UAS FILSAFAT ILMU S2 PENDAS 19 Ulfah
UAS FILSAFAT ILMU S2 PENDAS 19 Ulfah
diajukan untuk memenuhi tugas ujian akhir semester mata kuliah filsafat ilmu
Oleh
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2019
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
SEKOLAH PASCASARJANA
Jalan Dr. Setiabudhi No. 299 Bandung 40154 Tel. (022) 2001197, 2002320, 2013163
Faks. (022) 2005090 e-mail: pascasarjana@upi.edu Website: http://sps.upi.edu
B. Soal-Soal :
JAWABAN
1. Dalam bukunya Pak Jujun Sumantri (Sumantri, 1995, hlm. 55), beliu menjelaskan
mengenai tiga kriteria kebenaran yaitu teori kebenaran koherensi, kebenaran
korespondensi, dan kebenaran pragmatik. Sumantri (1995, hlm. 55) menyebutkan
bahwa “suatu pernyataan dianggap benar bila pernyatan itu bersifat koheren atau
konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar”. Dalam
KBBI, koheren berarti bersangkut paut dan konsisten berarti selaras. Suatu pernyataan
tersebut dianggap benar apabila bersangkut paut atau selaras dengan pernyataan
sebelumnya yang dianggap benar juga. Contohnya dalam kehidupan sehari-hari yaitu
apabila kita menyebutkan gula itu manis, kemudian ada pernyataan minuman yang
diberi gula itu rasanya manis, maka pernyataan kedua tersebut dianggap benar karena
bersesuaian atau selaras dengan pernyataan pertama yang menganggap gula itu manis.
Dalam sumber lain yaitu menurut Soejono Soemargono (Budisutrisna, 2016, hlm:4)
menyatakan bahwa, “kebenaran itu merupakan suatu proses atau suatu hasil proses
atau keadaan yang menunjukkan adanya keadaan yang runtut, yang masuk akal, yang
saling berhubungan antara gagasan-gagasan yang dimiliki oleh seorang subjek
mengenai suatu objek tertentu”. Dari kedua pendapat mengenai kebenaran koherensi
tersebut, kita dapat melihat inti dari pernyataannya yaitu adanya hubungan dan
keselarasan antar pernyataan.
Kebenaran pragmatis agak berbeda dengan teori kebenaran yang lainnya. Teori
kebenaran koheren dan korespondensi dipergunakan dalam cara berpikir ilmiah,
sedangkan teori kebenaran pragmatis dilihat dari ada tidaknya manfaat praktis dalam
kehidupan (Budisutrisna, 2016, hlm:5). Sumantri (1995, hlm. 59) menyatakan bahwa
“suatu pernyataan itu benar jika jika pernyataan itu atau konsekuensi dari pernyataan
itu mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia”. Beliau memberikan
contoh mengenai suatu pernyataan yang mengatakan bahwa suatu teori A dalam
pendidikan dijadikan dasar dalam pengembangan sebuah teknik B untuk
meningkatkan keterampilan C. Beliau menganggap bahwa teori A tersebut benar
karena memiliki kegunaan atau fungsional. Baik Budisutrisna maupun Sumantri,
mengembangkan pendapat dari Pierce (Sumantri, 1995, hlm.57; Sudisutrisna, 2016,
hlm: 5) yang mengatakan bahwa yang terpenting adalah pengaruh dari sebuah ide
bukan dari hakikat apa ide nya itu sendiri.
2. Sumantri (1995, hlm:61) menyatakan bahwa “ontologi merupakan hakikat apa yang
di kaji”. Dalam buku lain yaitu dari Latif (2014), menyatakan bahwa landasan
ontologis dikenal dengan aspek “keapaan” atau “hakikat makna dan wujud”.
Implikasinya terhadap aplikasi filsafat ilmu dalam memecahkan permasalah
pendidikan, kita akan mendapatkan pertanyaan-pertanyaan terkait apa pendidikan itu?
apa objek pendidikan yang menjadi fokus? Apa itu permasalahan? Apa permasalahan
yang harus dipecahkan? Apa yang harus dilakukan untuk memecahkan permasalahan
tersebut? apa pentingnya permasalahan tersebut untuk dicarikan solusinya? Hal-hal
tersebut melandasi pemikiran kita bahwa kita harus mengetahui terlebih dahulu apa
objek dan apa hakikat objek yang kita kaji supaya kita dapat mengetahui dan
memahami dengan tepat suatu objek kajian.
3. Dalam melihat persamaan dan perbedaan antara filsafat, ilmu, dan agama, saya
mengambil dari dua sumber. Sumber pertama yaitu dari Abbas (2010) yang saya
rangkum dalam tabel berikut
Aspek Filsafat Ilmu Agama
Persamaan Filsafat, ilmu dan agama memiliki kesamaan yaitu sama-sama
mencari kebenaran meskipun dengan jalan masing-masing
Cara mencari Mencari kebenaran Membuktikan Menjelaskan
kebenaran dengan kebenaran dengan kebenaran dengan
menggunakan akal, menggunakan menggunakan
pikiran, dan logika metode ilmiah wahyu
Objek formal Mencari tahu Mencari sebab Mencari keterangan
sedalam-dalamnya melalui pengalaman sedalam-dalamnya,
ingin menjelaskan
mana yang benar dan
tidak benar
berdasarkan wahyu
Sumber Akal, pikiran, dan logika Bersumber pada
wahyu
Kebenaran Relatif, nisbi Absolut, mutlak
Titik tolak Berawal dari rasa ragu Berawal dari percaya
atau keyakinan
Sumber lain yang saya ambil yaitu dari Hidayatullah (2006) yang menjelaskan
persamaan dan perbedaan antara filsafat dengan agama dilihat dari perspektif Islam.
Beliau menjelaskan bahwa kesamaan antara filsafat dengan agama yaitu sama-sama
mencari realitan yang terpenting bagi kehidupan dan kematian manusia. Adapun
perbedaan filsafat dan agama, saya rangkum dalam tabel berikut.
Filsaat Agama
Hal yang ditonjolkan atau difokuskan Sedangkan dalam agama yaitu mengabdi
yaitu berpikir
Filsafat menuntut pengetahuan untuk Agama menuntut pengetahuan untuk
memahami beribadah
Banyak berhubungan dengan akal dan Banyak berhubungan dengan hai dan
pikiran keyakinan
Filsafat dan agama sama-sama menentukan norma baik dan buruk, hanya berbeda
dari kriteria penilaiannya
Kriterian penilaian baik buruknya Kriteria penilaian baik buruk nya
berdasarkan pikiran manusia berrdasarkan wahyu
Abbas (2010) mengatakan bahwa filsafat, ilmu, dan agama merupakan suatu kesatuan
yang beliau lambangkan sebagai sebuah piramida yang berperan dalam
mengungkapkan kebenaran. Jika disandingkan dengan perannya untu memecahkan
masalah dalam pendidikan, maka ketiga hal tersebut dijadikan sebagai landasan untuk
menemukan solusi dan menganalisis kebenaran dari permasalahan tersebut. filsafat
berperan dalam menganalisis berdasarkan landasan ontologis, epistemologis, dan
aksiologinya dalam mencari tahu permasalahan dan hakikat objek permasalahan
tersebut sehingga dapat ditemukan solusinya. Begitupun dengan ilmu yaang berperan
dalam menganalisis permasalahan secara metodologi dan melakukan penelitian-
penelitian untuk menemukan sebuah solusi baik itu media, model pembelajaran,
ataupun karakteristik peserta didik. Agama menjadi pembatas atau memberikan arah
supaya proses berpikir tidak keluar dari jalur kepercayaan dan supaya memiliki nilai
yang sesuai dengan keyakinan misalkan menghasilkan suatu solusi permasalahan
yang menjunjung tinggi adab, hakikat manusia dalam pandangan agama, dan
memiliki norma yang positif.
4. Fungsi filsafat ilmu (Latief, 2014; Prijambodo, 2018) tidak terlepas dari fungsi filsafat
secara keseluruhan karena filsafat ilmu merupakan bagian dari filsafat. Fungsi filsafat
ilmu menurut beliau yaitu filsafat ilmu dijadikan sebagai alat dalam mencari
kebenaran yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan yang juga berhubungan
dengan kehidupan manusia. Filsafat ilmu menjadi landasan filosofis dalam mencari
kebenaran atau memahami berbagai hal baik itu konsep maupun teori yang
berhubungan dengan ilmu pendidikan dasar.
Menurut Soegiono dan Muis (2016), pemikiran filsafat diperlukan dalam membuat
kebijakan-kebijakan pelaksanaan pendidikan dalam hal ini pendidikan dasar yang
berdasarkan pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia. Filsafat ilmu
menyumbangkan pemikiran seperti apa pendidikan dasar, bagaimana pelaksanaan
pendidikan dasar yang sesuai dengan pancasila, materi apa yang sesuai dan harus
diberikan kepada siswa dalam pendidikan dasar, untuk apa atau apa tujuan pendidikan
dasar yang dilaksanakan, dan pertanyaan lainnya yang dianalisis dan dipikirkan secara
mendalam. Menurut Soegiono dan Muis (2016), contoh kebijakan hasil berfilsafat dan
didasarkan pada pancasila yaitu bahwa pendidikan di Indonesia melaksanakan
pendidikan untuk semua atau education or all yang didasarkan pada pandangan
bahwa manusia memiliki hak atas pendidikan dan sesuai dengan pancasila sila ke-
empat.
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, P. (2010). Hubungan Filsafat, Ilmu, Dan Agama. Jurnal Media Akademika,
25(2), pp. 125-145.
Budisutrisna. (2016). Komparasi teori kebenaran mo tzu dan pancasila: relevansi bagi
pengembangan ilmu pengetahuan di indonesia. Jurnal Filsafat, 26(1), pp. 1-29.
Hidayatullah, S. (2006). Relasi filsafat dan agama (perspeftif islam). Jurnal filsafat,
40(2), pp. 128-148.
Latif, M. (2014). Orientasi terhadap filsafat ilmu. Jakarta: Prenamedia group.
Prijambodo, S.W. (2018). Bunga Rampai hukum dan filsafat di Indonesia: sebuah
catatan pemikiran. Jogjakarta: Deepublish.
Soegiono, dan Muis, T. (2016). Filsafat Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Sumantri, J.S. (1995). Filsafat ilmu sebuah pengantar populer. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.