yang peneliti gunakan

untuk dijadikan acuan dalam melakukan penelitian ini. Bab ini juga membahas

mengenai definisi konsep yang peneliti pilih untuk menjelaskan isu yang juga telah

peneliti tentukan. Berangkat dari konsep dan juga definisinya, peneliti kemudian

menghubungkan isu dengan konsep yang peneliti pilih. Operasionalisasi konsep

dilakukan untuk menjadi acuan bagi peneliti dalam melakukan pembahasan.

42
BAB III: Metode Penelitian

Dalam bab ini dijelaskan mengenai jenis penelitian yang peneliti lakukan.

Dijelaskan pula ruang lingkup penelitian yang ditujukan untuk memberikan batasan

penelitian bagi peneliti. Selanjutnya juga terdapat penjelasan mengenai teknik

pengumpulan data dan sistematika penelitian dalam penelitian ini.

BAB IV: Gambaran Umum

Bab keempat dalam penelitian ini memaparkan gambaran umum mengenai

fenomena yang sedang diteliti oleh pnulis. Dalam bab ini peneliti mencoba

menjelaskan dan memberikan gambaran mengenai data-data yang akan peneliti

gunakan untuk menganalisis pada bab selanjutnya. Pada bab ini peneliti akan

menjelaskan secara rinci mengenai EPL, sleeve sponsorship deals, dan program

promosi wisata Visit Rwanda.

BAB V: Pembahasan

Bab ini merupakan bab analisis. Pada bab ini peneliti akan berusaha untuk

menganalisis data-data dari masalah yang telah peneliti angkat.

BAB VI: Penutup

Bab ini merupakan bab penutup. Pada bab ini peneliti akan menarik kesimpulan

terhadap masalah yang telah dianalisis. Pada bab ini pula peneliti akan memberikan

saran pada permasalahan yang telah peneliti analisis pada bab sebelumnya.

43
DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Anholt, Simon. 2011. Beyond the Nation Brand: The Role of Image and Identity in International Relations.

SURFACE.

Armstrong, Gary & Mitchell, P. Jon. 2008. Global and Local Footbal: Politics and Europanisation on the

Fringes of the EU.

Routledge.

Dinnie, Keith. 2015. Nation Branding: Concepts, Issues, Practice.

Routledge; 2nd Edition.

Dinnie, Keith. 2013. The Dimensions of Nation Brand Personality: A Study of Nine Countries.

Ham, V. Peter. 2001. The Rise of Brand State. Foreign Affairs.

Keller, L. Kevin. 2008. Marketing Management and Strategy.

Pearson Education.

Kerr, Pauline & Wiseman, Geoffrey. 2013. Diplomacy in a Globalizing World: Theories and Practices.

Oxford University Press.

Olins, Wally. 2003. Wally Olins on Brand.

Thames & Hudson.

JURNAL & PAPER

Gourlay, M. Kirsty. 2016. South African Nation Branding: A comparative study and the analysis of

incidents that have affected the country nation’s brand during

and post 2010 FIFA World Cup.

Vega school of Brand Leadership: Cape Town.

True, Jacqui. 2006. Globalisation and Identiy.

Oxford University Press.

44
SITUS WEB RESMI

British Council. 2015. Playing The Game: The Soft Power of Sport.
https://www.britishcouncil.org/organisation/policy-insight-research/insight/playing-
game-soft-power-sport

DFID. 2018. DFID Rwanda Profile.


https://www.gov.uk/government/publications/dfid-rwanda-profile-july-2018

Hutt, Rosamund. 2016. 5 Things We Need to Know about Rwanda’s Economy.


World Economic Forum.
https://www.weforum.org/agenda/2016/04/5-things-to-know-about-rwanda-s-economy/

Premier League. 2013. When will goal-line Technology be Introduced?.


https://web.archive.org/web/20130709015312/http://www.premierleague.com/content/
premierleague/en-gb/fans/faqs/when-will-goal-line-technology-be-introduced.html

RSSF. 2016. English Clubs Divisional Movement 1888-2016.


https://www.rssf.com/tablese/engall.html

Premier League. 2017. Premier League Value of Central Payments to Clubs.


https://www.premierleague.com/news/405400

UNICEF. Rwanda at A Glance.


https://www.unicef.org/rwanda/overview.html

SITUS WEB BERITA

Panja, Tariq. 2013. Top Soccer Leagues get 25% Rise in TV Rights Sales.
Bloomberg
https:://www.bloomberg.com/news/article/2013-11-11/top-soccer-leagues-get-25-rise-in-tv-
rights-sales-reports-say

Reyntjens, Filip. 2018. When The Poor Sponsors The Rich: Rwanda and Arsena FC..
The Conversation
https:://www.theconversation.com/when-the-poor-sponsor-the-rich-rwanda-and-arsenal-fc-
97330

These Footbal Times. 2018. The Rise of Shirt Sponsorship in English Football.
https://www. thesefootballtimes.co/2018/09/30/the-rise-of-shirt-sponsorship-in-english-football/

Total Sportek. 25 Most Popular Sports Ranked by 13 Factors.


https://www.totalsportek.com/most-popular-sports/

45

Anda mungkin juga menyukai